Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MATA KULIAH

PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL


Anak Jalanan : “Strategi Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang Berkaitan
dengan Sistem Dasar dan Sistem Sumber dalam Pekerjaan Sosial”

Disusun Oleh :

Muhammad Hidayatullah (180910301055)

Dosen Pengampu :

Kris Hendrijanto, S.Sos., M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan globalisasi, timbul permasalahan sosial yang terjadi di
sebagian besar daerah perkotaan, salah satu di antaranya yaitu masalah kemiskinan. Terkait
kajian tentang anak jalanan, persoalan kemiskinan ekonomi keluarga sering disebut sebagai
penyebab utama munculnya anak jalanan. Hubungan kemiskinan dengan faktor-faktor lain
yang membuat anak-anak berisiko turun ke jalan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
membuat anak berisiko menjadi anak jalanan antara lain adalah faktor keluarga dan faktor
lingkungan.
Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar
waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat
umum. Munculnya anak jalanan disebabkan karena faktor kemiskinan keluarganya. Anak
jalanan bertahan hidup dengan melakukan aktivitas di sektor informal, seperti mengamen,
menyemir sepatu, menjual koran, mengelap kendaraan, memulung barang bekas, mengemis,
dan lain sebagainya.
Keberadaan anak jalanan tidak lagi terbatas pada kota-kota besar utama seperti
Jakarta atau Surabaya, tetapi sudah menyebar ke berbagai kota lainnya. Semarang adalah Ibu
Kota Provinsi Jawa Tengah yang juga merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang
ternyata memiliki permasalahan yang serius tentang tuna sosial, dalam hal ini adalah anak
jalanan. Jumlah anak jalanan di Kota Semarang pada tahun 2010 sejumlah 233 anak yang
terdiri dari 157 laki-laki dan 76 perempuan. Penyebab utama munculnya anak jalanan karena
karena kemiskinan (83.3%). Penyebab lainnya adalah keretakan keluarga (1.96%), orang tua
yang tidak memahami kebutuhan anak (0.98%), dan penyebab lainnya (13.75%).
Departemen Sosial dan BPS mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk layak hidup. Kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum,
baik untuk makanan dan non makanan yang disebut garis kemiskinan atau batas kemiskinan.
Kebutuhan anak jalanan pada dasarnya sama dengan kebutuhan individu atau anak-anak pada
umumnya. Kebutuhan yang paling mendesak dipenuhi adalah kebutuhan dasar yang meliputi
kebutuhan pangan, sandang, papan, dan kesehatan. Serta kebutuhan akan hak pendidikan,
termasuk dukungan lain, seperti transportasi.
Dalam hal ini, jelas bahwa permasalahan yang terjadi di Kota Semarang ini adalah
jenis anak jalanan yang beraktivitas di jalanan tetapi masih ada hubungan dengan keluarga,
karena faktor utama penyebab masalah ini adalah tingkat ekonomi keluarga yang berada pada
tingkat kelas bawah.
Strategi Penanganan
Adapun langkah-langkah kebijakan yang diambil pemerintah daerah khususnya
pemerintah daerah kota Semarang dalam menanggulangi serta menekan meningkatkan anak
jalanan, seperti pemerintah daerah melalui Satpol PP aktif melakukan razia anak jalanan.
Pemerintah Kota sendiri mulai aktif melakukan kampanye pelarangan pemberian uang
kepada para pengemis dan pengamen. Pemerintah Kota menyatakan akan melanjutkan
kampanye tersebut dengan membuat Raperda Larangan Beri Uang Pada Anak Jalanan.
Selain itu, upaya pemerintah adalah melalui program house parent yaitu, anak-anak akan
ditempatkan pada keluarga-keluarga yang bersedia mengasuh mereka.

Dengan adanya lembaga-lembaga yang diadakan oleh pemerintah maka ada beberapa
hal yang harus dilakukan, diperbaiki dan ditingkatkan pula oleh para lembaga pengasuh.
Dalam masalah-masalah seperti ini tidak hanya pemerintah yang memiliki peran, tetapi
seluruh masyarakat Indonesia juga harus ambil peran dalam penyelesaian masalah anak
jalanan ini. Kemudian perlu juga diadakan yang namanya sosialisasi tentang kepedulian
terhadap anak jalanan terlantar dari pemerintah, pekerja sosial ataupun remaja-remaja yang
peduli terhadap generasi selanjutnya. Perlu adanya evaluasi secara rutin terkait program
pelayan sosial yang telah dilakukan. Jika ada beberapa kebijakan yang bertentangan dengan
kenyataan yang ada dilapangan maka bisa didiskusikan lebih detail lagi kepada pembuat
kebijakan. Untuk para pengasuh adalah orang-orang yang setidaknya berlatarbelakang
pendidikannya adalah keilmuan pekerjaan sosial.

Adanya dukungan yang lebih lagi dari pemerintah maupun swasta, tidak hanya berupa
materi tetapi juga bisa dalam bentuk promitif, preventif, maupun rehabilitatif, karena
perlunya kerjasama dengan semua pihak terkait dengan hal ini. Peran pendamping diperlukan
dalam kegiatan pembinaan anak sehingga perlu dipertahankan. Peran pendamping yang perlu
dipertahankan adalah pemungkin (enabler), pemberi motivasi (motivator) dan penjangkau
(outreacher). Selain ketiga peran pendamping yang dipertahankan, peran pendamping juga
perlu ditambah maupun diperluas sehingga tujuan pendampingan pada anak dapat tercapai
secara optimal. Adanya materi penambahan pengelolaan usaha sampingan untuk orang
tua/keluarga anak jalanan yang terkategori dari keluarga miskin, keluarga tersebut harus
diberdayakan pula dengan pembekalan-pembekalan usaha.
Penentuan Sistem Dasar Praktik Pekerja Sosial

1. Sistem Pelaksana  Perubahan (Change Agent Sistem)


Disini berarti bahwa seorang pekerja sosial mempunyai peran penting dalam
penentuan kebijakan. Pekerja sosial dapat mempengaruhi pembuat kebijakan serta
mengadvokasi klien sehingga kebijakan yang telah diambil, tidak berat sebelah, namun
lebih banyak berpihak kepada kelompok yang termaginalkan.
Dari kasus diatas dapat dilihat bahwa yang dapat menjadi sistem pelaksana perubahan
adalah:
a. Pekerja sosial
Seorang pekerja sosial memiliki peran untuk mendampingi anak jalanan sebagai korban
untuk mendapatkan sumber-sumber pelayanan yang ada.
b. Pemerintah
Pemerintah perlu melakukan kampanye dan sosialisasi yang dapat menggugah
kepedulian masyarakat.
2. Sistem Klien (Client System)
Sistem klien adalah orang yang telah memberikan kewenangan atau meminta bantuan
didalam usaha perubahan dan melibatkan diri mereka. Artinya sudah ada suatu persetujuan
kerja atau kontrak dengan pekerjaan sosial. Sistem ini biasanya disebut Social Case Work,
bahwa seorang pekerja sosial harus memanfaatkan klien itu sendiri agar dapat
memecahkan masalah. Dari kasus di atas dapat ditentukan sistem klien yaitu anak jalanan
di Kota Semarang
3. Sistem Sasaran (The Target System)
Sistem sasaran ini berarti bahwa pihak-pihak yang dapat dijadikan sasaran perubahan
atau dijadikan media yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan.
Dari kasus diatas yang dapat menjadi sistem sasaran adalah orang-orang yang ada
disekeliling anak jalanan, seperti orang tua, pemerintah kota, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), dan organisasi-organisasi sosial.
4. Sistem Kegiatan (The Action System)
Dalam sistem kegiatan ditunjuk orang-orang bersama-sama pekerja sosial berusaha
menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan usaha-usaha perubahan. Anak jalanan
diberikan pendidikan yang layak serta beberapa pelatihan keterampilan karena banyak dari
anak jalanan tersebut berada pada usia produktif.
Penentuan Sistem Sumber Menurut Allen Pincus and Anne Minahan

Sistem sumber kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai sumber dan potensi yang
dapat digunakan dalam usaha kesejahteraan sosial atau praktik pekerjaan sosial, selain itu
sistem sumber pekerjaan sosial merupakan sesuatu yang memiliki nilai dan dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan serta memecahkan suatu masalah.
Adapun Pincus dan Minahan (1973:4) mengklasifikasikan sistem sumber kesejahteraan
sosial menjadi sistem sumber informal atau alamiah, sistem sumber formal maupun sistem
sumber kemasyarakatan. Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

1. Sistem Sumber Informal atau Alamiah

Sistem sumber informal atau alamiah merupakan sumber yang dapat memberikan
bantuan yang berupa dukungan emosional dan afeksi, nasihat dan informasi serta pelayanan-
pelayanan kongkret lainnya misalnya peminjaman uang. Sumber ini diharapkan dapat
membantu memperoleh akses kepada sistem sumber lainnya dalam bentuk pemberian
informasi dan mempermudah birokrasi. Dalam hal ini, masyarakatlah yang paling berperan
penting. Mayarakat bisa memberika nasehat kepada anak jalanan ataupun juga bisa
memberikan pekerjaan yang layak untuk mereka.

2. Sistem Sumber Formal

Sistem sumber formal adalah keanggotannaya di dalam suatu organisasi atau asosiasi
formal yang dapat memberikan bantuan atau pelayanan secara langsung kepada anggotanya.
Sumber ini dapat digunakan apabila orang itu telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh sumber tersebut. Dalam penanganan anak jalanan di Semarang, maka pemerintah kota,
LSM, lembaga pendidikan, serta organisasi sosial yang memberikan perhatian terhadap anak
jalanan.

3. Sistem sumber kemasyarakatan

Sistem sumber kemasyarakatan merupakan sumber (lembaga-lembaga pemerintah


ataupun swasta) yang dapat memberikan bantuan pada masyarakat umum. Sumber yang
dapat dikelompokkan pada sistem sumber kemasyarakatan seperti sekolah, rumah sakit,
perpustakaan umum, lembaga pelayanan kesejahteraan sosial (Panti Asuhan, Panti Jompo),
lembaga swadaya masyarakat adalah beberapa contoh sistem sumber yang dapat dijangkau
dan digunakan oleh masyarakat luas. Organisasi lokal yang sifat keanggotaannya pasif,
seperti PKK, Karang Taruna juga termasuk dalam kelompok ini.

Anda mungkin juga menyukai