Anda di halaman 1dari 9

PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK JALANAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

PEKERJAAN SOSIAL

Melisa Amalia Amin, Hj.Hetty Krisnani, Maulana Irfan

aminmelisa@gmail.com

Abstrak
Artikel ini membahas pelayanan sosial bagi anak jalanan yang dilakukan oleh salah satu Lembaga
Sosial. Bagi lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak jalanan melalui rumah
singgah, maka pelayanan yang diberikan menurut perspektif pekerjaan sosial dapat menggunakan
model pelayanan Half-Way House Services. Adapun model pelaksanaan pelayanan menurut strategi
ini dapat menggunakan teori proses pekerjaan sosial yang terdiri atas Engagement, Intake &
Contract, Assessment, Planning, Intervention, Evaluation & Termination. Pada artikel ini, Salah
satu lembaga sosial memberikan pelayanan kepada anak jalanan melalui pelatihan keterampilan,
family development dan home visit. Dimana, sebelum menentukan bentuk pelayanan, lembaga ini
sudah menggunakan proses pekerjaan sosial dan didalam pemberian pelayanan, masih dibutuhkan
usaha untuk meningkatkan pelayanan bagi lembaga ini. Upaya untuk meningkatkan pelayanan
ditinjau dari perspektif pekerjaan sosial dapat menggunakan sistem dasar yang terdiri atas sistem
pelaksana perubahan, sistem klien, sistem sasaran dan sistem kegiatan.
Kata Kunci : Anak Jalanan, Pelayanan, Pekerjaan Sosial

Pendahuluan
Anak Jalanan merupakan fenomena Tabel 1.1 Masalah Kesejahteraan Sosial di
yang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Kota Bandung Pada Tahun 2011
Semakin menjamurnya jumlah anak jalanan
yang berkeliaran di jalan mengakibatkan No Jenis Masalah Satuan Jumlah
permasalahan yang cukup besar di Indonesia, 1 Gelandangan Orang 948
terutama pada kota-kota besar seperti Jakarta,
Bandung, dan Surabaya. Kota Bandung 2 Pengemis Orang 4.162
sebagai kota metropolitan juga tidak terlepas
dari masalah anak jalanan. Walaupun untuk 3 Wanita Tuna Susila Orang 549
tahun 2014 jumlah anak jalanan sulit untuk
diperkirakan, akan tetapi data terakhir yang 4 Bekas Narapidana Orang 364
diperoleh dari BPS Kota Bandung (2012)
5 Anak Jalanan Orang 4861
dalam Rancangan Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Kota Bandung 2014-2018
mengenai masalah kesejahteraan sosial di Sumber Data: BPS Kota Bandung Dalam
Bandung pada tahun 2011 menunjukan bahwa Angka, 2012
jumlah anak jalanan masih banyak dan dapat
dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Keberadaan anak dijalanan, merupakan
sesuatu yang sangat dilematis. Selain mencari
nafkah untuk mendapakan uang yang
membuatnya bertahan hidup, keberadaan anak

181
dijalanan sering menganggu ketertiban umum jalanan dan belum menyentuh keluarga anak.
dan hak mereka sebagai anak untuk Tidak hanya itu, permasalahan umum yang
mendapatkan kasih sayang, pendidikan dan terjadi pada pelayanan sosial adalah
penghidupan yang layak tidak terpenuhi minimnya sumber daya manusia dan
sehingga dapat merusak kehidupan mereka minimnya sumber pendanaan.
dimasa depan. Mereka merupakan kelompok
sosial yang sangat rentan dari berbagai Dengan penjelasan tersebut maka
tindakan fisik, emosi,seksual ataupun dibutuhkan penyelesaian yang tepat untuk
kekerasan sosial lainnya. diberikan kepada anak jalanan. Karena upaya
untuk mewujudkan perlindungan dan
Berbagai upaya untuk menangani kesejahteraan anak dengan memenuhi hak-
keberadaan anak jalanan telah dilakukan haknya telah dirumuskan di dalam UU No. 4
pemerintah. Salah satunya dengan Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak dan
mengeluarkan kebijakan terkait perlindungan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan
dan hak anak. Berdasarkan Intruksi Presiden anak jalanan. Realisasi dari peraturan negara
No 3 tahun 2010 tentang pembangunan ini salah satunya bisa terwujud dengan
program yang berkeadilan, ditetapkan sebuah dilaksanakannya rumah singgah, rumah
Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) perlindungan anak atau rumah perlindungan
sebagai program prioritas nasional, yang sosial anak, mobil sahabat anak, panti
didalamnya termasuk Program Kesejahteraan persinggahan dan program-program lainnya
Sosial Anak Jalanan (PKS-Anjal) dengan untuk anak jalanan yang mana pasal
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) didalamnya menjelaskan bahwa usaha
sebagai wadah yang melaksanakan Program kesejahteraan anak terdiri atas usaha
Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan. pembinaan, pengembangan, pencegahan dan
Dalam menangani keberadaan anak rehabilitasi yang dilakukan oleh pemerintah
jalanan, salah satu Lembaga Kesejahteraan dan atau masyarakat sebagai dasar dari hak
Sosial Anak dalam hal ini Lembaga Swadaya anak untuk tumbuh dan berkembang.
Masyarakat (LSM), menganggap perlu
adanya suatu pelayanan bagi anak jalanan. Di Bandung, Sebagai salah satu contoh,
Banyak LSM yang melakukan pelayanan Yayasan Saudara Sejiwa merupakan salah
terhadap anak jalanan tetapi hasilnya kurang satu rumah singgah dan dikenal dengan nama
maksimal. Hal ini dijelaskan oleh Departemen Rumah Perlindungan Anak (RPA) yang turut
Sosial (2005): mendukung dan membantu pemerintah dalam
membina anak jalanan agar anak tidak
Program pembinaan anak jalanan di kembali kejalanan. Pelayanan yang diberikan
LSM-LSM dapat dikatakan belum oleh Rumah Perlindungan Anak yang dikelola
maksimal karena masih belum banyak Yayasan Saudara Sejiwa pada umumnya
inovasi baru yang dilakukan dan banyak sama dengan pelayanan yang diberikan
juga program pembinaan yang yayasan lainnya.
dilakukan tidak berkelanjutan yang
berdampak banyak anak jalanan Hanya saja, perbedaan pelayanan sosial
kembali kepekerjaan awal mereka di yang diberikan terletak pada tahap pelayanan
jalanan dan semakin kompleks yang diberikan. Dan tahapan ini menentukan
permasalahan yang mereka hadapi. jenis kegiatan yang dilaksanakan.
(Departemen Sosial. 2005. Petunjuk Berdasarkan hasil observasi awal kepada
Teknis Pelayanan Sosial Anak Jalanan) Rumah Perlindungan Anak (RPA) yang
dikelola yayasan, diketahui bahwa layanan
Selain program pembinaan, yang diberikan bagi anak jalanan saat ini
permasalahan lainnya didalam pelayanan berupa penjangkauan, Assessment, rencana
sosial yang diberikan terletak pada pelayanan pelayanan, persiapan kegiatan, dan kegiatan
yang diberikan masih sebatas kepada anak yang sedang berjalan berupa pelatihan

182
keterampilan yang terdiri atas pelatihan pekerjaan sosial, maka akan selalu berkaitan
menjahit serta komputer, pembinaan sikap dengan proses pekerjaan sosial.
dan mental positif, home visit (kunjungan
kerumah atau keluarga anak jalanan) serta Proses pekerjaan sosial mempunyai
family Develpoment System yang diberikan tahapan pertolongan yang berbeda-beda.
kepada orang tua dari anak jalanan yang Adapun salah satu ahli, Max Siporin (1997)
menjadi anak binaan, diakhiri dengan dalam Wibhawa (2010) menjelaskan bahwa
terminasi. proses pekerjaan sosial terdiri atas :

Yayasan ini membina anak didalam “Engagement, Intake & Contract,


rumah singgah yang dikenal dengan nama Assessment, Planning, Intervention,
rumah perlindungan anak (RPA) dimana anak Evaluation & Termination. Setiap
hanya sekedar singgah dan tidak menetap. tahapan (proses) mesti dilalui dalam
Strategi pelayanan sosial yang diterapkan oleh mengatasi suatu persoalan sosial
Yayasan Saudara Sejiwa merujuk pada Half- tertentu. (Wibhawa,dkk.2010:63)
way House Services yang dapat berbetuk
rumah persinggahan anak dan keluarganya, Berdasarkan uraian diatas, diketahui dalam
sebagaimana yang dijelaskan oleh Suharto mendeskripsikan pelayanan sosial yang
(1997): diberikan oleh Half-way House Services
seperti RPA yang dikelola Yayasan Saudara
Dimana Strategi ini disebut juga strategi Sejiwa, dapat ditinjau dari aspek-aspek yang
semi-panti yang lebih terbuka dan tidak terdapat pada tahapan pelayanan yang
kaku. Strategi ini dapat berbentuk dilakukan. Yang mana, ditinjau dari
rumah singgah, rumah terbuka untuk perspektif pekerjaan sosial tahap-tahap
berbagai aktivitas, rumah belajar, rumah pelayanan ini dikenal dengan nama proses
persinggahan anak dengan pekerjaan sosial.
keluargannya, rumah keluarga
pengganti, atau tempat anak yang Pembahasan
mengembangkan sub-kultur tertentu.
Para pekerja sosial menentukan Dalam meninjau pelayanan sosial bagi
program kegiatan. (Suharto, 1997:373) anak jalanan, terlebih dahulu harus diketahui
mengenai definisi anak jalanan menurut para
Adapun pelaksanaan model pelayanan ahli. Anak jalanan dapat dideskripsikan
Half-way House Services menurut Soetarso sebagai anak yang menggunakan sebagian
(1996) dapat mengikuti struktur dan besar waktunya dijalan baik untuk bekerja
mekanisme praktek pekerjaan sosial yang atau tidak bekerja yang mana keberadaan
terdiri dari “Identifikasi masalah, mereka dijalanan dapat menganggu
penyelidikan, Intervensi sosial dan terminasi.” ketentraman orang lain serta membahayakan
Struktur dan mekanisme praktek pekerjaan diri mereka. Pengertian ini merupakan
sosial didalam pelayanan sosial dikenal juga kesimpulan dari definisi anak jalanan menurut
dengan nama proses pertolongan atau proses beberapa ahli. Lusk (1989:57-58) dalam hayat
pekerjaan sosial. (2010:14) menjelaskan yang dimaksud
Ditinjau dari perspektif pekerjaan dengan anak jalanan adalah
sosial, proses pertolongan atau proses
pekerjaan sosial merupakan wujud praktik “Setiap anak perempuan atau laki-laki
pekerjaan sosial. Sebagai sebuah wujud yang memanfaatkan jalanan menjadi
praktik dari pekerjaan sosial, maka pelayanan tempat tinggal sementara atau sumber
sosial yang diberikan akan selalu berkaitan kehidupan dan tidak dilindungi, diawasi
dengan proses pekerjaan sosial. Serupa halnya atau diatur oleh orang dewasa yang
dengan pelayanan sosial yang diberikan bertanggung jawab.”
saudara sejiwa jika ditinjau dari perspektif

183
Sedangkan menurut A Soedijar Z.A dalam menyebabkan anak turun ke jalan, faktor
Sanusi (1997:24) mengemukakan definisi tersebut menurut Huraerah (2003) adalah:
anak jalanan sebagai berikut: A. Kemiskinan
Kemiskinan selalu diasosiasikan
“Anak jalanan adalah anak yang berusia dengan munculnya berbagai gejala
7-15 tahun yang bekerja dijalan raya sosial. Keluarga yang miskin akan
dan ditempat umum lainnya yang dapat mengerahkan semua sumber daya
menganggu ketentraman dan manusianya untuk menambah
keselamatan orang lain serta penghasilan keluarga. Oleh karena itu,
membahayakan keselamatan dirinya selain orang tua yang bekerja, anak-
sendiri.” anak sudah dituntut bekerja.
B. Partisipasi Sekolah
Dari dua definisi anak jalanan diatas,
Faktor makro lainnya yang sering
diketahui bahwa anak jalanan merupakan
dihubungkan dengan anak-anak yang
anak dengan rentang usia dibawah 18 tahun
menghabiskan waktu luangnya di
yang menggunakan sebagian besar waktunya
jalanan adalah partisipasi sekolah.
dijalan baik untuk bekerja maupun tidak,
Kita dapat berasumsi bahwa jika anak-
dimana keberadaan mereka dapat
anak itu bersekolah, maka sebagian
membahayakan keselamatan orang lain dan
waktunya tidak akan berada di
dirinya sendiri.
jalanan.
Berdasarkan intensitasnya di jalanan, C. Disfungsi Keluarga
anak jalanan dapat dikelompokan menjadi Penelitian yang khusus mengacu pada
tiga kategori utama menurut Depdiknas anak-anak yang dikategorikan sebagai
(2000) yaitu : of the street oleh UNICEF,
menunjukan bahwa motivasi mereka
1. Children of the street di jalanan bukanlah sekedar ekonomi.
Anak yang hidup dan tinggal di Kekerasan keluarga dan keretakan
jalanan dan tidak ada hubungan keluarga merupakan tema sentral
dengan keluarganya. Kelompok ini dalam wawancara dengan mereka.
biasanya tinggal di terminal, stasiun Bagi anak-anak ini, kehidupan di
kereta api, emperan toko dan kolong jalanan yang keras lebih memberikan
jembatan. alternatif kekerasan jika dibandingkan
2. Children on the street dengan hidup dalam keluarganya yang
Anak yang bekerja di jalanan. penuh kekerasan.(Huraerah,2003:121-
Umumnya mereka adalah anak putus 139)
sekolah, masih ada hubungannya
dengan keluarga namun tidak teratur Dari penjelasan diatas, diketahui ada
yakni mereka pulang ke rumahnya berbagai macam penyebab yang
secara periodik mengakibatkan anak berada dijalanan. Untuk
3. Vulberable children to be street itu, model penanganan terhadap anak selalu
children berbeda dan disesuaikan dengan kondisinya.
Anak yang rentan menjadi anak Pada saat ini, alternatif penanganan anak
jalanan. Umumnya mereka masih jalanan mengarah ke pemberian pelayanan
sekolah dan putus sekolah, dan masih sosial kepada anak jalanan yang dilakukan
ada hubungan teratur (tinggal) dengan oleh Rumah Perlindungan Anak (RPA). Pada
orang tuanya. hakikatnya, RPA sama dengan Rumah
Singgah. Hanya saja, beberapa lembaga
Anak turun ke jalanan disebabkan oleh menggunakan nama yang berbeda untuk
berbagai sebab. Ada beberapa faktor yang penyebutannya. Akan tetapi, pada saat
sekarang ini, Rumah Singgah dikenal dengan
nama RPA.
184
RPA sebagai sebuah bentuk pelayanan keterampilan guna membantu individu dalam
kesejahteraan sosial kepada anak, maka hal ini anak jalanan. Pengetahuan dan
pelayanan ini berhubungan dengan Pekerjaan keterampilan dari pekerjaan sosial salah
Sosial. Adapun definisi mengenai pekerjaan satunya meliputi proses pekerjaan sosial guna
sosial menurut Scrafia (1983) dalam membantu individu, kelompok maupun
Wibhawa, dkk (2010:45) memaparkan masyarakat. Jika dikaitkan dengan pelayanan
pengertian pekerjaan sosial sebagai : sosial yang diberikan kepada anak jalanan,
maka diketahui, RPA merupakan sebuah
Social work is the profesion which is wadah pelayanan sosial yang terorganisasi
primaly concerned with organized untuk membantu anak jalanan. Dengan
social service activity aimed to facilitate demikian, sebagai sebuah wadah yang
and strengthen basic relationship in the membantu anak jalanan, maka bisa dikatakan,
mutual adjustment between individual, bahwa pekerjaan sosial sedang dilakukan
and their social environtment for the didalam RPA melalui tahapan pelayanan
good of the individual and society, by sosial yang diberikan kepada anak jalanan.
the use of social work method.
Pekerjaan sosial sangat berperan
Pekerjaan sosial adalah profesi yang penting didalam pelayanan kepada anak.
bidang utamannya berkecimpung dalam Pelayanan sosial yang diberikan kepada anak
kegiatan pelayanan sosial yang jalanan, dikenal dengan nama pelayanan
terorganisasi, dimana tujuannya untuk kesejahteraan sosial bagi anak. Adapun
memfasilitasi dan memperkuat relasi strategi yang menjurus kepada pelayanan
dalam penyesuaian diri secara timbal kesejahteraan sosial bagi anak menurut
balik dan saling menguntungkan antar Suharto terbagi atas beberapa strategi :
individu dengan lingkungan sosialnya,
melalui penggunaan metode-metode 1. Child Based Services.
Pekerjaan Sosial. (Scrafica, 1983:3) 2. Institutional Based Services.
3. Family Based Service
Hampir serupa dengan Scrafica, 4. Community Based Services.
Friedlander, walter dan Apte (1980) dalam 5. Location Based Services.
Wibhawa, dkk(2010:45) menjelaskan 6. Half-way House Services.
mengenai pekerjaan sosial yaitu : 7. State Based Service. (Suharto,
1997:373-375)
“Social work is a professional service,
based on scientific knowledge and skill
Soetarso (1996) dalam Suharto (1997)
in human relation. Which help
selanjutnya menjelaskan, Adapun
individuals, groups, or communities
pelaksanaan model pelayanan Half-way
obtain social or personal satisfication
House Services menurut Soetarso (1996)
and interdepedence.”
dapat mengikuti struktur dan mekanisme
Pekerjaan sosial adalah pelayanan praktek pekerjaan sosial yang terdiri dari
profesional yang didasarkan pada “Identifikasi masalah, penyelidikan,
pengetahuan dan keterampilan ilmiah Intervensi sosial dan terminasi.” Struktur dan
guna membantu individu, kelompok mekanisme praktek pekerjaan sosial didalam
maupun masyarakat agar tercapainya pelayanan sosial dikenal juga dengan nama
kepuasan pribadi dan sosial serta proses pertolongan atau proses pekerjaan
kebebasan. (Friedlander, Walter A. Dan sosial.
Apte 1980:4) Rumah Perlindungan Anak sebagai
wadah penanganan anak jalanan, dalam
Dari dua definisi diatas, dijelaskan memberikan pelayanan kepada anak binaan
bahwa pekerjaan sosial adalah pelayanan menggunakan strategi pelayanan Half-way
profesional yang didasarkan pengetahuan dan House Services dimana anak-anak jalanan dan

185
keluarga anak bisa datang kapanpun ke rumah menganalisa data serta merumuskan
perlindungan anak dan Pekerja Sosial yang masalah yang dihadapi penerima
berada di rumah ini, menentukan program pelayanan.
kegiatan serta berbagai rumah perlindungan 3. Rencana Pelayanan
anak ini bersama dengan pengurus RPA. Ditinjau dari proses pekerjaan
Dalam membahas pelayanan sosial yang sosial, tahap ini merupakan tahap
diberikan oleh RPA, peneliti meninjau aspek- planning. Max Siporin(1975:251)
aspek yang terdapat pada tahapan pelayanan memberikan pengertian planning
sosial yang dilakukan oleh RPA pada sebagai berikut :
umumnya yang meliputi penjangkauan, “Planning defined as a deliberate,
assessment, rencana pelayanan, persiapan rational process that involves the
kegiatan, kegiatan dan tahap terakhir adalah choice of actions that are calcurated
terminasi. to achieve specifik objectives at
some future time.” It also is
1. Penjangkauan describe as policy choice and
Merupakan Tahap pertama yang programming in the light of facts.
mesti dilalui didalam pelayanan Projection and application of
sosial yang diberikan kepada anak value.” (Perencanaan didefinisikan
binaan oleh Yayasan. Adapun sebagai sebuah perundingan, proses
penjangkauan ditinjau dari rasional yang melibatkan pilihan,
perspkektif pekerjaan sosial tindakan-tindakan yang
menurut Max Siporin (1975 :193) diperhitungkan untuk mencapai
merujuk kepada engagment,intake tujuan-tujuan spesifik di waktu yang
dan contract. Adapun Engagment akan datang dan program yang
merupakan suatu periode dimana dilihat dari fakta-fakta, proyeksi dan
pekerja sosial mulai berorientasi aplikasi nilai-nilai)
terhadap dirinya sendiri, khususnya 4. Persiapan Kegiatan dan Pelaksanaan
mengenai tugas-tugas yang Kegiatan
ditanganinya. Dalam hal ini, pekerja Ditinjau dari proses pekerjaan
sosial yang bekerja dengan anak sosial, tahap ini merupakan tahap
jalanan mulai berorientasi terhadap intervensi Pada tahap ini
dirinya dan tugas-tugas mengenai dilaksanakan kegiatan-kegiatan
anak jalanan yang ditanganinya. pemecahan permasalahan penerima
Lalu, proses ini diikuti dengan pelayanan selain itu, dalam
kontak awal pekerja sosial dengan pelaksanaan intervensi ini, pekerja
penerima pelayanan dalam hal ini sosial dituntut untuk berusaha
anak jalanan dan pihak-pihak terkait melibatkan penerima pelayanan
yang selanjutnya diikuti dengan secara aktif pada setiap kegiatan
kontrak antara pekerja sosial dan yang dilakukannya. Adapun
penerima pelayanan. kegiatan yang diberikan kepada
2. Assessment anak berupa pendidikan dan
Merupakan tahap kedua yang mesti pelatihan vocational (kecakapan
dilalui oleh anak binaan di Rumah hidup) seperti pelatihan
perlindungan anak. Ditinjau dari keterampilan yang terdiri atas
perspektif pekerjaan sosial, Dalam pelatihan menjahit serta komputer,
kegiatan Assesment ini, pekerja pembinaan sikap dan mental positif,
sosial melakukan identifikasi home visit (kunjungan kerumah atau
masalah dan kebutuhan, keluarga anak jalanan) serta family
menentukan sumber-sumber yang Develpoment System yang diberikan
dibutuhkan dalam upaya pemecahan kepada orang tua dari anak jalanan
masalah, mengumpulkan dan
186
yang menjadi anak binaan, lalu sebaiknya melakukan tahap-tahap
selanjutnya ditinjau dari perspketif proses pekerjaan sosial didalam
Pekerjaan Sosial dilanjutkan dengan memberikan pelayanan sosialnya
tahap evaluasi. Pada tahap ini, bagi anak jalanan.
pekerja sosial melakukan penilaian Walaupun lembaga sosial ini telah
kembali semua kegiatan pertolongan menggunakan proses pekerjaan sosial dalam
yang telah dilaksanakan untuk menentukan bentuk pelayanan, akan tetapi
melihat tingkat keberhasilan pelayanan yang diberikan masih perlu
maupun hambatan-hambatannya. ditingkatkan.
Dalam tahap ini pekerja sosial
memulai kembali apa yang telah Penutup (Simpulan dan Saran)
dilakukan. Evaluasi merupakan
Sebagai seorang pekerja sosial yang
unsur yang cukup penting dalam
bekerja dengan anak, Maka saran yang bisa
pertolongan, Karena memungkinkan
diberikan berupa peningkatan pelayanan
suatu lembaga memberikan respon
dengan memperhatikan sistem lingkungan
dan pertanggung jawaban, baik
yang disebut dengan sistem dasar. Dalam
kepada klien maupun kepada
perpektif pekerjaan sosial, sistem lingkungan
keluarga klien. Kegiatan ini
memiliki kontribusi signifikan dalam proses
dilakukan untuk melihat kembali
dan praktek pekerjaan sosial, Sistem dasar ini
semua kegiatan yang telah
merupakan significant factors yang harus
dilakukan untuk melihat tingkat
diidentifikasi dan diklasifikasikan oleh
keberhasilan, kegagalan dan juga
pekerja sosial dalam menjalankan peran-peran
kendala.
profesionalnya. Pincus dan Minahan (1973)
5. Terminasi
dalam Suharto (1997:319) sistem dasar ke
Tahap pelayanan terakhir yang
dalam empat jenis, yaitu :
diberikan oleh RPA sama dengan
tahap terakhir pada proses pekerjaan 1. Sistem Pelaksana perubahan
sosial yakni tahap terminasi. (change agent system).
Ditinjau dari proses pekerjaan Sistem pelaksana perubahan adalah
sosial, terminasi merupakan tahap sekelompok orang yang tugasnya
pengakhiran kegiatan pertolongan memberi bantuan atas dasar keajian
pekerjaan sosial yang dilakukan yang berbeda-beda dan bekerja
apabila tujuan pertolongan telah dengan sistem yang berbeda-beda
tercapai atau penerima pelayanan pula ukurannya. Seorang pekerja
memerlukan rujukan kelembaga sosial dapat disebut sebagai
lain. Sedangkan terminasi yaitu pelaksana perubahan, sementara itu
tahap paling akhir dalam proses lembaga-lembaga kesejahteraan
pelayanan sosial. Tahap terminasi sosial yang mempekerjakannya
dilakukan bila tujuan pertama telah disebut sebagai sistem pelaksana
dicapai. Terminasi adalah perubahan.
perencanaan awal kerjasama antara Dalam meningkatkan pelayanan,
pekerja sosial dengan klien, Lembaga sosial merupakan sistem
terminasi dapat meningkatkan pelaksana perubahan, Dan orang-
fungsi sosial klien dan juga dapat orang yang berada pada lembaga
mengembangkan pengertian antara sosial merupakan pelaksana
klien dan pekerja sosial saat mereka perubahan. Jika lembaga sosial
bekerja sama. Tidak hanya pekerja sudah mempunyai sistem yang jelas
sosial yang melakukan tahapan ini. ukurannya dalam memberikan
Akan tetapi, para pengurus yayasan pelayanan, maka pelayanan dapat
yang bekerja dengan anak juga meningkat. Sebagai contoh, jika

187
lembaga memberikan pelatihan melakukan usaha-usaha perubahan
maka pelatihan itu harus dibuat melalui pelaksanaan tugas-tugas
ukuran yang jelas seperti rentang atau program
waktu pelatihan, metode kegiatan.(Pincus,1973:53-68)
pelatihan,dan evaluasi dari Pelayanan dapat ditingkatkan
pelatihan. dengan menggunakan pengetahuan
2. Sistem klien dari sistem kegiatan. Carannya, dari
Sistem klien dapat merupakan setiap pelayanan yang diberikan,
individu, kelompok, keluarga, Lembaga sebaiknya sudah
organisasi atau masyarakat yang menunjuk orang-orang yang
meminta bantuan atau pelayanan bertanggung jawab, selain pekerja
kepada sistem pelaksana perubahan. sosial dan juga orang-orang yang
Pada artikel ini, yang merupakan bisa diajak bekerja sama dalam
klien adalah anak jalanan beserta setiap pelayanan yang diberikan.
keluargannya. Lembaga sosial Adanya 4 sistem ini, diharapkan
sebaiknya sudah mengetahui siapa dapat digunakan oleh pengurus
saja klien yang akan diberi bantuan, yayasan beserta pekerja sosial agar
sehingga dalam memberikan tecipta pelayanan kesejahteraan
pelayanan, bentuk pelayanan tidak sosial bagi anak yang lebih baik.
hanya ditujukan kepada anak tetapi
juga kepada keluargannya dan
dengan adanya pengetahuan
Daftar Pustaka
mengenai sistem klien, maka
pelayanan yang diberikan oleh Departemen Sosial RI.2005. Petunjuk Teknis
lembaga akan banyak ragam serta Pelayanan Sosial Anak Jalanan.
jenisnnya disesuaikan dengan siapa Departemen Sosial Republik Indonesia.
kliennya. Jakarta
3. Sistem Sasaran
Sistem sasaran adalah pihak-pihak Direktorat Kesejahteraan Anak & Direktorat
yang dapat dijadikan sasaran Jendral Rehabilitasi Sosial Ri. 2010.
perubahan, atau dijadikan media Pedoman Pendampingan Kesejahteraan
yang dapat mempengaruhi proses Anak (PKSA).Kementrian Sosial
pencapaian tujuan pertolongan. Jika Republik Indonesia. Jakarta
pelayanan yang diberikan oleh
lembaga sosial belum ada baik Friedlander dan Apte.Z. 1980. Introduction to
dalam segi sumber daya yang Social Welfare. United State :
kurang atau dana yang belum University Of California At Berkeley
memadai, dengan menggunakan Hayat, Abdul. Kekerasan terhadap anak
pengetahuan mengenai sistem jalanan .2010. Yogyakarta: B2P3KS
sasaran, maka lembaga akan Press.
mencari pihak-pihak yang dapat
diajak bekerjasama untuk Huraerah, Abu. 2003. Isu Kesejahteraan
memaksimalkan pelayanan. Sosial.Bandung: Centre for political
Misalnnya, PKBM setempat sebagai and local Autonomy Studies.
rujukan, jika klien tidak bisa baca
dan tulis. Iskandar, Yusman .1993. Strategi Dasar
4. Sistem Kegiatan Membangun Kekuatan Masyarakat.
Sistem kegiatan menunjuk pada Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah
orang-orang yang bekerja sama Tinggi Kesejahteraan Sosial
dengan pekerja sosial untuk

188
Siporin, Max. 1975. Introduction To Social
work Practice. United State Of America Wibhawa, Budi dkk. 2010. Dasar- Dasar
: Macmillan Publishing co.inc Pekerjaan sosial. Bandung: Widya
padjadjaran
Suharto,Edi.2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung : Sumber lain
Refika Utama
Krismiyarsi,Dkk. 2004. Efektivitas Kebijakan
Suharto,Edi.1997.Pembangunan Kebijakan Pemerintah Mengenai Penanganan
Sosial dan Pekerjaan sosial; spektrum Anak Jalanan Melalui Model Rumah
pemikiran: Lembaga studi Singgah. Laporan Penelitian. Fakultas
pembangunan LSP-STKS Bandung. Hukum Universitas 17 Agustus 1945.
Semarang.
Sukoco, Dwi Heru. 1991. Profesi pekerjaan
sosial dan proses pertolongannya. http://sdc.depsos.go.id/diakses 6 september
Bandung : Kopma STKS 2014, pada pukul 09.02 WIB
Soetarso.1997. Kesejahteraan sosial, http://bandung.go.id/site/RPJMD_2014/Ranca
pelayanan sosial dan kebijakan sosial. ngan_Akhir_RPJMD_2014_02_16.pdf,
Jakarta : Bina Aksara di unduh 8 september 2014

189

Anda mungkin juga menyukai