Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) MATA KULIAH

PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

Disusun Oleh :

Lintang Sukma Kasih Indarti (180910301003)

Dosen Pengampu :

Kris Hendrijanto, S.Sos., M.Si.

PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2018
Latar Belakang
Anak Jalanan adalah anak-anak dibawah umur yang menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk bekerja di jalanan yang tidak mendapatkan kehidupan anak yang layak serta harus
memperjuangkan hidupnya di jalanan. Permasalahan sosial yang terjadi di sebagian besar
daerah perkotaan, salah satu di antaranya yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan merupakan
salah satu faktor penyebab anak-anak beresiko turun di jalan. Keberadaan anak jalanan di
kota-kota besar, termasuk kota Semarang menjadi persoalan yang cukup serius untuk
ditangani oleh pemerintah kota Semarang.
Angka keberadaan anak jalanan di Kota Semarang yang cukup tinggi menjadi salah satu
permasalahan sosial di dalam masyarakat. Pemerintah Kota Semarang bukannya tanpa usaha
dalam mengentaskan anak jalanan di kota Semarang. Salah satu upaya pemerintah kota
Semarang yaitu pemberian modal usaha. Sampai saat ini belum ada Peraturan Pemerintah
(PP) dan Peraturan Daerah (Perda) di kota Semarang yang mengatur pengentasan anak
jalanan.
Kedudukan Dinas Sosial, Pemuda, dan Olahraga di Kota Semarang adalah sebagai instansi
atau organisasi publik yang melaksanakan tugas urusan pemerintah daerah di bidang sosial,
pemuda, dan olahraga berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Bidang Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan bidang yang menangani masalah anak
jalanan di kota Semarang.
Kinerja Dinsospora khususnya bidang Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)
dideskripsikan melalui indikator produktivitas, kualitas layanan, responsivitas,
responsibilitas, dan akuntabilitas. Kurangnya SDM di Bidang PMKS menyebabkan belum
maksimalnya penanganan anak jalanan.

Strategi Penanganan
Didalam penanganan masalah anak jalanan yang ada di Kota Semarang, Dinas Sosial Pemuda
dan Olahraga Kota Semarang melakukan strategi penanganan secara prefentif dan represif.
Penanggulangan preventif tujuannya untuk mencegah anak bekerja dan turun kejalanan
dengan tujuan mencari uang dan penanggulangan represif untuk menanggulangi
permasalahan anak jalanan yang sudah terlanjur bekerja dan hidup dijalanan. Beberapa
program atau kegiatan yang dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan jumlah anak
jalanan yaitu kegiatan yang dilakukan berdasarkan Perda dan Renstra Disospora tahun 2010-
2015 yaitu sosialisasi, penjaringan atau razia, pembinaan dan pelatihan, serta pemberian
bantuan kepada anak jalanan dan orang tua anak jalanan di Kota Semarang. Tujuan dari
program atau kegiatan yang dilakukan agar bisa mengendalikan dan mengurangi jumlah anak
jalanan di Kota Semarang, selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran
masyarakat agar tidak ada lagi anak-anak yang turun kejalanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan keluarganya maupun diri sendiri.

Penentuan Sistem Dasar Praktik Pekerja Sosial

1. Sistem Pelaksana  Perubahan (Change Agent Sistem),


Disini berarti bahwa seorang pekerja sosial mempunyai peran penting dalam penentuan
kebijakan. Pekerja sosial dapat mempengaruhi pembuat kebijakan serta mengadvokasi klien
sehingga kebijakan yang telah diambil, tidak berat sebelah, namun lebih banyak berpihak
kepada kelompok yang termaginalkan. Peran pekerja sosial disini adalah mendapingi dan
mengajak para penyandang pmks untuk berubah. Sedangkan peran pemerintah disini adalah
melakukan sosiliasi dan kampanye.
2. Sistem Klien (Client System),
Sistem ini biasanya disebut Social Case Work, bahwa seorang pekerja sosial harus
memanfaatkan klien itu sendiri agar dapat memecahkan masalah. Seorang pekerja sosial
harus memeberikan kesempatan kepada klien untuk menjelaskan atau mengungkapkan 
permasalahan yang dihadapinya, memperhatikan “Self Determination” dari klien itu sendiri
bahwa klien mempunyai hak untuk menentukan dan mengambil keputusan sendiri, serta yang
paling penting adalah menjaga kerahasiaan klien (confidentiality). Hal ini yang diterapkan
pada pmks anak jalanan di Semarang.
3. Sistem Sasaran (The Target System),
Sistem sasaran ini berarti bahwa pihak-pihak yang dapat dijadikan sasaran perubahan atau
dijadikan media yang dapat mempengaruhi proses pencapaian tujuan pertolongan.
4. Sistem Kegiatan (The Action System).
Sistem kegiatan ini dapat dikatakan bahwa pekerja sosial berupaya untuk menggerakkan
warga masyarakat untuk mendapatkan/menciptakan sumber-sumber dalam memenuhi
kebutuhan serta membimbing agar warga masyarakat menyadari kekurangannya, memahami
akan potensi-potensi atau sumber-sumber yang dimilikinya kemudian memobilsasinya dan
berupaya mengatasi masalah secara bersama-sama dalam bentuk kegiatan. Pekerja sosial
dapat pula memberikan cara-cara yang penting sehingga dapat digunakan dalam menciptakan
interaksi antara bagian-bagian dalam masyarakat, dan memberikan pelayanan perencanaan
kesejahteraan sosial bagi masyarakat.
Penentuan Sistem Sumber Menurut Allen Pincus and Anne Minahan

Sistem sumber kesejahteraan sosial dapat diartikan sebagai sumber dan potensi yang
dapat digunakan dalam usaha kesejahteraan sosial atau praktik pekerjaan sosial, selain itu
sistem sumber pekerjaan sosial merupakan sesuatu yang memiliki nilai dan dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan serta memecahkan suatu masalah.
Adapun Pincus dan Minahan (1973:4) mengklasifikasikan sistem sumber kesejahteraan
sosial menjadi sistem sumber informal atau alamiah, sistem sumber formal maupun sistem
sumber kemasyarakatan. Adapun penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :
1.    Sistem Sumber Informal atau Alamiah
Sistem sumber informal atau alamiah merupakan sumber yang dapat memberikan
bantuan yang berupa dukungan emosional dan afeksi, nasihat dan informasi serta pelayanan-
pelayanan kongkret lainnya misalnya peminjaman uang. Sumber ini diharapkan dapat
membantu memperoleh akses kepada sistem sumber lainnya dalam bentuk pemberian
informasi dan mempermudah birokrasi.
Sumber ini dalam penggunaannya tidak menggunakan prosedur, sifatnya tanpa pamrih,
ikhlas, jujur, penuh persahabatan, cinta kasih, dan tidak ada latar belakang yang tidak baik.
Sumber ini dapat berupa keluarga, teman, tetangga, mitra kerja, dan orang lainnya yang
dapat memberikan bantuan.
2.    Sistem Sumber Formal
Sistem sumber formal adalah keanggotannaya di dalam suatu organisasi atau asosiasi
formal yang dapat memberikan bantuan atau pelayanan secara langsung kepada anggotanya.
Sumber ini dapat digunakan apabila orang itu telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
oleh sumber tersebut.
Sumber-sumber ini biasanya berbentuk lembaga-lembaga formal, seperti organisasi,
serikat buruh, koperasi, bank, asosiasi-asosiasi profesional (Himpunan Pekerja Sosial
Indonesia, Ikatan Dokter Indonesia).
3.    Sistem sumber kemasyarakatan
Sistem sumber kemasyarakatan merupakan sumber (lembaga-lembaga pemerintah
ataupun swasta) yang dapat memberikan bantuan pada masyarakat umum. Sumber yang
dapat dikelompokkan pada sistem sumber kemasyarakatan seperti sekolah, rumah sakit,
perpustakaan umum, lembaga pelayanan kesejahteraan sosial (Panti Asuhan, Panti Jompo),
lembaga swadaya masyarakat adalah beberapa contoh sistem sumber yang dapat dijangkau
dan digunakan oleh masyarakat luas. Organisasi lokal yang sifat keanggotaannya pasif,
seperti PKK, Karang Taruna juga termasuk dalam kelompok ini.

Anda mungkin juga menyukai