SKRIPSI
UUN DAIROH
14070046
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
vi
membimbing penulis, dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Tim penguji Ibu Isnaini, M.Si. Bapak Rio Tutri, M.Si. dan Ibu Mira Yanti,
M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah memberikan bantuan, dorongan
dan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Penasehat Akademik (PA) Bapak Ikhsan Muharma Putra, M.Si. sebagai
orang tua dari pertama masuk sampai menyelesaikan skripsi dan selalu
memberikan nasehat, bimbingan, motivasi, masukan, petunjuk dan arahan
yang sangat berharga selama menempuh pendidikan S1.
7. Kepada Bapak/Ibu Kantor Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Bapak/Ibu
Kantor Desa Sialang dan Kepala Kesbangpol Kabupaten Merangin,
beserta stafnya yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Desa
Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
8. Teristimewa Ayahanda Nur Wahid, Ibunda Ponisah, Kakak Yunita
Astarina, dan Adik Ria Veronica serta seluruh anggota keluarga yang
telah membantu penulis baik berupa moril dan materil, doa serta motivasi
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
9. Terimakasih kepada teman dekat peneliti yang paling tersayang yang mau
membantu peneliti dalam keadaan susah maupun senang yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti.
10. Rekan-rekan dan sahabat seperjuangan Sosiologi Sesi B 2014 yang telah
membantu penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
11. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti dalam melakukan
penelitian dan menyusun skripsi.
vii
Semoga bantuan, bimbingan, arahan, masukan dan motivasi, koreksi dan
dukungan yang diberikan mendapat balasan, pahala dari Allah SWT dan
mendapat balasan yang sesuai dengan jasa-jasa yang telah diberikan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kekhilafan sehingga jauh dari kesempurnaan. Dengan senang hati
penulis menerima saran-saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini sehingga bila bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
ix
4.2 Sejarah Desa Sialang.......................................................................... 34
4.3 Kependudukan ................................................................................... 35
4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk ........................................................... 36
4.5 Mata Pencaharian ............................................................................... 36
4.6 Agama ................................................................................................ 38
4.7 Sarana dan Prasarana ......................................................................... 40
4.7.1 Prasarana Ibadah ........................................................................... 40
4.7.2 Prasarana Pendidikan .................................................................... 41
4.7.3 Prasarana Kesehatan .................................................................... 42
4.8 Organisasi Pengelola Program PKSMT ............................................. 43
4.8.1 Mekanisme Program PKSMT ....................................................... 43
4.8.2 Organisasi Pengelola Program PKSMT ........................................ 46
4.9 Sistem Kekerabatan ........................................................................... 48
4.10 Adat Istiadat ...................................................................................... 49
4.11 Hubungan SAD dengan Penduduk Lokal ......................................... 50
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan .................................................................................... 73
6.2. Saran .............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Suku Anak Dalam ......... 7
Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 23
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.............................................................................. 32
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Pendidik ........................................................... 36
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang ........................ 37
Tabel 4.3 Prasarana Peribadahan Desa Sialang ............................................... 40
Tabel 4.4 Prasarana Pendidikan Desa Sialang ................................................. 42
Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan Desa Sialang .................................................. 43
Tabel 5.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Miskin ........................... 62
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
bidang, baik bidang ekonomi, sosial, maupun budaya serta tinggal di wilayah
relatif maju dengan segala akses. Namun masih banyak bagian dari Indonesia
suku-suku yang tinggal dipedalaman, yang masih tinggal nomaden didalam hutan-
Di Indonesia terdapat tiga ratus lebih kelompok suku bangsa dan tiga
puluh juta penduduk tersebar dilebih dari empat belas ribu pulau dan sekitar 1,8
memiliki sejumlah suku dan mempunyai ciri khas tradisional . Salah satunya yang
berada di Provinsi Jambi, dengan memiliki banyak suku yang mempunyai ciri
khas tradisional, diantaranya suku yang mendiaminya adalah Suku Kerinci, Suku
1
2
Batin, Suku Melayu dan suku minoritas yang tinggal di daerah pedalaman yaitu
yang menurut Data Sebaran SAD tahun 2017 ada 1287 Jiwa. Suku Anak Dalam
dengan masyarakat sekitar, salah satu ciri yang menjadi simbol Suku Anak Dalam
adalah berbahasa. Suku Anak Dalam memiliki kekerabatan yang serumpun, hal
ini merupakan pola kehidupan bersama yang dibangun secara terpisah oleh
golongan-golongan yang lebih besar. Pola kekerabatan Suku Anak Dalam adalah
Anak Dalam pada dasarnya bertempat tinggal di dalam hutan. Hutan merupakan
detak jantung bagi masyarakat Suku Anak Dalam (Berlian & Yusra, 2010).
Keberadaan hutan bagi Suku Anak Dalam bukan sebagai prasyarat untuk
kebutuhan dasar ekonomi namun lebih dari sekedar itu hutan merupakan tempat
untuk mempertahankan sosial budaya dari adat Suku Anak Dalam. Suku Anak
Dalam termasuk suku primitif yang mengasingkan diri untuk hidup berinteraksi di
dalam hutan dengan memanfaatkan sumber daya alam. Masyarakat primitif adalah
masyarakat yang hidup di zaman sebelum ada pendidikan, mereka hidup dengan
gaya hidupnya yang tradisional yang turun temurun dari nenek moyangnya baik
dari segi kehidupan sosial dan kebudayaannya. Suku Anak Dalam dianggap
3
kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil yang
bersifat lokal dan terpencil dan masih sangat terikat pada sumber daya alam dan
habitatnya yang secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam hal ini suatu masyarakat terasing
dapat dikategorikan dalam 3 jenis (1) berkelana, (2) setengah kelana, (3) menetap
dengan kehidupan modern, dalam hal ini masyarakat Suku Anak Dalam
tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan dari fungsi dan jasa yang telah
kebijakan diperuntukkan bagi Suku Anak Dalam yang secara yuridis formal
yang rawan sosial karena keterasingan dan keterbelakangan, dengan tujuan untuk
kegiatan mendasarkan pada pola operasional yang ada sampai sekarang dan terus
kehidupan yang stabil sesuai dengan norma-norma standar yang dianut oleh
masyarakat Indonesia seperti memeluk agama resmi yang diakui pemerintah dan
hidup di desa serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar
dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat
dasar bahwa SAD telah hilang kontak dengan arus perubahan sosial. Kondisi
Suku Anak Dalam baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara teknis
program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan sistem pemukiman sosial (SPS)
dengan empat tipe pemukiman yaitu : (1) tipe pemukiman ditempat asal atau
insitu development (2) tipe pemukiman ditempat baru atau exsitu development (3)
tipe stimulus Pembinaan masyarakat (4) tipe kesepakatan dan rujukan (Basri,
2001).
Dalam (SAD) yang dilaksanakan pada tahun 2017 dengan target 13 KK. PKSMT
yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial yang kemudian di turunkan kepada KAT
Suku Anak Dalam agar tidak tertinggal dari kehidupan masyarakat pada
6
pintar merupakan wadah bagi masyarakat Suku Anak Dalam untuk proses
Pembina SAD. Kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar ini dilakukan selama satu
kali seminggu yang difasilitatori oleh LSM Pundi Sumatera. Sampai sekarang
kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar diikuti oleh anak-anak Suku Anak Dalam
yang berada di Desa Sialang. Lalu Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang
sekarang memiliki kepercayaan pada satu Tuhan, dengan agama Kristen. Suku
Anak Dalam menganut agama Kristen karena bukan berdasarkan orang lain,
tentram dan damai serta hewan (babi) yang mereka jadikan makanan dan mata
Anggota
No Nama Umur Pekerjaan
Keluarga
1 Ganta 60 tahun Berburu 5 orang
2 Bernai 28 tahun Berburu 2 orang
3 Rika 29 tahun Berburu 1 orang
4 Gimin 48 tahun Berburu 3 orang
5 Megang 48 tahun Berburu 3 orang
6 Teket 29 tahun Berburu 3 orang
7 Ngadang 28 tahun Berburu 2 orang
8 Fatimah 56 tahun Meramu 3 orang
9 Murai 63 tahun Berburu 3 orang
10 Firdaus 30 tahun Berburu 2 orang
11 Timpuh 63 tahun Meramu -
12 Lehai 38 tahun Berburu 2 orang
13 Brita 21 tahun Berburu 1 orang
Sumber data : Data Sebaran SAD Kabupaten Merangin 2018
yang berada di Desa Sialang merupakan fokus utama. Berdasarkan observasi awal
Anak Dalam. Dan pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Sialang
Gambar 1.1
Pemukiman SAD di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin
Dari gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa pemukiman SAD di Desa Sialang
Dimana rumah yang mereka tempati berada disekitar permukiman warga lokal
dengan jarak ± 500 m. Dengan adanya pemukiman ini Suku Anak Dalam
berburu dan meramu, namun Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang
diberikan pelatihan untuk menternak kambing dan budi daya ikan lele.
dikategorikan setengah kelana, yang awal mulanya mereka hidup nomaden (tidak
menetap). Pada saat ini PKSMT yang telah dilaksanakan di Desa Sialang sudah
berjalan satu tahun dengan target ± 5 tahun. Berdasarkan hal tersebut menarik
9
Dalam (Kubu)?
1. Manfaat Teoritis
Pedesaan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bacaan atau acuan dalam
b. Bagi Mahasiswa
Selain itu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi almamater sebagai
c. Bagi Masyarakat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yaitu struktur fungsional oleh Talcott Parson. Parson melihat suatu kehidupan
yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem dimana
mencerminkan orientasi nilai dasar (yang mungkin beberapa tipe masyarakat) dan
memenuhi persyaratan-persyaratan. Bila orientasi nilai nilai yang pasti dan pola
fungsional yang harus dipenuhi oleh sistem. Keempatnya adalah sebagai berikut :
dapat kita bedakan. Pertama, harus ada ”suatu penyelesaian dari sistem itu
11
12
situasi itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai suatu
tujuan. Lingkungan, seperti sudah kita ketahui meliputi fisik dan sosial.
sosial. Dalam salah satu dari kedua hal itu, pencapaian tujuan merupakan
ini. Pada tingkat individu dan sistem sosial ada berbagai tujuan yang
interelisasi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem
sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu kesatuan. Masalah integrasi
untuk tercapai pada tujuan individu atau koletif. Kalau tidak, solidaritas
sistem. Skema AGIL yang menunjukkan bahwa setiap sistem sosial harus
sehingga setiap tindakan bersama para anggota dalam sistem sosial itu diarahkan
perubahan.
sosial dalam hidup bermasyarakat yang teratur dan stabil. Tiap fenomena sosial
mempunyai akibat-akibat objektif, baik positif maupun negatif, baik yang disadari
maupun tidak. Analisis akibat-akibat itu dapat membantu untuk mengerti suatu
2015:40-41).
bahwa struktur yang ada terdiri dari bagian-bagian dan memiliki fungsi masing-
masing guna untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan bersama. Teori ini
PKSMT yang dapat membantu pembinaan pada masyarakat Suku Anak Dalam
anak dalam hidup secara berkelompok dan tidak dibatasi oleh wilayah
tempat tinggal tertentu. Mereka bebas hidup dengan kelompok lain namun
SAD atau yang biasa dikenal dengan orang kubu biasa hidup
memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Suku anak dalam memiliki
SAD atau yang biasa dikenal dengan orang rimba merupakan suku
maupun buah-buahan yang ada didalam hutan. Jika terjadi kerusakan pada
hutan maka hidup suku anak dalam akan terancam (Saleh, 2014).
masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat
mandiri.
suku anak dalam, karena pemerintah melihat bahwa suku anak dalam
politik, sosial, ekonomi dan budaya. Pemerintah dalam hal ini selalu
dilakukan oleh Siti Soleha (2017) dengan judul penelitian ”Kehidupan Suku Anak
Dalam Pasca Menetap Di Nagari Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo
Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat” dengan hasil penelitian faktor
suku anak dalam tinggal menetap di Nagari Sungai Kunyit : 1) rusaknya hutan, 2)
penerimaan masyarakat yang cukup baik, dan kehidupan Suku Anak Dalam pasca
(2016) dengan judul penelitian ”Sejarah Pembinaan Terhadap Suku Anak Dalam
dampak pembinaan dan akibat alih fungsi hutan yang dijadikan sebagai lahan
perkebunan besar kelapa sawit dan pemukiman para transmigran pada masa Orde
pencahariannya, merubah pola pikir, melepaskan tradisi dan budaya asalnya dan
(2013) dengan judul penelitian ”Adaptasi Masyarakat Suku Anak Dalam di Desa
Muara Killis Kabupaten Tebo Jambi ” dengan hasil penelitian ditemukan bahwa
penyesuaian diri yang dilakukan SAD terhadap masyarakat luar masih tradisional
karena bergantung pada alam, cara berkomunikasi dengan masyarakat luar masih
tertutup dan mereka hanya bergaul sesama mereka. Kehidupan sosial budaya
19
masih primitif dan masih tergantung pada aturan-aturan adat yang berlaku dan
begitu banyak permasalahan yang muncul antara lain masalah pendidikan dan
ekonomi.
Anak Dalam”. Pada penelitian ini ingin mengetahui Implementasi di Tahun Awal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat
diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh) (Gunawan,
dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif tentang sesuatu, misalnya sebab
didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti dengan rinci
atau kejadian yang sedang atau telah terjadi. Sehingga tipe penelitian deskriptif
yang sedang atau sudah terjadi dan diungkapkan sebagai mana adanya atau tanpa
status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada saat
20
21
pelaksaan PKSMT ini diperoleh melalui lisan dan dokumentasi wawancara yang
dilakukan.
tentang situasi dan kondisi serta permasalahan yang sesuai dengan penelitian, dan
yang terjadi dan bersedia meluangkan waktu agar kita sebagai peneliti dapat
ditentukan kriteria informan atau subjek yang akan diteliti, dan kriteria informan
yang terdiri 1 Kepala Desa Sialang dan Aparat Desa, 2 Pendamping SAD, 1
Tumenggung SAD. Adapun ditetapkan kriteria ini karena informan ini telah
dipilih dan dipercaya mengetahui apa yang sesungguhnya objek penelitian itu
Data penelitian adalah informasi yang akan diolah yang diperlukan untuk
menguji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian ada
yang dalam bentuk kuantitatif, misalnya hasil pengukuran dan ada pula dalam
bentuk kualitatif, misalnya deskripsi data dalam bentuk kata-kata dan gambar atau
yang tidak dalam bentuk angka (Lufri, 2007:98). Data yang digunakan adalah data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil sumber data primer atau
sumber pertama di lapangan (Bungin, 2001). Data primer dari penelitian ini
adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dari masyarakat
SAD yang berada di pemukiman SAD , dan Kepala Desa di Desa Sialang
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder, dimana data juga dapat diperoleh dari orang yang mungkin
informasi yang diperoleh dari tokoh adat SAD, pendamping SAD, Dinas
132).
penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian serta
peneliti dapat melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa
Mei 2018, karena di pemukiman SAD ini sebagai tempat untuk pembinaan
terbuat dari papan yang hanya memiliki satu ruangan dan didalam rumah
pintar ini memiliki fasilitas belajar seperti kursi, meja, papan tulis, televisi,
rak buku, dan peta dunia. Peneliti melihat kegiatan pendidikan yang
dilakukan di rumah pintar dan pendidikan yang dilakukan tidak setiap hari
26
3.4.2 Wawancara
yang paling tahu tentang diri mereka sendiri, sehingga informasi yang
suatu masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berhadapan secara
2013:160).
kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan
yang peneliti lakukan pada tanggal 24 Mei 2018 – 29 Juni 2018, peneliti
informan pada saat mereka dalam keadaan santai dan bersedia untuk
dilakukan di Kantor Dinas Sosial ketika mereka sedang santai atau pada
jam istrahat.
digunakan untuk menelusuri data historis dan bahan dokumen ini memiliki
SAD, dokumen profil Desa Sialang dan data sebaran SAD di Kabupaten
Merangin.
sebagai subjek penelitian atau sesuatu yang berkaitan fokus dan kajian yang akan
diteliti (Arikunto, 2010:187). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok,
yaitu kelompok masyarakat Suku Anak Dalam yang dibina melalui Program
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh, dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam kualitatif dilakukan sejak
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, dan tahapan dalam analisis data yaitu pertama tahap
pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan terakhir tahap
1. Pengumpulan Data
atau konteks kejadian. Data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil
2. Reduksi Data
data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi data. Dalam proses reduksi data
mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita yang
digolongkan dalam satu pola yang lebih luas. Reduksi data merupakan bagian
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
(Patilima, 2011:100-101).
3. Penyajian Data
data dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosok yang utuh.
penelitian, laporan hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan tujuan dari
4. Kesimpulan / Verifikasi
verifikasi, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.
Dalam penarikan kesimpulan ada cara yang dilakukan dalam proses ini yaitu
akan ditemukan hasil dari sebuah penelitian yang valid (Idrus, 2009:151).
Reduksi data
Kesimpulan/
verifikasi
Merangin Jambi, dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian karena ditemukan
masyarakat Suku Anak Dalam yang sudah dilakukan pembinaan pada 13 Kepala
yang sudah dijalankan oleh pemerintah setempat sejak tahun 2017, tetapi dalam
dilakukan selama sebulan, penelitian dimulai pada tanggal 24 Mei 2018 sampai 29
Juni 2018. Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan data dan pembuatan draft
Bimbingan skripsi ini berlangsung dari bulan Mei sampai Juni. Setelah analisa
data serta mendapat persetujuan dari pembimbing, barulah dilakukan ujian skripsi
pada bulan Agustus. Untuk memperoleh gambaran lebih jelasnya dapat dilihat
jadwal penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti pada tabel dibawah ini :
Tahun 2018
No Jenis kegiatan
Mei Juni Juli Agustus
1 Penelitian
2 Pengolahan Data
3 Pembuatan Draft
Skripsi
4 Bimbingan Skripsi
5 Ujian Skripsi
33
sebagai berikut :
1. Masyarakat Terasing
mendiami suatu wilayah terpencil yang tinggal di pedalaman hutan dan terisolisir
Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku minoritas yang ada di Provinsi
keterasingan. Suku Anak Dalam masih bergantung pada hutan untuk memenuhi
3. PKSMT
bentuk program yang dibentuk untuk Suku Anak Dalam. PKSMT ini bertujuan
berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Sialang memiliki luas areanya yaitu ± 18.000 Ha terdiri dari Dusun, Desa,
Desa Sialang termasuk suatu wilayah yang untuk menuju ke desa melewati
kebun sawit dan kebun karet, jarak dari jalan lintas Merangin-Jambi ± 6 km. Jarak
35 km, sedangkan jarak ke Propinsi 250 km. Maka dari itu untuk sampai ke Desa
sebagai Pamenang A4 yang mulai ditempati dan diresmikan menjadi Desa Sialang
pada tahun 1988. Secara umum Desa Sialang merupakan daerah perbukitan yang
dilakukan ada tanggal 24 Mei 2018 dengan Pak Az’ari sebagai Kepala Desa
Sialang asal usul penduduk asli Desa Sialang adalah berasal dari penduduk Jawa
34
35
dan Sunda dan juga ditambah dengan penduduk yang berasal dari Sumatera
Utara.
Desa Sialang merupakan nama urutan dari 11 desa yang ada di Kabupaten
Merangin. Ceritanya asal usul nama Sialang bahwasanya dari yang peneliti
peroleh dari hasil wawancara dengan Pak James (49 tahun), bahwasanya dulu
Desa Sialang merupakan hutan belantara yang dihuni banyak hewan siamang, dan
penduduk setempat menamai Desa tersebut Sialang. Dari keadaan tersebut maka
mereka pun memberi nama desa yang baru mereka bentuk dengan nama desa
Sialang.
4.3 Kependudukan
atau warga masyarakat yang akan dikelola dengan tujuan untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang baik. Di Desa Sialang memiliki 874 KK, berdasarkan profil
Desa Sialang tahun 2017 penduduknya berjumlah 2934 jiwa yang terdiri atas 1511
pada tahun 2017 berjumlah 17.572 jiwa. Pada umumnya di Kecamatan Pamenang
tidaknya semuanya penduduk asli setempat, tetapi sudah bercampur dengan orang
Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan SAD yang kebanyakan mereka merupakan
semuanya penduduk asli Desa Sialang, akan tetapi sudah bercampur dan hidup
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sialang
Desa Sialang tergolong sudah baik, hanya sebagian kecil penduduk yang tidak
pernah sekolah dan lebih banyak yang bersekolah. hal ini dibuktikan dari
banyaknya jumlah penduduk yang bersekolah dan yang tidak pernah sekolah
Dilihat dari kondisi wilayah Desa Sialang memiliki lahan yang luas.
beraneka ragam, diantaranya bermata pencaharian Petani, pedagang juga ada yang
bekerja dibidang industri rumahan, dan juga dibidang jasa, namun pada umumnya
mereka memiliki lahan yang diperoleh dari pemerintah dari adanya program
transmigrasi. Sebagaian masyarakat lain yang tidak memiliki lahan menyewa dari
yang lain untuk dijadikan usaha bertani, berkebun, maupun kolam ikan. Untuk
37
lebih jelas mata pencaharian penduduk Desa Sialang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Hal itu didukung oleh hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2018
tidak jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini menandakan bahwa penduduk
4.6 Agama
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berguna untuk mengatur kehidupan manusia
agar tidak kacau. Dengan adanya agama kehidupan masyarakat akan lebih tentram
dengan adanya perintah dan larangan yang ada. Sehingga dapat mengarahkan dan
yang beragama Islam 80% dan Kristen 20 %. Masyarakat Desa Sialang termasuk
shalat berjamaah di masjid dan mushola bagi yang memeluk agama islam dan
kegiatan rohani di Gereja bagi yang memeluk agama kristen. Ada juga ceramah
dan mengaji yang diadakan dimushola yang dilakukan bergantian setiap seminggu
memperingati tahun baru Islam, kegiatan yang mereka lakukan adalah ceramaah
keagamaan, dan berdoa di Masjid dan Mushola serta melakukan pengajian Israj’
Suku Anak Dalam yang ada di Desa Sialang sudah mulai menganut
kepercayaan sejak tahun 2012, mereka memeluk agama Kristen. Mereka awalnya
menganut agama anismisme yang telah turun temurun dari nenek moyangnya.
didalam hidupnya, Suku Anak Dalam akhirnya datang kegereja yang ada di Desa
digereja pada hari minggu. Hal ini didukung dengan hasil wawancara pada
”Pada tahun 2012 waktu saya sedang ibadah di gereja saya terkejut
tiba-tiba ada segerombolan orang kubu yang datang, saya kira
mereka memiliki masalah dengan kami, ternyata mereka berniat
untuk memeluk agama kristen dan belajar beribadah karena mereka
melihat masyarakat yang memiliki agama hidupnya tentram dan
damai (suwarjono,27 mei 2018).
memeluk agama Kristen karena ia melihat masyarakat yang lainnya hidup dengan
damai dan tentram ketika ia percaya akan adanya Tuhan, mereka menganut agama
Kristen bukan karena disuruh atau paksaan dari orang lain, melainkan keinginan
mereka sendiri.
ibadah dan pendidikan agama adapun sarana dan prasarana yang ada di Desa
Sialang yaitu masjid, mushola, dan gereja, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
ada 14, dan geraja 1, anak-anak di Desa Sialang tidak hanya mendapatkan
pendidikan agama dari pendidikan formal saja, tetapi juga didapat dari
masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Sedangkan yang SMP dan SMA
mereka sudah tidak mau mengikuti pendidikan agama di TPA , karena mereka
merasa sudah besar dan malu jika bergabung dengan anak-anak Sekolah
mushola.
41
kehidupan suatu masyarakat terutama untuk warga baru (generasi baru) yang
(Sulaiman, 2015).
transmigrasi belum memiliki sarana pendidikan dan tenaga pendidik pada saat
itu masih belum ada. Setelah tahun 1989 pemerintah kemudian mendirikan
pendidik yang masih minim dan berlatar belakang pendidikan guru SPG.
1999. Lalu pada tahun 2005 penduduk melihat bahwa kebanyakan peserta
didik yang sekolah di luar desa maka mereka mendirikan MTSn/SMP. Dan
Atas. Hal ini terlihat dari beberapa sarana pendidikan yang ada, dapat dilihat
jenjang yang lebih tinggi, seperti SMA dan Perguruan Tinggi, untuk
Kabupaten Bangko atau di Desa yang lain. Sedangkan untuk Perguruan Tinggi
Kabupaten Bangko.
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Desa Sialang dapat dilihat bahwa di daerah ini tidak memiliki prasarana rumah
43
dan Toko Obat 1. Untuk fasilitas kesehatan yang lainya masyarakat Desa
Bangko. Untuk lebih jelas prasarana kesehatan yang ada di Desa Sialang dapat
Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2018
program yaitu :
1. Tahapan Pelaksanaan
serta sumber daya manusia, sumber daya alam dan teknologi melalui
2. Tahap Pembinaan
a. Tahap persiapan
b. Tahap bimbingan
sarana.
c. Tahap Pembinaan
d. Tahap pengalihan
Kesejahteraan Sosial yang mulai dibentuk pada tahun 2014 dengan jumlah
anggota 3 orang, yang pada mulanya disebut dengan UPTD (Unit Pelaksana
Teknis Daerah) Suku Anak Dalam. UPTD terbentuk karena ada suku yang
UPTD Suku Anak Dalam tidak berlangsung lama. Kemudian pada tahun
Pundi Sumatera dan juga perkumpulan Gereja GKSBS. LSM Pundi Sumatera
terdapat di Desa Sialang juga memiliki keberagaman diantaranya yaitu ada orang
Jawa, Batak, Sunda, dan Suku Anak Dalam yang menggunakan sistem
orang Jawa.
Artinya seseorang mengambil garis keturunannya dari garis Ayah bukan dari garis
keturunan Ibu. Seorang Ayah dalam masyarakat Jawa sebagai pemimpin yang
sistem strata atau tingkatan dalam keluarga Ayah yang didasarkan pada angkatan
atau posisi Ayah semua kakak laki-laki maupun kakak perempuan ayah dan ibu
dengan sebutan pakde atau bude. Sedangkan adik laki-laki atau adik perempuan
dengan sebutan paman bagi adik laki-laki dan bibi bagi adik perempuan.
patrilineal artinya suatu kelompok kekerabatan dihitung atas dasar satu ayah.
Perhitungan hubungan berdasarkan ayah tersebut dengan sada bapa pada orang
Karo dan sama dengan orang Toba perhitungan hubungan pada kakek atau nini
disebut sada nini pada orang Karo dan Saompu pada Toba.
48
seorang anak mengambil garis keturunan dari Ayah dan juga bisa dari ibunya.
menunjukkan sistem strata atau tingkatan dalam keluarga Ayah semua kakak laki-
laki maupun perempuan ayah dan ibu dengan sebutan uwak. Sedangkan adik laki-
laki dengan sebutan mamang/amang dan adik perempuan dengan sebutan bibik.
matrilineal. Artinya anak mengambil garis keturunan dari Ibu. Sistem kekerabatan
Suku Anak Dalam juga sama seperti masyarakat yang lain, dalam keluarga Ayah
semua kakak dan adik laki-laki dengan sebutan paman dan pada kakak dan adik
Adat istiadat merupakan suatu sistem yang berisi nilai-nilai dan norma
yang berupa sejumlah aturan-aturan dan larangan juga sanksi yang disusun secara
seorang Kepala Desa yaitu Bapak Az’ari, yang dipilih melalui pemilu. Desa
Seperti salah satu adat dari percampuran antara budaya islam dan Sunda
melakukan khitanan atau sunat pada anak laki-laki ketika masih berusia dini, yaitu
umur 5 sampai 12 tahun. Tradisi khitanan atau sunatan pada masyarakat Sunda
49
dilakukan satu hari sebelum hari mengkhitan anak. Sehari sebelum dikhitan, si
anak laki-laki akan diarak keliling desa bak seorang raja cilik. Yang mengarak
biasanya anggota keluarga, kerabat, dan tetangga. Rombongan penganten sunat ini
keliling desa ditemani dengan kesenian Sunda yang meriah. Dalam pesta khitanan
si anak diarak dengan sisingaan yaitu diatas kepala dan badan singa atau ada yang
menggunakan kuda renggong. Setelah pesta arakan, pada malam harinya diadakan
Pada masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Sialang, jika seseorang akan
dibeli atau memberikan perhiasan emas dan juga sejumlah uang. Setelah proses
lamaran dan kedua pihak menyetujui, lalu diadakan proses pesta pernikahan
dimana biaya dalam pesta pernikahan itu dibiayai oleh kedua keluarga mempelai
Masyarakat Suku Anak Dalam jika ada anaknya yang ketahuan pergi
berboncengan naik motor sesama lawan jenis akan dikenakan sanksi, dimana
kedua anak ini akan dihukum sesuai yang akan dimusyawarahkan oleh
Tumenggung dan masyarakat SAD lainnya. Seperti hasil wawancara dengan pak
”Bagi kami jika ada anak yang berboncengan motor sesama lawan
jenisnya, kami akan memberikan sanksi dan hukuman. Dan akan
dimusyawarahkan oleh tumenggung dan SAD yang lain” (Teket, 21 Juni
2018).
Anak Dalam sangat memegang adat yang masih berlaku dalam hidup mereka,
50
seperti jika ada anaknya yang berboncengan dengan lawan jenisnya akan
dengan manusia lain, ia tidak dapat merealisasikan potensi dengan dirinya sendiri.
Interaksi sosial akan terjadi apabila antara dua individu atau kelompok terdapat
kontak dan komunikasi sosial. Kontak sosial merupakan tahap awal dalam
suku yang hanya berinteraksi dengan kelompoknya. Suku Anak Dalam sebelum
uang, namun setelah bermukim dan menetap mereka sudah tidak lagi meminta
uang lagi pada masyarakat. Dan saat sekarang mereka dimukimkan dengan satu
kawasan dengan masyarakat lokal. Ketika ada gotong royong Suku Anak Dalam
ikut berperan serta untuk membantu kegiatan yang dilakukan di desa dengan
masyarakat lokal seperti sedang membuat lapangan badminton dan lapangan bola
voly. Begitu pula dengan masyarakat lokal yang sudah tidak mengasingkan Suku
Anak Dalam, terlihat saat ada Suku Anak Dalam yang mengadakan pernikahan,
wawancara dengan pak Suwarjono (47 tahun) 27 Mei 2018 sebagai berikut :
sudah memiliki hubungan sosial yang cukup baik dengan masyarakat lokal, hal
tersebut terlihat adanya rasa saling tolong menolong diantara mereka. Dan Suku
Anak Dalam sudah tidak menutup diri dengan masyarakat luar, justru ia ikut
BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya
oleh unsur penyelenggara Negara dan masyarakat dipusat maupun daerah. Sistem
antara pusat dan daerah, (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan program yang dikhususkan untuk
Terasing (PKSMT).
52
53
Kegiatan PKSMT ini selalu berorientasi pada masyarakat yang terisolasi dan
dengan masyarakat yang lain. Sesuai dengan tujuannya PKSMT ini membantu
berbagai aspek. PKSMT dapat memantapkan SAD agar memiliki kehidupan yang
stabil sesuai dengan norma-norma standar yang dianut oleh masyarakat Indonesia
seperti memeluk agama resmi yang diakui pemeritah dan hidup di desa serta
yang diberikan kepada SAD. Berdasarkan observasi pada 26 Mei 2018 ada 13
Kepala Keluarga (KK) yang menjadi sasaran dalam program PKSMT. Seperti
hasil wawancara yang diperoleh dari Kepala Desa Pak As’ari (50 tahun) 24 Mei
“Sebenerne program PKSMT seng dijalanke ng deso sialang iki ket bulan
agustus 2017, kabeh e enek 13 KK sg jadi target awal program iki”
Artinya :
ketertinggalan dan dengan adanya sentuhan program akan membuat mereka bisa
54
PKSMT. Program PKMST merupakan bagian program yang ada di Dinas Sosial
dan ditangani oleh KAT (Komunitas Adat Terpencil) yang berada dibawah Kabid
Anak Dalam dan fasilitator yang akan memenuhi kebutuhan serta berperan dalam
Sumatera dan juga perkumpulan Gereja GKSBS. LSM Pundi Sumatera memiliki
anggota 2 orang, dipilih untuk ikut membantu dalam program PKSMT. LSM
sedangkan Gereja GKSBS sebagai fasilitator dalam pemberian ilmu rohani atau
agama. Seperti hasil wawancara yang dilakukan pada 28 Mei 2018 dengan
Kepala KAT bapak Azrul (38 tahun) 28 Mei 2018 seperti berikut ini:
“Kami ko dalam menangani Suku Anak Dalam yang ado di Desa Sialang
di bantu dengan satu LSM yaitu LSM Pundi Sumatera. Dan ado dari Desa
Sialang itu sendiri ado pendampingan dari Gereja GKSBS. LSM Pundi
Sumatera sebagai fasilitator dalam program dan Gereja GKSBS sebagai
pemberian ilmu rohani atau agama”
Artinya :
”Kami dalam menangani Suku Anak Dalam yang ada di Desa Sialang
dibantu dengan satu LSM yaitu LSM Pundi Sumatera. Dan ada dari Desa
Sialang itu sendiri ada pendampingan dari Gereja GKSBS. LSM Pundi
Sumatera sebagai fasilitator dalam program dan gereja GKSBS sebagai
pemberian ilmu rohani atau agama”
55
tetapi ada 1 (satu) KK yang kembali lagi dihutan pada tahun 2018 dan bertambah
lagi 1 KK lagi dikarenakan ada yang menikah. PKSMT yang akan ditargetkan ±
5 tahun oleh KAT ini memiliki beberapa program yang ada di Desa Sialang.
Program yang ada sudah dirancang agar sesuai dengan pola kehidupan Suku Anak
Dalam. Dimana ada 5 program yang sudah ditargetkan yaitu (1) Pemukiman, (2)
Rumah Pintar, (3) Life Skill, (4) Pemberdayaan, (5) Kesehatan. Dari kelima
program PKSMT yang berjalan hanya ada 4 program yaitu Pemukiman, Rumah
Pintar, Pemberdayaan, dan Kesehatan. Dan masih ada 1 program yang belum
berjalan yaitu program Life Skill. Program Life skill adalah kemampuan dan
masyarakat mandiri dan terampil. Bentuk program Life Skill seperti perbengkelan,
instalasi listrik, dan pelatihan komputer. Program life skill belum berjalan
yang baik, SAD menerima program yang akan dilaksanakan dan pemerintahan
Desa Sialang ikut campur didalam pelaksanaan program. Namun ada beberapa hal
yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program ini seperti komunikasi yang
baik dengan SAD agar mereka mudah memahami dan merubah pola pikir mereka
menguraikan bahwa gambaran umum program PKSMT yang diberikan pada SAD
Program ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 dengan menjalankan 5 program
yang sudah ditargetkan ± 5 tahun yaitu (1) Pemukiman, (2) Rumah Pintar, (3) Life
Terasing (PKSMT) yang berbasis kepada masyarakat sangat berperan penting dan
bahwa dalam program PKSMT mencakup 5 program yaitu : (1) Pemukiman, (2)
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
pembangunan dalam jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
PKSMT dilatarbelakngi oleh kehidupan SAD itu sendiri, yang mana SAD masih
pihak KAT meminta izin kepada pemerintah Desa Sialang dan melakukan survei
Desa Sialang beserta masyarakat lokal menerima program yang akan dijalankan
57
oleh pemerintahan untuk SAD. Setelah memperoleh izin dari pemerintahan Desa
Sialang, KAT mendatangi sekelompok SAD pada tanggal 7 Agustus 2018 namun
pada saat itu mereka tidak berada dipemukiman. SAD berada dipemukiman ketika
Pada tanggal 13 Agustus 2017 KAT dan didampingi dengan Kepala Desa
Awalnya bagi yang perempuan masih tidak mau menerima kedatangan mereka,
akan tetapi yang laki-laki bersedia menerima kedatangan KAT. Pada saat itu KAT
yang lebih baik kepada mereka. Seperti hasil wawancara yang dilakukan 28 Mei
2018 dengan Pak Azrul (38 tahun) 28 Mei 2018 sebagai berikut :
Artinya :
Setelah itu SAD menerima bantuk bantuan yang diberikan kepada KAT,
yang mereka dirikan hanya untuk sementara sebagai tempat untuk proses
Bentuk pelatihan yang mereka berikan seperti cara menternak hewan, ikan,
bercocok tanam dan menjaga kesehatan yang difasilitatori dari LSM Pundi
Sumatera dan anggota dari KAT. Proses pelatihan dan sosialisasi berjalan selama
1 bulan dengan menjadwalkan waktu selama seminggu dua kali, pada saat mereka
pulang dari merantau berburu pada pukul 13.00 WIB dan saat setelah mereka
permanen dan mendirikan rumah pintar disekitar pemukiman SAD. Pada bulan
59
bulan. Setalah berjalan satu bulan kami baru membangun pemukiman permananen
dan rumah pintar. Pada bulan februari 2018 SAD dipindahkan di pemukiman
baru SAD.
yang sudah berjalan ada 4 program yaitu : pemukiman, rumah pintar, kesehatan,
dan pemberdayaan. Dan masih ada 1 program yang belum berjalan, hal ini
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
dibangun dengan tipe pemukiman ditempat baru atau exsitu development, yang
permanen. Peneliti melihat bahwa pemukiman dibangun dengan tiga baris rumah,
yang didalam ruanganya sudah terdapat ruang tamu, kamar tidur 2, dapur dan
MCK. SAD di pemukiman semi permanen mereka mendapatkan air bersih dari
Sebelumnya Suku Anak Dalam sudah mulai masuk di Desa Sialang tahun
mereka saja, kemudian pergi dan datang lagi begitu seterusnya. Dan ketika SAD
sudah keluar dari hutan, mereka sudah dianggap masyarakat luar oleh sekolompak
Pemukiman yang dibangun dengan program PKSMT ini tidak melibatkan Suku
Pemukiman yang dibangun berjumlah 25 unit rumah dan didanai oleh Dinas
Sosial. Rumah tersebut juga diberikan kepada masyarakat lokal yang tidak mampu
61
berjumlah 10 rumah dan 15 rumah diberikan untuk SAD. Masyarakat lokal yang
tidak mampu diberikan rumah melalui seleksi oleh pemerintahan Desa Sialang
dan dipilih yang benar-benar tidak mampu. Seperti hasil wawancara dengan Pak
”Wargo deso Sialang karo Suku Anak Dalam pas bangun omah sg anyar
gak melok gae, tapi kabeh diserahkan karo pihak KAT. Tapi kami gor
nyediain tanah e, sg gak adoh seko warga kene sg ± 500 m. Pihak KAT
ngei omah e kabeh enek 25 omah sg didanai karo Dinas Sosial. Seng 15
omah dikhususkan gae Suku Anak Dalam, terus sg 10 omah meneh gae
wargo Sialang sg gak mampu.”
Artinya :
Hal serupa juga di sampaikan oleh pak Ganta (60 tahun) sebagai berikut :
penduduk miskin berjumlah 33 jiwa sebanyak 10 Kepala Keluarga (KK) dan SAD
berjumlah 42 jiwa sebanyak 13 KK. Tujuan mereka tinggal dalam satu kawasan
agar SAD dengan masyarakat lokal bisa berbaur dan bisa berinteraksi dengan
baik. Selain itu masyarakat lokal juga bisa membantu SAD agar bisa hidup seperti
masyarakat lain.
62
Anggota
No Nama Umur Pekerjaan
Keluarga
1 Munir 48 tahun Serabutan 2 orang
2 Sardi 45 tahun Petani 2 orang
3 Joko 55 tahun Petani 2 orang
4 Suyono 51 tahun Petani 3 orang
5 Murip 60 tahun Serabutan 4 orang
6 Giman 63 tahun Serabutan 2 orang
7 Soleh 44 tahun Serabutan 2 orang
8 Aan 40 tahun Kuli Bangunan 1 orang
9 Burdian 57 tahun Petani 3 orang
10 Samin 64 tahun Petani 2 orang
Sumber data : Wawancara dengan Kepala Desa Sialang 2018
awal februari 2018. Dengan adanya pemukiman yang baru SAD bisa
mereka yang pindah-pindah, sekarang mereka hanya perlu menetap ditempat baru.
dari kehidupan mereka. SAD hidup berpindah karena hewan yang mereka buru
sudah langka untuk didapat. Seperti hasil wawancara dengan Ibu Fatima ( 56
Sialang tidak lain dengan adanya alasan bahwa hewan yang mereka buru sudah
langka, dan mereka memilih menetap di Desa Sialang di pemukiman baru dengan
alasan karena hutan yang biasanya mereka tempati sudah habis dan ketika mereka
63
sudah keluar dari hutan, mereka tidak lagi dianggap dan sudah menjadi
masyarakat luar.
perubahan kehidupan dan terutama bagi kepala keluarga ketika mencari nafkah.
Pada saat kepala keluarga mencari nafkah mereka tidak perlu membawa semua
keluarga untuk ikut berburu dan berpindah-pindah. Jika semua anggota keluarga
ikut berpindah-pindah akan menambah beban untuk kepala keluarga Suku Anak
Dalam. Namun SAD yang tinggal di pemukiman baru masih memiliki rmata
Selain itu juga SAD yang tinggal menetap di pemukiman yang baru
memiliki pola hubungan yang baik dan tinggal berdampingan dengan masyarakat
lokal, dimana mereka sudah mulai berbaur dengan masyarakat luar dan ikut
masyarakat lokal yang terbukti juga ikut membantu ketika Suku Anak Dalam
sedang mengadakan pesta pernikahan. Suku Anak Dalam yang telah tinggal
2017 dengan jumlah pemukiman yaitu 25 rumah dan baru ditempati pada bulan
februari 2018.
64
pada bulan September 2017 KAT membangun Rumah pintar yang berada
SAD yang tidak diperoleh di Sekolah formal. Kegiatan yang mereka lakukan di
rumah pintar rutin mereka lakukan dalam seminggu sekali pertemuan pada hari
sabtu dan anggota LSM Pundi Sumatera sebagai pengajar di rumah pintar. Dan
kegiatan di rumah pintar tidak hanya memberikan pendidikan saja tetapi sosialiasi
Seperti hasil wawancara dengan Pak Aprison (28 tahun) 27 Mei 2018 sebagai
berikut :
Artinya :
diikuti oleh anak-anak dan kegiatan yang kami berikan untuk menambah
pengetahuan yang tidak diperoleh dari sekolah sama halnya dengan les
tambahan yang dilakukan setiap seminggu sekali pada hari sabtu.
Hal yang serupa juga ditambahkan Pak Gimin (48 tahun) 21 Juni 2018 seperti
berikut ini :
”Rumah Pintar yang dibangun tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk
pendidikan saja tetapi rumah pintar ini kami gunakan untuk proses
pembinaan, sosialisasi, dan upacara kematian”
pendidikan saja, tetapi rumah pintar memiliki kegunaan bagi proses pembinaan,
sosialisasi, dan juga sebagai upacara kematian bagi ada yang meninggal dari salah
satu anggota keluarga Suku Anak Dalam. Anak-anak Suku Anak Dalam yang
bersekolah di sekolah formal sudah ada yang duduk dibangku SD, dan SMP.
Dalam yang mnegikuti pendidikan non formal dan pendidikan formal. Dalam
pendidikan non formal mereka mendapat tambahan belajar dan dalam pendidikan
formal mereka memperoleh pendidikan gratis dari kartu Indonesia Pintar. Anak-
anak SAD yang telah bersekolah berjumlah 7 orang dan mereka juga memperoleh
fasilitas peralatan sekolah dari LSM Pundi Sumatera untuk menunjang pendidikan
kapasitas dalam menentukan masa depan (Rohmad, 2016:17). Dalam diri manusia
66
ia memiliki potensi dan daya dalam dirinya. Pemberdayaan selalu terus menerus
taraf hidupnya.
KAT memberikan hewan kambing dan bibit ikan lele untuk dipelihara oleh SAD,
ada 3 ekor kambing dan 1 kg bibit lele. KAT mengajarkan kepada SAD
bagaiman cara menternak kambing dan budi daya ikan dengan baik. KAT
megajak SAD untuk mendirikan kandang kambing dan kolam ikan lele dari terpal.
Tujuan KAT mengajak mereka mendirikan kandang kambing dan kolam ikan agar
SAD ada rasa memiliki dan memelihara dengan baik. Kandang kambing berada
pertama. Tujuan KAT memberikan kambing untuk SAD agar mereka nantinya
bisa memperjual belikan kambing tersebut dipasar dan tidak mengandalkan hasil
dari berburu babi saja. Seperti hasil wawancara dengan Pak Suwarjono (47 tahun)
Hal serupa juga disampaikan oleh pak Firdaus (30 tahun) 21 Juni 2018 sebagai
berikut :
”Saat kami tinggal di pemukiman yang baru, kami di kasih 3 pasang ekor
kambing dan 1 kg bibit ikan lele serta kami disuruh membuat kadang
kambingnya dan kolam. Kami merawat kambing tersebut secara
bergantian dalam sehari ada 1 KK yang memelihara”
Selain memberikan kambing kepada SAD, KAT dan LSM Pundi Sumatera
pelatihan untuk bercocok tanam seperti menanam tanaman sayur mayur. Kegiatan
bercocok tanam dilakukan disekitar pemukiman SAD yang baru, namun kegiatan
tersebut mengalami kendala seperti tanah yang digunakan untuk bercocok tanam
tidak bagus dan juga terkendala dengan lahan yang akan dibuat untuk bercocok
tanam. Jika SAD bercocok tanam disekitar pemukiman mereka banyak tanaman
yang mati karena tanahnya yang tidak subur. Suku Anak Dalam pernah mencoba
menanam pisang disekitar pemukiman mereka, tapi pisang yang mereka tanam
kebanyakan mati.
kepada SAD seperti berternak kambing, budi daya ikan lele dan bercocok tanam.
SAD diberikan 3 ekor pasang kambing, dan 1 kg bibit lele. Kegiatan bercocok
tanam belum berjalan dengan baik, karena terkendala dengan lahan dan tanah
yang digunakan untuk bercocok tanam disekitar pemukiman kurang bagus. SAD
pernah mencoba menanam pisang tetapi pisang tersebut banyak yang mati.
68
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas
dari gangguan tapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera, ada keserasian antara
bagian terpenting yang harus dimiliki oleh setiap jiwa manusia. Dan pemerintah
kesehatan.
dapat berobat gratis diseluruh wilayah Kabupaten Meragin namun tidak berfungsi
jika ingin berobat diwilayah Kabupaten Bungo karena SAD desa Sialang tidak
menetap diwilayah Bungo. Seperti hasil wawancara dengan Pak James (49 tahun)
Artinya :
berobat ke wilayah Bungo, sudah tidak gratis lagi, karena hanya berfungsi
untuk wilayah Bangko saja.
selama proses pembinaan pada bulan Agustus 2017 SAD juga diarahkan untuk
memulai kesehatan dari hal kecil yaitu dari gaya hidup SAD sendiri. Dengan
membiasakan gaya hidup yang sehat seperti mandi sehari 2 kali, akan mencegah
mereka untuk terkena penyakit. Apalagi dengan kehidupan mereka yang masih
berburu di hutan sebagai tempat untuk mencari nafkah. Selain itu pemberian
Seperti hasil wawancara dengan pak Ngadang (28 tahun) 22 Juni 2018 sebagai
berikut :
menemukan bahwa program kesehatan yang diberikan untuk SAD yaitu berupa
pemberian Jamkes. Dan pada bulan agustus 2017 KASI dan LSM Pundi Sumatera
juga memberikan wawasan mengenai menjaga kesehatan yang dimulai dari hal
yang kecil seperti membiasakan untuk mandi selama 2 kali dalam sehari.
Adapun dari penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori Talcott Parson
diharapkan bersama (IAN CRAIB, 1994:58). Program PKSMT untuk SAD yang
didalamnya memiliki anggota dan berisi program yang memiliki fungsi masing-
sosial serta hidup sejajar dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada
empat fungsi yang diperlukan dalam sistem yang biasa disebut dengan skema
AGIL yaitu Adaption menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk
oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT) dibawah kewenangan Dinas Sosial untuk
sekelompok Suku Anak Dalam sesuai dengan kehidupan mereka yang nomaden
tujuan dari program PKSMT KAT menjalankan program PKSMT ini dibantu oleh
LSM Pundi Sumatera dan Perkumpulan Gereja GKSBS Desa Sialang. Integration
anggota dalam sistem sosial itu, dengan melaksanakan program PKSMT kepada
SAD telah memunculkan ikatan integrasi yang mulai baik antara SAD sendiri
dengan masyarakat lokal dimana terlihat saat mereka bermukim satu kawasan
yang sama, menjadikan mereka untuk berbaur dan saling membantu ketika
pernikahan salah satu keluarganya, masyarakat lokal ikut bergotong royong untuk
71
membantu proses pernikahan tersebut. Dan sebaliknya SAD yang sudah terbuka
dengan masyarakat luar hal tersebut tercermin pada saat Desa Sialang sedang
membantu dalam pemeliharaan nilai dan norma yang ada pada masyarakat SAD.
72
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
yang diberikan untuk Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Sialang Kabupaten
program yang sudah dirancang masih 4 program yang berjalan yaitu : pemukiman,
rumah pintar, kesehatan, dan pemberdayaan. Dan 1 program yang belum berjalan,
lapangan kehidupan SAD yang ada di Desa Sialang. Kemudian setelah selesai
berocok tanam, ternak hewan dan peyuluhan mengenai pengetahuan hidup yang
baik dan menjaga kesehatan selama ± 1 bulan. Selain itu KAT juga memberikan
yaitu membangun pemukiman semi permanen dan rumah pintar. Pada bulan
72
73
target awal ada 13 KK SAD, namun pada awal 2018 1 KK yang kembali lagi
kehutan dan bertambah 1 KK lagi karena ada salah satu anaknya yang menikah.
Dalam pelaksanaan Program PKSMT ini memiliki kendala yang harus dihadapi
seperti halnya kendala dalam berkomunikasi dan membuat SAD untuk mengikuti
6.2 Saran
Suku Anak Dalam, sehingga akan dapat mengubah kehidupan Suku Anak
tentang program PKSMT Suku Anak Dalam, agar Suku Anak Dalam
74
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2008). Metode penelitian kualitatif. Padang: Laboratorium sosiologi
FISIP Unand.
Arikunto, suharsimi. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Basri, H. (2001). Perubahan sosial masyarakat suku anak dalam (studi
kasus:intervensi pemerintah melalui Program PKSMT) di Pemukiman bukit
tembesu desa jebak kecamatan muaro tembesi kabupaten batang hari.
Library Universitas Indonesia. Universitas Indonesia. Retrieved from
http://lib.ui.ac.id/detail?id=71052&lokasi=lokal
Berlian, E., & Yusra, Y. (2010). Aktivitas motorik suku anak dalam desa muaro
kelis, kecamatan tengah ilir, kabupaten tebo jambi. Unsyiah, 25. Retrieved
from http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/SNP-Unsyiah/article/view/6883/5615
Bungin, B. (2001). Metodologi penelitian kualitatif aktulisasi metodologi ke arah
ragam varian kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana.
Desi Marlina. (2013). Adaptasi Masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Muara
Kilis Kabupaten Tebo Jambi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Eliana, & Sri Sumiati. (2016). Kesehatan Masyarakat.
Emzir. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ferry Yanto. (n.d.). Sejarah Pembinaan Terhadap SAD Di Kabupaten Batang
Hari Provinsi Jambi. Universitas Andalas.
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif teori dan praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Handoyo, eko dkk. (2015). studi masyarakat indonesia. Yogyakarta: Penerbit
ombak.
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus groups sebagai
intrumen penggalian data kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hikmawati, F. (2017). Metodologi penelitian. Depok: Rajawali press.
IAN CRAIB. (1994). Teori-teori sosial modern. Jakarta: PT Raja Grafindo
76
Persada.
Idris, N. (2017). Mengkaji pola komunikasi pemerintah dalam pemberdayaan
Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi. Penelitian Pers Dan Komunikasi
Pembangunan, Vol 21 no. Retrieved from https://jurnal-
p2kp.id/index.php/jp2kp/article/view/54dow
Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial. Yogyakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Kurniawati, nailatul. (2016). Interaksi sosial suku anak dalam dengan masyarakat
sekitar studi kasus : di desa mentawak kecamatan Nalo tantan (NTT)
Kabupaten merangin jambi, 20.
Lufi. (2005). Metodologi penelitian. Padang: UNP Press.
Lufri. (2007). Metodologi dan melakukan penelitian. Padang: FMIPA UNP.
Moleong, L. (2008). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muslim, F. (2015). Analisis perkembangan perubahan budaya masyarakat kota
jambi dan pengembangan pola perekonomian masyarakat berbasis ekonomi
kreatif. Retrieved from http://eprints.uny.ac.id
Patilima, H. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Prawoto, N. (2012). Model pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
berbasis kemandirian untuk mewujudkan ketahanan pangan dan ekonomi
pada masyarakat dieng provinsi jawa tengah. Organisasi Dan Manajemen, 8.
Raho, B. (2016). Sosiologi. Yogyakarta: Ledalero.
Rianto, A. (2004). Metodologi penelitian sosial dan hukum. Jakarta: Granit.
Ritzer, G. (2004). Teori sosiologi modern. Jakarta: Prenada media.
Rohmad, Z. (2016). Sosiologi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit ombak.
Saleh, S. (2014). Agama, kepercayaan, dan kelestarian lingkungan studi terhadap
gaya hidup orang rimba menjaga lingkungan di taman nasional bukit dua
belas jambi. Kawistara, 4. Retrieved from
http://www.google.com/url?url=https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/article/do
wnload
Sangadji, E. M. & S. (2010). Metodologi penelitian pendekatan praktis dalam
77
Lampiran: 1
PEDOMAN WAWANCARA
Identitas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Daftar Pertanyaan
4. Apa ada bentuk program lain untuk mendukung SAD agar tetap
bermukim?
5. Apa kendala saat melaksanakan PKSMT bagi SAD?
6. Ada berapa desa dikabupaten merangin yang memperoleh PKSMT?
E. Deskripsi Lokasi
1. Bagaimana sejarah desa sialang ?
2. Suku apa saja yang ada di desa sialang ?
3. Bagaimana system adat istiadat desa sialang ?
80
TRANSKIP WAWANCARA
A. Pedoman wawancara dengan Kepala Keluarga SAD yang dibina
dengan PKSMT
Karena hutan yang ada sekarang sudah pada rusak dan ketika
kami sudah keluar dari hutan kami sudah dianggap masyarakat
luar.
Ada 1 keluarga yang kembali lagi kehutan dan tidak bisa lepas dari
kebiasaan kami yaitu melangun. Mereka tidak ingin menetap
dipemukiman di Desa ini, karena tidak mau mengikuti peraturan
yang ada. Mereka lebih senang melangun, padahal anaknya sudah
masuk sekolah kelas 1 SD.
Suku yang ada di Desa Sialang yaitu Jawa, Sunda, Batak, dan Suku
Anak Dalam. Dan yang paling dominan adalah suku Jawa.
Sistem adat yang ada di Desa Sialang seperti pada suku Sunda,
pada acara khitanan sehari sebelum anak dikhitan, anak laki-laki
diarak keliling desa dengan sisingaan diatas kepala atau badan
singa. Dan pada masyarakat Suku Anak Dalam jika ingin
melangsungkan pernikahan, ada tahapannya, yang pertama pihak
laki-laki mendatangi pihak perempuan untuk melamar dan diberi
emas beserta uang. Setalah diterima, acara pernikahan dilangsung
ditempat perempuan dan pihak laki-laki memberi uang lagi.
Pada masyarakat SAD jika ada anaknya yang berboncengan
dengan lawan jenis kami melarangnya, dan jika ketahuan akan
diberi hukuman dan diberi sanksi.
84
Lampiran 2
Implementasi
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Kabupaten
86
Lampiran 4
(Penyuluhan Kesehatan)
90