Anda di halaman 1dari 193

EVALUASI STANDAR PELAYANAN SOSIAL DAN KEORGANISASIAN

DI YAYASAN PANTI ASUHAN ELIDA CHILDREN HOME MEDAN


SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Universitas Sumatera Utara

Disusun oleh

KRISTINA HOTMAIDA

130902076

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


Nama : Kristina Hotmaida
NIM : 130902076

ABSTRAK

EVALUASI STANDAR PELAYANAN SOSIAL DAN KEORGANISASIAN


DI YAYASAN PANTI ASUHAN ELIDA CHILDREN HOME MEDAN

Lembaga di bidang kesejahteraan sosial merupakan salah satu ujung tombak


berhasilnya penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Seiring dengan tuntutan global
maka peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan lembaga di
bidang kesejahteraan sosial merupakan hal yang harus dipenuhi. Kenyataan faktual di
Indonesia menunjukkan beberapa tahun berselang telah berkembang demikian
banyak lembaga di bidang kesejahteraan sosial. Banyaknya jumlah Lembaga
Kesejahteraan Sosial di Indonesia semestinya diimbangi dengan standar
pelayanannya khususnya bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial.
Berdasarkan kondisi ini Kemensos RI memfasilitasi untuk membentuk Badan
Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) sebagai badan yang bertugas
melakukan penilaian standar pelayanan sosial dan keorganisasian lembaga di bidang
kesejahteraan sosial. Adapun poin-poin standar yang ditentukan oleh BALKS yakni
cakupan Proses Pelayanan, Hasil Pelayanan, Program, Sumber Daya Manusia,
Manajemen dan Organisasi, Sarana dan Prasarana. Yayasan Panti Asuhan ELIDA
Children Home Medan merupakan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang
memberikan pelayanan secara langsung kepada anak-anak yatim, piatu, yatim piatu,
terlantar, dan anak dari keluarga miskin. Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children
Home Medan juga harus menerapkan poin-poin standar dari BALKS agar anak
binaan menerima pelayanan yang sesuai dengan standar. Penelitian ini tergolong
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk mendapatkan
informasi atau data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan metode
pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan studi lapangan, yaitu dengan cara
observasi, melakukan wawancara dengan Informan Utama yakni Kepala Yayasan
Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, Informan Kunci yakni Pengasuh Anak,
dan Informan Tambahan yakni Anak Binaan. Dalam melakukan wawancara, peneliti
memberikan pertanyaan yang berbeda sesuai dengan kapasitas masing-masing. Hasil
analisis menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Standar Pelayanan Sosial dan
Keorganisasian di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan pada
Standar Hasil Pelayanan sudah cukup baik, namun pada Standar Proses Pelayanan,
Standar Program, Standar Sumber Daya Manusia, Standar Manajemen dan
Organisasi, dan Standar Sarana dan Prasarana belum memenuhi standar.

Kata Kunci :Evaluasi, Standar Pelayanan Sosial dan Keorganisasian, Lembaga


Kesejahteraan Sosial.

Universitas Sumatera Utara


Nama : Kristina Hotmaida
Nim : 130902076

ABSTRACT

EVALUATION STADART SOCIAL SERVICE AND ORGANIZATION


OF YAYASAN PANTI ASUHAN ELIDA CHILDREN HOME MEDAN

Institutions in the field of social welfare is one of the spearheads of the


successful implementation of social welfare. As the global increase in demand with
quality Social Welfare Service as well as well as the organization conducted in the
Field of Social Welfare is a matter that must be fulfilled. Factual reality in indonesia
show a few years afterward has grown so many institutions in the field of social
welfare. Many the number of institutions social welfare in indonesia should be
balanced with standard service especially for people with social welfare problems.
Based on this condition the Ministry of Social RI facilitate to form Accreditation
Board For Social Welfare Institution as a body were assessment standard social
service and organization institutions in the field of social welfare. As for the points
prescribed standards by Accreditation Boarad For Social Weldare Instituation namely
the scope of service process, the results of service, program, human resources,
management and organization, infrastructure. Yayasan Panti Asuhan ELIDA
Children Home Medan is a child social welfare providing service directly to the
orphans, seniors, orphaned, abandoned, and children in the poor. Yayasan Panti
Asuhan ELIDA Children Home Medan also have to implement the standard points
of balks that target children receive services in accordance with the standard. This
research is classified as descriptive study using a qualitative approach. To get the
information or data needed so researchers used data collection method through study
literature and field research, namely by means of observation, do the interview With
informants main namely the head Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home
Medan, Key informants the nanny children, and informants additional assisted
children. In doing interviews, researchers give different question in accordance with
each capacity. The analysis shows that the in the standard social service and
organization in Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan on the standard
of service was enough good Results But in a standard service process, standard
programs, standard human resources, standard management and organization, and
standards and facility not fulfilled standard.

Keywords : Evaluation , standard social service and organization , social welfare


institutions.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas segala rahmat dan karunia

kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis dari awal pengerjaan

skripsi sampai penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Evaluasi Standar

Pelayanan Sosial dan Keorganisasian di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan”. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, baik itu

berupa dukungan moril maupun material. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,

penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing penulis

yang telah bersedia membimbing, meluangkan waktu, tenaga, kesabarannya

yang luar biasa serta dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih

banyak ya pak, sudah berkenan membagi ilmunya kepada saya. Semoga

bapak sehat selalu dan semakin sukses kedepannya.

4. Bapak Agus selaku Kepala Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan dan Ibu Pangaribuan yang selalu

Universitas Sumatera Utara


membuat penulis nyaman melakukan penelitian di panti. Adik-adik panti yang

sudah peneliti anggap sebagai adik-adik sendiri.

5. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang

telah memberikan pembelajaran kepada penulis selama menjalani perkulihan

di departemen ini. Dan pegawai administrasi FISIP USU, terkhusus ka Deby

dan ka Bety.

6. Wanita Terbaik di dalam hidup saya Mama Purida Silalahi atas segala cinta

kasih dan pengorbanannya yang tidak akan pernah tergantikan dan terlupakan.

Semoga mama tenang dan bahagia di sana. I miss your voice so much.

Terimakasih untuk laki-laki hebat Bapak Holden Saragi yang rela kerja keras

dari pagi sampai malam demi menyekolahkan penulis, terimakasih untuk

kasih sayang, semangatnya selama ini, perhatiannya yang begitu luar biasa.

7. Kedua adik saya Lisbet Engelita dan Thomas Bukit yang selalu siap sedia

menjadi teman curhat.

8. Orang paling baik di Medan, yang selalu memberi semangat, yang mau

direpotin, yang jarang marah, yang mau diajak jalan-jalan kemanapun itu

Terimakasih Abram B Jusin.

9. Sahabat-sahabat yang luar biasa Sally, Eca, Shinta, Ricky, Rena. Kalian

terbaiklah benar-benar terbaik. Terimakasih sally sudah menjadi google

berjalan yang selalu ada, terimakasih eca temen kost yang selalu dirindukan

saat pergi dan selalu berantem jika bersama, terimakasih shinta yang selalu

Universitas Sumatera Utara


ngasih tau tentang baju yang cocok alat make up yang sesuai dengan muka,

terimakasih ricky yang selalu ngatain dan pencair suasana, terimakasih rena

yang selalu mau dipinjemin uang.

10. Terimakasih untuk Maria Kristina dan Angela Naomi sahabat-sahabat cantik

yang selalu mendukung dan member semangat kepada penulis.

11. Terimakasih untuk saudara-saudara ku Kak Peri yang selalu perhatian, Adek

Putra untuk lagu hip-hopnya yang selalu menghibur.

12. Keluarga Rohani CG 10 Mami Ayu, Oktri, Friska, Dean, Esra, Sally, Ricky,

Shinta, Eca yang selalu memberikan hal-hal positif kepada penulis.

13. Teman-teman kost jalan gitar no 16 yang sudah dekat seperti saudara sendiri.

Kak Darma, Ka Peri, Ka Dinda, Ka Lina, Gabsir, Mipa, Friska, Eca yang

selalu membantu dan selalu memberikan dukungan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................... 12
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 12
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................. 12
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................ 13
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 15


2.1 Evaluasi ........................................................................................................ 15
2.1.1 Pengertian Evaluasi .................................................................................. 15
2.1.2 Jenis-Jenis Evaluasi .............................................................................. 18
2.2 Pelayanan Sosial ........................................................................................... 19
2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial ................................................................. 19
2.2.2 Fungsi–Fungsi Pelayanan Sosial........................................................... 22
2.2.3 Standar Pelayanan Sosial Panti Sosial .................................................. 23
2.3 Keorganisasian Sosial ................................................................................. 25
2.3.1 Pengertian Keorganisasian ................................................................... 25
2.3.2 Standar Lembaga Kesejahteraan Sosial ................................................ 28
2.3.3 Standar Lembaga Kesejahteraan Sosial menurut BALKS.................... 31
2.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 39

Universitas Sumatera Utara


BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................. 44
3.1 Tipe Penelitian.............................................................................................. 44
3.2 Lokasi Penelitian .......................................................................................... 44
3.3 Informan Penelitian ...................................................................................... 45
3.4 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 46
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................... 47

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN .......................................................... 48


4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga ........................................................................ 48
4.2 Visi dan Misi ................................................................................................ 49
4.3 Struktur Organisasi ....................................................................................... 51
4.4 Gambaran Demografis Anak Binaan ........................................................... 53
4.4.1 Berdasarkan Usia .................................................................................. 53
4.4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................................... 53
4.4.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......................................................... 54
4.4.4 Berdasarkan Kelengkapan Orangtua .................................................... 54
4.4.5 Berdasarkan Suku Bangsa..................................................................... 55
4.4.6 Beradasarkan Tahun Masuk Panti ........................................................ 56
4.5 Persyaratan Menjadi Anak Binaan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA........ 57
4.6 Sarana dan Prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home ........ 58
4.7 Program-program kesejahteraan yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan
ELIDA Children Home terhadap anak binaan ............................................. 58
4.7.1 Pemenuhan kebutuhan pokok ............................................................... 59
4.7.2 Bidang Pendidikan ................................................................................ 59
4.7.3 Pembinaan Rohani ................................................................................ 60

BAB V ANALISIS DATA ......................................................................................... 61


5.1 Pengantar ...................................................................................................... 61
5.2 Hasil Temuan ................................................................................................... 63
5.2.1 Informan Utama .................................................................................... 63
5.2.2 Informan Kunci 1 .................................................................................. 86
5.2.3 Informan Kunci 2 .................................................................................. 94

Universitas Sumatera Utara


5.2.4 Informan Tambahan 1 ......................................................................... 106
5.2.5 Informan Tambahan 2 ......................................................................... 115
5.2.6 Informan Tambahan 3 ......................................................................... 122
5.2.7 Informan Tambahan 4 ......................................................................... 129
5.2.8 Informan Tambahan 5 ......................................................................... 133
5.3 Analisis Data .............................................................................................. 137
5.3.1 Standar Pelayanan Sosial .................................................................... 137
5.3.2 Standar Keorganisasian ....................................................................... 150

BAB VI PENUTUP .................................................................................................. 178


6.1 Kesimpulan................................................................................................. 178
6.2 Saran ........................................................................................................... 179
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. ix
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home
Berdasarkan Usia.................................................................................................................. 53

Tabel 4.2 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA......................................... 54

Tabel 4 3 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA......................................... 54

Tabel 4.4 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA......................................... 55

Tabel 4.5 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA......................................... 56

Tabel 4.6 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA......................................... 56

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA ............................................ 58

Tabel 5.1 Jadwal Pelayanan Anak Binaan di Yayasan Panti Asuhan ..................................... 68

Tabel 5.2 Data Anak Binaan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children .............................. 72

Tabel 5.3 Distribusi SDM di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children .................................. 80

Tabel 5.4 Penilaian Kecukupan Jumlah SDM dalam Menangani Anak Binaan..................... 81

Tabel 5.5 Sarana dan Prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children ............................. 84

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alur Pemikiran ............................................................................... 42


Bagan 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan
..................................................................................................................................... 51

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki segudang masalah

yang menghambat pertumbuhan negara. Kemiskinan, korupsi, kualitas pendidikan

yang lemah, kesenjangan sosial, pengangguran, penyakit seksual, masalah keamanan

dan kemacetan, berbagai permasalahan tersebut merupakan permasalahan sosial yang

sudah sejak lama menjadi kendala kemajuan Indonesia. Masalah sosial yang lebih

spesifik yaitu masalah kesejahteran sosial.

Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 pasal 1 tentang kesejahteraan

sosial menyatakan bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

material, spritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Untuk

mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak atas

kebutuhan dasar warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial, negara

menyelenggarakan pelayanan dan pengembangan kesejahteraan sosial secara

terencana, terarah, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah,

dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar

setiap warga negara, yang meliputi: (a) rehabilitasi sosial; (b) jaminan sosial; (c)

pemberdayaan sosial; dan (d) perlindungan sosial (Tim Fokusindo Mandiri, 2012:

35).

Universitas Sumatera Utara


Dalam UU No. 11 Tahun 2009 Pasal 5 tentang Kesejahteraan Sosial,

ditegaskan bahwa penyelenggaraan kesejahteraan sosial diprioritaskan kepada

mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusian dan memiliki

kriteria masalah sosial, meliputi: (a) kemiskinan; (b) ketelantaran; (c) kecacatan; (d)

keterpencilan; (e) ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku; (f) korban bencana;

dan/atau (g) korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Penyelenggaraan

kesejahteraan sosial ditujukan kepada: perseorangan, keluarga, kelompok dan atau

masyarakat. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan untuk: (a) meningkatkan

taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup; (b) memulihkan fungsi

sosial dalam rangka mencapai kemandirian; (c) meningkatkan ketahanan sosial

masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial; (d)

meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggung jawab sosial dunia usaha dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan (e)

meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan; dan (f) meningkatkan

kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Tujuan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial sebagaimana yang dimaksud dilakukan berdasarkan asas: (a)

kesetiakawanan; (b) keadilan; (c) kemanfaatan; (d) keterpaduan; (e) kemitraan; (f)

keterbukaan; (g) akuntabilitas; (h) partisipasi; (i) profesionalitas; dan (j)

keberlanjutan (Tim Fokusindo Mandiri, 2012: 33).

Di dalam Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2009 Pasal 5 tentang

Kesejahteraan sosial, dikemukakan bahwa salah satu masalah sosial adalah

ketelantaran. Setiap tahunnya jumlah anak terlantar di Indonesia mengalami

Universitas Sumatera Utara


peningkatan. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa merincikan pada tahun 2015

jumlah anak terlantar di Indonesia, meliputi 5.900 anak yang jadi korban

perdagangan manusia, 3.600 anak bermasalah dengan hukum, 1,2 juta balita terlantar

dan 34.000 anak jalanan. Kondisi tersebut menuntut perhatian dan upaya pemerintah

dalam rangka mewujudkan sistem perlindungan dan pelayanan kesejahteraan sosial

anak yang lebih representatif untuk perkembangan anak

(http://jateng.antaranews.com/detail/mensos-jumlah-anak-terlantar-di-indonesia-

mencapai-41-juta.html / diakses pukul 13.37 WIB, tanggal 04 November 2016 )

Kenyataan faktual di Indonesia menunjukkan bahwa beberapa tahun berselang

telah berkembang demikian banyak lembaga di bidang kesejahteraan sosial, Pusat

Pembinaan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial Kementerian Sosial RI memperlihatkan

secara grafis perkembangan Lembaga Kesejahteraan Sosial di Indonesia. Hal

tersebut, terlihat dari keberadaan Lembaga Kesejahteraan Sosial yang terus

meningkat. Pada tahun 2004 tercatat sebanyak 33.364 organisasi sosial lokal yang

terdaftar di Kementerian Sosial. Selama periode Tahun 2004-2009, terjadi

peningkatan yang cukup signifikan yakni dari 33.364 organisasi sosial telah

meningkat menjadi 34.587 organisasi sosial lokal (belum termasuk organisasi asing)

(Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial Kementerian Republik

Indonesia, 2012: 1).

Kehadiran Lembaga Kesejahteraan Sosial yang meningkat jumlahnya

semestinya dapat mengakibatkan berkurangnya secara drastis jumlah masalah

kesejahteraan sosial dan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Namun faktanya

tidak demikian. Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial mengalami

Universitas Sumatera Utara


peningkatan setiap tahunnya. Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia

jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Indonesia Tahun 2012 adalah

53.608.469 jiwa (file:///C:/Users/Hp/Downloads/rekap_pmks_2012_baru.pdf /

diakses pukul 10.16 WIB tanggal 20 Desember 2016).

Kehadiran Lembaga Kesejahteraan Sosial yang meningkat kuantitasnya dan

tidak mampu menurunkan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial secara

signifikan merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal yang esensial untuk dikaji

antara lain adalah, apakah jumlah Lembaga Kesejahteraan Sosial yang meningkat

tersebut diikuti atau tidak diikuti oleh peningkatan kualitas pelayanan terhadap

kelompok sasaran yang lebih dikenal dengan penyandang masalah kesejahteraan

sosial?

Dalam rangka peningkatan pelayanan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial

sebagai ujung tombak penyelenggaraan kesejahteraan sosial, Pemerintah melalui

Kementerian Sosial telah melakukan berbagai upaya. Adapun upaya tersebut antara

lain, merumuskan dan menetapkan pedoman pelayanan sosial yang harus diterapkan

oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial. Sebagai wujudnya, Kementerian Sosial telah

menetapkan standard nasional pelayanan sosial, yang merupakan standard operatinal

procedure. Upaya lainnya adalah bahwa Pemerintah melalui Kementerian Sosial

telah membentuk Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial. Kedua upaya ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sosial oleh Lembaga Kesejahteraan

Sosial sehingga diharapkan dapat mengurangi secara drastis kuantitas penyandang

masalah kesejahteraan Sosial.

Universitas Sumatera Utara


Banyaknya jumlah Lembaga Kesejahteraan Sosial di Indonesia tersebut

semestinya diimbangi dengan penerapan standar pelayanannya khususnya bagi

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial sangatlah diperlukan sumber daya penyelenggaraan

kesejahteraan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan

masalah sosial, baik oleh lembaga pemerintah, organisasi sosial, lembaga swasta,

lembaga keagamaan bahkan personal, yang meliputi: (a) sumber daya manusia; (b)

sarana dan prasarana; serta (c) sumber pendanaan. Sarana dan prasarana sebagaimana

yang dimaksud memiliki standar minimum yang ditetapkan oleh pemerintah meliputi:

(a) panti sosial; (b) pusat rehabilitasi sosial; (c) pusat pendidikan dan pelatihan; (d)

pusat kesejahteran sosial; (e) rumah singgah; (f) rumah perlindungan sosial

(Fahrudin, 2012: 130).

Lembaga Kesejahteraan sosial merupakan salah satu syarat berhasilnya

penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya

peningkatan profesional pelayanan kesejahteraan sosial, salah satunya peningkatan

kualitas pelayanan dalam panti sosial. Diakui, banyak panti sosial yang sampai saat

ini belum memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM). Selain itu, juga lemahnya

daya dukung kelembagaan, sumber daya manusia, sumber pendanaan dan sarana

prasarana yang dimiliki.

Dalam rangka percepatan realisasi penyelenggaraan usaha kesejahteraan

sosial, dukungan (material, immaterial:pelatihan, bantuan/pemberdayaan) baik dari

pemerintah maupun masyarakat memang sudah cukup banyak. Namun, fasilitasi dari

pemerintah masih belum komprehensif. Program bantuan dan pemberdayaan

Universitas Sumatera Utara


seringkali tidak tepat sasaran, tidak ada pendampingan, monitoring, dan evaluasi

masih kurang, belum berkesinambungan. Disadari Pemerintah khususnya, telah sejak

lama melakukan pembangunan bidang kesejahteraan sosial, akan tetapi kenyataan

juga menunjukkan, masih banyak penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

belum terjangkau pelayanan sosial, dan kalaupun telah memperoleh pelayanan sosial,

tetapi belum seperti yang diharapkan. Masalah tersebut ditambah dengan kondisi

Indonesia sendiri yang baru 44 dari begitu banyaknya Lembaga Kesejahteraan Sosial

Anak yang sudah terakreditasi, ini terakumulasi dari program Badan Akreditasi

Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS) Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan

Sosial (BALKS) banyak menemukan LKSA palsu

(http://p4s.kemsos.go.id/index.php/akreditasi/data-lembaga-terakreditasi/item/305-

daftar-akreditasi-lembaga-kesejahteraan-sosial-anak-tahun-2013-2014/ diakses

pukul 11.52 WIB tanggal 12 November 2016).

Faktanya, masih banyak Panti Sosial (secara hukum berstatus Lembaga

Kesejahteraan Sosial) yang tidak memenuhi standar pelayanan sosial. Mereka

memanfaatkan pendirian Panti Sosial Asuhan Anak untuk mendapatkan dana atau

sumbangan untuk kepentingan pribadi. Di Jawa Tengah 24 Panti sosial yang ada di

Kabupaten Demak, ditutup paksa. Penutupan dilakukan setelah hasil evaluasi

Pemerintah Kabupaten Demak menilai panti tersebut tidak memenuhi syarat dan

kurang layak, permasalahan yang dominan adalah soal fasilitas. Para pengelola panti

tersebut mayoritas tidak menyediakan ruangan atau gedung serta sarana dan

prasarana listrik dan air yang cukup untuk keperluan penghuni panti. Ada juga panti

yang tidak memenuhi syarat administrasi, bahkan di antaranya ada panti fiktif atau

Universitas Sumatera Utara


abal-abal, ada papan namanya namun tidak mempunyai anak asuh. Serta ditinggalkan

oleh pengelolanya karena pengurusnya bermasalah

(http://news.liputan6.com/read/2019052/bermasalah-24-panti-sosial-di-demak-

ditutup-paksa/ diakses pukul 14.54 WIB tanggal 04 November 2016).

Masalah kualitas pelayanan sosial memerlukan perhatian serius dari

Pemerintah. Hal ini dipandang perlu, karena akibat yang ditimbulkan dari pendirian

Panti Sosial yang tidak sesuai dengan standar, yaitu banyak oknum yang

memanfaatkan panti asuhan untuk mendulang pundi-pundi demi kepentingan pribadi,

tidak terpenuhinya kebutuhan hidup anak asuh yang seharusnya menjadi tanggung

jawab lembaga, penelantaran dan penganiayaan anak asuhnya.

Berangkat dari pemikiran tersebut, pemerintah mengeluaran kebijakan melalui

Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/2004 tentang Standardisasi Panti Sosial

dan Pedoman Akreditasi. Standard panti sosial adalah ketentuan yang memuat

kondisi dan kinerja tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau

lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis. Adapun yang dimaksud dengan panti

sosial adalah lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki tugas dan fungsi

untuk meningkatkan kualitas SDM dan memberdayakan para penyandang masalah

kesejahteraan sosial ke arah kehidupan normatif secara fisik, mental, maupun social.

Ada 2 macam standar panti sosial, yaitu standar umum dan standar khusus.

Standar umum adalah ketentuan yang memuat kondisi dan kinerja tertentu yang perlu

dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial jenis apapun. Mencakup aspek

kelembagaan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, pembiayaan, pelayanan

sosial dasar, dan monitoring-evaluasi, sedangkan standar khusus adalah ketentuan

Universitas Sumatera Utara


yang memuat hal-hal tertentu yang perlu dibenahi bagi penyelenggaraan sebuah panti

sosial dan/atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis sesuai dengan

karakteristik panti sosial. (http://dinsos.jogjaprov.go.id/standardisasi-panti-sosial/

diakses pukul 20.42 WIB tanggal 14 November 2016).

Standar Pelayanan Minimal di bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah

ukuran teknis dan spesifik tentang pelayanan minimal yang perlu dilakukan oleh

lembaga di bidang kesejahteraan sosial meliputi: program, sumber daya manusia,

manajemen dan organisaisi, sarana dan prasarana, pelayanan sosial dasar, proses

pelayanan dan hasil pelayanan. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 39 Tahun 2012

Pasal 1 ayat 12 tentang Standar Sarana dan Prasarana Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial adalah ukuran kelayakan yang harus dipenuhi secara minimum

baik mengenai kelengkapan kelembagaan, proses, maupun hasil pelayanan sebagai

alat dan penunjang utama dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Tim

Fokusindo Mandiri, 2012: 66).

Adanya standar minimum pelayanan dari sebuah panti sosial tentu akan

membuat penyelenggaraan pelayanan dalam panti sosial lebih terarah dan terukur

melalui standar yang telah ditentukan. Seiring dengan tuntutan global maka

peningkatan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan lembaga

dibidang kesejahteraan sosial merupakan hal yang harus dipenuhi. Upaya pemerintah

dalam menjamin pelaksanaan pelayanan kesejahteran sosial yang berkualitas salah

satunya melalui pelaksanaan akreditasi lembaga dibidang kesejahteraan sosial.

Akreditasi lembaga di bidang kesejahteraan sosial dimaksudkan untuk

menentukan tingkat kelayakan dan standarisasi terhadap; (a) Unit Pelaksana Teknis

Universitas Sumatera Utara


milik Pemerintah; (b) Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah Daerah; (c) Unit

Pelaksana Sosial Langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan

Sosial maupun yang mandiri (Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial

Kementerian Republik Indonesia, 2012: 7).

Oleh karena itu pemerintah mengeluaran kebijakan melalui Peraturan Menteri

Sosial RI No 17 Tahun 2012 tentang Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial, hal

ini dilakukan pemerintah untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan praktik

pekerja sosial yang dilakukan oleh lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial,

meningkatkan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh Lembaga

di bidang Kesejahteraan Sosial, memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan

Kesejahteraan Sosial, dan meningkatkan peran aktif pemerintah-pemerintah daerah,

dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

Penyelenggaraan akreditasi terhadap lembaga di bidang kesejahteraan sosial,

dilaksanakan sebagai bagian dari proses untuk mendorong terciptanya sistem

pelayanan sosial yang profesional dan memiliki akuntabilitas terhadap kepentingan

publik sebagai penerima pelayanan (Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan

Sosial Kementerian Republik Indonesia, 2012: 3).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gadis Vania Jasmine Ginting pada tahun

2012 yang berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak di Yayasan Amal Sosial Al-Washliyah Gedung Johor

Medan” yakni: (a) Bahwa ada aspek masukan yaitu standar pendekatan awal dan

penerimaan rujukan sudah dilakukan dengan baik dimana panti asuhan melakukan

pendekatan awal sebagai tahapan pertama untuk menemukan kesesuaian antara

Universitas Sumatera Utara


kebutuhan anak dan keluarganya terhadap pengasuhan; (b) Pada aspek proses yaitu

standar pelayanan pengasuhan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, standar

pelayanan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, standar pelaksanaan

pengasuhan masih belum memenuhi standar seperti rencana pengasuhan yang cukup

panjang yaitu hingga warga binaan lulus SMA. Panti asuhan juga jarang mendata

kebutuhan makanan dan pakaian warga binaan sehingga banyak warga binaan sering

mengeluh karna kebutuhannya tidak terpenuhi, (c) Pada aspek keluaran yaitu evaluasi

serta pengakhiran pelayanan dan pengasuhan untuk warga binaan masih belum

maksimal karena panti asuhan tidak memfasilitasi dan melibatkan orang tua dalam

kepulangan anak serta menjelaskan rencana mentoring untuk mengetahui

perkembangan anak.

Berdasarkan berbagai masalah yang telah dikemukakan dan berbagai

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan sosial oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial sebagai ujung tombak

penyelenggaraan kesejahteraan sosial, penulis mencermati bahwa setidaknya ada dua

hal yang perlu dicermati dalam upaya peningkatan pelayanan sosial. Adapun kedua

hal tersebut adalah standar pelayanan sosial dan standar keorganisasian dari Lembaga

Kesejahteraan Sosial tersebut.

Salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial yang berbasis panti di Sumatera

Utara adalah Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Pelayanan sosial

melalui sistem panti ini ditujukan agar anak asuh dapat dikembangkan potensinya

sehinga memiliki keahlian khusus, kepercayaan diri dan kemampuan

mengembangkan diri agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Universitas Sumatera Utara


Berdirinya Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home ini di latarbelakangi oleh

adanya perasaan belas kasihan yang mendalam atas banyaknya anak-anak yatim-piatu

dan terlantar di kota Medan dan mereka tidak mendapatkan perhatian serta kasih

sayang yang seharusnya mereka terima, sehingga pemilik merasa tergerak dan

terbeban untuk mendirikan suatu tempat yang layak dan dapat menampung

keberadaan anak-anak terlantar. Oleh karena itu pemilik berinisiatif membangun

gedung sebagai sarana penampungan anak-anak untuk mewujudkan kegiatan sosial

kemanusiaan, sehingga dapat memenuhuhi kebutuhan hidup anak-anak guna

tercapainya keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan dengan memberikan sandang,

pangan dan papan yang layak.

Namun demikian, beberapa tahun terakhir Panti Asuhan Elida Children Home

memiliki hambatan dan kendala serta beberapa masalah yang dihadapi yaitu: (a)

pemilik tidak sangup lagi membiayai operasional panti dan pendidikan termasuk

pemeliharaan bangunan gedung panti dan gedung-gedung pendidikan atau sekolah;

(b) karena kurangnya biaya operasional, dan pemilik tidak lagi menyangupi biaya

operasional sehingga panti sempat terabaikan hingga kurang lebih tiga setengah tahun

sampai saat ini, sehingga anak-anak hanya mendapatkan kebutuhan apa adanya untuk

dapat bertahan sampai saat ini; (c) banyak fasilitasi panti dan sekolah yang sudah

rusak dan kondisinya tidak lagi layak baik dari segi kenyamanan maupun secara

kesehatan; (d) tidak memiliki sumber daya manusia yang cukup, sarana dan prasarana

serta pendanaan yang lengkap. Oleh karena itu perlulah dilihat Standar Pelayanan

Sosial dan Keorganisasian di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home.

Universitas Sumatera Utara


Sehubungan dengan adanya berbagai ketentuan yang ditetapkan Pemerintah

dalam upaya peningkatan pelayanan sosial oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial dan

informasi yang diperoleh penulis tentang keberadaan Panti Asuhan Elida Children

Home Medan, penulis ingin mendalami dan meneliti hal yang berkenaan dengan

standar pelayanan sosial dan keorganisasian dari Panti Asuhan Elida Children Home

Medan, yang hasilnya penulis tuangkan dalam skripsi berjudul “Evaluasi Standar

Pelayanan Sosial dan Keorganisasian di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan

sebelumnya, adapun masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana

penerapan standar pelayanan sosial dan keorganisasian di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan?”.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui penerapan standar

pelayanan sosial dan keorganisasian pada Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan.

Universitas Sumatera Utara


1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam

rangka :

a. Pengembangan model pelayanan sosial yang seharusnya diterapkan oleh

Lembaga Kesejahteraan Sosial yang menjadikan anak sebagai kelompok

sasaran pelayanan.

b. Mengembangkan konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan

pelayanan sosial anak yang semestinya diterapkan oleh Lembaga

Kesejahteraan Sosial.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disajikan dalam 6 bab dengan

sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan poin-poin tentang konsep yang berkaitan

dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikian,

bagan pemikiran, dan definisi konsep

BAB III : METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik

analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum lokasi penelitian dimana

penulis melakukan penelitian.

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran yang

bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi mempunyai arti penilaian.

Penilaian berarti nilai atau penentuaan manfaat dari pada suatu kegiatan. Sebagai

penilaian, bisa saja penilaian ini menjadi netral, positif, negative atau bahkan

gabungan dari keduanya. Layaknya sebuah penilaian yang dipahami secara umum,

penilaian itu diberikan dari orang yang lebih tinggi atau yang lebih tahu kepada orang

yang lebih rendah, baik dari jabatan strukturalnya atau orang yang lebih rendah

keahliannya. Dalam praktek dunia kerja, evaluasi ini kerap dilakukan untuk

mengetahui kelemahan dan kelebihan dari sebuah keputusan yang ditetapkan dan

dijalankan.

Stufflebeam (dalam Arikunto dan Saffrudin, 2014: 2) menyatakan bahwa:

evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang

sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif yang tepat

dalam mengambil sebuah keputusan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen dan

Sanders (dalam Arikunto dan Saffrudin, 2014: 1) menyatakan bahwa; evaluasi adalah

kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu

tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai

keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternative strategis yang

diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Menurut rumusan tersebut,

Universitas Sumatera Utara


inti dari evalusi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya

sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif

yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

Ralph Tyler (dalam Arikunto dan Saffrudin, 2009: 3) menyatakan bahwa

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagiamana tujuan pendidikan sudah tercapai. Provus

(dalam Tyler 1973) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses :

1. Menyetujui berdasarkan standar (istilah lain yang digunakan secara bergantian

dengan istilah tujuan)

2. Menentukan apakah ada kesenjangan antara kinerja aspek-aspek program dengan

standar kinerja yang ditetapkan.

3. Menggunakan informasi tentang kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan sebagai

bahan untuk meningkatkan, mengelola, atau mengakhiri program atau salah satu

aspek dari program tersebut.

Pendekatan yang diperkenalkan Provus ini dinamakan Discrepancy

Evaluation Model (model evaluasi ketimpangan atau kesenjangan). Evaluasi

sesungguhnya adalah satu proses kegiatan yang akan menilai segala sesuatu yang

akan diperoleh dengan apa yang sudah ditetapkan perencanaannya atau dengan apa

yang ingin dicapai melalui perencanaan semula. Untuk menghindarkan agar

penyimpangan itu tidak berlangsung terlalu jauh bila terjadi suatu kekeliruan, maka

penilaian sejak awal dan tidak menunggu hasil akhir dicapai. Jadi harus melakukan

point evaluation pada setiap titik kegiatan yang dianggap perlu; yaitu dilakukan sejak

awal maupun pada waktu dan selesai proses perencanaan program (program

Universitas Sumatera Utara


planning), pelaksanaan (implementation) maupun setelah hasil pelaksanaan tercapai

(output, outcome dan impact). Jelasnya ada hubungan antara evaluasi dengan proses

kegiatan, maupun antar kegiatan (Sukarni, 1994: 164).

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada proses evaluasi adalah:

1. Pengukuran harus dapat dikuantifikasikan dengan menggunakan tolak ukur

yang sebelumnya dengan mudah dapat dioperasikan.

2. Pengukuran harus dapat menjangkau bukan semata-mata aspek kualitatif,

tetapi juga kualitatif yang didasarkan dari aspek kuantitatif.

3. Teknik mengukur ataupun alat ukur yang digunakan harus memiliki

reliability maupun validity yang cukup dapat diandalkan. Reliability adalah

ketepatan teknik untuk dapat memperoleh data yang sama dapat dipercaya

walaupun ini dilakukan pengukuran ulangan, sebaliknya yang disebut dengan

validity adalah ketetapan alat ukur untuk dapat memperoleh data yang

dimaksud sebagaimana yang dikehendaki sesuai dengan program perencanaan

untuk dievaluasi. Baik reliability maupun validity menghindarkan terjadinya

bias pada evaluasi yang dapat merugikan interpretasi.

4. Di samping tujuan memperoleh hasil pengukuran secara kuantitatif, maka segi

kualitatif khususnya yang menyangkut hasil implementasi yang akan diukur

hendaknya mampu mengungkapkan efektifitas dan efisiensi dari program

yang dipilih dan dilaksanakan.

5. Penilaian keberhasilan maupun kegagalan terhadap hasil implementasi kegiatan

suatu progam harus dapat pula mengemukakan faktor-faktor apa yang

mendukung dan menghambat pencapaian hasil tersebut (Sukarni, 1994: 165).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Jenis-Jenis Evaluasi

Secara umum, evaluasi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Evaluasi pada Tahap Perencanaan

Kata evaluasi sering digunakan dalam tahap perencanaan dalam rangka

mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternatif

dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Untuk itu diperlukan berbagai teknik yang dapat dipakai oleh

perencana.

2. Evaluasi pada Tahap Pelaksana

Pada tahap ini, evaluasi adalah suatu kegiatan dengan melakukan analisa

untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding dengan rencana.

Terdapat perbedaan antara evaluasi menurut pengertian ini dengan mentoring.

Mentoring menganggap bahwa tujuan yang ingin dicapai sudah tepat dan

bahwa program tersebut direncanakan untuk dapat mencapai tujuan tersebut.

Mentoring melihat apakah pelaksanaan proyek sudah sesuai dengan rencana

dan bahwa rencana tersebut sudah tepat untuk mencapai tujuan, sedangkan

evaluasi melihat sejauh mana proyek masih tetap dapat mencapai tujuannya,

apakah tujuan tersebut sudah berubah, apakah pencapaian hasil program

tersebut akan memecahkan masalah yang ingin dipecahkan. Evaluasi juga

mempertimbangkan faktor-faktor luar yang mempengaruhi keberhasilan

proyek tersebut, baik membantu atau menghambat.

3. Evaluasi pada Tahap Paska Pelaksana

Universitas Sumatera Utara


Dari sini pengertian evaluasi hampir sama dengan pengertian pada tahap

pelaksanaan, hanya perbedaannya yang dinilai dan dianalisa bukan lagi

tingkat kemajuan pelaksanaan dibanding rencana, tetapi hasil pelaksanaan

dibanding dengan rencana yakni apakah dampak yang dihasilkan oleh

pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

(Nugroho, 2009: 537).

2.2 Pelayanan Sosial

2.2.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan dalam istilah kesejahteraan sosial diartikan suatu upaya atau usaha

pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun

non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri. Sedangkan Pelayanan

Sosial itu sendiri adalah Pelayanan yang ditujukan untuk membantu Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial dalam mengembalikan dan mengembangkan fungsi

sosialnya (Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial). Pelayanan Sosial

meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial, dan pendidikan

(sebagai lima besar), ini merupakan pelayanan sosial secara luas. Spicker (dalam

Fahrudin, 2012: 49).

Pelayanan sosial diartikan dalam dua macam, yaitu:

a. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup

fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang

pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


b. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan

kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan

kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi

anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya.

Pelayanan Sosial dalam arti sempit atau pelayanan sosial personal adalah

usaha-usaha untuk mengembalikan, mempertahankan, dan meningkatkan

keberfungsian sosial individu-individu dan keluarga-keluarga melalui (1) sumber-

sumber sosial pendukung, dan (2) proses-proses yang meningkatkan kemampuan

individu-individu dan keluarga-keluarga untuk mengatasi stres dan tuntutan-tuntutan

kehidupan sosial yang normal. Romanyshyn (dalam Fahrudin, 2012: 51). Jhonson

mendefinisikan pelayanan sosial dalam arti sempit sebagai program-program dan

tindakan-tindakan yang memperkerjakan pekerja-pekerja sosial atau tenaga

professional yang berkaitan dan diarahkan pada tujuan-tujuan kesejahteraan sosial

(dalam Fahrudin, 2012: 50).

Pelayanan sosial personal atau pelayanan sosial umum adalah pelayanan-

pelayanan yang berkepentingan dengan kebutuhan-kebutuhan dan kesulitan-kesulitan

yang menghambat keberfungsian sosial individu secara maksimum, yang

menghambat kebebasannya untuk mengembangkan kepribadiannya dan untuk

mencapai aspirasi-aspirasinya melalui hubungannya dengan orang-orang lain;

pelayanan sosial personal berkepentingan dengan kebutuhan-kebutuhan yang secara

tradisional diatasi dengan tindakan pribadi atau keluarga; kebutuhan-kebutuhan yang

biasanya ditetapkan sebagai tanggung jawab individu; kebutuhan-kebutuhan yang

memerlukan tingkat penyesuaian yang tinggi dalam proses pertolongan, ketimbang

Universitas Sumatera Utara


keseragaman dalam penyediaannya. Dikemukakan oleh Sainsbury 1977 (dalam

Fahrudin, 2012: 53).

Suatu ciri penting dari pelayanan sosial personal adalah bahwa pelayanan ini

tidak dipandang sebagai pelayanan untuk orang miskin saja. Lagi pula

perkembangannya terjadi tanpa memandang ideologi nasional ataupun pandangan

politik tertentu. Kahn dan Kamerman, 1976 (dalam Fahrudini, 2012: 54). Selain itu

pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi pelayanan untuk “keperluan-keperluan

sosial publik” (public social utilities) dan “pelayanan-pelayanan kasus” (case

services). Pelayanan untuk keperluan-keperluan sosial publik dapat dibedakan lagi

menjadi:

1. Pelayanan Sosial yang disediakan berdasarkan pilihan pengguna, misalnya

pusat kegiatan masyarakat, dan

2. Pelayanan berdasarkan status atau kategori umum pengguna, misalnya day

care services (pelayanan perawatan/penitipan anak) dan pusat kegiatan untuk

lanjut usia (Fahrudin, 2012: 54).

Negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosialnya mencakup

pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai “pelayanan

kesejahteraan sosial” (social welfare services), sepanjang pelayanan-pelayanan

tersebut memusatkan bantuan pada individu-individu dan keluarga-keluarga yang

mengalami masalah penyesuaian diri dan keberfungsian atau kemiskinan untuk

diperbaiki. Jadi Pelayanan Kesejahteraan Sosial yaitu Serangkaian kegiatan

pelayanan yang diberikan terhadap individu, keluarga maupun masyarakat yang

membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial baik yang bersifat pencegahan,

Universitas Sumatera Utara


pengembangan, maupun rehabilitasi guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan

atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu menjalankan

fungsi sosialnya secara memadai.

(http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p / diakses

pukul 00.00 WIB tanggal 17 Desember 2016).

2.2.2 Fungsi–Fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan

klasifikasi. Perserikatan bangsa bangsa (PBB) mengemukakan fungsi pelayanan

sosial sebagi berikut :

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat

2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan

penyesuian sosial

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan

pembangunan.

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan

agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi.

Pelayanan Sosial Personal mempunyai beberapa fungsi. Fungsi-fungsi tersebut

dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:

1. Pelayanan-pelayanan untuk sosialisasi dan pengembangan.

2. Pelayanan-pelayanan untuk terapi, pertolongan, dan rehabilitasi, termasuk

perlindungan sosial dan perawatan pengganti.

Universitas Sumatera Utara


3. Pelayanan-pelayanan untuk mendapatkan akses, informasi, dan nasihat

(Fahrudin, 2012: 55).

Pelayanan-pelayanan untuk sosialisasi dan pengembangan misalnya adalah

pusat-pusat kegiatan untuk anak-anak, remaja, dan pemuda termasuk kegiatan-

kegiatan yang dilaksanakan melalui kelompok atau pekeraan sosial dengan

kelompok. Pelayanan-pelayanan sosial untuk terapi, pertolongan, dan rehabilitasi

misalnya adalah konseling untuk keluarga, pelayanan untuk korban tindak kekerasan,

dan asuhan keluarga, sedangkan pelayanan-pelayanan untuk mendapatkan akses,

informasi, dan nasihat misalnya rusukan kepada pekerja sosial atau tenaga

professional lain untuk mendapatkan pelayanan tertentu yang dibutuhkan, atau dapat

juga didirikan pusat informasi dan nasihat untuk mereka yang ingin bekerja ke kota

atau keluar negeri yang memberikan gambaran yang jelas, yang meliputi untung-rugi

serta masalah-masalah yang mungkin dialami nantinya, dan cara-cara mengantisipasi

atau mengatasinya. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, pelayanan sosial dalam

konteks ini adalah pelayanan sosial yang ditujukan kepada mereka yang

berkarakteristik Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (Fahrudin, 2012: 57).

2.2.3 Standar Pelayanan Sosial Panti Sosial

Adapun Standar Khusus Panti Sosial, berupa kegiatan pelayanan yang terdiri

dari tahapan sebagai berikut: (Keputusan Menteri Sosial No. 50/HUK/2004)

1. Tahap Pendekatan Awal, mencakup :

a. Sosialisasi Program

b. Penjaringan/penjangkauan calon klien

Universitas Sumatera Utara


c. Seleksi calon klien

d. Penerimaan dan registrasi

e. Konferensi kasus

2. Tahap Pengungkapan dan Pemahaman Masalah (Assessment), mencakup :

a. Analisa kondisi klien, keluarga dan lingkungan

b. Karakteristik masalah, sebab dan implikasi masalah

c. Kapasitas mengatasi masalah dan sumber daya

d. Konferensi kasus

3. Tahap Perencanaan Pelayanan, meliputi :

a. Penetapan tujuan pelayanan

b. Penetapan jenis pelayanan yang dibutuhkan klien

c. Sumber daya yang akan digunakan

4. Tahap Pelaksanaan Pelayanan, terdiri :

a. Bimbingan Individu

b. Bimbingan Kelompok

c. Bimbingan Sosial

d. Penyiapan Lingkungan Sosial

e. Bimbingan Mental Psikososial

f. Bimbingan Pelatihan Ketrampilan

g. Bimbingan Fisik Kesehatan

h. Bimbingan Pendidikan

5. Tahap Pasca Pelayanan, terdiri dari :

Universitas Sumatera Utara


a. Penghentian Pelayanan, Dilakukan setelah klien selesai mengikuti proses

pelayanan dan telah mencapai hasil pelayanan sesuai dengan rencana yang

telah ditentukan.

b. Rujukan, Dilaksanakan apabila klien membutuhkan pelayanan lain yang

tidak tersedia dalam panti.

c. Pemulangan dan Penyaluran, Dilaksanakan setelah klien dinyatakan

berhenti atau selesai mengikuti proses pelayanan.

d. Pembinaan Lanjut. Kegiatan memonitor atau memantau klien sesudah

mereka bekerja atau kembali ke keluarga.

2.3 Keorganisasian Sosial

2.3.1 Pengertian Keorganisasian

Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama yang

dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang untuk mencapai

suatu tujuan. Gitosudarmo (dalam Ardana & Mujiatini & Sriathi, 2008: 1). Dari

pengertian diatas menunjukkan bahwa organisasi memiliki empat unsur yaitu:

1) Organisasi merupakan suatu sistem

Organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari sub-subsistem atau

bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya dalam melakukan

aktivitasnya. Organisasi sebagai suatu sistem adalah sistem terbuka, dimana

batas organisasi adalah lentur dan menganggap bahwa faktor lingkungan

sebagai input. Ada kecenderungan bahwa semakin besar dan kuat suatu

organisasi semakin mampu untuk beradaptasi dengan faktor lingkungan

Universitas Sumatera Utara


2) Pola aktivitas

Aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang didalam organisasi dalam pola

tertentu. Urut-urutan pola aktivitas yang dilakukan oleh organisasi

dilaksanakan secara relatif teratur dan berulang-ulang, sedangkan aktivitas

yang dilakukan secara temporer atau bersifat sementara bukan merupakan

organisasi, sekalipun aktivitas tersebut dilakukan oleh sekelompok orang

untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

3) Sekelompok Orang

Organisasi pada dasarnya merupakan kumpulan orang-orang. Adanya

keterbatasan-keterbatasan pada manusia mendorongnya untuk membentuk

organisasi. Kemampuan manusia baik fisik maupun daya pikirnya terbatas,

demikian juga waktu yang ada terbatas, sementara aktivitas yang harus

dilakukan selalu meningkat maka mendorong manusia untuk membentuk

organisasi. Jadi dalam setiap organisasi akan terdiri dari sekelompok orang.

Orang-orang yang ada di dalam organisasi berinteraksi dan bekerjasama untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.

4) Tujuan organisasi

Tujuan organisasi pada dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu tujuan yang

sifatnya abstrak dan berdimensi jangka panjang, yang menjadi landasan dan

nilai-nilai yang melandasi organisasi itu didirikan. Tujuan organisasi seperti

itu disebut dengan “misi organisasinya”. Jenis tujuan yang lain disebut dengan

“tujuan operasional” atau sering juga disebut dengan objective. Jenis tujuan

ini sifatnya lebih operasional, yang menunjukkan apa yang akan diraih oleh

Universitas Sumatera Utara


organisasi. Tujuan operasional atau objective biasanya merupukan tujuan

jangka pendek yang lebih spesifik dan dapat diukur secara kuantitatif seperti,

pangsa pasar, pertumbuhan, profitabilitas, produktivitas dan lain sebagainya.

Organisasi sosial atau sering diartikan sebagai organisasi pelayanan sosial

merupakan organisasi formal yang fungsi utamanya menyelenggarakan pelayanan

kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk memecahkan masalah dan atau memenuhi

kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini organisasi sosial diartikan sebagai

lembaga pelayanan sosial yang menjadi wadah untuk menyelenggarakan pelayanan

langsung dibidang Kesejahteraan Sosial. Karakteristik dari organisasi pelayanan

sosial atau manusia dikemukakan oleh Hasenfeld (1983) :

1) Fakta bahwa material dasarnya (raw material) adalah terdiri dari orang-orang

dengan sejumlah nilai-nilai moral yang mempengaruhi aktivitas organisasi

sosial.

2) Tujuan organisasi pelayanan sosial adalah samar-samar (vague), berarti

mendua (ambiguous) dan bermasalah (problematic).

3) Moral ambigu yang mengitari pelayanan sosial juga menunjukkan organisasi

pelayanan sosial bergerak dalam lingkungan bergolak, artinya lingkungan

tersebut terdiri dari banyak kepentingan kelompok yang berbeda-beda.

4) Organisasi pelayanan manusia harus beroperasi dengan teknologi yang tidak

menentukan dengan tidak menyediakan pengetahuan yang lengkap mengenai

bagaimana mencari hasil yang diharapkan.

Universitas Sumatera Utara


5) Aktivitas utama di dalam organisasi pelayanan sosial terdiri dari hubungan

antara para staf dalam organisasi sosial lebih banyak terdiri dari para relawan

yang harus berhubungan dengan kliennya.

6) Karena keuntungan hubungan staff dank lien, maka posisi dan peran staf ini (

staf professional) secara khusus adalah penting dalam organisasi pelayanan

manusia.

7) Organisasi pelayanan sosial miskin pengukuran mengenai efektivitas yang

reliable dan valid, dan mungkin lebih mampu bertahan terhadap perubahan

dan inovasi.

Perilaku Keorganisasian merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang

interaksi manusia dalam organisasi yang meliputi studi secara sistematis tentang

perilaku, struktur dan proses di dalam organisasi. Isu utama dalam mempelajari

perilaku organisasi adalah hubungan antar manusia dalam organisasi. Organisasi

diciptakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan. Organisasi membutuhkan

orang-orang untuk melakukan aktivitas organisasi, begitu juga manusia

membutuhkan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang lebih besar dari yang

dapat dilakukannya sendiri. Oleh karenanya antara organisasi dengan manusia

memiliki hubungan yang saling membutuhkan dan menguntungkan (Gitosudarmo

Indriyo dan Sudita I Nyoman 1997: 4).

2.3.2 Standar Lembaga Kesejahteraan Sosial

Menurut UU No. 11 Tahun 2009 Pasal 1 tentang Kesejahteraan Sosial,

Lembaga Kesejahteraan Sosial adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial

Universitas Sumatera Utara


yang melaksanakan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.

Lembaga Kesejahteraan Sosial dalam konteks ini adalah panti sosial yang dikelola

secara mandiri yang memberikan pelayanan sosial kepada warga masyarakat yang

berkarakteristik Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Panti Sosial Asuhan

anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung

jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada anak telantar dengan

melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak telantar, memberikan pelayanan

pengganti orangtua atau wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan

sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas,tepat dan

memadai bagi pengembangan kepribadianya sesuai dengan yang diharapkan sebagai

bagian dari generasi penerus cita- cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta

aktif dalam bidang pembangunan nasional. Untuk itu maka panti sosial perlu

memberikan pelayanan kesejahteraan sosial sesuai dengan permasalahan dan

kebutuhan klien atau penerima pelayanan. Terkait dengan ini maka setiap jenis panti

mempunyai perangkat hardware dan shoftware yang berbeda satu sama lain.

Terkait dengan hal tersebut di atas diperlukan suatu standar panti yang terkait

dengan perangkat hardware dan software. Keputusan Menteri Sosial Nomor

50/HUK/2004 tentang perubahan Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial Nomor 193/Menkeskesos/III/2009, merupakan jawaban terhadap

permasalahan di atas. Menurut Keputusan Menteri Sosial No. 50/HUK/2004 ada

beberapa aspek yang menjadi standar umum panti sosial dan standar khusus panti

sosial.

Universitas Sumatera Utara


Secara garis besar, Standar Umum Panti Sosial terdiri dari :

1. Kelembagaan, meliputi :

a. Legalitas Organisasi, Mencakup bukti legalitas dari instansi yang

berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan

profesionalnya.

b. Visi dan Misi, Memiliki landasan yang berpijak pada visi dan misi

c. Organisasi dan Tata Kerja, Memiliki struktur organisasi dan tata kerja

dalam rangka penyelenggaraan kegiatan.

2. Sumber Daya Manusia, mencakup 2 aspek :

a. Aspek penyelenggara panti, terdiri 3 unsur :

1. Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala-kepala unit yang ada

dibawahnya.

2. Unsur Operasional, meliputi pekerja sosial, instruktur, pembimbing

rohani, dan pejabat fungsional lainnya.

3. Unsur Penunjang, meliputi pembina asrama, pengasuh, juru masak,

petugas kebersihan, satpam, dan sopir.

b. Pengembangan personil panti

Panti Sosial perlu memiliki program pengembangan Sumber Daya

Manusia bagi personil panti.

3. Sarana Prasarana, mencakup :

a. Pelayanan Teknis, Mencakup peralatan asesmen, bimbingan sosial,

ketrampilan fisik dan mental.

Universitas Sumatera Utara


b. Perkantoran, Memiliki ruang kantor, ruang rapat, ruang tamu, kamar

mandi, WC, peralatan kantor seperti: alat komunikasi, alat transportasi dan

tempat penyimpanan dokumen.

c. Umum, Memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci, kerapihan

diri, belajar, kesehatan dan peralatannya (serta ruang perlengkapan).

4. Pembiayaan

Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap.

5. Pelayanan Sosial Dasar

Memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari

klien, meliputi : makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.

6. Monitoring dan Evaluasi, meliputi :

a. Monev Proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yang diberikan

kepada klien.

b. Monev Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap klien, untuk melihat

tingkat pencapaian dan keberhasilan klien setelah memperoleh proses

pelayanan.

2.3.3 Standar Lembaga Kesejahteraan Sosial menurut BALKS

Adapun menurut BALKS (Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial)

persyaratan bagi Lembaga yang diakreditasi tingkat kelayakan dan standar lembaga

di bidang kesejahteraan sosial yakni sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


A. Persyaratan dan Jenis Lembaga

1. Persyaratan

a. Persyaratan Akreditasi untuk Unit Pelayanan Sosial langsung baik

yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun

mandiri dilakukan dengan ketentuan:

1) Berbadan hukum;

2) Terdaftar dan memiliki ijin operasional di kementerian atau

instansi sosial

3) Melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada

penyandang masalah kesejahteraan sosial

4) Rekomendasi dari instansi sosial

b. Persyaratan Akreditasi untuk Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah

dan pemerintah daerah dilakukan dengan ketentuan:

1) Mempunyai Struktur Organisasi dan Tata Kerja berdasarkan

keputusan pejabat yang berwenang

2) Melakukan pelayanan kesejahteraan sosial langsung kepada

penyandang masalah kesejahteraan sosial

2. Jenis Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial yang akan di

Akreditasi

a. Unit Pelaksana Teknis milik pemerintah dan pemerintah daerah

1) Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, seperti: Panti Sosial Asuhan

Anak (PSAA), panti/ sasana anak yatim piatu, Panti Sosial

Universitas Sumatera Utara


Petirahan Anak (PSPA), Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP), Panti

Sosial Bina Remaja (PSBR) dan lembaga lainnya sejenis.

2) Lembaga Rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan, seperti Panti

Sosial Bina Daksa (PSBD), Panti Sosial Bina Rungu Wicara

(PSBRW), Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), Panti Sosial Bina

Laras (PSBL), Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa

(BBRVBD), dan lembaga lainnya sejenis

3) Lembaga Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, seperti Panti Sosial Karya

Wanita (PSKW), Panti Sosial Bina Karya (untuk rehabilitasi

penyandang masalah gelandangan dan pengemis, dan lembaga

lainnya sejenis.

4) Lembaga Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza,

seperti Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) dan lembaga lainnya

sejenis

5) Unit Layanan Lanjut Usia, seperti Panti Sosial Tresna Werdha,

Sasana Tresana Werdha, Klub Lansia, Karang Werdha, dan

lembaga lainnya sejenis.

b. Unit Pelayanan Sosial langsung baik yang diselenggarakan oleh

Lembaga Kesejahteraan Sosial maupun mandiri, antara lain

1) Panti-panti sosial/lembaga pelayanan sosial yang dikelola/ dibawah

binaan Organisasi Keagamaan dan/atau Organisasi

Kemasyarakatan. Seperti: Panti Asuhan Muhammadiyah, Panti

Asuhan Kristen dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


2) Lembaga-lembaga Kesejahteraan Sosial Mandiri seperti: panti

asuhan yayasan, lembaga kesejahteraan sosial, dengan cakupan

pelayanan sosial antara lain:

a) Kesejahteraan Sosial Anak, seperti: Panti Sosial Asuhan Anak,

Anak Yatim Piatu, Petirahan Anak (PSPA), Panti Sosial untuk

Anak yang berkonflik/berhadapan dengan hukum, Panti Sosial

Bina Remaja (PSBR) dan lembaga lainnya sejenis.

b) Rehabilitasi Sosial orang dengan kecacatan, Panti Sosial Bina

Daksa, Panti Sosial Bina Rungu Wicara, Panti Sosial Bina

Grahita, Panti Sosial Bina Laras dan Lembaga lainnya sejenis.

c) Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, seperti Panti Sosial Karya

Wanita, Panti Sosial Bina Karya untuk rehabilitasi

penyandang masalah gelandangan dan pengemis, dan lembaga

lainnya sejenis.

d) Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza, seperti

Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) dan lembaga lainnya

sejenis.

e) Pelayanan Lanjut Usia, seperti Panti Sosial Tresna Wedha,

Sasana Tresana Werdha, Klub Lansia, Pusaka (di DKI Jakarta),

Karang Werdha, dan sebagainya dan lembaga lainnya sejenis.

B. Nilai dan Prinsip Akreditasi

1. Nilai

Universitas Sumatera Utara


a. Profesionalisme

Meningkatkan Pengetahuan, ketrampilan dan etika moral dalam

menjalankan tugas-tugas akreditasi

b. Akuntabilitas

Penyelenggaraan Akreditasi dapat dipertanggung-jawabkan.

Pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksana kebijakan

termasuk keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan.

c. Transparan

Data atau informasi akreditasi dan pelaksanaan kerja organisasi

akreditasi dapat diakses oleh publik.

d. Pengawasan

Meningkatkan upaya pengawasan terhadap penyelenggraan akreditasi

dengan mengusahakan keterlibatan masyarakat luas.

e. Mudah, Cepat dan Tepat.

2. Prinsip Penyelenggaraan Akreditasi

a. Prinsip Komitmen

Setiap anggota, Sekretariat dan Asesor Badan Akreditasi harus

berkomitmen untuk :

1) Mematuhi peraturan perundang-undangan dan ketentuan;

2) Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalisme;

3) Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas

Badan Akreditasi;

Universitas Sumatera Utara


4) Mendorong LKS dan UPT/UPTD agar berorientasi pada upaya

peningkatan mutu lembaganya dan bukan sekedar untuk

memperoleh peringkat akreditasi semata;

5) Tidak menyalahgunakan identitas, jabatan, dan sumberdaya

lembaga untuk kepentingan pribadi

b. Prinsip Integritas

Untuk menjamin integritasnya dalam menjalankan tugas dan

wewenang setiap anggota, Sekretariat dan Asesor Badan Akreditasi

dilarang:

1) Menerima pemberian dalam bentuk apapun baik langsung maupun

tidak langsung yang diduga atau patut diduga dapat mempengaruhi

pelaksanaan tugasnya;

2) Menyalahgunakan wewenangnya sebagai pihak yang

mengakreditasi guna memperkaya atau menguntungkan diri sendiri

atau pihak lain;

3) Membuat kesepakatan atau bargaining dalam arti negatif dengan

pihak yang diakreditasi;

4) Menggurui dan atau mendebat argumentasi pihak yang diakreditasi;

c. Prinsip Independensi

Untuk menjamin Independensi dalam menjalankan tugas dan

wewenang setiap Anggota, Sekretariat dan Asesor Badan Akreditasi

Wajib:

1) Bersikap netral dan tidak memihak;

Universitas Sumatera Utara


2) Menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam

melaksanakan kewajibannya;

d. Prinsip Kerahasiaan

1) Merahasiakan proses akreditasi;

2) Menyampaikan informasi tentang lembaga kepada professional

terkait hanya untuk kepentingan akreditasi.

C. Pengukuran Akreditasi

Akreditasi untuk Lembaga di bidang kesejahteraan sosial dikelompokkan 3

kategori:

a. Kategori A (baik sekali) adalah Lembaga di bidang kesejahteraan

sosial yang memperoleh skor/nilai ≥ 86-100%

b. Kategori B (baik) adalah Lembaga di bidang kesejahteraan sosial yang

memperoleh skor/nilai antara 68-85%

c. Kategori C (cukup) adalah Lembaga di bidang kesejahteraan sosial

yang memperoleh skor/nilai ≤ 50-67%

d. <50 belum terakreditasi

Nilai tersebut diperoleh melalui Nilai Gabungan dari 3 Instrumen:

a. Instrumen Isian Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial

b. Instrumen Diskripsi Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial

c. Hasil penilaian asesor.

Universitas Sumatera Utara


D. Komponen Akreditasi

1. Standar Program

Mencakup : Visi dan Misi Lembaga, Jenis Program, Cakupan Program,

Sasaran Program, Pelaksanaan Program, Dukungan Pihak Lain.

2. Standar Sumber Daya Manusia

Mencakup : Buku atau Data personil yang terdiri dari; Tenaga Pimpinan,

Administrasi, Teknis Pelayanan dan Penunjang. Job Deskripsi (Uraian

Tugas). SK Pengangkatan.

3. Standar Manajemen dan Organisasi

Mencakup : Status Lembaga, Struktur dan Tata Kerja Lembaga.

4. Standar Sarana dan Prasarana

Mencakup : jenis sarana, status kepemilikan, tingkat kecukupan atau

kelengkapan

5. Standar Proses Pelayanan

Mencakup : Tahap Penerimaan, Tahap Identifikasi dan Assesmen, Tahap

Perencanaan Intervensi Pelayanan, Tahap Pelaksanaan Pelayanan, Tahap

Terminasi.

6. Standar Hasil Pelayanan

Mencakup : Ketetapan Sasaran Klien, Ketetapan Jumlah dan Data Klien,

dan Ketetapan Keluaran Manfaat dan Dampak (Badan Pendidikan dan

Penelitian Kesejahteraan Sosial Kementerian Republik Indonesia, 2012:

3).

Universitas Sumatera Utara


2.4 Kerangka Pemikiran

Setiap tahunnya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial semakin

meningkat di Indonesia. Kondisi tersebut menuntut perhatian dan upaya pemerintah

dalam rangka mewujudkan sistem perlindungan dan pelayanan kesejahteraan sosial

yang lebih representatif. Kenyataan faktual di Indonesia menunjukkan bahwa

beberapa tahun berselang telah berkembang demikian banyak lembaga di bidang

kesejahteraan sosial baik milik pemerintah, maupun swasta.

Banyaknya jumlah Lembaga Kesejahteraan Sosial di Indonesia semestinya

diimbangi dengan standar pelayanannya khususnya bagi Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS). Oleh karena itu sangat diperlukan adanya peningkatan

profesional pelayanan kesejahteraan sosial, salah satunya peningkatan kualitas

pelayanan dalam panti sosial. Diakui, banyak panti sosial yang sampai saat ini belum

memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM). Selain itu, juga lemahnya daya dukung

kelembagaan, sumber daya manusia, sumber pendanaan dan sarana atau prasarana

yang dimiliki. Oleh karena itu Kementerian Sosial membuat kebijakan mengenai

standar pelayanan sosial dan keorganisasian.

Melalui adanya standar pelayanan sosial dan keorganisasian, diharapkan

mampu meningkatkan kinerja Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial khususnya

panti sosial yang menangani klien secara langsung. Pedoman pelaksanaan akreditasi

lembaga dibidang kesejahteraan sosial dimaksudkan sebagai acuan dalam

menyelenggarakan akreditasi lembaga di bidang kesejahteraan sosial secara objektif

Universitas Sumatera Utara


dan memenuhi akuntabiilitas publik. Badan Akreditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial

(BALKS) ditugaskan melakukan penilaian untuk menetapkan tingkat kelayakan dan

standarisasi lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial.

Akreditasi Lembaga di bidang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk

menentukan tingkat kelayakan dan standadirisasi terhadap: Unit Pelaksana Teknis

milik Pemerintah, Unit Pelaksana Teknis milik Pemerintah Daerah; dan Unit

Pelayanan Sosial Langsung baik yang diselenggarakan oleh Lembaga Kesejahteraan

Sosial maupun yang mandiri. Oleh karena itu setiap lembaga yang ada di bidang

kesejahteraan sosial harus ikut serta dalam akreditasi yang diselenggarakan oleh

Badan Akrditasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (BALKS). Tujuan dari Lembaga

Kesejahteraan Sosial yang sudah terakreditasi adalah memiliki akuntabilitas dan

kredibilitas di mata publik, karena pelayanan sosial langsung yang

diselenggarakannya sudah teruji kelayakan dan standarnya, yang diakreditasi oleh

satu badan independen dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial, yaitu BALKS.

Standar Pelayanan Sosial yang diberikan oleh Kementerian Sosial yakni

memiliki cakupan: Proses Pelayanan (Tahap Penerimaan, Tahap Identifikasi dan

Assesmen, Tahap Perencanaan Intervensi Pelayanan, Tahap Pelaksanaan Pelayanan,

Tahap Terminasi), Hasil Pelayanan (Ketetapan Sasaran Klien, Ketetapan Jumlah dan

Data Klien, dan Ketetapan Keluaran Manfaat dan Dampak). Standar Keorganisasian

yang diberikan oleh Kementerian Sosial yakni memiliki cakupan: program, sumber

daya manusia (SDM), manajemen dan organisasi, sarana dan prasarana. Cakupan-

cakupan tersebut menjadi bagian penting yang harus dimiliki suatu organisasi di

bidang kesejahteraan sosial sebagai standar dalam terselengaranya pelayanan di

Universitas Sumatera Utara


bidang kesejahteraan sosial. Tujuan dari standar pelayanan sosial dan keorganisasian

yaitu menjamin adanya pelayanan dengan kualitas tertentu oleh semua lembaga

kesejahteraan sosial yang melakukan pelayanan. Pelayanan yang diberikan oleh

organisasi kesejahteraan sosial yang telah diakreditasi tentu akan lebih baik

dibandingkan dengan organisasi yang belum terakreditasi oleh Badan Akreditasi

Lembaga Kesejahteraan Sosial.

Adapun salah satu lembaga pelayanan sosial berbasis anak di Sumatera Utara

adalah Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home. Berdirinya Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home ini dilatar belakangi oleh adanya perasaan belas

kasihan yang mendalam atas banyaknya anak-anak yatim piatu dan terlantar di kota

medan. Yayasan Panti Asuhan ELIDA memberikan bimbingan dan pelayanan bagi

anak yatim, piatu, yatim piatu yang kurang mampu, terlantar agar potensi dan

kapasitas belajarnya pulih kembali dan dapat berkembang secara wajar. Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home diharapkan memberikan pelayanan sosial yang

sesuai dengan standar yang telah di tentukan oleh Badan Akreditasi Lembaga

Kesejahteraan Sosial

Universitas Sumatera Utara


Bagan 2.1 Bagan Alur Pemikiran

Kementerian Sosial Republik


Indonesia

Standar Pelayanan Sosial : Standar Keorganisasian :

1. Proses Pelayanan 1. Program

a. Tahap Penerimaan 2. Sumber Daya

b. Tahap Identifikasi dan Assesmen Manusia(SDM)

c. Tahap Perencanaan Intervensi 3. Manajemen dan

Pelayanan Organisasi

d. Tahap Pelaksanaan Pelayanan 4. Sarana dan Prasarana

e. Tahap Terminasi
2. Hasil Pelayanan
a. Ketetapan Sasaran Klien
b. Ketetapan Jumlah dan Data Klien
c. Ketetapan Keluaran Klien

Tujuan dari standar:


Menjamin adanya pelayanan dengan
kualitas tertentu oleh semua LKS yang
melakukan pelayanan

PENERAPAN

Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home Medan


Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


2.5 Definisi Konsep

Konsep adalah istilah khusus yang digunakan para ahli dalam

menggambarkan secara formal fenomena sosial yang akan dikaji. Untuk menghindari

salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek, penelita harus

menegaskan dan membatasi konsep yang akan diteliti. Perumusan definisi konsep

dalam suatu peneliitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah

pengertian atas konsep yang diteliti. Definisi konsep adalah pengertian terbatas dari

suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian (Siagian, 2011: 136-138).

Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefinisikan istilah-

istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan

menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi,

2009: 112). Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan

digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya

sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan

alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

2. Standar Pelayanan Sosial dan Organisasi adalah kriteria-kriteria yang telah

disusun dengan sistematis dan terstruktur untuk mencapai suatu tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

3. Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home adalah panti yang memberikan

pelayanan sosial secara langsung kepada anak yatim, piatu, dan yatim piatu

yang kurang mampu, dan terlantar

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian dilakukan dengan tujuan menggambarkan dan mendeskripsikan objek dan

fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada

dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi

yang berlangsung (Siagian, 2011 :52).

Penelitian kualitatif tidak mewajibkan untuk membuat generalisasi dari

penelitiannya, maka dari itu penelitian kualitatif tidak terdapat adanya populasi dan

sampel (Suyanto, dan Sutinah 2008: 170). Dengan menggunakan tipe penelitian

deskriptif diharapkan penelitian ini mampu menggambarkan kenyataan yang ada

dilapangan khususnya di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home yang

berlokasi di Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung Selamat Medan Sumatera

Utara. Alasan memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian ialah karena merupakan

salah satu tempat untuk memberikan Pelayanan Sosial secara langsung terhadap anak

yatim, piatu, yatim piatu yang kurang mampu, dan terlantar. Peneliti merasa standar

Pelayanan Sosial dan organisasi di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home ini

Universitas Sumatera Utara


penting untuk diketahui oleh banyak orang demi memperbaiki kualitas pelayanan di

panti ini.

3.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang bermanfaat untuk memberikan berbagai

informasi yang diperlukan selama proses penelitian berlangsung. Pada penelitian ini,

penulis tidak menggunakan populasi dan sampel tapi menggunakan subyek penelitian

yang telah tercermin dalam fokus penelitian. Subyek penelitian ini menjadi informan

yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian

(Suyanto, dan Sutinah, 2008: 171). Informan penelitian ini meliputi tiga jenis

informan, yaitu :

1. Informan Utama adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian; Informasi kunci dalam

penelitian ini adalah Kepala Panti Panti Asuhan Elida Children Home

bapak Agus Sunaryo.

2. Informan Kunci adalah mereka yang terlibat langsung dalam penelitian ini

dan mengetahui pelaksanaan program pelayanan yaitu pekerja sosial dan

staf yang bekerja di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home. Pengasuh

anak yaitu ibu Amacun, Wirawati Pangaribuan yang merangkap sebagai

juru masak.

3. Informan Tambahan adalah orang yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang

Universitas Sumatera Utara


diteliti. Anak binaan Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home yakni 5

orang anak binaan bernama Indah, Santa, Sonia, Melisa, Kaleb

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan

data-data dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data melalui buku-buku,

dokumentasi, dan sumber referensi yang menyangkut masalah yang

diteliti.

2. Penelitian Lapangan yaitu mengadakan penelitian ke lokasi untuk

mendapatkan data yang lengkap sesuai dengan masalah yang diteliti.

Dalam penelitian lapangan ini menggunakan beberapa metode, yakni:

a. Diskusi dengan pimpinan dan staf-staf di Yayasan Panti Asuhan

Elida Children Home Medan

b. Observasi, yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang

dilakukan dengan mengamati, mendengar, dan mencatat kejadian

yang menjadi sasaran penelitian.

c. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dimana penelitian dan

responden hadir dalam waktu dan tempat yang sama dalam rangka

memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Siagian, 2011: 211). Dalam penelitian ini, wawancara

yang dimaksud yaitu mengajukan pertanyaan secara tatap muka

Universitas Sumatera Utara


dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang

diperlukan.

d. Studi Dokumentasi, yakni mempelajari dokumen yang relavan.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dimana data yang diperoleh

diklarifikasikan dan digambarkan dengan kata-kata atau kalimat menurut kategori

guna memperoleh kesimpulan. Selanjutnya gejala yang ada dianalisis menggunakan

makna yang bersifat menyeluruh. Dalam analisis kualitatif data yang diperoleh

berupa kata-kata gambaran, dan bukan angka-angka, sehingga dalam hasil laporan

penelitian berisi kutipan-kutipan data, data-data tersebut diperoleh dari hasil

wawancara, catatan laporan, dokumentasi pribadi, dokumen resmi dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Berdirinya Lembaga

Panti Asuhan Elida berdiri dengan cikal bakal 3 orang anak terlantar abang

beradik yang diserahkan kepada bapak Pdt. Domianus dan ibu Sarah Devi. Kemudian

pada bulan berikutnya ada saja anak-anak terlantar yang diserahkan kepada bapak

Pdt. Domianus, sehingga pada usia pernikahan mereka yang baru tiga bulan keluarga

bapak Pdt.Domianus sudah memiliki lima belas orang anak yatim dan anak terlantar.

Awalnya bapak Pdt. Domianus binggung dan bertanya-tanya mengapa orang-orang

tersebut datang kepada keluarga mereka, tetapi bapak Pdt. Domianus tahu bahwa ini

nazar yang pernah bapak Pdt.Domianus janjikan kepada Tuhan ketika masih anak-

anak. Bapak Pdt. Domianus berjanji “Jika nanti aku jadi orang yang berhasil, aku

akan menolong setiap orang yang tidak mampu yang sama seperti aku”.

Bapak Pdt. Domianus menyadari bahwa merawat anak-anak yatim, piatu,

yatim piatu dan terlantar adalah beban dan panggilan Tuhan. Meskipun dengan susah

payah bapak Pdt. Domianus dan ibu Sarah Devi tetap merawat anak-anak. Bapak

Pdt. Domianus yakin Tuhan senantiasa memberikan dan menyediakan jalan keluar

untuk setiap kebutuhan anak-anak setiap harinya.

Bapak Pdt. Domianus adalah seorang anak yatim yang tinggal dengan ibunya

yang selalu merasakan kesusahan dan kesedihan, tetapi di dalam kesusahan dan

kesedihannya bapak Pdt. Domianus merasakan bahwa Tuhan selalu menolong

Universitas Sumatera Utara


keluarganya melalui orang-orang yang berada disekitarnya. Pertolongan yang

diberikan membuat bapak Pdt. Domianus terus berjuang untuk belajar dengan

maksimal memanfaatkan waktu serta fasilitas yang ada. Usaha dan kerja kerasnya

tidak sia-sia karena pada akhirnya bapak Pdt. Domianus menjadi orang yang berhasil,

mampu untuk mencukupi semua kebutuhan keluarganya, bahkan mereka dapat

merawat setiap anak-anak yang diserahkan kepada mereka, membiayai pendidikan

anak binaan dan memenuhi kebutuhan pokok anak-anak binaan tersebut.

Melihat banyaknya jumlah anak yang diasuh, bapak Pdt. Domianus

mendirikan Panti Asuhan ELIDA Children Home. Semakin banyak anak yang diasuh

dan banyaknya rezeki yang diberikan Tuhan akhirnya Pdt. Domianus pun mendirikan

sekolah mulai dari tingakat Play group, Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengah Pertama. Sekolah tersebut pun di berikan nama Yayasan Perguruan

Kristen ELIDA dan sudah mendapatkan no izin operasional dengan nomor

420/4891/PPD/2010. Sekolah ini tidak hanya untuk anak-anak panti saja, tapi di

perbolehkan untuk anak-anak di luar panti.

4.2 Visi dan Misi

Adapun yang menjadi Visi dan Misi Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan adalah sebagai berikut :

Visi: Panti Asuhan ELIDA ingin menjadi panti asuhan yang dipercaya di

lingkungannya dan mempunyai kemampuan financial untuk medidik,

Universitas Sumatera Utara


mengasuh, menanamkan kasih, dan memberikan kehidupan yang layak bagi

para anak asuh.

Misi :

1. Sebagai rumah asuh bagi setiap anak yatim piatu, dengan didikan iman

Kristiani yang terbuka bagi setiap anak yatim piatu di seluruh Indonesia

2. Menanamkan kasih kepada Kristus dan sesama manusia, peka terhadap

lingkungan.

3. Memberikan kehidupan yang ragam kepada anak asuh sebagaimana

orang-tua terhadap anak kandungnya.

4. Memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk mempersiapkan

mereka sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya diseluruh dunia.

E : Evangelistic (Penginjilan)

L : Life (Kehidupan)

I : Inpiration (Inspirasi)

D : Deliverance (Kelepasan)

A : Amen (Amin)

Berdasarkan akronim tersebut maka ELIDA dapat disimpulkan sebagai panti

yang memiliki inspirasi kehidupan dan kelepasan.

Universitas Sumatera Utara


4.3 Struktur Organisasi

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan

Pendiri Yayasan

Kepala Panti

Sekertaris Bendahara

Staf

Adapun tugas masing-masing jabatan pada struktur organisasi Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan adalah sebagai berikut :

Pemilik Yayasan :

a) Bertanggung jawab atas kelangsungan berjalannya panti.

b) Bertanggung jawab atas semua sistem pengelolaan managemen dan semua

anak binaan.

Universitas Sumatera Utara


Kepala Panti :

a) Bertanggung jawab penuh atas seluruh operasional Yayasan Panti Asuhan

ELIDA

b) Mempertanggung jawabkan kepada pimpinan semua keadaan panti

c) Mengkoordinir semua pengurus panti

Sekertaris Panti :

a) Menginventarisir managemen panti

b) Kearsipan dokumen, surat menyurat

c) Menerima tamu yang datang ke panti asuhan

d) Menjalankan sistem administrasi panti

Bendahara Panti :

Mengelola masuk dan keluarnya keuangan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan

Pengasuh Anak :

Melaksanakan fungsinya untuk mengurus anak-anak binaan mulai dari

memberikan perhatian pengawasan, bimbingan, motivasi dan didikan moral dan

etika terhadap anak binaan panti asuhan

Universitas Sumatera Utara


4.4 Gambaran Demografis Anak Binaan

4.4.1 Berdasarkan Usia

Penghuni (anak binaan) Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan berjumlah 20 orang, dan didominasi oleh anak-anak yang berusia 11-15 tahun

yaitu sebanyak 11 orang dapat dilihat melalui tabel berikut ini:

Tabel 4.1 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah Persentase


(orang) (%)
1 6-10 Tahun 6 30
2 11-15 Tahun 11 55
3 16-15 Tahun 3 15

Total 20 100
Sumber Data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

4.4.2 Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebanyak

20 orang, laki-laki 8 orang dan perempuan 12 orang. Dapat dilihat melalui tabel

berikut ini, bahwa penghuni panti didominasi oleh perempuan, yaitu sebanyak 12

orang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.2 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


(Orang) (%)
1 Laki-laki 8 40
2 Perempuan 12 60
Total 18 100
Sumber Data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

4.4.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Anak-anak yang berada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

telah memasuki usia sekolah, mereka disekolahkan pada berbagai tingkat pendidikan.

Dapat dilihat melalui tabel berikut ini

Tabel 4 3 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


(Orang) (%)
1 Taman Kanak-kanak 2 10
2 Sekolah Dasar 8 40
3 Sekolah Menengah Pertama 7 35
4 Sekolah Menengah Atas 3 15
Total : 20 100
Sumber Data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

4.4.4 Berdasarkan Kelengkapan Orangtua

Anak binaan yang ditampung di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home adalah anak yatim, piatu, yatim piatu, dan memiliki orangtua lengkap.

Universitas Sumatera Utara


Sebagian dari mereka masih memiliki orangtua namun keadaan yang membuat

orangtua tidak memungkinkan untuk merawat dan membesarkan anaknya, sehingga

tidak dapat memenuhi kebutuhan anak dengan layak, seperti terlihat pada tabel di

berikut ini :

Tabel 4.4 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Berdasarkan Kelengkapan Orangtua

No Status Jumlah Persentase


(Orang) (%)
1 Yatim 2 10
2 Piatu 2 10
3 Yatim Piatu 3 15
4 Orangtua Lengkap 13 65
Total : 20 100
Sumber Data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

4.4.5 Berdasarkan Suku Bangsa

Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home berasal dari

berbagai suku, ada yang berasal dari Nias, Batak, Aceh. Ini dapat dilihat melalui

tabel di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.5 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Berdasarkan Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah Persentase


(Orang) (%)
1 Nias 5 25
2 Batak 12 60
3 Aceh 1 5
4 Jawa 2 10
Total : 20 100

Sumber data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

4.4.6 Berdasarkan Tahun Masuk Panti

Anak-anak yang berada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home jika

dilihat dari tahun masuk ke panti asuhan bervariasi mulai dari tahun 2005-2017, ini

dapat dilihat melalui tabel di bawah ini :

Tabel 4.6 Distribusi Anak Binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Berdasarkan Tahun Masuk Panti

No Tahun Masuk Panti Jumlah Persentase


(Orang) (%)
1 2005 1 5
2. 2006 2 10
3 2007 1 5
4 2008 4 20
5 2009 3 25
6 2010 2 10
7 2012 2 10
8 2013 1 5
9 2016 2 10

Universitas Sumatera Utara


10 2017 2 10
Total : 20 100
Sumber data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

4.5 Persyaratan Menjadi Anak Binaan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home

Adapun yang menjadi syarat yang harus dipenuhi sebelum menjadi anak

binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA dalah sebagai berikut :

1. Memiliki identitas yang jelas (di buktikan dengan adanya akte kelahiran, kartu

keluarga)

2. Surat Baptis (bagi yang beragama Kristen)

3. Rekomendasi dari lurah atau camat tempat dimana berdomisili sebelumnya

4. Wali Anak (sipengantar) membuat surat pernyataan di atas segel atas

penyerahan anak kepada Yayasan Panti Asuhan ELIDA

5. Status Anak

6. Diijinkan memberikan sesuatu kepada anak binaan berupa benda, kecuali

uang bagi anak kecil.

Universitas Sumatera Utara


4.6 Sarana dan Prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan

No Nama Bangunan Jumlah


(Unit)
1 Aula 1
2 Asrama Putera 1
3 Asrama Puteri 3
4 Ruang Santai 1
5 Gudang 1
6 Tempat Tinggal Kepala Panti 1
7 Pos Jaga 1
8 Kantor 3
(kantor panti, kantor kepala sekolah, kantor
para guru)
9 Gereja 1
10 Dapur dan ruang makan 1
11 Sekolah Yayasan Perguruan Kristen ELIDA 1
12 Lapangan Luas 1
Sumber data: Hasil observasi dan Kantor Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan, 2017

4.7 Program-program kesejahteraan yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home terhadap anak binaan

Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home merupakan suatu badan atau

lembaga sosial, yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak binaan.

Universitas Sumatera Utara


Adapun program-program kesejahteraan yang dilakukan yaitu: pemenuhan kebutuhan

pokok, pendidikan, dan pembinaan rohani.

4.7.1 Pemenuhan kebutuhan pokok

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga subtitusi

keluarga yang melaksanakan peran orang tua untuk mengasuh dan mendidik anak,

terutama dalam hal :

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

b. Anak-anak yang ada di panti sangat membutuhkan perhatian dan kasih

sayang dari pihak panti asuhan karena kebutuhan ini merupakan kebutuhan

yang mendasar.

4.7.2 Bidang Pendidikan

Dalam hal ini bidang pendidikan yang dimaksudkan adalah bidang pendidikan

formal anak binaan. Anak binaan yang berada di panti asuhan ELIDA ini dimasukan

keberbagai jenis sekolah dan tingkatan pendidikan yang sesuai dengan usianya

dimulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, Sekolah Menengah Atas. Untuk anak binaan yang duduk di bangku SMA,

sekolah di luar Yayasan Perguruan Kristen ELIDA karena Yayasan Perguruan

Kristen ELIDA hanya ada untuk Play Group, Taman Kanak-kanak, SD, SMP, tetapi

untuk semua biaya di tanggung oleh pihak panti.

Universitas Sumatera Utara


4.7.3 Pembinaan Rohani

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga yang berada

di bawah suatu naungan satu agama, yakni Kristen maka pembinaan rohani yang

diterapkan bagi anak-anak binaan yang ada di panti ini adalah ajaran Kristen yaitu

kharismatik. Pembinaan ini diterapkan melalui kebaktian yang dilaksanakan 3x sehari

yakni:

a. Kebaktian subuh bersama pada pukul 05.00 WIB

b. Kebaktian kelompok pada pukul 15.00 WIB

c. Kebaktian bersama pada pukul 17.00 WIB.

Kebaktian ini meliputi :

a. Acara menyanyikan lagu pujian penyembahan,

b. Berdoa bersama

c. Pembacaan alkitab

d. Renungan firman Tuhan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan

menggunakan teknik analisis deksriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan

dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa

dan pengalaman penting dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-

data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara

mendalam dengan informan.

Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga

karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk

menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk

melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan

hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.

Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan Utama, informan

Kunci, dan informan tambahan. Informan Utama adalah Kepala Panti Panti Asuhan

Elida Children Home bapak Agus Sunaryo. Informan Kunci terdiri dari 2 orang

pengasuh anak yaitu ibu Amacun, dan ibu Wirawati Pangaribuan yang merangkap

sebagai juru masak, sedangkan informan Tambahan terdiri dari yakni 5 orang anak

binaan bernama Indah, Santa, Melisa, Sonia, Kaleb. Lokasi dari Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan ini berlokasi di Jalan Flamboyan Raya IV-A

nomor 2 Tanjung Selamat Medan Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara :

1. Terlebih dahulu peneliti mendatangi Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan dan bertemu dengan kepala panti untuk meminta izin melakukan

penelitian.

2. Setelah mendapatkan izin penelitian dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan, peneliti mengurus surat izin penelitian ke bagian pendidikan

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

3. Setelah selesai surat yang dikeluarkan bagian pendidikan Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara, maka peneliti kembali ke Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan untuk mengantar surat.

4. Kemudian pihak Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

memberikan surat balasan, dengan memperbolehkan peneliti melakukan penelitian

di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan dengan syarat dan

ketentuan yang berlaku.

5. Setelah itu peneliti langsung melakukan pengumpulan data melalui wawancara dan

observasi selama melakukan penelitian.

6. Peneliti terbantu dengan bantuan kepala Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan dan para pengasuh yang sangat kooperatif ketika memberikan

informasi sesuai dengan kebutuhan penelitian di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan pada saat melakukan wawancara. Kepala Yayasan panti

Universitas Sumatera Utara


juga membantu dalam mengarahkan para pengasuh anak dan anak binaan agar

mau meluangkan waktunya untuk membantu menjawab pertanyaan.

7. Peneliti memberikan pengarahan dan menjelaskan maksud dan tujuan diadakannya

wawancara kepada informan yakni para pengasuh anak dan anak binaan.

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Utama

Nama : Agus Sunaryo

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Jabatan :Kepala Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan

Riwayat Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

Agama : Kristen Protestan

Suku : Jawa

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Bapak Agus Sunaryo adalah kepala di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan. Bapak Agus belum lama bertugas di Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan. Beliau mulai bertugas pada bulan Agustus 2016, sebelum

bekerja sebagai kepala panti, Bapak Agus bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil bagian

kesehatan di Manokwari Papua selama 14 tahun 7 bulan. Alasan beliau

Universitas Sumatera Utara


mengundurkan diri dari PNS dikarenakan panggilan pelayanan, dari pelayanan-

pelayanan tersebut membawa Bapak Agus untuk melayani di kota Medan.

Kebetulan di Medan bapak Agus memiliki sahabat sepelayanan yaitu bapak

Pdt. Domianus. Bapak Pdt. Domianus pun menyarankan agar Bapak Agus

menggembalakan gereja yang ada di dalam Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan dan meminta Pak Agus untuk tinggal di dalam panti sekaligus mau

menggantikan tugas bapak Pdt. Domianus dalam mengurus dan mengawasi panti,

karena bapak Pdt. Domianus dan keluarga harus pindah ke Jakarta dikarenakan tugas.

Selama Bapak Agus tinggal di panti dan menjabat sebagai kepala panti, Bapak

Agus sudah diajarkan oleh Bapak Pdt.Domianus bagaimana cara penerimaan anak

binaan. Berikut penuturan dari Informan Utama:

“Cara penerimaan anak yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan Elida Children

Home Medan yaitu berdasarkan survey atau investigasi lapangan untuk

memastikan dari semua pihak bahwa anak ini bukan anak bermasalah dalam arti

diperjualbelikan dan memang benar anak tersebut membutuhkan perhatian, perlu

untuk dibantu, diasuh, dididik, dan dibesarkan”.

Setelah dilakukan survey dan investigasi pada waktu penyerahan anak

orangtua atau wali yang menggantar anak ke panti harus membawa surat kelengkapan

seperti :

1) Memiliki identitas yang jelas (di buktikan dengan adanya akte kelahiran,

kartu keluarga),

2) Surat Baptis (bagi yang beragama Kristen),

Universitas Sumatera Utara


3) Rekomendasi dari lurah atau camat tempat dimana berdomisili

sebelumnya,

4) Status anak

5) Orangtua atau wali anak (sipengantar) membuat surat pernyataan di atas

segel atas penyerahan anak kepada Yayasan Panti Asuhan Elida.

Prosedur penerimaan anak binaan yang berlaku di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan ada yang sifatnya rujukan dari Dinas Sosial, biasanya

semua keperluan administrasi pihak Dinas Sosial yang melengkapi kemudian

diserahkan kepada pihak panti tetapi ada juga yang sifatnya secara langsung, dimana

mereka mendatangi panti untuk menyerahkan anak mereka dengan latar belakang

keadaan orangtua yang tidak mampu. Secara ekonomi tidak mampu lagi untuk

membiayai dan membesarkan anak mereka, tapi tetap diinvestigasi dan disurvei

kebenerannya sehingga nanti tidak mencederai anak dan tidak menyalahi aturan

pengolahan panti.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Utama:

“Seperti yang kita ketahui jugakan akhir-akhir ini banyak penyalahgunaan,

entah itu anak ternyata hasil jual beli dan dilimpahkan kepada pihak panti,

yang jelas kami menerima anak-anak murni tanpa ada masalah atau sindikat

kejahatan, kami menghindari itu”.

Penetapan kontrak pelayanan dilakukan oleh orangtua, keluarga atau wali

anak untuk melakukan kesepakatan dan menandatangani atau bertanggung jawab

dalam arti menyerahkan sepenuhnya pengasuhan anak kepada pihak panti dan apabila

anak tersebut tidak patuh dan tidak mengikuti peraturan secara terpaksa dipulangkan

Universitas Sumatera Utara


kepada pihak keluarga, maka keluarga tersebut bersedia lagi menerima anak tersebut,

karena panti memiliki tanggung jawab untuk membesarkan anak bukan secara fisik

saja tapi secara intelegensi dan moralitas. Kesepakatan tersebut dibuat supaya

keluarga tetap mau menerima anak.

Riwayat sosial selalu dibuat oleh pihak Yayasan Panti tapi dijadikan catatan

pribadi sebagai kelengkapan pribadi. Riwayat sosial yang dibuat pihak panti yaitu

data-data murni tentang latar belakang keluarga yang diperoleh dari hasil survey dan

surat kelengkapan data yang dibawa oleh keluarga atau wali.

Berikut hasil wawancara dengan Informan Utama:

“Riwayat sosial akan diberikan hanya apabila dibutuhkan untuk kepentingan

tertentu, sebagai contoh ketika sudah tamat sekolah kemudian anak

memutuskan untuk bekerja atau meneruskan pendidikannya, itukan pasti

dibutuhkan latar belakang anak. Riwayat sosial kami buat bukan untuk

mempromosikan anak untuk mendatangkan donatur tetapi itu sifatnya rahasia

dan hanya diberikan ketika dibutuhkan”.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan juga membuat

dokumen riwayat kasus anak. Catatan kasus klien disimpan baik oleh Yayasan.

Catatan kasus tersebut akan dijadikan bukti jika suatu saat nanti anak tersebut tidak

patuh dan tidak mengikuti peraturan secara terpaksa dipulangkan kepada pihak

keluarga, maka keluarga tersebut harus bersedia menerima anak tersebut, karena

sudah melakukan perjanjian dengan pihak Yayasan.

Proses pengambilan keputusan ketika anak pertama kali memasuki Yayasan,

setelah dilakukan survey dan investigasi sesuai dengan persyaratan Yayasan, maka

Universitas Sumatera Utara


anak langsung diterima sebagai anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA. Yayasan

memiliki persyaratan untuk orangtua, keluarga atau wali yang membawa anak ke

Yayasan Panti Asuhan ELIDA sesudah anak diterima dipanti. Persyaratan itu antara

lain:

1) Selama beberapa bulan anak tinggal dipanti, dilihat perkembangan anak jika

perkembangannya semakin buruk secara mental karena terpisah dari keluarga

aslinya mau tidak mau harus dipulangkan. Tujuannya jangan sampai anak

mengalami depresi

2) Tujuan dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan yaitu

medidik, mengasuh, menanamkan kasih, dan membesarkan anak secara baik,

tetapi jika tingkahlaku dan kepribadian anak dari awal masuk panti tidak bisa

mengikuti peraturan yang dibuat, maka orangtua, keluarga atau wali harus

mengambil anaknya kembali.

3) Apabila anak yang diserahkan kepada pihak panti cepat beradaptasi dan bisa

mengikuti peraturan yang diberikan, maka anak boleh untuk tinggal dipanti

Proses perencanaan intervensi yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home medan, berlaku untuk semua anak binaan.

Berikut hasil wawancara dengan Informan Utama:

Semua anak binaan yang tinggal dipanti diwajibkan mengikuti semua

peraturan yang telah dibuat pihak panti. Semua anak binaan mempunyai hak

dan kewajiban yang sama di panti, mereka juga memiliki kewajiban untuk

sekolah, melaksanakan tugas harian, dan mengikuti ibadah-ibadah yang ada

Universitas Sumatera Utara


di panti. Setiap kelompok sudah memiliki tugasnya masing-masing dan tugas

tersebut ditukar setiap minggunya”.

Pengasuh anak juga memberikan tanggungjawab kepada anak panti yang

sudah dewasa untuk membantu dan mengarahkan adik-adiknya masih kecil. Hal ini

tidak terlepas dari pengawasan, pengamatan, dan perhatian dari pihak pengasuh.

Pada tahap pelaksanaan pelayanan dilakukan tinjau ulang (reviu) berkala

perkembangan perubahan klien dan perkembangan kasus atau masalah klien. Melihat

apakah anak binaan mengikuti dan melaksanakan semua peraturan yang diberikan

atau mungkin tidak peduli dengan peraturan yang berlaku. Setiap minggu bahkan

setiap harinya kepala panti dan pengasuh anak melihat perkembangan budi pekerti

anak binaan, intelektualnya, bahkan kesehatannya tetap menjadi perhatian. Terakhir

dilakukan temu bahas kasus (case conference).

Mengenai proses pelaksanaan kegiatan rutin di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home, dibuatkan jadwal kegiatan harian. Adapun kegiatan sehari-hari anak-

anak binaan yang ada di Yayasan Panti Asuhan ElLIDA Children Home adalah

sebagai berikut :

Tabel 5.1 Jadwal Pelayanan Anak Binaan di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan

No. Hari Waktu Kegiatan Pembimbing/


(WIB) Petugas
1 Senin- 05.00 Bangun pagi, kebaktian subuh Ibu Amacun dan Ibu
jumat bersama, mengerjakan tugas Wirawati
rutin seperti membersihkan
kamar tidur dan sarapan
2 Senin- 07.00 Berangkat ke sekolah

Universitas Sumatera Utara


jumat
3 Senin- 13.15 Setelah pulang sekolah, ganti
jumat baju
4 Senin- 14.00 Makan Siang dan jika ada Ibu Wirawati
Jumat undangan yang berkunjung
5 Senin- 15.00 Melaksanakan/ mengerjakan Ibu Wirawati
sabtu tugas yang sudah di bagi oleh
pengasuh anak seperti
membersihkan dapur, kamar
mandi, aula, ruang makan,
halaman panti dan sebagainya.
Sebagian doa
bersama/kelompok sesuai
dengan jadwal masing-masing
yang sudah ditentukan oleh
pengasuh panti.
6 Senin- 16.00 Bermain bersama dan mandi
jumat sore
7 Senin- 17.00 Kebaktian Sore Bapak Agus
jumat
8 Senin- 19.00 Makan malam, belajar Ibu Amacun
jumat
9 Sabtu Waktu bebas
10 Minggu 10.00 Ibadah Gereja Bapak Agus
11 Senin- 21.00 Tidur malam
minggu
Sumber data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

Tahap terminasi adalah tahap penghentian pelayanan bagi anak binaan agar

anak binaan mampu mandiri dalam keberfungsian sosialnya. Berikut hasil wawancara

penulis dengan Informan Utama:

“Batasan anak binaan tinggal di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home

Medan, selama anak tersebut masih berstatus mengenyang pendidikan.

Diharapkan kalau memang sudah selesai sekolah maksimal setingkat

perkuliahan, anak harus bisa menentukan pilihan masa depannya. Yayasan

berhak mengeluarkan anak binaan apabila anak yang diasuh sudah tidak lagi

Universitas Sumatera Utara


mau memenuhi segala ketentuan aturan yang ditetapkan oleh Yayasan.

Contohnya jika anak binaan melakukan tindakan perbuatan di luar dari pada

hal yang wajar yaitu mencuri berulang-ulang kali, tidak mau sekolah lagi

walaupun sudah dibujuk dengan berbagai cara, dan diberikan tindakan

disiplin yang lebih tegas tetap tidak mau, apa boleh buat kami harus

melakukan pemutusan. Kami tidak mungkin mau memelihara anak ini yang

nanti malah justru bisa menjadi virus bagi anak lainnya. Ataupun memang

anak keluar berdasarkan keinginannya sendiri, karena sudah rindu dengan

keluarganya dan merasa jenuh tinggal dipanti. Sehingga anak menghubungi

keluarganya dan akhirnya dari pihak keluarga yang bertanggungjawab

selanjutnya terhadap anak tersebut”.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan memiliki sasaran

pelayanan yakni anak yatim atau piatu terlantar, anak jalanan, anak dari keluarga

miskin, dan anak terpisah dari orangtuanya. Adapun yang dimasud dengan anak

yatim atau piatu (anak dengan orangtua tunggal) adalah mereka yang hidup dengan

hanya orang tua dan orang tua satunya diketahui meninggal atau tidak mampu

mengasuh anak itu. Anak terlantar adalah 1). Menurut UU No. 4 Tahun 1979

tentang Kesejahteraan Anak adalah anak yang karena suatu sebab orang tuanya

melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi secara

wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. 2). Menurut UU No. 23 Tahun 2002

anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual,

maupun sosial.

Universitas Sumatera Utara


Anak dari keluarga miskin adalah Keluarga yang tidak mempunyai sumber

mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan pokok

yang layak bagi kemanusiaan atau keluarga yang mempunyai mata pencaharian,

tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.

Adapun kriteria yang harus dimiliki dari ketetapan sasaran yaitu:

1. Usia 0-22 Tahun

2. Memiliki identitas yang jelas (di buktikan dengan adanya akte kelahiran, kartu

keluarga)

3. Surat Baptis (bagi yang beragama Kristen)

4. Rekomendasi dari lurah atau camat tempat dimana berdomisili sebelumnya

5. Wali Anak (sipengantar) membuat surat pernyataan di atas segel atas

penyerahan anak kepada Yayasan Panti Asuhan Elida

6. Status Anak

Berdasarkan sumber data dari Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home

dan observasi yang dilakukan peneliti jumlah anak binaan keseluruhan tahun 2017

adalah 20 orang. Dengan perincian jumlah anak laki-laki adalah delapan orang dan

perempuan adalah dua belas orang. Berdasarkan tingkat pendidikannya jumlah anak

binaan yang duduk dibangku Taman Kanak-kanak sebanyak dua orang, jumlah anak

binaan yang duduk dibangku Sekolah Dasar sebanyak delapan orang, jumlah anak

binaan yang duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama sebanyak tujuh orang, dan

jumlah anak binaan yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas sebanyak tiga

orang. Inilah data-data dari anak binaan yang dilayani di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan yang dapat dilihat dari tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2 Data Anak Binaan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan

No Nama Jenis Kelamin Usia Agama Tingkat


(Tahun) Pendidikan
1 Melkizeden Jebua Laki-laki 10 Kristen Protestan SD
2 Jhones Anugerah Laki-laki 11 Kristen Protestan SD
3 Kaleb Samuel Laki-laki 12 Kristen Protestan SD
4 Destin Laia Perempuan 10 Kristen Protestan SD
5 Sonia Sihotang Perempuan 11 Kristen Protestan SD
6 Fitriyani Nasution Perempuan 7 Kristen Protestan SD
7 Josua Ginting Laki-laki 10 Kristen Protestan SD
8 Mita Dindasari Perempuan 15 Kristen Protestan SD
9 Rachel Dewi Perempuan 12 Kristen Protestan SMP
10 Lisbra Dumasari Perempuan 14 Kristen Protestan SMP
Sihotang
11 Melisa Halawa Perempuan 15 Kristen Protestan SMP
12 Santa Sihotang Perempuan 14 Kristen Protestan SMP
13 P. Carolina Ruth Perempuan 14 Kristen Protestan SMP
14 Aldrian Fidel Laki-laki 14 Kristen Protestan SMP
15 Yosua Fransisco Laki-laki 13 Kristen Protestan SMP
Hutabarat
16 Santi Simare- Perempuan 17 Kristen Protestan SMA
mare
17 Restina Laia Perempuan 17 Kristen Protestan SMA
18 Indah Sari Perempuan 16 Kristen Protestan SMA
Hutabarat
19 Rido Tumanggos Laki-laki 7 Kristen Protestan TK
20 Rado Tumanggos Laki-laki 6 Kristen Protestan TK
Sumber data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

Pencapaian perubahan perilaku dan kemampuan (peningkatan) aksesibilitas

anak binaan atau penerima manfaat adalah tujuan yang diharapkan oleh Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Berikut hasil wawancara penulis

dengan kepala Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan terkait anak

binaan yang ditangani selama ini. Berikut penuturan Informan Utama:

Universitas Sumatera Utara


“Yang kami harapkan setelah mereka mendapatkan program-program

tersebut mereka sudah bisa mencintai dirinya sendiri. Jika anak sudah bisa

mengerti dan sudah bisa untuk mencintai dirinya sendiri, sahabatnya, teman

sepantinya dan sudah bisa menghargai pengurus pantinya sebagai peganti

orangtua mereka atau keluarga mereka itulah yang kami harapkan bisa

terwujud. Tetapi sejauh ini kami masih mengalami kendala seperti itu, karena

proses pembentukan karakter anak itu tidak mudah membutuhkan waktu yang

cukup panjang, penuh kesabaran yang sangat luar biasa karena walaupun

bagaimana anak-anak binaan masih belum menemukan jati diri

sesungguhnya. Kami masuk dengan cara apapun pasti akan terjadi

penolakan, karena dia belum mengenal siapa dirinya, tapi kalau dia sudah

bisa mengenal siapa dirinya sebenarnya kemudian kita memberikan

pengertian bahwa keadaan kamu di sini diterima dengan penuh kasih, kamu

dianggap seperti anak sendiri. Kami tetap berharap kedepan semua anak-

anak binaan bisa mengenali dirinya sendiri. Selama saya berada disini 6

bulan, masih belum saya lihat sesuatu yang bisa mengarahkan untuk

keharapan itu. Ini yang memang benar-benar menjadi pergumulan kami,

menjadi tantangan buat kami”.

Menurut Bapak Agus cara pembentukan atau perumusan visi dan misi

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan yaitu berdasarkan kebenaran

firman Tuhan, jadi berdasarkan kasih itulah maka mulai terwujud Visi Misi itu.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Utama:

Universitas Sumatera Utara


“Perumusan Visi dan Misi saya fikir pendirinya dulu, Dia meletakkan dasar-

dasar pendirian Visi dan Misi itu didasari dari latar belakang kasih.

Berdasarkan kebenaran firman Tuhan, jadi berdasarkan kasih itulah maka

mulai terwujud Visi Misi itu. Untuk bagaimana mendirikan Yayasan ini yang

orientasinya adalah untuk sebuah Yayasan sosial yang didalamnya tentunya

tetap mengacu kepada bagaimana memfasilitasi setiap anak-anak asuh yang

akan menjadi anak binaan di dalam panti. Jadi yang mendasari itu bersumber

dari kebenaran firman atas dasar kasih”.

Adapun yang menjadi Visi dan Misi Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan adalah sebagai berikut :

Visi: Panti Asuhan ELIDA ingin menjadi panti asuhan yang dipercaya di

lingkungannya dan mempunyai kemampuan financial untuk medidik,

mengasuh, menanamkan kasih, dan memberikan kehidupan yang layak bagi

para anak asuh.

Misi:

1. Sebagai rumah asuh bagi setiap anak yatim piatu, dengan didikan iman

Kristiani yang terbuka bagi setiap anak yatim piatu di seluruh Indonesia

2. Menanamkan kasih kepada Kristus dan sesama manusia, peka terhadap

lingkungan.

3. Memberikan kehidupan yang ragam kepada anak asuh sebagaimana

orang-tua terhadap anak kandungnya.

Universitas Sumatera Utara


4. Memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk mempersiapkan

mereka sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya diseluruh dunia.

E : Evangelistic (Penginjilan)

L : Life (Kehidupan)

I : Inpiration (Inspirasi)

D : Deliverance (Kelepasan)

A : Amen (Amin)

Jenis program yang dilaksanakan oleh Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan adalah program kesejahteraan anak yatim atau piatu, anak

terlantar, anak dari keluarga miskin, dan anak jalanan. Maka Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan memiliki jenis program pelayanan sosial bagi anak

yatim atau piatu, anak terlantar, anak dari keluarga miskin, dan anak jalanan.

Tentu agar terlaksananya visi dan misi lembaga maka adanya program yang

harus dijalankan. Adapun cakupan program yang dilaksanakan oleh Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan yakni :

1) Pemenuhan kebutuhan pokok

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga subtitusi

keluarga yang melaksanakan peran orang tua untuk mengasuh dan mendidik

anak, terutama dalam hal :

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Universitas Sumatera Utara


b. Anak-anak yang ada di panti sangat membutuhkan perhatian dan kasih

sayang dari pihak panti asuhan karena kebutuhan ini merupakan

kebutuhan yang mendasar.

2) Bidang Pendidikan

Dalam hal ini bidang pendidikan yang dimaksudkan adalah bidang pendidikan

formal anak binaan. Anak binaan yang berada di panti asuhan ELIDA ini

dimasukan keberbagai jenis sekolah dan tingkatan pendidikan yang sesuai

dengan usianya dimulai dari Play Group, Taman Kanak-kanak, Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas. Untuk anak

binaan yang duduk di bangku SMA, sekolah di luar Yayasan Perguruan

Kristen ELIDA karena Yayasan Perguruan Kristen ELIDA hanya ada untuk

Play Group, Taman Kanak-kanak, SD, SMP, tetapi untuk semua biaya di

tanggung oleh pihak panti.

3) Pembinaan Rohani

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga yang berada

di bawah suatu naungan satu agama, yakni Kristen maka pembinaan rohani

yang diterapkan bagi anak-anak binaan yang ada di panti ini adalah ajaran

Kristen yaitu kharismatik. Pembinaan ini diterapkan melalui kebaktian yang

dilaksanakan 3x sehari yakni:

a. Kebaktian subuh bersama pada pukul 05.00 WIB

b. Kebaktian kelompok pada pukul 15.00 WIB

c. Kebaktian bersama pada pukul 17.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Kebaktian ini meliputi :

a. Acara menyanyikan lagu pujian penyembahan,

b. Berdoa bersama

c. Pembacaan alkitab

d. Renungan firman Tuhan.

Setiap cakupan program yang dibuat oleh Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home saat ini dijalankan bagi 20 orang anak binaan.

Pemenuhan kebutuhan pokok, setiap hari anak binaan diberikan pemenuhan

makan 3 kali sehari yaitu pagi, siang dan sore bahkan kadang lebih dari itu.

Anak binaan diberikan pemenuhan makan 3 kali sehari bahkan kadang lebih

dari itu, karena ada juga perhatian dari pihak luar dengan memberikan

makanan-makanan siap saji. Untuk kebutuhan sandang anak-anak binaan

disediakan pakaian masing-masing ada baju untuk seragam sekolah, ada baju

untuk beribadah sendiri dan ada pakaian sehari-hari.

Kebutuhan papan untuk anak binaan Yayasan Panti Asuhan Elida Children

Home Medan diberikan ruangan khusus. Pemberian perhatian dan kasih sayang yang

diberikan kepada anak binaan sama seperti perhatian dan kasih sayang yang diberikan

kepada anak sendiri. Berikut Penuturan Informan Utama:

“Kebutuhan papan untuk anak binaan diberikan ruangan khusus, seperti

ruang kamar untuk perempuan dan ruang kamar untuk laki-laki dipisah.

Pemberian perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada anak binaan

sama seperti perhatian dan kasih sayang yang diberikan kepada anak

sendiri”.

Universitas Sumatera Utara


Pihak panti memberikan pendidikan formal kepada semua anak binaan. Semua

anak binaan di sekolahkan di Yayasan Perguruan Kristen ELIDA. Untuk anak SMA

sekolah di luar panti, semua biaya ditanggung oleh pihak panti.

“Pihak Yayasan Panti Asuhan ELIDA memfasilitasi anak binaan dari play-

group hingga perguruan tinggi, semua biaya ditanggung oleh pihak yayasan”.

Pembinaan rohani yang dilaksanakan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA yaitu

tiga kali sehari.

Berikut Wawancara Penulis dengan Informan Utama:

“Kebaktian subuh bersama pada pukul 05.00 WIB, kebaktian kelompok pada

pukul 15.00 WIB dan kebaktian bersama pada pukul 17.00 WIB”.

Dalam proses pelayanan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan mendapat dukungan dari pihak lain baik perseorangan, maupun kelompok .

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Utama:

“Kami selalu dapat bantuan dalam bentuk apapun bahan pokok makanan,

supermie, pakaian seragam sekolah anak-anak, baju bermain, sepatu sekolah,

alat tulis,kipas angin dan sebagainya. Relawan-relawan yang datang enggak

rutin silih berganti. Beberapa bulan ini kami mendapatkan bantuan besar

merenovasi kamar perempuan. Itu menurut kami suatu bantuan sangat besar,

mereka langsung memberikan dalam bentuk pekerjaan fisik jadi mereka

siapkan bahannya, mereka siapkan tenaga kerjanya. Kami tidak menerima

dalam bentuk uang tunai, mereka mensurvey tempat kemudian setelah

berkordinasi dengan saya mereka membuat kesepakatan dan mengerjakan

sesuai lokasi yang kita ditentukan”.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Informan Utama ada satu program yang perlu ditingkatkan yaitu

pembinaan rohani karena masih banyak anak binaan yang tidak memiliki

pendisplinan moral. Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Utama:

“Saya pikir program yang perlu ditingkatkan itu pembinaan rohani, karena

kami tidak mengalami suatu kendala untuk pemenuhan dasar seperti sandang,

pangan, dan papan. Kami tidak menemukan suatu masalah karena itu

tercukupi dan terpenuhi secara baik. Pendidikan sekolah mereka juga layak

dan lancar, terpenuhi secara baik juga. Hanya yang memang menjadi

tantangan kami ini sampai saat ini ya pendisplinan pendidikan secara moral.

Ini yang paling penting karena bagaimana karakter mereka bisa terbentuk

secara baik dan akhirnya bisa menghasilkan anak-anak yang memiliki

karakter yang positif yang lebih baik. Itulah yang menjadi PR kita terus

menerus setiap waktu. Walaupun mereka ada ibadah rutin tetapi sejauh ini

kegiatan itu yang saya lihat masih sebatas rutinitas, belum begitu masuk

kedalam hati mereka dan dari hasil pengamatan yang kami dapati dan kami

temui dari analisa kami kenapa ini bisa terjadi, perlu kita ketahui bahwa anak-

anak ini berasal dari latar belakang berbeda-beda, kemudian bagi mereka

kehidupan mereka itu adalah kehidupan yang tidak ada harganya artinya

terbuang dari keluarga. Buktinya walaupun mereka masih mempunyai

keluarga kenapa mereka ditaro dipanti ini. Hal-hal inilah yang masih melukai

hati mereka, sehingga mereka masih sulit menerima seseuatu hal yang baik.

Ini agak menjadi sedikit kendala bagi kami. Jadi kesulitan yang kami hadapi

yaitu itu pembinaan mental spiritual melalui kerohanian. Itulah yang kami

Universitas Sumatera Utara


anggap masih kurang, walaupun demikian kami tidak tinggal diam terus kita

upayakan berbagai macam cara. Sampai akhirnya mereka bisa terbentuk dari

pembinaan itu”.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama melakukan PKL memang

anak-anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home susah untuk diatur.

Mereka menjalankan tugas yang ada karena terpaksa, mereka melakukan tidak

dengan sepenuh hati. Terkadang harus dimarahi atau diteriaki dahulu baru

menjalankan kewajibannya. Sudah beberapa tahun tinggal di panti tapi anak binaan

belum memiliki kesadaran diri.

Selain masih ada program yang perlu ditingkatkan, Sumber Daya Manusia di

Yayasan Panti Asuhan Elida terbatas, ini dikarenakan pihak Yayasan tidak dapat

mengaji banyak pengurus panti. Adapun jenis dan jumlah SDM yang tersedia di

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan dapat dilihat melalui tabel

berikut:

Tabel 5.3 Distribusi SDM di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan berdasarkan fungsinya

No Jenis SDM Full Part Tetap Tidak Jumlah


Time Time Tetap (Orang)
1 Kepala Panti √ 1
2 Sekertaris √ 1
3 Bendahara √ 1
4 Pengasuh √
1
Anak
Jumlah 5
Sumber data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Sumber Daya Manusia di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan berdasarkan pendidikan yakni Sekolah Menengah Pertama 1 orang,

Sekolah Menengah Atas 2 orang, Sarjana Muda sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil

data yang diperoleh penulis dari wawancara dengan kepala Yayasan dapat dilihat

bahwa SDM yang telah tersedia sangat belum mencukupi kebutuhan untuk

menangani klien di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Hal ini

dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 5.4 Penilaian Kecukupan Jumlah SDM dalam Menangani Anak Binaan

di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

No Jenis SDM Cukup Kurang Lebih


1 Kepala Panti √
2 Sekertaris √
3 Bendahara √
4 Pengasuh Anak √
Sumber data : Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan, 2017

Berikut hasil wawancara penulis dengan kepala Yayasan:

“Sumber Daya Manusia yang tersedia sangat belum mencukupi untuk

menangani anak binaan, karena kalau kita liat jumlah anak kurang lebih 20

orang sementara kami yang ada hanya beberapa, tarulah 5 orang. Lima orang

ini yang betul betul jadi pengasuh 3 orang, kalau kita pecah berarti satu orang

mengurus enam tujuh anak. Ini masih sangat dirasakan kurang, dan ini sangat

tidak rasional, tidak pas. Paling tidak satu orang bisa menghandel 2 atau

paling banyak 3 anak yang ada dipengawasan dia, dan ini paling tidak bisa

efektif. Jadi dengan jumlah pengurus yang hanya segitu kami rasa sangat-

Universitas Sumatera Utara


sangat kurang. Tetapi yang menjadi masalah juga bukannya kami tidak mau

menambah, kami punya kerinduan kalau bisa ada yang betul-betul mau fokus,

sejauh ini tidak ada, kalaupun kami mau menggambil orang untuk menjadi

penggurus tetap itu juga butuh biaya, bagaimana pengajian mereka paling

tidak minimal kita gajikan menggunakan standar UMR, itu yang masih

menjadi kendala bagi pihak yayasan panti ini. Sehingga dari pertimbangan-

pertimbangan itu kami tetap mengupayakan berjalan dengan kemampuan yang

ada”.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa memang jumlah

tenaga yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sangat kurang,

dimana ada satu orang pengasuh anak harus merangkap menjadi tukang masak.

Terkadang peneliti melihat pengasuh anak kerepotan dalam mengurus anak anak

binaan, dan disini peneliti melihat kepala panti juga ikut terjun langsung dalam

menggurus anak-anak binaan. Peneliti melihat pengasuh anak lebih terfokus

menggurus anak perempuan, dibandingkan anak laki-laki.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan tercatat pada akta

notaris Nyonya Elprieda Tamalan Pangabean Sitanggang no 62 tanggal 29 Juli 1989.

Semenjak itu Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan resmi berdiri

untuk membantu memberikan pelayanan sosial terhadap anak-anak Yatim atau piatu,

anak terlantar, anak dari keluarga miskin dan lainnya.

Wilayah Pelayanan dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA Chilildren Home

adalah tingkat provinsi. Yayasan tidak menutup atau menggambil anak-anak asuh

dari wilayah kota medan saja. Pihak Yayasan menerima anak-anak dari manapun baik

Universitas Sumatera Utara


dari kabupaten lain, kecamatan lain atau bahkan dari provinsi lain. Asalkan latar

belakang keluarga jelas. Tatanan organisasi dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan menggunakan struktur Yayasan. Fungsi Manajerial seperti

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan tentu dijalankan oleh

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home. Audit keuangan Yayasan berasal dari

donatur-donatur yang terbeban untuk membantu operasional Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan tapi sifatnya tidak tetap, berganti-ganti orang. Berikut

hasil wawancara penulis dengan Informan Utama:

“Kami hanya mendapatkan beberapa dari orang-orang yang datang

memberkati panti ini dalam bentuk pendanaan. Itu yang kami kumpulkan untuk

membiayai operasional panti ini”.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan merupakan salah satu

Yayasan yang memberikan pelayanan terhadap anak yatim atau piatu, jalanan dan

dari keluarga miskin. Sarana dan Prasarana ditujukan untuk memberikan pelayanan

kepada anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home memiliki sarana dan prasarana seperti ruang

kantor yang terdiri dari kantor panti, kantor kepala sekolah, kantor para guru. Adapun

sarana umum seperti aula, asrama putra dan putri, ruang santai, gudang, pos jaga,

dapur dan ruang makan, lapangan luas. Kemudian dalam proses pelayanan terdiri dari

Sekolah Yayasan Perguruan Kristen ELIDA. Kesejahteraan pegawai terdapat rumah

dinas bagi kepala Yayasan maupun pengasuh anak.

Adapun jumlah sarana dan prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan dapat dilihat pada tabel berikut

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5 Sarana dan Prasarana Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan

No Nama Bangunan Jumlah


(Unit)
1 Aula 1
2 Kamar Putera 1
3 Kamar Puteri 3
4 Ruang Santai 1
5 Gudang 1
6 Tempat Tinggal Kepala Panti 1
7 Pos Jaga 1
8 Kantor 3
(kantor panti, kantor kepala sekolah, kantor
para guru)
9 Gereja 1
10 Dapur dan ruang makan 1
11 Sekolah Yayasan Perguruan Kristen ELIDA 1
12 Lapangan Luas 1
Sumber data: Hasil observasi dan Kantor Panti Asuhan ELIDA Children

Home

Sarana dan prasarana yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan belum cukup memadai. Dari observasi yang dilakukan oleh penulis

mendapatkan temuan bahwa kondisi prasarana banyak yang kurang terawat. Seperti

kondisi toilet untuk anak-anak binaan tidak terawat, pintu kamar mandi rusak, lampu

kamar mandi juga tidak menyala. Asrama putra terlihat atapnya sudah rusak dan

sering mengalami kebocoran saat hujan, kamar laki-laki juga sering mengalami

kebocoran. Asrama laki-laki berada di lantai 2 dan sering terasa goyang keramiknya

jika berjalan atau berlari di area asrama laki-laki.

Universitas Sumatera Utara


Bagian dapur yaitu kulkas sudah tidak berfungsi lagi dan peralatan dapur sudah

tidak lengkap lagi. Meja makan dan kursi untuk anak binaan tidak ada, mereka hanya

memiliki satu meja makan panjang saja dan mereka jarang makan dimeja makan,

biasanya mereka makan diruangan santai. Anak binaan juga tidak memiliki meja

belajar, mereka biasa belajar di kasur masing-masing. Terakhir diadakan peremajaan

untuk sarana yaitu sekitar 6 bulan yang lalu, dimana ada donatur yang memberikan

bantuan untuk merenovasi kamar perempuan. Donatur tidak memberikan bantuan

dalam bentuk uang tapi dalam bentuk tenaga fisik dan bahan-bahan perlengkapan

untuk merenovasi kamar.

Tidak adanya sarana dan prasarana keterampilan bagi anak-anak binaan akan

sangat berpengaruh dalam proses pelayanan. Seperti misi dari Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan adalah “Memberikan pendidikan dan keahlian khusus

untuk mempersiapkan mereka sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya diseluruh dunia”. Namun

kenyataannya sarana dan prasarana keterampilan bagi anak-anak binaan Panti ELIDA

tidak ada.

Berikut hasil wawancara penulis dengan InformanUtama:

“Sebanarnya kalau kami lihat untuk sarana gedungnya saya fikir sudah

layak. Hanya kelengkapan-kelengkapan sarana penunjang itu yang masih

terkendala. Contohnya kami berkendala anak-anak yang ada di binaan panti

asuhan ini kelak akan menjadi anak-anak yang kreatif. Nahhh.. untuk

menciptakan kreativitas anak ini kan butuh sarana penunjang, seperti bahan-

bahan prakteknya, bahan pelatihannya. Nahhh itukan kami belum punya,

Universitas Sumatera Utara


belum punyanya itu bukan kami tidak mau memfasilitasi tetapi karna memang

terbatasnya pendanaan dan kami tidak cukup kuat untuk membeli. Contoh

kecil misalnya bagi anak-anak perempuan, bagaimana kami mengajarkan

mereka paling tidak bisa menjahit dan untuk membeli alat mesin jahitnya

inikan dibutuhkan biaya juga. Paling tidak minimal 1 atau 2 mesin jahit itu

harus ada. Terus anak laki-laki paling tidak kami bekali dia dengan

keterampilan-keterampilan mungkin dibidang perbengkelan. Jadi sudah

membuka pikiran mereka, saatnya mereka dewasa mereka sudah tau bekerja.

Sehingga harapan kami dengan keterampilan-keterampilan yang mereka miliki

itu, kami bisa membantu mereka merekomendasikan kepada teman-teman

kerja kami yang ada di luar untuk bisa menerima mereka. Jadi memang dari

sarana penunjang keterampilan masih kami rasakan kurang, bukan lagi

kurang memang tidak ada”.

5.2.2 Informan Kunci 1

Nama : Amacun

Umur : 55 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Pengasuh anak

Riwayat Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Agama : Kristen Protestan

Suku : Thamil

Universitas Sumatera Utara


Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Ibu Amacun atau biasa dipanggil dengan perma merupakan pengasuh anak

yang bekerja di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Beliau

merupakan pegawai tetap di Yayasan. Beliau memiliki riwayat pendidikan lulusan

dari Sekolah Menengah Pertama. Beliau sudah mengabdi di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan kurang lebih 20 tahun. Ibu Amacun memutuskan

untuk tidak menikah dan tinggal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA. Beliau bekerja di

Yayasan karena masih ada hubungan saudara dengan pendiri Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan.

Ibu Amacun sudah cukup lama tinggal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA,

walaupun hanya sebagai pengasuh anak Ibu Amacun tahu bagaimana tata cara

penerimaan anak di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Tata cara penerimaan anak ya dilihat dulu bagaimana keadaan

keluarganya. Harus memiliki surat-surat kejelasan. Biasanya anak-anak yang

sudah memiliki kelengkapan surat langsung diterima di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan”.

Biasanya anak yang datang ke panti dibawa keluarganya langsung, mereka

mendatangi panti untuk menyerahkan anak mereka dengan latar belakang keadaan

orangtua yang tidak mampu, dimana orangtuanya tidak mampu untuk menyekolahkan

anak mereka.

Universitas Sumatera Utara


Proses pengambilan keputusan ketika anak pertama kali memasuki Yayasan,

dan setelah dibuktikan surat-surat tentang latar belakang keluarga dan sesuai dengan

persyaratan Yayasan, maka anak langsung diterima sebagai anak binaan Yayasan

Panti Asuhan ELIDA. Proses perencanaan yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home medan, berlaku untuk semua anak binaan. Semua anak

binaan harus mengikuti semua peraturan yang telah dibuat pihak panti. Berikut

penuturan dari Informan Kunci 1:

“Semua anak binaan mempunyai hak dan kewajiban yang sama di panti,

mereka juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ibadah yang diadakan

panti, sekolah dan menggerjakan tugas harian. Setiap kelompok sudah

memiliki tugasnya masing-masing dan tugas tersebut ditukar setiap

minggunya”.

Mengenai proses pelaksanaan kegiatan rutin di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home, dibuatkan jadwal kegiatan harian. Anak-anak binaan Yayasan

diwajibkan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing yang telah dibuat. Setiap

minggu bahkan setiap harinya pengasuh anak melihat perkembangan bahkan

kesehatan anak binaan.

Tahap terminasi adalah tahap penghentian pelayanan bagi anak binaan agar

anak binaan mampu mandiri dalam keberfungsian sosialnya. Menurut Ibu Amacun

anak tinggal di panti sampai anak tersebut menyelesaikan sekolahnya, tapi ada anak

yang tidak suka tinggal di panti dan memutuskan untuk keluar dari panti.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

Universitas Sumatera Utara


“Batas anak tinggal dipanti sampai anak itu selesai sekolah, pihak panti

menyekolahkan mereka sampai kuliah tapi kebanyakan anak setelah lulus

dari SMA memutuskan untuk meninggalkan panti dan ada pula anak yang

tidak suka tinggal dipanti dan memutuskan untuk meninggalkan panti”.

Pencapaian perubahan perilaku dan kemampuan (peningkatan) aksesibilitas

anak binaan atau penerima manfaat adalah tujuan yang diharapkan oleh Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Adapun hasil yang dicapai dari

pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

menurut Ibu Amacun yaitu ada beberapa anak binaan yang berprestasi dikelasnya,

dan anak-anak binaan semakin paham sikap hidup beragama.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Ada nak, anak-anak yang disekolahkan jadi tambah pinter. Ada juga yang

juara dikelasnya kaya si Lisbra, Santa, Indah mereka juara kak. Anak laki-laki nya

juga pintar-pintar sih tapi mereka malas jadi gak dapat juara. Terus setelah anak-

anak ikut-ikut ibadah, banyak perubahan di dalam diri anak-anak ini. Anak-anak

menjadi paham sikap hidup beragama”.

Adapun cakupan program yang dilaksanakan oleh Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan yakni :

1. Pemenuhan kebutuhan pokok

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga subtitusi

keluarga yang melaksanakan peran orang tua untuk mengasuh dan

mendidik anak, terutama dalam hal :

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

Universitas Sumatera Utara


b. Anak-anak yang ada di panti sangat membutuhkan perhatian dan kasih

sayang dari pihak panti asuhan karena kebutuhan ini merupakan

kebutuhan yang mendasar.

2. Bidang Pendidikan

Dalam hal ini bidang pendidikan yang dimaksudkan adalah bidang

pendidikan formal anak binaan. Anak binaan yang berada di panti

asuhan ELIDA ini dimasukan keberbagai jenis sekolah dan tingkatan

pendidikan yang sesuai dengan usianya dimulai dari Play Group,

Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,

Sekolah Menengah Atas. Untuk anak binaan yang duduk di bangku

SMA, sekolah di luar Yayasan Perguruan Kristen ELIDA karena

Yayasan Perguruan Kristen ELIDA hanya ada untuk Play Group,

Taman Kanak-kanak, SD, SMP, tetapi untuk semua biaya di tanggung

oleh pihak panti.

3. Pembinaan Rohani

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga yang

berada di bawah suatu naungan satu agama, yakni Kristen maka

pembinaan rohani yang diterapkan bagi anak-anak binaan yang ada di

panti ini adalah ajaran Kristen yaitu kharismatik. Pembinaan ini

diterapkan melalui kebaktian yang dilaksanakan 3x sehari yakni:

a. Kebaktian subuh bersama pada pukul 05.00 WIB

b. Kebaktian bersama pada pukul 17.00 WIB.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Ibu Amacun Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

memiliki sasaran program yaitu: anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu dan anak

terlantar.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Anak jalanan kalau gak sanggup orangtuanya untuk menyekolahkan

anaknya dibawa ke panti tapi harus jelas surat-suratnya.

Pelaksanaan program pemenuhan kebutuhan pokok di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan menurut Ibu Amacun yaitu dalam bentuk perhatian

dan kasih sayang yang diberikan pengasuh anak, dimana anak tidak boleh dimarahi,

maupun dipukul. Pemenuhan kebutuhan pangan yang diberikan kepada anak binaan

yaitu memberikan makan anak binaan makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan

malam. Pemenuhan kebutuhan sandang yang diberikan kepada anak binaan, dimana

anak-anak selalu mendapatkan pakaian dari para donatur. Untuk pemenuhan

kebutuhan papan yang didapatkan anak binaan yaitu mereka mendapatkan tempat

tinggal gratis dan mereka memiliki tempat tidur masing-masing. Berikut Penuturan

dari Informan Kunci 1:

“Bentuk perhatian dan kasih sayangnya anak tidak boleh dimarahi, maupun

dipukul. Menganggap anak seperti anak sendiri. Anak dikasih makan tiga

kali. Anak-anak juga dikasih baju, biasanya yang ngasih para donatur anak-

anak juga dapat tempat tidur masing-masing”.

Anak-anak binaan disekolahkan secara gratis di Yayasan Perguruan Kristen

ELIDA. Anak-anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home medan

Universitas Sumatera Utara


mendapatkan perlengkapan sekolah seperti buku tulis, pensil, pulpen, dan sepatu dari

para donatur yang datang membagikan nya sewaktu-waktu

“Anak-anakya gratis nak sekolahnya, alat-alat tulis ya dapat dari tamu-tamu

yang datang”.

Selain perhatian, kasih sayang, sandang, pangan, papan dan pendidikan

formal anak binaan juga wajib melakukan kegiatan ibadah setiap harinya. Kebaktian

dilakukan dua kali sehari yaitu subuh dan sore. Berikut Penuturan Informan Kunci 1:

“Kebaktian dilakukan dua kali sehari, subuh pukul 05.00 WIB dan sore pukul

17.00 WIB. dipimpin oleh Ibu Wirawati.

Dalam proses pelayanan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan mendapat dukungan dari pihak lain baik perseorangan, maupun kelompok.

Biasanya donatur-donatur atau tamu-tamu yang datang ke panti memberikan bahan-

bahan pokok, keperluan sekolah anak-anak, dan biasanya memberikan uang.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Dana untuk kebutuhan panti kami dapatkan dari tamu-tamu saja, anak-anak

doa agar banyak tamu-tamu yang datang. Kadang tamu yang datang bawa

beras, mie, minyak dan banyak lagi kadang juga ada tamu yang ngasih dalam

bentuk uang, tapi gak ada tamu yang rutin, ganti-ganti orangnya”.

Menurut Ibu Amacun Semua program-program yang diberikan kepada anak-

anak binaan sudah berjalan dengan baik. Tidak ada yang perlu ditingkatkan lagi.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Gak ada nak udah pas semua, sudah berjalan dengan baik”.

Universitas Sumatera Utara


Jenis dan jumlah SDM yang tersedia di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan terbatas hanya lima orang saja, lima orang inilah yang saling

bekerjasama dalam mengurus panti. Menurut Ibu Amacun jumlah pengurus panti

sudah cukup karena anak yang ada di panti juga hanya sedikit, kalaupun menambah

jumlah pengurus panti takut tidak bisa memberikan gaji karena panti sedang

mengalami krisis ekonomi.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Anak yang penting, anak yang kurang hehehe.., kalau pengasuh anak sudah

pas. Kalau banyak kali kami gak bisa ngasih gajilah, karena gaji kami saja

dari tamu. Anak-anak ini doalah Tuhan kirim untuk kami gajian”.

Sarana dan Prasarana yang tersedia di Yayasan ditujukan untuk memberikan

pelayanan kepada anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan. Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home memiliki sarana dan

prasarana seperti ruang kantor yang terdiri dari kantor panti, kantor kepala sekolah,

kantor para guru. Adapun sarana umum seperti aula, asrama putra dan putri, ruang

santai, gudang, pos jaga, dapur dan ruang makan, lapangan luas. Kemudian dalam

proses pelayanan terdiri dari Sekolah Yayasan Perguruan Kristen ELIDA.

Kesejahteraan pegawai terdapat rumah dinas bagi kepala Yayasan maupun pengasuh

anak. Sarana dan prasarana yang tersedia menurut pengasuh anak cukup memadai,

tapi masih ada ruangan yang harus diperbaiki.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Ada ruangan yang masih harus diperbaiki karena atabnya bocor. Seperti

kamar laki-laki itu seharusnya diperbaiki.

Universitas Sumatera Utara


Sarana dan prasarana yang ada dipanti tidak terlepas dari bantuan para donatur.

Baru-baru ini kurang lebih 6 bulan yang lalu Yayasan Panti Asuhan ELIDA

mendapatkan bantuan.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 1:

“Kamar perempuan ini dibangun oleh tamu, orang cina. Dia orang bawa

tukang dan semuanya, kamar ini diperbaiki belum lama ini baru beberapa

bulan ini. Biasanya anak perempuan tidur disamping kamar laki-laki tapi

karena bocor dibangun lah disini”.

5.2.3 Informan Kunci 2

Nama : Wirawati Pangaribuan

Umur : 49 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Jabatan : Pengasuh anak

Riwayat Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Ibu Wirawati adalah pengasuh anak sekaligus merangkap menjadi tukang

masak di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Beliau merupakan

pegawai tetap di Yayasan. Ibu Wirawati memiliki riwayat pendidikan lulusan dari

Universitas Sumatera Utara


Sekolah Menengah Atas. Ibu Wirawati baru bekerja di panti ini kurang lebih 1 tahun.

Ibu Wirawati memiliki 2 orang anak, 1 anaknya tinggal bersama abang kandungnya

di Jakarta dan 1 anaknya lagi iya titipkan dipanti tapi bukan panti ELIDA. Ibu

Wirawati sendiri tinggal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan.

Dulu sebelum bekerja sebagai pengasuh anak ibu Wirawati adalah seorang

pengangguran, beliau hanya membantu usaha dagang kakaknya yaitu jualan

sembako. Ibu Wirawati bekerja sebagai pengasuh anak karena istri dari pendiri panti

tersebut tetanggaan dengan kakaknya, setelah itu istri dari pendiri panti menawarkan

Ibu Wirawati untuk bekerja di pantinya.

Ibu Wirawati bekerja di Yayasan Panti Asuhan ELIDA kurang lebih baru satu

tahun oleh karena itu Ibu Wirawati tidak tahu bagaimana tata cara penerimaan anak

binaan Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home Medan dan Ibu Wirawati hanya

sebagai pengasuh anak saja di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Berikut hasil wawancara Penulis dengan Informan Kunci 2:

“Saya tidak tahu soal tata cara penerimaan anak di panti ini, karena saya

masih baru disini masih 1 tahun, dan kebanyakan anak-anak disini lebih lama

dibandingkan saya, dan biasanya yang lebih tau tentang cara penerimaan

anak itu perma dan pak agus, karena beliau sudah lama di panti ini”.

Proses perencanaan semua anak binaan harus mengikuti semua peraturan

yang telah dibuat pihak panti. Semua anak binaan mempunyai hak dan kewajiban

yang sama di panti, mereka juga memiliki kewajiban untuk mengikuti ibadah-ibadah

yang ada di panti, bersekolah dan melaksanakan tugas harian. Setiap kelompok sudah

Universitas Sumatera Utara


memiliki tugasnya masing-masing dan tugas tersebut ditukar setiap minggunya. Anak

binaan juga wajib mengikuti ibadah yang ada dipanti.

Mengenai proses pelaksanaan kegiatan rutin di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home menurut Ibu Wirawati yaitu dibuatkan jadwal kegiatan harian. Anak-

anak binaan Yayasan diwajibkan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing yang

telah dibuat. Setiap minggu bahkan setiap harinya pengasuh anak melihat bagaimana

anak menjalankan tugas yang diberikan kepadanya.

Tahap terminasi adalah tahap penghentian pelayanan bagi anak binaan agar

anak binaan mampu mandiri dalam keberfungsian sosialnya, tetapi ada saja anak

binaan yang belum selesai disekolahkan sudah keluar dari panti karena anak-anak

binaan tidak betah tinggal di panti

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Anak bebas mau keluar kapan saja, terserah anak asal bilang sama pak

Domianus”.

Tetapi ada juga anak yang sudah keluar dari panti dengan alasan bosan tinggal

dipanti datang lagi ke panti. Hal tersebut tetap menjadi pertimbangan bagi pihak panti

untuk menerima lagi anak tersebut.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Mereka bisa keluar, dan bisa masuk lagi, asal izin dengan Pak Domianus.”

Pencapaian perubahan perilaku dan kemampuan (peningkatan) aksesibilitas

anak binaan atau penerima manfaat adalah tujuan yang diharapkan oleh Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Adapun hasil yang dicapai dari

pelayanan yang diberikan oleh Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

Universitas Sumatera Utara


menurut Ibu Wirawati yaitu ada beberapa anak binaan setelah mereka disekolahkan,

mereka berprestasi dikelasnya. Ada juga perubahan di dalam diri anak perempuan

setelah mereka mengikuti ibadah-ibadah yang ada di panti, tapi untuk anak laki-laki

masih sulit karena anak laki-laki juga susah untuk diajak ibadah.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Ya.. kayanya adalah sikit sikit perubahan dari anak, kami harus banyak

membimbing. Terkadang anak sudah berubah tapi mengulah lagi berubah

mengulah lagi, tapi tetap kami bimbing. Kebanyakan si laki-laki. Yahh..harus

mengertilah namanya juga anak panti, kasih sayang sama orangtuanya kan

jarang, gak pernah. Jadi mereka tuh minder, karena kurang kasih sayang anak

menjadi minder.

Anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA diberikan pendidikan formal

gratis, mereka mendapatkan semua keperluan sekolah secara gratis. Banyak juga dari

mereka membalas kebaikan panti dengan cara berprestasi dikelasnya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Dulu hampir semua anak panti yang juara kelas dikelasnya, anak panti

Elida rata-rata pintar semua. Semua juara-juara, kalau yang sekarang si

lisbralah juara 1, si santa. Dululah pintar-pintar pas masih basih banyak anak

panti”.

Adapun cakupan program yang dilaksanakan oleh Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan yakni

Universitas Sumatera Utara


1. Pemenuhan kebutuhan pokok

Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home sebagai lembaga subtitusi

keluarga yang melaksanakan peran orang tua untuk mengasuh dan

mendidik anak, terutama dalam hal :

a. Pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan.

b. Anak-anak yang ada di panti sangat membutuhkan perhatian dan kasih

sayang dari pihak panti asuhan karena kebutuhan ini merupakan

kebutuhan yang mendasar.

2. Bidang Pendidikan

Dalam hal ini bidang pendidikan yang dimaksudkan adalah bidang

pendidikan formal anak binaan. Anak binaan yang berada di panti asuhan

Elida ini dimasukan keberbagai jenis sekolah dan tingkatan pendidikan

yang sesuai dengan usianya dimulai dari Play Group, Taman Kanak-

kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Atas. Untuk anak binaan yang duduk di bangku SMA, sekolah di luar

Yayasan Perguruan Kristen ELIDA karena Yayasan Perguruan Kristen

ELIDA hanya ada untuk Play Group, Taman Kanak-kanak, SD, SMP,

tetapi untuk semua biaya di tanggung oleh pihak panti.

3. Pembinaan Rohani

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga yang

berada di bawah suatu naungan satu agama, yakni Kristen maka

pembinaan rohani yang diterapkan bagi anak-anak binaan yang ada di

Universitas Sumatera Utara


panti ini adalah ajaran Kristen yaitu kharismatik. Pembinaan ini

diterapkan melalui kebaktian yang dilaksanakan 3x sehari yakni:

a. Kebaktian subuh bersama pada pukul 05.00 WIB

b. Kebaktian kelompok pada pukul 15.00 WIB

c. Kebaktian bersama pada pukul 17.00 WIB.

Adapun pelaksanaan program di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan yaitu Pemenuhan Kebutuhan Pokok. Pemenuhan kebutuhan pokok

yang diberikan kepada anak binaan yaitu memberikan perhatian, kasih sayang,

sandang, pangan dan papan. Bentuk kasih sayang yang diberikan kepada anak binaan

bagi Ibu Wirawati yaitu menganggap mereka seperti anak kandung sendiri.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Kaya gimana saya buat ke anak kandung saya, saya buatlah ke mereka

seperti itu. Kalau mereka bandal saya marahi gitu… ya gak marah-marah

sepeti di TV itu ya. Sewajarnya saja, kalau mereka bandal kali baru saya

marah-marah”.

Kebutuhan pangan nya sendiri anak-anak dikasih makan tiga kali sehari yaitu

sebelum mereka berangkat sekolah, Jam 12.00 WIB dan jam 18.00 WIB. Anak panti

Asuhan ELIDA Children Home tidak pernah kekurangan makanan, selalu ada saja

berkat yang datang kepada mereka.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Bahan-bahan pokoknya ya dapatnya dari donatur-donaturlah, ya tamu-

tamulah bukan donatur, pokoknya tamu-tamu. Hasil doa kamilah, apa yang

Universitas Sumatera Utara


mereka doakan ada aja yang datang memberi. Hasil doa dan terus doa ada

aja yang datang, dan pasti. Pokoknya gak pernah kekuranganlah panti”.

Kebutuhan sandangnya sendiri anak-anak binaan mendapatkannya dari para

tamu yang bermurah hati memberikan pakaian kepada mereka. Baik pakaian masih

baru ataupun pakaian bekas yang masih layak dipakai. Pihak panti menerima dengan

tanggan terbuka siapapun yang ingin memberikan sumbangan atau bantuan. Bantuan

yang diberikan memang tidak rutin tapi setiap bulan ada saja orang berbaik hati yang

datang ke panti memberikan bantuan.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Anak-anak mendapatkan pakaian dari tamu-tamu. Sebulan sekali pasti ada

tamu yang datang. Baik bawa dalam bentuk pakaian, duit, bahan-bahan

pokoklah”.

Anak-anak yang sudah menjadi tanggungjawab Panti ELIDA juga

mendapatkan tempat tinggal yang nyaman. Anak-anak binaan disediakan tempat tidur

masing-masing dan dipisahkan anatara ruangan laki-laki dan ruangan perempuan,

agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Anak-anak bisa tinggal dengan nyaman mendapatkan kasur masing-masing,

dibedakan ruangan laki-laki dengan perempuan agar tidak terjadi hal yang

aneh-aneh”.

Pemberian sekolah gratis merupakan salah satu program dari Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan. Pihak panti memberikan sekolah gratis agar

mereka dapat sekolah seperti anak-anak lainnya. Anak binaan disekolahkan agar

Universitas Sumatera Utara


mereka bisa menjadi anak yang berguna bagi bangsa, seperti salah satu misi dari

Yayasan itu sendiri yaitu memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk

mempersipakan mereka sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya di seluruh dunia.

Panti Elida memberikan semua biaya sekolah secara gratis seperti uang

sekolah, karena anak-anak binaan sekolah di Yayasan Perguruan Kristen ELIDA

dimana Yayasan tersebut merupakan Yayasan dari bapak Domianus sendiri.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Panti memberikan sekolah gratis kepada anak-anak mulai dari tingkat TK,

SD, SMP anak-anak disekolahkan di Yayasan Perguruan Kristen Elida, kalau

yang SMA disekolahkan di luar. Anak SMA yang disekolahkan di luar dibayar

oleh panti SPPnya. Anak-anak panti mendapatkan semua kebutuhan sekolah

secara gratis”.

Selain Pemberian Kebutuhan Pokok, Pendidikan gratis, anak binaan juga wajib

melaksanakan Pembinaan Rohani di Yayasan Panti Asuhan ELIDA. Pembinaan

rohani bertujuan agar anak memiliki kasih kepada Kristus dan sesama manusi, peka

terhadap lingkungan. Ibadah yang dilakukan dipanti ini sebenarnya tiga kali sehari

tapi karena banyak anak-anak yang sibuk karena tambahan pelajaran jadi ibadah

hanya dua kali saja yaitu subuh jam 05.00 WIB dan sore ajam 17.00 WIB.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Untuk pembinaan kami ada pagi itu subuh harus jam05.00, sore jam 17.00,

kalau ada siang kami adakan siang. Ini karena anak-anak ada yang LES, terus

mereka capek. Ibadah siang hanya kadang-kadang saja. Anak-anak wajib

Universitas Sumatera Utara


melakukan ibadah ini setiap hari, tapi kalau ada tamu yang dari luar buat

acara dipanti entah itu sore, yaa kita satukan aja ibadahnya. Jadi gak ibadah

lagi. Pembinaan rohani diharuskan dan diutamakan di Panti ini”.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama peneliti melakukan

Praktek Kerja Lapangan memang benar untuh ibadah kelompok jam 15.00 sudah

jarang dilaksanakan lagi, dulu awal peneliti melaksanakan PKL di Yayasan anak-

anak masih rutin menjalani ibadah kelompok pada pukul 15.00 tapi makin kesini

makin jarang.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan sumber pendapatan

utama mereka sendiri yaitu dari donatur-donatur atau tamu-tamu yang datang.

Biasanya pihak yang mendukung program-program di Yayasan ini bisa perseorangan

maupun kelompok. Tamu-tamu yang datang ke panti memang tidak rutin, tapi setiap

bulan ada saja tamu-tamu yang datang memberikan bantuan. Bantuan yang diberikan

beranekaragam seperti sembako-sembako, pakaian, adapun yang langsung

memberikan makanan siap saji.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Untuk semua biaya dari tamu-tamu yang datang. Mereka gak tentu

ngasihnya, kadang ngasih beras, roti-roti, duit, telur, pakaian bekas,

bermacam-macamlah, sembako-sembako, telur, bermacam-macam, kadang

ada yang ngasih nasi bungkus, KFC. Ditelfon dulu sama mereka, mereka

nanya anak-anak udah berapa sekarang?”.

Universitas Sumatera Utara


Pihak yang memberikan bantuan kepada panti berganti-ganti tidak ada yang

tetap. Bantuan yang diberikan bermacam-macam pihak panti tidak pernah memaksa

mereka untuk memberikan yang mereka perlukan.

“Kurasa enggak adalah, beranekaragamlah! Yang sering-sering gak ada”.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan dulu sewaktu anak-anak

binaan masih banyak sering mendapatkan banyak bantuan besar tapi sekarang sudah

semakin berkurang. Bantuan besar yang Yayasan terima sekitar 6 bulan yang lalu

dimana pihak Yayasan mendapatkan bantuan renovasi ruangan. Ruangan yang

direnovasi dijadikan kamar untuk perempuan.

“Itu zaman anak-anak yang dulu, dulukan masih ramai, sekarang aja

enggak”.

Program-program yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan bertujuan untuk memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk anak

mempersiapkan mereka sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya diseluruh dunia, menanamkan

kasih kepada Kristus sesama manusia dan peka terhadap lingkungan, dan

memberikan kehidupan yang ragam kepada anak asuh sebagaimana orangtua

terhadap anak kandungnya. Dibalik itu semua masih ada program-program yang

perlu ditingkatkan. Program yang perlu ditingkatkan menuruh ibu wirawati adalah

kerohanian karena masih belum ada kesadaran di dalam diri anak-anak panti.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

Universitas Sumatera Utara


“Kerohanian! Anak-anak jarang mau ikut ibadah, terutama laki-laki itu

jarang, kalau perempuan itu sering. Kelakuan anak-anak masih perlu didik.

Mereka harus berubah, dan mereka harus mau”.

Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home tidak memberikan hukuman bagi

anak-anak yang tidak mengikuti ibadah.

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Enggak ada, yaahh terserah mereka. Dulu ya kurasa ada hukuman tapi

sekarang kan sisah dikit kurasa gak ada. Mereka harus kami paksa,

bagaimanapun orang-orang ini masih kecil-kecil kita harus didik”.

Sumber Daya Manusia merupakan kunci yang menentukan perkembangan

Yayasan. Sumber Daya Manusia yang ada di Yayasan dipekerjakan sebagai

penggerak, pemikir dan perencana untuk mencapai tujuan dari Yayasan itu sendiri.

Sumber Daya Manusia yang ada di Yayasan hanya berjumlah 5 orang saja. Lima

orang inilah yang sama-sama merangkul pekerjaan yang ada di panti. Terkadang di

Yayasan ini terdapat relawan-relawan yang datang untuk melakukan Praktek Kerja

Lapangan .

Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Ada tenaga relawan tapi jarang-jarang gak tetap”.

Meskipun Sumber Daya Manusia yang ada di panti hanya berjumlah 5 orang.

Mereka tidak bisa menambah tenaga kerja lagi dikarenakan masalah keungan mereka

yang terbatas. Tenaga kerja yang ada di panti digaji dari tamu-tamu yang

memberikan uang. Dimana uang tersebut disisihkan untuk keperluan panti dan untuk

gaji pegawai.

Universitas Sumatera Utara


Berikut wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Anaknya dikit bagaimana tambah pengasuh anak, kan ada perma jadi cukup

2. Kalau mau nambah nanti Ibu Dewi yang menggurus”. Permalah yang

ngatur karna dia kan orang lama disini jadi dia yang mengatur uang.

Pokoknya kalau ada sumbangan-sumbangan dari tamu, saya tulis dibuku tamu

dan saya kasih ke perma. Permalah yang mengatur semuanya".

Sarana dan Prasarana yang disediakan Yayasan bertujuan untuk mendukung

program-program yang ada di Yayasan. Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home

memiliki sarana dan prasarana seperti ruang kantor yang terdiri dari kantor panti,

kantors kepala sekolah, kantor para guru. Adapun sarana umum seperti aula, asrama

putra dan putri, ruang santai, gudang, pos jaga, dapur dan ruang makan, lapangan

luas. Kemudian dalam proses pelayanan terdiri dari Sekolah Yayasan Perguruan

Kristen ELIDA. Kesejahteraan pegawai terdapat rumah dinas bagi kepala Yayasan

maupun pengasuh anak. Sarana dan Prasarana yang ada di panti menurut Ibu

Wirawati cukup memadai, Ibu Wirawati ingin di kamar perempuan ada kipas karena

ruangan kamar perempuan panas, tapi karena takut biaya listrik tinggi, Ibu Wirawati

harus menunda keinginannya.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Cukup semua! Gak ada ruangan yang perlu ditambah, kayanya gak adalah

cukup semua. Sebenarnya dikamar perempuan perlu kipas angin cumakan

listriknya mahal, nah listrik kan yang kita jaga. Kami menghemat listriklah

karena pernah listrik diputus, sebentar sih gak ada satu hari, karna

Universitas Sumatera Utara


menunggak pembayaran hampir banyak juga. Kami kena hampir 7 juta itu.

sekarang sudah dibayar. Irit-iritlah!".

Ada beberapa prasarana di Yayasan yang mesti diperbaiki karena menganggu

aktivitas anak binaan tetapi terhambat oleh pendanaan. Menurut penuturan dari Ibu

Wirawati bahwa ruangan laki-laki bocor, tapi tidak tau kapan bisa diperbaiki karena

terhambat oleh dana.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Informan Kunci 2:

“Kamar laki-laki mungkin mau diperbaiki bapak yang punya panti ini tapi

gatau kapan karena kamar laki-laki bocor. Kamar perempuan udah direhab

sekitar 6 bulan yang lalu, dulukan sebelum direnov kamar perempuan ini

ruang makan.

5.2.4 Informan Tambahan 1

Nama : Indah Sari Hutabarat

Umur : 16 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tingkat Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Indah adalah salah satu anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan. Indah merupakan anak binaan yang sudah dari umur 9 tahun berada di

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Indah adalah anak ke dua dari

tiga bersaudara. Kakak dan adiknya juga tinggal dipanti. Kedua orangtua Indah sudah

berpisah. Indah tinggal bersama ibunya tapi karena ibunya tidak dapat membiayai

kehidupan mereka jadi indah dan kedua saudaranya dititipkan ke tante mereka.

Sebenarnya Indah dan kedua saudaranya ingin tinggal bersama tantenya di

Jakarta, tapi karena di Jakarta lagi musim teroris tante Indah takut membawa mereka

ke Jakarta. Kebetulan tante Indah kenal dengan Pak Domianus dan Pak Domianuspun

menawarkan mereka untuk tinggal dipanti, jadi Indah dan kedua saudaranya tinggal

di panti. Sekarang yang tinggal di panti hanya Indah dengan adiknya, kakanya

memutuskan untuk keluar dari panti setelah lulus SMA dan merantau ke Jakarta

untuk mencari kerja.

Indah sempat keluar dari Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home Medan

saat Indah lulus dari Sekolah Menengah pertama. Alasan Indah keluar dari panti

karena Indah ingin melanjutkan sekolah di SMA Negri di Lubuk Pakam, dan tinggal

bersama keluarga dari Ibunya. Tetapi karena ada permasalahan dengan anak

saudaranya, Indahpun memutuskan untuk pindah sekolah ke Tebing Tinggi dan

tinggal bersama saudaranya yang lain. Ternyata sekolahnya yang di Tebing Tinggi

sanggat fanatik mayoritas disana Islam. Jadi karena Indah tidak mau pindah agama,

Indah keluar dari sekolah tersebut dan memutuskan untuk tinggal di Panti Asuhan

ELIDA saja. Sebenarnya Indah sudah tidak diterima lagi di Panti karena sudah

sempat keluar, tetapi kakak Indah memohon kepada pihak panti untuk menerima

Universitas Sumatera Utara


Indah kembali, karena kakak Indah takut jika Indah di koskan di Medan Indah

menjadi bebas pergaulannya, jadi lebih baik Indah tinggal dipanti saja.

Program-program yang ada di Yayasan bertujuan untuk mempersiapkan anak

binaan Panti Asuhan ELIDA sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungannya, menanamkan kasih kepada

Kristus dan sesama manusia dan peka terhadap lingkungannya dan memberikan

kehidupan yang ragam kepada anak asuh sebagaimana orangtua terhadap anak

kandungnya.

Setiap anak binaan di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home Medan

mendapatkan pelayanan yang sama. Semua kebutuhan mereka di lengkapi oleh pihak

panti. Tidak ada yang dibeda-bedakan satu sama lain. Anak binaan mendapatkan

kasih sayang, makanan, pakaian, dan pendidikan seperti anak-anak lainnya. Perhatian

dan kasih sayang yang dirasakan Indah itu seperti ketika Indah sakit, Ibu Wirawati

merawat Indah sampai Indah sembuh. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 1:

“Udah bagus si kak, udah dicukupi semua. Makanan, pendidikan, kesehatan

semua udah dilengkapi, kalau yang sakit dibawa ke rumah sakit . Kasih

sayang yang dikasihkan ka misalnya kan kalau lagi sakit, ya pasti di obati lah

kak dan kalau parah diantar ke rumah sakit. Saya pernah sakit ka tapi gak

pernah sampe dibawa ke rumah sakit, di kusuk ibu hahah, tapi gantian hahah.

Dulu pernah ada yang sakit kak sering lagi, sampe ada 3 sampai 5 orang

sakitnya sama semua, mereka dibawa ke bina kasih. Stafnya yang jagain

kadang yang besarnya, ganti-gantian gak sekolah jagain yang sakit”.

Universitas Sumatera Utara


Selain kasih sayang dan perhatian yang diberikan pihak panti ke anak binaan,

anak-anak binaan juga mendapatkan pemenuhan pangan. Anak binaan dikasih makan

tiga kali sehari dan itu tidak pernah terlambat diberikan kepada anak binaan.

Makanan yang di berikan juga pasti dilengkapi dengan sayuran. Berikut penuturan

Informan Tambahan 1:

“Kami makan tiga kali sehari ka, pagi sebelum berangkat sekolah, siang

sesudah pulang sekolah, sama malem ka. Kami makan pasti ada sayurnya ka,

ikan nya dikit tapi sayurnya boleh ambil banyak.

Anak-anak binaan juga diberikan pakaian, pakaian yang diberikan sesuai

dengan umur anak-anak binaan. Anak binaan mendapatkan pakaian untuk sekolah,

bermain, dan untuk kegereja. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 1:

“iya kak, kalau tamu dateng ngasih baju kami dapet satu-satu. Semua baju

kami cukup ka, ada baju buat sekolah, main sama kegereja”.

Anak binaan juga disediakan tempat tinggal yang nyaman, setiap anak-anak

mendapatkan tempat tidur masing-masing agar mereka dapat beristirahat dengan

nyaman setelah beraktivitas seharian.

“Kami punya kasur masing-masing ka, selimut bantal masing-masing, jadi

kami bisa tidur dengan nyaman gausa sempit-sempitan. Soalnya kasur kaya

gini cuma bisa sendiri berdua sempit”.

Selain mendapatkan perhatian, kasih sayang, sandang, pangan, dan papan

anak-anak binaan juga mendapatkan pendidikan formal secara gratis. Anak-anak

binaan yang berada ditingkat TK, SD, SMP di sekolahkan di Yayasan Perguruan

Universitas Sumatera Utara


Kristen ELIDA dan anak binaan SMA disekolahkan di sekolah luar, karena Yayasan

Perguruan Kristen Elida hanya sampai tingkat SMP.

Panti Asuhan ELIDA sedang mengalami penurunan atau krisis ekonomi,

sehingga ada beberapa anak panti yang harus bayar uang sekolah dan uang les

sendiri, tapi pihak panti melihat dari keadaan orangtuanya. Jika dilihat orangtua atau

keluarganya mampu untuk membayar uang sekolah terkhusus anak SMA yang

sekolah diluar atau uang les maka pihak panti meminta bantuan dari orangtua atau

keluarga, tapi jika memang kedua orangtua dan keluarga sama sekali tidak mampu,

pihak panti mengusahakan untuk membayar uang sekolah dan uang les tersebut.

Semua anak binaan mendapatkan peralatan sekolah secara gratis.

“Dari SD sampai SMP aku sekolah gratis ka. Ya semua ka gratis, alat tulis,

seragam, sepatu sekolah, semua itu gratis. Kami mendapatkan itu semua

kadang si dari tamu-tamu ka tapi kalau tamu-tamu gak ada kasih, terpaksa

panti yang ngasih. Kalau sekarang aku bayar uang sekolah sendiri, ongkos

juga sendiri ka. Mungkin karena keluar kemarin itu kak, jadi bayar sendiri.

Kalau uang sekolah sama ongkos jadi 245 ribu ka, yang bayar itu semua

kakak soalnya kan kakak sudah kerja di Jakarta. Eem kata perma pakai

uangmu aja ndah, kan uang panti gak ada, lagi krisis gitu”.

Indah sangat bersyukur bisa bersekolah, indah menjadi tahu apa yang tadinya

Indah tidak tahu. Pengetahuannya semakin bertambah dan Indah yakin sekolah

menjadi pintu gerbang untuk mengapai cita-citanya Berikut penuturan Informan

Tambahan 1:

Universitas Sumatera Utara


“Pastinya adalah yakan kak, setelah disekolahkan kita punya peluang untuk

mencapai cita-cita kita. Kalau gak sekolah gimana mau mengapainya. Jadi

merasa bersyukur aja bisa sekolah lagi”.

Salah satu program yang diutamakan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan adalah pembinaan rohani. Anak-anak binaan diwajibkan

untuk mengikuti ibadah yang diadakan dipanti, untuk pemimpin pujiannya sendiri

ganti-gantian yang bawa tapi tetap yang bawa firman Ibu Wirawati.

“Ikutlah saya kebaktian ka! Gak harus dimarahi dulu. Kalau pimpin puji-

pujian ganti-gantian lah kak, firmannya pun kadang ibu”.

Program pembinaan rohani yang diberikan Panti Asuhan ELIDA kepada anak-

anak binaan, agar anak binaan memiliki kasih dalam dirinya dan menjadi orang yang

berguna bagi manusia dan lingkungannya. Seperti yang dialami Indah, Indah

mengalami perubahan didalam dirinya selama indah mengikuti ibadah. Dulu Indah

membalas teman yang menjahatinya, tapi sekarang Indah tidak membalas kejahatan

temannya lagi dan Indah lebih menghormati orang yang lebih tua daripadanya.

Berikut penuturan Informan Tambahan 1:

“Adalah kak, misalnya gini loh dalam ibadah pasti kita mendengar firman

Tuhan. Kita jadi tahu apa yang Tuhan inginkan dari kita. Jadi gini misalnya

kita gak sering ikut ibadah yakan kita gak tau apa yang Tuhan mau, dan apa

yang Tuhan gaksuka. Kalau kita sering ikut ibadah kita udah mendengar

firman Tuhan bilang apa, misalnya kita harus berbuat baik kepada sesama.

Jangan balas kejahatan dengan kejahatan. Jadi kita tahu disaat kita disakiti

kita gak boleh menyakitinya balik. Alkitab mengajarkan supaya kita

Universitas Sumatera Utara


menghormati orangtua kita, yang tadinya kita gak sopan sama orangtua, suka

melawan semenjak mengenal firman Tuhan lebih menghormati orangtua”.

Sarana dan Prasarana yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA masih ada

yang perlu ditambah dan diperbaiki. Ada bangunan tertentu yang umurnya sudah tua

dan pondasinya sudah mulai rapuh. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 1:

“Kalau kamar perempuan si enggak, tapi kalau di kamar laki-laki ada tuh

bocor. Kalau menurutku sih bagusan kamar perempuan yang dulu di perbaiki

ya kan ka, karena uda cukuplah ruangannya segitu jadi biar disitu aja kami

pindah. Terus kamar mandinya diperbaiki dan dipasang lampu-lampunya,

kamar laki-laki juga diperbaiki”.

Prasarana kamar bagi anak binaan juga disediakan pihak panti untuk anak

binaan. Biasanya anak-anak binaan belajar, menggerjakan tugas dan lain-lainnya di

kamar atau dimeja makan, mereka tidak memiliki meja belajar. Bagi Indah ruangan

kamar mereka terlalu sempit untuk anak perempuan, ditambah ukuran ruangan kamar

mereka tidak seluas kamar perempuan sebelumnya. Berikut penuturan dari Informan

Tambahan 1:

“Aduh enggak lah kak, sempit kali. Tempat tidurku aja di injak-injaki.

Maunya kalau segini cukupnya buat 10 orang aja. Kalau dari kebersihan di

lantainya si lumayan, tapi karna banyak barang-barang gitu kak jadi semak

gitu dilihatnya berantakan aja. Menurutku perlu sih meja belajar untuk belajar

bareng, biar bisa ngajarin adek-adek juga, soalnya kami belajar dan ngerjain

PR biasanya dikamar ka, kadang si dimeja makan.

Universitas Sumatera Utara


Selain dari itu semua listrik dan air sangat dibutuhkan di Yayasan ini, tapi

beberapa bulan ini sering terjadi pemadaman listrik dikarenakan Yayasan hampir

menunggak pembayaran. Akibat dari pemadaman listrik banyak aktivitas yang

terbengkalai.

“Kalau untuk sekarang ini si sering kak, karenakan besarnya pemakaian arus

listrik itu soalnya dulu kan di atas gak ada yang nempatin, sekarang pak agus

sudah tinggal disitu, pak agus hidupin AC, jadi bertambah aja biaya listriknya,

jadi sering diputusin hehe”. Kalau air sih emm gak ada masalah sebenarnya

Cuma karna kami sering lupa matikan jadi kadang rusak sanyonya karna

rusak kelamaan dihidupi, panas dia”.

Setiap anak binaan sudah medapatkan tugasnya masing-masing, begitu juga

dengan Indah. Indah mendapatkan tugas untuk membersihkan teras-teras yang ada

dipanti. Tugas ini pun dilakukannya setiap hari. Anak-anak binaan diwajibkan untuk

mencuci dan menyeterika bajunya sendiri. Biasanya anak-anak binaan yang sudah

dewasa diberi tugas oleh pengasuh anak untuk mencucikan baju adik-adiknya yang

masih TK atau SD kelas1,2,3, dan 4. Sisahnya mereka harus mencuci dan

menyeterika baju sendiri

“Eeemm kadang emosi juga ka, kalau udah dibersihin ada yang lari-lari lagi,

becek lagi. Sakin emosinya jadi males ngerjainnya lagi, tapi kalau udah balik

lagi dikerjain lagi kok hehe. Inisiatif sendirilah kalau diomelin gamau kerja

aku kak haha”. Untuk nyuci baju, nyeterika itu sendiri-sendiri kak, tapi aku

ditugasin untuk nyuci dan nyeterikain baju frans karena dia belum bisa nyuci

sama nyeterika”.

Universitas Sumatera Utara


Dulu anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

diajarkan keterampilan. Biasanya yang mengajarkan keterampilan itu staf-staf, kakak-

kakak atau abang-abang yang melakukan Praktek Kerja Lapangan dari kampusnya

atau relawan-relawan yang datang atas kemauan sendiri untuk mengajarkan

keterampilan kepada anak binaan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi”. Berikut

penuturan dari Informan Tambahan 1:

“Kalau dulu sih sering, keterampilan menari kaya dibilang sebelumnya tadi

buat handuklah, terus melukis. Menurut ku perlu lah dijari keterampilan lagi.

Kan gini kalau nanti kita keluar gitu kan, kita punya sesuatu yang dibawa dari

sini gitu. Jadi kita walaupun ecek-eceknya lah kita gak begitu pintar di sekolah

jadi kita punya pengalaman dari sini. Jadi bisa bangun usaha sendiri gitu.

Bagus juga gitu kalau ada kursus salon, kursus menjahit kan bisa

dikembangkan nantinya. Kalau untuk laki-laki bangun bengkel gitu”.

Pengasuh anak di Panti Asuhan ELIDA hanya berjumlah dua orang saja,

itupun satu orang merangkap sebagai tukang masak. Bagi Indah pengasuh anak tidak

perlu ditambah lagi cukup dua saja, karena anak-anaknya juga dikit. Berikut

penuturan Informan Tambahan 1:

“Kalau pengasuh anak ka cukup dua aja, ibu ajah udah bisa kok ngurus.

Malahan nanti kalau ada pengasuh baru nanti gak sesuai dengan kita gitu. Ini

kan udah merasa kaya ibu sendiri gitu”.

Universitas Sumatera Utara


5.2.5 Informan Tambahan 2

Nama : Santa Sihotang

Umur : 14 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tingkat Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Santa merupakan salah satu anak binaan dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan. Santa sudah menjadi anak binaan saat umur 7 tahun waktu

kelas 2 SD. Santa hanya memiliki seorang adik saja. Santa dan adiknya dibawa oleh

mamanya ke panti karena mama Santa harus bekerja di Malaysia, sehingga Santa dan

adiknya tidak ada yang menjaga, sedangkan ayah Santa sudah bercerai dengan

Ibunya. Santa dan adiknya tidak suka dititipkan di rumah saudara, mereka lebih suka

tinggal dipanti. Orangtua Santa jarang mengujungi mereka di panti tapi orangtua

mereka sering menanyakan kabar mereka lewat telepon.

Semua kebutuhan anak binaan di lengkapi oleh pihak panti. Tidak ada yang

dibeda-bedakan satu sama lain. Semua anak binaan mendapatkan kasih sayang,

makanan, pakaian, dan pendidikan seperti anak-anak lainnya. Menurut Santa bentuk

perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh pengasuh anak seperti

memperlakukan anak kandung mereka sendiri. Jika ada yang sakit dirawat, Ibu

Universitas Sumatera Utara


menasehati jika kami berbuat salah, dan sebagai penyemangat ketika kami sedang

bersedih karena merindukan orangtua. Berikut penuturan Informan Tambahan 2:

“Contoh bentuk kasih sayangnyanya kan ka kalau sakit di kasih obat, terus

kalau nanti siang itu pulang sekolah kalau kita main-main disuruh tidur siang,

kami selalu diingatkan untuk mandi jam 4. Aku pernah sakit dibawa ke rumah

sakit yang bawa mama sama ibu staf sakit parah, sakit daging tumbuh, kecil

sih tapi akarnya banyak. Sakit lah. Terus kalau kami langi sedih ibu buat lucu-

lucu”.

Selain bentuk perhatian dan kasih sayang yang anak binaan dapatkan, mereka

juga diberi makan seperti anak-anak lainnya tiga kali sehari. Terkadang Ibu Wirawati

harus memaksa anak-anak makan, karena anak-anak susah sekali disuruh makan.

Berikut penuturan Informan Tambahan 2:

“Makan tiga kali sehari pagi, siang dan malam. Kami sering dipaksa makan

sama ibu, karena itukan udah wajib”.

Anak-anak binaan Yayasan Panti Asuhan Elida juga diberikan pakaian. Semua

kebutuhan mereka disediakan tanpa harus membeli termasuk pakaian, baik itu

seragam sekolah, baju bermain ataupun baju untuk gereja

“Pakaian sehari-hari kelebihan pun kadang ka, dikasih seragam sekolah

juga, kadang tamu ngasih bajuka.

Kebutuhan pokok yang diberikan kepada anak binaan selain kasih sayang,

sandang dan pangan, anak-anak binaan juga mendapatkan tempat tinggal. Selain

mendapatkan tempat tinggal anak-anak binaan juga mendapatkan tempat tidur

masing-masing. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 2:

Universitas Sumatera Utara


“Iya kak kami senang tinggal dipanti, kami juga dapet tempat tidur masing-

masing”.

Selain memberikan pemenuhan kebutuhan pokok, Yayasan Panti Elida juga

memberikan pendidikan formal secara gratis, agar anak-anak binaan Panti Elida dapat

sekolah seperti anak-anak lainnya, dan memiliki sikap yang santun dan berbudi

pekerti. Pemberian sekolah gratis inipun tidak setengah-setengah diberikan kepada

anak-anak panti, mereka juga mendapatkan seragam sekolah gratis, alat tulis, dan

perlengkapan sekolah lainnya. Biasanya yang memberikan perlengkapan sekolah

adalah tamu-tamu yang datang. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 2:

“Uang sekolah, alat tulis, pakaian, sepatu dikasih gratis. Kadang yang

ngasih panti kadang tamu, dua-duanyalah. Tamu sering datang ka, mereka

kasih makan, kadang makan nasi, kadang ngasih beras, minyak, alat-alat tulis,

seragam sekolah banyak lagi lah.

Disini santa membayar uang Les atau tambahan pelajaran sendiri karena santa

tahu panti sedang mengalami krisis dan ibu santa sanggup jika hanya membayar uang

les saja. Walaupun sekolah di Yayasan Perguruan Kristen ELIDA anak binaan yang

duduk dikelas 3 SMP tetap membayar uang Les, sebenarnya uang Les ini tetap

ditanggung pihak panti, karena panti sedang mengalami krisis ekonomi bagi orangtua

yang dapat membantu panti diharapkan membantu, jika orangtua tidak mampu panti

berusaha untuk membayarnya.

“Ada bayar uang les sendiri, supaya membantu-bantu panti. Sebenarnya

pihak panti ngasih, tapi supaya kita bantu-bantu aja. Uang Les nya dikasih

sama bapak dan mama”.

Universitas Sumatera Utara


Selama disekolahkan Santa mengalami banyak perubahan didalam dirinya,

yang tadinya santa tidak tau membaca jadi tahu membaca dan santa merupakan salah

satu anak yang berprestasi dikelasnya, karena santa tidak ingin mensia-siakan apa

yang telah santa terima secara gratis. Berikut penuturan Informan Tambahan 2:

“Kalau berhitung-hitung udah pandai sih dari kampung ku, tapi kalau

membaca aku kurang. Jadi disini aku diajari membaca, terus tiap ada PR

dibantuin orang kakak-kakak. Aku rangking 2 di kelas”.

Salah satu program dari Panti ELIDA yaitu Pembinaan rohani. Pembinaan

Rohani sering dilakukan agar anak semakin paham sikap hidup beragama. Ibadah

kecil yang diadakan di panti ini dipimpin oleh satu orang secara berganti-gantian

setiap harinya. Hal ini dilakukan untuk menanamkan rasa kepercayaan diri didalam

diri anak-anak binaan. Santa jarang untuk mengikuti ibadah siang atau sore karena

pulang sekolah santa harus les tambahan dan waktu ibadah pagi santa sering

terlambat karena tidur malam tidak tepat waktu.

“Ibu sering mengajak ibadah tiap hari, aku kadang mau kadang enggak,

karena males bergerak, capek pulang sekolah. Kalau pagi sering tapi

terlambat bangun karena tidurnya jam 10 atau gak jam 11 malem, karena gak

bisa tidur jadi mani-main, karena belajar hahaha”.

Walaupun begitu santa mengalami perubahan di dalam dirinya setelah

mengikuti ibadah-ibadah yang ada dipanti. Berikut penuturan dari Informan

Tambahan 2:

Universitas Sumatera Utara


“Banyak! Perubahannya jadi lebih dekat dengan Tuhan, biasanyakan gak

kenal Tuhan, sebelum disini. Sekarang lebih dekat, terus gak nakal-nakal lagi

kaya orang luar”.

Setiap anak binaan selain mempunyai kewajiban sekolah dan mengikuti

ibadah-ibadah yang ada di panti, anak binaan wajib menjalankan tugas harian. Santa

mendapatkan tugas untuk membersihkan lapangan panti, Santa tidak sendirian

membersihkan lapangan panti, karena lapangan panti besar Santa ditemani satu anak

binaan lagi. Santa memiliki inisiatif sendiri dalam menjalankan tugasnya karena santa

tidak suka dipaksa. Berikut penuturan Informan Tambahan 2:

“Seringlah dilaksanakan, inisiatif sendiri. Masa dimarahi-marahi dulu”.

Sarana dan Prasarana yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan masih ada yang perlu diperbaiki dan ditambahi. Terutama ruangan laki-

laki atabnya yang bocor dan lantai keramiknya yang goyang ketika berjalan atau

berlari, tetapi karena keterbatasan dana pihak panti belum bisa memperbaiki itu,

sehingga pihak panti harus sabar menunggu dan mereka banyak-banyak berdoa agar

ada Hamba Tuhan yang berbaik hati yang mau membantu untuk memperbaiki

ruangan yang rusak.

“oh ada! kamar perempuan kadang ini kalau musim hujan itu atabnya bocor

tapi sedikit, gak kena kasur kena sampingnya aja, sama sebelah sana ruang makan

itukan dindingnya berlumut diatasnya, terus keramiknya kalo dipijak kaya goyang,

kaya mau jatuh gitu jadi maunya keramiknya diperbaiki. Dapur, kulkasnya harusnya

diganti karena tidak terpakai lagi. Ruangan laki-laki ada kak banyakan yang bocor

bekas kamar kami, dari kemarin udah diperbaiki cuman kurasa bocor lagi gitu.

Universitas Sumatera Utara


Kamar mandi ada yang perlu diperbaiki atabnya udah mulai hancur semua, pintu

kadang rusak juga haha, lampu gak ada”.

Kamar salah satu pelayanan yang diberikan kepada anak binaan. Bagi santa

ruangan kamar yang dulu lebih nyaman dibandingkan ruangan kamar yang sekarang,

karena ruangan kamar yang dulu lebih luas dibandingkan ruangan kamar yang

sekarang. Santa pun menggerjakan tugas sekolahnya di kamar karena tidak ada meja

belajar. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 2:

“Menurut santa kalau disuruh pilih ini atau yang dulu lebih suka yang dulu,

kalau inikan kaya gempet-gempet gitu gak suka. Karena disana pakai papan

kalau ini langsung kelantai kasurnya. Ruangan kamar ini kadang bersih

kadang kotor kali, ada jadwal piket. Kalau mau tukar kerja ya itu terserah

dengan kakak paling atas”. Biasanya aku juga ngerjain PR dikamar, perlu sih

meja belajar satu orang satu meja belajar gitu hahaha”.

Persediaan air di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

memang sering tersedia, tapi sering juga rusak. Berikut penuturan dari Informan

Tambahan 2:

“Air sering tersedia, kadang-kadang mati si. Sanyonya pernah rusak karena

kadang dicabut, kadang dicok, karena keseringan dicabut dan dicok jadi

rusak”.

Pengasuh anak di Panti Asuhan ELIDA hanya berjumlah dua orang saja,

itupun satu orang merangkap sebagai tukang masak. Bagi Santa pengasuh anak tidak

perlu ditambah lagi cukup dua saja, karena anak-anaknya juga dikit. Berikut

penuturan Informan Tambahan 2:

Universitas Sumatera Utara


“Enggak, udah cukup aja karena kan kita Cuma dikit, tiga dua pengasuh

anak cukupnya itu, lagian uda besar-besar gak kecil lagi”.

Dulu anak binaan Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home Medan

diajarkan keterampilan. Biasanya yang mengajarkan keterampilan itu kakak-kakak

atau abang-abang yang melakukan Praktek Kerja Lapangan dari kampusnya atau

relawan-relawan yang datang atas kemauan sendiri untuk mengajarkan keterampilan

kepada anak binaan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi dan harapan santa supaya

sekarang ada lagi yang mengajarkan mereka keterampilan, agar anak binaan tahu

dimana bakatnya. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 2:

“Pernah kami diajari keterampilan. Membuat ice cream dari handuk

maksudnya ada botol disini baru handuknya kita bentuk-bentuk kaya ice cream

gitu, jadi nampaknya kaya ice-cream, padahal handuk isinya. Yang ngajarin

kakak-kakak kuliahan ka mita. Selain itu ada lagi diajarin melukis,

menggambar dan belajar musik. Menurut santa perlu ada lagi yang ngajarin

keterampilan supaya makin pintar, dan menjadi tahu bakat kita dimana”.

Semua anak binaan di Yayasan Panti Asuhan Elida Children Home Medan

medapatkan pelayanan yang sama. Pelayanan yang diberikan agar anak binaan

menjadi anak yang berprestasi, memiliki kasih kepada Kristus dan sesamanya, peka

terhadap lingkungannya dan memiliki kontribusi terhadap perkembangan kehidupan

manusia dan lingkungannya diseluruh dunia. Bagi santa pelayanan yang diberikan

pihak panti sudah pas, tidak ada yang kurang, santa mendapatkan sama seperti anak-

anak diluar sana yang tinggal dengan orangtua mereka. Berikut penuturan dari

Informan Tambahan 2:

Universitas Sumatera Utara


“Udah pas! Gak ada yang kurang, karena kalau contohnya pun kita gak

tinggal disini, gak seindah disanalah kita bilang, lebih baik kita tinggal disini

daripada di luar. Kalau diluarkan, apa lagi kalau di tempat saudara itu

kadang kita itu dibuat pilih kasih sama anaknya sedangkan disini rata kasih

sayangnya”.

5.2.6 Informan Tambahan 3

Nama : Melisa Halawa

Umur : 15 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tingkat Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama

Agama : Kristen Protestan

Suku : Nias

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Melisa merupakan salah satu anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA.

Melisa sudah menjadi anak binaan Panti ELIDA saat berusia 7 tahun. Kedua orangtua

Melisa tinggal di Nias dan bekerja sebagai petani. Dulu Melisa sudah pernah sekolah

di kampung tapi karena jarak dari rumah ke sekolah sangat jauh itupun Melisa harus

jalan kaki dan karena keterbatasan ekonomi Melisa harus putus sekolah. Kebetulan

ada saudara Melisa yang datang kerumah dan menceritakan bahwa Ia tinggal di panti

asuhan Medan dan disana Ia disekolahkan. Oleh karena itulah kedua orangtua Melisa

Universitas Sumatera Utara


memutuskan agar Melisa tinggal dipanti Asuhan ELIDA Medan saja. Melisa pun

diantarkan saudaranya ke Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan.

Melisa mau tinggal dipanti agar dia dapat bersekolah lagi. Melisa merupakan anak

yang rajin di Panti, Melisa selalu menjalankan tugasnya tanpa disuruh oleh pengasuh

anak, sehingga pengasuh anak memberikan kepercayaan kepada Melisa. Selama

Melisa tinggal di panti kedua orangtuanya tidak pernah mengunjunginya karena jarak

yang jauh, kedua orangtua melisa hanya sering memberi kabar lewat via telepon,

hanya saudaranya sajalah yang mengujungi Melisa, itupun hanya sesekali.

Bentuk perhatian dan kasih sayang yang diterima Melisa sama seperti anak

binaan lainnya. Melisa menganggap pengasuh anak seperti penganti ibunya, dan

Melisa yakin pengasuh anak akan mengajarkan hal-hal yang baik kepadanya, dan

menasehati Melisa ketika Ia melakukan kesalahan. Berikut penuturan Informan

Tambahan 3:

“Perma, Ibu pangaribuan baik-baik ka. Kalau aku sakit sama mereka

dirawat. Pokoknya kaya ibu kandung deh. Nanti kan ka kalau kami nakal

perma nasehatin kami, tapi kalau kami udah nakal kali baru deh diomelin”.

Sama seperti anak lainnya melisa juga mendapatkan makan tiga kali sehari,

mendapatkan pakaian, seragam sekolah, tempat tidur.

“Dikasilah ka makan tiga kali sama ibu, pagi siang sama sore ka, pakaian-

pakaian juga dikasih ka. Tamu-tamu juga ngasih ka, ngasih seragam sekolah.

Kami juga dikasih tempat tidur sendiri-sendiri.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, Melisa merupakan anak yang

rajin di panti. Melisa jarang bermain setelah pulang sekolah, biasanya setelah pulang

Universitas Sumatera Utara


sekolah Melisa langsung mengerjakan tugas sekolahnya, melakukan tugas-tugas di

panti ataupun langsung tidur siang. Berdasarkan penuturan dari pengasuh anak

Melisa merupakan salah satu anak binaan yang paling rajin melaksanakan ibadah

yang ada di panti, tanpa perlu dipaksa atau dimarahi. Berikut penuturan dari Informan

Tambahan 3:

“Ibadah dipanti ada tiga kali ka, pagi siang dan sore. Aku paling rajin ka

ibadah, apalagi ibadah pagi, tapi kalau ada kegiatan disekolah aku gak ikut

ibadah kak. Yaa yang bawa puji-pujian ganti-gantian ka”.

Melisa sering mengikuti ibadah-ibadah yang ada di panti, dan melisa merasa

ada perubahan didalam dirinya setelah Melisa mengikuti ibadah-ibadah yang ada di

panti. Dulu waktu masih tinggal di kampung Melisa memang sering diajak kegereja,

tapi Melisa tidak tahu apa tujuan Melisa kegereja, tapi semenjak Melisa mengikuti

ibadah-ibadah yang ada di panti, Melisa jadi mengerti tentang agama. Berikut

penuturan dari Informan Tambahan 3:

“Disana itu di kampung itu aku dibawa gereja sama mamaku, terus aku tuh

gereja ya gereja tapi gak tau siapa yang aku apain, yang aku sembah itu gak

tau, tapi semenjak disini dikasih tau semuanya jadi ngerti, aku tau berdoa

disini”.

Melisa mulai disekolahkan oleh pihak panti saat iya berusia 7 tahun, Melisa

mendapatkan semua keperluan untuk sekolah secara gratis. Melisa tidak perlu bayar

uang sekolah, mendapatkan buku tulis, buku gambar, alat tulis, pakaian, baju sekolah,

sepatu dari panti atau dari para donatur.

Universitas Sumatera Utara


“SPP gratis ka, buku tulis, buku gambar, alat tulis, pakaian, baju sekolah,

sepatu, uang kadang-kadang di kasih sama donatur ka”.

Melisa sama seperti santa juga duduk di kelas 3 SMP dimana harus mengikuti

Les tambahan, tetapi uang les tambahan melisa tetap di bayar oleh pihak panti karena

kedua orangtua melisa tidak sanggup untuk menggirim uang, sesekali pernah kedua

orangtua Melisa menggirimkan uang dan dititipkan kepada saudaranya yang

dimedan, tetapi sebagian uang Melisa diambil oleh saudaranya karena saudara Melisa

juga butuh uang. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 3:

“Kalau santa lisbra dikirim uang les nya sama orangtua mereka, kalau aku

panti yang nanggung. Mereka kan dapat kiriman dari orangtuanya aku enggak

dapat kiriman. Orang itu sendiri kak yang minta sama orangtua mereka,

sebenarnya mau dibayar panti tapi karena mereka sendiri yang minta supaya

bisa membantu panti. Kan bukan kami aja yang apa, restina kan juga butuh

uang sekolah. Masih banyak pengeluaran keuangan kami, jadi kalau orangtua

mereka masih sanggup, mereka minta kiriman. Masih sanggupnya orangtua

nya kak, kalau aku memang sama sekali gak sanggup mama bapakku kak. Aku

bisa aja minta kak ka, tapi kalau nanti dikirim ke saudara suruh kasih ke aku,

saudara kan juga butuh duit, jadi nantinya setengah sampai ke aku”.

Melisa sangat bersyukur sekali karena bisa disekolahkan oleh pihak panti. Di

kampung dia tidak bisa apa-apa, biasanya di kampung melisa hanya bantu mamanya

ke ladang saja atau bermain dengan teman-temannya. Melisa putus sekolah selain

karena keterbatasan ekonomi juga karena jarak dari rumahnya ke sekolah sangat jauh.

Faktor utama Melisa tinggal dipanti adalah karena Melisa ingin sekolah. Melisa

Universitas Sumatera Utara


merasa banyak sekali perubahan di dalam dirinya semenjak Melisa disekolahkan

selain bertambahnya pengetahuan Melisa, Melisa menjadi lebih percaya diri lagi dan

mudah bergaul beda seperti dulu yang masih malu-malu. Berikut penuturan Informan

Tambahan 3:

“Aku di kampung gak tau apa-apa kaya orang bodoh-bodoh gak tau apa-apa,

sopan santun ku juga gak ada. Dulu waktu sekolah di kampung sikapku

nilainya C masih ingat aku kak, orang gak diajari apa-apa. Disini aku semua

tau kak, diajari sopan santun, diajari menghormati dan menghargai orang

lain. Semua diajarin, yang tadinya aku gatau jadi tau semua, cara menulis dan

membaca semua diajarin sama guru. Awal masuk sekolah aku susah bergaul

kak, dulu aku lebih suka diam-diam, pemalu aku orangnya kak, tapi pas udah

SMP aku udah mulai berubah sudah mulai percaya lagi. Aku bersyukur bisa

diajari disini”.

Setiap anak binaan selain mempunyai kewajiban sekolah dan mengikuti

ibadah-ibadah yang ada di panti, anak binaan wajib menjalankan tugas harian. Melisa

merupakan salah satu anak binaan yang paling rajin, tanpa disuruh Melisa sudah

menggerjakan tugasnya. Awalnya Melisa mendapatkan tugas untuk membersihkan

kamar perempuan tapi karena inisiatifnya sendiri Melisa jadi membersihkan aula,

karena melisa tidak ingin temannya selalu kena marah karena jarang membersihkan

aula. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 3:

“Iya sering ka inisiatif sendiri, gak usah disuruh lagi, kan udah dibagiin

tugasnya. Sekarang tugasku udah ganti ka bersihin aula. Aku sendiri yang

minta, karena mita kalau disuruh bersihin sama ibu marah-marah, jadi aku

Universitas Sumatera Utara


minta ganti aja. Mita bersihin kamar perempuan dan aku aula, supaya si mita

gak dimarah-marahi, supaya gak ngeluh terus karena mita ngeluh terus ka dia

bilang: ah aku-aku terus, capek aku. Jadi aku deh bersihin aula, lebih enak

bersihin aula dari pada kamar harus merepet-merepet dulu, kalau aula kan

sisah dibersihin gak perlu merepet-repet”.

Sarana dan Prasarana yang perlu diperbaiki menurut Melisa yaitu ruangan laki-

laki dan kamar mandi. Karena ruangan laki-laki bocor dan kamar mandi tidak ada

lampu nya. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 3:

“Ada ka! Kamar laki-laki ka bocor, kasian juga mereka ka kalau hujan

mereka kebocoran, jadi sering becek. Terus kamar mandi pintu nya rusak ka,

sama kamar mandinya gak ada lampunya jadi kalau malam gelap ka, jadi

pake senterlah kak”.

Kamar merupakan salah satu prasarana dan sarana yang diberikan kepada anak

binaan. Menurut Melisa ruangan kamarnya yang sekarang sempit dibandingkan yang

dulu. Terlihat sempit karena banyak barang. Biasanya Melisa juga menggerjakan

tugas-tugas sekolah dikamar kadang di meja makan dan Melisa merasa perlu

disediakan meja belajar. Berikut penuturan Informan Tambahan 3:

“Sempit ka. Terlalu banyak barang, terus kasurnya dempet-dempet ka.

Heem… tenggoklah lah kak. Biasanya aku ngerjain tugas sekolah di kamar ini

atau gak di meja dapur terserah mau dimana. Sebenarnya belajarnya diruang

TV sana karna disana becek jadi gak bisa. Perlu sih meja belajar gausah satu

orang satu beberapa aja yang penting bersama-sama”.

Universitas Sumatera Utara


Pengasuh anak di Panti Asuhan ELIDA hanya berjumlah dua orang saja,

itupun satu orang merangkap sebagai tukang masak. Bagi Melisa pengasuh anak tidak

perlu ditambah lagi cukup dua saja, karena anak-anaknya juga dikit. Berikut

penuturan Informan Tambahan 3:

“Gak usah kak, kan udah ada ibu. Cukup 2 orang aja, yang ada makin pusing

nanti stafnya karena sikap anak-anak disini kan berbeda-beda latar-

belakangnya. Ibu aja udah pusing, nanti kalau tambah staf lagi pusing mereka

karena anak-anak disini beda-beda sifatnya ada yang beginilah ada yang

kurang kasih sayang, ada yang supaya diperhatikan dibuatlah onar-onar

supaya diperhatikan”.

Dulu anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

diajarkan keterampilan. Biasanya yang mengajarkan keterampilan itu kakak-kakak

atau abang-abang yang melakukan Praktek Kerja Lapangan dari kampusnya atau

relawan-relawan yang datang atas kemauan sendiri untuk mengajarkan keterampilan

kepada anak binaan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Harapan Melisa supaya

sekarang ada lagi yang mengajarkan mereka keterampilan, agar kami tau kelebihan

kami. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 3:

“Iya kak dulu diajari, buat boneka, menggambar, melukis, musik gitu. Ada

kakak-kakak dari luar yang ngajarin. Perlu kak diajari keterampilan lagi biar

kami tau masing-masing kelebihan yang ada didalam diri. Jujur aja aku

orangnya malu, cepat menyerah kak belum di coba udah nyerah sampai disini

kan ka diajari semua aku binggung, karena disana gak pernah diajarin yang

Universitas Sumatera Utara


kaya gini. Yang aku tau bersih-bersih bantu mama kalau soal masak gatau.

Pokoknya disinilah aku tau semua”.

5.2.7 Informan Tambahan 4

Nama : Sonia Sihotang

Umur : 11 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tingkat Pendidikan : Sekolah Dasar

Agama : Kristen Protestan

Suku : Batak

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Sonia merupakan salah satu anak binaan dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan. Sonia sudah menjadi anak binaan saat umur 4 tahun. Sonia

hanya memiliki satu kakak perempuan saja, dan kakak perempunya juga tinggal di

panti. Sonia dan kakaknya dibawa oleh mamanya ke panti karena Mama Santa harus

bekerja di Malaysia, sehingga Sonia dan Santa tidak ada yang menjaga. Sonia dan

kakaknya tidak suka dititipkan di rumah saudara, mereka lebih suka tinggal di panti.

Orangtua santa jarang mengujungi mereka di panti tapi orangtua mereka sering

menanyakan kabar mereka via telepon.

Universitas Sumatera Utara


Kasih sayang yang diterima oleh Sonia sama seperti anak-anak binaan lainnya,

Sonia mendapatkan perawatan ketika Sonia sakit, dan Sonia tidak merasakan

perbedaan kasih sayang yang diberikan pengasuh anak.

“Dapat, contohnya kalau aku lagi sakit orang itu merawat aku, terus mereka

bantu aku ngerjain PR, mereka enggak pernah mukul aku”.

Kebutuhan sandang, pangan, papan juga diterima oleh sonia sama seperti anak

lainnya. Sonia mendapatkan baju untuk bermain, baju untuk sekolah, dan baju untuk

kegereja. Sonia juga makan tiga kali sehari sama seperti dengan anak lainnya pagi,

siang, dan malam, dan juga mendapatkan tempat tempat tinggal yang nyaman.

Berikut penuturan Informan Tambahan 4:

“Iya ka, dikasih ko baju. Tergantung tamu ngasihnya apa, kadang tamu

ngasih baju main, kadang ngasih baju sekolah, kalo baju sekolah biasanya

telepon ibu dulu anak-anak kelas berapa. Kami dapat makan tiga kali, pagi-

pagi sebelum berangkat makan dulu, pulang sekolah makan, sama malem ka.

Iya ka dikasih satu-satu kasur tapi kamar perempuan yang sekarang sempit

karena rame kali”.

Bidang pendidikanya sendiri tidak ada masalah, karena Sonia mendapatkannya

secara gratis. Sonia hanya perlu belajar dan berdoa agar banyak berkat yang diberikan

Tuhan.

“Gak bayar uang sekolah kak. Alat tulis dapet dari tamu. Tamu sering

dateng, kami sering doa semoga tamu banyak yang datang. Kalau mau ngasih

sepatu ditanyain dulu sama ibu”.

Universitas Sumatera Utara


Sonia merasakan banyak perubahan didalam dirinya setelah Sonia

disekolahkan. Sonia menjadi lebih pintar dari sebelumnya, dan Sonia bisa

menghormati orang yang lebih tua darinya. Bagi Sonia jika sudah diberikan gratis

jangan disia-siakan, harus belajar lebih giat lagi agar tidak mengecewakan. Berikut

penuturan Informan Tambahan 4:

“Iya lah kak, menjadi lebih pintar lagi. Kalau dikasih gratis harus belajar

lebih giat lagi. Aku diajarin sopan santun kak disekolah, diajarin banyak di

bidang-bidang ilmu dan lain-lain”.

Permasalahan yang biasanya dialami oleh pengsuh anak saat mengajak anak-

anak binaan ibadah adalah saat melakukan ibadah pagi hari, karena anak-anak susah

untuk dibangunkan. Begitu juga dengan Sonia yang terkadang susah untuk bangun

pagi karena masih mengantuk. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 4:

“Iya kak ibu sering ngajak ibadah. Pernah aku gak ikut ibadah pagi karena

masih ngantuk. Kalau sore aku ikut terus ka”.

Walaupun begitu Sonia merasa ada perubahan didalam dirinya, Sonia lebih

mengerti tentang Firman Tuhan. Berikut penuturan Informan Tambahan 4:

“Adalah kak perubahan. Menjadi lebih mengerti tentang Firman Tuhan”.

Setiap anak binaan selain mempunyai kewajiban sekolah dan mengikuti

ibadah-ibadah yang ada dipanti, anak binaan wajib menjalankan tugas harian. Begitu

juga dengan Sonia yang mendapatkan tugas untuk membersihkan kantor panti.

Kadang Sonia menggerjakan tugasnya karena disuruh dulu oleh pengasuh anak

kadang karena keinginannya sendiri. Berikut penuturan Informan Tambahan 4:

Universitas Sumatera Utara


“Aku bersihin kantor panti, kadang inisiatif sendiri kadang juga disuruh.

Setiap hari aku bersihin tapi kalau masih bersih kali kadang cuma aku sapu

aja”.

Sarana dan Prasaana yang masih harus diperbaiki dan ditambahi menurut

Sonia adalah kamar laki-laki, pintu kamar mandi, lampu kamar mandi dan kulkas.

Berikut penuturan Informan Tambahan 4:

“Itu ka, kamar laki-laki ada yang bocor. Pintu kamar mandi, lampu kamar

mandi gak ada lagi, kulkas maunya diganti”.

Salah satu sarana yang dibutuhkan anak binaan yaitu meja belajar, karena

anak-anak binaan biasa menggerjakan tugas di lantai kamar mereka terkadang anak-

anak binaan juga menggerjakan tugas atau belajar dimeja makan. Berikut penuturan

Informan Tambahan 4:

“Disini, di lantai kamar. Pegel sih kak. Jadi kayanya perlu meja belajar satu

aja tapi besar”.

Bagi Sonia penambahan pengasuh anak itu perlu karena anak-anak binaan di

panti nakal-nakal. Jika hanya dua orang pengasuh saja nanti pengasuh anak bisa

pusing, kira-kira perlulah ditambah satu orang pengasuh anak lagi. Berikut penuturan

Informan Tambahan 4:

“Perlu, karena anak-anak disini nakal-nakal semua. Nanti penggurusnya

botak semua haha. Maksudnya kan kak kalau cuma perma sama ibu ini botak

mereka berdua ngurus kami, maunya ada yang lain lah, supaya gak terlalu

pening. Ditambah satu orang lagi lah”.

Universitas Sumatera Utara


Dulu anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

diajarkan keterampilan. Biasanya yang mengajarkan keterampilan itu kakak-kakak

atau abang-abang yang melakukan Praktek Kerja Lapangan dari kampusnya atau

relawan-relawan yang datang atas kemauan sendiri untuk mengajarkan keterampilan

kepada anak binaan, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Dulu anak binaan banyak

diajarkan keterampilan, seperti membuat pita dari kain, membuat ice-cream dari kain,

diajari musik dan lain-lain. Harapan Sonia supaya sekarang ada lagi yang mau

mengajarkan mereka keterampilan, agar Panti ELIDA lebih kreatif lagi. Berikut

penuturan dari Informan Tambahan 4:

“Pernah, membuat pita dari kain, membuat ice-cream dari kain, membuat

banyak lah. Perlu ada lagi kak yang ngajarin supaya Panti Elida itu lebih

kreatif lagi”.

5.2.8 Informan Tambahan 5

Nama : Kaleb Samuel

Umur : 12 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tingkat Pendidikan : Sekolah Dasar

Agama : Kristen Protestan

Suku : Aceh

Alamat :Jalan Flamboyan Raya IV-A nomor 2 Tanjung

Selamat Medan Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


Kaleb sudah menjadi anak binaan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan sejak Kaleb berumur satu bulan. Kaleb hanya diantar oleh saudaranya ke panti

ini pada tahun 2015. Kedua orangtuanya tidak diketahui keberadaannya. Salah satu

pengasuh anak yaitu Ibu Amacun sudah menganggap kaleb seperti anaknya sendiri,

karena Ibu Amacun sendiri memutuskan untuk tidak menikah. Sejak kaleb bayi

hingga berumur 12 tahun Kaleb mendapatkan perhatian dan kasih sayang layaknya

seorang ibu kandung, Kaleb diberikan susu dan makanan sehat lainnya. Kaleb juga

diajarkan menjadi anak yang Takut akan Tuhan.

Sejak kecil Kaleb tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibu

kandungnya sendiri. Keberadaan kedua orangtuanya saja Kaleb tidak tahu dimana.

Hanya saudaranya yang sesekali mengujunginya di panti. Tetapi Kaleb mendapatkan

perhatian dan kasih sayang dari para pengasuh anak, karena sudah sejak bayi Kaleb

tinggal dipanti terkadang apa saja permintaan Kaleb di turuti oleh Ibu Amacun tapi

masih batas kenormalan. Bukan hanya pengasuh anak yang menjaga dan merawat

Kaleb tapi kakak-kakak dan abang-abang pun juga menyayangi dan merawat Kaleb.

“Aku disini katanya tahun 2015 ka, soalnya masih bayi. Aku di sayang sama

perma sama yang lainnya juga. Contohnya kan ka apa yang aku minta

dikasih, tapi aku harus rajin sekolah. Kadang-kadang kalau aku sering ikut

ibadah sama ngerjain piket dikasih 2000 sama perma”.

Semenjak Kaleb kecil segala kebutuhan sandang, pangan, papan sudah

dipenuhi oleh panti. Kaleb diberikan baju sejak Ia masih kecil sampai kaleb berusia

12 tahun, pakaian yang diberikannya pun sesuai dengan umurnya dan makanan yang

diberikanpun sesuai dengan umurnya sampai Kaleb berusia 12 tahun.

Universitas Sumatera Utara


“Semua dikasih ka sama panti dari dulu dari aku kecil, baju dikasih kadang

baju abang-abang yang udah gamuat tp masih bagus dikasih ke aku. Makan

juga dikasih, ibu kadang marah-marah nyuruh aku makan, soalnya kadang

aku males makan”.

Selain perhatian, kasih sayang, sandang, pangan, dan papan kaleb juga

disekolahkan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai sekarang kelas 6 SD. Kaleb

disekolahkan di Yayasan Perguruan Kristen ELIDA dimana Yayasan ini juga milik

bapak Pdt. Domianus. Semua kebutuhan perlengkapan sekolah sudah disediakan

pihak panti dan dibantu oleh para donatur. Berikut penuturan dari Informan

Tambahan 5:

“Gak bayar uang sekolah kak, kan sekolahnya di sekolah Elida juga. Alat-

alat tulis dikasih sama donatur, yang dikasih kaya alat tulis, baju, sepatu.

Tamu-tamu sering datang kak kepanti”.

Selama disekolahkan oleh pihak panti Kaleb jadi bisa membaca dan menulis

dan pintar dalam mata pelajaran matematika. Di sekolah Kaleb juga diajarkan untuk

menghormati orang yang lebih tua dari padanya. Berikut penuturan dari Informan

Tambahan 5:

“Aku jadi bisa membaca, bisa kali-kalian, bagi-bagian. Terus aku juga

diajarkan sopan santun disekolah ka, menghormati orang yang lebih tua dari

aku”.

Sejak Kaleb kecil sudah ditanamkan nilai-nilai agama, agar kaleb menjadi

anak yang takut akan Tuhan, karena pembinaan rohani merupakan program yang

diwajibkan di Panti ini. Tetapi untuk ibadah pagi sendiri kaleb jarang untuk

Universitas Sumatera Utara


mengikutinya. Sama seperti anak lainnya susah untuk bangun pagi. Berikut penuturan

dari Informan Tambahan 5:

“Ibu sering ngajak ibadah tapi aku jarang ikut ibadah pagi ka soalnya masih

ngantuk, kalau libur sering sih ikut ibadah pagi hahaha, sore aku sering ya

ikut ibadah. Yang bawa puji-pujian ganti-gantian”.

Walaupun begitu Kaleb mengalami perubahan dalam dirinya setelah

mengikuti ibadah-ibadah yang ada di panti. Kaleb lebih mengerti apa saja yang

Tuhan mau dan tau apa saja yang Tuhan tidak suka manusia lakukan. Berikut

penuturan dari Informan Tambahan 5:

“Aku jadi tau perintah-perintah Tuhan kak, kaya jangan mencuri jangan

melawan orangtua dan aku menjadi lebih baik lagi, terus bisa dibilangin”.

Setiap anak binaan selain mempunyai kewajiban sekolah dan mengikuti

ibadah-ibadah yang ada dipanti, anak binaan wajib menjalankan tugas harian. Begitu

juga dengan Kaleb yang mendapatkan tugas untuk membersihkan kamar laki-laki.

Kaleb harus dimarahi dulu baru menggerjakan tugasnya, karena kaleb selalu keasikan

untuk bermain di luar. Berikut penuturan dari Informan Tambahan 5:

“Aku bersih-bersih kamar laki-laki, aku diomelin dulu baru ngerjain tugasku”.

Sarana dan Prasarana yang rusak juga menjadi kendala bagi Kaleb, terutama

ruangan laki-laki yang bocor dan keramik ruangan lak-laki yang jika dibawa jalan

atau lari seperti goyang. Ini sangat menganggu bagi anak laki-laki untuk beraktivitas,

jadi anak laki-laki sering menghabiskan waktu di lapangan bermain. Beberapa sarana

yang perlu diperbaiki menurut Kaleb yaitu pintu kamar mandi, pipa air di dapur, dan

kulkas, karena sarana-sarana tersebut rusak.

Universitas Sumatera Utara


Berikut penuturan Informan Tambahan 5:

“Ruangan laki-laki ka keramiknya gak bagus, kalo jalan kaya mau jatuh,

terus atabnya lagi bocor apalagi sekarang musim hujan jadi bocor terus.

Terus lemari-lemarinya ka diperbaiki supaya cantik. Kamar mandinya,

pintunya rusak ka maunya diperbaiki. Kalau dapur pipa airnya rusak,

kulkasnya juga”.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan prasarana yang banyak

mengalami kendala adalah ruangan laki-laki. Atabnya bocor dimana-mana, ketika

peneliti berjalan di ruangan laki-laki keramiknyapun sudah mulai rusak, berasa

goyang. Peneliti sering melihat ruangan laki-laki becek dan menyebabkan menjadi

kotor.

Pengasuh anak di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

hanya dua orang saja, itupun satu pengasuh anak harus merangkap sebagai tukang

masak, tapi bagi kaleb pengasuh anak di panti cukup dua orang saja. Berikut

penuturan Informan Tambahan 5:

“Enggak perlu, gapapa kalau bisa kakak aja hehe. Dua orang aja udah pas

ka”.

5.3 Analisis Data

5.3.1 Standar Pelayanan Sosial

Masalah standar pelayanan sosial dan juga keorganisasian lembaga

kesejahteraan sosial tentu sangat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi penyandang

Universitas Sumatera Utara


masalah kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial itu sendiri adalah pelayanan yang

ditujukan untuk membantu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dalam

mengembalikan fungsi sosialnya (Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial).

Pelayanan Sosial meliputi jaminan sosial, perumahan, kesehatan, pekerjaan sosial,

dan pendidikan, ini merupakan pelayanan sosial secara luas. Spicker (dalam

Fahrudin, 2012:49). Kementerian Sosial Republik Indonesia menentukan dua Standar

Pelayanan Sosial yaitu Standar Proses Pelayanan dan Standar Hasil Pelayanan.

Tahap-tahap Standar Proses Pelayanan Sosial yakni tahap penerimaan, tahap

identifikasi dan assesmen, tahap perencanaan intervensi pelayanan, tahap pelaksanaan

pelayanan dan tahap terminasi. (Berdasarkan Standar Lembaga Kesejahteraan Sosial

menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia).

1. Standar Proses Pelayanan

Selama Bapak Agus tinggal di panti dan menjabat sebagai kepala panti, Bapak

Agus sudah diajarkan oleh Bapak Pdt.Domianus bagaimana cara penerimaan anak

binaan. Cara penerimaan anak yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan yaitu berdasarkan survey atau investigasi lapangan. Berikut

penuturan Bapak Agus.

“Cara penerimaan anak yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan yaitu berdasarkan survey atau investigasi lapangan

untuk memastikan dari semua pihak bahwa anak ini bukan anak bermasalah

dalam arti diperjualbelikan dan memang benar anak tersebut membutuhkan

Universitas Sumatera Utara


perhatian, perlu untuk dibantu, diasuh, dididik, dan dibesarkan”. (Informan

Utama)

Setelah dilakukan survey dan investigasi pada waktu penyerahan anak

orangtua atau wali yang menggantar anak ke panti harus membawa surat kelengkapan

seperti :

1) Memiliki identitas yang jelas (di buktikan dengan adanya akte kelahiran,

kartu keluarga),

2) Surat Baptis (bagi yang beragama Kristen),

3) Rekomendasi dari lurah atau camat tempat dimana berdomisili sebelumnya,

4) Status anak

5) Orangtua atau wali anak (sipengantar) membuat surat pernyataan di atas

segel atas penyerahan anak kepada Yayasan Panti Asuhan Elida.

Hal ini juga dikatakan oleh Ibu Amacun yang sudah lama menjadi pengasuh

anak dimana tata cara penerimaan anak yaitu dilihat dulu bagaimana keadaan

keluarganya. Harus memiliki surat-surat kejelasan.

“Tata cara penerimaan anak ya dilihat dulu bagaimana keadaan

keluarganya. Harus memiliki surat-surat kejelasan. Biasanya anak-anak yang

sudah memiliki kelengkapan surat langsung diterima di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan”. (Informan Kunci 1)

Ibu Wirawati sendiri tidak tahu bagaimana cara penerimaan anak di Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home karena Ibu Wirawati belum lama tinggal di

panti.

Universitas Sumatera Utara


“Saya tidak tahu soal tata cara penerimaan anak di panti ini, karena saya

masih baru disini masih 1 tahun, dan kebanyakan anak-anak disini lebih lama

dibandingkan saya, dan biasanya yang lebih tau tentang cara penerimaan

anak itu perma dan pak agus, karena beliau sudah lama di panti ini”.

(Informan Kunci 2)

Kontrak pelayanan dilakukan oleh orangtua, keluarga atau wali anak untuk

melakukan kesepakatan dan menandatangani atau bertanggung jawab dalam arti

menyerahkan sepenuhnya pengasuhan anak kepada pihak panti.

Proses pengambilan keputusan ketika anak pertama kali memasuki Yayasan,

setelah dilakukan survey dan investigasi sesuai dengan persyaratan Yayasan, maka

anak langsung diterima sebagai anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA. Yayasan

memiliki persyaratan untuk orangtua, keluarga atau wali yang membawa anak ke

Yayasan Panti Asuhan Elida sesudah anak diterima dipanti. Persyaratan itu antara

lain:

1) Selama beberapa bulan anak tinggal di panti, dilihat perkembangan anak

jika perkembangannya semakin buruk secara mental karena terpisah dari

keluarga aslinya mau tidak mau harus dipulangkan. Tujuannya jangan

sampai anak mengalami depresi

2) Tujuan dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan yaitu

mendidik, mengasuh, menanamkan kasih, dan membesarkan anak secara

baik, tetapi jika tingkahlaku dan kepribadian anak dari awal masuk panti

tidak bisa mengikuti peraturan yang dibuat, maka orangtua, keluarga atau

wali harus mengambil anaknya kembali.

Universitas Sumatera Utara


3) Apabila anak yang diserahkan kepada pihak panti cepat beradaptasi dan bisa

mengikuti peraturan yang diberikan, maka anak boleh untuk tinggal dipanti

Proses perencanaan intervensi yang dilakukan Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home medan, berlaku untuk semua anak binaan.

“Semua anak binaan yang tinggal dipanti diwajibkan mengikuti semua

peraturan yang telah dibuat pihak panti. Semua anak binaan mempunyai hak

dan kewajiban yang sama di panti, mereka juga memiliki kewajiban untuk

sekolah, melaksanakan tugas harian, dan mengikuti ibadah-ibadah yang ada

di panti. Setiap kelompok sudah memiliki tugasnya masing-masing dan tugas

tersebut ditukar setiap minggunya”. (Informan Utama)

Ibu Amacun juga mengatakan hal yang sama bahwa proses perencanaan yang

dilakukan Yayasan Panti Asuhan ELIDA berlaku untuk semua anak.

“Semua anak binaan mempunyai hak dan kewajiban yang sama di panti,

mereka juga memiliki kewajiban untuk melaksanakan ibadah yang diadakan

panti, sekolah dan menggerjakan tugas harian. Setiap kelompok sudah

memiliki tugasnya masing-masing dan tugas tersebut ditukar setiap

minggunya”(Informan Kunci 1)

Pada tahap pelaksanaan pelayanan dilakukan tinjau ulang (reviu) berkala

perkembangan perubahan klien dan perkembangan kasus atau masalah klien. Melihat

apakah anak binaan mengikuti dan melaksanakan semua peraturan yang diberikan

atau mungkin tidak peduli dengan peraturan yang berlaku. Setiap minggu bahkan

setiap harinya kepala panti dan pengasuh anak melihat perkembangan budi pekerti

Universitas Sumatera Utara


anak binaan, intelektualnya, bahkan kesehatannya tetap menjadi perhatian. Terakhir

dilakukan temu bahas kasus (case conference).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama peneliti melakukan

praktek kerja lapangan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home ada

beberapa anak-anak binaan yang tidak mematuhi peraturan yang ada. Banyak anak

binaan yang tidak menjalankan kewajibannya seperti tidak mengikuti ibadah pagi,

tidak menggerjakan tugas piket harian. Mereka harus diteriaki dan dimarahi dulu oleh

pengasuh atau anak binaan yang sudah dewasa, baru mereka menjalankan

kewajibannya.

Peneliti melihat bahwa anak-anak binaan yang sudah dewasa, mereka

membantu dan mengarahkan adik-adiknya yang masih kecil dan menganggap mereka

seperti adiknya sendiri. Untuk ibadah siang yaitu ibadah kelompok makin lama makin

jarang dilaksanakan, karena banyak anak-anak panti yang sudah dewasa ada

tambahan pelajaran dari sekolahnya. Peneliti juga melihat kepala yayasan sering

memanggil anak-anak binaan satu persatu setiap minggunya untuk saling bercerita

face to face

Tahap terminasi adalah tahap penghentian pelayanan bagi anak binaan agar

anak binaan mampu mandiri dalam keberfungsian sosialnya.

“Batasan anak binaan tinggal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan, selama anak tersebut masih berstatus mengenyang pendidikan.

Diharapkan kalau memang sudah selesai sekolah maksimal setingkat

perkuliahan, anak harus bisa menentukan pilihan masa depannya. Yayasan

berhak mengeluarkan anak binaan apabila anak yang diasuh sudah tidak lagi

Universitas Sumatera Utara


mau memenuhi segala ketentuan aturan yang ditetapkan oleh Yayasan.

Contohnya jika anak binaan melakukan tindakan perbuatan di luar dari pada

hal yang wajar yaitu mencuri berulang-ulang kali, tidak mau sekolah lagi

walaupun sudah dibujuk dengan berbagai cara, dan diberikan tindakan

disiplin yang lebih tegas tetap tidak mau, apa boleh buat kami harus

melakukan pemutusan. Kami tidak mungkin mau memelihara anak ini yang

nanti malah justru bisa menjadi virus bagi anak lainnya. Ataupun memang

anak keluar berdasarkan keinginannya sendiri, karena sudah rindu dengan

keluarganya dan merasa jenuh tinggal dipanti. Sehingga anak menghubungi

keluarganya dan akhirnya dari pihak keluarga yang bertanggungjawab

selanjutnya terhadap anak tersebut” (Informan Utama)

Ibu Amacun juga mengatakan anak tinggal di panti sampai anak tersebut

menyelesaikan sekolahnya, tapi ada anak yang tidak suka tinggal di panti dan

memutuskan untuk keluar dari panti.

“Batas anak tinggal dipanti sampai anak itu selesai sekolah, pihak panti

menyekolahkan mereka sampai kuliah tapi kebanyakan anak setelah lulus

dari SMA memutuskan untuk meninggalkan panti dan ada pula anak yang

tidak suka tinggal dipanti dan memutuskan untuk meninggalkan panti”

(Informan Kunci 1).

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan selama melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan dimana ada satu anak binaan yang tidak balik-balik lagi ke

panti, awalnya keluarganya datang pada bulan desember 2016 izin membawa anak

tersebut untuk liburan saja tetapi sampai sekarang anak tersebut tidak kembali lagi ke

Universitas Sumatera Utara


panti. Berdasarkan hasil observsi penulis ada juga anak binaan Panti Asuhan ELIDA

yang dikeluarkan oleh pihak panti dikarenakan anak tersebut tidak mau sekolah lagi

walaupun sudah dibujuk dengan berbagai cara. Anak tersebut lebih suka bermain

warnet di luar panti oleh karena itu pihak panti memulangkan anak tersebut kepada

kedua orangtuanya.

Ada juga anak yang sudah keluar dari panti dengan alasan bosan tinggal di

panti datang lagi ke panti. Hal tersebut tetap menjadi pertimbangan bagi pihak panti

untuk menerima lagi anak tersebut.

“Mereka bisa keluar, dan bisa masuk lagi, asal izin dengan Pak

Domianus”(Informan Kunci 2)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama peneliti melakukan

praktek kerja lapangan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home. Bahwa ada

satu anak Yayasan yang sudah keluar dari panti, tetapi setahun kemudian anak

tersebut masuk lagi kepanti. Alasan anak tersebut keluar dari panti karena Ia ingin

melanjutkan sekolah di SMA Negri di Lubuk Pakam, dan tinggal bersama keluarga

dari ibunya. Tetapi karena ada permasalahan dengan anak saudaranya, anak tersebut

memutuskan untuk pindah sekolah ke Tebing tinggi dan tinggal bersama saudaranya

yang lain. Ternyata sekolahnya yang di tebing tinggi sanggat fanatik mayoritas disana

Islam. Jadi karena anak tersebut tidak mau pindah agama, anak tersebut keluar dari

sekolah dan memutuskan untuk tinggal di Panti Asuhan ELIDA saja. Sebenarnya

anak tersebut sudah tidak diterima lagi di Panti karena sudah sempat keluar, tetapi

kakak dari anak binaan tersebut memohon kepada pihak panti untuk menerima anak

Universitas Sumatera Utara


itu kembali. Pendiri pantipun mengizinkan anak tersebut tinggal dipanti dengan

banyak pertimbangan.

Standar Proses Pelayanan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA masih belum

maksimal pelayanannya karena untuk tahap terminasinya tidak ada tindakan lanjut

bagi anak binaan. Seharusnya Penghentian Pelayanan dilakukan setelah anak binaan

selesai mengikuti proses pelayanan sesuai dengan rencana yang ditentukan. Sesuai

dengan Standardisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti Sosial menurut

Kementerian Sosial Republik Indonesia.

2. Standar Hasil Pelayanan

Tahap-tahap Standar Hasil Pelayanan yakni ketetapan sasaran klien, ketetapan

jumlah dan data klien, dan ketetapan keluaran, manfaat, dan dampak. Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan memiliki sasaran pelayanan yakni anak yatim

atau piatu terlantar, anak jalanan, anak dari keluarga miskin, dan anak terpisah dari

orangtuanya.

Hasil observasi yang penulis lakukan selama melakukan penelitian semua anak

binaan yang tinggal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan sesuai

dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan. Bahwa anak-anak yang tinggal dipanti merupakan anak yatim atau piatu,

yatimpiatu, anak jalanan, anak terlantar dan anak dari keluarga miskin. Berdasarkan

sumber data dari Kantor Panti Asuhan ELIDA Children Home dan observasi yang

dilakukan peneliti jumlah anak binaan keseluruhan tahun 2017 adalah 20 orang.

Universitas Sumatera Utara


Dengan perincian jumlah anak laki-laki adalah delapan orang dan perempuan adalah

dua belas orang.

Pencapaian perubahan perilaku dan kemampuan (peningkatan) aksesibilitas

anak binaan atau penerima manfaat adalah tujuan yang diharapkan oleh Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan.

“Yang kami harapkan setelah mereka mendapatkan program-program

tersebut mereka sudah bisa mencintai dirinya sendiri. Jika anak sudah bisa

mengerti dan sudah bisa untuk mencintai dirinya sendiri, sahabatnya, teman

sepantinya dan sudah bisa menghargai pengurus pantinya sebagai pengganti

orangtua mereka atau keluarga mereka itulah yang kami harapkan bisa

terwujud. Tetapi sejauh ini kami masih mengalami kendala seperti itu, karena

proses pembentukan karakter anak itu tidak mudah membutuhkan waktu yang

cukup panjang, penuh kesabaran yang sangat luar biasa karena walaupun

bagaimana anak-anak binaan masih belum menemukan jati diri

sesungguhnya. Kami masuk dengan cara apapun pasti akan terjadi

penolakan, karena dia belum mengenal siapa dirinya, tapi kalau dia sudah

bisa mengenal siapa dirinya sebenarnya kemudian kita memberikan

pengertian bahwa keadaan kamu di sini diterima dengan penuh kasih, kamu

dianggap seperti anak sendiri. Kami tetap berharap kedepan semua anak-

anak binaan bisa mengenali dirinya sendiri. Selama saya berada disini 6

bulan, masih belum saya lihat sesuatu yang bisa mengarahkan untuk

keharapan itu. Ini yang memang benar-benar menjadi pergumulan kami,

menjadi tantangan buat kami” (Informan Utama)

Universitas Sumatera Utara


Berbeda dengan Bapak Agus yang mengatakan masih belum melihat

perubahan besar di dalam diri anak binaan, Ibu Amacun melihat perubahan di dalam

diri anak-anak binaan, karena sudah lama Ibu Amacun bekerja di Panti ELIDA,

sehingga Ibu Amacun tahu bagaimana sifat anak-anak yang dulu dengan yang

sekarang.

“Ada nak, anak-anak yang disekolahkan jadi tambah pinter. Ada juga yang

juara dikelasnya kaya si Lisbra, Santa, Indah mereka juara kak. Anak laki-

laki nya juga pintar-pintar sih tapi mereka malas jadi gak dapat juara. Terus

setelah anak-anak ikut-ikut ibadah, banyak perubahan di dalam diri anak-

anak ini. Anak-anak menjadi paham sikap hidup beragama”. (Informan

Kunci 1)

Ibu Wirawati belum lama bekerja sebagai pengasuh anak tapi sudah melihat

perubahan di dalam diri anak-anak, walaupun perubahannya sedikit karena Ibu

Wirawati baru setahun bekerja di panti, tetapi Ibu Wirawati bisa melihat perubahan di

dalam diri anak-anak terutama anak perempuan. Anak laki-laki masih susah untuk

diatur. Anak-anak binaan perempuan rajin belajar sehingga banyak diantara mereka

yang berprestasi di kelasnya.

“Ya.. kayanya adalah sikit sikit perubahan dari anak, kami harus banyak

membimbing. Terkadang anak sudah berubah tapi mengulah lagi berubah

mengulah lagi, tapi tetap kami bimbing. Kebanyakan si laki-laki. Yahh.. harus

mengertilah namanya juga anak panti, kasih sayang sama orangtuanya kan

jarang, gak pernah. Jadi mereka tuh minder, karena kurang kasih sayang anak

Universitas Sumatera Utara


menjadi minder. Dulu hampir semua anak panti yang juara kelas dikelasnya,

anak panti Elida rata-rata pintar semua. Semua juara-juara, kalau yang

sekarang si lisbralah juara 1, si santa. Dululah pintar-pintar pas masih basih

banyak anak panti” (Informan Kunci 2)

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, ada beberapa anak binaan

setelah disekolahkan mereka jadi memiliki cita-cita, dan mempunyai semangat untuk

merubah hidup mereka. Ada sebagian anak binaan yang berprestasi dikelasnya dan

mengetahui bakat yang dimiliki dan yang tadinya tidak tahu apa-apa semenjak tinggal

di panti jadi tahu, tapi ada juga anak binaan yang masih malas untuk masuk sekolah,

mereka menyiapkan berbagai macam alasan agar mereka tidak sekolah dan hanya

ingin bermain-main saja. Biasanya anak yang tidak mau sekolah ini anak laki-laki

dan masih banyak ada anak binaan yang membuat onar untuk mendapatkan perhatian

dari orang sekelilingnya. Untuk bimbingan rohani ada beberapa anak binaan dengan

melakukan kegiatan pembinaan rohani menjadi lebih baik lagi sifatnya, bisa menahan

emosi mereka dan memiliki kasih dengan sesamanya, tapi masih banyak anak binaan

yang belum berubah dan jarang-jarang mengikuti pembinaan rohani sehingga mereka

bertingkahlaku sesuka hati mereka.

Berikut penuturan beberapa anak yang mengalami perubahan di dalam dirinya

semenjak tingal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan. Anak-anak

binaan merasa banyak perubahan di dalam dirinya. Seperti mereka lebih memahmi

agama, mereka bisa bersekolah bahkan berprestasi di kelasnya, mengetahui yang

tadinya mereka tidak tahu.

Universitas Sumatera Utara


“Kalau berhitung-hitung udah pandai sih dari kampung ku, tapi kalau

membaca aku kurang. Jadi disini aku diajari membaca, terus tiap ada PR

dibantuin orang kakak-kakak. Aku rangking 2 di kelas” (Informan Tambahan

2).

“Aku di kampung gak tau apa-apa kaya orang bodoh-bodoh gak tau apa-apa,

sopan santun ku juga gak ada. Dulu waktu sekolah di kampung sikapku

nilainya C masih ingat aku kak, orang gak diajari apa-apa. Disini aku semua

tau kak, diajari sopan santun, diajari menghormati dan menghargai orang

lain. Semua diajarin, yang tadinya aku gatau jadi tau semua, cara menulis dan

membaca semua diajarin sama guru. Awal masuk sekolah aku susah bergaul

kak, dulu aku lebih suka diam-diam, pemalu aku orangnya kak, tapi pas udah

SMP aku udah mulai berubah sudah mulai percaya lagi. Aku bersyukur bisa

diajari disini” (Informan Tambahan 4).

“Di sana itu di kampung itu aku dibawa gereja sama mamaku, terus aku tuh

gereja ya gereja tapi gak tau siapa yang aku apain, yang aku sembah itu gak

tau, tapi semenjak disini dikasih tau semuanya jadi ngerti, aku tau berdoa

disini” (Informan Tambahan 4).

“Banyak! Perubahannya jadi lebih dekat dengan Tuhan, biasanyakan gak

kenal Tuhan, sebelum disini. Sekarang lebih dekat, terus gak nakal-nakal lagi

kaya orang luar” (Informan Tambahan 2).

Universitas Sumatera Utara


Standar hasil pelayanan yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan untuk sasaran klien sudah sesuai dengan persyaratan yang dibuat oleh

pihak Panti Asuhan ELIDA, anak-anak yang tinggal di Panti Asuhan ELIDA rata-rata

hanya memiliki orangtua tunggal, dan kondisi orangtua mereka yang tidak mampu

untuk membiayai anak-anak mereka. Jumlah anak yang ada di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA Children Home Medan hanya berjumlah 20 orang, dulu banyak anak binaan

di Yayasan Panti Asuhan ELIDA tapi karena sudah banyak yang keluar setelah tamat

sekolah, jumlah anak binaan pada tahun 2017 berjumlah 20 orang. Program-program

yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA memberikan perubahan di dalam diri

anak-anak binaan. Setelah anak-anak binaan disekolahkan beberapa dari mereka

berprestasi di kelasnya, memiliki sopan santun, dan menghargai orang-orang di

sekitarnya. Setelah mendapatkan bimbingan rohani anak-anak lebih memahami hidup

beragama walaupun belum semua anak panti taat melaksanakan ibadah yang ada di

panti.

5.3.2 Standar Keorganisasian

Masalah standar pelayanan sosial dan juga keorganisasian lembaga

kesejahteraan sosial tentu sangat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi penyandang

masalah kesejahteraan sosial. Organisasi adalah suatu sistem yang terdiri dari pola

aktivitas kerjasama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh

sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Gitosudarmo (dalam Ardana &

Mujiatini & Sriathi, 2008: 1). Organisasi sosial merupakan organisasi formal yang

Universitas Sumatera Utara


fungsi utamanya menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang ditujukan

untuk memecahkan masalah dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat. Kementerian

Sosial Republik Indonesia menentukan standar Keorganisasian yang terdiri dari

Standar Program, Standar SDM, Standar Manajemen dan Organisasi, Standar Sarana

dan Prasarana (Berdasarkan Standar Lembaga Kesejahteraan Sosial menurut

Kementerian Sosial Republik Indonesia).

1. Standar Program

Menurut Bapak Agus cara pembentukan atau perumusan visi dan misi

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan yaitu berdasarkan kebenaran

firman Tuhan, jadi berdasarkan kasih itulah maka mulai terwujud Visi Misi itu.

Berikut hasil wawancara penulis dengan Bapak Agus:

“Perumusan Visi dan Misi saya fikir pendirinya dulu, Dia meletakkan dasar-

dasar pendirian Visi dan Misi itu didasari dari latar belakang kasih.

Berdasarkan kebenaran firman Tuhan, jadi berdasarkan kasih itulah maka

mulai terwujud Visi Misi itu. Untuk bagaimana mendirikan Yayasan ini yang

orientasinya adalah untuk sebuah Yayasan sosial yang didalamnya tentunya

tetap mengacu kepada bagaimana memfasilitasi setiap anak-anak asuh yang

akan menjadi anak binaan di dalam panti. Jadi yang mendasari itu bersumber

dari kebenaran firman atas dasar kasih”. (Informan Utama)

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan memiliki sasaran

program yaitu: anak yatim, anak piatu, anak yatim piatu, dan orangtua yang tidak

mampu membiayai anaknya. Anak yatim atau piatu (anak dengan orangtua tunggal)

Universitas Sumatera Utara


adalah mereka yang hidup dengan hanya orang tua dan orang tua satunya diketahui

meninggal atau tidak mampu mengasuh anak itu. Anak terlantar menurut UU No. 4

Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak adalah anak yang karena suatu sebab orang

tuanya melalaikan kewajibannya, sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi

secara wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial. Menurut UU No. 23 Tahun

2002 anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental,

spiritual, maupun sosial. Anak dari keluarga miskin adalah Keluarga yang tidak

mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan memenuhi

kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau keluarga yang mempunyai mata

pencaharian, tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi

kemanusiaan.

Hasil observasi yang penulis lakukan selama melakukan penelitian Semua

anak binaan yang tinggal di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

sesuai dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan yang telah

ditentukan. Bahwa anak-anak yang tinggal dipanti merupakan anak yatim atau piatu,

yatimpiatu, anak terlantar dan anak dari keluarga miskin.

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan merupakan suatu

Lembaga Kesejahteraan Sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

anak-anak binaan. Program-program kesejahteraan yang dilakukan yaitu: pemenuhan

kebutuhan pokok, bidang pendidikan, dan pembinaan rohani. Pemenuhan kebutuhan

pokok yang diberikan kepada anak binaan menurut Bapak Agus adalah memberikan

anak binaan sandang, pangan dan papan.

Universitas Sumatera Utara


“Anak binaan diberikan pemenuhan makan 3 kali sehari bahkan kadang lebih

dari itu, karena ada juga perhatian dari pihak luar dengan memberikan

makanan-makanan siap saji. Untuk kebutuhan sandang anak-anak binaan

disediakan pakaian masing-masing ada baju untuk seragam sekolah, ada baju

untuk beribadah sendiri dan ada pakaian sehari-hari”. Kebutuhan papan

untuk anak binaan diberikan ruangan khusus, seperti ruang kamar untuk

perempuan dan ruang kamar untuk laki-laki dipisah. Pemberian perhatian dan

kasih sayang yang diberikan kepada anak binaan sama seperti perhatian dan

kasih sayang yang diberikan kepada anak sendiri”. (Informan Utama)

Pemenuhan kebutuhan pokok yang diberikan yaitu pemenuhan sandang,

pangan dan papan. Pihak panti juga memberikan perhatian dan kasih sayang kepada

anak-anak asuh, dan menganggap mereka seperti anak sendiri. Tidak ada pilih kasih

antara anak binaan satu dengan anak binaan lainnya. Anak-anak binaan dikasih

makan tiga kali sehari dan mereka memiliki tempat tidur masing-masing. Seperti

yang dikatakan oleh Ibu Wirawati dan Ibu Amacun

“Bentuk perhatian dan kasih sayangnya anak tidak boleh dimarahi, maupun

dipukul. Menganggap anak seperti anak sendiri. Anak dikasih makan tiga

kali. Anak-anak juga dikasih baju, biasanya yang ngasih para donatur anak-

anak juga dapat tempat tidur masing-masing (Informan Kunci 1).

“Kaya gimana saya buat ke anak kandung saya, saya buatlah ke mereka

seperti itu. Kalau mereka bandal saya marahi gitu… ya gak marah-marah

Universitas Sumatera Utara


sepeti di TV itu ya. Sewajarnya saja, kalau mereka bandal kali baru saya

marah-marah”. (Informan Kunci 2).

Semua anak binaan mengaku mendapat perhatian dan kasih sayang dari

pengurus panti seperti orangtua sendiri, tidak ada perbedaan satu dengan lain. Kasih

sayang yang diberikan oleh pengasuh anak sama rata. Anak-anak binaan juga diberi

makan tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore. Anak-anak binaan mendapatkan

pakaian sesuai dengan kondisinya. Biasanya pakaian yang mereka dapat diberikan

oleh donatur-donatur atau tamu-tamu yang datang.

“Udah bagus si kak, udah dicukupi semua. Makanan, pendidikan, kesehatan

semua udah dilengkapi, kalau yang sakit dibawa ke rumah sakit . Kasih

sayang yang dikasihkan ka misalnya kan kalau lagi sakit, ya pasti di obati lah

kak dan kalau parah diantar ke rumah sakit. Saya pernah sakit ka tapi gak

pernah sampe dibawa ke rumah sakit, di kusuk ibu hahah, tapi gantian hahah.

Dulu pernah ada yang sakit kak sering lagi, sampe ada 3 sampai 5 orang

sakitnya sama semua, mereka dibawa ke bina kasih. Stafnya yang jagain

kadang yang besarnya, ganti-gantian gak sekolah jagain yang sakit. Kami

makan tiga kali sehari ka, pagi sebelum berangkat sekolah, siang sesudah

pulang sekolah, sama malem ka. Kami makan pasti ada sayurnya ka, ikan nya

dikit tapi sayurnya boleh ambil banyak. iya kak, kalau tamu dateng ngasih

baju kami dapet satu-satu. Semua baju kami cukup ka, ada baju buat sekolah,

main sama kegereja (Informan Tambahan 1).

Universitas Sumatera Utara


“Contoh bentuk kasih sayangnyanya kan kak kalau sakit di kasih obat, terus

kalau nanti siang itu pulang sekolah kalau kita main-main disuruh tidur siang,

kami selalu diingatkan untuk mandi jam 4. Aku pernah sakit dibawa ke rumah

sakit yang bawa mama sama ibu staf sakit parah, sakit daging tumbuh, kecil

sih tapi akarnya banyak. Sakit lah. Terus kalau kami lagi sedih ibu buat lucu-

lucu. Makan tiga kali sehari pagi, siang dan malam. Kami sering dipaksa

makan sama ibu, karena itukan udah wajib. Pakaian sehari-hari kelebihan pun

kadang ka, dikasih seragam sekolah juga, kadang tamu ngasih bajuka. Iya kak

kami senang tinggal dipanti, kami juga dapet tempat tidur masing-masing”

(Informan Tambahan 2).

“Dapat, contohnya kalau aku lagi sakit orang itu merawat aku, terus mereka

bantu aku ngerjain PR, mereka enggak pernah mukul aku. Iya ka, dikasih ko

baju. Tergantung tamu ngasihnya apa, kadang tamu ngasih baju main, kadang

ngasih baju sekolah, kalo baju sekolah biasanya telepon ibu dulu anak-anak

kelas berapa. Kami dapat makan tiga kali, pagi-pagi sebelum berangkat

makan dulu, pulang sekolah makan, sama malem ka. Iya ka dikasih satu-satu

kasur tapi kamar perempuan yang sekarang sempit karena rame kali”

(Informan Tambahan 4).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama 3 bulan saat peneliti

melakukan Praktek Kerja Lapangan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan memang benar anak-anak binaan selalu mendapatkan perhatian dan kasih

sayang dari para pengasuh panti. Peneliti melihat para pengasuh anak menganggap

Universitas Sumatera Utara


anak binaan seperti anak mereka sendiri. Anak binaan juga mendapatkan makan 3

kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Untuk sandang anak binaan

mendapatkannya dari donatur, peneliti melihat selalu ada saja donatur yang

memberikan pakaian kepada anak binaan terkadang pakaian yang diberikan baru dan

terkadang pakaian yang sudah tidak baru tapi masih layak pakai. Anak-anak binaan

disediakan kasur satu-satu. Dipisahkan ruangan laki-laki dan perempuan.

Selain mendapatkan perhatian, kasih sayang, sandang, pangan, dan papan

anak-anak binaan juga mendapatkan pendidikan formal secara gratis. Anak-anak

binaan yang berada ditingkat TK, SD, SMP di sekolahkan di Yayasan Perguruan

Kristen ELIDA dan anak binaan SMA disekolahkan di sekolah luar dan segala biaya

ditanggung oleh pihak panti. Semua anak binaan mendapatkan peralatan sekolah

secara gratis.

“Pihak Yayasan Panti Asuhan ELIDA memfasilitasi anak binaan dari play-

group hingga perguruan tinggi, semua biaya ditanggung oleh pihak yayasan”

(Informan Utama).

Hal ini juga dikatakan oleh pengasuh anak, bahwa semua anak binaan

disekolahkan dan segala perlengkapan sekolah disediakan untuk anak binaan. Untuk

anak binaan dari tingkat TK, SD, SMP disekolahkan di Yayasan Perguruan Kristen

ELIDA, sedangkan anak binaan yang di tingkat SMA disekolahkan di luar panti.

“Panti memberikan sekolah gratis kepada anak-anak mulai dari tingkat TK,

SD, SMP anak-anak disekolahkan di Yayasan Perguruan Kristen Elida, kalau

yang SMA disekolahkan di luar. Anak SMA yang disekolahkan di luar dibayar

Universitas Sumatera Utara


oleh panti SPPnya. Anak-anak panti mendapatkan semua kebutuhan sekolah

secara gratis”. (Informan Kunci 2)

Anak binaan disekolahkan secara gratis. Semua biaya ditanggung oleh pihak

panti dan anak binaan mendapatkan perlengkapan sekolah. Perlengkapan sekolah

yang didapatkan anak-anak panti biasanya dari para donatur atau tamu-tamu yang

berkunjung ke Panti Asuhan ELIDA. Berikut penuturan beberapa anak binaan.

“SPP gratis ka, buku tulis, buku gambar, alat tulis, pakaian, baju sekolah,

sepatu, uang kadang-kadang di kasih sama donatur ka” (Informan Tambahan

3).

“Gak bayar uang sekolah ka, kan sekolah di ELIDA juga. Alat tulis dapet

dari tamu. Tamu sering dateng, kami sering doa semoga tamu banyak yang

datang. Kalau mau ngasih sepatu ditanyain dulu sama ibu” (Informan

Tambahan 4).

“Gak bayar uang sekolah kak, kan sekolahnya di sekolah ELIDA juga. Alat-

alat tulis dikasih sama donatur, yang dikasih kaya alat tulis, baju, sepatu.

Tamu-tamu sering datang kak kepanti” (Informan Tambahan 5).

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan ada beberapa anak panti yang

harus membayar uang sekolah sendiri dan membayar uang les sendiri ini karena

masalah ekonomi panti yang sedang mengalami penurunan atau krisis, ada beberapa

anak panti yang harus bayar uang sekolah dan uang les sendiri, tapi pihak panti

melihat dari keadaan orangtuanya. Jika dilihat orangtua atau keluarganya mampu

untuk membayar uang sekolah terkhusus anak SMA yang sekolah diluar atau uang les

Universitas Sumatera Utara


maka pihak panti meminta bantuan dari orangtua atau keluarga, tapi jika memang

kedua orangtua dan keluarga sama sekali tidak mampu, pihak panti mengusahakan

untuk membayar uang sekolah dan uang les tersebut.

“Dari SD sampai SMP aku sekolah gratis ka. Ya semua ka gratis, alat tulis,

seragam, sepatu sekolah, semua itu gratis. Kami mendapatkan itu semua

kadang si dari tamu-tamu ka tapi kalau tamu-tamu gak ada kasih, terpaksa

panti yang ngasih. Kalau sekarang aku bayar uang sekolah sendiri, ongkos

juga sendiri ka. Mungkin karena keluar kemarin itu kak, jadi bayar sendiri.

Kalau uang sekolah sama ongkos jadi 245 ribu ka, yang bayar itu semua

kakak soalnya kan kakak sudah kerja di Jakarta. Eem kata perma pakai

uangmu aja ndah, kan uang panti gak ada, lagi krisis gitu” (Informan

Tambahan 1).

“Ada bayar uang les sendiri, supaya membantu-bantu panti. Sebenarnya

pihak panti ngasih, tapi supaya kita bantu-bantu aja. Uang Les nya dikasih

sama bapak dan mama” (Informan Tambahan 2).

Pihak panti tetap membayar uang sekolah anak SMA atau uang tambahan

pelajaran jika memang kedua orangtua atau keluarga anak binaan tidak mampu, panti

akan berusaha untuk membayarnya walaupun panti sedang mengalami krisis

ekonomi. Seperti penuturan Informan Tambahan 3 karena kondisi orangtua yang

tidak memungkinkan pihak panti harus membayar semua keperluan sekolah.

“Kalau santa lisbra dikirim uang les nya sama orangtua mereka, kalau aku

panti yang nanggung. Mereka kan dapat kiriman dari orangtuanya aku enggak

Universitas Sumatera Utara


dapat kiriman. Orang itu sendiri kak yang minta sama orangtua mereka,

sebenarnya mau dibayar panti tapi karena mereka sendiri yang minta supaya

bisa membantu panti. Kan bukan kami aja yang apa, restina kan juga butuh

uang sekolah. Masih banyak pengeluaran keuangan kami, jadi kalau orangtua

mereka masih sanggup, mereka minta kiriman. Masih sanggupnya orangtua

nya kak, kalau aku memang sama sekali gak sanggup mama bapakku kak. Aku

bisa aja minta kak ka, tapi kalau nanti dikirim ke saudara suruh kasih ke aku,

saudara kan juga butuh duit, jadi nantinya setengah sampai ke aku” (Informan

Tambahan 3).

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sebagai lembaga yang berada di

suatu naungan satu agama, yakni Kristen maka pembinaan rohani yang diterapkan

bagi anak-anak binaan yang ada di Panti ini adalah ajaran Kristen yaitu Kharismatik.

Pembinaan Rohani dilaksanakan 3 kali sehari, yaitu kebaktian subuh bersama pada

pukul 05.00WIB, kebaktian kelompok pada pukul 15.00 WIB, dan kebaktian bersama

pada pukul 17.00 WIB.

“Kebaktian subuh bersama pada pukul 05.00 WIB, kebaktian kelompok pada

pukul 15.00 WIB dan kebaktian bersama pada pukul 17.00 WIB”. (Informan

Utama)

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti selama 3 bulan pratikum

lapangan untuk kebaktian kelompok jam 15.00 WIB sudah tidak berjalan lagi. Waktu

awal peneliti melakukan pratikum lapangan masih terjalani tapi semakin lama

semakin pudar. Ibadah siang sudah jarang dilakukan karena anak-anak binaan panti

Universitas Sumatera Utara


ELIDA sudah banyak yang mengikuti Les tambahan dikelasnya sehingga mereka

pulang langsung istirahat , tetapi ibadah subuh dan sore tetap berjalan

“Untuk pembinaan kami ada pagi itu subuh harus jam 05.00, sore jam 17.00,

kalau ada siang kami adakan siang. Ini karena anak-anak ada yang Les, terus

mereka capek. Ibadah siang hanya kadang-kadang saja. Anak-anak wajib

melakukan ibadah ini setiap hari, tapi kalau ada tamu yang dari luar buat

acara di panti entah itu sore, yaa kita satukan aja ibadahnya. Jadi gak ibadah

lagi. Pembinaan rohani diharuskan dan diutamakan di Panti ini” (Informan

Kunci 2).

Ibu Amacun juga mengatakan bahwa ibadah yang ada di panti hanya dua kali

yaitu ibadah subuh pukul 05.00 WIB dan ibadah sore pukul 17.00 WIB. Ibadah siang

yaitu pukul 15.00 WIB jarang berjalan lagi karena banyak anak binaan yang ada

keperluan di sekolahnya.

“Kebaktian dilakukan dua kali sehari, subuh pukul 05.00 WIB dan sore pukul

17.00 WIB. dipimpin oleh Ibu Wirawati. (Informan Kunci 1).

Berdasarkan penuturan dari anak-anak yang peneliti wawancarai, pengasuh

anak selalu mengajak anak binaan untuk melaksanakan Ibadah. Ada sebagian anak

yang langsung menjalankan kewajibannya, tapi ada anak binaan yang tidak mengikuti

ibadah dikarenakan lelah setelah beraktivitas, ada juga yang menunda-nunda dan

akhirnya tidak ibadah. Berikut penuturan anak-anak binaan yang peneliti wawancarai.

“Ibu sering mengajak ibadah tiap hari, aku kadang mau kadang enggak,

karena males bergerak, capek pulang sekolah. Kalau pagi sering tapi

Universitas Sumatera Utara


terlambat bangun karena tidurnya jam 10 atau gak jam 11 malem, karena gak

bisa tidur jadi mani-main, karena belajar hahaha”. (Informan Tambahan 2).

“Ibadah dipanti ada tiga kali ka, pagi siang dan sore. Aku paling rajin ka

ibadah, apalagi ibadah pagi, tapi kalau ada kegiatan disekolah aku gak ikut

ibadah kak. Yaa yang bawa puji-pujian ganti-gantian ka” (Informan

Tambahan 3).

“Iya kak ibu sering ngajak ibadah. Pernah aku gak ikut ibadah pagi karena

masih ngantuk. Kalau sore aku ikut terus ka” (Informan Tambahan 4).

“Ibu sering ngajak ibadah tapi aku jarang ikut ibadah pagi ka soalnya masih

ngantuk, kalau libur sering sih ikut ibadah pagi hahaha, sore aku sering ya

ikut ibadah. Yang bawa puji-pujian ganti-gantian”(Informan Tambahan 5).

Dalam proses pelayanan di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan mendapat dukungan dari pihak lain baik perseorangan, maupun kelompok.

Biasanya dukungan yang diberikan berupa bahan-bahan pokok, pakaian,

perlengkapan sekolah dan uang. Donatur-donatur atau tamu-tamu yang datang tidak

tetap, silih berganti yang datang.

“Kami selalu dapat bantuan dalam bentuk apapun bahan pokok makanan,

supermie, pakaian seragam sekolah anak-anak, baju bermain, sepatu sekolah,

alat tulis,kipas angin dan sebagainya. Relawan-relawan yang datang enggak

rutin silih berganti. Beberapa bulan ini kami mendapatkan bantuan besar

merenovasi kamar perempuan. Itu menurut kami suatu bantuan sangat besar,

Universitas Sumatera Utara


mereka langsung memberikan dalam bentuk pekerjaan fisik jadi mereka

siapkan bahannya, mereka siapkan tenaga kerjanya. Kami tidak menerima

dalam bentuk uang tunai, mereka mensurvey tempat kemudian setelah

berkordinasi dengan saya mereka membuat kesepakatan dan mengerjakan

sesuai lokasi yang kita ditentukan” (Informan Utama)

“Dana untuk kebutuhan panti kami dapatkan dari tamu-tamu saja, anak-anak

doa agar banyak tamu-tamu yang datang. Kadang tamu yang datang bawa

beras, mie, minyak dan banyak lagi kadang juga ada tamu yang ngasih dalam

bentuk uang, tapi gak ada tamu yang rutin, ganti-ganti orangnya” (Informan

Kunci 1)

“Untuk semua biaya dari tamu-tamu yang datang. Mereka gak tentu

ngasihnya, kadang ngasih beras, roti-roti, duit, telur, pakaian bekas,

bermacam-macamlah, sembako-sembako, telur, bermacam-macam, kadang

ada yang ngasih nasi bungkus, KFC. Ditelfon dulu sama mereka, mereka

nanya anak-anak udah berapa sekarang?” (Informan Kunci 2).

“Gak bayar uang sekolah kak. Alat tulis dapet dari tamu. Tamu sering

dateng, kami sering doa semoga tamu banyak yang datang. Kalau mau ngasih

sepatu ditanyain dulu sama ibu” (Informan Tambahan 4).

“Gak bayar uang sekolah kak, kan sekolahnya di sekolah ELIDA juga. Alat-

alat tulis dikasih sama donatur, yang dikasih kaya alat tulis, baju, sepatu.

Tamu-tamu sering datang kak kepanti” (Informan Tambahan 5).

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan observasi yang penulis lakukan selama penulis melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan bahwa sumber utama keuangan panti berasal dari donatur

donatur atau tamu-tamu yang datang ke panti. Pihak yang memberikan bantuan

kepada panti berganti-ganti tidak ada yang tetap, tetapi setiap bulan ada saja donatur-

donatur atau tamu-tamu yang datang untuk memberikan bantuan. Bantuan tersebut

bisa dalam bentuk uang, bahan-bahan pokok, pakaian bermain, sekolah dan

perlengkapan sekolah lainnya. Jika ada donatur-donatur yang datang memberikan

sumbangan dalam bentuk uang, uang tersebut untuk biaya operasional panti dan

membayar gaji pegawai.

Menurut Kepala Yayasan ada satu program yang perlu ditingkatkan yaitu

pembinaan rohani karena masih banyak anak binaan yang tidak memiliki

pendisplinan moral. Kepala Yayasan tidak menemukan suatu kendala untuk

pemenuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan. Kepala Yayasan juga tidak

menemukan suatu masalah untuk Pendidikan.

“Saya pikir program yang perlu ditingkatkan itu pembinaan rohani, karena

kami tidak mengalami suatu kendala untuk pemenuhan dasar seperti sandang,

pangan, dan papan. Kami tidak menemukan suatu masalah karena itu

tercukupi dan terpenuhi secara baik. Pendidikan sekolah mereka juga layak

dan lancar, terpenuhi secara baik juga. Hanya yang memang menjadi

tantangan kami ini sampai saat ini ya pendisplinan pendidikan secara moral.

Ini yang paling penting karena bagaimana karakter mereka bisa terbentuk

secara baik dan akhirnya bisa menghasilkan anak-anak yang memiliki

karakter yang positif yang lebih baik. Itulah yang menjadi PR kita terus

Universitas Sumatera Utara


menerus setiap waktu. Walaupun mereka ada ibadah rutin tetapi sejauh ini

kegiatan itu yang saya lihat masih sebatas rutinitas, belum begitu masuk

kedalam hati mereka dan dari hasil pengamatan yang kami dapati dan kami

temui dari analisa kami kenapa ini bisa terjadi, perlu kita ketahui bahwa anak-

anak ini berasal dari latar belakang berbeda-beda, kemudian bagi mereka

kehidupan mereka itu adalah kehidupan yang tidak ada harganya artinya

terbuang dari keluarga. Buktinya walaupun mereka masih mempunyai

keluarga kenapa mereka ditaro dipanti ini. Hal-hal inilah yang masih melukai

hati mereka, sehingga mereka masih sulit menerima seseuatu hal yang baik.

Ini agak menjadi sedikit kendala bagi kami. Jadi kesulitan yang kami hadapi

yaitu itu pembinaan mental spiritual melalui kerohanian. Itulah yang kami

anggap masih kurang, walaupun demikian kami tidak tinggal diam terus kita

upayakan berbagai macam cara. Sampai akhirnya mereka bisa terbentuk dari

pembinaan itu” (Informan Utama).

Informan Kunci 2 juga setuju dengan kepala panti, program yang perlu

ditingkatkan adalah pembinaan rohani, karena anak laki-laki jarang mau mengikuti

ibadah. Sekalinya mereka dimarahi besok terulang lagi malas untuk mengikuti

ibadah. Anak laki-laki sulit sekali untuk di atur, walaupun sudah dinasehati tetap saja

kembali berulah.

“Kerohanian. Anak-anak jarang mau ikut ibadah, terutama laki-laki itu

jarang, kalau perempuan itu sering. Kelakuan anak-anak masih perlu didik.

Mereka harus berubah, dan mereka harus mau” (Informan Kunci 2)

Universitas Sumatera Utara


Berbeda dengan Informan Utama dan Informan Kunci 2, menurut Informan

Kunci 1 program-program yang ada di panti sudah berjalan dengan baik, tidak ada

yang perlu ditingkatkan. Semua sudah berjalan dengan baik dan lancar.

“Gak ada nak udah pas semua, sudah berjalan dengan baik”.(Informan

Kunci 1).

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan selama melakukan PKL beberapa

anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home susah untuk diatur.

Mereka menjalankan kewajiban yang ada karena terpaksa, mereka melakukan tidak

dengan sepenuh hati terutama anak laki-laki. Terkadang harus dimarahi atau diteriaki

dahulu baru menjalankan kewajibannya. Terkadang peneliti melihat kepala panti

sudah memberikan hukuman kepada anak binaan jika tidak menjalankan kewajibanya

tetapi tetap saja anak-anak binaan tidak jera.

Standar Program yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA sebenarnya sudah

berjalan dengan baik, hanya saja untuk pelaksanan program masih belum berjalan

dengan maksimal. Dimana masih ada anak binaan yang membayar uang sekolah dan

uang les nya sendiri, walaupun sebenarnya ini sudah menjadi kewajiban pihak panti.

Untuk pembinaan rohani sendiri yang seharusnya ada tiga kali sehari jadi dua kali

sehari yaitu pagi dan sore, seharusnya walaupun anak binaan yang besar-besar tidak

bisa mengikuti ibadah kelompok siang, ibadah kelompok siang harus tetap berjalan.

2. Standar Sumber Daya Manusia

Seperti yang diketahui bahwa kualitas dan kuantitas SDM merupakan unsur

utama dan terpenting dalam bergeraknya suatu organisasi agar tujuan dan organisasi

Universitas Sumatera Utara


tersebut dapat tercapai. Pernyataan tersebut didukung oleh Nawawi (2003: 37) yang

menjelaskan bahwa Sumber Daya Manusia merupakan orang yang bekerja dan

berfungsi sebagai asset yang menjadi penggerak organisasi yang dapat dihitung

jumlahnya. Suksesnya suatu organisasi dalam mencapai tujuannya tidak sekedar

ditentukan oleh jumlah SDM yang diperkerjakan tetapi sangat dipengaruhi oleh

kualitas dan sifat kompetitifnya.

Jumlah Sumber Daya Manusia di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children

Home Medan berdasarkan pendidikan yakni Sekolah Menengah Pertama 1 orang,

Sekolah Menengah Atas 2 orang, Sarjana Muda sebanyak 2 orang. Berdasarkan hasil

data yang diperoleh penulis dari wawancara dengan kepala Yayasan dapat dilihat

bahwa SDM yang telah tersedia sangat belum mencukupi kebutuhan untuk

menangani klien di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan.

“Sumber Daya Manusia yang tersedia sangat belum mencukupi untuk

menangani anak binaan, karena kalau kita liat jumlah anak kurang lebih 20

orang sementara kami yang ada hanya beberapa, tarulah 5 orang. Lima orang

ini yang betul betul jadi pengasuh 3 orang, kalau kita pecah berarti satu orang

mengurus enam tujuh anak. Ini masih sangat dirasakan kurang, dan ini sangat

tidak rasional, tidak pas. Paling tidak satu orang bisa menghandel 2 atau

paling banyak 3 anak yang ada dipengawasan dia, dan ini paling tidak bisa

efektif. Jadi dengan jumlah pengurus yang hanya segitu kami rasa sangat-

sangat kurang. Tetapi yang menjadi masalah juga bukannya kami tidak mau

menambah, kami punya kerinduan kalau bisa ada yang betul-betul mau fokus,

sejauh ini tidak ada, kalaupun kami mau menggambil orang untuk menjadi

Universitas Sumatera Utara


penggurus tetap itu juga butuh biaya, bagaimana pengajian mereka paling

tidak minimal kita gajikan menggunakan standar UMR, itu yang masih

menjadi kendala bagi pihak yayasan panti ini. Sehingga dari pertimbangan-

pertimbangan itu kami tetap mengupayakan berjalan dengan kemampuan yang

ada” (Informan Utama)

Hal ini pun didukung oleh Informan Tambahan 4. Bagi Sonia pengasuh anak

perlu ditambah karena jika hanya dua orang kurang efektif dalam mengasuh anak

binaan, ditambah anak binaan Yayasan Panti Asuhan ELIDA susah untuk diatur. Jadi

perlu adanya penambahan pengasuh anak. Berikut penuturan Sonia:

“Perlu, karena anak-anask disini nakal-nakal semua. Nanti penggurusnya

botak semua haha. Maksudnya kan kak kalau cuma perma sama ibu ini botak

mereka berdua ngurus kami, maunya ada yang lain lah, supaya gak terlalu

pening. Ditambah satu orang lagi lah”(Informan Tambahan 4).

Menurut Ibu Amacun jumlah pengurus panti sudah cukup karena anak yang

ada di panti juga hanya sedikit, kalaupun menambah jumlah pengurus panti takut

tidak bisa memberikan gaji karena panti sedang mengalami krisis ekonomi. Ibu

Amacun dan Ibu Wirawati yang mengaji adalah donatur atau tamu-tamu yang datang

memberikan bantuan dalam bentuk uang.

“Anak yang penting, anak yang kurang hehehe.., kalau pengasuh anak sudah

pas. Kalau banyak kali kami gak bisa ngasih gajilah, karena gaji kami saja

dari tamu. Anak-anak ini doalah Tuhan kirim untuk kami gajian”(Informan

Kunci 1)

Universitas Sumatera Utara


Menurut Ibu Wirawati jumlah pengasuh anak yang ada di Yayasan Panti

Asuhan ELIDA sudah cukup, karena anak binaan yang ada di panti juga hanya

sedikit. Ibu Wirawati menggatakan 2 pengasuh anak saja sudah bisa untuk mengasuh

anak-anak binaan yang ada di Yaysan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan.

“Anaknya dikit bagaimana tambah pengasuh anak, kan ada perma jadi cukup

2. Kalau mau nambah nanti Ibu Dewi yang menggurus”. Permalah yang

ngatur karna dia kan orang lama disini jadi dia yang mengatur uang.

Pokoknya kalau ada sumbangan-sumbangan dari tamu, saya tulis dibuku tamu

dan saya kasih ke perma. Permalah yang mengatur semuanya" (Informan

Kunci 2)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terlihat bahwa memang jumlah

tenaga yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home sangat kurang,

dimana ada satu orang pengasuh anak harus merangkap menjadi tukang masak.

Terkadang peneliti melihat pengasuh anak kerepotan dalam mengurus anak anak

binaan, dan disini peneliti melihat kepala panti juga ikut terjun langsung dalam

menggurus anak-anak binaan. Peneliti melihat pengasuh anak lebih terfokus

menggurus anak perempuan, dibandingkan anak laki-laki. Sebenarnya ada niat dari

kepala panti untuk menambah penggurus panti tapi kembali lagi bahwa panti sedang

mengalami krisis ekonomi, pengurus panti yang sekarang di gaji dari donatur-donatur

yang datang. Donatur-donatur yang datang ke panti pun tidak tetap.

Standar Sumber Daya Manusia di Yayasan Panti Asuhan ELIDA tidak sesuai

dengan Standardisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti Sosial menurut

Kementerian Sosial Republik Indonesia, dimana tidak adanya unsur operasional

Universitas Sumatera Utara


seperti pekerja sosial, instruktur keterampilan, psikolog dan pejabat fungsi lainnya.

Tidak adanya tenaga ahli seperti pekerja sosial dan psikolog di Yayasan Panti Asuhan

ELIDA juga berpengaruh terhadap kepribadian anak binaan, karena pengasuh anak

belum memiliki kemampuan seperti pekerja sosial dan psikolog dalam mengatasi

anak-anak yang memiliki masalah di dalam dirinya. Kurang tersedianya unsur

penunjang seperti pengasuh anak hanya 2 orang saja, satu orang diantaranya

merangkap sebagai juru masak dan tidak adanya satpam.

3. Standar Manajemen dan Organisasi

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan tercatat pada akta

notaris Nyonya Elprieda Tamalan Pangabean Sitanggang no 62 tanggal 29 Juli 1989.

Semenjak itu Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan resmi berdiri

untuk membantu memberikan pelayanan sosial terhadap anak-anak Yatim atau piatu,

anak terlantar, anak dari keluarga miskin dan lainnya. Wilayah Pelayanan dari

Yayasan Panti Asuhan ELIDA Chilildren Home adalah tingkat provinsi. Yayasan

tidak menutup atau menggambil anak-anak asuh dari wilayah kota Medan saja. Pihak

Yayasan menerima anak-anak dari manapun baik dari kabupaten lain, kecamatan lain

atau bahkan dari provinsi lain. Asalkan latar belakang keluarga jelas.

Tatanan organisasi dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

menggunakan struktur Yayasan. Fungsi Manajerial seperti perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan tentu dijalankan oleh Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home. Audit keuangan Yayasan berasal dari donatur-

Universitas Sumatera Utara


donatur yang terbeban untuk membantu operasional Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home Medan tapi sifatnya tidak tetap, berganti-ganti orang.

“Kami hanya mendapatkan beberapa dari orang-orang yang datang

memberkati panti ini dalam bentuk pendanaan. Itu yang kami kumpulkan untuk

membiayai operasional panti ini”(Informan Utama).

“Dana untuk kebutuhan panti kami dapatkan dari tamu-tamu saja, anak-anak

doa agar banyak tamu-tamu yang datang. Kadang tamu yang datang bawa

beras, mie, minyak dan banyak lagi kadang juga ada tamu yang ngasih dalam

bentuk uang, tapi gak ada tamu yang rutin, ganti-ganti orangnya” (Informan

Kunci 1)

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan sumber dana Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan hanya mengandalkan dana dari para donatur-

danotur. Selama sebulan ada saja donatur yang datang untuk membantu dalam bentuk

uang, bahan-bahan pokok, perlengkapan sekolah dan lain-lain. Donatur-donatur yang

datang pun tidak tetap, berganti-ganti orang. Pendiri Yayasan sendiri sudah tidak

sanggup lagi untuk membiayai operasional panti. Jika ada donatur-donatur yang

datang memberikan sumbangan dalam bentuk uang, uang tersebut untuk biaya

operasional panti dan membayar gaji pegawai.

Standar Manajemen dan Organisasinya sendiri hanya bermasalah di audit

keuangannya saja, karena menurut Kementerian Sosial Standar Manajemen dan

keorganisasian panti sosial harus memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap,

sedangkan Yayasan Panti Asuhan ELIDA tidak memiliki sumber tetap. Untuk Status

Pendiriannya Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan memiliki akta

Universitas Sumatera Utara


notaris, Wilayah Pelayanannya sampai dengan tingkat provinsi, Tatanan Organisasi

dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA yaitu menggunakan struktur yayasan, Fungsi

Manajerial seperti perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan

tentu dijalankan oleh Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home.

4. Standar Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu

proses kegiatan baik alat tersebut adalah merupakan peralatan pembantu maupun

peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak

dicapai. Dalam Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial pasal (1) ayat (12) Standar Sarana dan Prasarana

Penyelengaraan Kesejahteraan Sosial adalah ukuran kelayakan yang harus dipenuhi

secara minimum baik mengenai kelengkapan kelembagaan, proses, maupun hasil

pelayanan sebagai alat dan penunjang utama dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan

Sosial.

Menurut pengasuh anak dan anak-anak binaan ada beberapa bangunan di Panti

yang seharusnya diperbaiki karena hal tersebut jadi menganggu ruang gerak anak

binaan dan masih banyak alat-alat yang seharusnya sudah bisa diganti karena tidak

layak pakai lagi, bahkan membahayakan anak binaan. Menurut penuturan dari

pengasuh anak dan anak-anak binaan ruangan yang benar-benar harus di perbaiki

adalah ruangan laki-laki, karena atapnya benar-benar sudah bocor.

“Ada ruangan yang masih harus diperbaiki karena atabnya bocor. Seperti

kamar laki-laki itu seharusnya diperbaiki (Informan Kunci 1).

Universitas Sumatera Utara


“oh ada! kamar perempuan kadang ini kalau musim hujan itu atabnya bocor

tapi sedikit, gak kena kasur kena sampingnya aja, sama sebelah sana ruang

makan itukan dindingnya berlumut diatasnya, terus keramiknya kalo dipijak

kaya goyang, kaya mau jatuh gitu jadi maunya keramiknya diperbaiki. Dapur,

kulkasnya harusnya diganti karena tidak terpakai lagi. Ruangan laki-laki ada

kak banyakan yang bocor bekas kamar kami, dari kemarin udah diperbaiki

cuman kurasa bocor lagi gitu. Kamar mandi ada yang perlu diperbaiki

atabnya udah mulai hancur semua, pintu kadang rusak juga haha, lampu gak

ada”(Informan Tambahan 2).

“Kalau kamar perempuan si enggak, tapi kalau di kamar laki-laki ada tuh

bocor. Kalau menurutku sih bagusan kamar perempuan yang dulu di perbaiki

ya kan ka, karena uda cukuplah ruangannya segitu jadi biar disitu aja kami

pindah. Terus kamar mandinya diperbaiki dan dipasang lampu-lampunya,

kamar laki-laki juga diperbaiki” (Informan Tambahan 1).

“Ada ka! Kamar laki-laki ka bocor, kasian juga mereka ka kalau hujan

mereka kebocoran, jadi sering becek. Terus kamar mandi pintu nya rusak ka,

sama kamar mandinya gak ada lampunya jadi kalau malam gelap ka, jadi

pake senterlah kak” (Informan Tambahan 3).

“Ruangan laki-laki ka keramiknya gak bagus, kalo jalan kaya mau jatuh,

terus atabnya lagi bocor apalagi sekarang musim hujan jadi bocor terus.

Terus lemari-lemarinya ka diperbaiki supaya cantik. Kamar mandinya,

Universitas Sumatera Utara


pintunya rusak ka maunya diperbaiki. Kalau dapur pipa airnya rusak,

kulkasnya juga” (Informan Tambahan 5).

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan mendapatkan bahwa Sarana

dan Prasarana yang ada di Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan

belum cukup memadai. Dari observasi yang dilakukan oleh penulis mendapatkan

temuan bahwa kondisi prasarana banyak yang kurang terawat. Seperti kondisi toilet

untuk anak-anak binaan tidak terawat, pintu kamar mandi rusak, lampu kamar mandi

juga tidak menyala. Asrama putra terlihat atapnya sudah rusak dan sering mengalami

kebocoran saat hujan. Asrama laki-laki berada di lantai 2 dan sering terasa goyang

keramiknya jika berjalan atau berlari di area asrama laki-laki. Stop contact yang ada

diruangan laki-laki sebenarnya sudah tidak layak pakai, tapi masih sering digunkan

anak-anak binaan untuk mengcharger HP sebenarnya berbahaya jika digunakan.

Bagian dapur yaitu kulkas sudah tidak berfungsi lagi dan peralatan dapur sudah

tidak lengkap lagi. Meja makan dan kursi untuk anak binaan tidak ada, mereka hanya

memiliki satu meja makan panjang saja dan mereka jarang makan dimeja makan,

biasanya mereka makan diruangan santai. Anak binaan juga tidak memiliki meja

belajar, mereka biasa belajar di kasur masing-masing. Terakhir diadakan peremajaan

untuk sarana yaitu sekitar 6 bulan yang lalu, dimana ada donatur yang memberikan

bantuan untuk merenovasi kamar perempuan. Donatur tidak memberikan bantuan

dalam bentuk uang tapi dalam bentuk tenaga fisik dan bahan-bahan perlengkapan

untuk merenovasi kamar

“Kamar perempuan ini dibangun oleh tamu, orang cina. Dia orang bawa

tukang dan semuanya, kamar ini diperbaiki belum lama ini baru beberapa

Universitas Sumatera Utara


bulan ini. Biasanya anak perempuan tidur disamping kamar laki-laki tapi

karena bocor dibangun lah disini (Informan Kunci 1).

Berdasarkan hasil penelitian penulis di lapangan bahwa tidak adanya sarana

dan prasarana keterampilan bagi anak-anak binaan ini akan sangat berpengaruh dalam

proses pelayanan. Seperti misi dari Yayasan Panti Asuhan ELIDA Children Home

Medan adalah “Memberikan pendidikan dan keahlian khusus untuk mempersiapkan

mereka sebagai manusia yang memiliki kontribusi terhadap perkembangan kehidupan

manusia dan lingkungannya diseluruh dunia”. Sebenarnya pihak panti ingin

mengajarkan anak-anak keterampilan agar anak-anak binaan setelah keluar dari panti

ini mempunyai keahlian khusus tapi tetap yang menjadi kendala adalah terbatasnya

pendanaan. Hal ini menjadi kerinduan bagi pihak panti.

“Sebenarnya kalau kami lihat untuk sarana gedungnya saya fikir sudah

layak. Hanya kelengkapan-kelengkapan sarana penunjang itu yang masih

terkendala. Contohnya kami berkendala anak-anak yang ada di binaan panti

asuhan ini kelak akan menjadi anak-anak yang kreatif. Nahhh.. untuk

menciptakan kreativitas anak ini kan butuh sarana penunjang, seperti bahan-

bahan prakteknya, bahan pelatihannya. Nahhh itukan kami belum punya,

belum punyanya itu bukan kami tidak mau memfasilitasi tetapi karna memang

terbatasnya pendanaan dan kami tidak cukup kuat untuk membeli. Contoh

kecil misalnya bagi anak-anak perempuan, bagaimana kami mengajarkan

mereka paling tidak bisa menjahit dan untuk membeli alat mesin jahitnya

inikan dibutuhkan biaya juga. Paling tidak minimal 1 atau 2 mesin jahit itu

harus ada. Terus anak laki-laki paling tidak kami bekali dia dengan

Universitas Sumatera Utara


keterampilan-keterampilan mungkin dibidang perbengkelan. Jadi sudah

membuka pikiran mereka, saatnya mereka dewasa mereka sudah tau bekerja.

Sehingga harapan kami dengan keterampilan-keterampilan yang mereka miliki

itu, kami bisa membantu mereka merekomendasikan kepada teman-teman

kerja kami yang ada di luar untuk bisa menerima mereka. Jadi memang dari

sarana penunjang keterampilan masih kami rasakan kurang, bukan lagi

kurang memang tidak ada” (Informan Utama)

Dulu anak-anak binaan pernah diajarkan keterampilan oleh relawan-relawan

dari luar panti. Anak-anak binaan diajarkan cara membuat ice-cream dari kain,

diajarkan cara melukis dan menggambar, diajarkan cara bermain musik, tapi sekarang

anak binaan tidak pernah diajarkan keterampilan lagi, karena sudah tidak ada lagi

relawan yang datang untuk mengajarkan keterampilan kepada anak binaan . Hal ini

pun menjadi kerinduan bagi anak-anak binaan.

“Kalau dulu sih sering, keterampilan menari kaya dibilang sebelumnya tadi

buat handuklah, terus melukis. Menurut ku perlu lah dijari keterampilan lagi.

Kan gini kalau nanti kita keluar gitu kan, kita punya sesuatu yang dibawa dari

sini gitu. Jadi kita walaupun ecek-eceknya lah kita gak begitu pintar di sekolah

jadi kita punya pengalaman dari sini. Jadi bisa bangun usaha sendiri gitu.

Bagus juga gitu kalau ada kursus salon, kursus menjahit kan bisa

dikembangkan nantinya. Kalau untuk laki-laki bangun bengkel gitu”

(Informan Tambahan 1).

Universitas Sumatera Utara


“Pernah kami diajari keterampilan. Membuat ice cream dari handuk

maksudnya ada botol disini baru handuknya kita bentuk-bentuk kaya ice cream

gitu, jadi nampaknya kaya ice-cream, padahal handuk isinya. Yang ngajarin

kakak-kakak kuliahan ka mita. Selain itu ada lagi diajarin melukis,

menggambar dan belajar musik. Menurut santa perlu ada lagi yang ngajarin

keterampilan supaya makin pintar, dan menjadi tahu bakat kita dimana”

(Informan Tambahan 2).

“Iya kak dulu diajari, buat boneka, menggambar, melukis, musik gitu. Ada

kakak-kakak dari luar yang ngajarin. Perlu kak diajari keterampilan lagi biar

kami tau masing-masing kelebihan yang ada didalam diri. Jujur aja aku

orangnya malu, cepat menyerah kak belum di coba udah nyerah sampai disini

kan ka diajari semua aku binggung, karena disana gak pernah diajarin yang

kaya gini. Yang aku tau bersih-bersih bantu mama kalau soal masak gatau.

Pokoknya disinilah aku tau semua” (Informan Tambahan 3).

“Pernah, membuat pita dari kain, membuat ice-cream dari kain, membuat

banyak lah. Perlu ada lagi kak yang ngajarin supaya Panti Elida itu lebih

kreatif lagi” (Informan Tambahan 4)

Selain Sarana dan Prasarana yang belum cukup memadai, listrik dan air sangat

dibutuhkan di Yayasan ini. Menurut penuturan dari Ibu Wirawati beberapa bulan

yang lalu pernah terjadi pemadaman listrik dikarenakan Yayasan hampir menunggak

pembayaran bebeerapa bulan. Akibat dari pemadaman listrik banyak aktivitas yang

terbengkalai.

Universitas Sumatera Utara


“Cukup semua! Gak ada ruangan yang perlu ditambah, kayanya gak adalah

cukup semua. Sebenarnya dikamar perempuan perlu kipas angin cumakan

listriknya mahal, nah listrik kan yang kita jaga. Kami menghemat listriklah

karena pernah listrik diputus, sebentar sih gak ada satu hari, karna

menunggak pembayaran hampir banyak juga. Kami kena hampir 7 juta itu.

sekarang sudah dibayar. Irit-iritlah!" (Informan Utama 2)

Indah merasakan akhir-akhir ini listrik panti sering di putus karena besarnya

pemakaian arus listrik. Untuk air tidak ada masalah, hanya saja anak-anak binaan

sering lupa untuk mematikan air, sehingga membuat mesin dari air cepat rusak.

Berikut penuturan dari Informan Tambahan 1:

“Kalau untuk sekarang ini si sering kak, karenakan besarnya pemakaian arus

listrik itu soalnya dulu kan di atas gak ada yang nempatin, sekarang pak agus

sudah tinggal disitu, pak agus hidupin AC, jadi bertambah aja biaya listriknya,

jadi sering diputusin hehe”. Kalau air sih emm gak ada masalah sebenarnya

Cuma karna kami sering lupa matikan jadi kadang rusak sanyonya karna

rusak kelamaan dihidupi, panas dia” (Informan Tambahan 1).

Standar Sarana dan Prasarana di Yayasan Panti Asuhan ELIDA menurut

Kementerian Sosial tidak sesuai dengan Standardisasi Panti Sosial dan Pedoman

Akreditasi Panti Sosial, karena Yayasan Panti Asuhan ELIDA tidak memiliki ruang

pelayanan dan tidak mengajarkan keterampilan bagi anak binaan. Tidak memiliki

sarana umum yang lengkap seperti sarana olahraga, peralatan plahraga, ruang makan,

ruang belajar, ruang kesehatan dan perlengkapannya. Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Childre Home Medan juga tidak memiliki sarana penunjang bagi anak binaan

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang dilakukan, penulis memberikan kesimpulan

sebagai berikut:

Pelaksanaan Standar Pelayanan Sosial dan Keorganisasian di Yayasan Panti

Asuhan ELIDA Children Home Medan melalui Standar pelayanan sosial yang terdiri

dari tahapan Standar Proses Pelayanan dan Standar Hasil Pelayanan. Standar

Keorganisasian terdiri dari tahapan Standar Program, Standar Sumber Daya Manusia,

Standar Manajemen dan Organisasi, Standar Sarana dan Prasarana.

1. Standar Pelayanan Sosial yang terdiri dari tahapan Standar Proses

Pelayanan masih belum maksimal pelayanannya karena untuk tahap

terminasinya belum berjalan dengan baik. Untuk Standar Hasil Pelayanan

sudah berjalan dengan baik.

2. Standar Keorganisasian yang terdiri dari tahapan Standar Program masih

belum maksimal karena masih ada program yang perlu ditingkatkan yaitu

Pembinan Rohani dan Bidang Pendidikan Formal. Untuk Tahapan Standar

Manajemen dan Organisasi dimana audit keuangan dari Yayasan tidak

memiliki sumber tetap, hanya mengandalkan dari donatur-donatur yang

datang. Untuk Tahapan Standar Sumber Daya Manusia belum cukup

memadai begitu juga dengan kemampuan Sumber Daya Manusianya,

Universitas Sumatera Utara


tidak adanya unsur operasional yang meliputi pekerja sosial, dan

instruktur keterampilan, tidak lengkapnya unsur penunjang yang meliputi

petugas kebersihan dan satpam. Dan yang terakhir tahapan standar Sarana

dan Prasarana yang belum memadai, Yayasan Panti Asuhan ELIDA

Children Home tidak memiliki ruang pelayanan dan tidak mengajarkan

keterampilan bagi anak binaan, tidak memiliki sarana umum yang lengkap

dan tidak memiliki sarana penunjang bagi anak binaan. Kurangnya

perawatan dan peremajaan gedung dan banyak sarana di Panti yang sudah

tidak layak digunakan dan harus diganti. Tahapan tahapan tersebut tidak

sesuai dengan Standardisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti

Sosial Menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan peneliti mencoba memberikan masukan atau

beberapa saran yang ditujukan kepada semua pihak yang mempunyai kepentingan.

Adapun saran dari peneliti antara lain:

1. Pihak Yayasan lebih tegas lagi terhadap keluarga dan anak binaan, agar tidak

sesuka hatinya masuk dan keluar Yayasan.

2. Pihak Panti perlu meningkatkan program pembinaan rohani agar anak-anak

binaan tidak jenuh terhadap kegiatan rohani. Pengasuh anak juga harus lebih

memperhatikan anak laki-laki dalam hal pembinaan rohani. Pihak Yayasan

Panti Asuhan ELIDA Children Home Medan perlu membangun hubungan

Universitas Sumatera Utara


baik dengan Dinas Sosial terkait dengan permohonan dana bantuan sosial dan

mampu membina hubungan baik dengan pihak lain termasuk diantaranya

lembaga profit maupun non profit untuk peningkatan kualitas pelayanan sosial

bagi anak binaan. Pihak Yayasan perlu menambah dan memperbaiki

kemampuan Sumber Daya Manusia melalui pemanfaatan Tenaga Ahli seperti

pekerja sosial, psikolog dan instruktur keterampilan. Untuk sarana dan

prasarana pihak yayasan seharusnya memperbaiki bangunan-bangunan yang

sudah rusak dan mengajarkan anak-anak binaan keterampilan, agar anak

binaan terampil setelah keluar dari panti. Pihak Yayasan seharusnya

menyediakan sarana umum seperti peralatan olahraga, ruang makan, peralatan

rekreasi, dan ruang belajar.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang & Mujiatini, Wayan & Sriathi, Anak. 2008. Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu
Arikunto, Suharsimi & Safruddin, Cepi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan;
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi
kedua. Jakarta: Bumi Aksara.
Fahrudin, Adi. 2012. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Gitosudarmo, Indriyo & Sudita I Nyoman. 1997. Perilaku Keorganisasian.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Kamputindo.
Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan: Grasindo Monoratama.
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sukarni, Mariyati. 1994. Kesehatan Keluarga Lingkungan. Yogyakarta: Kanisius.
Suyanto, dan Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group

Sumber Lain :
Badan Pendidikan Jabatan Fungsional Pekerja Sosial dan Penyuluh Sosial
Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2012. Panduan Teknis Akreditasi
Lembaga di Bidang Kesejahteraan Sosial. Jakarta
Ginting, Gadis Vania. 2016. Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak di Yayasan Amal Sosialal-Washliyah
Gedung Johor Medan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
Undang-Undang Penanganan Fakir Miskin dan Kesejahteraan Sosial. 2012. Bandung:
Fokusindo Mandiri.

Sumber Online :
Ige, Edhie Prayitno. “Bermasalah, 24 Panti Sosial di Demak ditutup paksa”. 06 Maret
2014. http://news.liputan6.com/read/2019052/bermasalah-24-panti-sosial-di-
demak-ditutup-paksa diakses pukul 14.54 WIB tanggal 04 November 2016.

Universitas Sumatera Utara


Johan. “Standarisasi Panti Sosial”. 26 Juni2006.
http://dinsos.jogjaprov.go.id/standardisasi-panti-sosial/ diakses pukul 20.42
WIB tanggal 14 November 2016.
Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2012. Rekapitulasi Data Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial Per Provinsi.
file:///C:/Users/Hp/Downloads/rekap_pmks_2012_baru.pdf / diakses pukul
10.16 WIB tanggal 20 Desember 2016.
Pusat Pengembangan Profesi Pekerjaan Sosial. “Daftar Akreditasi Lembaga
Kesejahteraan Anak Tahun 2013/2014”. 27 September 2004.
http://p4s.kemsos.go.id/index.php/akreditasi/data-lembaga-
terakreditasi/item/305-daftar-akreditasi-lembaga-kesejahteraan-sosial-anak-
tahun-2013-2014/ diakses pukul 11.52 WIB tanggal 12 November 2016.
Pusdatin Kesejahteraan Sosial. “Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial”.2009.
http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=p /
diakses pukul 00.00 WIB tanggal 17 Desember 2016).
Octavianus, Vanny. Mensos: “Jumlah Anak Terlantar di Indonesia Mencapai 4,1 Juta.
15 Mei 2015”. http://jateng.antaranews.com/detail/mensos-jumlah-anak-
terlantar-di-indonesia-mencapai-41-juta.html/ diakses pukul 13.37 WIB,
tanggal 04 November 2016.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai