Anda di halaman 1dari 175

SKRIPSI

ANALISIS KINERJA LEMBAGA PENYELENGGARA


PELAYANAN SOSIAL DALAM PEMBINAAN ANAK
PENYANDANG TUNAGRAHITA TERLANTAR
(Studi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri
Kota Surabaya)

Oleh :

NASSA YULINDA SARI

NIM 2018.05.1.0030

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2022
i
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini merupakan hasil karya yang saya

persembahkan untuk mama dan papa tercinta, dan

keluarga besar yang telah memberikan semangat,

motivasi, serta dorongan kepada saya, berkat do’a

merekalah saya bisa menyelesaikan studi akademis dan

juga Almamater yang saya banggakan.

v
HALAMAN MOTTO

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”

(QS. Al - Insyirah : 5-6)

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Analisis Kinerja Lembaga
Penyelenggara Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Tunagrahita
Terlantar (Studi Di Unit Pelaksana Teknis Kampung Anak Negeri Kota
Surabaya).” Pada penelitian skripsi ini tidak akan berjalan lancar dan berhasil
dengan baik tanpa adanya bantuan, baik dari bimbingan dan dorongan motivasi
dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis dengan kerendahan hati
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Supartono, M.M., CIQaR selaku Rektor Universitas Hang
Tuah Surabaya.
2. Bapak Dr. Edi Suhardono, S.E., M.AP., CIQnR selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hang Tuah Surabaya.
3. Bapak M. Husni Tamrin, S.AP., M.KP selaku Ketua Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hang
Tuah Surabaya.
4. Ibu Dr. Sri Wahyuni, M.Si selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis.
5. Ibu Dr. Sri Umiyati, M.Si selaku dosen penguji 1 skripsi penulis yang bersedia
meluangkan waktunya untuk memberikan saran, masukan dan motivasi untuk
skripsi penulis.
6. Bapak Sasmito Jati Utama, S.Sos., MAP selaku dosen penguji 2 skripsi penulis
yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan saran, masukan dan
motivasi untuk skripsi penulis.
7. Bapak dan Ibu dosen serta para staf program studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

vii
8. Kedua Orang tua tercinta, Mama dan Papa atas segala do’a, dorongan
semangat dan motivasi serta dukungan moral dan material.
9. Bapak Cholik Anwar S. Kep, N.s selaku Kepala UPTD dan seluruh staf UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.
10. Ibu Eka Susanti, M.Pd yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberi
banyak masukan di dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Nabilla Naratika dan Aulia Friedel Syahl, saudara sepupu saya tercinta yang
telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Elfhira Juli Safitri dan Bunga Dwima Sarry, sahabat saya tercinta yang telah
memberikan semangat, motivasi, do’a, menemani dan memberikan kontribusi
yang luar biasa dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Team Ayo Lulus, Sherin, Eca, Syafira, Nina, dan Abel yang telah memberikan
motivasi dan dorongan semangat.
14. Teman-teman saya, Ananda Helena, Nabila Rosa, Rafysyany, Chiesa Rizkya,
Widya Safitri, Listyana Karina, Rahmania, Maulida, Mas Hendra dan Vera
yang telah banyak berdiskusi dan memberikan semangat serta motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
15. Teman-teman angkatan 2018 yang telah memberikan saran, motivasi, semangat
dan membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.
16. Almamaterku tercinta Universitas Hang Tuah Surabaya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan dan masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis berharap
kiranya ada saran dan kritik yang membangun. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 13 Juli 2022

Penulis

viii
ABSTRAK

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang perlu


mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah salah satunya adalah anak
penyandang tunagrahita terlantar. Kelompok masyarakat tersebut termasuk
masyarakat marginal dan rentan. Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial,
membentuk UPTD Kampung Anak Negeri. Hal tersebut tercantum pada Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 119 Tahun 2021 tentang Pembentukan dan Susunan
Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri Pada Dinas
Sosial Kota Surabaya. Pada penelitian ini masalah yang dihadapi UPTD Kampung
Anak Negeri ini bahwa kebutuhan sumber daya manusia untuk pendamping masih
kurang, terdapat anak penyandang tunagrahita terlantar yang telah dewasa tidak
diberikan bimbingan lanjutan dan tidak adanya fasilitas pendidikan secara formal.
Tujuan penelitian untuk menganalisis dan mengetahui beserta faktor pendukung
dan penghambat kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam
pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak
Negeri Kota Surabaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teori dalam penelitian ini menggunakan panduan bagi organisasi publik
dalam menyusun laporan kinerja, yaitu Lembaga Administrasi Negara (LAN,
2018). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pada indikator masukan (input)
sudah memadai dalam kebutuhan SDM, sumber alokasi anggaran dana dan
kebijakan atau Standar Operasional Prosedur (SOP). Namun, dalam perbandingan
rasio secara ideal belum memiliki acuan. Indikator keluaran (output) sudah terlihat
dalam pemberian keterampilan. Indikator hasil (outcome) telah memenuhi dari
kebutuhan fisik dan non fisik, namun pada pendidikan belum diberikan.
Kemudian, adanya peningkatan potensi dengan adanya hasil karya anak
penyandang tunagrahita terlantar. Indikator manfaat (benefit) juga telah dirasakan
anak penyandang tunagrahita terlantar baik manfaat dalam jangka menengah,
seperti dapat mewujudkan kemandirian dalam kegiatan sehari-hari dan manfaat
jangka panjang yaitu jika anak penyandang tunagrahita masih memiliki keluarga
akan dipulangkan. Pada indikator dampak (impact) dalam hal positif dapat dilihat
adanya peningkatan semangat belajar bagi anak penyandang tunagrahita terlantar,
sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan yakni terdapat anak penyandang
tunagrahita terlantar tidak mau dilakukan reunifikasi kepada pihak keluarga.

Kata Kunci : Kinerja Lembaga, Pelayanan Sosial, Anak Penyandang


Tunagrahita Terlantar.

ix
ABSTRACT

People with Social Welfare Problems (PMKS) who need special attention
from the government, one of which is neglected children with mental retardation.
These community groups include marginalized and vulnerable communities. The
Surabaya City Government through the Social Service, formed the UPTD for
Kampung Anak Negeri. This is stated in the Surabaya Mayor's Regulation
Number 119 of 2021 concerning the Establishment and Organizational Structure
of the Technical Implementation Unit of the State Children's Village Service at
the Surabaya City Social Service. In this study, the problems faced by UPTD
Kampung Anak Negeri are that the need for human resources for companions is
still lacking, there are neglected children with mental retardation who have
grown up not given further guidance and there are no formal educational
facilities. The purpose of the study was to analyze and determine the supporting
and inhibiting factors for the performance of social service providers in fostering
neglected children with mental retardation in UPTD Kampung Anak Negeri
Surabaya City. The method used in this research is a qualitative method with a
descriptive approach. Data collection techniques in this study using observation,
interviews and documentation.
The theory in this study uses guidelines for public organizations in
compiling performance reports, namely the State Administration Agency (LAN,
2018). The results of the study indicate that the input indicators are adequate in
terms of HR needs, sources of budget allocations and policies or Standard
Operating Procedures (SOP). However, in the ratio comparison ideally does not
have a reference. Indicators of output (output) have been seen in the provision of
skills. The outcome indicators (outcomes) have met the physical and non-physical
needs, but education has not been provided. Then, there is an increase in
potential with the work of neglected children with mental retardation. Benefit
indicators have also been felt by neglected children with mental retardation, both
in the medium term, such as being able to realize independence in daily activities
and long-term benefits, namely if children with mental retardation still have
families they will be sent home. In the impact indicator, in positive terms, it can
be seen that there is an increase in learning enthusiasm for neglected children
with mental retardation, while the negative impact caused is that there are
neglected children with mental retardation who do not want to be reunified to the
family.
Keywords: Institutional Performance, Social Services, Abandoned Children
with Disabilities.

x
DAFTAR ISI

SKRIPSI...................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI.............................................................ii
PENGESAHAN SKRIPSI....................................................................................iii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..............................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v
HALAMAN MOTTO...........................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
ABSTRACT............................................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL...............................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................11
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................12
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................14
2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................................14
2.2 Landasan Konseptual...............................................................................20
2.2.1 Kinerja..............................................................................................20
2.2.2 Pelayanan Sosial..............................................................................28
2.2.3 Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar......................30
2.3 Kerangka Konseptual...............................................................................32
2.4 Definisi Konsep........................................................................................33
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................38

xi
3.1 Jenis Penelitian.........................................................................................38
3.2 Fokus Penelitian.......................................................................................39
3.3 Lokasi Penelitian......................................................................................42
3.4 Subyek dan Sumber Informasi.................................................................43
3.5 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................44
3.6 Teknik Analisis Data................................................................................47
3.7 Teknik Keabsahan Data............................................................................49
3.8 Instrumen Penelitian.................................................................................52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................53
4.1 Gambaran Umum Lokasi..........................................................................54
4.1.1 Sejarah Singkat UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya......54
4.1.2 Lokasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya....................56
4.1.3 Visi dan Misi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.........57
4.1.4 Susunan Organisasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya58
4.1.5 Tujuan UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya....................64
4.1.6 Sasaran UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...................64
4.2 Temuan dan Analisa Data..........................................................................67
4.2.1 Kinerja Lembaga Penyelenggara Pelayanan Sosial dalam Pembinaan
Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar di UPTD Kampung Anak
Negeri Kota Surabaya......................................................................68
4.2.2 Matriks Penilaian Analisis Kinerja Lembaga Penyelenggara
Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita
Terlantar Di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya..........107
4.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja UPTD Kampung Anak
Negeri Pelayanan Sosial dalam Pembinaan Anak Penyandang
Tunagrahita Terlantar.....................................................................110
4.3 Relevansi Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang................112
BAB V PENUTUP..............................................................................................115
5.1 Kesimpulan..............................................................................................115
5.2 Saran .......................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................118
LAMPIRAN........................................................................................................120

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 :
Matriks Penelitian Terdahulu..........................................................18
Tabel 2.2 :
Peta Teori Kinerja Organisasi.........................................................27
Tabel 2.3 :
Operasional Konsep........................................................................37
Tabel 4.1 :
Daftar Nama Pegawai di UPTD Kampung Anak Negeri
Kota Surabaya.................................................................................62
Tabel 4.2 : Daftar Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................................65
Tabel 4.3 : Analisis Indikator Masukan (Input) Kinerja di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................................80
Tabel 4.4 : Jadwal Kegiatan Rutin Anak Binaan..............................................87
Tabel 4.5 : Analisis Indikator Keluaran (Output) Kinerja di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................................89
Tabel 4.6 : Analisis Indikator Hasil (Outcome) Kinerja di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................................97
Tabel 4.7 : Analisis Indikator Manfaat (Benefit) Kinerja di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................................102
Tabel 4.8 : Analisis Indikator Dampak (Impact) Kinerja di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................................107
Tabel 4.9 : Matriks Penilaian Analisis Lembaga Penyelenggara Pelayanan
Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar
di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya...........................108
Tabel 4.10 : Relevansi Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang........113

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Kerangka Konseptual....................................................................32


Gambar 3.1 : Komponen dalam Analisis Data Kualitatif/Model Interaktif........49
Gambar 4.1 : Lokasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya..................56
Gambar 4.2 : Bagan Susunan Organisasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota
Surabaya.........................................................................................59
Gambar 4.3 : Pihak Kelurahan dan Keluarga Menyerahkan Anak Penyandang
Tunagrahita Terlantar ke UPTD Kampung Anak Negeri..............72
Gambar 4.4 : Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar dari UPTD Liponsos
Keputih..........................................................................................73
Gambar 4.5 : Pelatihan untuk Pendamping Anak Penyandang Tunagrahita
Terlantar di Kota Malang..............................................................76
Gambar 4.6 : Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar Kategori Ringan
Sedang Membatik.........................................................................85
Gambar 4.7 : Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar Kategori Ringan
Sedang Mengepel........................................................................100

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Interview Guide............................................................................120


Lampiran 2 : Dokumentasi Kegiatan.................................................................123
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara..................................................................127
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi.......................................................................152
Lampiran 5 : Hasil Turnitin...............................................................................153

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara mempunyai tanggung jawab untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum

dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Indonesia dikenal sebagai negara dengan penduduk yang sangat banyak,

maka perlu adanya peningkatan pembangunan untuk menopang

kesejahteraan penduduknya. Kesejahteraan sosial ialah salah satu tujuan

suatu negara yang harus diwujudkan oleh pemerintah untuk seluruh

masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial, kesejahteraan dapat terwujud apabila dengan adanya

kebutuhan material, spiritual serta sosial. Hal ini diharapkan masyarakat

mampu mendapatkan hidup yang layak dan mampu mengembangkan potensi

diri sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya (Indonesia, 2009).

Penanganan permasalahan kesejahteraan sosial perlu terus dilakukan

secara berkesinambungan agar tujuan pembangunan nasional dapat

ditingkatkan dan jangkauan pelayanan dapat diperluas. Sebagaimana telah

dijelaskan bahwa pembangunan nasional merupakan suatu upaya

peningkatan kualitas pada masyarakat Indonesia secara eksklusif dengan

melakukan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang

memperhatikan tantangan perkembangan secara global.


2

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang perlu

mendapatkan perhatian khusus ialah penyandang disabilitas. Perhatian dunia

terhadap hak-hak penyandang disabilitas tercermin pada Resolusi Nomor

A/61/106 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai

Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi tentang

Hak-Hak Penyandang Disabilitas) pada tanggal 13 Desember 2006.

Resolusi tersebut memuat hak-hak penyandang disabilitas dan menyatakan

akan mengambil langkah-langkah untuk menjamin pelaksanaan konvensi

tersebut.

Berdasarkan data berjalan pada tahun 2018 dari Badan Pusat

Statistik (BPS), jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 21,8

juta. Kemudian, jumlah penyandang disabilitas berdasarkan data dari Sistem

Informasi Management Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial

(Kemensos, 2018), dimana Provinsi Jawa Timur yang menduduki urutan

kedua dengan jumlah penyandang disabilitas terbesar. Hal tersebut dapat

dilihat dari data tahun 2018 jumlah tertinggi terdapat pada Provinsi Jawa

Barat yakni berjumlah 27.601 orang, disusul Provinsi Jawa Timur 22.341

orang dan di urutan ketiga terdapat pada Provinsi Jawa Tengah 17.694

orang. Sedangkan di Kota Surabaya, jumlah penyandang disabilitas menurut

Dinas Sosial Kota Surabaya pada tahun 2018 sebesar 8.671 orang. Data

yang telah disajikan tersebut menunjukkan bahwa penyandang disabilitas di

Indonesia masih mengalami kondisi yang memprihatinkan, yaitu dari

permasalahan pendidikan, lapangan pekerjaan, penerimaan masyarakat,

serta masalah perlindungan sosial.


3

Penyandang disabilitas memiliki hambatan berupa hambatan fisik,

maupun hambatan yang disebabkan oleh sikap dan program yang tidak

berpihak. Penyandang disabilitas tidak dipandang sebagai kondisi fisik yang

melekat pada individu, namun lebih kepada interaksi antara individu yang

memiliki keterbatasan fungsi dalam berpartisipasi dengan lingkungannya.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang

Disabilitas menyatakan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak yang

sama, memiliki kesamaan kesempatan dalam pemberian peluang dan/atau

penyediaan akses untuk menyalurkan potensi pada segala aspek

penyelenggaraan negara dan masyarakat. Penyandang disabilitas juga

mendapatkan hak untuk dilindungi dan dijaga oleh negara.

Menurut data dari World Health Organization (WHO) juga

mengatakan bahwa 80% anak penyandang disabilitas tinggal di negara

berkembang. Ada lebih dari 100 juta anak dengan penyandang disabilitas

empat kali lebih mungkin menjadi korban kekerasan. Hal tersebut

dipertegas oleh Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2017 mengenai

Perlindungan Khusus Bagi Anak Penyandang Disabilitas menyatakan

bahwa setiap anak penyandang disabilitas berhak untuk tumbuh dan

berkembang serta berhak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan

dan diskriminasi. (PPPA, 2017)

Anak dengan status terlantar dan anak penyandang disabilitas

memiliki hambatan yang cenderung serupa dalam proses tumbuh

kembangnya. Anak terlantar cenderung terabaikan hak-hak dasarnya karena


4

tidak ada keluarga yang menjamin akan tumbuh kembangnya. Sedangkan

anak penyandang disabilitas memiliki permasalahan dalam proses tumbuh

kembang karena gangguan atau hambatan yang dimilikinya (Mahdalela,

2013). Untuk itu, anak dengan disabilitas memerlukan peran keluarga yang

lebih khusus dibandingkan anak-anak normal lainnya. Namun, kembali

berbicara mengenai fakta, anak-anak disabilitas ini justru dibuang dan

ditelantarkan sehingga mereka menyandang status sebagai anak disabilitas

terlantar yang bahkan sebagian besar dibuang oleh keluarganya.

Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2016 mengenai

Penyandang Disabilitas menyebutkan bahwa penyandang disabilitas

merupakan individu yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental,

dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama, sehingga dalam berinteraksi

dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk

berpartisipasi secara penuh. Penyandang Disabilitas memiliki berbagai

ragam yaitu penyandang disabilitas fisik, penyandang disabilitas intelektual,

penyandang disabilitas sensorik, serta penyandang disabilitas mental.

Penyandang disabilitas mental salah satunya yaitu anak penyandang

tunagrahita. Tunagrahita merupakan istilah dari individu yang mempunyai

kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan

retardasi mental, yang ditandai dengan keterbatasan intelegasi serta tidak

memiliki kecakapan dalam berinteraksi sosial. (Smart, 2010)

Klasifikasi anak penyandang tunagrahita menurut American

Association of Mental Deficiency (AAMD) dalam (Apriyanto, 2012) dibagi

menjadi 4 jenis yaitu : Tunagrahita Ringan (Mild Mental Retardation) yang


5

memiliki IQ 70-55, Tunagrahita Sedang (Moderate Mental Retardation)

yang memiliki IQ 55-40, Tunagrahita Berat (Severe Mental Retardation),

dan Sangat Berat (Profound Mental Retardation) yang memiliki IQ 25

kebawah. Sedangkan klasifikasi anak penyandang tunagrahita di Indonesia

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 yaitu:

Tunagrahita Ringan dengan individu yang memiliki IQ 50-70, lalu pada

Tunagrahita Sedang memiliki IQ 30-50 serta Tunagrahita Sangat Berat

memiliki IQ kurang dari 30. Sehingga pada klasifikasi tersebut dapat

disimpulkan bahwa anak penyandang tunagrahita hanya memiliki IQ 70

kebawah dari IQ 80-90 anak normal. Kondisi anak penyandang tunagrahita

tersebut membuat kesulitan dalam berfikir, mengurus dirinya sendiri, serta

mereka lebih banyak menggantungkan diri kepada bantuan orang lain.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang perlu

mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah, salah satunya adalah anak

penyandang tunagrahita terlantar. Kelompok masyarakat tersebut termasuk

masyarakat marginal dan rentan, kelompok tersebut mempunyai sejumlah

masalah. Salah satu diantaranya yaitu ketidaksanggupan untuk

berkomunikasi dengan baik. Anak penyandang tunagrahita terlantar tanpa

keluarga yang memperhatikan, akan mengalami kesulitan dalam menjalani

kehidupan. Sehingga hal tersebut dapat membuat pemenuhan kebutuhan

sandang, pangan dan papan bisa terancam, serta kualitas hidup mereka akan

berpotensi terus menurun. Seperti amanat Undang-Undang Dasar, sudah

menjadi kewajiban negara untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang

miskin dan terlantar.


6

Kondisi diatas Pemerintah Kota Surabaya melaksanakan inovasi

sehubungan dengan pelayanan sosial bagi anak penyandang tunagrahita

terlantar. Secara khusus Pemerintah Kota melalui Dinas Sosial, membentuk

UPTD bernama Kampung Anak Negeri. UPTD Kampung Anak Negeri

tersebut terbagi menjadi dua wilayah, kantor pertama ada di wilayah

Kalijudan, kemudian kantor yang kedua di Wonorejo. Keduanya

mempunyai spesifikasi pelayanan yang berbeda-beda, di wilayah Kalijudan

untuk anak tunagrahita (anak berkebutuhan khusus) dan mahasiswa asuh,

sedangkan di wilayah Wonorejo untuk anak jalanan atau anak yang

terlantar.

Hal tersebut tercantum pada Peraturan Walikota Surabaya Nomor

119 Tahun 2021 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit

Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri Pada Dinas Sosial Kota

Surabaya. (Nasional et al., 2018). UPTD Kampung Anak Negeri

mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang sosial,

khususnya dalam memberikan pelayanan serta membina dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita

terlantar dan mahasiswa asuh. Namun pada penelitian ini, penulis hanya

berfokus pada anak penyandang tunagrahita terlantar yang berlokasi di

Kalijudan. Tujuan dari dibentuknya organisasi tersebut, untuk meningkatkan

mutu pelayanan bagi anak penyandang tungrahita terlantar. Di tempat itu,

para anak penyandang tunagrahita terlantar diberikan pendampingan dan

pembinaan secara komprehensif.


7

Anak penyandang tunagrahita terlantar yang dimaksud ialah mereka

yang ditemukan oleh Satpol PP di jalanan menjadi pengemis, dan

pengamen. Kadang kala, mereka hanya ditemani sesama para penyandang

masalah kesejahteraan sosial lainnya. Anak penyandang tunagrahita yang

terlantar di jalanan, dapat disebabkan oleh keluarga yang sudah tidak ada

atau meninggal semua. Dapat juga, karena ditinggalkan oleh keluarga yang

berasal dari ekonomi lemah. Ada pula yang terlantar karena hilang dari

pengawasan keluarga. Anak penyandang tunagrahita tersebut jalan sendirian

hingga jauh dari jangkauan keluarga, kemudian menghilang. Adanya tempat

perawatan khusus bagi anak penyandang tunagrahita terlantar ini tujuannya

untuk membantu mereka dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar hidupnya.

Program yang dilaksanakan Pemerintah memiliki jalur yang telah

ditentukan sejak awal. Penanganan ini mengacu pada masing-masing

kebutuhan anak penyandang tunagrahita terlantar yang ada. Sejauh ini,

mereka yang berada di UPTD Kampung Anak Negeri wilayah Kalijudan ini

memiliki kekhususan yang variatif, antara lain: down syndrome, autis, dan

hyperactive.

Merujuk pada data yang telah dibahas sebelumnya, kasus anak-anak

penyandang tunagrahita terlantar ternyata masih memerlukan penanganan

yang cukup serius. Terlebih lagi anak-anak penyandang tunagrahita

terlantar yang belum bisa memperjuangkan haknya sendiri. Hal ini dapat di

latar belakangi oleh beberapa sebab, antara lain: masih kurangnya kesadaran

orang tua terkait tanggung jawab dalam mengasuh anak dan juga faktor

rendahnya tingkat pendapatan ekonomi, sehingga anak ditelantarkan begitu


8

saja. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan sebuah upaya

peningkatan kualitas hidup melalui pembinaan bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar, agar mendapatkan penghidupan yang layak dan

tercapainya tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh

pemerintah.

Pemerintah Kota Surabaya khususnya di Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD) Kampung Anak Negeri Kota Surabaya memberikan

pembinaan bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yaitu

anak penyandang tunagrahita terlantar. Pelaksanaan pembinaan anak

penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri yang ada

di wilayah Kalijudan tidak begitu saja dilakukan, namun melalui tahapan.

Tahap pertama yang dilakukan oleh pihak UPTD adalah melakukan

identifikasi, penelaahan dan pengungkapan permasalahan yang dihadapi

oleh anak penyandang tunagrahita terlantar. Kemudian tahap penerimaan

anak penyandang tunagrahita terlantar melalui registrasi, pengasramaan dan

penempatan kedalam kegiatan pembinaan. Selain mendapatkan pembinaan,

anak penyandang tunagrahita terlantar juga mendapatkan fasilitas kebutuhan

jasmani (sandang, pangan dan papan), pemenuhan kebutuhan spiritual

(dukungan sosial, psikologis dan pendidikan) dan pelayanan kesehatan.

Tahapan yang selanjutnya adalah bimbingan sosial dan keterampilan, seperti

bimbingan fisik, mental/budi pekerti, sosial dan keterampilan. Tahapan

pembinaan tersebut juga terdapat pada kajian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian penulis, yakni penelitian yang di teliti oleh (Riyanto,

2018) mengenai kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Liponsos Keputih


9

Surabaya dalam pelayanan sosial dasar bagi gelandangan dan pengemis.

Pada penelitian tersebut terdapat tahap pembinaan yang terdiri dari

bimbingan mental, bimbingan jasmani, bimbingan sosial dan bimbingan

keterampilan.

Proses pembinaan anak-anak penyandang tunagrahita terlantar ini

masih mengalami beberapa kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya.

Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Nanik selaku Kepala UPTD Kampung

Anak Negeri seperti berikut ini : “Ada dua orang pendamping,

mendampingi sekitar 36 anak penyandang disabilitas itu yang membuat

agak kuwalahan”. (Wawancara pada tanggal 10 November 2021).

Penjelasan Ibu Nanik tersebut diketahui bahwa di UPTD Kampung Anak

Negeri wilayah Kalijudan masih terdapat hambatan dalam mendampingi

anak-anak penyandang tunagrahita terlantar. Seperti kurangnya jumlah

pendamping bagi anak-anak penyandang tunagrahita terlantar.

Pengungkapan permasalahan diatas, didukung oleh data yang

menunjukkan bahwa jumlah pendamping untuk anak penyandang disabilitas

terlantar hanya berjumlah 9 orang. Sedangkan, jumlah keseluruhan anak

penyandang tunagrahita terlantar per tanggal 10 November 2021 berjumlah

55 anak. Tugas pendamping dibagi menjadi dua bagian shift yakni shift pagi

dan malam untuk mendampingi, mengawasi dan membina anak penyandang

tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri wilayah Kalijudan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan sumber daya manusia untuk

para pendamping memang masih kurang dan kesulitan dalam mendampingi,

mengawasi dan membina anak penyandang tunagrahita terlantar.


10

Selain mengalami hambatan dalam mendampingi, mengawasi dan

membina anak penyandang tunagrahita terlantar, permasalahan selanjutnya

berdasarkan observasi awal penelitian yang dilakukan oleh peneliti melihat

bahwasannya terdapat anak penyandang tunagrahita yang telah dewasa tidak

diberikan bimbingan lanjutan dan untuk fasilitas pendidikan secara formal

untuk anak penyandang tunagrahita tidak dilanjutkan.

Hal tersebut di dukung adanya penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Arief Adhityanto Prakoso pada tahun 2018 yang berjudul

“Pemberdayaan Tunagrahita dalam Perspektif Pemenuhan Kebutuhan Dasar

pada Unit Pelaksana Teknis Dinas Pondok Sosial Kalijudan (UPTD Ponsos

Kalijudan) Dinas Sosial Kota Surabaya” menyatakan bahwa dalam

menjalankan kegiatan pemberdayaan menemui beberapa masalah. Masalah

dalam pemberdayaan anak tunagrahita dalam pengembangan potensi diri

diantaranya sulitnya komunikasi antara instruktur dan anak tunagrahita,

perubahan emosi dari anak tunagrahita yang tidak stabil, belum adanya

program tingkat lanjut khususnya bagi anak tunagrahita yang telah dewasa

dan yang terakhir kurangnya perhatian UPTD pada pendidikan formal dan

cenderung pada pendidikan informal (Prakoso, 2018).

Maka dengan ini, tuntutan kinerja UPTD perlu ditinjau untuk

mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan pelaksanaan tugas-tugas

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki dan program atau kebijakan serta visi dan misi dalam menangani

permasalahan anak penyandang tunagrahita terlantar.


11

Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah pada

topik penelitian yaitu kinerja dan pelayanan sosial. Penelitian ini diharapkan

dapat memberikan input yang berupa rekomendasi bagi kinerja UPTD yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan memenuhi hak-hak anak

penyandang tunagrahita terlantar agar mendapatkan hak yang sama seperti

anak dengan normal lainnya. Penelitian ini menggunakan indikator kinerja

suatu organisasi publik agar dapat dilihat sejauh mana organisasi dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan pada visi dan misi.

Maka dari itu, diperlukan beberapa informasi tentang kinerja organisasi

terhadap proses kerja yang dilakukan suatu organisasi selama ini, sudah

sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Kinerja Lembaga

Penyelenggara Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang

Tunagrahita Terlantar (Studi di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kampung

Anak Negeri Kota Surabaya)”.

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam

pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung

Anak Negeri Kota Surabaya ?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat kinerja lembaga penyelenggara

pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita

terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya ?


12

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial

dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kinerja lembaga

penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang

tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan manfaat yang akan dicapai dari hasil penelitian ini

diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

untuk menambah wawasan mengenai kinerja organisasi dalam

pelayanan sosial yang merupakan suatu rangkaian kajian dalam

bidang manajemen sumber daya manusia pada mata kuliah

Administrasi Publik. Kajian yang khususnya dalam hal ini terkait

kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan

anak penyandang tunagrahita terlantar. Selain itu sebagai salah satu

acuan untuk pembelajaran bagi jurusan Administrasi Publik

kedepannya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan mampu untuk

memberikan sebagai berikut:


13

1) Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber wawasan terkait

kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan

bagi anak penyandang tunagrahita terlantar serta masyarakat yang

tidak mampu akan terbantu dengan adanya fasilitas yang diberikan

oleh pemerintah.

2) Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran bagi

pemerintah dalam hal kinerja lembaga penyelenggara pelayanan

sosial dalam pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar

yang ada di UPTD Kampung Anak Negeri dan dapat menjadi tolok

ukur lembaga pemerintah terkait dalam meningkatkan kualitas

pelayanan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebuah penelitian tidak luput dari adanya proses penelitian

terdahulu, maka peneliti berusaha untuk menjelaskan beberapa hasil

penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dan bisa dijadikan sebagai

tolok ukur, agar memudahkan peneliti dalam menyusun sebuah penelitian

yang akan diteliti yaitu mengenai Analisis Kinerja Lembaga

Penyelenggara Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang

Tunagrahita Terlantar Studi di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya. Berdasarkan tema dan topik

penulisan penelitian, ada beberapa penelitian memiliki keterkaitan dengan

penelitian yang peneliti lakukan. Berikut beberapa kajian yang relevan

dalam penelitian diantaranya sebagai berikut :

Penelitian yang pertama yang peneliti temukan adalah penelitian

yang dilakukan oleh (Riyanto, 2018) yang berjudul “Kinerja Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Liponsos Keputih Surabaya Dalam Pelayanan

Sosial Dasar Bagi Gelandangan dan Pengemis”. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif

dengan menggunakan teori kinerja Lembaga Administrasi Negara (LAN).

Adapun hasil penelitian berdasar indikator kinerja organisasi Lembaga

Administrasi Negara (LAN). Hasil dari penelitian yang pertama yaitu

mengenai input kinerja, diketahui belum memenuhi aspek pelayanan sosial

dasar bagi gelandangan dan pengemis di UPT Liponsos. Kedua, proses


15

kinerja personil di UPT Liponsos Keputih telah memenuhi, hal ini

didasarkan atas Surat Perintah Kerja (SPK). Ketiga, keluaran kinerja yang

sudah tercapai yakni adanya peningkatan misi untuk rehabilitasi sosial

hasil razia dan adanya penampungan. Keempat, hasil kinerja personil

dalam memenuhi aspek kebutuhan fisik (sandang, pangan) dan non-fisik

(dukungan sosial, dan psikologis) telah memenuhi dan cukup. Kelima,

dampak kinerja personil dalam peningkatan hal yang positif dalam

pemberian terapi okupasi atau memberikan terapi agar bisa berdaya sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh (Emsa & Anwar, 2019) yang

berjudul “Kinerja Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial di

Dinas Sosial Kota Bekasi”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan

teori Mahsun (2016). Adapun hasil penelitian berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Mahsun terlihat bahwa (1) Masukan (Input), minimnya

anggaran, kurang optimal dalam merealisasikan anggaran dan tenaga kerja

profesional yang masih sedikit. (2) Proses (Process), peran pelaksana yang

saling adanya kerja sama. (3) Keluaran (Output), target pencapaian sasaran

kurang optimal. (4) Hasil (Outcome), terjalinnya kerjasama antara Dinas

Sosial dengan UPD tingkat lokal Kota Bekasi. (5) Manfaat (Benefit),

terpenuhinya bahan pokok permakanan bagi lansia. (6) Dampak (Impact),

keterampilan didapat oleh sasaran program, sehingga menjadi berdaya.


16

Penelitian yang dilakukan (Ersi, 2019) yang berjudul “Kinerja

UPTD Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Andam Dewi Provinsi

Sumatera Barat Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Wanita Tuna Susila

(WTS) Tahun 2017”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori

Mahmudi (2010). Adapun hasil penelitian berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Mahmudi terlihat bahwa (1) Input, SDM yang dimiliki

oleh PSKW Andam Dewi belum baik dan belum terdapat kekurangan

dalam segi anggaran, sarana dan prasarana serta tidak kejelasan tupoksi

SDM. (2) Process, PSKW Andam Dewi sudah melakukan proses

rehabilitasi sesuai dengan tahapan rehabilitasi yang diatur PP No. 39

Tahun 2012, namun masih terdapat beberapa tahapan yang belum

maksimal, dari segi waktu tidak adanya kejelasan. (3) Output, PSKW

Andam Dewi telah menyelesaikan proses rehabilitasi kepada warga binaan

yang sudah melewati tahapan rehabilitasi. (4) Outcome, PSKW Andam

Dewi belum memberikan apa yang dibutuhkan warga binaan setelah

diterminasi. (5) Benefit, PSKW Andam Dewi belum mampu melakukan

dengan maksimal, PSKW Andam Dewi tidak berpatokan pada indikator

keberhasilan organisasi.

Penelitian yang dilakukan (Sajow et al., 2019) yang berjudul

“Kinerja Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menangani

Anak Terlantar di Kota Manado”. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan

menggunakan teori Dwiyanto (Pasolong, 2013) Adapun hasil penelitian


17

adalah keterbatasan anggaran untuk menjalankan setiap program atau

kegiatan. Capaian kerja terkait dengan program penanganan anak terlantar

sudah berjalan tetapi belum maksimal karena masih adanya hambatan atau

kendala. Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat sudah mampu

memberikan pelayanan yang membuat masyarakat merasa nyaman/puas

dan terpenuhi apa yang menjadi kebutuhan dari masyarakat. Kemudian,

dalam hal pemberian bantuan sosial tidak sesuai dengan prosedur yang

dibuat oleh Dinas Sosial Kota Manado atau tidak tepat sasaran.

Penelitian yang dilakukan (Ferananda, 2019) yang berjudul

“Kinerja Dinas Sosial Kota Pontianak Dalam Menangani Pengemis di

Kota Pontianak”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan teori

Dwiyanto (2006). Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja

Dinas Sosial Kota Pontianak dalam indikator kualitas layanan dalam

menangani pengemis sudah cukup baik. Akan tetapi, dalam meningkatkan

produktivitas kerjanya, kinerja Dinas Sosial masih dinilai belum efektif.

Indikator responsibilitas menunjukkan bahwa untuk menangani pengemis

di Kota Pontianak, Dinas Sosial masih belum bisa mengurangi jumlah

pengemis, karena tidak adanya panti rehab. Indikator responsivitas Dinas

Sosial dinilai masih belum bisa melakukan secara maksimal karena

minimnya anggaran dana dari Pemerintah. Sementara untuk indikator

akuntabilitas dinilai belum cukup optimal dan kurang tegasnya Pemerintah

dalam menerapkan Perda No. 1 Tahun 2010 tentang perubahan kedua atas

Perda No. 3 Tahun 2004 tentang Ketertiban Umum di Kota Pontianak.


18

Berikut adalah tabel 2.1 tentang matriks penelitian terdahulu :


19

Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu

Nama Metodologi Penelitian


No Judul Tahun Hasil Persamaan Perbedaan
Peneliti dan Teori

1. Ditha Kinerja Unit Pelaksana 2018 Metode kualitatif Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator Sama-sama Perbedaan yang ditulis oleh
Ardelina Teknis (UPT) Liponsos deskriptif, Lembaga masukan (input) kinerja belum memenuhi aspek membahas tentang peneliti dengan penelitian
Riyanto Keputih Surabaya Dalam Administrasi Negara pelayanan sosial dasar bagi gepeng di UPT kinerja terdahulu terdapat pada lokus
Pelayanan Sosial Dasar (LAN), yaitu : Liponsos. Kemudian untuk indikator keluaran penyelenggara penelitian dan objek
Bagi Gelandangan dan 1. Masukan (Input) (output), indikator hasil (outcome), dan indikator pelayanan sosial dan penelitian. Pada penelitian
Pengemis 2. Keluaran (Output) dampak (impact) yakni telah memenuhi dan sama-sama terdahulu lokus penelitian di
3. Hasil (Outcome) terdapat peningkatan hal yang positif. menggunakan UPT Liponsos Keputih dalam
4. Manfaat (Benefit) metode kualitatif pelayanan sosial dasar ini
5. Dampak (Impact) deskriptif. melayani bagi gelandangan
dan pengemis.
2. Fikri Emsa Kinerja Pelayanan dan 2019 Metode kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Sama-sama Perbedaan yang ditulis oleh
dan Zaenuri Rehabilitasi deskriptif, Mahsun cukup baik dalam pelaksanaan program membahas tentang penulis dengan penelitian
Khairul Kesejahteraan Sosial di (2016), yaitu : pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial kinerja terdahulu terdapat pada lokus
Anwar Dinas Sosial Kota 1. Masukan (Input) dimana peran pelaksana yang saling bekerja sama penyelenggara penelitian dan objek
Bekasi 2. Proses (Process) dan ketaatan ASN, terpenuhinya bahan pokok pelayanan sosial dan penelitian. Pada penelitian
3. Keluaran (Output) permakanan lansia dan keterampilan yang di sama-sama terdahulu di Dinas Sosial
4. Hasil (Outcome) dapat oleh sasaran program. Namun pada segi menggunakan Kota Bekasi dalam
5. Manfaat (Benefit) anggaran kurang optimal dan tenaga kerja yang kualitatif deskriptif pemberian sembako pada
6. Dampak (Impact) masih sedikit serta target pencapaian sasaran cacat mental dan pelatihan
yang belum terpenuhi. kepada lansia
20

3. Ersi Felina Kinerja UPTD Panti 2019 Metode kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Sama-sama Perbedaan yang ditulis oleh
Sosial Karya Wanita deskriptif, Mahmudi UPTD PSKW Andam Dewi belum baik dalam membahas tentang peneliti dengan penelitian
(PSKW) Andam Dewi (2010), yaitu : segi anggaran, sumber daya manusia, sarana kinerja terdahulu yaitu pada objek
Provinsi Sumatera Barat 1. Masukan (Input) prasarana, tidak ada kejelasan tupoksi dan UPTD penyelenggara penelitian. Peneliti
Dalam Pelaksanaan 2. Proses (Process) PSKW tidak berpatokan pada indikator pelayanan sosial dan membahas pembinaan anak
Rehabilitasi Wanita 3. Keluaran (Output) keberhasilan organisasi. sama-sama penyandang disabilitas
Tuna Susila (WTS) 4. Hasil (Outcome) menggunakan terlantar, namun penelitian
Tahun 2017 5. Manfaat (Benefit) kualitatif deskriptif. terdahulu membahas
rehabilitasi Wanita Tuna
Susila (WTS).
4 Angelina Kinerja Dinas Sosial dan 2019 Metode kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian Sama-sama Perbedaan yang ditulis oleh
Sajow, dkk Pemberdayaan deskriptif, Dwiyanto kerja terkait program penanganan anak terlantar membahas tentang peneliti dengan penelitian
Masyarakat Dalam (dalam Pasolong 2013), sudah berjalan tetapi belum maksimal, kinerja terdahulu yaitu pada objek
Menangani Anak yaitu : terbatasanya anggaran, dan dalam hal pemberian penyelenggara penelitian dan teori. Objek
Terlantar di Kota 1. Produktivitas bantuan tidak sesuai prosedur atau bisa dikatakan pelayanan sosial dan penelitian peneliti membahas
Manado 2. Kualitas Layanan tidak tepat sasaran. sama-sama terkait pembinaan anak
3. Responsivitas menggunakan penyandang disabilitas
kualitatif deskriptif. terlantar, namun pada
penelitian terdahulu
membahas anak terlantar.

5. Rizky Kinerja Dinas Sosial 2019 Metode kualitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja Sama-sama Perbedaan yang ditulis oleh
Aditya Kota Pontianak Dalam deskriptif, Dwiyanto Dinas Sosial Kota Pontianak dalam menangani membahas tentang peneliti dengan penelitian
Fernanda Menangani Pengemis di (2006), yaitu : pengemis dinilai sudah optimal, meskipun hasil kinerja terdahulu yaitu pada objek
Kota Pontianak 1. Produktivitas yang didapatkan masih kurang maksimal, karena penyelenggara penelitian dan teori.
2. Kualitas Layanan anggaran dana belum cukup untuk pelayanan sosial dan Penelitian terdahulu
3. Responsivitas mengembangkan program-program yang sudah sama-sama membahas terkait menangani
4. Responsibilitas ada. menggunakan pengemis.
5. Akuntabilitas kualitatif deskriptif.
Sumber : diolah oleh penulis, 2021
21

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Kinerja

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia disingkat LAN-

RI, merumuskan kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan dari suatu kegiatan, program, kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Konsep yang di

kemukakan oleh LAN-RI lebih mengarahkan kepada acuan kinerja suatu

organisasi publik yang cukup relevan sesuai dengan strategi suatu

organisasi yakni dengan misi dan visi yang ingin dicapai. Menurut

(Mulyadi, 2007) kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas

operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Sedangkan, menurut Sobandi, kinerja merupakan sesuatu yang

telah dicapai oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait

dengan input, output, outcome, benefit, maupun impact (Sobandi, 2006).

Maka, dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu kondisi

yang harus diketahui dan penting untuk dikonfirmasikan kepada pihak

tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil dari suatu organisasi.

Kemudian dihubungkan dengan visi dan misi organisasi serta mengetahui

dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional. Kinerja dapat

dikatakan sebagai indikator penting dalam menentukan bagaimana usaha

untuk mencapai tingkat produktivitas tinggi dalam suatu organisasi.


22

2.2.1.1 Kinerja Organisasi

Kinerja merupakan kegiatan kerjasama untuk mencapai tujuan

yang pengelolaannya dapat disebut sebagai manajemen. Sedangkan

organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara

formal dipersatukan dalam satu kerjasama untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Sehingga, kinerja organisasi adalah hasil kerja

yang didapatkan di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Tujuan kinerja organisasi adalah jawaban dari

berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan, maka

instansi terkait kadang atau sering tidak memperhatikan kinerja

instansi atau organisasi kecuali kinerja sudah amat buruk. Untuk itu,

diperlukan beberapa informasi tentang kinerja organisasi yang

digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses kerja yang

dilakukan organisasi selama ini, sudah sejalan dengan tujuan yang

diharapkan atau belum.

Lebih lanjut, kinerja organisasi pada dasarnya dapat dilihat

dari dua segi yaitu kinerja pegawai (individu) dan kinerja organisasi.

Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa terlepas dari sumber daya

yang dimiliki oleh organisasi yang dijalankan oleh pegawai yang

berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi

tersebut. Kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab

setiap individu yang bekerja dalam organisasi. Apabila dalam

organisasi setiap individu bekerja dengan baik, berprestasi,

bersemangat, dan memberikan kontribusi terbaik terhadap organisasi,


23

maka kinerja organisasi akan baik. Dengan demikian, kinerja

organisasi merupakan cermin dari kerja individu.

2.2.1.2 Pengukuran Kinerja Organisasi

Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian

atas keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaan kegiatan,

program, dan/atau kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang

telah ditetapkan. Hal tersebut dalam rangka mewujudkan misi dan visi

instansi pemerintah atau organisasi. Pengukuran kinerja mencakup

penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja.

Penilaian kinerja merupakan evaluasi keberhasilan atau

kegagalan seseorang dalam menjalankan tugasnya. Jika penilaian

kinerja terhadap birokrasi, berarti evaluasi keberhasilan atau

kegagalan birokrasi dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan

masyarakat. (Dessler, 2000) menyatakan bahwa penilaian kinerja

adalah merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang

di capai seseorang di bandingkan dengan standar yang ada.

Tujuannya, yaitu untuk mendorong kinerja seseorang agar bisa berada

di atas rata-rata. Menurut (Dwiyanto, 2006) menyatakan bahwa

informasi mengenai kinerja tentu berguna untuk menilai seberapa jauh

pelayanan yang diberikan oleh birokrasi itu, guna memenuhi harapan

dan memuaskan masyarakat.

Menurut Mardiasmo (2001:121), pengukuran kinerja birokrasi

mempunyai tiga tujuan yaitu: (1) membantu memperbaiki kinerja

pemerintahan agar kegiatan pemerintah terfokus pada tujuan dan


24

sasaran program unit kerja, (2) pengalokasian sumber daya dan

pembuatan keputusan, dan (3) mewujudkan pertanggungjawaban

publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

2.2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi

Setiap organisasi memiliki tujuan, salah satu sarana organisasi

untuk mencapai tujuan adalah para pegawai dalam melaksanakan

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, sesuai dengan

kedudukan dan peranan masing-masing dalam organisasi. Sebuah

organisasi instansi pemerintah merupakan sebuah lembaga yang

menjalankan roda pemerintahan dan melaksanakan pembangunan

sumber daya manusia yang memiliki kinerja yang baik. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja suatu organisasi dapat di jelaskan sebagai

berikut:

1. Kemampuan : menurut (Robbins, 2002) adalah suatu kapasitas

individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu

pekerjaan. Kemampuan tersebut dilihat dari dua segi yaitu

kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.

2. Kemauan : kemauan atau motivasi menurut (Robbins, 2002),

kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk

tujuan organisasi.

3. Energi : energi menurut (Jordan E. Ayan, 2002), adalah pemercik

api yang menyalakan jiwa. Tanpa adanya energi psikis dan fisik

yang mencukupi, perbuatan kreatif pegawai pasti akan

terhambat.
25

4. Teknologi : teknologi menurut Danise M. Rousseau dalam

(Gibson, 1997), mengatakan bahwa teknologi adalah penerapan

pengetahuan untuk melakukan pekerjaan.

5. Kompensasi : Kompensasi adalah sesuatu yang diterima oleh

pegawai sebagai balas jasa atas kinerja dan bermanfaat baginya.

Jika pegawai mendapatkan kompensasi yang setimpal dengan

hasil kerjanya, maka pegawai dapat bekerja dengan tenang dan

tekun.

6. Kejelasan : Kejelasan tujuan merupakan salah satu faktor

penentu dalam pencapaian kinerja. Jika pegawai tidak

mengetahui dengan jelas tujuan pekerjaan yang hendak dicapai,

maka tujuan yang tercapai tidak efisien dan atau kurang efektif.

7. Keamanan : Keamanan pekerjaan menurut (Strauss & Sayles,

1990) adalah sebuah kebutuhan manusia yang fundamental,

karena pada umumnya orang menyatakan lebih penting

keamanan pekerjaan dari pada gaji atau kenaikan pangkat.

2.2.1.4 Indikator Kinerja Organisasi

Indikator kinerja merupakan kriteria yang digunakan untuk

mengukur dan menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang

diwujudkan dalam ukuran-ukuran tertentu. Pada organisasi publik,

sulit untuk ditemukan suatu alat untuk mengukur kinerja dengan

sesuai. Bila dikaji dari tujuan dan misi utama dari suatu organisasi

publik adalah guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut


26

Lembaga Administrasi Negara (LAN, 2018) terdapat lima indikator

kinerja organisasi yakni sebagai berikut:

1. Masukan (input) merupakan segala sesuatu yang dibutuhkan

dalam pelaksanaan kegiatan agar dapat berjalan dan

menghasilkan keluaran. Indikator ini diukur berdasarkan

sumber daya manusia, sumber alokasi anggaran dana, kebijakan

atau perundang-undangan.

2. Keluaran (output) merupakan hal penting dalam suatu

kemajuan organisasi, indikator keluaran (output) dapat diukur

dari harapan dari pencapaian layanan.

3. Hasil (outcome) merupakan segala sesuatu yang

menggambarkan tingkat pencapaian dapat berupa fisik dan non

fisik.

4. Manfaat (benefit) merupakan sesuatu yang terkait dengan

manfaat dalam jangka menengah dan jangka panjang.

5. Dampak (impact) merupakan pengaruh yang ditimbulkan baik

dalam bentuk positif maupun negatif pada setiap tingkatan

indikator berdasarkan asumsi yang ditetapkan.

Menurut Dwiyanto (2006) terdapat lima indikator yang digunakan

untuk mengukur kinerja organisasi publik yaitu sebagai berikut:

1. Produktivitas, konsep dalam indikator produktivitas tidak hanya

mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas dari kegiatan

pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai

rasio antara input dengan output.


27

2. Kualitas layanan, yaitu kepuasan masyarakat dapat menjadi

parameter guna menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi guna mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas

pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan

publik sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan aspirasi

masyarakat.

4. Responsibilitas, yaitu menunjukkan apakah pelaksanaan

kegiatan birokrasi publik itu dilaksanakan sesuai dengan

prinsip-prinsip administrasi yang benar dengan kebijakan

birokrasi, baik yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu,

responsibilitas terkadang dapat berbenturan dengan

responsivitas.

5. Akuntabilitas, yaitu menjelaskan pada seberapa besar kebijakan

dan kegiatan birokrasi publik tunduk ke pada para pejabat

politik yang dipilih oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para

pejabat poltik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan

sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Sedangkan menurut Kumoroto (1996) dalam menilai kinerja

organisasi publik, menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan

pedoman yakni sebagai berikut :

1. Efisiensi, yaitu menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan

suatu organisasi pelayanan publik mendapatkan laba,


28

memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang

berasal dari rasionalitas ekonomis.

2. Efektivitas, yaitu berkaitan dengan tujuan dari didirikannya

organisasi pelayanan publik tersebut sudah tercapai atau belum.

Hal tersebut erat kaitannya dengan organisasi rasionalitas

teknis, nilai, misi, tujuan organisasi serta fungsi agen

pembangunan.

3. Keadilan, yaitu mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan

yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik.

4. Daya Tanggap, yaitu berlainan dengan bisnis yang

dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan

publik merupakan bagian dari daya tanggap negara atau

pemerintah akan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu,

kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara trasparan demi memenuhi

kriteria daya tanggap ini.

Beberapa teori mengenai kinerja organisasi dengan variabel

yang ada di dalam teori dan dari variabel tersebut dapat diterapkan

saat kondisi di lapangan. Berikut adalah tabel peta teori kinerja

organisasi sebagai perbandingan teori yang dapat dipakai, antara lain :

Tabel 2.2 Peta Teori Kinerja Organisasi

Lembaga Administrasi
Dwiyanto (2006) Kumoroto (1996)
Negara (LAN, 2018)

Masukan (input) Produktivitas Efisiensi

Keluaran (output) Kualitas Layanan Efektivitas

Hasil (outcome) Responsivitas Keadilan

Manfaat (benefit) Responsibilitas Daya Tanggap

Dampak (impact) Akuntabilitas


29

Sumber: diolah oleh penulis, 2021

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori kinerja

Lembaga Administrasi Negara (LAN, 2018) untuk menganalisis

kinerja organisasi yang ada di UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya dengan menggunakan lima variabel atau indikator, yaitu :

1. Masukan (input)

2. Keluaran (output)

3. Hasil (outcome)

4. Manfaat (benefit)

5. Dampak (impact)

2.2.2 Pelayanan Sosial

Menurut Moenir definisi dari konsep pelayanan adalah untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik melalui aktivitas individu

maupun secara tidak langsung melalui aktivitas orang lain (Moenir, 2006).

Aktivitas disini dapat diartikan sebagai suatu proses penggunaan akal,

pikiran, anggota badan, dan panca indera yang dilakukan oleh seorang

untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang

atau jasa. Proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain inilah

yang dinamakan pelayanan. Proses yang dimaksud dalam pengertian

pelayanan adalah pengertian proses yang terbatas dalam kegiatan

manajemen dalam rangka mencapai tujuan suatu organisasi.

Dari pengertian tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa

pelayanan itu merupakan suatu kegiatan yang diberikan seseorang atau


30

lembaga untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan istilah pelayanan sosial. Menurut (Romanyshyn,

1971) pelayanan sosial (social service) merupakan suatu kegiatan usaha

guna mengembalikan, mempertahankan dan meningkatkan keberfungsian

sosial pada individu serta keluarga melalui sumber sosial pendukung dan

proses yang meningkatkan kemampuan individu dan keluarga untuk

mengatasi stres dan tuntutan kehidupan sosial yang normal.

Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu :

a) Pelayanan sosial dalam arti luas merupakan pelayanan yang

mencakup fungsi pengembangan dalam bidang pendidikan,

kesehatan, perumahan, dan tenaga kerja.

b) Pelayanan sosial dalam arti sempit atau dapat disebut pelayanan

kesejahteraan sosial mencakup pada program bantuan dan

perlindungan kepada kelompok yang tidak beruntung seperti

pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, dan tuna

sosial.

Pelayanan sosial meliputi kegiatan-kegiatan atau intervensi-

intervensi terhadap kasus yang muncul dan dilaksanaan secara individu,

kelompok dan masyarakat serta memiliki tujuan untuk membantu

individu, kelompok, dan lingkungan sosial dalam upaya mencapai

penyesuaian dan keberfungsian yang baik dalam segala bidang kehidupan

di masyarakat, yang terkandung dalam pelayanan dapat dikatakan adanya

kegiatan-kegiatan yang memberikan jasa kepada klien dan membantu

mewujudkan tujuan-tujuan mereka.


31

Pelayanan sosial itu sendiri merupakan suatu bentuk aktivitas yang

bertujuan untuk membantu individu, kelompok, ataupun kesatuan

masyarakat agar mereka mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,

yang pada akhirnya mereka diharapkan dapat memecahkan permasalahan

yang ada melalui tindakan-tindakan kerjasama ataupun melalui

pemanfaatan sumber-sumber yang ada di masyarakat untuk memperbaiki

kondisi kehidupannya. Maka dapat diartikan bahwa pelayanan sosial

adalah kegiatan usaha atau program yang dilakukan oleh lembaga

kesejahteraan sosial dimana selama terlaksananya kegiatan itu diarahkan

pada tujuan-tujuan kesejahteraan sosial, maka kegiatan itu dikatakan

sebagai pelayanan sosial.

2.2.3 Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar

Menurut (Thoha, 2010) pembinaan adalah suatu tindakan, proses,

hasil, atau pernyataan yang lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya

kemajuan, peningkatan pertumbuhan, evolusi atas berbagai kemungkinan,

berkembang atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari definisi

pembinaan yaitu: (1) pembinaan itu bisa berupa suatu tindakan, proses,

atau pernyataan tujuan, dan; (2) pembinaan bisa menunjukan kepada

perbaikan atas sesuatu. Menurut Poerwadarmita pembinaan adalah suatu

usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna berhasil

guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Secara umum pembinaan

disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang

direncanakan. Setiap manusia memiliki tujuan hidup tertentu dan ia

memiliki keinginan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Apabila tujuan


32

hidup tersebut tidak tercapai maka manusia akan berusaha untuk menata

ulang pola kehidupannya.

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan

adalah proses, pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan

tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan baik. Dalam pelaksanaan konsep pembinaan hendaknya

didasarkan pada hal bersifat efektif dan pragmatis dalam arti dapat

memberikan pemecahan persoalan yang dihadapi dengan sebaik-baiknya,

dan pragmatis dalam arti mendasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan

kenyataan sehingga bermanfaat karena dapat diterapkan dalam praktek.

Maka dapat disimpulkan pembinaan merupakan segala kegiatan dan upaya

yang berhubungan dengan perencanaan secara terstruktur dan terarah agar

memberikan hasil yang baik. Peran pembinaan sangat berpengaruh guna

memperbarui kondisi psikis maupun mental seseorang agar apa yang

direncanakan dapat tercapai dengan baik.

Pembinaan pada penelitian ini adalah pembinaan yang dilakukan

untuk anak penyandang tunagrahita terlantar. Menurut Goffman

sebagaimana dikemukakan oleh Johnson (Tan & Ramadhani, 2020)

mengungkapkan bahwa masalah sosial utama yang dihadapi penyandang

disabilitas terkhususnya tunagrahita adalah bahwa mereka abnormal dalam

tingkat yang sedemikian jelasnya, sehingga merasa tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain secara baik. Lingkungan sekitar telah

memberikan stigma kepada penyandang tunagrahita, bahwa mereka

dipandang sebagai kelompok yang tidak mampu melakukan kegiatan


33

sebagaimana yang dilakukan oleh orang normal, hal tersebut merupakan

penyebab dari berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan

asumsi negatif dari orang lain, ada sebagian dari mereka yang terus

berusaha untuk tidak selalu bergantung pada orang lain. Maka dari itu,

anak dengan penyandang tunagrahita terlantar ini membutuhkan

pembinaan dari pihak pemerintah.

2.3 Kerangka Konseptual

Penulis menggunakan teori berdasar Lembaga Administrasi Negara

(LAN, 2018) yang menetapkan lima indikator kinerja organisasi yang

telah dijadikan pedoman dan panduan bagi organisasi publik dalam

menyusun laporan kinerja, yaitu : Indikator Masukan (Input), Keluaran

(Output), Hasil (Outcome), Manfaat (Benefit) dan Dampak (Impact).

Untuk memudahkan pemahaman dalam penelitian, penulis membuat

kerangka konseptual sebagai berikut :

Kinerja Organisasi (LAN, 2018) :

Masukan (Input) Keluaran (Output) Hasil (Outcome) Manfaat (Benefit) Dampak (Impact)

Kinerja Lembaga Penyelenggara Pelayanan Sosial Dalam


Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar di UPTD
Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

Faktor Pendukung dan Penghambat

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual


Sumber : diolah oleh penulis, 2021
34

Melalui kelima indikator kinerja organisasi yang telah digambarkan dalam

kerangka konseptual, maka penulis dapat menganalisis bagaimana kinerja

lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang

tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya. Kemudian

penulis dapat mengetahui apa faktor pendukung dan penghambatnya.

2.4 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah penelitian yang menjelaskan tentang sebuah

karakteristik masalah yang hendak diteliti dengan berdasarkan landasan

teori, dengan demikian untuk mempermudah dalam pemahaman serta

memberikan sebuah gambaran dalam alur penelitian. Berikut adalah

penjelasan mengenai alur kerangka konsep penelitian yang dimulai dari :

Kinerja Lembaga Penyelenggara Pelayanan Sosial

Kinerja dapat didefinisikan sebagai suatu gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, kebijaksanaan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Sedangkan,

kinerja organisasi merupakan hasil kerja yang didapatkan di dalam suatu

organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan kinerja

organisasi adalah jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi

yang telah ditetapkan. Kinerja organisasi yang dimaksud oleh peneliti

dalam penelitian ini merupakan kinerja lembaga penyelenggara pelayanan

sosial di UPTD Kampung Anak Negeri wilayah Kalijudan Kota Surabaya.

UPTD tersebut menampung anak-anak penyandang tunagrahita terlantar

yang dilindungi oleh pemerintah yakni dibawah naungan Dinas Sosial

Kota Surabaya. Pada penelitian ini peneliti menggunakan istilah pelayanan


35

sosial. Pelayanan sosial (social service) merupakan suatu kegiatan usaha

guna mengembalikan, mempertahankan dan meningkatkan keberfungsian

sosial pada individu serta keluarga melalui sumber sosial pendukung dan

proses yang meningkatkan kemampuan individu dan keluarga untuk

mengatasi stres dan tuntutan kehidupan sosial yang normal.

Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar

Pembinaan pada penelitian ini adalah pembinaan yang dilakukan

untuk anak penyandang tunagrahita terlantar. Masalah sosial utama yang

dihadapi penyandang tunagrahita adalah bahwa mereka abnormal dalam

tingkat yang sedemikian jelasnya, sehingga merasa tidak mampu

berinteraksi dengan orang lain secara baik. Lingkungan sekitar telah

memberikan stigma bahwa mereka dipandang sebagai kelompok yang

tidak mampu melakukan kegiatan sebagaimana yang dilakukan oleh orang

normal, hal tersebut merupakan penyebab dari berbagai masalah. Dalam

keadaan yang serba terbatas dan asumsi negatif dari orang lain, ada

sebagian dari mereka yang terus berusaha untuk tidak selalu bergantung

pada orang lain. Maka dari itu, anak dengan penyandang tunagrahita

terlantar ini membutuhkan pembinaan dari pihak pemerintah.

Melalui UPTD Kampung Anak Negeri, dibawah naungan Dinas

Sosial Kota Surabaya di Bidang Rehabilitasi Sosial memberikan bantuan

pendampingan dan pembinaan secara menyeluruh kepada anak

penyandang tunagrahita terlantar. Bentuk bantuan pendampingan dan

pembinaan ini, seperti pelayanan yang berupa pemenuhan kebutuhan

jasmani (sandang, pangan dan papan), pemenuhan kebutuhan spiritual


36

(keagamaan dan rekreasi), dan pelayanan kesehatan (puskesmas/rumah

sakit). Selanjutnya, bimbingan sosial dan keterampilan yang berupa

bimbingan fisik, bimbingan mental/budi pekerti, bimbingan sosial, dan

bimbingan keterampilan. Kemudian, bimbingan lanjutan yang berupa

bimbingan kemasyarakatan dan bantuan pemantapan serta pengembangan.

Penulis dalam menulis penelitian ini menggunakan teori berdasar

Lembaga Administrasi Negara (LAN, 2018) yang menetapkan lima

indikator kinerja organisasi yang telah dijadikan pedoman dan panduan

bagi organisasi publik dalam menyusun laporan kinerja, yaitu :

1. Masukan (Input)

Dalam pelaksanaan kegiatan, indikator masukan (input) merupakan

alat yang digunakan untuk mengukur jumlah masukan (input) untuk

menghasilkan keluaran (output) dan hasil (outcome). Hal ini dengan

meninjau distribusi sumber daya sesuai dengan rencana strategis

yang telah ditetapkan. Tolok ukur input didasarkan atas sumber

daya manusia baik secara kuantitas dan kualitas, sumber alokasi

anggaran dana serta kebijakan dan Standar Operasional Prosedur

(SOP).

2. Keluaran (Output)

Indikator keluaran (output) ini merupakan hal penting dalam suatu

kemajuan organisasi. Indikator keluaran dapat diartikan sebagai

alat untuk mendeskripsikan bagaimana organisasi mengelola

masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) serta hasil

(outcome) yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Dengan


37

demikian, untuk dapat menilai kemajuan suatu kegiatan, tolok ukur

dalam indikator keluaran adalah dapat menggambarkan mengenai

efisiensi pencapaian sasaran dalam menghasilkan output.

3. Hasil (Outcome)

Indikator hasil (outcome) dapat memberikan gambaran mengenai

hasil aktual yang diharapkan dari barang dan jasa yang diproduk

oleh suatu organisasi. Indikator kinerja outcome dapat dikendalikan

bagi organisasi dan indikator ini melibatkan banyak pihak serta

dapat dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor lain, diluar

kendali organisasi. Hal tersebut bisa diukur sebagai manfaat dan

dampak.

4. Manfaat (Benefit)

Indikator manfaat (benefit) ini mengambarkan manfaat yang

diperoleh dari indikator hasil (outcome). Indikator manfaat tersebut

dapat dilihat setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam

jangka menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat diharapkan

dapat dicapai bila indikator keluaran dapat diselesaikan dan

berfungsi secara optimal (tepat lokasi dan tepat waktu).

5. Dampak (Impact)

Indikator dampak (impact) memberikan gambaran mengenai efek

secara langsung atau tidak langsung yang dihasilkan dari

tercapainya tujuan program dari sebuah organisasi. Indikator

dampak merupakan hasil pada tingkat yang lebih tinggi hingga


38

batas tertentu. Indikator kinerja dampak dapat mengukur hasil yang

lebih luas dan melibatkan pihak lain diluar organisasi, karena

sifatnya yang tidak bisa dikendalikan.

Pengukuran kinerja tersebut dipilih sebagai penilaian kinerja

organisasi publik dengan menggunakan indikator-indikator kinerja yang

ada diharapkan akan mendorong pencapaian tujuan organisasi dan akan

memberikan umpan balik untuk upaya perbaikan secara terus menerus

(berkelanjutan).

Guna membangun kesamaan persepsi dan pengertian serta

menghindari salah pengertian terhadap istilah yang digunakan pada judul

ini, maka dapat dioperasionalkan beberapa konsep yang bersifat

membatasi, sebagai berikut :

Konsep Indikator Sub Indikator


Analisis Kinerja Lembaga Masukan (input)  Sumber daya manusia
Penyelenggara Pelayanan  Sumber alokasi anggaran
Sosial Dalam Pembinaan Anak dana
Penyandang Tunagrahita  Kebijakan dan Standar
Terlantar (Studi di UPTD Operasional Prosedur (SOP)
Kampung Anak Negeri Kota
Surabaya) Keluaran (output)  Pencapaian sasaran
Hasil (outcome)  Hasil kinerja dalam
pemenuhan kebutuhan
 Hasil kinerja dalam
peningkatan potensi minat
dan bakat
Manfaat (benefit)  Manfaat jangka menengah
 Manfaat jangka panjang

Dampak (impact)  Dampak positif


 Dampak negatif
Tabel 2.3 Operasional Konsep
Sumber : diolah oleh penulis 2022
39

Tabel 2.3 diatas menunjukkan konsep operasional yang berguna


untuk membatasi persepsi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud berarti

kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris,

dan sistematis (Sugiyono, 2019). Menurut Creswell, metode penelitian adalah

proses kegiatan dalam bentuk pengumpulan data, analisis dan memberikan

interprestasi yang terkait dengan tujuan penelitian (Creswell, 2014).

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian

adalah suatu cara ilmiah dan sistematis untuk mengumpulkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.

Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan prosedur suatu penelitian yang memperoleh

penelitian berupa data deskriptif, dengan kata-kata tertulis atau lisan tentang

fenomena dan perilaku orang yang dapat diamati, sehingga menemukan

kebenaran yang dapat diterima oleh akal sehat manusia. Teknik pengumpulan

data yang dilakukan dalam penelitian kualitatif pada umumnya yaitu dengan

metode wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Metode penelitian

kualitatif dapat disebut juga sebagai metode penelitian naturalistik, karena

penelitiannya dilakukan secara alamiah dengan memandang realitas sosial

sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna. Penelitian

kualitatif diharapkan mampu memberikan suatu penjelasan secara terperinci

mengenai fenomena yang sulit disampaikan.

40
41

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, berupa

gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dari penjelasan definisi penelitian

kualitatif dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu

penelitian yang mengacu pada pemahaman mengenai realita sosial dan

kenyataan subjek serta obyek dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu peneliti

juga merasakan dan tujuan langsung dalam situasi yang sedang diteliti.

Jenis penelitian ini dipilih oleh penulis sebagai cara tepat karena

permasalahan yang diteliti relevan dan berkaitan pada pihak internal. Analisis

yang dilakukan oleh penulis dalam menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif yakni dilaksanakan intensif sejak awal sampai akhir penelitian,

penulis ikut berpartisipasi lama di lapangan dan membuat catatan apa yang

terjadi di lapangan, sehingga penulis dapat mendeskripsikan temuan secara

mendetail. Penelitian kualitatif dilaksanakan pada kondisi alamiah dan bersifat

penemuan. Penulis merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif,

oleh karena itu seorang penulis harus memiliki bekal teori dan pengetahuan

serta wawasan yang luas mengenai permasalahan yang akan diteliti.

3.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian dapat diartikan sebagai suatu pemikiran dalam sebuah

alur penelitian dengan upaya memperoleh dan mengumpulkan informasi serta

sebagai acuan dalam penganalisaan sehingga penelitian tersebut memiliki

batasan yang lebih didasarkan pada kepentingan atau urgensi permasalahan

yang dihadapi dalam penelitian ini. Pandangan dalam penelitian kualitatif ini

bersifat menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan, dengan demikian


42

penulis harus menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam

mempertajam penelitian, maka penulis menetapkan fokus penelitian yaitu

yang sesuai dengan permasalahan.

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan mengenai

kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan anak

penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya melalui teori kinerja Lembaga Administrasi Negara (LAN, 2018).

1. Masukan (Input)

Dalam pelaksanaan kegiatan, input adalah alat yang digunakan untuk

mengukur jumlah masukan (input) untuk menghasilkan keluaran

(output) dan hasil (outcome). Dalam penelitian ini, indikator masukan

(input) dapat diukur berdasarkan identifikasi :

a. Kebutuhan sumber daya organisasi, seperti Sumber Daya

Manusia (SDM) baik secara kuantitas maupun kualitas.

b. Sumber alokasi anggaran dana sesuai dengan rencana strategis

yang telah ditetapkan.

c. Meninjau kembali mengenai acuan regulasi atau kebijakan,

seperti halnya Peraturan Walikota dan Standar Operasional

Prosedur (SOP) dalam menjalankan kegiatan atau program.

2. Keluaran (Output)

Keluaran (output) ini merupakan hal penting dalam suatu kemajuan

organisasi. Indikator keluaran dapat diartikan sebagai alat untuk

mendeskripsikan bagaimana organisasi mengelola masukan (input) dan

menghasilkan keluaran (output) serta hasil (outcome) yang dapat


43

terdefinisi dengan baik dan terukur. Dalam indikator keluaran (output)

ini dapat diukur dari harapan dari capaian pelayanan.

a. Bagaimana efisiensi pencapaian sasaran dalam menghasilkan

keluaran (output).

3. Hasil (Outcome)

Indikator hasil (outcome) dapat memberikan gambaran mengenai hasil

aktual yang diharapkan kinerja suatu organisasi. Indikator outcome

dapat dikendalikan bagi organisasi dan indikator ini melibatkan banyak

pihak serta dapat dipengaruhi secara signifikan oleh faktor-faktor lain,

diluar kendali organisasi.

a. Hasil kinerja melalui kegiatan pemenuhan dalam kebutuhan fisik

(sandang, pangan dan pangan) dan non fisik (dukungan sosial,

psikologis dan pendidikan).

b. Hasil kinerja melalui kegiatan peningkatan potensi minat dan

bakat bagi anak penyandang tunagrahita terlantar.

4. Manfaat (Benefit)

Indikator manfaat (benefit) ini menggambarkan manfaat yang

diperoleh dari indikator hasil (outcome). Indikator manfaat tersebut

dapat dilihat setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam

jangka menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat diharapkan

dapat dicapai bila indikator keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi

secara optimal.
44

a. Manfaat pemberian pelayanan sosial dalam pembinaan untuk

anak penyandang tunagrahita terlantar dalam jangka waktu

menengah.

b. Manfaat pemberian pelayanan sosial dalam pembinaan untuk

anak penyadang tunagrahita terlantar dalam jangka waktu

panjang.

5. Dampak (Impact)

Indikator dampak (impact) memberikan gambaran mengenai efek

secara langsung atau tidak langsung yang dihasilkan dari tercapainya

tujuan program dalam sebuah organisasi. Indikator dampak merupakan

hasil pada tingkat yang lebih tinggi hingga batas tertentu. Indikator

kinerja dampak dapat mengukur hasil yang lebih luas dan melibatkan

pihak lain diluar organisasi, karena sifatnya yang tidak bisa

dikendalikan.

a. Dampak dalam peningkatan hal yang positif bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar setelah mendapatkan

pembinaan.

b. Dampak negatif bagi anak penyandang tunagrahita terlantar

setelah mendapatkan pembinaan.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat yang akan dilakukan penelitian oleh

penulis sesuai dengan permasalahan, dan tempat dimana penulis untuk

mendapatkan data penelitian. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kampung Anak Negeri yang ada di wilayah
45

Kalijudan Kota Surabaya. Lokasi tersebut dipilih oleh penulis karena

merupakan tempat pembinaan bagi anak-anak penyandang tunagrahita yang

terlantar dan terdapat beberapa permasalahan pada peningkatan program

pelayanan sosial yang diberikan kepada anak-anak penyandang tunagrahita

terlantar. Sehingga atas dasar pertimbangan, maka penulis ingin menggali

informasi mengenai kinerja organisasi di UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya. Berdasarkan permasalahan, justifikasi dari lokasi penelitian ini

adalah tidak berjalannya program bimbingan lanjutan untuk anak penyandang

tunagrahita terlantar yang telah dewasa. Jika dibandingkan dengan UPT Panti

Rehabilitasi Sosial Bina Netra (RSBN) yang ada di Kota Malang, terdapat

pelatihan lebih lanjut, sehingga calon lulusan dari Panti Rehabilitasi Sosial

Bina Netra (RSBN) dipersiapkan untuk terjun ke masyarakat (Sukmana, 2020).

3.4 Subyek dan Sumber Informasi

Subyek penelitian bisa dikatakan sebagai informan, artinya orang yang

dapat memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi ditempat penelitian.

Informan ini merupakan orang-orang yang dapat dipercaya untuk memberikan

sumber informasi yang aktual dan akurat, guna melengkapi data penelitian

yang dilakukan penulis di lapangan. Penelitian ini menggunakan dua sumber

data, yaitu

1. Data primer merupakan data awal yang belum diolah diperoleh secara

langsung melalui observasi dan wawancara kepada para informan yang

dapat dipercaya mengenai permasalahan pada lokasi penelitian.


46

2. Data sekunder merupakan data yang telah diolah dan diperoleh melalui

dokumen-dokumen seperti artikel, dokumentasi, buku, penelitian

terdahulu, dan peraturan perundang-undangan.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling yakni teknik penentuan sampel sumber data yang

penentuannya dibarengi dengan adanya pertimbangan, pertimbangan ini

dilakukan misalnya data yang diperoleh kurang dapat memenuhi kapasitas.

Teknik purposive sampling juga untuk menetapkan ciri-ciri khusus yang dapat

menjawab permasalahan dalam penelitian tersebut. Adapun dalam pemilihan

informan didasarkan atas sebuah subyek yang mempunyai informasi berkaitan

dengan permasalahan yang akan diteliti dan bersedia untuk memberikan

sebuah data dalam penelitian. Maka penulis membagi informan menjadi dua,

yakni informan kunci (key information) dan informan pendukung :

1. Infoman kunci (Key Information)

a. Kepala UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

2. Informan Pendukung

a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Kampung Anak Negeri

Kota Surabaya.

b. Pendamping anak penyandang tunagrahita terlantar.

c. 1 (satu) anak penyandang tunagrahita terlantar kategori ringan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk

mendapatkan sumber data dan informasi yang aktual. Apabila penulis tidak
47

mengetahui teknik pengumpulan data, maka penulis tidak akan memperoleh

data yang memenuhi standar data sesuai apa yang ditetapkan. Dalam penelitian

ini teknik pengumpulan data menggunakan 3 (tiga) cara, yakni sebagai

berikut :

1. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan penulis

dengan cara mengamati dan mencatat gejala serta fenomena sosial apa

saja yang timbul pada saat obyek penelitian langsung di lokasi penelitian.

Kegiatan observasi ini meliputi pengamatan dan pencatatan secara

sistematis dalam situasi sosial, kejadian dan perilaku sosial yang dilihat.

Dengan melakukan observasi, penulis dapat menemukan hal-hal baru di

lapangan dan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan

situasi sosial, jadi akan dapat mendapatkan pandangan secara holistik

atau menyeluruh. Melalui observasi, penulis juga dapat memperoleh

kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi pada UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya untuk memperoleh data yaitu

tentang kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam

pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar.

Penelitian ini menggunakan teknik observasi yang dilakukan

untuk mendapatkan pemahaman secara langsung melalui proses

wawancara dan hasil dari wawancara kepada informan. Hal tersebut akan

dapat dipahami oleh penulis dan orientasi dari wawancara akan

dijabarkan dalam penelitian ini. Observasi yang dilakukan adalah


48

observasi terhadap kinerja pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar dan mengamati keadaan serta situasi

pada UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya untuk mendapatkan

data yang relevan terhadap hasil dari wawancara.

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan antara dua orang yang

mempunyai tujuan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab

yang berkaitan dengan topik penelitian. Wawancara digunakan sebagai

teknik pengumpulan data apabila penulis ingin melakukan studi

pendahuluan melalui percakapan dengan tujuan tertentu. Dalam

penelitian ini, penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan yang

terstruktur kepada informan. Hal tersebut dikarenakan penulis

menggunakan pedoman wawancara secara sistematis dengan melihat apa

yang sudah dijelaskan pada rumusan masalah dan fokus penelitian.

Tujuan wawancara ini adalah untuk mengumpulkan data dari informan

atau narasumber melalui pertanyaan yang telah disiapkan secara

terstruktur dan dilakukan secara langsung kepada narasumber yang

bersangkutan, agar data yang diperoleh lebih akurat mengenai informasi

untuk topik yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara,

dimana menyesuaikan protokol kesehatan dan wawancara ini

dilaksanakan dengan Kepala UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Kampung Anak Negeri

Kota Surabaya, Pendamping anak penyandang tunagrahita terlantar, dan 1


49

(satu) anak penyandang tunagrahita terlantar kategori ringan. Tujuan dari

wawancara ini merupakan untuk mengumpulkan data dari informan

melalui pertanyaan yang telah disiapkan, agar nantinya dapat lebih akurat

dan valid mengenai informasi untuk topik yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu teknik ataupun media penulis

untuk melengkapi metode observasi dan wawancara. Teknik

pengumpulan data melalui dokumentasi ini terdapat sebuah proses yang

dilakukan dalam penelitian yaitu mentransformasikan sebuah informasi

berupa petunjuk tertulis, video, arsip foto dan dokumentasi dari berbagai

sumber atau referensi yang relevan dengan penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk mencari dan menyusun data secara

sistematis serta terstruktur sesuai hasil yang diperoleh dari wawancara,

dokumentasi dan catatan di lapangan, sehingga dapat mudah dipahami dan

temuannya dapat diinformasikan lagi kepada orang lain. Analisis dalam

penelitian kualitatif bersifat induktif yang artinya suatu analisis berdasarkan

data yang diperoleh, kemudian dikembangkan menjadi hipotesis berdasarkan

hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data, selanjutnya dapat disimpulkan

apakah hipotesis dapat diterima atau diterima. Teknik analisis data dalam

penelitian ini mengacu pada model analisis Miles and Huberman dalam

(Sugiyono, 2019) terdapat 4 (empat) aktivitas dalam analisis data, yaitu data

collection, data condentation, data display, dan conclusion

drawing/verification. Adapun uraian penjelasannya sebagai berikut :


50

1. Data Collection/Pengumpulan Data

Kegiatan utama dalam penelitian adalah mengumpulkan data. Data yang

diperoleh dari penelitian kualitatif yakni bersumber pada observasi,

wawancara dan dokumentasi. Pengumpulan data dapat dilakukan berhari-

hari, bahkan berbulan-bulan, sehingga data yang diperoleh akan kompleks.

Pada tahap awal penulis melakukan pengamatan dan penjelajahan secara

umum terhadap situasi sosial dengan cara dilihat dan didengar serta

direkam. Dengan demikian, penulis dapat menghasilkan data yang

bervariasi. Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yakni dengan

cara teknik wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap pihak terkait

dalam bentuk perizinan kepada Kepala UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya.

2. Data Condentation/Kondensasi Data

Setelah data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu maka penulis perlu mencatat secara teliti dan rinci. Untuk itu tahap

selanjutnya melakukan analisis data melalui kondensasi data. Kondensasi

data dapat diartikan merangkum data, memilih hal-hal pokok yang fokus

pada penelitian dengan cara mencari tema dan polanya. Dengan demikian

data yang telah dipilih akan memberikan gambaran yang jelas hingga dapat

di tarik kesimpulan.

3. Data Display/Penyajian Data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat berupa tabel, grafik,

phiecard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian tersebut data dapat

terorganisasikan, tersusun rapi sehingga mudah dipahami. Penyajian data


51

dalam penelitian kualitatif paling sering menggunakan teks yang bersifat

naratif.

4. Conclusion Drawing/Verification

Pada tahap ini peneliti dapat melakukan penarikan kesimpulan, namun

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan

demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena masih bersifat sementara dan merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah melakukan penelitian menjadi jelas.

Proses analisis data menurut Miles and Huberman (Sugiyono, 2019) dapat

disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Pengumpulan Data Penyajian Data (Data


(Data Collection) Display)

Penarikan Kesimpulan
Kondensasi Data (Data (Conclution
Condentation) Drawing/Verification

Gambar 3.1 Komponen dalam Analisis Data Kualitatif/Model


Interaktif
Sumber : Miles and Huberman dalam Sugiyono (2019)
52

3.7 Teknik Keabsahan Data

Uji keabsahan data merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari

penelitian kualitatif, hal tersebut menunjukkan bahwa apakah dalam penelitian

yang dilaksanakan benar-benar merupakan penelitian secara ilmiah sekaligus

untuk menguji data yang didapatkan supaya lebih akurat. Pada penelitian ini,

uji keabsahan data, meliputi uji credibility (validitas interval), transferability

(validitas eksternal), depedenbility (realibilitas) dan confirmability

(obyektivitas).

1. Credibility

Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan uji credibility (Uji Kredibilitas). Uji kredibilitas dalam

penelitian ini menggunakan Teknik triangulasi. Triangulasi dapat diartikan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil

wawancara, observasi, dan dokumentasi yang penulis lakukan dengan

sumber data yang sama. Teknik triangulasi yang akan dilakukan oleh

penulis adalah sebagai berikut :

a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah didapatkan melalui beberapa sumber. Data yang telah dianalisis

oleh penulis sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya

untuk dimintakan kesepakatan untuk mengecek data dengan


53

menggunakan sumber data tersebut. Penulis disini dalam penelitian di

lapangan memperoleh sumber data yaitu melalui Kepala UPTD

Kampung Anak Negeri, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD

Kampung Anak Negeri, pendamping anak penyandang tunagrahita

terlantar, dan 1 (satu) anak penyandang tunagrahita terlantar kategori

ringan.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan cara untuk melakukan uji tentang

kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda yaitu dengan wawancara, observasi

dan dokumentasi. Apabila teknik tersebut menghasilkan data yang

berbeda, maka penulis akan melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data

mana yang dianggap benar.

c. Triangulasi Waktu

Menurut (Sugiyono, 2014) mengatakan bahwa tringulasi dalam

pengujian kredibilitas ini yang diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu. Triangulasi dalam

penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara,

observasi, dan dokumentasi yang penulis lakukan dengan sumber

data yang sama.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif, validitas eksternal menunjukkan tingkat kebenaran atau dapat


54

diterapkan sebagai hasil penelitian. Bagi peneliti nilai transfer sangat

bergantung pada pemakaian, sehingga ketika penelitian dapat digunakan

dalam konteks yang berbeda di situasi sosial, validitas nilai transfer masih

dapat dipertanggung jawabkan.

3. Dependability

Penelitian reliabilitas merupakan penelitian yang apabila penelitian

yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan

memperoleh hasil yang sama pula dengan pengujian yang dilakukan secara

audit terhadap keseluruhan proses penelitian.

4. Confirmability

Confirmability atau disebut dengan objektivitas penelitian kualitatif

merupakan hasil penelitian yang telah disepakati atau disetujui oleh lebih

banyak orang, kemudian dikaitkan dengan proses yang telah dilakukan.

Validitas atau keabsahan data pada confirmability adalah data yang tidak

berbeda antara data yang diperoleh oleh penulis dengan data yang terjadi

sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah

disajikan dapat dipertanggung jawabkan.

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan mengukur variabel penelitian. Dalam penelitian

kualitatif, yang menjadi instrumen penelitian adalah penulis itu sendiri, dengan

cara mendengar, mengamati, melihat gejala sosial dan fenomena yang terjadi di

lokasi penelitian. Peneliti sebagai instrumen penelitian juga harus

mengumpulkan data yang valid, aktual dan akurat. Maka dari itu penulis
55

memperoleh sumber data informasi melalui observasi dan wawancara kepada

informan sesuai dengan pedoman observasi dan wawancara. Pedoman

wawancara/interview guide dibutuhkan penulis agar pertanyaan yang diajukan

kepada informan dapat tersampaikan dengan baik dan tersusun secara

sistematis. Selain itu, alat pendukung dalam pengumpulan data yakni buku

catatan, perekam suara (recorder) yang berfungsi merekam kegiatan dan

kamera sebagai alat pengambilan gambar selama proses penelitian

berlangsung.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini penulis akan memaparkan dan mendeskripsikan data dari

hasil penelitian tentang permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I. Hasil

dari penelitian ini didapatkan dengan menggunakan teknik wawancara secara

langsung kepada informan sebagai bentuk pencarian data, dan dokumentasi

langsung di lapangan. Kemudian penulis juga menggunakan teknik observasi

sebagai cara untuk melengkapi data yang telah ditemukan di lapangan.

Penelitian ini berfokus pada bagaimana kinerja lembaga penyelenggara

pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar di

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya serta apa faktor pendukung dan

penghambat kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan

anak penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya. Penulis juga menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat kondisi

secara alami dari suatu fenomena di lokasi penelitian. Pendekatan ini bertujuan

untuk mendapatkan pemahaman dan menggambarkan realitas yang kompleks.

Guna memudahkan di dalam pembahasan, penulis akan terlebih dahulu

memberikan gambaran umum mengenai lokasi penelitian yakni di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya yang telah didapatkan dari hasil observasi

dan wawancara. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai sejarah singkat UPTD

Kampung Anak Negeri, lokasi UPTD Kampung Anak Negeri, visi dan misi

UPTD Kampung Anak Negeri, susunan organisasi UPTD Kampung Anak Negeri,

tujuan UPTD Kampung Anak Negeri dan sasaran UPTD Kampung Anak Negeri.

56
57

4.1 Gambaran Umum Lokasi

4.1.1 Sejarah Singkat UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

Fenomena mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) melekat dan tidak bisa dihindari keberadaannya dalam kehidupan

masyarakat, terutama di daerah perkotaan. Kota Surabaya menjadi salah satu

pusat kegiatan perekonomian strategis pada bidang bisnis, perdagangan,

industri, dan pendidikan. Hal tersebut menimbulkan daya tarik bagi

masyarakat yang kurang mampu ekonominya dan melakukan urbanisasi ke

Kota Surabaya. Akibat tingginya urbanisasi, terdapat masyarakat yang tidak

berhasil mengadu nasibnya di Kota Surabaya akan menimbulkan beberapa

permasalahan dan jelas akan menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS), antara lain : gelandangan, pengemis, anak jalanan, Wanita

Tuna Susila (WTS), dan penyandang disabilitas (fisik/mental).

Penanganan mengenai Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS) ini harus dilakukan secara khusus dan berkelanjutan. Pemerintah

Kota Surabaya melakukan berbagai upaya untuk menangani masyarakat yang

termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) melalui

pelayanan dan rehabilitasi sosial, baik melalui sistem panti maupun non panti.

Sebagai salah satu kota besar, tentu ada banyak jenis permasalahan yang

dihadapi dan ditemui, khususnya mereka yang termasuk anak jalanan

terlantar. Lebih khusus lagi, anak penyandang tunagrahita terlantar atau bisa

disebut juga anak penyandang disabilitas yang penanganannya membutuhkan

perhatian dan secara detail sesuai dengan kondisi anak-anak tersebut.


58

Selanjutnya, Pemerintah Kota Surabaya melakukan inovasi

sehubungan dengan bantuan untuk anak penyandang tunagrahita terlantar

yaitu tempat penampungan dalam rangka rehabilitasi dan pelayanan sosial.

Awalnya tempat penampungan tersebut bernama UPTD Pondok Sosial

Kalijudan, karena pondok ini bertempat di daerah Kalijudan Kota Surabaya

dan sekarang menjadi UPTD Kampung Anak Negeri. UPTD Kampung Anak

Negeri dikenal sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok yakni

melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak-anak bermasalah

secara sosial di Kota Surabaya. UPTD tersebut terdiri dari 2 (dua) lokasi yaitu

di Kalijudan dan Wonorejo. Lokasi yang ada di Kalijudan ini melayani bagi

anak penyandang tunagrahita terlantar, sedangkan lokasi yang ada di

Wonorejo melayani bagi anak-anak jalanan.

UPTD Kampung Anak Negeri ini dibentuk oleh Pemerintah Kota

Surabaya dibawah naungan Bidang Rehabilitasi Sosial yang ada di Dinas

Sosial Kota Surabaya. Pembentukan UPTD Kampung Anak Negeri di inisiasi

oleh mantan Wali Kota Surabaya yaitu Tri Rismaharini. Sebelumnya

penanganan anak penyandang tunagrahita terlantar ini digabung dengan anak-

anak jalanan di UPTD Kampung Anak Negeri yang ada di Wonorejo. Pada

Peraturan Walikota Surabaya Nomor 119 Tahun 2021 tentang Pembentukan

dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri

Pada Dinas Sosial Kota Surabaya menjelaskan bahwa dengan Peraturan

Walikota ini dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri

pada Dinas Sosial Kota Surabaya.


59

4.1.2 Lokasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

Berikut ini adalah gambaran lokasi UPTD Kampung Anak Negeri

Kota Surabaya :

Gambar 4.1 Lokasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya


Sumber : dokumentasi penulis, 2022
Gambar 4.1 diatas menunjukkan gambaran lokasi UPTD Kampung

Anak Negeri Kota Surabaya, UPTD Kampung Anak Negeri ini berlokasi di

Mulyorejo, Jalan Villa Kalijudan Indah XV No. Kav. 2-4. Kalijudan, Kode

Pos 60119, Kota Surabaya, Jawa Timur. Lokasi UPTD Kampung Anak

Negeri berada di sebuah perumahan Villa Kalijudan yang dekat dengan

Universitas Airlangga Kampus C, dengan jarak 1,07 km (satu koma tujuh kilo

meter). UPTD Kampung Anak Negeri ini mempunyai luas tanah 9.089 m 2

(sembilan ribu delapan puluh sembilan meter persegi) dan status kepemilikan

tanah dari lokasi UPTD Kampung Anak Negeri ini merupakan milik

Pemerintah Kota Surabaya. UPTD Kampung Negeri memiliki titik koordinat

berdasarkan Google Maps yaitu -7.259595,112.777129.


60

4.1.3 Visi dan Misi UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

a. Visi UPTD Kampung Anak Negeri

Visi merupakan gambaran arah pembangunan atau kondisi

masa depan yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun

yang akan datang dari tahun 2021. Visi dari UPTD Kampung

Anak Negeri yakni Terwujudnya anak-anak yang bermasalah

sosial berperilaku normatif dan mandiri sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara memadai dalam kehidupan

bermasyarakat serta Terwujudnya kemandirian dan peningkatan

taraf kesejahteraan sosial bagi anak tunagrahita (anak

berkebutuhan khusus) terlantar.

b. Misi UPTD Kampung Anak Negeri

Misi merupakan rumusan mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan Visi UPTD Kampung Anak

Negeri. Dalam perencanaan Misi ini penting untuk memberikan

kerangka dalam mencapai tujuan dan sasaran yang akan dicapai,

untuk mewujudkan UPTD Kampung Anak Negeri yang sehat,

mandiri, dan berdaya guna maka perlu ditempuh misi sebagai

berikut :

1) Melaksanakan pelayanan dan pembinaan anak tunagrahita

(anak berkebutuhan khusus) berdasarkan nilai-nilai agama

dan budaya.
61

2) Memberikan pelatihan keterampilan sesuai dengan minat

dan bakat yang dimiliki anak tunagrahita (anak

berkebutuhan khusus).

3) Memberikan bimbingan mental, spiritual dan sosial sehingga

bisa mandiri dan percaya diri.

4) Menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi

anak-anak bermasalah sosial dalam UPTD Kampung Anak

Negeri.

5) Menumbuhkan kesadaran untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki anak-anak bermasalah sosial.

6) Memfasilitasi tumbuh kembang, memotivasi dan

memberikan arahan untuk mengembangkan minat bakat

yang dimiliki.

7) Mencetak anak yang memiliki permasalahan sosial menjadi

anak yang mandiri dan berperilaku normatif di masyarakat.

4.1.4 Susunan Organisasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya

Susunan organisasi merupakan suatu garis hirarki yang

mendeskripsikan berbagai komponen yang menyusun sebuah organisasi,

dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia (SDM) pada lingkup

organisasi tersebut kemudian memiliki posisi, tugas dan fungsinya. Berikut

ini adalah bagan susunan organisasi UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 119 Tahun 2021


62

tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas

Kampung Anak Negeri Pada Dinas Sosial Kota Surabaya :

UPTD KAMPUNG ANAK


NEGERI

KELOMPOK SUB BAGIAN


JABATAN TATA USAHA
FUNGSIONAL

Gambar 4.2 Bagan Susunan Organisasi UPTD Kampung Anak


Negeri Kota Surabaya
Sumber : Peraturan Walikota Surabaya Nomor 119 Tahun 2021

Gambar 4.2 diatas menunjukkan bagan dari susunan organisasi UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya. Bagan tersebut merupakan diagram

yang menyampaikan struktur internal dari sebuah organisasi secara visual

dengan menjelaskan peran, tanggung jawab dan hubungan antar individu.

Susunan organisasi UPTD Kampung Anak Negeri terdiri dari :

a. UPTD;

b. Sub Bagian Tata Usaha;

c. Kelompok Jabatan Fungsional.

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Dinas, yaitu Dinas Sosial Kota Surabaya, yaitu

sebagai berikut :

a. Di bidang pembinaan, pelayanan dan pengembangan potensi

tunagrahita dan mahasiswa asuh;


63

b. Di bidang pembinaan, pelayanan dan pengembangan anak

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

Selain melaksanakan tugas sebagaimana yang telah dijelaskan

diatas, UPTD Kampung Anak Negeri Surabaya juga memiliki fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja dan rencana kegiatan UPTD

mengacu kepada Rencana Strategis Perangkat Daerah;

b. Pelaksanaan program kerja dan petunjuk teknis di UPTD;

c. Pelaksanaan koordinasi dan Kerjasama dengan lembaga dan instansi

lain;

d. Pelaksanaan pembinaan, dan pengembangan dan pelayanan potensi

tunagrahita dan mahasiswa asuh;

e. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan, dan pelayanan anak

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

f. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian;

g. Pelaksanaan pengelolaan kearsipan dan surat menyurat;

h. Pelaksanaan pengelolaan Barang Milik Daerah;

i. Pelaksanaan pengelolaan ketatalaksanaan;

j. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi;

k. Pelaksanaan pengelolaan keuangan;

l. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di UPTD;

m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kinerja yang

tertuang dalam dokumen perencanaan strategis;

n. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

sesuai dengan tugas dan fungsinya.


64

Sub Bagian Tata Usaha juga memiliki tugas :

a. Menyiapkan bahan penyusunan untuk rencana program kerja serta

petunjuk teknis di Sub Bagian Tata Usaha;

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan untuk program kerja serta petunjuk

teknis di Sub Bagian Tata Usaha;

c. Menyiapkan bahan pelaksanaan untuk koordinasi serta kerjasama

dengan lembaga dan instansi lain;

d. Melaksanakan pengusulan untuk peningkatan kompetensi pegawai;

e. Melaksanakan pemutakhiran untuk data pegawai;

f. Melaksanakan pengusulan untuk kenaikan pangkat dan gaji berkala;

g. Melaksanakan pembinaan untuk kedisiplinan pegawai;

h. Melaksanakan penilaian untuk kinerja pegawai;

i. Melaksanakan pengelolaan untuk kearsipan;

j. Melaksanakan administrasi untuk surat-menyurat;

k. Melaksanakan perencanaan untuk kebutuhan Barang Milik Daerah;

l. Melaksanakan inventarisasi dan pemeliharaan Barang Milik Daerah;

m. Melaksanakan penyusunan untuk laporan Barang Milik Daerah;

n. Melaksanakan penyusunan untuk Standar Pelayanan UPTD;

o. Melaksanakan koordinasi tindak lanjut untuk pengaduan dan hasil

survei kepuasan masyarakat;

p. Melaksanakan koordinasi untuk pengumpulan data;

q. Melaksanakan penyediaan data serta informasi;

r. Melaksanakan pengendalian untuk pembayaran/penerimaan;


65

s. Menyusun laporan keuangan;

t. Melaksanakan pengawasan serta pengendalian di Sub Bagian Tata

Usaha;

u. Menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan

kinerja yang tertuang dalam dokumen perencanaan strategis; dan

v. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kelompok Jabatan Fungsional ini terdiri dari sejumlah tenaga dalam

jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.

Berikut ini adalah tabel daftar nama pegawai di UPTD Kampung

Anak Negeri di wilayah Kalijudan dan Wonorejo Kota Surabaya :

Tabel 4.1 Daftar Nama Pegawai di UPTD Kampung Anak Negeri Kota
Surabaya

Pendidikan Berdasarkan
No. Nama Lengkap Jabatan
SK Pangkat Terakhir
1. Cholik Anwar S. Kep, N.s S1 - Keperawatan Kepala UPTD
2. Susnawati Nur Rachmatillah,
S2 - Hukum Ka Sub Bag TU
SH, M.Hum
3. Muhamad Arifin SMA - Biologi Staf Admin
4. Vivi Lutfia Mayasari, SE S1 - Ekonomi Manajemen Tenaga Administrasi
5. Tuwadi, SH S1 - Hukum Tenaga Administrasi
6. Drs. Choirul Hidayat S1 - Adm. Negara Tenaga Administrasi
7. Achmad Zaini SMA - Ilmu Biologi Pendamping
8. Muzamil Riadi, S.Ag S1 - Agama Muamalah Pendamping
9. Didik Mardiono STM - Automotif Pendamping
10. Faruk, SE S1 - Ekonomi Manajemen Pendamping
11. Suroso SMA - IPS Pendamping
12. Alimah, S.Pd S1 - Psikologi Pendidikan Pendamping
13. Bayu Irawati, SE S1 - Ekonomi Manajemen Pendamping
14. Hasmiawati, S.Pd S1 - Pendidikan Guru Paud Pendamping
15. Nasiatul Khasanah, Amd,
D3 - Keperawatan Pendamping
Kep
16. Mas’udin MA - Ilmu Sosial Pendamping
17. Nur Hidayad SMA IPA Pendamping
18. Imam Mu’akhir SMA IPS Pendamping
66

19. Antonius Sarino, SH S1 - Hukum Pendamping


Pendidikan Berdasarkan SK
No. Nama Lengkap Jabatan
Pangkat Terakhir
20. Jamil SMA - IPS Pendamping
21. Bledeg SMA - IPS Pendamping
22. Syamsul Arifin D3 - Perpajakan Pembina
Intan Maulida Qorry’aina,
23. S2 - Pendidikan Bahasa Inggris Pembina
M.Pd
Rasditya Permana
24. S1 - Pertanian Pembina
Mahendratama, SP
25. Suyipto, SH, M.Pd. I. S2 - Pendidikan Islam Pembina
26. Budiono, S.Or S1 - Ilmu Keolahragaan Pembina
27. Besari SMA - Ilmu Biologi Petugas Keamanan
28. Slamet Hariyono SMA - IPS Petugas Keamanan
29. Fajar Sidik Eriyanto SMK Teknik Gambar Bangunan Petugas Keamanan
30. Anton Effendy Purnomo SMA Petugas Keamanan
31. Gunanto STM Petugas Keamanan
32. Edi Suyitno SMK - Administrasi Perkantoran Petugas Keamanan
33. Sutopo SD Petugas Kebersihan
34. Setu SMP Petugas Kebersihan
35. Sofyan Arief SLTP Petugas Kebersihan
36. Erik Novianto STM - Listrik Petugas Kebersihan
37. Ridhani MA - IPS Petugas Kebersihan
38. Endang Subandiyah SD Juru Masak
39. Sri Wijayanti SMU - IPS Juru Masak
40. Sulastri SMEA - Perkantoran Juru Masak
41. Pujiatun SD Juru Masak
42. Pucung Dwi Handoko SMK - Teknik las Pengemudi
Sumber : diolah oleh penulis, 2022

Tabel 4.1 diatas menunjukkan daftar nama pegawai di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya yang ada di wilayah Kalijudan dan

Wonorejo, dimana dari 42 orang itu yang berpendidikan di tingkat S2

berjumlah 3 orang, di tingkat S1 berjumlah 12 orang, di tingkat SMA

berjumlah 20 orang, di tingkat SMP berjumlah 2 orang dan di tingkat SD

berjumlah 3 orang. Kemudian berdasarkan jabatan terdiri dari 1 orang

Kepala UPTD, 1 orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha, 1 orang Staf Admin,

3 orang Tenaga Administrasi, 15 orang Pendamping, 5 orang Pembina, 6

orang Petugas Keamanan, 5 orang Petugas Kebersihan, 4 orang Juru Masak,

dan 1 orang sebagai Pengemudi.


67

4.1.5 Tujuan UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya memiliki beberapa

tujuan dalam pembinaan yang dilakukan untuk anak penyandang tunagrahita

terlantar, yaitu sebagai berikut :

a. Pulihnya kembali rasa harga diri, kepercayaan diri dan tanggung jawab

sosial, serta kemajuan kemampuan anak penyandang tunagrahita

terlantar (anak berkebutuhan khusus) dalam menjalankan fungsi sosial

secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

b. Meningkatnya kemampuan dan keterampilan anak penyandang

tunagrahita terlantar (anak berkebutuhan khusus) yang diwujudkan

dalam kegiatan sehari-hari.

c. Tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menerima ditengah-tengah

kehidupan secara normal untuk mencegah terjadinya perbuatan

menggelandang dan mengemis atau mengamen.

4.1.6 Sasaran UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

Sasaran merupakan hasil yang diharapkan dari suatu tujuan dan

menggambarkan hal-hal yang ingin dicapai, diformulasikan secara terukur,

spesifik, mudah dicapai melalui tindakan-tindakan yang akan dilakukan

secara operasional. Berdasarkan hal tersebut, maka sasaran dari UPTD

Kampung Anak Negeri sebagai berikut :

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar bagi Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS).

2. Tertanganinya masalah kesehatan yang ada pada penghuni UPTD

Kampung Anak Negeri.


68

3. Terfasilitasinya identitas kependudukan bagi penghuni UPTD

Kampung Anak Negeri.

4. Tercapainya masyarakat yang mandiri serta hidup sehat dalam

lingkungan UPTD Kampung Anak Negeri.

UPTD Kampung Anak Negeri yang berada di wilayah Kalijudan Kota

Surabaya memiliki sasaran bagi anak penyandang tunagrahita terlantar. Anak

penyandang tunagrahita terlantar merupakan sekelompok individu yang

memiliki kecacatan pada mental atau fisik. Mereka hidup tidak sesuai dengan

norma dalam kehidupan masyarakat, dan tidak memiliki identitas diri yang

tetap serta hidup secara mengembara ditempat umum, kondisi tersebut

disebut juga sebagai terlantar. Mereka hidup terlantar di jalanan berperilaku

sebagai pengemis yang meminta-minta ditempat umum dengan berbagai

macam cara dilakukan, tujuannya mendapatkan imbalan uang atau barang

untuk mempertahankan hidupnya. Berikut ini adalah daftar anak penyandang

tunagrahita terlantar yang ada di UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan

Kota Surabaya.

Tabel 4.2 Daftar Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar di


UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya
No. Nama Usia
1. Achmad Rafa’a Sholehudin 12 Tahun
2. Adimas Pranoto 19 Tahun
3. Achmad 16 Tahun
4. Adi Saputra 15 Tahun
5. Aiful 12 Tahun
6. Ali 20 Tahun
7. Aldi Musari 17 Tahun
8. Anggoro 18 Tahun
9. Bagas Wahyu Putra 13 Tahun
10. Bagus 21 Tahun
No. Nama Usia
69

11. Bahrudin Imam Rojali 16 Tahun


12. Bidin 11 Tahun
13. Dami 17 Tahun
14. Dani 16 Tahun
15. Dian Lestari 18 Tahun
16. Eko 18 Tahun
17. Imam 25 Tahun
18. Johan Ardi Juniarsyah 17 Tahun
19. Juan Palis 24 Tahun
20. Marfin 13 Tahun
21. Mimin Rohmatul 18 Tahun
22. Mohammad Rizky Nur Yahya 17 Tahun
23. Muhammad Fikri Bintang Shaputra 17 Tahun
24. Nadiv Deco 14 Tahun
25. Najib 28 Tahun
26. Nono 27 Tahun
27. Nyoto Sugih Hariono 21 Tahun
28. Umay 25 Tahun
29. Pina 24 Tahun
30. Pongadi 26 Tahun
31. Raja Putra 16 Tahun
32. Ridho / Harianto 16 Tahun
33. Roby Prasetyo 17 Tahun
34. Saiful 25 Tahun
35. Septian 18 Tahun
36. Sugeng 26 Tahun
37. Surip 26 Tahun
38. Tofa 26 Tahun
39. Yoyok Narimo Saputro 21 Tahun
40. Yanto 25 Tahun
41. Yusuf 18 Tahun
42. Zainul 12 Tahun
43. Anang 22 Tahun
44. Anggi 19 Tahun
45. Amanda Putri Tania 19 Tahun
46. Eki 24 Tahun
47. Hanifah 21 Tahun
48. Ine 25 Tahun
49. Nana Rosita 26 Tahun
50. Ni’matus Siro 21 Tahun
51. Nichole Emely Pufi 23 Tahun
52. Neneng 24 Tahun
53. Purwatiningsih 16 Tahun
54. Sayyidina Agusningtyas 22 Tahun
No. Nama Usia
55. Siti Zahroh 25 Tahun
56. Titik 25 Tahun
70

57. Yanti 27 Tahun


Sumber: diolah oleh penulis, 2022

Pada Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwasannya jumlah anak

penyandang tunagrahita terlantar terdapat 57 anak, dimana terdiri dari 41

anak berjenis kelamin laki-laki dan 16 anak berjenis kelamin perempuan.

Mereka juga memiliki kisaran usia 12 tahun hingga 27 tahun.

4.2 Temuan dan Analisa Data

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan dan mendeskripsikan

bagaimana kinerja lembaga penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan

anak penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya serta apa faktor pendukung dan penghambat kinerja lembaga

penyelenggara pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang

tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

Penelitian ini diperoleh melalui metode wawancara mendalam kepada

informan kunci dan informan pendukung, melalui observasi dari penulis dan

data dokumentasi. Sebagaimana untuk menganalisis bagaimana kinerja

organisasi tersebut, penulis menggunakan teori berdasar Lembaga

Administrasi Negara (LAN, 2018) yang menetapkan lima indikator kinerja

organisasi yang telah dijadikan pedoman bagi organisasi publik dalam

menyusun laporan kinerja, dimana hal ini terbagi menjadi 5 (Lima) indikator

yakni Masukan (Input), Keluaran (Output), Hasil (Outcome), Manfaat

(Benefit), dan Dampak (Impact).


71

4.2.1 Kinerja Lembaga Penyelenggara Pelayanan Sosial dalam

Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

4.2.1.1 Masukan (Input)

Pelaksanaan pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar tidak dilakukan begitu saja. Dalam

pelaksanaannya harus berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Indikator masukan (input) merupakan suatu tahapan yang dibutuhkan

untuk menunjang kegiatan penelitian agar pelaksanaan kegiatan

penelitian dapat berlangsung dan dapat pula menghasilkan keluaran

(output) yang baik. Indikator masukan (input) kinerja dapat diukur

berdasarkan identifikasi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) baik

secara kuantitas dan kualitas, sumber kebutuhan alokasi anggaran dana

serta meninjau kembali mengenai acuan regulasi atau kebijakan dalam

menjalankan program. Indikator masukan (input) mempunyai sub

indikator untuk memfokuskan temuan peneliti dalam penelitian yang

dilaksanakan di UPTD Kampung Anak Negeri di wilayah Kalijudan Kota

Surabaya, yaitu:

a. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia (SDM) merupakan individu yang

produktif dan bekerja sebagai penggerak dalam suatu organisasi.

Penyediaan kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat

diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan program pada sebuah

organisasi. Dalam hal ini UPTD Kampung Anak Negeri Kota


72

Surabaya di wilayah Kalijudan jika dilihat dari kebutuhan sumber

daya manusia dari segi kuantitas sudah memadai.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 11.12 sebagai berikut :

“Untuk kebutuhan sumber daya manusia sendiri di UPTD Kampung


Anak Negeri ini sudah memadai, jika dilihat dari total keseluruhan
sumber daya manusianya ada 42 orang, yaitu terdiri dari 21 karyawan
di Kalijudan, 18 karyawan di Wonorejo. Kemudian Staf ASN terdiri
3 orang, yakni Kepala UPTD, Kasubag TU dan ada 1 Staf yang
posisinya di Wonorejo. Total pendamping yang ada di Wonorejo ada
5 pendamping untuk kegiatan sehari-hari dan ada 3 pendamping
kognitif untuk kegiatan belajar, karena anak-anak disana sekolah
secara reguler atau ada yang mengikuti kejar paket. Kemudian yang
di Kalijudan, total pendampingnya ada 9 orang, 5 di asrama putra dan
4 di asrama putri.”

Hasil wawancara diatas juga sejalan dengan apa yang telah

disampaikan oleh informan 2 pada tanggal 13 Juni 2022 pada pukul

09.35 sebagai berikut :

“Total pegawai secara keseluruhan terdapat 42 orang mbak, yang di


wilayah Kalijudan ada 21 karyawan dan yang di Wonorejo ada 18
karyawan. Ada juga 3 orang Staf ASN itu termasuk Kepala UPTD,
Kasubag TU, dan 1 Staff yang ada di kantor Wonorejo. Kalau untuk
jumlah pendamping yang ada di Kalijudan ini ada 9 orang, 5 orang di
asrama putra dan 4 orang di asrama putri.”
Hasil wawancara kedua informan diatas menunjukkan

bahwasannya kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) atau pegawai

dalam pelaksanaan pelayanan sosial dalam pembinaan anak

penyandang tunagrahita terlantar yang ada di UPTD Kampung Anak

Negeri sudah memadai.

Selanjutnya mengenai perbandingan rasio secara ideal. Hal ini

pihak UPTD Kampung Anak Negeri belum bisa menentukkan berapa

rasio ideal antara jumlah pendamping dengan anak penyandang


73

tunagrahita terlantar dalam mendampingi dan membina penyandang

tunagrahita terlantar. Diketahui jumlah anak penyandang tunagrahita

terlantar secara keseluruhan tercatat per tanggal 9 Juni 2022 ada 57

anak, dengan jumlah pendamping 9 orang.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 11.17 sebagai berikut :

“Mengenai hal itu mungkin saya masih mencari rumusan yang sesuai.
Kami di UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan ini masih belum
mempunyai patokan berapa rasio perbandingannya, namun kami juga
berupaya memaksimalkan SDM yang ada untuk mendampingi dan
membina anak penyandang tunagrahita.”
Pernyataan diatas serupa dengan apa yang diungkapkan oleh

informan 3 pada tanggal 15 Juni 2022 pada pukul 10.00 sebagai

berikut:

“Apabila terkait rasio pendamping ini kami tidak bisa menilai


dengan ukuran angka, apabila sifatnya kognitif itu mungkin kami
agak lambat baik kognitif atau motoriknya, karena itu butuh waktu
soalnya. Jadi tidak bisa kami mengukur seperti itu mbak. Namun
pendamping sendiri mempunyai target, misalnya untuk anak
tunagrahita yang kategori ringan, kita target kira-kira 4 bulan atau 7
bulan harus bisa mandiri atas kegiatan sehari-harinya, walaupun tidak
secara 100% bisa, tetapi paling tidak mereka mengenal. Semua itu
butuh proses dan waktu yang tidak sebentar, jadi bila dikatakan
berapa rasio idealnya dalam mendampingi anak tunagrahita ini kami
belum bisa menentukan. Karena setiap anak memiliki kategori yang
berbeda-beda dan kita beri metode yang berbeda-beda.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

perbandingan rasio secara ideal dalam mendampingi dan membina

anak penyandang tunagrahita terlantar tidak mempunyai acuan dan

tidak dapat menilai dengan ukuran angka, karena anak penyandang

tunagrahita memiliki kategori yang berbeda-beda. Namun

pendamping memiliki target tersendiri dalam mendampingi dan

membina anak penyandang tunagrahita terlantar serta berupaya


74

memaksimalkan SDM yang ada untuk mendampingi dan membina

anak penyandang tunagrahita terlantar. Hal tersebut juga senada pada

saat penulis melakukan pengamatan langsung di lapangan,

bahwasannya pendamping terlihat berusaha mengupayakan untuk

dapat mendampingi dan membina anak penyandang tunagrahita

terlantar.

Mengenai sumber daya manusia jika dilihat dari segi kualitas

bagaimana kecepatan dan ketanggapan pelayanan dari personil dalam

pelaksanaan pelayanan sosial pembinaan bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar sudah terlihat pada awal penerimaan di UPTD

Kampung Anak Negeri.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 11.25 sebagai berikut :

“Mengenai kecepatan dan ketanggapan pelayanan, jadi kita apabila


mendapatkan istilahnya penghuni baru memang sudah ada SOP nya
dari Dinas Sosial bahwa setiap penghuni yang masuk disini
setidaknya memang harus ada penjangkauan dari lintas sektor atau
mungkin ada laporan dari warga, sehingga ada suatu kasus anak
tunagrahita atau anak berkebutuhan khusus yang terlantar, kemudian
dilakukan kunjungan oleh lintas sektor, dalam hal ini dari Kelurahan,
RT, RW kemudian melaporkan kondisinya, selanjutnya akan bersurat
ke Dinas Sosial. Ketika UPTD Kampung Anak Negeri mendapatkan
informasi kita lakukan kunjungan pada anak penyandang tunagrahita
terlantar, kalau sudah di identifikasi dan sesuai masuk kriteria, maka
akan dilakukan pengantaran dari pihak Kelurahan untuk serah terima
ke tempat UPTD Kampung Anak Negeri, setelah itu masuklah ke
asrama dan disampaikan kepada pendamping. InsyaAllah teman-
teman sudah paham dan responnya saya rasa sudah cepat dan
tanggap, jadi tidak perlu menunggu lama karena dari awal sudah di
identifikasi dan dilakukan verifikasi sesuai dengan SOP.”
Pernyataan diatas sesuai dengan adanya data dokumentasi

pada tanggal 7 Maret 2022 terdapat anak penyandang tunagrahita

terlantar yang masih memiliki keluarga, namun pihak keluarga tidak


75

mampu mengurusnya, kemudian diserahkan kepada pihak UPTD

Kampung Anak Negeri melalui pihak Kelurahan setempat, agar

mendapatkan pelayanan yang lebih baik.

Gambar 4.3 Pihak Kelurahan dan Keluarga Menyerahkan


Anak Penyandang Tunagrahita ke UPTD Kampung Anak
Negeri Kota Surabaya
Sumber : dokumentasi pihak UPTD Kampung Anak Negeri, 2022

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pihak Kelurahan dan pihak

keluarga menyerahkan langsung ke asrama UPTD Kampung Anak

Negeri agar diberikan pelayanan.

Hal diatas juga sejalan dengan kasus anak penyandang

tunagrahita terlantar yang tidak memiliki keluarga dan terlantar di

jalanan, seperti yang disampaikan oleh informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 11.35 sebagai berikut :

“Kalau dari jalanan, setelah Satpol PP melakukan razia kemudian


diarahkan ke UPTD Liponsos Keputih. Di UPTD Liponsos Keputih
akan dilakukan identifikasi dan penelaahan pengungkapan masalah
dan kalau memang usianya masih kriteria anak, kemudian melalui
SOP disana, apabila tidak ada keluarga yang menjemput, kalau
memang masih anak dan memiliki kriteria anak penyandang
tunagrahita maka akan diarahkan ke UPTD Kampung Anak Negeri
yang ada di Kalijudan, namun kalau anak jalanan ini termasuk
kriteria normal akan diarahkan ke UPTD Kampung Anak Negeri
76

yang berada di Wonorejo. Jadi sudah di verifikasi langsung dari sana


dan sama prosesnya. Pertama petugas yang mengantarkan diberikan
format berita acara, serah terima, dijelaskan dan kemudian baru
masuk ke asrama untuk dilakukan intervensi lebih lanjut.”
Berikut merupakan gambaran mengenai anak penyandang

tunagrahita terlantar yang tidak memiliki keluarga dan hasil razia dari

jalanan oleh Satpol PP yang telah di identifikasi dan dilakukan

penelaahan permasalahan di UPTD Liponsos Keputih Kota Surabaya.

Gambar 4.4 Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar dari


UPTD Liponsos Keputih
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Berdasarkan hasil wawancara dan gambar 4.4 diatas

menunjukkan bahwasannya adanya keterlibatan lintas sektor dan

laporan warga dapat mempengaruhi bagaimana proses dari

pelaksanaan program pelayanan sosial dalam pembinaan anak

penyandang tunagrahita terlantar di UPTD Kampung Anak Negeri di

wilayah Kalijudan Kota Surabaya. Melibatkan pihak di luar jajaran

UPTD Kampung Anak Negeri merupakan kemampuan intelektual

dan ketaatan pelaksana program merupakan kemampuan fisik.

Kemampuan ini merupakan salah satu hal yang mempengaruhi


77

kinerja, sebagaimana yang dijelaskan Robbins (2002) kemampuan

merupakan suatu kapasitas untuk mengerjakan berbagai tugas dalam

suatu pekerjaan. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari dua segi: (1)

Kemampuan intelektual, yaitu kemampuan yang diperlukan untuk

melakukan kegiatan mental, dan (2) kemampuan fisik, yaitu

kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas menuntut

stamina, cekatan, kekuatan dan keterampilan.

Kecepatan dan ketanggapan dalam pelaksanaan program

pelayanan sosial ini tidak hanya pada awal penerimaan saja, namun

pada saat proses pembinaan juga mereka diberikan pelayanan seperti

halnya terlihat pada segi kesehatan.

Adapun hasil wawancara dengan informan 3 pada tanggal 15

Juni 2022 pada pukul 10.15 sebagai berikut :

“Untuk masalah kesehatan sesigap mungkin kita respect, misalnya


terutama pada penyakit yang menular seperti batuk dan flu, nah untuk
itu kita lakukan isolasi. Seperti kemarin itu ada anak yang sakit mata,
maka kami isolasi. Kalau kesigapan untuk masalah-masalah yang lain
kita menggunakan skala prioritas, mana yang sekiranya lebih penting
maka itu yang kami dahulukan, terutamanya pada hal kesehatan
anak-anak penyandang tunagrahita.”
Pemaparan yang disampaikan oleh informan 3 itu juga senada

dengan apa yang dikatakan oleh informan 4 pada tanggal 16 Juni

2022 pada pukul 09.00 sebagai berikut :

“Itu mbak kemarin ada yang kena sakit mata, ndak boleh kemana-
mana, kamarnya dipisah. Besok dibawa ke dokter”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

kecepatan dan ketanggapan dalam segi kesehatan bagi anak

penyandang tunagrahita juga menjadi prioritas. Hal tersebut dapat

dilihat bahwa dilakukan pemisahan kamar untuk anak yang sakit agar
78

tidak menularkan kepada anak-anak penyandang tunagrahita lain.

Kemudian dalam hal ketanggapan yang akan memberikan

pengobatan dan perawatan lebih lanjut untuk anak penyandang

tunagrahita yang terkena sakit mata tersebut.

Mengenai segi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) selain

pada kecepatan dan ketanggapan dalam melayani anak penyandang

tunagrahita terlantar, bagi para pendamping juga diberikan pelatihan

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan.

Adapun hasil wawancara dengan informan 3 pada tanggal 15

Juni 2022 pada pukul 10.45 sebagai berikut :

“Kami diberikan pelatihan, seperti kemarin itu ke Malang, kami ada


pelatihan 4 hari, bentuknya semacam bagaimana melayani anak-anak
penyandang tunagrahita.
Pernyataan diatas juga senada dengan apa yang dikatakan

oleh informan 2 pada tanggal 13 Juni 2022 pada pukul 10.05 sebagai

berikut:

“Iya mbak, para pendamping juga kami berikan pelatihan, seperti


bagaimana cara melayani anak-anak tunagrahita dengan baik,
tujuannya agar para pendamping lebih siap dan menghasilkan
pelayanan yang berkualitas.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa

dalam hal pembinaan anak penyandang tunagrahita sudah

dipersiapkan dengan baik dan matang salah satunya adalah dengan

adanya pelatihan bagi pendamping anak penyandang tunagrahita

terlantar. Hal tersebut didukung dengan adanya data dokumentasi

pada saat pelatihan dilakukan, yakni sebagai berikut :


79

Gambar 4.5 Pelatihan untuk Pendamping Anak Penyandang


Tunagrahita di Kota Malang
Sumber : dokumentasi pendamping UPTD Kampung Anak Negeri, 2022
Gambar 4.5 menunjukkan gambaran pada saat pelatihan yang

diberikan kepada pendamping dan kegiatan pelatihan ini

dilaksanakan di Kota Malang.

b. Sumber Alokasi Anggaran Dana

Anggaran dana merupakan rencana berkaitan dengan dana

yang disusun secara terstruktur dan sistematis. Anggaran berupa

sejumlah uang yang ditentukan dalam jangka waktu tertentu.

Anggaran dana juga merupakan suatu hal yang penting dalam

pelaksanaan suatu program, tanpa adanya anggaran dana, suatu

kegiatan atau program tidak dapat berjalan dengan optimal dan akan

menjadi penghambat didalam pelaksanaan suatu program. Adapun

sumber kebutuhan alokasi anggaran dana di UPTD Kampung Anak

Negeri Kota Surabaya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Pemerintah Kota Surabaya melalui Bidang

Rehabilitasi Sosial yang ada di Dinas Sosial Kota Surabaya. Hal

tersebut seperti yang diungkapkan informan 1 pada tanggal 9 Juni

2022 pada pukul 11.40 sebagai berikut :


80

“Ini kita semuanya dari Dinas Sosial, diambil dari dana APBD
Pemerintah Kota Surabaya baik yang di Kalijudan maupun
Wonorejo.”

Jumlah anggaran dana yang diberikan tersebut tidak

disampaikan secara spesifik terbilang nominal jelasnya. Informan 1

hanya menjelaskan sumber alokasi anggaran dana. Hal ini seperti apa

yang diungkapkan oleh informan 2 pada tanggal 13 Juni 2022 pada

pukul 09.40 sebagai berikut :

“Anggaran dana semuanya dibawah Bidang Rehabilitasi Sosial yang


ada di Dinas Sosial. Jadi untuk di spesifikasikan itu belum bisa,
karena secara istilahnya gelondongan. Bidang Rehabilitasi Sosial ini
kan menangani 3 UPTD, untuk Liponsos Keputih mungkin ada
anggarannya sendiri kemudian untuk 2 UPTD, Kampung Anak
Negeri dan Griya Werdha itu kan anggarannya masih jadi satu,
sehingga saling berkaitan. Jadi saya tidak bisa menyampaikan
nominal spesifiknya, karena jadi satu secara gelondongan.”
Hasil wawancara diatas diperjelas oleh informan 1 pada

tanggal 9 Juni 2022 pada pukul 11.45 bahwasannya :

“Dari anggaran yang diberikan, masih kami upayakan untuk


mencukupi sesuai dengan standar pelayanan. Namun, bilamana ada
kegiatan-kegiatan lain yang namanya Dinas Sosial atau panti sosial
ini tidak luput adanya bantuan-bantuan sosial, mungkin ada bantuan
sosial dari instansi lain yaitu bisa menjadi tambahan untuk kebutuhan
anak penyandang tunagrahita, nah itu juga nggak setiap hari jadi
menyesuaikan kondisinya dan sesuai kebutuhan dari anak tunagrahita
mbak. Jadi saya rasa untuk anggaran dana yang telah diberikan telah
mencukupi semua kebutuhan anak-anak disini”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

mengenai kebutuhan anggaran dana yang diberikan kepada pihak

UPTD Kampung Anak Negeri ini telah mencukupi. Sumber anggaran

dana tidak hanya dari APBD Pemerintah Kota Surabaya, namun

terdapat juga dari kegiatan bakti sosial dari instansi lain atau pihak

luar yang bisa menjadi tambahan untuk kebutuhan anak penyandang

tunagrahita terlantar.
81

c. Kebijakan dan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Kebijakan merupakan rangkaian konsep dan asas yang

dijadikan sebagai pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan

suatu program, kepemimpinan dan cara bertindak. Kemudian Standar

Operasional Prosedur (SOP) merupakan sistem yang disusun untuk

memudahkan dan menertibkan suatu pekerjaan. Kebijakan dan

Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan satu kesatuan yang

harus ada dalam pelaksanaan suatu program.

Mengenai kebijakan yang menjadi acuan di UPTD Kampung

Anak Negeri ini mengacu pada Peraturan Walikota Surabaya Nomor

119 Tahun 2021 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit

Pelaksana Teknis Dinas Kampung Anak Negeri Pada Dinas Sosial

Kota Surabaya. Kemudian, UPTD Kampung Anak Negeri ini juga

memiliki beberapa Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu :

1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerimaan Klien di

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Anak

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penjemputan Klien

oleh Keluarga di UPTD Kampung Anak Negeri di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

4. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Penghuni

Meninggal di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.


82

Penjabaran tersebut dapat dilihat bahwa mengenai kebijakan

dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada di UPTD

Kampung Anak Negeri ini telah lengkap. Hal ini juga sesuai dengan

pengamatan yang dilakukan oleh penulis di lapangan bahwasannya

dalam setiap pelaksanaan pelayanan pihak UPTD Kampung Anak

Negeri menjalankan sesuai dengan acuan dan Standar Operasional

Prosedur (SOP) yang telah ada.

Berdasarkan uraian diatas mendeskripsikan bahwa kajian

kinerja pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang

tunagrahita terlantar berdasarkan indikator masukan (input) sudah

memadai. Hal ini dapat dilihat dari sub indikator sumber daya

manusia dalam segi kuantitas yang telah memadai dan kualitas

dalam hal kecepatan serta ketanggapan juga telah cepat dan tanggap

dalam melayani. Para pendamping juga telah diberikan pelatihan

yang bertujuan sebagai pendukung dalam meningkatkan kualitas

pelayanan. Meskipun masih adanya kekurangan dalam penentuan

rasio secara ideal dalam mendampingi dan membina anak

penyandang tunagrahita terlantar, belum dapat menentukan

acuannya.

Kemudian pada sub indikator kebijakan dan Standar

Operasional Prosedur (SOP) juga telah lengkap dari awal

penerimaan hingga prosedur penanganan apabila ada anak

penyandang tunagrahita yang meninggal di UPTD Kampung Anak

Negeri. Namun, pada sub indikator sumber alokasi anggaran dana


83

pihak UPTD Kampung Anak Negeri masih belum menjelaskan

secara spesifik jumlah nominal anggaran yang diberikan oleh APBD

Kota Surabaya, meskipun demikian dari anggaran dana yang

diberikan telah mampu mencukupi kebutuhan anak penyandang

tunagrahita terlantar. Berikut tabel analisis pada indikator masukan

(input) kinerja di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :

Tabel 4.3 Analisis Indikator Masukan (Input) Kinerja UPTD


Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

No. Sub Indikator Temuan Data Analis

1. Sumber Daya 1. Sumber daya manusia Dengan adanya jumlah


Manusia dalam segi kuantitas sumber daya manusia
(SDM) dalam terdapat jumlah yang telah memadai,
segi kuantitas keseluruhan pegawai ada kecepatan dan
dan kualitas 42 orang. Akan tetapi ketanggapan yang
pada perbandingan rasio dilakukan serta adanya
secara ideal dalam pelatihan bagi para
mendampingi anak pendamping.
penyandang tunagrahita Meskipun masih
belum dapat menentukan adanya kekurangan,
acuannya. belum memiliki
2. Segi kualitas dalam hal acuan,pada penentuan
kecepatan dan rasio secara ideal
ketanggapan pelayanan dalam mendampingi
bagi anak penyandang dan membina anak
tunagrahita yang penyandang
terlantar terlihat pada tunagrahita terlantar.
kecepatan awal Namun pihak UPTD
penerimaan dan Kampung Anak Negeri
ketanggapan dalam segi dapat dikatakan telah
kesehatan anak bisa memberikan
penyandang tunagrahita pelayanan pada anak
terlantar. penyandang
3. Adanya pelatihan bagi tunagrahita terlantar.
para pendamping yang
bertujuan agar
pendamping lebih siap
dan menghasilkan
pelayanan yang
berkualitas.
84

2. Sumber 1. Sumber alokasi anggaran Adanya sumber


alokasi pendanaan diambil dari alokasi anggaran dana
anggaran dana APBD Pemerintah Kota yang telah diberikan
Surabaya melalui Dinas oleh Pemerintah Kota
Sosial Kota Surabaya di Surabaya melalui
Bidang Rehabilitasi Bidang Rehabilitasi
Sosial. Sosial di Dinas Sosial
2. Alokasi anggaran dana ini belum dapat
yang diberikan tidak dipaparkan secara jelas
disebutkan nominal nominal alokasi
jelasnya dan belum anggaran dana. Serta
terstruktur karena dengan adanya
terbilang masih digabung bantuan sosial dari
dengan UPTD lain. instansi lain, maka dari
3. Adanya bantuan sosial anggaran dana tersebut
dari instansi lain, telah dapat mencukupi
sehingga dapat kebutuhan dari anak
menambah pemasukan penyandang
anggaran bagi UPTD tunagrahita terlantar.
Kampung Anak Negeri.
3. Kebijakan dan 1. Mengenai Kebijakan Adanya acuan
Standar UPTD Kampung Anak kebijakan dalam
Operasional negeri mengacu pada pelaksanaan program
Prosedur Peraturan Walikota pelayanan sosial dalam
(SOP) dalam Surabaya Nomor 119 pembinaan anak
menjalankan Tahun 2021 Tentang penyandang
kegiatan atau Pembentukan dan tunagrahita terlantar
program. Susunan Organisasi Unit dan adanya Standar
Pelaksana Teknis Dinas Operasional Prosedur
Kampung Anak Negeri (SOP) sebagai alur
pada Dinas Sosial Kota mekanisme
Surabaya. berjalannya pelayanan.
2. Standar Operasional Maka pelayanan dapat
Prosedur (SOP) ada dan berjalan dan
lengkap dari awal berlangsung sesuai
penerimaan anak dengan peraturan yang
penyandang tunagrahita telah dibuat.
terlantar hingga prosedur
penanganan apabila ada
anak penyandang
tunagrahita yang
meninggal di UPTD
Kampung Anak Negeri.
Sumber : diolah oleh penulis, 2022

Dari analisa pada tabel 4.3 pada indikator masukan (input)

ini mempunyai tiga sub indikator yaitu Sumber Daya Manusia

(SDM), sumber alokasi anggaran dana dan kebijakan atau Standar

Operasional Prosedur (SOP). Penjabaran dari sub indikator yaitu

tentang Sumber Daya Manusia (SDM) secara kuantitas telah


85

memadai, lalu secara kualitas dalam hal kecepatan telah dilakukan

pada kegiatan awal penerimaan anak penyandang tunagrahita

terlantar dan dalam hal ketanggapan juga sudah terlihat pada segi

kesehatan. Kemudian adanya pelatihan bagi para pendamping

sebagai pendukung untuk meningkatkan pelayanan. Meskipun belum

memiliki acuan pada penentuan rasio secara ideal dalam

mendampingi dan membina anak penyandang tunagrahita terlantar.

Namun, pihak UPTD Kampung Anak Negeri dapat dikatakan telah

bisa memberikan pelayanan pada anak penyandang tunagrahita

terlantar.

Penjabaran dari sub indikator yaitu tentang sumber alokasi

anggaran dana, adanya sumber alokasi anggaran dana yang telah

diberikan oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Sosial Kota

Surabaya di Bidang Rehabilitasi Sosial ini belum dapat dipaparkan

secara jelas nominal alokasi anggaran dana. Namun dari anggaran

dana tersebut telah dapat mencukupi kebutuhan dari anak

penyandang tunagrahita terlantar, serta adanya bantuan sosial dari

instansi lain, sehingga menambah pemasukan anggaran bagi UPTD

Kampung Anak Negeri. Penjabaran dari sub indikator yaitu tentang

kebijakan dan Standar Operasional Prosedur (SOP), adanya acuan

kebijakan dalam pelaksanaan program pelayanan sosial dalam

pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar dan adanya

Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai alur mekanisme


86

berjalannya pelayanan, maka pelayanan dapat berjalan dan

berlangsung sesuai dengan peraturan yang telah dibuat.

4.2.1.2 Keluaran (Output)

Indikator keluaran (output) ini merupakan hal yang penting dalam

suatu kemajuan organisasi. Keluaran (output) dapat didefinisikan sebagai

suatu hal yang ditujukan langsung untuk seluruh pencapaian dari suatu

kegiatan, baik yang bentuknya berwujud maupun tidak berwujud.

Keluaran (output) yang dihasilkan oleh UPTD Kampung Anak Negeri

dalam pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar berupa jasa

atau pelayanan. Indikator keluaran (output) dapat diukur dari harapan

pencapaian layanan. Dalam hal ini penulis melihat bagaimana dalam

pencapaian sasaran program untuk menghasilkan output.

a. Pencapaian Sasaran

Target pencapaian sasaran pelayanan sosial dalam pembinaan

bagi anak penyandang tunagrahita terlantar ini sebenarnya diberikan

untuk semua anak penyandang tunagrahita terlantar yang ada di

asrama. Namun, dapat dilihat pada keterbatasan yang dimiliki anak

penyandang tunagrahita terlantar, apakah mereka termasuk ringan,

sedang atau berat. Apabila kategorinya termasuk anak tunagrahita

ringan, maka mereka masih bisa mengikuti kegiatan yang diberikan

oleh pihak UPTD Kampung Anak Negeri.

Adapun hasil wawancara dengan informan 3 pada tanggal 15

Juni 2022 pada pukul 10.20 sebagai berikut :

“Target pencapaian sasaran kami dalam pemberian pembinaan ini


sebetulnya memang untuk semua anak tunagrahita yang ada di
87

asrama ini mbak, namun untuk anak tunagrahita kategori ringan


seperti tunarungu dan tunawicara mereka secara IQ mendekati anak
normal, apabila mereka diajari seperti fotografi, handycraft,
membatik, itu mereka bisa paham walaupun presentasenya tidak
seperti anak normal. Seumpama keluar ke masyarakat nanti bisa
sebagai pekerja mungkin, tetapi karena rata-rata sekitar 90% anak ini
tidak memiliki keluarga jadi mereka tinggalnya di Kalijudan sini,
kalau untuk anak-anak tunagrahita yang termasuk kategori berat,
mungkin agak memakan banyak waktu. Jadi efisiensi tergantung
pada kategori pada anak tunagrahitanya sendiri.”

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi

pencapaian sasaran dari pembinaan kegiatan keterampilan ini

menyesuaikan kategori yang dimiliki anak penyandang tunagrahita

terlantar. Apabila termasuk kategori berat, membutuhkan proses dan

waktu yang cukup lama, maka dari itu tidak dapat menyeluruh diikuti

oleh anak penyandang tunagrahita terlantar.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 13.00 sebagai berikut :

“Memang dalam hal pencapaian sasaran ini kami mengupayakan


untuk lebih maksimal, namun untuk anak tunagrahita berkategori
ringan, mereka sudah bisa mengikuti kegiatan dengan baik. Namun
untuk anak penyandang tunagrahita yang berkategori sedang dan
berat, kami hanya memenuhi kebutuhan dasar mereka saja.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

dalam hal pencapaian sasaran ini masih mengupayakan untuk lebih

maksimal. Setelah penulis melakukan pengamatan atau observasi

lebih lanjut, memang hanya ada beberapa anak saja yang dapat

dikatakan mampu dalam kegiatan keterampilan, dan apabila dalam

hal mewujudkan kemandirian, terlebih pada kegiatan sehari-harinya

mereka dapat dikatakan mampu, hal ini sesuai dengan tingkat


88

keterbatasan yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita

terlantar.

Adapun hasil wawancara dengan informan 2 pada tanggal 13

Juni 2022 pada pukul 10.25 sebagai berikut :

“Jumlah anak tunagrahita berkategori ringan yang mampu dalam


bidang keterampilan mungkin ada sekitar 5 anak. Mereka juga
mandiri dalam kegiatan sehari-harinya. Namun, untuk dikatakan
mandiri seperti orang normal itu mungkin tidak sama. Tapi kita lihat
dari perubahan sikap dan rasa keingintahuan anak-anak tunagrahita
untuk melakukan sesuatu itu ada. Berbeda halnya untuk anak yang
dikategorikan tunagrahita berat mungkin sekedar menunjukkan rasa
senang mereka. Jadi kita beri gerakan verbal lalu mereka tertawa itu
sudah menunjukkan bahwa responnya sudah baik.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

terdapat 5 anak penyandang tunagrahita terlantar yang telah

dikatakan mampu mengikuti kegiatan keterampilan yang diberikan

oleh UPTD Kampung Anak Negeri dan mereka mampu mewujudkan

kemandirian dalam kegiatan sehari-harinya, namun mereka juga

harus tetap dalam pengawasan. Mereka tidak dapat dikatakan mandiri

seperti orang normal, karena keterbatasan yang dimiliki oleh anak

penyandang tunagrahita terlantar. Hal tersebut didukung oleh adanya

data dokumentasi pada gambar 4.6 yang menunjukkan ada 3 anak

penyandang tunagrahita terlantar kategori ringan yang mengikuti

pembinaan keterampilan, seperti membatik.


89

Gambar 4.6 Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar


Kategori Ringan Sedang Membatik
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Pembinaan dalam hal keterampilan ini ada berbagai macam,

seperti kegiatan membatik, handycraft, melukis dan musik. Sebelum

anak penyandang tunagrahita diberikan pembinaan keterampilan ini,

semua melalui arahan potensi minat bakat. Apabila ada anak

penyandang tunagrahita yang berkategori ringan kemudian minat dan

bakat lebih mengarah kepada membatik, maka mereka diarahkan

pada kegiatan membatik, begitupun dengan kegiatan pembinaan

lainnya. Pelayanan sosial dalam pembinaan ini mereka juga dibina

oleh intruktur yang profesional di bidangnya untuk mendukung

pelayanan sosial dalam pembinaan yang ada di UPTD Kampung

Anak Negeri.

Adapun wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9 Juni

2022 pada pukul 12.55 sebagai berikut :

“Kami selama ini juga melakukan kerjasama dengan instruktur yang


ahli di bidangnya, seperti ahli di bidang membatik, melukis,
handycraft, fotografi, musik, dan lain sebagainya.”
90

Hasil wawancara diatas juga senada dengan apa yang

dikatakan oleh informan 2 pada tanggal 13 Juni 2022 pada pukul

10.10 sebagai berikut:

“Kami memang saat ini mengoptimalkan di bidang yang sifatnya


keterampilan mbak, kami mendatangkan instruktur yang ahli di
bidang keterampilan tersebut, seperti membatik, handycraft,
fotografi, melukis, dan musik.”
Hal diatas juga diperjelas dengan pernyataan informan 3 pada

tanggal 15 Juni 2022 pada pukul 10.50 sebagai berikut :

“Anak-anak tunagrahita yang berkategori ringan mereka di fasilitasi


dengan adanya kegiatan keterampilan, seperti membatik, melukis,
handycraft, dan memainkan alat musik mbak. Kami datangkan
instruktur yang dapat membantu kami dalam pelaksanaan program
pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita ini.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita

terlantar ini didukung dengan didatangkannya instruktur yang ahli

dalam bidang keterampilan.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 11.50 sebagai berikut :

“Anak-anak disini sudah ada kegiatan atau program yang sudah


terjadwal, pada hari-hari yang sudah ditentukan, apabila waktunya
membatik para pendamping mengkondisikan anak-anak yang dinilai
mampu untuk kegiatan membatik, begitupun juga pada kegiatan-
kegiatan yang lain.”
Pernyataan di atas didukung oleh adanya jadwal kegiatan

rutin sehari-hari yang dilakukan oleh anak penyandang tunagrahita

terlantar sesuai dengan hari dan waktu yang telah ditetapkan. Berikut

ini adalah tabel yang menggambarkan jadwal kegiatan rutin dari anak

penyandang tunagrahita terlantar.

Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Rutin Anak Binaan


91

JADWAL KEGIATAN RUTIN ANAK BINAAN

NO WAKTU HARI KEGIATAN


BINA DIRI
Merapikan Tempat Tidur
1 05.00 – 07.15 Membersihkan Kamar Tidur
Mandi
Memakai Baju
2 07.15 – 07.30 OLAH RAGA
SARAPAN PAGI
3 07.30 – 08.00 Cuci Piring
Membersihkan Ruangan
Makan
JALAN SEHAT
4 08.00 – 09.00 Mencuci Pakain
Membersihkan Kamar Mandi
dan Asrama
Minggu KERJA BAKTI
Belajar Calistung
Rabu
Membatik & Fotografi
Handy Craft
5 09.000 – 11.00 Kamis
Olah Raga
Olah Raga
Jum’at Belajar Potong Rambut
Bernyanyi Dengan Rebana
6 11.00 – 12.00 Konsentrasi Bina Diri
MAKAN SIANG
7 12.00 – 12.45 Mencuci Piring
Membersihkan Ruangan
Makan
8 12.45 – 13.10 Membersihkan Asrama
9 13.10 – 15.45 ISTIRAHAT SIANG
BINA DIRI
10 15.45 – 16.30 Merapikan Tempat Tidur
Membersihkan Kamar tidur
11 16.30 – 17.30 Sabtu Belajar Musik
Bermain Sore
Sholat Magrib Berjamaah
12 17.30 – 19.15 Menghafal Do’a-Do’a dan
Mengaji AL-Qur’an
13 19.15 – 20.00 MAKAN MALAM
Mencuci Piring
Membersihkan Rauangan
Makan
14 20.00 – 20.45 Konsentrasi Bina Diri
15 20.45 – 21.10 Minggu Belajar Melukis
16 21.10 – 21. 25 Menggosok Gigi
92

Membersihkan Asrama dan


Kamar Mandi
17 21.25 – 05.00 ISTIRAHAT MALAM
Sumber : diolah penulis dari Pendamping anak penyandang tunagrahita, 2022
Tabel 4.4 diatas menggambarkan bahwa jadwal kegiatan

sehari-hari dari anak penyandang tunagrahita terlantar telah terjadwal

secara terstruktur sesuai dengan hari dan waktunya.

Berdasarkan uraian diatas, kinerja pelayanan sosial dalam

pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar yang ditinjau dari

indikator keluarannya (output) sudah cukup baik, namun masih perlu

dioptimalkan kembali. Hal tersebut dibuktikan bahwa dalam

pencapaian sasaran hanya beberapa anak saja yang dapat mengikuti

kegiatan keterampilan yang diberikan oleh pihak UPTD Kampung

Anak Negeri, hal ini disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki oleh

anak penyandang tunagrahita terlantar. Meskipun demikian, para

pendamping berusaha semaksimal mungkin memberikan kegiatan-

kegiatan yang dapat membantu merangsang respon dari anak

penyandang tunagrahita berkategori sedang dan berat. Dalam hal ini

membutuhkan waktu serta proses yang panjang.

Berikut tabel analisis pada indikator keluaran (output) kinerja

di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :

Tabel 4.5 Analisis Indikator Keluaran (Output) Kinerja UPTD


Kampung Anak Negeri Kota Surabaya
No. Sub Indikator Temuan Data A
nalisa
1. Pencapaian 1. Target pencapaian Pada indikator keluaran
Sasaran sasaran dalam pemberian (output), pencapaian
pembinaan ini untuk sasaran dalam
semua anak penyandang pembinaan, terdapat
tunagrahita terlantar, beberapa anak
namun untuk anak penyandang tunagrahita
penyandang tunagrahita terlantar yang
terlantar yang berkategori ringan telah
93

berkategori sedang dan mampu mengikuti


berat tidak dapat kegiatan keterampilan,
mengikuti kegiatan salah satunya seperti
keterampilan yang membatik dan dapat
diberikan. melakukan kegiatan
2. Dalam mewujudkan sehari-hari secara
kemandirian kegiatan mandiri. Namun pada
sehari-hari, anak anak penyandang
penyandang tunagrahita tunagrahita terlantar
dikatakan mampu, berkategori sedang dan
namun sesuai dengan berat hanya diberikan
kategori dan kegiatan untuk
keterbatasan yang merangsang respon.
dimiliki. Sehingga dapat
3. Para pendamping menghasilkan keluaran
berusaha semaksimal (output) yang
mungkin untuk mendukung kemajuan
memberikan kegiatan- UPTD Kampung Anak
kegiatan yang dapat Negeri.
membantu merangsang
respon dari anak
penyandang tunagrahita
terlantar yang
berkategori sedang dan
berat.
Sumber : diolah oleh penulis, 2022

Dari analisa pada tabel 4.5 pada indikator keluaran (output)

ini mempunyai sub indikator pencapaian sasaran suatu kegiatan atau

program. Penjabaran dari sub indikator pencapaian sasaran yaitu

tentang bagaimana pencapaian sasaran dalam menghasilkan output

pada pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar, dengan sub

indikator tersebut dapat terlihat bahwasannya hanya beberapa anak

penyandang tunagrahita terlantar saja yang berkategori ringan

mampu mengikuti kegiatan keterampilan yang diberikan. Hal tersebut

disebabkan oleh faktor keterbatasan yang dimiliki pada diri anak

penyandang tunagrahita terlantar. Namun pendamping

mengupayakan kinerja semaksimal mungkin untuk memberikan

kegiatan yang membantu merangsang respon dari anak penyandang

tunagrahita terlantar berkategori sedang dan berat. Sehingga dapat


94

menghasilkan keluaran (output) yang mendukung kemajuan UPTD

Kampung Anak Negeri.

4.2.1.3 Hasil (Outcome)

Hasil (outcome) merupakan indikator yang dapat menggambarkan

mengenai hasil aktual yang diharapkan kinerja suatu organisasi. Indikator

hasil (outcome) ini dapat dikendalikan bagi organisasi dan indikator ini

melibatkan banyak pihak serta dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain,

diluar kendali organisasi. Indikator hasil (outcome) dapat didefinisikan

sebagai sesuatu yang menjadi cerminan dari berjalannya dan

berfungsinya keluaran (output) dari kegiatan untuk jangka menengah

(efek langsung). Melalui indikator hasil (outcome) organisasi maka akan

diketahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk keluaran dapat

memberikan kegunaan atau dampak positif yang besar.

Penulis melihat indikator hasil (outcome) kinerja pelaksanaan

pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita

terlantar yaitu pemenuhan kebutuhan secara fisik (sandang, pangan dan

papan) dan non fisik (dukungan sosial, psikologis dan pendidikan) serta

menjadikan anak penyandang tunagrahita terlantar lebih berdaya dan

berprestasi dari sebelumnya. Dalam indikator hasil (outcome) ini

mempunyai sub indikator untuk memfokuskan temuan penulis dalam

penelitian di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya yaitu :

a. Hasil Kinerja dalam Pemenuhan Kebutuhan Anak Penyandang

Tunagrahita Terlantar
95

Hasil kinerja dalam pemenuhan kebutuhan ini penulis melihat

dalam segi fisik (sandang, pangan dan papan) dan kebutuhan non

fisik (dukungan sosial, psikologis dan pendidikan). Apabila dilihat

dalam kebutuhan fisik seperti sandang, pangan dan papan, pihak

UPTD telah memberikan fasilitas yang memadai, seperti memberikan

pelayanan sosial kebutuhan dasar dan kegiatan bimbingan fisik.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 11.55 sebagai berikut :

“Kami memberikan pelayanan sosial kebutuhan dasar itu sesuai


dengan jumlah penghuni yang ada, jadi ya saya rasa sudah sesuai.
Makan ya porsinya sesuai dengan menu makanan dan ada variasi
menunya serta ada kandungan gizinya juga sudah terlengkapi.
Termasuk kegiatan bimbingan fisik pagi ya anak-anak juga diajak
kegiatan olahraga.”
Hasil wawancara dengan informan 1 juga dipertegas dengan

hasil wawancara dengan informan 2 pada tanggal 13 Juni 2022 pada

pukul 09.45 sebagai berikut :

“Semua kebutuhan anak-anak itu di fasilitasi oleh Dinas Sosial


melalui UPTD Kampung Anak Negeri, malah kalau mereka
mempunyai skill yang lebih atau berprestasi di bidangnya, seperti
melukis itu kami fasilitasi untuk mengadakan pameran. Semua
kebutuhan mereka di fasilitasi karena mereka tidak punya keluarga,
baik secara sandang, pangan dan papan.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya hasil

kinerja dalam kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan) anak

penyandang tunagrahita terlantar telah dipenuhi oleh pihak UPTD

Kampung Anak Negeri, hal ini juga terlihat pada saat penulis

melakukan pengamatan di lapangan, mereka diberikan fasilitas

seperti makanan yang bergizi, pakaian yang layak dan asrama yang

nyaman serta apabila mereka memiliki bakat yang lebih dalam bidang
96

keterampilan, pihak UPTD Kampung Anak Negeri memfasilitasi

dengan adanya pameran.

Selain melihat dari hasil kinerja dalam kegiatan pemenuhan

kebutuhan fisik, penulis juga melihat dari bagaimana hasil kinerja

melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan non fisik seperti dukungan

sosial, psikologis, dan pendidikan. Adapun hasil wawancara dengan

informan 1 pada tanggal 9 Juni 2022 pada pukul 12.00 sebagai

berikut:

“Untuk dukungan sosial ini kita kembalikan lagi peran dari


pendamping, pendamping ini juga mengajari secara sosial
kemasyarakatan, termasuk keagamaan, bimbingan-bimbingan
psikologis dan lainnya. Jadi peran dari pendamping ini juga
berkontribusi lebih besar di UPTD Kampung Anak Negeri ini
khususnya yang ada di Kalijudan. Kemudian terapi yang terkait
medis ada beberapa yang diberikan pemeriksaan secara rutin dari
Puskesmas secara berkala setiap bulan disini. Apabila Puskesmas
tidak ada layanannya ya dirujuk ke Rumah Sakit.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

dalam kebutuhan non fisik seperti dukungan sosial dan psikologis

bagi anak penyandang tunagrahita terlantar telah diberikan oleh

pendamping, peran para pendamping ini diperlukan karena

merupakan hal yang berpengaruh dalam kontribusi pelayanan yang

diberikan oleh anak penyandang tunagrahita terlantar.

Adapun hasil wawancara dengan informan 3 pada tanggal 15

Juni 2022 pada pukul 10.30 sebagai berikut :

“Kalau dukungan sosial dan psikologis kami arahkan kepada bidang


keagamaan, seperti sholat dan mengaji. Jadi dikenalkan pada
perbuatan baik dan buruk. Kalau dari segi pendidikan disini dulu
pernah ada sekolah formal, gurunya didatangkan kesini setiap hari
Senin sampai Jum’at seperti sekolah biasa pada umumnya. Namun,
setelah di evaluasi mungkin kurang maksimal akhirnya diganti
dengan kegiatan keterampilan. Seperti hari Selasa ada kegiatan
97

handycraft, hari Rabu itu membatik dan fotografi, hari Kamis dan
Jum’at itu olahraga walaupun olahraga setiap hari, kemudian hari
Sabtu itu musik dan hari Minggu itu melukis. Jadi pendidikannya
lebih mengarah ke non formal, mereka kemampuannya kemana
dikumpulkan anak-anaknya kemudian kita datangkan instrukturnya.
Kalau kegiatan baca tulis lebih ke tugas pendampingnya dan
waktunya lebih fleksibel dan kondisional. Hasilnya mungkin
sebagian ada yang bisa mengenal huruf dan ada juga yang bisa
membaca.”
Hasil wawancara diatas bahwasannya dari dukungan sosial

dan psikologis diarahkan pada kegiatan keagamaan. Kemudian dari

sisi pendidikan formal memang pihak UPTD Kampung Anak Negeri

tidak memfasilitasinya dan lebih mengarahkan kepada kegiatan

keterampilan. Namun untuk tahun ini pendidikan bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar akan menjadi target selanjutnya

bagi pihak UPTD Kampung Anak Negeri.

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 12.30 sebagai berikut :

“UPTD Kampung Anak Negeri khususnya di Kalijudan kan tidak


memfasilitasi sekolah formal, karena dinilai mereka apabila diberi
pendidikan secara formal tidak mumpuni. Di Kalijudan ini dulunya
pernah diberikan pendidikan secara formal, ada dari Sekolah Luar
Biasa (SLB) kemudian banyak faktor seperti anggaran dan
kemampuan dari anak tunagrahitanya sendiri yang dinilai kurang
begitu potensial, sehingga memang hasil analisanya tidak mampu
menerima materi yang diberikan oleh pengajar. Akibatnya tidak
dilanjutkan untuk kegiatan pendidikan ini. Mungkin untuk tahun ini
target Saya untuk bisa memilah-milah, mana yang sekiranya bisa
dilanjutkan untuk pendidikan, mana yang hanya cukup untuk
melakukan kemandirian.”
Hasil wawancara diatas juga senada dengan apa yang

dikatakan oleh informan 2 pada tanggal 13 Juni 2022 pada pukul

09.50 sebagai berikut :

“Untuk pendidikan secara formal ini akan menjadi target kami untuk
yang memang mampu dan harusnya dia belajar untuk mendapatkan
pendidikan. Karena itu yang berusaha kita bangun di tahun ini,
98

karena memang ada rencana-rencana pendidikan terkait untuk anak-


anak tunagrahita ini yang dirasa mampu untuk berpendidikan, maka
akan kita lanjutkan. Kita mulai berjejaring bagaimana untuk bisa
memberikan pelayanan untuk anak-anak yang mestinya menjadi
haknya. Setidaknya kita cek lagi, kita tetap upayakan apa yang sudah
menjadi haknya ya harus kita berikan.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hasil

(outcome) kinerja dari kebutuhan non fisik dalam segi pendidikan

secara formal yang telah diberikan oleh pihak UPTD Kampung Anak

Negeri sebelumnya memang tidak berjalan secara maksimal

dikarenakan faktor anggaran dan kemampuan dari anak penyandang

tunagrahitanya sendiri yang dinilai kurang begitu potensial. Namun

untuk target selanjutnya akan dilanjutkan kembali pendidikan formal

bagi anak penyandang tunagrahita terlantar, agar apa yang sudah

menjadi hak nya dapat terpenuhi. Hal tersebut diharapkan dapat

berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

b. Hasil Kinerja dalam Peningkatan Potensi Anak Penyandang

Tunagrahita Terlantar

Hasil kinerja dalam peningkatan potensi anak penyandang

tunagrahita terlantar ini penulis melihat bahwasannya anak

penyandang tunagrahita terlantar ini memang masih belum bisa

dikatakan optimal, karena keterbatasan yang anak penyandang

tunagrahita alami. Namun disamping keterbatasan yang dimiliki,

anak penyandang tunagrahita terlantar, mereka memiliki potensi yang

luar biasa. Hal ini terlihat ada beberapa anak yang mendapatkan

piagam penghargaan dari Walikota Surabaya karena hasil karya

keterampilan.
99

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 12.35 sebagai berikut :

“Ada kriteria anak tunarungu, tunawicara ternyata mereka memiliki


potensi dalam bidang fotografi. Kemarin juga bisa ikut kompetisi
yang diadakan oleh UNICEF Indonesia, dia mendapatkan nominasi
The Best Fotografer dan ada anak satunya lagi mendapatkan
nominasi The Best Team yang kemarin kita ajukan ke Pemerintah
Kota Surabaya dapat penghargaan dari Walikota saat Hari Jadi Kota
Surabaya, penghargaannya langsung ditandatangani oleh Walikota
Surabaya.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari

kegiatan keterampilan yang telah diberikan oleh UPTD Kampung

Anak Negeri mampu meningkatkan potensi minat dan bakat yang

dimiliki anak penyandang tunagrahita terlantar serta diluar dari

keterbatasan yang dimiliki oleh anak penyandang tunagrahita

terlantar ini, sesungguhnya mereka memiliki potensi yang luar biasa

dalam hal kegiatan keterampilan. Seperti halnya hasil dari karya

lukisan ada yang di pamerkan hingga ke luar negeri dan hasil dari

kegiatan membatik yaitu dijual melalui aplikasi E-Peken Surabaya

yang nantinya hasil penjualan yang didapatkan akan menjadi

tambahan uang saku mereka.

Adapun wawancara dengan informan 2 pada tanggal 13 Juni

2022 pada pukul 11.00 sebagai berikut :

“Untuk keterampilan melukis juga kita pamerkan, beberapa dari


lukisan ini juga ada yang laku kalau dijual, jadi kita promosinya
lewat Instagram, kemudian melalui sosial media tersebut ada yang
berminat dari Juragan 99 dan dipamerkan di Perancis. Lukisan itu
dipakai desain baju dan kerudung oleh Juragan 99. Kemudian untuk
hasil kain batik yang telah jadi, dipasarkan dan dijual melalui aplikasi
E-Peken Surabaya. Hasil penjualannya dapat menjadi tambahan uang
saku bagi anak penyandang tunagrahita terlantar”
100

Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hasil karya

dari kegiatan keterampilan seperti melukis dan membatik dapat

dipamerkan serta dijual sebagai nilai tambah bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar. Melalui penjualan hasil kain batik juga dapat

sedikit memberikan pemasukan untuk kebutuhan anak penyandang

tunagrahita terlantar.

Berdasarkan uraian diatas, hasil (outcome) dari pelaksanaan

program pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar secara umum baik. Hal tersebut dapat dilihat dari

pemenuhan kebutuhan dari segi fisik dan non fisik. Namun pada

kebutuhan non fisik dalam hal pendidikan UPTD Kampung Anak

Negeri belum memberikan fasilitas. Kemudian peningkatan prestasi

anak penyandang tunagrahita terlantar yang mendapatkan

penghargaan dari Walikota Surabaya, serta hasil karya dari membatik

dapat dipasarkan dan dijual guna menambah pemasukan untuk anak

penyandang tunagrahita terlantar. Meskipun masih banyak

kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki oleh anak penyandang

tunagrahita terlantar, namun keterbatasan tersebut justru mampu

memberikan karya yang luar biasa melalui bakat keterampilan seperti

melukis, fotografi dan membatik.

Berikut tabel analisis pada indikator hasil (outcome) kinerja di

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :

Tabel 4.6 Analisis Indikator Hasil (Outcome) Kinerja UPTD


Kampung Anak Negeri Kota Surabaya
No. Sub Indikator Temuan Data A
nalisa
101

1. Hasil kinerja 1. Kebutuhan fisik seperti Adanya pemenuhan


dalam sandang, pangan dan papan kebutuhan secara fisik
pemenuhan telah dipenuhi oleh UPTD dan non fisik bagi anak
kebutuhan Kampung Anak Negeri. penyandang tunagrahita
Anak penyandang terlantar dapat
menunjukan bahwa
tunagrahita terlantar pelayanan dari indikator
diberikan fasilitas makanan hasil kinerja telah dapat
bergizi, pakaian yang layak, memenuhi kebutuhan
dan asrama yang nyaman. anak penyandang
2. Kebutuhan non fisik seperti tunagrahita dari segi
dukungan sosial dan sandang, pangan, papan,
psikologis diarahkan pada dukungan sosial dan
kegiatan keagamaan, psikologis. Namun pada
sedangkan kebutuhan non segi pendidikan secara
fisik dalam segi pendidikan formal memang tidak
diberikan, karena faktor
secara formal tidak
anggaran dan
diberikan, dikarenakan faktor keterbatasan yang
anggaran dan kemampuan dimiliki anak
pada diri anak penyandang penyandang tunagrahita
tunagrahita terlantar yang terlantar.
dinilai kurang begitu
potensial. Oleh karena itu
hanya diberikan kegiatan
yang bersifat keterampilan.
2. Hasil kinerja 1. Hasil karya lukisan di Adanya hasil karya yang
dalam pamerkan hingga ke luar di pamerkan hingga ke
peningkatan negeri dan hasil dari luar negeri dan memiliki
potensi minat kegiatan keterampilan nilai jual serta adanya
dan bakat membatik dijual melalui beberapa anak
aplikasi E-Peken Surabaya. penyandang tunagrahita
2. Terdapat salah satu anak terlantar yang
penyandang tunagrahita mendapatkan piagam
mengikuti kompetisi yang penghargaan dalam
diadakan oleh UNICEF kompetisi, maka hal
Indonesia dan mendapatkan tersebut dapat
penghargaan nominasi The menunjukan bahwa
Best Fotografer dan menjadi cerminan dari
penghargaan nominasi The berjalannya dan
Best Team yang diberikan berfungsinya keluaran
oleh Walikota Surabaya. (output) dari kegiatan
pembinaan yang bersifat
keterampilan.
Sumber : diolah oleh penulis, 2022

Dari analisa pada tabel 4.5 diatas pada indikator hasil

(outcome) mempunyai sub indikator yaitu, hasil kinerja dalam

pemenuhan kebutuhan dan hasil kinerja dalam peningkatan potensi

minat dan bakat.

Penjabaran sub indikator yaitu tentang hasil kinerja dalam

kebutuhan anak penyandang tunagrahita terlantar, adanya pemenuhan


102

kebutuhan secara fisik dan non fisik bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar dapat menunjukan bahwa pelayanan dari

indikator hasil kinerja telah dapat memenuhi kebutuhan anak

penyandang tunagrahita dari segi sandang, pangan, papan, dukungan

sosial dan psikologis. Namun pada segi pendidikan secara formal

memang tidak diberikan, karena faktor anggaran dan keterbatasan

yang dimiliki anak penyandang tunagrahita terlantar. Penjabaran sub

indikator yaitu tentang hasil kinerja dalam peningkatan potensi anak

penyandang tunagrahita terlantar, adanya hasil karya yang di

pamerkan hingga ke luar negeri dan memiliki nilai jual serta adanya

beberapa anak penyandang tunagrahita terlantar yang mendapatkan

piagam penghargaan dalam kompetisi, maka hal tersebut dapat

menunjukan bahwa menjadi cerminan dari berjalannya dan

berfungsinya keluaran (output) dari kegiatan pembinaan yang bersifat

keterampilan.

4.2.1.4 Manfaat (Benefit)

Manfaat (benefit) dapat didefinisikan sebagai suatu hal yang

berkaitan dengan tujuan akhir dari setiap pelaksanaan kegiatan, indikator

manfaat ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil

(outcome). Indikator manfaat (benefit) tersebut dapat dilihat setelah

beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan

jangka panjang. Indikator manfaat diharapkan dapat dicapai bila

indikator keluaran (output) dapat berfungsi secara optimal.

a. Manfaat Jangka Menengah


103

Dalam indikator keluaran (output) dari program pelayanan

sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar

memang belum bisa memenuhi target pencapaian sasaran, namun jika

dikaji dari segi manfaat bagi sasaran program cukup memberikan

kebermanfaatan. Dalam hal ini peneliti menilai dari segi manfaat

jangka menengah.

Adapun hasil wawancara dengan informan 4 pada tanggal 16

Juni 2022 pada pukul 09.05 sebagai berikut :

“Aku setiap hari bersih-bersih, menyapu, mengepel, membersihkan


kamar mandi, sama mencuci baju”
Hasil wawancara diatas diperkuat oleh pernyataan informan 3

pada tanggal 15 Juni 2022 pada pukul 10.35 sebagai berikut :

“Manfaatnya itu tergantung pada kategori anak tunagrahita itu.


Manfaat dalam jangka waktu menengah ini kalau untuk anak
tunagrahita yang ringan, kami melihat dari kegiatan sehari-hari
seperti menyapu, mencuci baju dan bisa mandiri atas kegiatan sehari-
harinya. Karena masih ada beberapa anak yang harus dilakukan
bimbingan dan arahan, belum bisa mandiri. Mungkin untuk anak-
anak yang lama tinggal disini sudah mengerti dan bisa mandiri,
namun anak-anak yang baru masih perlu adanya arahan dan kita
bimbing kearah kemandirian.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

pelayanan sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita

terlantar ini mampu memberikan manfaat bagi sasaran, dimana bagi

anak penyandang tunagrahita terlantar dapat mewujudkan

kemandiriannya dalam kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan uraian hasil wawancara didukung dengan adanya

pengamatan dari penulis bahwasannya anak penyandang tunagrahita

terlantar terlihat mandiri melakukan kegiatan sehari-harinya seperti


104

kegiatan mengepel. Hal tersebut juga didukung dengan adanya data

dokumentasi yakni sebagai berikut :

Gambar 4.7 Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar Kategori


Ringan Sedang Mengepel
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 4.7 diatas menunjukkan bahwa anak penyandang

tunagrahita terlantar yang berkategori ringan dapat merasakan

manfaat setelah adanya pembinaan yang diberikan dan dapat

mewujudkan kemandirian, utamanya pada kegiatan sehari-hari.

b. Manfaat Jangka Panjang

Penulis juga melihat indikator manfaat (benefit) kinerja ini dari

segi jangka panjang, hal ini menjelaskan bahwasannya anak

penyandang tunagrahita terlantar juga mendapatkan manfaat dalam

jangka yang lebih panjang, seperti dilakukannya reunifikasi atau

bertemu dengan keluarganya bagi yang masih mempunyai keluarga.

Adapun hasil wawancara dengan informan 2 pada tanggal 13

Juni 2022 pada pukul 10.00 sebagai berikut :

“Untuk manfaat dalam jangka panjang yang paling utama adalah


mereka bisa dilakukan reunifikasi (bertemu dengan keluarganya).
Harapan kita mereka bisa berkumpul kembali dengan keluarganya,
karena pelayanan terbaik, bimbingan terbaik ada pada keluarganya.
105

Maka dari itu tujuan kita adalah dengan melakukan reunifikasi dan
melakukan publikasi ke media sosial itu yang kita upayakan. Jangka
panjang memang begitu kita harus bisa melakukan reunifikasi.”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

pelaksanaan pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar yang ditinjau dari indikator manfaat

(benefit) dalam sub indikator manfaat jangka menengah dapat

memberikan manfaat bahwasannya anak penyandang tunagrahita

terlantar telah bisa mewujudkan kemandirian dalam kegiatan sehari-

harinya. Adapun pada sub indikator manfaat jangka panjang yaitu

apabila anak penyandang tunagrahita masih memiliki keluarga, maka

pihak UPTD Kampung Anak Negeri melakukan reunifikasi kepada

keluarga.

Berikut tabel analisis pada indikator manfaat (benefit) kinerja

di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :

Tabel 4.7 Analisis Indikator Manfaat (Benefit) Kinerja UPTD


Kampung Anak Negeri Kota Surabaya
No. Sub Indikator Temuan Data A
nalisa
1. Manfaat jangka 1. Manfaat dalam jangka Dengan terwujudnya
menengah waktu menengah untuk kemandirian pada diri
anak tunagrahita yang anak penyandang
ringan dapat melakukan tunagrahita terlantar
kegiatan sehari-hari dalam hal kegiatan
seperti menyapu, sehari-hari dan dapat
mencuci baju dan mengikuti kegiatan
mengepel serta dapat keterampilan yang
mengikuti kegiatan diberikan, maka kinerja
keterampilan yang dalam pemberian
diberikan. pembinaan bagi anak
penyandang tunagrahita
terlantar dapat
bermanfaat dalam
jangka waktu menengah.
106

2. Manfaat jangka 1. Manfaat dalam jangka Dengan dapat


panjang panjang yang paling berkumpulnya anak
utama adalah mereka penyandang tunagrahita
bisa dilakukan kepada pihak keluarga
reunifikasi (bertemu (bagi yang masih
dengan keluarganya). memiliki keluarga) maka
dan bisa berkumpul kinerja dari pemberian
kembali dengan pembinaan dapat
keluarganya. bermanfaat dalam
jangka waktu panjang.
Sumber : diolah oleh penulis, 2022

Dari analisa pada tabel 4.7 pada indikator manfaat (benefit)

ini mempunyai dua sub indikator yaitu, manfaat dalam jangka

menengah dan jangka panjang. Penjabaran sub indikator yaitu tentang

manfaat jangka menengah telah dirasakan manfaatnya bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar, dengan terwujudnya kemandirian

pada diri anak penyandang tunagrahita terlantar dalam hal kegiatan

sehari-hari dan dapat mengikuti kegiatan keterampilan yang

diberikan, maka kinerja dalam pemberian pembinaan bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar dapat bermanfaat dalam jangka

waktu menengah.

Penjabaran sub indikator yaitu tentang manfaat jangka

panjang yang dirasakan bagi anak penyandang tunagrahita, dengan

dapat berkumpulnya anak penyandang tunagrahita kepada pihak

keluarga (bagi yang masih memiliki keluarga) maka kinerja dari

pemberian pembinaan dapat bermanfaat dalam jangka waktu panjang.

4.2.1.5 Dampak (Impact)

Indikator dampak (impact) dapat didefinisikan sebagai pengaruh

yang ditimbulkan baik positif maupun negatif atau dampak yang dapat

memberikan gambaran mengenai efek secara langsung atau tidak


107

langsung yang dihasilkan dari tercapainya tujuan program dalam sebuah

organisasi.

Dampak sendiri diartikan sebagai suatu akibat, imbas atau

pengaruh yang terjadi sifatnya dalam peningkatan hal positif maupun

negatif. Hal tersebut dihasilkan dari sebuah tindakan yang dilakukan oleh

satu atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan atau usaha

tertentu. Faktor keberhasilan dari pelayanan sosial dalam pembinaan

anak penyandang tunagrahita terlantar ini juga ditunjang oleh saran dan

kritik dari berbagai pihak terutama pihak di luar instansi UPTD

Kampung Anak Negeri. Adanya masukan dari luar instansi tentang hal-

hal yang dinilai masih minus dalam program pelayanan sosial dalam

pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar dapat membantu

dalam pengevaluasian serta perbaikan terhadap kekurangan yang ada.

a. Dampak Positif

Dampak positif merupakan pengaruh dalam peningkatan hal

yang positif. Hal tersebut dapat dilihat adanya masukan tentang hal-

hal yang harus diperbaiki dalam program pelayanan sosial pembinaan

bagi anak penyandang tunagrahita terlantar yang dapat membantu

dalam meningkatkan kinerja pelaksanaan program di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya. Adapun hasil wawancara

dengan informan 1 pada tanggal 9 Juni 2022 pada pukul 12.45

sebagai berikut :

“Untuk dampak atau pengaruh dari pelaksanaan pelayanan sosial


terutamanya dalam pembinaan anak tunagrahita terlantar ini yaitu
108

banyaknya masukan untuk memaksimalkan kinerja, seperti


diadakannya kembali pendidikan formal bagi anak tunagrahita yang
mampu untuk menerima pelajaran baru.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwasannya

terdapat masukan mengenai kinerja UPTD Kampung Anak Negeri

dalam hal pemberian pendidikan formal bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar yang masih mampu menerima pelajaran baru,

agar apa yang menjadi hak anak penyandang tunagrahita terlantar

dapat terpenuhi dalam hal pendidikan.

Indikator dampak (impact) ini juga dapat dilihat pada diri anak

penyandang tunagrahita setelah mendapatkan pembinaan dari pihak

UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.

Adapun hasil wawancara dengan informan 3 pada tanggal 15

Juni 2022 pada pukul 10.40 sebagai berikut :

“Dampak positif yang ada pada anak tunagrahita ini seperti rasa
keingintahuannya yang tinggi pada belajar, jadi lebih kepada
semangat belajarnya, tapi tidak semua anak seperti itu.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dampak

positif setelah adanya pelayanan sosial dalam pembinaan anak

penyandang tunagrahita terlantar ini dapat mempengaruhi rasa

keingintahuan yang tinggi dan semangat belajar bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar.

b. Dampak Negatif

Dampak negatif dapat didefinisikan sebagai pengaruh negatif

pada suatu pelaksanaan program. Pada penelitian ini peneliti melihat

dampak negatif yang ditimbulkan setelah adanya pembinaan bagi

anak penyandang tunagrahita terlantar.


109

Adapun hasil wawancara dengan informan 1 pada tanggal 9

Juni 2022 pada pukul 12.50 sebagai berikut :

“Dampak negatif saya rasa ada beberapa anak penyandang


tunagrahita yang merasa nyaman dan betah tinggal disini, bilamana
ada yang sudah bertemu dengan keluarganya, mereka tidak mau
pulang. Karena disini semua sudah disediakan, disiapkan, di fasilitasi
yang akhirnya membuat mereka nyaman. Mungkin karena terkadang
ada beberapa kondisi keluarga yang terbatas atau tidak mampu untuk
merawat ya sudah mereka menganggap anaknya merasa dipelihara
dengan baik oleh Pemerintah. Jadi pihak keluarga mempunyai
ketergantungan yang sangat tinggi kepada Pemerintah. Mestinya
keluarga mempunyai punya tanggung jawab dan berkewajiban untuk
merawat dari anaknya tersebut. Namun karena memang keterbatasan
dari keluarganya, mungkin sementara waktu dialihfungsikan ke Dinas
Sosial begitu nanti tampak begitu lebih baik, akhirnya keluarga
merasa tidak mempunyai tanggung jawab untuk anaknya. Nah itu
malah bahaya untuk kedepannya, itu yang perlu kita juga antisipasi.”
Hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dampak

negatif yang ditimbulkan setelah adanya pelayanan sosial dalam

pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar yang masih

memiliki keluarga, mereka tidak mau dilakukan reunifikasi kepada

pihak keluarga, karena di UPTD Kampung Anak Negeri mereka

diberikan fasilitas dan diberikan pelayanan yang tercukupi.

Berikut tabel analisis pada indikator dampak (impact) kinerja

di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :

Tabel 4.8 Analisis Indikator Dampak (Impact) Kinerja UPTD


Kampung Anak Negeri Kota Surabaya
No. Sub Indikator Temuan Data A
nalisa
110

1. Dampak positif 1. Adanya masukan tentang Dengan adanya masukan


hal yang harus diperbaiki dari pihak luar dalam
dalam pembinaan anak peningkatan kinerja, dan
penyandang tunagrahita adanya anak penyandang
terlantar dapat tunagrahita yang rasa
membantu dalam keingintahuannya akan
meningkatkan kinerja belajar semakin tinggi.
seperti diadakannya Maka hal tersebut
kembali pendidikan memberikan dampak
formal bagi anak positif pada pihak UPTD
tunagrahita yang mampu Kampung Anak Negeri,
untuk menerima karena dengan masukan
pelajaran baru tersebut, pelayanan bagi
2. Setelah adanya kegiatan anak penyandang
pembinaan bagi anak tunagrahita dapat
penyandang tunagrahita ditingkatkan.
terlantar, mereka
mendapatkan dampak
yang positif seperti
meningkatnya rasa
keingintahuan dan
semangat belajar pada
diri anak penyandang
tunagrahita terlantar
2. Dampak negatif 1. Dampak negatif yang Adanya dampak negatif
ditimbulkan dalam diri yang ditimbulkan setelah
anak penyandang adanya pembinaan
tunagrahita terlantar, diberikan pada anak
yang masih memiliki penyandang tunagrahita
keluarga setelah adanya yaitu ada anak yang
kegiatan pembinaan ini masih memiliki
mereka merasa nyaman keluarga, namun tidak
dan tidak mau untuk mau untuk dilakukan
dilakukan reunifikasi reunifikasi atau
kepada pihak pemulangan kepada
keluarganya. pihak keluarga.
Akibatnya hal tersebut
memberikan dampak
yang negatif pada UPTD
Kampung Anak Negeri.
Sumber : diolah oleh penulis, 2022

Dari analisa pada tabel 4.8 pada indikator dampak (impact) ini

mempunyai dua sub indikator yaitu dampak positif dan dampak

negatif. Sesuai dengan temuan di lapangan pada sub indikator yang

pertama yaitu dampak positif yang ditimbulkan setelah adanya

pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar yakni dengan

adanya masukan dari pihak luar dalam peningkatan kinerja, dan


111

adanya anak penyandang tunagrahita yang rasa keingintahuannya

akan belajar semakin tinggi. Maka hal tersebut memberikan dampak

positif pada pihak UPTD Kampung Anak Negeri, karena dengan

masukan tersebut, pelayanan bagi anak penyandang tunagrahita dapat

ditingkatkan.

Begitupun juga pada sub indikator yang kedua yaitu dampak

negatif yang ditimbulkan setelah adanya pelayanan sosial dalam

pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar yakni anak

penyandang tunagrahita terlantar yang masih memiliki keluarga,

namun tidak mau untuk dilakukan reunifikasi atau pemulangan

kepada pihak keluarga. Akibatnya hal tersebut memberikan dampak

negatif pada UPTD Kampung Anak Negeri.

4.2.2 Matriks Penilaian Analisis Kinerja Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang

Tunagrahita Terlantar Di UPTD Kampung Anak Negeri Kota

Surabaya

Berikut ini adalah hasil Analisis Kinerja Lembaga Penyelenggara

Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar

Di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :

Tabel 4.9 Matriks Penilaian Analisis Kinerja Lembaga Penyelenggara


Pelayanan Sosial Dalam Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita
Terlantar Di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya
No
Indikator Hasil Analisa Kesimpulan
.
1. Masukan Dari sub indikator yaitu tentang Sumber Daya Dapat disimpulkan
(Input) Manusia (SDM) secara kuantitas telah memadai, bahwasannya analisis
lalu secara kualitas dalam hal kecepatan telah kinerja lembaga
dilakukan pada kegiatan awal penerimaan anak penyelenggara
penyandang tunagrahita terlantar dan dalam hal pelayanan sosial dalam
112

ketanggapan juga sudah terlihat pada segi pembinaan anak


kesehatan. Kemudian adanya pelatihan bagi penyandang
para pendamping sebagai pendukung untuk tunagrahita terlantar di
meningkatkan pelayanan. Meskipun belum UPTD Kampung Anak
memiliki acuan pada penentuan rasio secara Negeri Kota Surabaya
ideal dalam mendampingi dan membina anak ini berjalan sesuai
penyandang tunagrahita terlantar. Namun, pihak dengan salah satu
UPTD Kampung Anak Negeri dapat dikatakan tujuan UPTD yaitu
telah bisa memberikan pelayanan pada anak dengan meningkatnya
penyandang tunagrahita terlantar. Kemudian kemampuan dan
pada sub indikator yang kedua yaitu tentang keterampilan anak
sumber alokasi anggaran dana yang bersumber penyandang
dari APBD Pemerintah Kota Surabaya belum tunagrahita terlantar
dipaparkan secara jelas nominal alokasi yang diwujudkan
anggaran dana. Serta dengan adanya bantuan dalam kegiatan sehari-
sosial dari instansi lain, maka dari anggaran hari. Pada indikator
dana tersebut telah dapat mencukupi kebutuhan masukan (input) sudah
dari anak penyandang tunagrahita terlantar. memadai dalam segi
Berbeda halnya dengan sub indikator Kebijakan kuantitas maupun
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) kualitas, namun pada
menjelaskan bahwa dengan adanya acuan penentuan rasio secara
kebijakan dalam pelaksanaan program ideal dalam
pelayanan sosial dalam pembinaan anak mendampingi dan
penyandang tunagrahita terlantar dan adanya membina anak
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai penyandang
alur mekanisme berjalannya pelayanan, maka tunagrahita terlantar
pelayanan dapat berjalan dan berlangsung sesuai masih belum memiliki
dengan peraturan yang telah dibuat. acuan; sumber alokasi
anggaran dana dari
2. Keluaran Dari sub indikator pencapaian sasaran yaitu APBD Pemerintah
(Output) tentang bagaimana pencapaian sasaran dalam Kota Surabaya; dan
menghasilkan output pada pembinaan anak kebijakan mengacu
penyandang tunagrahita terlantar, dengan sub pada Perwali Kota
indikator tersebut dapat terlihat terdapat Surabaya No. 119
beberapa anak penyandang tunagrahita terlantar Tahun 2021 serta
yang berkategori ringan telah mampu mengikuti peraturan mengenai
kegiatan keterampilan, salah satunya seperti Standar Operasional
membatik dan dapat melakukan kegiatan sehari- Prosedur (SOP) juga
hari secara mandiri. Namun pada anak telah lengkap.
penyandang tunagrahita terlantar berkategori Pada indikator keluaran
sedang dan berat hanya diberikan kegiatan (output) sudah terlihat
untuk merangsang respon. Sehingga dapat dari pemberian
menghasilkan keluaran (output) yang kegiatan keterampilan
mendukung kemajuan UPTD Kampung Anak pada anak penyandang
Negeri. tunagrahita terlantar
yang berkategori
ringan, namun pada
113

3. Hasil Dari sub indikator yaitu tentang hasil kinerja anak penyandang
(Outcome dalam kebutuhan anak penyandang tunagrahita tunagrahita terlantar
) terlantar, adanya pemenuhan kebutuhan secara yang berkategori
fisik dan non fisik bagi anak penyandang sedang dan berat tidak
tunagrahita terlantar dapat menunjukan bahwa mendapatkan kegiatan
pelayanan dari indikator hasil kinerja telah dapat keterampilan, hal ini
memenuhi kebutuhan anak penyandang disebabkan
tunagrahita dari segi sandang, pangan, papan, keterbatasan kondisi
dukungan sosial dan psikologis. Namun pada yang dialami.
segi pendidikan secara formal memang tidak Pada indikator hasil
diberikan, karena faktor anggaran dan (outcome) terlihat
keterbatasan yang dimiliki anak penyandang bahwasannya sudah
tunagrahita. Berbeda halnya dengan sub dipenuhi dalam hal
indikator tentang hasil kinerja dalam pemenuhan kebutuhan
peningkatan potensi anak penyandang secara fisik (sandang
tunagrahita terlantar telah berjalan baik dengan pangan dan papan).
adanya hasil karya yang dipamerkan hingga ke Namun pada kebutuhan
luar negeri dan memiliki nilai jual serta adanya non fisik dalam segi
beberapa anak penyandang tunagrahita terlantar pendidikan tidak
yang mendapatkan piagam penghargaan dalam diberikan, hal tersebut
kompetisi, maka hal tersebut dapat menunjukan terkendala pada faktor
bahwa menjadi cerminan dari berjalannya dan anggaran dan
berfungsinya keluaran (output) dari kegiatan keterbatasan yang
pembinaan yang bersifat keterampilan. dimiliki anak
penyandang
4. Manfaat Dari sub indikator yaitu tentang manfaat jangka tunagrahita terlantar.
(Benefit) menengah telah dirasakan manfaatnya bagi anak Kemudian keberhasilan
penyandang tunagrahita terlantar, dengan dalam pembinaan anak
terwujudnya kemandirian pada diri anak penyandang
penyandang tunagrahita terlantar dalam hal tunagrahita terlantar
kegiatan sehari-hari dan dapat mengikuti juga terlihat pada
kegiatan keterampilan yang diberikan, maka peningkatan potensi
kinerja dalam pemberian pembinaan bagi anak dengan adanya hasil
penyandang tunagrahita terlantar dapat karya yang dipamerkan
bermanfaat dalam jangka waktu menengah. ke luar negeri dan
Kemudian pada sub indikator manfaat jangka memiliki nilai jual,
panjang yang dirasakan bagi anak penyandang serta adanya anak
tunagrahita, dengan dapat berkumpulnya anak penyandang
penyandang tunagrahita kepada pihak keluarga tunagrahita terlantar
(bagi yang masih memiliki keluarga) maka yang mendapatkan
kinerja dari pemberian pembinaan dapat piagam penghargaan.
bermanfaat dalam jangka waktu panjang. Pada indikator manfaat
(benefit) juga telah
dirasakan anak
penyandang
tunagrahita baik
manfaat dalam jangka
menengah, seperti
dapat mewujudkan
kemandirian dalam
kegiatan sehati-hari dan
manfaat jangka panjang
yaitu jika anak
penyandang
tunagrahita masih
memiliki keluarga akan
dipulangkan.
114

5. Dampak Dari sub indikator yaitu tentang dampak positif Pada indikator dampak
(Impact) yang ditimbulkan setelah adanya pembinaan (impact) dalam hal
bagi anak penyandang tunagrahita terlantar positif dapat dilihat
yakni dengan adanya masukan dari pihak luar bahwa adanya masukan
dalam peningkatan kinerja, dan adanya anak dari pihak luar
penyandang tunagrahita yang rasa mengenai kinerja
keingintahuannya akan belajar semakin tinggi. UPTD Kampung Anak
Maka hal tersebut memberikan dampak positif Negeri dan adanya
pada pihak UPTD Kampung Anak Negeri, peningkatan semangat
karena dengan masukan tersebut, pelayanan belajar bagi anak
bagi anak penyandang tunagrahita dapat penyandang
ditingkatkan. Begitupun juga pada sub indikator tunagrahita terlantar,
yang kedua yaitu dampak negatif yang sedangkan dampak
ditimbulkan setelah adanya pembinaan bagi negatif yakni anak
anak penyandang tunagrahita terlantar yakni penyandang
adanya dampak negatif yang ditimbulkan tunagrahita terlantar
setelah adanya pembinaan diberikan pada anak yang masih memiliki
penyandang tunagrahita yaitu ada anak yang keluarga tidak mau
masih memiliki keluarga, namun tidak mau dilakukan reunifikasi
untuk dilakukan reunifikasi atau pemulangan kepada keluarganya.
kepada pihak keluarga. Akibatnya hal tersebut
memberikan dampak negatif.
Sumber : diolah penulis, 2022

4.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Kinerja UPTD Kampung

Anak Negeri Pelayanan Sosial dalam Pembinaan Anak

Penyandang Tunagrahita Terlantar

4.2.3.1 Faktor Pendukung Kinerja

Pelaksanaan program pelayanan sosial dalam pembinaan anak

penyandang tunagrahita terlantar tidak terlepas dari adanya faktor

pendukung kinerja. Berikut faktor pendukung kinerja, diantaranya:

a. Pelatihan bagi pendamping

Pelatihan bagi pendamping merupakan faktor yang penting

dalam menghasilkan kinerja yang optimal. Pelatihan yang diberikan

dapat membantu kinerja para pendamping agar dapat meningkatkan

pelayanan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar.


115

b. Kerjasama dengan instruktur di bidang keterampilan

Adanya kerjasama dengan instruktur yang ahli di bidang

keterampilan ini juga merupakan faktor pendukung dan hal penting

dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar. Para

instruktur memberikan tenaga, waktu dan ilmunya untuk anak-anak

penyandang tunagrahita terlantar dalam kegiatan keterampilan seperti

membatik, melukis, handycraft, fotografi dan memainkan alat musik.

c. Sarana dan prasarana yang memadai

Adanya sarana dan prasarana yang memadai ini dapat

mendukung berjalannya pelaksanaan pelayanan sosial dalam

pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar. Hal ini seperti

asrama yang nyaman, ruang makan yang bersih, fasilitas makanan

yang bergizi, dan pakaian yang layak bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar.

4.2.3.2 Faktor Penghambat Kinerja

Selain adanya faktor pendukung diatas, dari hasil penelitian dapat

diidentifikasi hambatan-hambatan yang muncul pada pelayanan sosial

dalam pembinaan bagi anak penyandang tunagrahita terlantar di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya. Hambatan ini disebabkan dari

faktor internal. Faktor internal adalah hambatan yang berasal dari dalam

organisasi tersebut. Faktor-faktor penghambat diantaranya :


116

a. Belum adanya acuan rasio perbandingan antara pendamping dan anak

penyandang tunagrahita terlantar

Belum adanya acuan rasio perbandingan antara pendamping

dengan anak penyandang tunagrahita terlantar ini dianggap sebagai

salah satu faktor penghambat kinerja. Peran pendamping dinilai

memberikan kontribusi besar bagi pelayanan sosial dalam pembinaan

anak penyandang tunagrahita terlantar. Tanpa adanya rasio

perbandingan secara ideal ini membuat pendamping terkadang

merasa kesulitan dalam mendampingi dan membina anak penyandang

tunagrahita terlantar yang jumlahnya lebih banyak dari para

pendamping.

b. Belum adanya kerjasama dengan pihak swasta

Pelaksanaan pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak

penyandang tunagrahita terlantar ini terlihat belum adanya kerjasama

dengan pihak swasta untuk melanjutkan anak penyandang tunagrahita

yang berusia dewasa ke dalam dunia pekerjaan. Hal tersebut

disebabkan keterbatasan kemampuan secara kognitif dan mental dari

anak penyandang tunagrahita terlantar yang masih belum mampu jika

diarahkan ke bidang pekerjaan formal.

4.3 Relevansi Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

Berikut ini adalah hasil penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang tentang Analisis Kinerja Lembaga Penyelenggara Pelayanan Sosial

Dalam Pembinaan Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya :


117

Tabel 4.10 Relevansi Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Sekarang

N Nama/Tahun
Hasil Persamaan Perbedaan
o Judul
1. (Ditha Ardelina Hasil penelitian ini menunjukkan Penelitian Ditha Perbedaan penelitian
Riyanto, 2018) bahwa indikator masukan (input) Ardelina Riyanto, dari Ditha Ardelina
kinerja belum memenuhi aspek 2018 dengan Riyanto, 2018 dengan
Kinerja Unit pelayanan sosial dasar bagi penulis sama-sama penulis yaitu kinerja
Pelaksana Teknis gepeng di UPT Liponsos. membahas tentang dalam pelayanan sosial
(UPT) Liponsos Kemudian untuk indikator kinerja dasar bagi gelandangan
Keputih Dalam keluaran (output), indikator hasil penyelenggara dan pengemis.
Pelayanan Sosial (outcome), dan indikator dampak pelayanan sosial.
Dasar Bagi (impact) yakni telah memenuhi
Gelandangan dan dan terdapat peningkatan hal
Pengemis yang positif.

2. (Fikri Emsa dan Hasil penelitian menunjukkan Penelitian Perbedaan penelitian


Zaenuri Khairul bahwa kinerja cukup baik dalam Mohammad Tofiq dari Mohammad Tofiq
Anwar, 2019) pelaksanaan program pelayanan Ridlo, dkk., 2017 Ridlo, 2017 dengan
dan rehabilitasi kesejahteraan dengan penulis penulis yaitu kinerja
Kinerja Pelayanan sosial dimana peran pelaksana sama-sama pelayanan dalam
dan Rehabilitasi yang saling bekerja sama dan membahas tentang pemberian sembako
Kesejahteraan ketaatan ASN, terpenuhinya kinerja pada cacat menta,
Sosial di Dinas bahan pokok permakanan lansia penyelenggara pemberian sembako
Sosial Kota Bekasi dan keterampilan yang di dapat pelayanan sosial dan pelatihan kepada
oleh sasaran program. Namun lansia serta penguatan
pada segi anggaran kurang Lembaga Lanjut Usia
optimal dan tenaga kerja yang Indonesia (LLI).
masih sedikit serta target
pencapaian sasaran yang belum
terpenuhi.
3. (Ersi Felina, 2019) Hasil penelitian menunjukkan Penelitian Ersi Perbedaan penelitian
bahwa kinerja UPTD PSKW Felina, 2019 dari Ersi Felina, 2019
Kinerja UPTD Andam Dewi belum baik dalam dengan penulis yaitu kinerja dalam
Panti Sosial Karya segi anggaran, sumber daya sama-sama pelaksanaan rehabiitasi
Wanita (PSKW) manusia, sarana prasarana, tidak membahas tentang Wanita Tuna Susila
Andam Dewi ada kejelasan tupoksi dan UPTD kinerja (WTS) dan terletak
Provinsi Sumatera PSKW tidak berpatokan pada penyelenggara pada kejelasan tupoksi,
Barat Dalam indikator keberhasilan organisasi. pelayanan sosial. yang mana pada
Pelaksanaan penelitian Ersi Felina
Rehabilitasi Wanita ini tidak memiliki
Tuna Susila (WTS) kejelasan tupoksi.
Tahun 2017

4. (Angelina Sajow, Hasil penelitian menunjukkan Penelitian Angelina Perbedaan penelitian


dkk., 2019) bahwa capaian kerja terkait Sajow, dkk., 2019 dari Angelina
program penanganan anak dengan penulis Sajow,dkk dengan
Kinerja Dinas terlantar sudah berjalan tetapi sama-sama penulis yaitu
Sosial dan belum maksimal, terbatasanya membahas tentang membahas tentang
Pemberdayaan anggaran, dan dalam hal kinerja lembaga kinerja dalam
Masyarakat Dalam pemberian bantuan tidak sesuai penyelenggara pemberdayaan
Menangani Anak prosedur atau bisa dikatakan sosial. masyarakat dalam
Terlantar di Kota tidak tepat sasaran. menangani anak
Manado terlantar.
118

N Nama/Tahun
Hasil Persamaan Perbedaan
o Judul
5. (Rizky Aditya Hasil penelitian menunjukkan Penelitian Rizky Perbedaan penelitian
Fernanda, 2019) bahwa kinerja Dinas Sosial Kota Aditya Fernanda, dari Rizky Aditya
Pontianak dalam menangani 2019 dengan Fernanda, 2019 dengan
Kinerja Dinas pengemis dinilai sudah optimal, penulis adalah penulis yaitu
Sosial Kota meskipun hasil yang didapatkan sama-sama membahas tentang
Pontianak Dalam masih kurang maksimal, karena membahas tentang kinerja dalam
Menangani anggaran dana belum cukup kinerja menangani pengemis.
Pengemis di Kota untuk mengembangkan program- penyelenggara
Pontianak program yang sudah ada. pelayanan sosial.
Sumber : diolah penulis, 2022

Pada tabel 4.10 menjelaskan tentang hasil relevansi penelitian

terdahulu dengan peneliti yang dimana terdapat persamaan dan perbedaan.

Penelitian yang dilakukan peneliti ini mendukung pada penelitian yang

dilakukan oleh Ditha Ardelina Riyanto (2018), Fikri Emsa & Zaenuri Khairul

Anwar (2019), Ersi Felina (2019), Angelina Sajow, dkk. (2019), dan Rizky

Aditya Fernanda (2019) yang memiliki persamaan membahas tentang kinerja

lembaga penyelenggara pelayanan sosial. Namun perbedaan pada penelitian

ini dengan penelitian terdahulu terkait objek penelitian dan pelaksanaan

program yang berbeda-beda. Pada penelitian ini membahas mengenai

bagaimana pelayanan sosial dalam pembinaan bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar dan hal yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan

kelima penelitian terdahulu adalah belum adanya penelitian yang dilakukan di

lokasi penelitian ini yakni di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

wilayah Kalijudan dan dengan adanya pelatihan bagi pendamping membuat

perbedaan yang tidak ditemukan oleh peneliti dalam kelima penelitian

terdahulu serta pelatihan ini menjadi faktor pendukung dalam kinerja di UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang penulis lakukan dalam penelitian ini, maka

dapat disimpulkan bahwasannya Kinerja Lembaga Penyelenggara Pelayanan

Sosial di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya Dalam Pembinaan Anak

Penyandang Tunagrahita Terlantar, telah berjalan sesuai dengan salah satu tujuan

UPTD yaitu dengan meningkatnya kemampuan dan keterampilan anak

penyandang tunagrahita terlantar yang diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari.

Berdasarkan Indikator Kinerja Organisasi yang ditetapkan oleh Lembaga

Administrasi Negara (LAN, 2018), yaitu :

1. Pada indikator masukan (input) sudah memadai dalam segi kuantitas maupun

kualitas, namun pada penentuan rasio secara ideal dalam mendampingi dan

membina anak penyandang tunagrahita terlantar masih belum memiliki

acuan; sumber alokasi anggaran dana dari APBD Pemerintah Kota Surabaya;

dan kebijakan mengacu pada Perwali Kota Surabaya No. 119 Tahun 2021

serta peraturan mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) juga telah

lengkap.

2. Pada indikator keluaran (output) sudah terlihat dari pemberian kegiatan

keterampilan salah satunya adalah membatik pada anak penyandang

tunagrahita terlantar yang berkategori ringan, namun pada anak penyandang

tunagrahita terlantar yang berkategori sedang dan berat tidak mendapatkan

kegiatan keterampilan, hal ini disebabkan keterbatasan kondisi yang dialami.

119
120

3. Pada indikator hasil (outcome) terlihat bahwasannya sudah dipenuhi dalam

hal pemenuhan kebutuhan secara fisik (sandang pangan dan papan). Namun

pada kebutuhan non fisik dalam segi pendidikan tidak diberikan, hal tersebut

terkendala pada faktor anggaran dan keterbatasan yang dimiliki anak

penyandang tunagrahita terlantar. Kemudian keberhasilan dalam pembinaan

anak penyandang tunagrahita terlantar juga terlihat pada peningkatan potensi

dengan adanya hasil karya yang dipamerkan ke luar negeri dan memiliki

nilai jual, serta adanya anak penyandang tunagrahita terlantar yang

mendapatkan piagam penghargaan.

4. Pada indikator manfaat (benefit) juga telah dirasakan anak penyandang

tunagrahita baik manfaat dalam jangka menengah, seperti dapat mewujudkan

kemandirian dalam kegiatan sehati-hari dan manfaat jangka panjang yaitu

jika anak penyandang tunagrahita masih memiliki keluarga akan

dipulangkan.

5. Pada indikator dampak (impact) dalam hal positif dapat dilihat bahwa

adanya masukan dari pihak luar mengenai kinerja UPTD Kampung Anak

Negeri dan adanya peningkatan semangat belajar bagi anak penyandang

tunagrahita terlantar, sedangkan dampak negatif yakni anak penyandang

tunagrahita terlantar yang masih memiliki keluarga tidak mau dilakukan

reunifikasi kepada keluarganya.

Faktor pendukung kinerja yaitu seperti adanya pelatihan bagi

pendamping, kerjasama dengan instruktur di bidang keterampilan dan

sarana prasarana yang telah memadai. Sedangkan faktor penghambat

kinerja yaitu belum adanya acuan rasio perbandingan antara pendamping


121

dengan anak penyandang tunagrahita terlantar dalam hal mendampingi dan

membina, serta belum adanya kerjasama dengan pihak swasta dalam hal

pekerjaan bagi anak penyandang tunagrahita yang telah dewasa.

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil analisa penelitian ini, maka penulis

memberikan saran kepada Instansi Dinas Sosial Kota Surabaya dan UPTD

Kampung Anak Negeri Kota Surabaya, sebagai berikut :

1. Bagi Dinas Sosial Kota Surabaya, perlu adanya tambahan Standar

Operasional Prosedur (SOP) atau acuan kebijakan mengenai perbandingan

rasio secara ideal antara pendamping dan anak penyandang tunagrahita

terlantar dalam mendampingi dan membina anak-anak penyandang

tunagrahita terlantar.

2. Bagi UPTD Kampung Anak Negeri, perlu adanya kerjasama dengan pihak

swasta dalam bidang pekerjaan untuk anak penyandang tunagrahita yang

telah dewasa. Agar anak penyandang tunagrahita terlantar dapat

beradaptasi dengan lingkungan luar dan dapat mencukupi kebutuhan

dirinya setelah mereka dewasa.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, N. (2012). Seluk Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.


Javalitera.
Creswell, J. (2014). Penelitian Kualitatif & Desain Riset. Pustaka Pelajar.
Dessler, G. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia (terjemahan). PT.
Prenhallindo.
Dwiyanto, A. (2006). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.
UGM Press.
Emsa, F., & Anwar, Z. K. (2019). Kinerja Pelayanan Dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial Di Dinas Sosial Kota Bekasi. Publica: Jurnal
Pemikiran Administrasi Negara, 11(1), 28–43.
https://doi.org/10.15575/jpan.v11i1.7634
Ersi, F. (2019). Kinerja UPTD Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Andam Dewi
Provinsi Sumatera Barat Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Wanita Tuna Susila
(WTS) Tahun 2017. Administrasi Publik.
http://scholar.unand.ac.id/id/eprint/45313
Ferananda, R. A. (2019). KINERJA DINAS SOSIAL KOTA PONTIANAK DALAM
MENANGANI PENGEMIS DI KOTA PONTIANAK.
Gibson, J. . (1997). Organisasi dan Manajemen. Erlangga.
Indonesia, R. (2009). Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial. In JDIH BPK RI (Vol. 2, Issue 5, p. 255).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38601/uu-no-11-tahun-2009
Kemensos. (2018). Sistem Informasi Management Penyandang Disabilitas.
https://simpd.kemensos.go.id/
Mahdalela. (2013). Ananda Berkebutuhan Khusus: Penanganan Prilaku
Sepanjang Rentang Perkembangan. Graha Ilmu.
Moenir. (2006). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. PT. Bumi Aksara.
Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Salemba
Empat.
Nasional, P., Penyusunan, C., Penyusunan, T. C., Pelaksanaan, E., Pembangunan,
R., & Pemerintah, R. K. (2018). Walikota Surabaya Provinsi Jawa Timur.
2017, 1–17.
Pasolong, H. (2013). Teori Administrasi Publik. Alfabeta.
PPPA, P. (2017). Permen PPPA Nomor 4 Tahun 2017 tentang Perlindungan
Khusus Bagi Anak Penyandang Disabilitas. Peraturan Menteri
Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Nomor 4 Tahun 2017
Tentang Perlindungan Khusus Bagi Anak Penyandang Disabilitas, 12(1),
145.
Prakoso, A. A. (2018). KEBUTUHAN DASAR PADA UNIT PELAKSANA
TEKNIS DINAS PONDOK SOSIAL KALIJUDAN ( UPTD PONSOS
KALIJUDAN ) DINAS SOSIAL KOTA SURABAYA. 035, 1–10.
Riyanto, D. A. (2018). Kinerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Liponsos Keputih
Surabaya dalam Pelayanan Sosial Dasar. 5, 1–11.
http://repository.unair.ac.id/74646/3/JURNAL_Fis.AN.63 18 Riy k.pdf
Robbins, P. S. (2002). Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi (Kelima). S.S

122
Erlangga.
Romanyshyn. (1971). Santunan Kesejahteraan Sosial. Balai Pustaka.
Sajow, A., Sambiran, S., & Kairupan, J. (2019). KINERJA DINAS SOSIAL DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENANGANI ANAK
TERLANTRAR DI KOTA MANADO. Jurnal Jurusan Ilmu Pemerintahan,
3(3), 1–9.
Smart, A. (2010). Anak Cacat Bukan Kiamat “Metode Pembelajaran & Terapi
untuk Anak Berkebutuhan Khusus.” Katahati.
Sobandi, B. (2006). Desentralisasi dan Tuntutan Penataan Kelembagaan Daerah.
Strauss, G., & Sayles, L. (1990). Manajemen Personalia. PT. Pustaka Binaman
Pressindo.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sukmana, O. (2020). PROGRAM PENINGKATAN KETRAMPILAN BAGI
PENYANDANG DISABILITAS NETRA (Studi di Panti Rehabilitasi Bina
Netra Malang, Jawa Timur). Sosio Konsepsia, 9(2), 132–146.
https://doi.org/10.33007/ska.v9i2.1799
Tan, W., & Ramadhani, D. P. (2020). Pemenuhan Hak Bekerja bagi Penyandang
Disabilitas Fisik di Kota Batam. Jurnal HAM, 11(1), 27.
https://doi.org/10.30641/ham.2020.11.27-37
Thoha, M. (2010). Pembinaan Organisasi, Proses Dianosa dan Intervensi,
Manajemen Kepemimpinan. Gava Media.

123
LAMPIRAN

Interview Guide

No Indikator Sub Indikator Pertanyaan


1. Masukan Sumber Daya  Berapa jumlah sumber daya
(input) Manusia (SDM) manusia dalam
baik segi kuantitas pelaksanakan pelayanan
dan kualitas sosial dalam pembinaan
anak penyandang
tunagrahita terlantar ?
 Berapa perbandingan rasio
ideal setiap 1 pendamping
dalam menangani anak
penyandang tunagrahita
terlantar ?
 Bagaimana kecepatan dan
ketanggapan pelayanan
sosial dalam pembinaan
anak penyandang
tunagrahita terlantar ?
 Apakah para pendamping
anak penyandang
tunagrahita terlantar
diberikan pelatihan ?
Sumber alokasi  Darimana sumber alokasi
anggaran dana anggaran dana yang
diberikan, untuk pelayanan
sosial dalam pembinaan
anak penyandang
tunagrahita terlantar ?
 Apakah dari anggaran dana
yang diberikan dapat
memenuhi semua
kebutuhan anak penyandang
tunagrahita terlantar ?

124
Kebijakan dan  Regulasi dalam
Standar menjalankan pelayanan
Operasional sosial dalam pembinaan
Prosedur (SOP) untuk anak penyandang
tunagrahita terlantar
mengacu pada peraturan
apa?
 Bagaimana alur Standar
Operasional Prosedur (SOP)
yang berjalan di UPTD
Kampung Anak Negeri ?
2. Keluaran Pencapaian  Bagaimana efisiensi
(output) Sasaran pencapaian sasaran kegiatan
pelayanan sosial dalam
pembinaan anak
penyandang tunagrahita
terlantar ?
3. Hasil Hasil Kinerja  Bagaimana hasil kinerja
(outcome) dalam Pemenuhan melalui kegiatan
Kebutuhan pemenuhan kebutuhan
dalam kebutuhan fisik
(sandang, pangan dan
papan) ?
 Bagaimana hasil kinerja
melalui kegiatan
pemenuhan kebutuhan
dalam kebutuhan non fisik
(dukungan sosial,
psikologis, dan
pendidikan)?
Hasil Kinerja  Bagaimana hasil kinerja
dalam dalam peningkatan potensi
Peningkatan minat dan bakat anak
Potensi penyandang tunagrahita
terlantar setelah adanya
pembinaan ?
4. Manfaat Manfaat Jangka  Bagaimana gambaran
(benefit) Menengah manfaat kinerja pelayanan
sosial pembinaan untuk
anak penyandang
tunagrahita terlantar dalam
jangka waktu menengah ?

125
Manfaat Jangka  Bagaimana gambaran
Panjang manfaat kinerja pelayanan
sosial pembinaan untuk
anak penyandang
tunagrahita terlantar dalam
jangka waktu panjang ?
5. Dampak Dampak positif  Bagaimana dampak dalam
(impact) peningkatan hal yang positif
untuk anak penyandang
tunagrahita terlantar ?
Dampak negatif  Apakah ada dampak negatif
yang ditimbulkan bagi anak
penyandang tunagrahita
terlantar setelah
mendapatkan pembinaan ?

126
LAMPIRAN II

Dokumentasi Kegiatan

Gambar 1 : Pembinaan Keterampilan Handycraft


Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 2 : Pembinaan Keterampilan Melukis


Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 3 : Pembinaan Keterampilan Musik


Sumber : dokumentasi penulis, 2022

127
Gambar 4 : Hasil Kain Batik Untuk Dijual
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 5 : Hasil Kain Batik Dijual di Aplikasi E-Peken Surabaya


Sumber : E-Peken Surabaya, 2022

Gambar 6 : Kegiatan Olahraga Rutin di Pagi Hari


Sumber : dokumentasi penulis, 2022

128
Gambar 7 : Piagam Penghargaan Sebagai Best Tim Fotografer yang
diselenggarakan oleh UNICEF Indonesia
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 8 : Piagam Penghargaan Sebagai Best Fotografer yang


diselenggarakan oleh UNICEF Indonesia
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 9 : Wawancara kepada Kepala UPTD Kampung Anak Negeri


Sumber : dokumentasi penulis, 2022

129
Gambar 10 : Wawancara kepada Kasubag TU UPTD Kampung Anak Negeri
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 11 : Wawancara kepada Pendamping Anak Penyandang


Tunagrahita Terlantar
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

Gambar 12 : Wawancara kepada Anak Penyandang Tunagrahita Terlantar


Kategori Ringan
Sumber : dokumentasi penulis, 2022

130
LAMPIRAN III

Transkrip Wawancara

Wawancara 1
Tanggal Wawancara : 9 Juni 2022

Tempat/Waktu : Kantor UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan Kota


Surabaya pada pukul 11.12
Identitas
1. Nama : Bapak Cholik Anwar, S. Kep, N.s
2. Umur : 40 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Formal : S1 - Keperawatan
5. Pekerjaan : Kepala UPTD Kampung Anak Negeri

Hasil Wawancara

1. Berapa jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanakan pelayanan sosial


dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Untuk kebutuhan sumber daya manusia sendiri di UPTD Kampung Anak
Negeri ini sudah memadai, jika dilihat dari total keseluruhan sumber daya
manusianya ada 42 orang, yaitu terdiri dari 21 karyawan di Kalijudan, 18
karyawan di Wonorejo. Kemudian Staf ASN terdiri 3 orang, yakni Kepala
UPTD, Kasubag TU dan ada 1 Staf yang posisinya di Wonorejo. Total
pendamping yang ada di Wonorejo ada 5 pendamping untuk kegiatan
sehari-hari dan ada 3 pendamping kognitif untuk kegiatan belajar, karena
anak-anak disana sekolah secara reguler atau ada yang mengikuti kejar
paket. Kemudian yang di Kalijudan, total pendampingnya ada 9 orang, 5
di asrama putra dan 4 di asrama putri.”

2. Berapa perbandingan rasio ideal setiap 1 pendamping dalam menangani


anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Mengenai hal itu mungkin saya masih mencari rumusan yang sesuai.
Kami di UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan ini masih belum
mempunyai patokan berapa rasio perbandingannya, namun kami juga
berupaya memaksimalkan SDM yang ada untuk mendampingi dan
membina anak penyandang tunagrahita.”

131
3. Bagaimana kecepatan dan ketanggapan pelayanan sosial dalam pembinaan
anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Mengenai kecepatan dan ketanggapan pelayanan, jadi kita apabila
mendapatkan istilahnya penghuni baru memang sudah ada SOP nya dari
Dinas Sosial bahwa setiap penghuni yang masuk disini setidaknya
memang harus ada penjangkauan dari lintas sektor atau mungkin ada
laporan dari warga, sehingga ada suatu kasus anak tunagrahita atau anak
berkebutuhan khusus yang terlantar, kemudian dilakukan kunjungan oleh
lintas sektor, dalam hal ini dari Kelurahan, RT, RW kemudian melaporkan
kondisinya, selanjutnya akan bersurat ke Dinas Sosial. Ketika UPTD
Kampung Anak Negeri mendapatkan informasi kita lakukan kunjungan
pada anak penyandang tunagrahita terlantar, kalau sudah di identifikasi
dan sesuai masuk kriteria, maka akan dilakukan pengantaran dari pihak
Kelurahan untuk serah terima ke tempat UPTD Kampung Anak Negeri,
setelah itu masuklah ke asrama dan disampaikan kepada pendamping.
InsyaAllah teman-teman sudah paham dan responnya saya rasa sudah
cepat dan tanggap, jadi tidak perlu menunggu lama karena dari awal sudah
di identifikasi dan dilakukan verifikasi sesuai dengan SOP.”

4. Darimana sumber alokasi anggaran dana yang diberikan, untuk pelayanan


sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Ini kita semuanya dari Dinas Sosial, diambil dari dana APBD Pemerintah
Kota Surabaya baik yang di Kalijudan maupun Wonorejo.”

5. Apakah dari anggaran dana yang diberikan dapat memenuhi semua


kebutuhan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Dari anggaran yang diberikan, masih kami upayakan untuk mencukupi
sesuai dengan standar pelayanan. Namun, bilamana ada kegiatan-kegiatan
lain yang namanya Dinas Sosial atau panti sosial ini tidak luput adanya
bantuan-bantuan sosial, mungkin ada bantuan sosial dari instansi lain yaitu
bisa menjadi tambahan untuk kebutuhan anak penyandang tunagrahita,
nah itu juga nggak setiap hari jadi menyesuaikan kondisinya dan sesuai
kebutuhan dari anak tunagrahita mbak. Jadi saya rasa untuk anggaran dana
yang telah diberikan telah mencukupi semua kebutuhan anak-anak disini”

132
6. Regulasi dalam menjalankan pelayanan sosial dalam pembinaan untuk
anak penyandang tunagrahita terlantar mengacu pada peraturan apa?
Jawab :
“Mengacu pada Peraturan Walikota Nomor 119 Tahun 2021 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kampung Anak Negeri Pada Dinas Sosial Kota Surabaya.”

7. Bagaimana efisiensi pencapaian sasaran kegiatan pelayanan sosial dalam


pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Memang dalam hal pencapaian sasaran ini kami mengupayakan untuk
lebih maksimal, namun untuk anak tunagrahita berkategori ringan, mereka
sudah bisa mengikuti kegiatan dengan baik. Namun untuk anak
penyandang tunagrahita yang berkategori sedang dan berat, kami hanya
memenuhi kebutuhan dasar mereka saja.”

8. Bagaimana hasil kinerja melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan dalam


kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan) ?
Jawab :
“Kami memberikan pelayanan sosial kebutuhan dasar itu sesuai dengan
jumlah penghuni yang ada, jadi ya saya rasa sudah sesuai. Makan ya
porsinya sesuai dengan menu makanan dan ada variasi menunya serta ada
kandungan gizinya juga sudah terlengkapi. Termasuk kegiatan bimbingan
fisik pagi ya anak-anak juga diajak kegiatan olahraga.”

9. Bagaimana hasil kinerja melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan dalam


kebutuhan non fisik (dukungan sosial, psikologis, dan pendidikan)?
Jawab :
“Untuk dukungan sosial ini kita kembalikan lagi peran dari pendamping,
pendamping ini juga mengajari secara sosial kemasyarakatan, termasuk
keagamaan, bimbingan-bimbingan psikologis dan lainnya. Jadi peran dari
pendamping ini juga berkontribusi lebih besar di UPTD Kampung Anak
Negeri ini khususnya yang ada di Kalijudan. Kemudian terapi yang terkait
medis ada beberapa yang diberikan pemeriksaan secara rutin dari
Puskesmas secara berkala setiap bulan disini. Apabila Puskesmas tidak ada
layanannya ya dirujuk ke Rumah Sakit. Untuk pendidikan UPTD
Kampung Anak Negeri di Kalijudan kan tidak memfasilitasi sekolah
formal, karena dinilai mereka apabila diberi pendidikan secara formal
tidak mumpuni. Di Kalijudan ini dulunya pernah diberikan pendidikan
secara formal, ada dari Sekolah Luar Biasa (SLB) kemudian banyak faktor
seperti anggaran dan kemampuan dari anak tunagrahitanya sendiri yang
dinilai kurang begitu potensial, sehingga memang hasil analisanya tidak

133
mampu menerima materi yang diberikan oleh pengajar. Akibatnya tidak
dilanjutkan untuk kegiatan pendidikan ini. Mungkin untuk tahun ini target
Saya untuk bisa memilah-milah, mana yang sekiranya bisa dilanjutkan
untuk pendidikan, mana yang hanya cukup untuk melakukan
kemandirian.”

10. Bagaimana hasil kinerja dalam peningkatan potensi minat dan bakat anak
penyandang tunagrahita terlantar setelah adanya pembinaan ?
Jawab :
“Ada kriteria anak tunarungu, tunawicara ternyata mereka memiliki
potensi dalam bidang fotografi. Kemarin juga bisa ikut kompetisi yang
diadakan oleh UNICEF Indonesia, dia mendapatkan nominasi The Best
Fotografer dan ada anak satunya lagi mendapatkan nominasi The Best
Team yang kemarin kita ajukan ke Pemerintah Kota Surabaya dapat
penghargaan dari Walikota saat Hari Jadi Kota Surabaya, penghargaannya
langsung ditandatangani oleh Walikota Surabaya.”

11. Bagaimana dampak dalam peningkatan hal yang positif untuk anak
penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Untuk dampak atau pengaruh dari pelaksanaan pelayanan sosial
terutamanya dalam pembinaan anak tunagrahita terlantar ini yaitu
banyaknya masukan untuk memaksimalkan kinerja, seperti diadakannya
kembali pendidikan formal bagi anak tunagrahita yang mampu untuk
menerima pelajaran baru.”

12. Apakah ada dampak negatif yang ditimbulkan bagi anak penyandang
tunagrahita terlantar setelah mendapatkan pembinaan ?
Jawab :
“Dampak negatif saya rasa ada beberapa anak penyandang tunagrahita
yang merasa nyaman dan betah tinggal disini, bilamana ada yang sudah
bertemu dengan keluarganya, mereka tidak mau pulang. Karena disini
semua sudah disediakan, disiapkan, di fasilitasi yang akhirnya membuat
mereka nyaman. Mungkin karena terkadang ada beberapa kondisi keluarga
yang terbatas atau tidak mampu untuk merawat ya sudah mereka
menganggap anaknya merasa dipelihara dengan baik oleh Pemerintah. Jadi
pihak keluarga mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi kepada
Pemerintah. Mestinya keluarga mempunyai punya tanggung jawab dan
berkewajiban untuk merawat dari anaknya tersebut. Namun karena
memang keterbatasan dari keluarganya, mungkin sementara waktu
dialihfungsikan ke Dinas Sosial begitu nanti tampak begitu lebih baik,
akhirnya keluarga merasa tidak mempunyai tanggung jawab untuk
anaknya. Nah itu malah bahaya untuk kedepannya, itu yang perlu kita juga
antisipasi.”

134
Wawancara 2
Tanggal Wawancara : 13 Juni 2022

Tempat/Waktu : Kantor UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan Kota


Surabaya pada pukul 09.35
Identitas
1. Nama : Ibu Susnawati Nur Rachmatillah, SH, M.Hum
2. Umur : 45 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pendidikan Formal : S2 - Hukum
5. Pekerjaan : Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Kampung
Anak Negeri

Hasil Wawancara

1. Berapa jumlah sumber daya manusia dalam pelaksanakan pelayanan sosial


dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Total pegawai secara keseluruhan terdapat 42 orang mbak, yang di
wilayah Kalijudan ada 21 karyawan dan yang di Wonorejo ada 18
karyawan. Ada juga 3 orang Staf ASN itu termasuk Kepala UPTD,
Kasubag TU, dan 1 Staff yang ada di kantor Wonorejo. Kalau untuk
jumlah pendamping yang ada di Kalijudan ini ada 9 orang, 5 orang di
asrama putra dan 4 orang di asrama putri.”

2. Apakah para pendamping anak penyandang tunagrahita terlantar diberikan


pelatihan ?
Jawab :
“Iya mbak, para pendamping juga kami berikan pelatihan, seperti
bagaimana cara melayani anak-anak tunagrahita dengan baik, tujuannya
agar para pendamping lebih siap dan menghasilkan pelayanan yang
berkualitas.”

3. Darimana sumber alokasi anggaran dana yang diberikan, untuk pelayanan


sosial dalam pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :

135
“Anggaran dana semuanya dibawah Bidang Rehabilitasi Sosial yang ada
di Dinas Sosial. Jadi untuk di spesifikasikan itu belum bisa, karena secara
istilahnya gelondongan. Bidang Rehabilitasi Sosial ini kan menangani 3
UPTD, untuk Liponsos Keputih mungkin ada anggarannya sendiri
kemudian untuk 2 UPTD, Kampung Anak Negeri dan Griya Werdha itu
kan anggarannya masih jadi satu, sehingga saling berkaitan. Jadi saya
tidak bisa menyampaikan nominal spesifiknya, karena jadi satu secara
gelondongan.”

4. Bagaimana efisiensi pencapaian sasaran kegiatan pelayanan sosial dalam


pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Jumlah anak tunagrahita berkategori ringan yang mampu dalam bidang
keterampilan mungkin ada sekitar 5 anak. Mereka juga mandiri dalam
kegiatan sehari-harinya. Namun, untuk dikatakan mandiri seperti orang
normal itu mungkin tidak sama. Tapi kita lihat dari perubahan sikap dan
rasa keingintahuan anak-anak tunagrahita untuk melakukan sesuatu itu
ada. Berbeda halnya untuk anak yang dikategorikan tunagrahita berat
mungkin sekedar menunjukkan rasa senang mereka. Jadi kita beri gerakan
verbal lalu mereka tertawa itu sudah menunjukkan bahwa responnya sudah
baik. Kami memang saat ini mengoptimalkan di bidang yang sifatnya
keterampilan mbak, kami mendatangkan instruktur yang ahli di bidang
keterampilan tersebut, seperti membatik, handycraft, fotografi, melukis,
dan musik.”

5. Bagaimana hasil kinerja melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan dalam


kebutuhan fisik (sandang, pangan dan papan) ?
Jawab :
“Semua kebutuhan anak-anak itu di fasilitasi oleh Dinas Sosial melalui
UPTD Kampung Anak Negeri, malah kalau mereka mempunyai skill yang
lebih atau berprestasi di bidangnya, seperti melukis itu kami fasilitasi
untuk mengadakan pameran. Semua kebutuhan mereka di fasilitasi karena
mereka tidak punya keluarga, baik secara sandang, pangan dan papan.”

6. Bagaimana hasil kinerja melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan dalam


kebutuhan non fisik (dukungan sosial, psikologis, dan pendidikan)?
Jawab :
“Untuk pendidikan secara formal ini akan menjadi target kami untuk yang
memang mampu dan harusnya dia belajar untuk mendapatkan pendidikan.
Karena itu yang berusaha kita bangun di tahun ini, karena memang ada
rencana-rencana pendidikan terkait untuk anak-anak tunagrahita ini yang
dirasa mampu untuk berpendidikan, maka akan kita lanjutkan. Kita mulai
berjejaring bagaimana untuk bisa memberikan pelayanan untuk anak-anak

136
yang mestinya menjadi haknya. Setidaknya kita cek lagi, kita tetap
upayakan apa yang sudah menjadi haknya ya harus kita berikan.”

7. Bagaimana hasil kinerja dalam peningkatan potensi minat dan bakat anak
penyandang tunagrahita terlantar setelah adanya pembinaan ?
Jawab :
“Untuk keterampilan melukis juga kita pamerkan, beberapa dari lukisan
ini juga ada yang laku kalau dijual, jadi kita promosinya lewat Instagram,
kemudian melalui sosial media tersebut ada yang berminat dari Juragan 99
dan dipamerkan di Perancis. Lukisan itu dipakai desain baju dan kerudung
oleh Juragan 99. Kemudian untuk hasil kain batik yang telah jadi,
dipasarkan dan dijual melalui aplikasi E-Peken Surabaya. Hasil
penjualannya dapat menjadi tambahan uang saku bagi anak penyandang
tunagrahita terlantar”

8. Bagaimana gambaran manfaat kinerja pelayanan sosial pembinaan untuk


anak penyandang tunagrahita terlantar dalam jangka waktu panjang ?
Jawab :
“Untuk manfaat dalam jangka panjang yang paling utama adalah mereka
bisa dilakukan reunifikasi (bertemu dengan keluarganya). Harapan kita
mereka bisa berkumpul kembali dengan keluarganya, karena pelayanan
terbaik, bimbingan terbaik ada pada keluarganya. Maka dari itu tujuan kita
adalah dengan melakukan reunifikasi dan melakukan publikasi ke media
sosial itu yang kita upayakan. Jangka panjang memang begitu kita harus
bisa melakukan reunifikasi.”

137
Wawancara 3
Tanggal Wawancara : 15 Juni 2022

Tempat/Waktu : UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan Kota


Surabaya pada pukul 10.00
Identitas
1. Nama : Bapak Muzamil Riadi, S.Ag
2. Umur : 51 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Pendidikan Formal : S1 - Agama Muamalah
5. Pekerjaan : Pendamping anak penyandang tunagrahita
terlantar

Hasil Wawancara

1. Berapa perbandingan rasio ideal setiap 1 pendamping dalam menangani


anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Apabila terkait rasio pendamping ini kami tidak bisa menilai dengan
ukuran angka, apabila sifatnya kognitif itu mungkin kami agak lambat
baik kognitif atau motoriknya, karena itu butuh waktu soalnya. Jadi tidak
bisa kami mengukur seperti itu mbak. Namun pendamping sendiri
mempunyai target, misalnya untuk anak tunagrahita yang kategori ringan,
kita target kira-kira 4 bulan atau 7 bulan harus bisa mandiri atas kegiatan
sehari-harinya, walaupun tidak secara 100% bisa, tetapi paling tidak
mereka mengenal. Semua itu butuh proses dan waktu yang tidak sebentar,
jadi bila dikatakan berapa rasio idealnya dalam mendampingi anak
tunagrahita ini kami belum bisa menentukan. Karena setiap anak memiliki
kategori yang berbeda-beda dan kita beri metode yang berbeda-beda.”

2. Bagaimana kecepatan dan ketanggapan pelayanan sosial dalam pembinaan


anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Untuk masalah kesehatan sesigap mungkin kita respect, misalnya
terutama pada penyakit yang menular seperti batuk dan flu, nah untuk itu
kita lakukan isolasi. Seperti kemarin itu ada anak yang sakit mata, maka
kami isolasi. Kalau kesigapan untuk masalah-masalah yang lain kita

138
menggunakan skala prioritas, mana yang sekiranya lebih penting maka itu
yang kami dahulukan, terutamanya pada hal kesehatan anak-anak
penyandang tunagrahita.”

3. Apakah para pendamping anak penyandang tunagrahita terlantar diberikan


pelatihan ?
Jawab :
“Kami diberikan pelatihan, seperti kemarin itu ke Malang, kami ada
pelatihan 4 hari, bentuknya semacam bagaimana melayani anak-anak
penyandang tunagrahita.

4. Bagaimana efisiensi pencapaian sasaran kegiatan pelayanan sosial dalam


pembinaan anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Target pencapaian sasaran kami dalam pemberian pembinaan ini
sebetulnya memang untuk semua anak tunagrahita yang ada di asrama ini
mbak, namun untuk anak tunagrahita kategori ringan seperti tunarungu dan
tunawicara mereka secara IQ mendekati anak normal, apabila mereka
diajari seperti fotografi, handycraft, membatik, itu mereka bisa paham
walaupun presentasenya tidak seperti anak normal. Seumpama keluar ke
masyarakat nanti bisa sebagai pekerja mungkin, tetapi karena rata-rata
sekitar 90% anak ini tidak memiliki keluarga jadi mereka tinggalnya di
Kalijudan sini, kalau untuk anak-anak tunagrahita yang termasuk kategori
berat, mungkin agak memakan banyak waktu. Jadi efisiensi tergantung
pada kategori pada anak tunagrahitanya sendiri.”

9. Bagaimana hasil kinerja melalui kegiatan pemenuhan kebutuhan dalam


kebutuhan non fisik (dukungan sosial, psikologis, dan pendidikan)?
Jawab :
“Kalau dukungan sosial dan psikologis kami arahkan kepada bidang
keagamaan, seperti sholat dan mengaji. Jadi dikenalkan pada perbuatan
baik dan buruk. Kalau dari segi pendidikan disini dulu pernah ada sekolah
formal, gurunya didatangkan kesini setiap hari Senin sampai Jum’at
seperti sekolah biasa pada umumnya. Namun, setelah di evaluasi mungkin
kurang maksimal akhirnya diganti dengan kegiatan keterampilan. Seperti
hari Selasa ada kegiatan handycraft, hari Rabu itu membatik dan fotografi,
hari Kamis dan Jum’at itu olahraga walaupun olahraga setiap hari,
kemudian hari Sabtu itu musik dan hari Minggu itu melukis. Jadi
pendidikannya lebih mengarah ke non formal, mereka kemampuannya
kemana dikumpulkan anak-anaknya kemudian kita datangkan
instrukturnya. Kalau kegiatan baca tulis lebih ke tugas pendampingnya dan
waktunya lebih fleksibel dan kondisional. Hasilnya mungkin sebagian ada
yang bisa mengenal huruf dan ada juga yang bisa membaca.”

139
10. Bagaimana gambaran manfaat kinerja pelayanan sosial pembinaan untuk
anak penyandang tunagrahita terlantar dalam jangka waktu menengah ?
Jawab :
“Manfaatnya itu tergantung pada kategori anak tunagrahita itu. Manfaat
dalam jangka waktu menengah ini kalau untuk anak tunagrahita yang
ringan, kami melihat dari kegiatan sehari-hari seperti menyapu, mencuci
baju dan bisa mandiri atas kegiatan sehari-harinya. Karena masih ada
beberapa anak yang harus dilakukan bimbingan dan arahan, belum bisa
mandiri. Mungkin untuk anak-anak yang lama tinggal disini sudah
mengerti dan bisa mandiri, namun anak-anak yang baru masih perlu
adanya arahan dan kita bimbing kearah kemandirian.”

11. Bagaimana dampak dalam peningkatan hal yang positif untuk anak
penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Dampak positif yang ada pada anak tunagrahita ini seperti rasa
keingintahuannya yang tinggi pada belajar, jadi lebih kepada semangat
belajarnya, tapi tidak semua anak seperti itu.”

140
Wawancara 4
Tanggal Wawancara : 16 Juni 2022

Tempat/Waktu : UPTD Kampung Anak Negeri di Kalijudan Kota


Surabaya pada pukul 09.00
Identitas
1. Nama : Nyoto Sugih Hariono
2. Umur : 21 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Nyoto ini sebagai salah satu anak penyandang tunagrahita terlantar
kategori ringan

Hasil Wawancara

1. Bagaimana kecepatan dan ketanggapan pelayanan sosial dalam pembinaan


anak penyandang tunagrahita terlantar ?
Jawab :
“Itu mbak kemarin ada yang kena sakit mata, ndak boleh kemana-mana,
kamarnya dipisah. Besok dibawa ke dokter”

2. Bagaimana gambaran manfaat kinerja pelayanan sosial pembinaan untuk


anak penyandang tunagrahita terlantar dalam jangka waktu menengah ?
Jawab :
“Aku setiap hari bersih-bersih, menyapu, mengepel, membersihkan kamar
mandi, sama mencuci baju”

141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Penerimaan Klien di UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

153
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Penanganan Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di


UPTD Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

154
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Penjemputan Klien oleh Keluarga di UPTD Kampung Anak Negeri di UPTD


Kampung Anak Negeri Kota Surabaya

155
Standar Operasional Prosedur (SOP)

Penanganan Penghuni Meninggal di UPTD Kampung Anak Negeri Kota


Surabaya

156
157
158
159

Anda mungkin juga menyukai