Anda di halaman 1dari 109

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBINAAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT TERASING PADA MASYARAKAT SUKU ANAK


DALAM (KUBU) DESA SIALANG KECAMATAN PAMENANG
KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata Satu)

UUN DAIROH
14070046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2018
ABSTRAK

Uun Dairoh (14070046), Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan


Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) Desa
Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, Skripsi,
Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang,
2018

Suku Anak Dalam (SAD) saat ini di Kabupaten Merangin Jambi


memiliki populasi yang cukup besar namun mereka masih termasuk pada
masyarakat terasing. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar dari mereka hidup
nomaden (pindah-pindah) dalam hutan dengan budaya yang masih sangat
terbelakang. Untuk mengatasi kehidupan masyarakat terasing kearah yang lebih
baik ditanamkan oleh pemeritah sebuah program pemberdayaan masyarakat
disebut dengan Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT).
Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi ditahun awal
Program Pembinaan PKSMT pada masyarakat SAD di Desa Sialang. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan implementasi program PKSMT.
Untuk menjawab penelitian tersebut menggunakan pendekatan
kualitatif dengan 19 partisipan yang berkontribusi dalam penelitian ini. Teori yang
digunakan penelitian ini teori Struktur Fungsional oleh Talcott Parson. Metode
dalam pengumpulan data berupa observasi (non participant observation) yang
dilakukan di pemukiman SAD, wawancara yang dilakukan di pemukiman SAD,
Kantor Desa, rumah pedamping dan Kantor Dinas Sosial dan studi dokumen
berupa foto-foto program PKSMT dan profil Desa Sialang.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, implementasi ditahun awal
program PKSMT adalah program PKSMT dilaksanakan pada bulan Agustus 2017
dengan 5 program yang dirancang yaitu (1) program pemukiman (2) rumah pintar
(3) life skill (4) pemberdayaan dan (5) kesehatan. Dari ke lima program tersebut
yang belum berjalan yaitu life skill, karena terkendala kurangnya waktu untuk
mensosialisasikan program. Sebelum melaksanakan program pihak Komunitas
Adat Terpecil (KAT) melakukan survei lapangan selama 1 minggu. Kemudian
selama 1 bulan KAT memberikan penyuluhan dan pelatihan untuk SAD. Pada
bulan September 2017 KAT menjalankan program pemukiman dan rumah pintar.
Pada bulan februari 2018 SAD dipindahkan di pemukiman semi permanen dan
KAT menjalankan program Pemberdayaan dan Kesehatan.

Kata Kunci : PKSMT, Suku Anak Dalam

iv
ABSTRACT

Uun Dairoh (14070046), Implementation of the Community Welfare


Development Program Alienated to the Anak Dalam Tribe (Kubu)
Community at Sialang Village Pamenang District, Merangin Regency,
Thesis, Sociology Department STKIP PGRI West Sumatera, Padang, 2018.

The Current Anak Dalam Tribe in Merangin District Jambi has a


considerable population but they are still included in isolated communities. This is
evidenced by most of them nomadic lives (migratory) in the forest with a culture
that is still underdeveloped. To overcome the life of the alienated community
towards by the government, a community empowerments program is called the
fostering of the welfare of isolated communities. The problem in this research is
how the implementation I the early years of the program of social welfare
development is alienated to the Anak Dalam Tribe community at Sialang Village.
The purpose of this study is to describe the implementation of the program
development of the welfare of isolated communities.

The answer the research using a qualitative approach with 19


participans contributed in this study. The theory used was a theory of functional
structure by Talcott Parson. Methods in collecting data were observations
conducted in Anak Dalam Tribe, settlements, interviews conducted in Anak
Dalam Tribe settlements, village offices, companion houses and social service
offices and document studies in the form of photographs of the PKSMT program
and profile of Sialang Village.

The results of this research were implementation in the early years of


the PKSMT program is a PKSMT program implemented in August 2017 with 5
programs designed (1) settlement program (2) smart house (3) life skill (4)
empowerment and (5) health. Of the 5 programs that have not run, namely life
skill, because due to the lack of time to socialize the program. Before
implementing the program Komunitas Adat Terpencil (KAT) conducted a field
survey for 1 week. Then for 1 month KAT provides counseling and training for
Anak Dalam Tribe. In the month of September 2017 KAT run residential
programs and smart houses. In February 2018 Anak Dalam Tribe was moved in
semi-permanent settlements and KAT runs an empowerment and health program.

Keywords: PKSMT, Anak Dalam Tribe

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Implementasi Program
Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak
Dalam (Kubu) Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi”. Sholawat dan salam disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia menuju zaman yang
berilmu pengetahuan.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah
banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa
terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ketua Yayasan STKIP PGRI Sumatera Barat Bapak Drs. Dasrizal, MP.
Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si. Wakil ketua I
Bidang Akademik dan Administrasi Umum STKIP PGRI Sumatera Barat
Ibu Sri Imelwaty, M.Pd., Ph.D. Wakil Ketua II Bidang Administrasi
Umum dan Keuangan STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Liza Husnita,
M.Pd. Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama
STKIP PGRI Sumatera Barat Bapak Jarudin, MA., Ph.D, yang telah
memberi kesempatan kepada peneliti untuk dapat menuntut ilmu di
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera
Barat.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera
Barat Ibu Marleni, M.Pd. dan Sekretaris Program Studi Pendidikan
Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Yanti Sri Wahyuni, M.Pd.
3. Pembimbing I Bapak Drs. Nilda Elfemi, M.Si. dan Pembimbing II Bapak
Ikhsan Muharma Putra, M.Si. yang telah meluangkan waktu untuk

vi
membimbing penulis, dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Tim penguji Ibu Isnaini, M.Si. Bapak Rio Tutri, M.Si. dan Ibu Mira Yanti,
M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Program Studi Pendidikan Sosiologi
STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah memberikan bantuan, dorongan
dan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Penasehat Akademik (PA) Bapak Ikhsan Muharma Putra, M.Si. sebagai
orang tua dari pertama masuk sampai menyelesaikan skripsi dan selalu
memberikan nasehat, bimbingan, motivasi, masukan, petunjuk dan arahan
yang sangat berharga selama menempuh pendidikan S1.
7. Kepada Bapak/Ibu Kantor Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Bapak/Ibu
Kantor Desa Sialang dan Kepala Kesbangpol Kabupaten Merangin,
beserta stafnya yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Desa
Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
8. Teristimewa Ayahanda Nur Wahid, Ibunda Ponisah, Kakak Yunita
Astarina, dan Adik Ria Veronica serta seluruh anggota keluarga yang
telah membantu penulis baik berupa moril dan materil, doa serta motivasi
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
9. Terimakasih kepada teman dekat peneliti yang paling tersayang yang mau
membantu peneliti dalam keadaan susah maupun senang yang selalu
memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti.
10. Rekan-rekan dan sahabat seperjuangan Sosiologi Sesi B 2014 yang telah
membantu penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
11. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti dalam melakukan
penelitian dan menyusun skripsi.

vii
Semoga bantuan, bimbingan, arahan, masukan dan motivasi, koreksi dan
dukungan yang diberikan mendapat balasan, pahala dari Allah SWT dan
mendapat balasan yang sesuai dengan jasa-jasa yang telah diberikan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak
kekurangan dan kekhilafan sehingga jauh dari kesempurnaan. Dengan senang hati
penulis menerima saran-saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini sehingga bila bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Padang, 04 Agustus 2018

Penulis

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ..................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ........................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 9
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pendekatan Teoritis .............................................................................. 11
2.2 Penjelasan Terkait Penelitian
2.2.1 Masyarakat Terasing ................................................................... 15
2.2.2 Suku Anak Dalam ....................................................................... 15
2.2.3 Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing .......... 16
2.3 Penelitian Relevan .............................................................................. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ........................................................... 20
3.2 Informan Penelitian .............................................................................. 21
3.3 Jenis Data ............................................................................................. 23
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 24
3.4.1 Observasi ..................................................................................... 24
3.4.2 Wawancara .................................................................................. 26
3.4.3 Studi Dokumen ........................................................................... 27
3.5 Unit Analisis ........................................................................................ 28
3.6 Analisis Data ........................................................................................ 28
3.7 Lokasi Penelitian .................................................................................. 31
3.8 Jadwal Penelitian.................................................................................. 32
3.9 Definisi Operasional Konsep .............................................................. 33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


4.1 Letak Geografis ................................................................................... 34

ix
4.2 Sejarah Desa Sialang.......................................................................... 34
4.3 Kependudukan ................................................................................... 35
4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk ........................................................... 36
4.5 Mata Pencaharian ............................................................................... 36
4.6 Agama ................................................................................................ 38
4.7 Sarana dan Prasarana ......................................................................... 40
4.7.1 Prasarana Ibadah ........................................................................... 40
4.7.2 Prasarana Pendidikan .................................................................... 41
4.7.3 Prasarana Kesehatan .................................................................... 42
4.8 Organisasi Pengelola Program PKSMT ............................................. 43
4.8.1 Mekanisme Program PKSMT ....................................................... 43
4.8.2 Organisasi Pengelola Program PKSMT ........................................ 46
4.9 Sistem Kekerabatan ........................................................................... 48
4.10 Adat Istiadat ...................................................................................... 49
4.11 Hubungan SAD dengan Penduduk Lokal ......................................... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Gambaran Umum Program PKSMT ................................................ 52
5.2 Proses Perencanaan Program PKSMT.............................................. 55
5.3 Program PKSMT .............................................................................. 59
5.3.1 Program Pemukiman SAD ..................................................... 59
5.3.2 Program Rumah Pintar ........................................................... 62
5.3.3 Program Life Skill .................................................................. 64
5.3.4 Program Pemberdayaan .......................................................... 65
5.3.5 Program Kesehatan ................................................................. 67

BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan .................................................................................... 73
6.2. Saran .............................................................................................. 74

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pemukiman Suku Anak Dalam .................................................... 8


Gambar 3.1 Skema Model Analisis Data Interaktif ......................................... 31

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Suku Anak Dalam ......... 7
Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 23
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian.............................................................................. 32
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Pendidik ........................................................... 36
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang ........................ 37
Tabel 4.3 Prasarana Peribadahan Desa Sialang ............................................... 40
Tabel 4.4 Prasarana Pendidikan Desa Sialang ................................................. 42
Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan Desa Sialang .................................................. 43
Tabel 5.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Miskin ........................... 62

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang secara bertahap

terus diubah menjadi masyarakat multikultural yang landasan bangunannya adalah

perbedaan kebudayaan dalam kesederajatan. Multikultural menjadi acuan bagi

terwujudnya budaya dan kesetaraan hak dari kelompok-kelompok yang tergolong

minoritas, baik secara hukum maupun secara sosial. Kesetaraan melibatkan

kebebasan atau kesempatan untuk menjadikan masyarakat secara setara yang

mempertimbangkan kesemaan beserta keberadaan baik kaum mayoritas maupun

minoritas (Handoyo, 2015:37).

Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menikmati kemajuan disegala

bidang, baik bidang ekonomi, sosial, maupun budaya serta tinggal di wilayah

relatif maju dengan segala akses. Namun masih banyak bagian dari Indonesia

yang kurang tersentuh proses pembangunan. Umumnya masyarakat ini adalah

suku-suku yang tinggal dipedalaman, yang masih tinggal nomaden didalam hutan-

hutan (Idris, 2017).

Di Indonesia terdapat tiga ratus lebih kelompok suku bangsa dan tiga

puluh juta penduduk tersebar dilebih dari empat belas ribu pulau dan sekitar 1,8

persen jumlah penduduknya hidup tradisional. Sumatera merupakan pulau yang

memiliki sejumlah suku dan mempunyai ciri khas tradisional . Salah satunya yang

berada di Provinsi Jambi, dengan memiliki banyak suku yang mempunyai ciri

khas tradisional, diantaranya suku yang mendiaminya adalah Suku Kerinci, Suku

1
2

Batin, Suku Melayu dan suku minoritas yang tinggal di daerah pedalaman yaitu

Suku Anak Dalam (Muslim, 2015).

Provinsi Jambi termasuk daerah yang memiliki populasi Suku Anak

Dalam, diantaranya di Kabupaten Merangin dengan populasi Suku Anak Dalam

yang menurut Data Sebaran SAD tahun 2017 ada 1287 Jiwa. Suku Anak Dalam

merupakan suku minoritas yang memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya

dengan masyarakat sekitar, salah satu ciri yang menjadi simbol Suku Anak Dalam

adalah berbahasa. Suku Anak Dalam memiliki kekerabatan yang serumpun, hal

ini merupakan pola kehidupan bersama yang dibangun secara terpisah oleh

golongan-golongan yang lebih besar. Pola kekerabatan Suku Anak Dalam adalah

kehidupan bersama dalam satu kampung/pemukiman (Kurniawati, 2016). Suku

Anak Dalam pada dasarnya bertempat tinggal di dalam hutan. Hutan merupakan

detak jantung bagi masyarakat Suku Anak Dalam (Berlian & Yusra, 2010).

Keberadaan hutan bagi Suku Anak Dalam bukan sebagai prasyarat untuk

kebutuhan dasar ekonomi namun lebih dari sekedar itu hutan merupakan tempat

untuk mempertahankan sosial budaya dari adat Suku Anak Dalam. Suku Anak

Dalam termasuk suku primitif yang mengasingkan diri untuk hidup berinteraksi di

dalam hutan dengan memanfaatkan sumber daya alam. Masyarakat primitif adalah

masyarakat yang hidup di zaman sebelum ada pendidikan, mereka hidup dengan

mengandalkan alam, tetapi tidak dikuasi oleh alam (Wahyu, 2008:254).

Sampai sekarang, cara hidup Suku Anak Dalam tetap mempertahankan

gaya hidupnya yang tradisional yang turun temurun dari nenek moyangnya baik

dari segi kehidupan sosial dan kebudayaannya. Suku Anak Dalam dianggap
3

sebagai suatu masyarakat yang terasing. Masyarakat terasing merupakan

kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil yang

bersifat lokal dan terpencil dan masih sangat terikat pada sumber daya alam dan

habitatnya yang secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan

masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam hal ini suatu masyarakat terasing

dapat dikategorikan dalam 3 jenis (1) berkelana, (2) setengah kelana, (3) menetap

sementara (Suparlan, 1995:496-497).

Dilihat dari sudut pandangnya kehidupan Suku Anak Dalam bertentangan

dengan kehidupan modern, dalam hal ini masyarakat Suku Anak Dalam

memerlukan sentuhan modernitas dari sebuah program yang terorganisasi dan

mempunyai target tertentu (Syuroh, 2011). Sebuah program menunjukkan adanya

tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan dari fungsi dan jasa yang telah

dikeluarkan oleh lembaga (Sugiyanto, 2002:72).

Dalam menangani masyarakat Suku Anak Dalam pemerintah telah

memberikan perhatian dalam aspek pembangunan sosial dan pembangunan yang

dilakukan pemerintah yang pada dasarnya mempunyai orientasi untuk

kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan suatu

kebijakan diperuntukkan bagi Suku Anak Dalam yang secara yuridis formal

tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994 Tentang

Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) (Wisri, 2015).

PKSMT adalah suatu usaha pemantapan terhadap kelompok masyarakat

yang rawan sosial karena keterasingan dan keterbelakangan, dengan tujuan untuk

menciptakan kondisi sosial masyarakat yang mantap sehingga mereka mampu


4

berkembang dan berpartisipasi dalam pembangunan. PKSMT sebagai proses

kegiatan mendasarkan pada pola operasional yang ada sampai sekarang dan terus

disempurnakan. Jangka waktu standar untuk kegiatan PKSMT ini adalah ± 5

tahun. Program ini meliputi usaha serta kegiatan sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan membuat mereka hidup menetap dalam kesatuan


masyarakat pada unit area yang beradministrasi pemerintahan, serta
bermata pencaharian yang menentu dan teratur, yaitu dalam situasi
lokasi yang termasuk dalam orbitrasi kehidupan sosial dan budaya.
Tanpa adanya pembinaan agar mereka hidup menetap berkelompok
dalam kesatuan masyarakat yang lebih besar.
2. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan berproduksi sehingga
mereka berswadaya dan berswakarya baik dibidang agraris maupun
nonagraris dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik.
3. Mengembangkan pergaulan hidup bergotong royong serta pergaulan
hidup berorganisasi dalam kelompok-kelompok kemasyarakatan yang
cukup besar sehingga memungkinkan diadakannya kegiatan-kegiatan
Pembinaan masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan berfikir secara rasional dan dinamis
mengembangkan daya kreativitas sehingga memperluas cakrawala
kehidupannya agar tidak secara mutlak menggantungkan hidupnya dari
alam lingkungan secara apa adanya.
5. Mengembangkan berbagai aspek tata pergaulan kemasyarakatan yang
melampaui batas lokalitas masyarakat mereka sehingga terjadi tata
pergaulan antar masyarakat secara luas dan intensif, dengan demikian
dapat menghilangkan cara berfikir dan berpandangan secara bersuku-
suku.
6. Mengembangkan rasa nilai estetika seni dan budaya sehingga mereka
mampu mengekspresikan dan menghasilkan karya seni budaya seirama
dengan perkembangan nilai seni dan budaya masyarakat Indonesia
pada umumnya.
7. Mengembangkan kesadaran serta pengertian bernegara dan
berpemerintahan serta memupuk partisipasi masyarakat dalam
program pembangunan. Cara hidup masyarakat terasing jika tanpa
diberi bantuan serta pembinaan dari pemerintah pasti akan tersu
tertinggal dan akan banyak memiliki sifat-sifat menghambat program
pembangunan serta tidak sesuai dengan tujuan asas pembangunan
nasional.
8. Mengembangkan hidup beragama, berketuhanan yang maha esa
dengan jalan mengubah dan menghilangkan kepercayaan yang bersifat
animisme dan dinamisme (Suparlan, 1995:457-458).
5

PKSMT merupakan program pembangunan dengan tujuan dapat

mengentaskan dan memantapkan kehidupan Suku Anak Dalam agar memiliki

kehidupan yang stabil sesuai dengan norma-norma standar yang dianut oleh

masyarakat Indonesia seperti memeluk agama resmi yang diakui pemerintah dan

hidup di desa serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar

dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat

mandiri. Tujuan pemerintah mengambil kebijakan tersebut dilandasi anggapan

dasar bahwa SAD telah hilang kontak dengan arus perubahan sosial. Kondisi

tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan model pembinaan.

PKSMT merupakan kepentingan pemerintah untuk merubah kondisi sosial

Suku Anak Dalam baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara teknis

program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan sistem pemukiman sosial (SPS)

dengan empat tipe pemukiman yaitu : (1) tipe pemukiman ditempat asal atau

insitu development (2) tipe pemukiman ditempat baru atau exsitu development (3)

tipe stimulus Pembinaan masyarakat (4) tipe kesepakatan dan rujukan (Basri,

2001).

Seperti halnya yang terjadi di Desa Sialang Kecamatan Pamenang

Kabupaten Merangin Jambi telah melaksanakan Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak

Dalam (SAD) yang dilaksanakan pada tahun 2017 dengan target 13 KK. PKSMT

yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial yang kemudian di turunkan kepada KAT

(Komunitas Adat Terpencil) Kabupaten Merangin dapat merubah kehidupan

Suku Anak Dalam agar tidak tertinggal dari kehidupan masyarakat pada
6

umumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak As’ari sebagai kepala

Desa Sialang pada tanggal 24 Januari 2018, bahwasanya PKSMT telah

melaksanakan program rumah pintar,pemberdayaan, dan pemukiman. Rumah

pintar merupakan wadah bagi masyarakat Suku Anak Dalam untuk proses

pembinaan, upacara kematian, pendidikan, musyawarah atau pertemuan dengan

Pembina SAD. Kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar ini dilakukan selama satu

kali seminggu yang difasilitatori oleh LSM Pundi Sumatera. Sampai sekarang

kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar diikuti oleh anak-anak Suku Anak Dalam

yang berada di Desa Sialang. Lalu Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang

sekarang memiliki kepercayaan pada satu Tuhan, dengan agama Kristen. Suku

Anak Dalam menganut agama Kristen karena bukan berdasarkan orang lain,

melainkan mereka menganggap bahwa orang yang memliki agama hidupnya

tentram dan damai serta hewan (babi) yang mereka jadikan makanan dan mata

pencaharian bahwasanya haram dalam agama islam. Sedangkan program

pemukiman yang diberikan kepada SAD yang berjumlah 13 KK.


7

Tabel 1.1 Nama Kepala Keluarga Mayarakat SAD di Desa Sialang

Anggota
No Nama Umur Pekerjaan
Keluarga
1 Ganta 60 tahun Berburu 5 orang
2 Bernai 28 tahun Berburu 2 orang
3 Rika 29 tahun Berburu 1 orang
4 Gimin 48 tahun Berburu 3 orang
5 Megang 48 tahun Berburu 3 orang
6 Teket 29 tahun Berburu 3 orang
7 Ngadang 28 tahun Berburu 2 orang
8 Fatimah 56 tahun Meramu 3 orang
9 Murai 63 tahun Berburu 3 orang
10 Firdaus 30 tahun Berburu 2 orang
11 Timpuh 63 tahun Meramu -
12 Lehai 38 tahun Berburu 2 orang
13 Brita 21 tahun Berburu 1 orang
Sumber data : Data Sebaran SAD Kabupaten Merangin 2018

Berdasarkan tabel 1.1, 13 Kepala Keluarga masyarakat Suku Anak Dalam

yang berada di Desa Sialang merupakan fokus utama. Berdasarkan observasi awal

pada tanggal 24 Januari 2018, di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten

Merangin Jambi , Rumah Pintar didirikan didalam kawasan pemukiman Suku

Anak Dalam. Dan pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Sialang

dengan 13 KK mereka memiliki pola kekerabatan serumpun atau hidup bersama

dalam satu kawasan.


8

Gambar 1.1
Pemukiman SAD di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin

Sumber : data primer 2018

Dari gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa pemukiman SAD di Desa Sialang

Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Berdasarkan hasil wawancara

Pemukiman yang mereka tempati sekarang sudah dikategorikan semi permanen.

Dimana rumah yang mereka tempati berada disekitar permukiman warga lokal

dengan jarak ± 500 m. Dengan adanya pemukiman ini Suku Anak Dalam

memperoleh pembinaan dalam mata pencaharian yang awalnya mereka hanya

berburu dan meramu, namun Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang

diberikan pelatihan untuk menternak kambing dan budi daya ikan lele.

Suku Anak Dalam di Desa Sialang umumnya merupakan SAD yang

dikategorikan setengah kelana, yang awal mulanya mereka hidup nomaden (tidak

menetap). Pada saat ini PKSMT yang telah dilaksanakan di Desa Sialang sudah

berjalan satu tahun dengan target ± 5 tahun. Berdasarkan hal tersebut menarik
9

untuk melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai “

Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) di Desa Sialang Kecamatan

Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi ?”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi ditahun awal Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak

Dalam (Kubu)?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan,

maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Implementasi

ditahun awal Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT)

pada masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu).

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memajukan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Ilmu Sosiologi Pembangunan dan Ilmu Sosiologi

Pedesaan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau referensi bagi

penelitian berikutnya yang berkaitan dengan Program Pembinaan


10

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku

Anak Dalam (Kubu).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi STKIP PGRI Sumatera Barat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bacaan atau acuan dalam

meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan

dengan Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

(PKSMT) pada masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu).

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagi penambah wawasan dan

referensi khususnya yang berkaitan dengan masalah Suku Anak Dalam.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi almamater sebagai

bahan referensi kajian untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai motivasi untuk selalu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mengalami ketertinggalan.


11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teoritis

Teori yang digunakan penulis dalam penelitian Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)

yaitu struktur fungsional oleh Talcott Parson. Parson melihat suatu kehidupan

sosial sebagai sistem sosial yang berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

mengarah pada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil antara bagian-bagian

yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem dimana

tindakan sosial bisa diorganisasikan (IAN CRAIB, 1994:58).

Parson mengatakan bahwa struktur sosial dan tindakan manusia

mencerminkan orientasi nilai dasar (yang mungkin beberapa tipe masyarakat) dan

keharusan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keharusan ini

menimbulkan persyaratan-persyaratan fungsional yang universal. Supaya

masyarakat tetap hidup, tipe struktur tertentu harus dikembangkan untuk

memenuhi persyaratan-persyaratan. Bila orientasi nilai nilai yang pasti dan pola

struktural itu dikembangkan, akan ada berbagai persyaratan fungsional sekunder.

Pada dasarnya AGIL menunjukkan pada seperangkat empat persyaratan

fungsional yang harus dipenuhi oleh sistem. Keempatnya adalah sebagai berikut :

(1) A-Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial

untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi permasalahan yang

dapat kita bedakan. Pertama, harus ada ”suatu penyelesaian dari sistem itu

terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang tidak dapat diubah”

(infelexsible) yang datang dari lingkungan. Kedua, ada proses

11
12

”tarnformasi aktif dari situasi itu”. Ini meliputi penggunaan segi-segi

situasi itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai suatu

tujuan. Lingkungan, seperti sudah kita ketahui meliputi fisik dan sosial.

Untuk suatu kelompok lingkungan sosial akan terdiri dari suatu

institusional yang lebih besar dimana kelompok itu berada.

(2) G-Goal Attainment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul

dari pandangan Parsons bahwa tindakan itu diarahkan pada tujuan-

tujuannya. Namun, yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi

individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam suatu sistem

sosial. Dalam salah satu dari kedua hal itu, pencapaian tujuan merupakan

tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti tindakan-

tindakan penyesuaian persiapan. Menurut skema alat-tujuan (mean and

schema), pencapaian maksud ini adalah tujuannya, sedangkan penyesuaian

yang sudah terjadi sebelumnya merupakan alat untuk menrealisasi tujuan

ini. Pada tingkat individu dan sistem sosial ada berbagai tujuan yang

diinginkan. Jadi persyaratan fungsional untuk mencapai tujuan akan harus

meliputi pengambilan keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari

sekian banyak tujuan.

(3) I-Intergration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan

interelisasi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem

sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu kesatuan. Masalah integrasi

menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang

cukup dapat menghasilkan solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama


13

dikembangkan dan diperhatikan. Ikatan emosional ini tidak boleh

tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan

untuk tercapai pada tujuan individu atau koletif. Kalau tidak, solidaritas

sosial dan kesediaan untuk bekerja sama karena didasarkan pada

kepentingan diri pribadi semata-mata.

(4) L-Latency, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan

memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang

menciptakan dan menopang motivasi. Dimana para anggota yang berada

dalam sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana anggotanya tidak lagi

bertindak atau berinteraksi sebagai anggota sistem (Ritzer, 2004:121).

Parsons mendesain skema AGIL untuk digunakan disemua tingkat dalam

sistem. Skema AGIL yang menunjukkan bahwa setiap sistem sosial harus

memiliki adaptasi dalam menghadapi lingkungannya dan harus memiliki tujuan,

sehingga setiap tindakan bersama para anggota dalam sistem sosial itu diarahkan

pada tujuan-tujuannya. Selain itu Pemikiran Talcott parson tentang pendekatan

fungsional struktural memiliki tujuh anggapan :

1. Masyarkat dilihat sebagai suatu sistem yang mana bagian-bagian saling

berhubungan satu sama lain.

2. Hubungan tersebut saling mempengaruhi diantara bagian-bagian

tersebut dan bersifat ganda dan timbal balik.

3. Secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak kearah

equilibrium bersifat dinamis, menanggapi perubahan-perubahan dari

luar yang datang.


14

4. Mengalami disfungsi yaitu terjadinya ketegangan tetapi berjalannya

waktu teratasi melalui penyesuaian dan institusionalisasi yaitu suatu

proses yang dilewati suatu norma kemasyarakatan yang baru, sehingga

norma tersebut diakui, dikenal, dan ditaati.

5. Perubahan-perubahan pada sistem sosial mengalami gradual yaitu

hanya terjadi perubahan pada bentuk luar sedangkan unsur-unsur sosial

budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami

perubahan.

6. Perubahan-perubahan sosial mengalami tiga kemungkinan yaitu

penyesuaian, pertumbuhan, dan penemuan dari luar.

7. Setiap masyarakat selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip dasar, yang

sebahagian anggota masyarakat menganggap serta menerima sebagai

hal yang mutlak benar.

Teori ini mempelajari dampak atau fungsi struktur-struktur dan pranata

sosial dalam hidup bermasyarakat yang teratur dan stabil. Tiap fenomena sosial

mempunyai akibat-akibat objektif, baik positif maupun negatif, baik yang disadari

maupun tidak. Analisis akibat-akibat itu dapat membantu untuk mengerti suatu

fenomena-fenomena itu dipertahankan, diubahkan, atau dibatalkan (Handoyo,

2015:40-41).

Struktur fungsional merupakan sebuah teori sosiologi yang menjelaskan

bahwa struktur yang ada terdiri dari bagian-bagian dan memiliki fungsi masing-

masing guna untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan bersama. Teori ini

dapat menjelaskan penelitian yang akan diteliti mengenai Program Pembinaan


15

Kesejahteraan Masyarakat Terasing. Bagian-bagian dari program yang

dilaksanakan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang diharapkan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Maka penelitian yang dapat dilakukan

menggunakan teori struktur fungsional, dimana meneliti mengenai implementasi

PKSMT yang dapat membantu pembinaan pada masyarakat Suku Anak Dalam

(Kubu) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2.2 Penjelasan Terkait Penelitian


2.2.1 Masyarakat Terasing

Masyarakat terasing merupakan kelompok masyarakat yang karena

loyalitasnya terpencil dan terisolir mengalami keterbatasan komunikasi

dengan masyarakat lain serta pelayanan pemerintah sehingga

mengakibatkan keterbelakangan dalam penghidupan dan tertinggal dalam

proses perkembangan kehidupan dibidang agama, politik, ideologi,

ekonomi, sosial dan budaya (Suparlan, 1995:512). Menurut Departemen

sosial masyarakat terasing sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,

masih mengalami berbagai permasalahan sosial meliputi berbagai segi

kehidupan dan penghidupan yang perlu memperoleh pembinaan secara

sistematik untuk meningkatkan taraf kehidupannya.

2.2.2 Suku Anak Dalam

Suku merupakan orang-orang yang dikategorikan kedalam satu

kelompok karena mereka menghayati budaya yang sama(Raho, 2016:195).

Suku anak dalam termasuk kedalam kelompok minoritas. Kelompok

minoritas merupakan orang-orang yang dikategorikan kedalam kelompok

tertentu karena karakteristik fisik maupun budayanya. Kelompok minoritas


16

tidak memperoleh keuntungan sosial dari wilayah keberadaanya dan

kelompok suku terbelakang (Raho, 2016:196).

Suku Anak Dalam (SAD) merupakan bagian dari kelompok

minoritas yang ada di pulau sumatera tepatnya di daerah pedalaman yang

ada diprovinsi jambi dengan jumlah populasi seluruhnya 2.951 kepala

keluarga yang tersebar diberbagai kabupaten yaitu Kabupaten Batanghari,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Pamenang. Suku

anak dalam hidup secara berkelompok dan tidak dibatasi oleh wilayah

tempat tinggal tertentu. Mereka bebas hidup dengan kelompok lain namun

tidak mudah untuk pindah dari kelompoknya.

SAD atau yang biasa dikenal dengan orang kubu biasa hidup

dengan berpindah-pindah dari hutan satu ke hutan yang lain dan

memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Suku anak dalam memiliki

adat-istiadat seperti orang melayu lainnya dan menjadi pegangan mereka

dalam ikatan sosial.

SAD atau yang biasa dikenal dengan orang rimba merupakan suku

yang menggantungkan kehidupanya terhadap hutan, baik itu dari berburu

maupun buah-buahan yang ada didalam hutan. Jika terjadi kerusakan pada

hutan maka hidup suku anak dalam akan terancam (Saleh, 2014).

2.2.3 Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT)

Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing (PKSMT)

merupakan suatu bentuk program yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994, sebagai


17

bentuk program yang memiliki tujuan untuk terentasnya masyarakat

terasing dari ketertinggalan dan terbelakangan di berbagai bidang dan

dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar dengan

masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat

mandiri.

Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing (PKSMT)

merupakan suatu upaya pembinaan yang diberikan kepada kelompok

masyarakat yang rawan sosial karena keterbelakangan dan keterangsingan,

dengan tujuan untuk menciptakan kondisi sosial yang sesuai dengan

kehidupan masyarakat modern dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Kegiatan PKSMT ini selalu berorientasi pada masyarakat yang terisolasi

dan berada di pedalaman pedesaan yang mengalami keterbelakangan

komunikasi dengan masyarakat yang lain.

PKSMT adalah program yang diperuntukkan untuk masyarakat

suku anak dalam, karena pemerintah melihat bahwa suku anak dalam

sudah kehilangan kontak dengan perubahan umum dari segi agama,

politik, sosial, ekonomi dan budaya. Pemerintah dalam hal ini selalu

melakukan pembinaan bagi masyarakat SAD. Adapun bentuk PKSMT ini

adalah bantuan rumah atau pemukiman, mengenalkan cara-cara

berproduksi, mengenalkan budaya baru, pendidikan formal, dan

mengajarkan untuk berinteraksi dengan masyarakat lain (Yanto, 2016).


18

2.3 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu mengenai Suku Anak Dalam adalah penelitian yang

dilakukan oleh Siti Soleha (2017) dengan judul penelitian ”Kehidupan Suku Anak

Dalam Pasca Menetap Di Nagari Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo

Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat” dengan hasil penelitian faktor

suku anak dalam tinggal menetap di Nagari Sungai Kunyit : 1) rusaknya hutan, 2)

penerimaan masyarakat yang cukup baik, dan kehidupan Suku Anak Dalam pasca

menetap di Nagari Sungai Kunyit yaitu: 1) perubahan mata pencaharian, 2)

kondisi sosial, 3) kepercayaan (agama).

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ferry Yanto

(2016) dengan judul penelitian ”Sejarah Pembinaan Terhadap Suku Anak Dalam

Di Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi” dengan hasil penelitian bahwa

dampak pembinaan dan akibat alih fungsi hutan yang dijadikan sebagai lahan

perkebunan besar kelapa sawit dan pemukiman para transmigran pada masa Orde

Baru telah merubah sebagian masyarakat SAD untuk mengalihkan mata

pencahariannya, merubah pola pikir, melepaskan tradisi dan budaya asalnya dan

membentuk sebuah identitas baru.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Desi Marlina

(2013) dengan judul penelitian ”Adaptasi Masyarakat Suku Anak Dalam di Desa

Muara Killis Kabupaten Tebo Jambi ” dengan hasil penelitian ditemukan bahwa

penyesuaian diri yang dilakukan SAD terhadap masyarakat luar masih tradisional

karena bergantung pada alam, cara berkomunikasi dengan masyarakat luar masih

tertutup dan mereka hanya bergaul sesama mereka. Kehidupan sosial budaya
19

masih primitif dan masih tergantung pada aturan-aturan adat yang berlaku dan

begitu banyak permasalahan yang muncul antara lain masalah pendidikan dan

ekonomi.

Berbeda dengan penelitian diatas maka penelitian ini mengkaji tentang

”Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku

Anak Dalam”. Pada penelitian ini ingin mengetahui Implementasi di Tahun Awal

Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku

Anak Dalam di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.


20

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Dan Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat

diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh) (Gunawan,

2013 : 82). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial yang dapat diamati,

pengumpulan dilakukan melalui observasi, wawancara dan metode lain yang

dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif tentang sesuatu, misalnya sebab

terjadinya suatu peristiwa yang dialami subyek penelitian. Pendekatan kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif

didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti dengan rinci

dengan bentuk kata-kata, gambaran holistik, dan rumit (Afrizal, 2008).

Sementara tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa

atau kejadian yang sedang atau telah terjadi. Sehingga tipe penelitian deskriptif

mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual

yang sedang atau sudah terjadi dan diungkapkan sebagai mana adanya atau tanpa

manipulasi (Lufi, 2005).

Penelitian deskriptif digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada saat

20
21

penelitian dilakukan tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi (Hikmawati, 2017:88).

Tipe deskriptif ini digunakan karena dapat menggambarkan dan

menjelaskan hal-hal yang menyangkut Implementasi Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak

Dalam di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi dan

pelaksaan PKSMT ini diperoleh melalui lisan dan dokumentasi wawancara yang

dilakukan.

3.2 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi serta permasalahan yang sesuai dengan penelitian, dan

membantu peneliti untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Artinya

informan adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui situasi dan kondisi

yang terjadi dan bersedia meluangkan waktu agar kita sebagai peneliti dapat

menemukan informasi yang valid dan faaktual (Moleong, 2008:132).

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik menentukan sampel dengan pertimbangan

tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto,

2010:33). Teknik purposive sampling digunakan karena dalam penelitian

ditentukan kriteria informan atau subjek yang akan diteliti, dan kriteria informan

yang menjadi fokus penelitian adalah :


22

1. Kepala Desa Sialang

2. Pendamping Suku Anak Dalam

3. KASI Komunitas Adat Terpencil Kabupaten Merangin

4. LSM Pundi Sumatera

5. Kepala Keluarga SAD yang dibina dengan PKSMT Desa Sialang

6. Tumenggung SAD Desa Sialang

Adapun yang menjadi informan penelitian ini adalah Kepala Desa,

pendamping SAD, KAT (Komunitas Adat Terpencil) Kabupaten Merangin,

LSM Pundi Sumatera, Kepala Keluarga SAD, dan Tumenggung/Kepala Adat

SAD yang ada di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin

yang terdiri 1 Kepala Desa Sialang dan Aparat Desa, 2 Pendamping SAD, 1

anggota KAT, 1 anggota LSM Pundi Sumatera, 13 KK SAD, dan 1

Tumenggung SAD. Adapun ditetapkan kriteria ini karena informan ini telah

dipilih dan dipercaya mengetahui apa yang sesungguhnya objek penelitian itu

sendiri agar informasi yang dikumpulkan benar-benar valid. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :


23

Tabel 3.1 Daftar Informan

No Nama Jenis Umur Pekerjaan Keterangan


kelamin (tahun)
L/P
1 As’ari L 50 tahun Petani Kepala Desa
2 James L 49 tahun Petani Wakil Kepala Desa
3 Suwarjono L 47 tahun Petani Pendamping SAD
4 Aprison L 28 tahun Serabutan Pendamping SAD
5 Azrul L 38 tahun PNS Kepala KAT
6 Wahyu L 32 tahun Wirasuwasta Anggota LSM Pundi
Sumatera
7 Ganta L 60 tahun Berburu Kepala
Keluarga/Tumenggung
8 Bernai L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
19 Rika L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
10 Gimin L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
11 Megang L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
12 Teket L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
13 Ngadang L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
14 Fatimah P 56 tahun Meramu Kepala Keluarga SAD
15 Murai L 63 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
16 Firdaus L 30 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
17 Timpuh P 63 tahun Meramu Kepala Keluarga SAD
18 Lehai L 38 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
19 Brita L 21 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
Data primer : penulis 2018

3.3 Jenis Data

Data penelitian adalah informasi yang akan diolah yang diperlukan untuk

menguji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian ada

yang dalam bentuk kuantitatif, misalnya hasil pengukuran dan ada pula dalam

bentuk kualitatif, misalnya deskripsi data dalam bentuk kata-kata dan gambar atau

yang tidak dalam bentuk angka (Lufri, 2007:98). Data yang digunakan adalah data

primer dan data sekunder.


24

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil sumber data primer atau

sumber pertama di lapangan (Bungin, 2001). Data primer dari penelitian ini

adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dari masyarakat

SAD yang berada di pemukiman SAD , dan Kepala Desa di Desa Sialang

Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder, dimana data juga dapat diperoleh dari orang yang mungkin

mengetahui (Burhan, 2001:128). Data sekunder dalam penelitian ini adalah

informasi yang diperoleh dari tokoh adat SAD, pendamping SAD, Dinas

Sosial, dokumen-dokumen foto atau arsip yang didapat dari pemerintahan di

Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.

3.4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1 Observasi

Menurut Matthews dan Ross observasi merupakan metode

pengumpulan data melalui panca indera manusia. Alat indera manusia

sebagai alat utama dalam melakukan observasi dan pancaindera yang

digunakan tidak hanya indra penglihatan saja, tetapi indra penciuman,

indra pendengaran, dan indra perasa. Observasi merupakan proses

mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan melakukan

pemotretan atas prilaku yang diamati tanpa mengubah kondisi alamiah

subjek dengan lingkungan sosialnya. Obervasi memiliki tujuan untuk

mendeskripsikan lingkungan (site) yang diamati, aktivitas-aktivitas yang


25

berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut

beserta aktivitas dan prilaku yang dimunculkan serta makna kejadian

berdasarkan perspektif individu yang terlibat (Herdiansyah, 2013:129-

132).

Observasi yang dilakukan melalui observasi nonpartisipan,

observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya

sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2012:146).

Dalam observasi nonpartisipan ini peneliti sebagai penonton atau

penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian serta

peneliti dapat melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa

partisipasi aktif didalamnya (Emzir, 2012:40).

Observasi ini dilakukan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang

Kabupaten Merangin Jambi seperti di pemukiman SAD pada tanggal 26

Mei 2018, karena di pemukiman SAD ini sebagai tempat untuk pembinaan

serta sebagai pelaksanaan PKSMT. Dalam observasi ini peneliti melihat

dari proses pelaksanaan PKSMT tanpa harus ikut aktif didalam

pelaksanaan PKSMT. Di pemukiman SAD ini peneliti melihat rumah

pintar yang berada dikeliling rumah mereka. Rumah pintar yang

digunakan untuk proses pembelajaran tambahan ini seperti rumah yang

terbuat dari papan yang hanya memiliki satu ruangan dan didalam rumah

pintar ini memiliki fasilitas belajar seperti kursi, meja, papan tulis, televisi,

rak buku, dan peta dunia. Peneliti melihat kegiatan pendidikan yang

dilakukan di rumah pintar dan pendidikan yang dilakukan tidak setiap hari
26

dilaksanakan seperti sekolah formal melainkan satu kali dalam seminggu.

Observasi peneliti lakukan dengan cara datang kepemukiman SAD.

3.4.2 Wawancara

Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik

wawancara. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi

antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).

Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Wawancara dilakukan karena ada anggapan bahwa hanya respondenlah

yang paling tahu tentang diri mereka sendiri, sehingga informasi yang

tidak dapat diperoleh melalui proses pengamatan didapatkan melalui

wawancara (Rianto, 2004:72).

Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada

suatu masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berhadapan secara

fisik dan wawancara dilakukan untuk mencari informasi dan memperoleh

data sebanyak mungkin dari subjek yang akan diteliti (Gunawan,

2013:160).

Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah,

wawancara terarah dilaksanakan secara bebas dan juga mendalam, tetapi

kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan

ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh

pewawancara (Bungin, 2007:113).


27

Wawancara ini dilakukan tanpa terikat pada susunan daftar

wawancara, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara

yang akan ditujukan kepada informan. Dalam penelitian ini wawancara

yang peneliti lakukan pada tanggal 24 Mei 2018 – 29 Juni 2018, peneliti

melakukan wawancara terhadap SAD yaitu dengan cara mendatangi

pemukimannya disaat SAD berkumpul serta sedang tidak melakukan

kegiatan atau aktivitas yang nantinya tidak akan mengganggu. Sehingga

peneliti mencoba untuk melakukan pendekatan dengan SAD agar peneliti

mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan

pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan. Sedangkan dengan Kepala

desa dan pendamping Suku Anak Dalam peneliti lakukan di rumah

informan pada saat mereka dalam keadaan santai dan bersedia untuk

diwawancara. Dan wawancara dengan KAT dan LSM Pundi Sumatera

dilakukan di Kantor Dinas Sosial ketika mereka sedang santai atau pada

jam istrahat.

3.4.3 Studi Dokumen

Metode dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumen ini

digunakan untuk menelusuri data historis dan bahan dokumen ini memiliki

peranan penting (Bungin, 2007:124).

Pada penelitian ini metode dokumen dilakukan untuk

mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data

informasi yang diperoleh di Desa Sialang Kecamatan Pamenang


28

Kabupaten Merangin Jambi. Analisis dokumen dilakukan untuk

mengumpulkan data yang berwujud sumber data tertulis atau gambar.

Sumber tertulis atau gambar berbentuk dokumen resmi, buku, arsip,

majalah, dokumen pribadi dan foto yang terkait dengan permasalahan

penelitian. Dokumen ini peneliti peroleh langsung dari lapangan ketika

melakukan observasi dan wawancara berupa foto program PKSMT dan

SAD, dokumen profil Desa Sialang dan data sebaran SAD di Kabupaten

Merangin.

3.5 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan

sebagai subjek penelitian atau sesuatu yang berkaitan fokus dan kajian yang akan

diteliti (Arikunto, 2010:187). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok,

yaitu kelompok masyarakat Suku Anak Dalam yang dibina melalui Program

Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing di Desa Sialang Kecamatan

Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh, dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan unitt-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.


29

Menurut Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, dan tahapan dalam analisis data yaitu pertama tahap

pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan terakhir tahap

penarikan kesimpulan atau tahap verifikasi (Sugiyono, 2012:335-337).

1. Pengumpulan Data

Proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah

pengumpulan data. Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal.

Proses pengumpulan data melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, latar,,

atau konteks kejadian. Data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil

amatan, deksripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto, pengalaman

pribadi, jurnal, cerita sejarah, riwayat hidup, surat-surat, agenda, atribut

seseorang, simbol-simbol yang melekat dan dimiliki yang diperoleh dari

penglihatan dan pendengaran. Dalam tahap pengumpulan data tidak ada

batasan waktu yang ditentukan, dimana peneliti bebas melakukan

pengumpulan untuk memperoleh informasi sebanyaknya mengenai fenomena

yang akan diteliti (Idrus, 2009:148-149).

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang

muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus

menerus selama pengumpulan data berlangsung. Pada saat pengumpulan


30

data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi data. Dalam proses reduksi data

peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode,

mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita yang

sedang berkembang. Dengan reduksi data dapat disederhanakan dan

ditransformasikan dalam aneka cara melalui ringkasan atau uraian kemudian

digolongkan dalam satu pola yang lebih luas. Reduksi data merupakan bagian

dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa

hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi

(Patilima, 2011:100-101).

3. Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaknai sebagai sekumpulan

informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan (Sangadji, 2010:200). Agar

memudahkan peneliti untuk melihat keseluruhan gambaran atau bagian-

bagian tertentu dari penelitian dengan kata lain merupakan pengorganisasian

data dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosok yang utuh.

Setelah data dikumpulkan, kemudian dipilah-pilah langkah selanjutnya yang

dilakukan peneliti yaitu menyajikan data dalam bentuk laporan hasil

penelitian, laporan hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan tujuan dari

penelitian yang dilaksanakan.


31

4. Kesimpulan / Verifikasi

Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah kesimpulan atau

verifikasi, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.

Dalam penarikan kesimpulan ada cara yang dilakukan dalam proses ini yaitu

dengan melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama,

pengelompokkan dan pencarian kasus. Penarikan kesimpulan dapat saja

berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan cermat dan bertahap, dari kesimpulan

sementara sampai kesimpulan terakhir, dari kesimpulan-kesimpulan itulah

akan ditemukan hasil dari sebuah penelitian yang valid (Idrus, 2009:151).

Pengumpulan Penyajian data


data

Reduksi data

Kesimpulan/
verifikasi

Gambar 1. Analisis data secara interaktif ( Miles dan Huberman, 2009:20)

3.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten

Merangin Jambi, dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian karena ditemukan

masyarakat Suku Anak Dalam yang sudah dilakukan pembinaan pada 13 Kepala

Keluarga dengan adanya Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing


32

yang sudah dijalankan oleh pemerintah setempat sejak tahun 2017, tetapi dalam

implementasinya dari 5 program masih berjalan 4 program. Dan SAD Desa

Sialang Kecamatan Pamenang merupakan SAD yang dibina oleh program

PKSMT maka penulis tertarik untuk meneliti implementasi program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada Suku Anak Dalam di Desa Sialang.

3.8 Jadwal Penelitian

Berdasarkan jadwal penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian ini

dilakukan selama sebulan, penelitian dimulai pada tanggal 24 Mei 2018 sampai 29

Juni 2018. Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan data dan pembuatan draft

skripsi. Dalam waktu yang bersamaan juga melakukan bimbingan skripsi.

Bimbingan skripsi ini berlangsung dari bulan Mei sampai Juni. Setelah analisa

data serta mendapat persetujuan dari pembimbing, barulah dilakukan ujian skripsi

pada bulan Agustus. Untuk memperoleh gambaran lebih jelasnya dapat dilihat

jadwal penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahun 2018
No Jenis kegiatan
Mei Juni Juli Agustus
1 Penelitian
2 Pengolahan Data
3 Pembuatan Draft
Skripsi
4 Bimbingan Skripsi
5 Ujian Skripsi
33

3.9 Definisi Operasional Konsep

Dalam mencegah kesalahpahaman menggunakan istilah yang terkandung

dalam penelitian ini maka penulis mengemumakan definisi operasionalnya

sebagai berikut :

1. Masyarakat Terasing

Masyarakat terasing merupakan sekumpulan manusia yang berkumpul yang

mendiami suatu wilayah terpencil yang tinggal di pedalaman hutan dan terisolisir

dalam perkembangan teknologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

2. Suku Anak Dalam

Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku minoritas yang ada di Provinsi

Jambi yang masih bersifat primitif serta mengalami keterbelakangan dan

keterasingan. Suku Anak Dalam masih bergantung pada hutan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan masih tertutup dengan masyarakat lainnya.

3. PKSMT

Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing merupakan salah satu

bentuk program yang dibentuk untuk Suku Anak Dalam. PKSMT ini bertujuan

untuk mengentaskan masyarakat SAD dari keterbelakangan dan keterasingan di

berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup

sejajar dengan masyarakat lain yang lebih maju.


34

BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Sialang berada di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Desa

Sialang memiliki luas areanya yaitu ± 18.000 Ha terdiri dari Dusun, Desa,

Kabupaten, dan Lingkungan yang merupakan lokasi penelitian yang peneliti

lakukan. Desa Sialang secara geografis berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Anyer

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Lantak Seribu

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pamenang

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pinang Merah

Desa Sialang termasuk suatu wilayah yang untuk menuju ke desa melewati

kebun sawit dan kebun karet, jarak dari jalan lintas Merangin-Jambi ± 6 km. Jarak

Desa Sialang ke Kecamatan Pamenang 12 km, dan jarak ke Kabupaten Merangin

35 km, sedangkan jarak ke Propinsi 250 km. Maka dari itu untuk sampai ke Desa

Sialang Kecamatan Pamenang dari pusat kota dapat menggunakan alat

transportasi darat, seperti mobil dan motor.

4.2 Sejarah Desa Sialang

Desa Sialang merupakan sebuah desa transmigrasi yang lebih dikenal

sebagai Pamenang A4 yang mulai ditempati dan diresmikan menjadi Desa Sialang

pada tahun 1988. Secara umum Desa Sialang merupakan daerah perbukitan yang

ditumbuhi hutan belantara menghijau. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan ada tanggal 24 Mei 2018 dengan Pak Az’ari sebagai Kepala Desa

Sialang asal usul penduduk asli Desa Sialang adalah berasal dari penduduk Jawa

34
35

dan Sunda dan juga ditambah dengan penduduk yang berasal dari Sumatera

Utara.

Desa Sialang merupakan nama urutan dari 11 desa yang ada di Kabupaten

Merangin. Ceritanya asal usul nama Sialang bahwasanya dari yang peneliti

peroleh dari hasil wawancara dengan Pak James (49 tahun), bahwasanya dulu

Desa Sialang merupakan hutan belantara yang dihuni banyak hewan siamang, dan

penduduk setempat menamai Desa tersebut Sialang. Dari keadaan tersebut maka

mereka pun memberi nama desa yang baru mereka bentuk dengan nama desa

Sialang.

4.3 Kependudukan

Salah satu bagian terpenting dari adanya pemerintahan adalah penduduk

atau warga masyarakat yang akan dikelola dengan tujuan untuk mencapai tingkat

kesejahteraan yang baik. Di Desa Sialang memiliki 874 KK, berdasarkan profil

Desa Sialang tahun 2017 penduduknya berjumlah 2934 jiwa yang terdiri atas 1511

jiwa laki-laki dan 1423 jiwa perempuan.

Sedangkan jumlah penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Pamenang

pada tahun 2017 berjumlah 17.572 jiwa. Pada umumnya di Kecamatan Pamenang

tidaknya semuanya penduduk asli setempat, tetapi sudah bercampur dengan orang

Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan SAD yang kebanyakan mereka merupakan

penduduk tranmigrasi. Termasuk di Desa Sialang penduduk yang bermukim tidak

semuanya penduduk asli Desa Sialang, akan tetapi sudah bercampur dan hidup

dengan penduduk transmigran.


36

4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk

Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sialang

No Tingkat pendidikan Jumlah


1 Belum tamat sekolah 324 orang
2 Tidak pernah sekolah 161 orang
3 Belum masuk sekolah 381 orang
4 SD 1013 orang
5 SMP 561 orang
6 SMA 412 orang
7 D3 30 orang
8 Diploma S I 52 orang
Jumlah 2934 orang
Sumber data: Profil Desa Sialang 2017

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di

Desa Sialang tergolong sudah baik, hanya sebagian kecil penduduk yang tidak

pernah sekolah dan lebih banyak yang bersekolah. hal ini dibuktikan dari

banyaknya jumlah penduduk yang bersekolah dan yang tidak pernah sekolah

berjumlah 161 orang dari jumlah total penduduk 2934 orang.

4.5 Mata Pencaharian

Dilihat dari kondisi wilayah Desa Sialang memiliki lahan yang luas.

Masyarakat yang bermukim di Desa Sialang mempunyai mata pencaharian yang

beraneka ragam, diantaranya bermata pencaharian Petani, pedagang juga ada yang

bekerja dibidang industri rumahan, dan juga dibidang jasa, namun pada umumnya

masyarakat Desa Sialang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, dan

mereka memiliki lahan yang diperoleh dari pemerintah dari adanya program

transmigrasi. Sebagaian masyarakat lain yang tidak memiliki lahan menyewa dari

yang lain untuk dijadikan usaha bertani, berkebun, maupun kolam ikan. Untuk
37

lebih jelas mata pencaharian penduduk Desa Sialang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel. 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang

No Mata Pencaharian Jumlah


1 Pertanian 638 orang
2 Wirasuawasta 112 orang
3 Perdagangan 18 orang
Buruh Perkebunan 172 orang
Industri Rumahan
 Tukang kayu 1 orang
 Tukang kue 1 orang
 Tukang jahit 2 orang
 Tukang Tahu 1 orang
4 Bidang Jasa
 Pegawai Negri Sipil 26 orang
 Sopir 3 orang
 Polri 9 orang
 TNI 1 orang
 Pegawai Honorer 7 orang
 Bidan 5 orang
 Guru 12 orang
 Pegawai swasta 12 orang
 GHL 4 orang
5 Belum Bekerja 1910 orang
Jumlah 2934 orang
Sumber data : Profil Desa Sialang tahun 2017

Hal itu didukung oleh hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2018

bahwasanya Desa Sialang daerahnya luas dan tampak hijau dikelilingi

perkebunan-perkebunan milik masyarakat maupun perusahaan yang jaraknya


38

tidak jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini menandakan bahwa penduduk

Sialang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

4.6 Agama

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna, damai dan bermartabat. Pentingnya peran agama dalam kehidupan

umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi

menjadi sebuah keniscayaan. Seperti agama yang diakui dan digunakan

pemerintah RI yaitu agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan

Konghucu (Sunarto, 2004). Agama merupakan keyakinan atau kepercayaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berguna untuk mengatur kehidupan manusia

agar tidak kacau. Dengan adanya agama kehidupan masyarakat akan lebih tentram

dengan adanya perintah dan larangan yang ada. Sehingga dapat mengarahkan dan

mengontrol manusia dalam bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama.

Masyarakat Desa Sialang sendiri memiliki beragam pemeluk agama, ada

yang beragama Islam 80% dan Kristen 20 %. Masyarakat Desa Sialang termasuk

masyarakat yang cukup aktif melaksanakan kegiatan keagamaan diantaranya ada

shalat berjamaah di masjid dan mushola bagi yang memeluk agama islam dan

kegiatan rohani di Gereja bagi yang memeluk agama kristen. Ada juga ceramah

dan mengaji yang diadakan dimushola yang dilakukan bergantian setiap seminggu

sekali yang diikuti oleh bapak/ibuk, pemuda-pemudi dan anak-anak.

Saat memperingati hari besar Islam, masyarakat Desa Sialang

melaksanakan berbagai rutinitas yang mereka lakukan setiap tahunnya seperti


39

memperingati tahun baru Islam, kegiatan yang mereka lakukan adalah ceramaah

keagamaan, dan berdoa di Masjid dan Mushola serta melakukan pengajian Israj’

dan Miraj’ dan memperingati hari kelahiran Nabi Muhamad SAW.

Suku Anak Dalam yang ada di Desa Sialang sudah mulai menganut

kepercayaan sejak tahun 2012, mereka memeluk agama Kristen. Mereka awalnya

menganut agama anismisme yang telah turun temurun dari nenek moyangnya.

Melihat kehidupan masyarakat lainnya mengalami kedamian dan ketentraman

didalam hidupnya, Suku Anak Dalam akhirnya datang kegereja yang ada di Desa

Sialang secara berombongan. Dan sampai sekarang mereka melakukan ibadah

digereja pada hari minggu. Hal ini didukung dengan hasil wawancara pada

tanggal 27 Mei dengan pak Suwarjono seperti berikut ini :

”Pada tahun 2012 waktu saya sedang ibadah di gereja saya terkejut
tiba-tiba ada segerombolan orang kubu yang datang, saya kira
mereka memiliki masalah dengan kami, ternyata mereka berniat
untuk memeluk agama kristen dan belajar beribadah karena mereka
melihat masyarakat yang memiliki agama hidupnya tentram dan
damai (suwarjono,27 mei 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Suku Anak Dalam

memeluk agama Kristen karena ia melihat masyarakat yang lainnya hidup dengan

damai dan tentram ketika ia percaya akan adanya Tuhan, mereka menganut agama

Kristen bukan karena disuruh atau paksaan dari orang lain, melainkan keinginan

mereka sendiri.

4.7 Sarana dan Prasarana


4.7.1 Prasarana Ibadah

Sarana dan prasarana ibadah merupakan tempat untuk menunjang

kegiatan bagi masyarakat untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan


40

agamanya masing-masing yang berguna untuk memandu mewujudkan

kehidupan yang bermakna, damai, dan bermartabat. Desa Sialang memiliki

keanekaragaman pemeluk agama, oleh karena itu dalam menunjang kegiatan

ibadah dan pendidikan agama adapun sarana dan prasarana yang ada di Desa

Sialang yaitu masjid, mushola, dan gereja, untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel. 4.3 Prasarana Peribadahan Di Desa Sialang

No Jenis Prasarana Jumlah


1 Masjid 3
2 Mushola/Langgar 14
3 Gereja 1
Total 18
Sumber data : Profil Desa Sialang tahun 2017

Di Desa Sialang sendiri hanya terdapat 3 masjid, mushola/langgar

ada 14, dan geraja 1, anak-anak di Desa Sialang tidak hanya mendapatkan

pendidikan agama dari pendidikan formal saja, tetapi juga didapat dari

pendidikan nonformal seperti TPA yang umumnya diikuti anak-anak yang

masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Sedangkan yang SMP dan SMA

mereka sudah tidak mau mengikuti pendidikan agama di TPA , karena mereka

merasa sudah besar dan malu jika bergabung dengan anak-anak Sekolah

Dasar. Sedangkan yang beragama kristen melakukan pendidikan rohaninya di

Gereja. Adapun penggunaan prasarana peribadatan di Desa Sialang cukup

baik. Penduduk setempat menjalankan sholat berjamaah baik di masjid dan

mushola.
41

4.7.2 Prasarana Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha pemeliharaan dan perbaikan

kehidupan suatu masyarakat terutama untuk warga baru (generasi baru) yang

memberikan pengetahuan baik secara formal maupun informal. Selain itu

pendidikan merupakan tuntunan tumbuh dan berkembangnya anak. Fungsi

pendidikan sebenarnya menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas

pendidikan dapat berjalan lancar, baik secara struktural, maupun institusional

(Sulaiman, 2015).

Kondisi sarana dan prasarana di Desa Sialang pada awal

transmigrasi belum memiliki sarana pendidikan dan tenaga pendidik pada saat

itu masih belum ada. Setelah tahun 1989 pemerintah kemudian mendirikan

pendidikan yang berfokus pada 1 sektor pendidikan SD dengan tenaga

pendidik yang masih minim dan berlatar belakang pendidikan guru SPG.

Kemudian melihat jumlah penduduk yang bertambah dan jumlah peserta

didik yang makin banyak sehingga pemerintah membangun SD pada tahun

1999. Lalu pada tahun 2005 penduduk melihat bahwa kebanyakan peserta

didik yang sekolah di luar desa maka mereka mendirikan MTSn/SMP. Dan

sampai sekarang di Desa Sialang masih belum memiliki Sekolah Menengah

Atas. Hal ini terlihat dari beberapa sarana pendidikan yang ada, dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:


42

Tabel 4.4 Prasarana Pendidikan Desa Sialang

No Jenis Prasarana Pendidikan Jumlah


1 TPA 2
2 PAUD 2
3 SD 2
4 MTSN/SMP 1
Total 7
Sumber data : Profil Desa Sialang tahun 2017

Di Desa Sialang terdapat 2 TPA, PAUD 2, SD 2, dan MTSN/SMP

1, hal ini tidak menjadikan hambatan bagi masyarakat Sialang untuk

menyekolahkan dan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya pada

jenjang yang lebih tinggi, seperti SMA dan Perguruan Tinggi, untuk

pendidikan SMA masyarakat masih bisa menyekolahkan anaknya di

Kabupaten Bangko atau di Desa yang lain. Sedangkan untuk Perguruan Tinggi

masyarakat dapat menyekolahkan anaknya di luar desa seperti Propinsi atau

Kabupaten Bangko.

4.7.3 Prasarana Kesehatan

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan

gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan

perawatan (Eliana & Sri Sumiati, 2016). Dalam menunjang kesahatan

masyarakat prasarana memberikan perananan yang penting. Khususnya di

Desa Sialang dapat dilihat bahwa di daerah ini tidak memiliki prasarana rumah
43

sakit dan puskesmas. Tetapi memiliki Posyandu 3, Rumah Praktek Bidan 2,

dan Toko Obat 1. Untuk fasilitas kesehatan yang lainya masyarakat Desa

Sialang dapat diperoleh dari fasilitas-fasilitas desa lain atau di Kabupaten

Bangko. Untuk lebih jelas prasarana kesehatan yang ada di Desa Sialang dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan Desa Sialang

No Jenis Prasarana Kesehatan Jumlah


1 Rumah Praktek Bidan 2
2 Posyandu 3
3 Toko Obat 1
Total 4
Sumber data : Profil Desa Sialang tahun 2017

Hal ini didukung oleh hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2018

bahwasanya penduduk Desa Sialang memiliki 2 rumah praktek bidan, 3

gedung posyandu dan 1 toko obat.

4.8 Organisasi Pengelola Program PKSMT


4.8.1 Mekanisme program PKSMT

Program yang diberikan untuk SAD sesuai dengan Keputusan

Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 5/HUK/1994 tentang Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PSKMT) bertujuan terentasnya

masyarakat terasing dari kondisi keterasingan dan keterbelakangan baik fisik,

sosial, budaya, kehidupan dan penghidupan serta lingkungan sehingga dapat

mencapai taraf kesejahteraan sosial yang lebih baik yang memungkinkan

untuk berperan serta dalam pembangunan.


44

Untuk mencapai tujuan PKSMT diarahkan pada upaya peningkatan

taraf kesejateraan sosial warga binaan melalui berbagai penyuluhan sosial,

bimbingan sosial dan Pembinaan kondisi kehidupan penghidupan yang lebih

baik. Menurut Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor

5/HUK/1994 tentang Program PKSMT memiliki proses untuk melaksanakan

program yaitu :

1. Tahapan Pelaksanaan

Program PKSMT dilaksanakan melalui sistem pembangunan

pemukiman sosial dengan cara (a) mendayagunakan berbagai potensi

serta sumber daya manusia, sumber daya alam dan teknologi melalui

pendekatan sosial budaya. (b) mewujudkan tipe pemukiman ditempat

asal, tipe pemukiman ditempat baru, tipe stimulus Pembinaan

masyarakat serta tipe kesepakatan dan rujukan.

2. Tahap Pembinaan

Proses pembinaan merupakan rangakaian kegiatan Pembinaan

masyarakat secara komprehensif, terpadu dan berkelanjutan selama

kurun waktu tertentu. Proses pembinaan masyarakat terasing

sebagaimana terdiri dari tahap (a) persiapan, (b) bimbingan, (c)

Pembinaan dan (d) pengalihan.

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan kegiatan untuk memperoleh

data dan informasi tentang keberadaan masyarakat terasing,

mengetahui tentang kondisi habitat dan penghidupan mereka,


45

memahami nilai sosial budaya dan aspirasi mereka serta

mengkondisikan masyarakat terasing agar siap menerima proses

perubahan kearah kemajuan. Tahap persiapan dilaksanakan melalui

kegiatan seperti orientasi masyarakat terasing, pendekatan sosial

budaya, motivasi sosial budaya, pemantapan persiapan pemukiman

sosial, dan penyiapan kondisi sosial masyarakat.

b. Tahap bimbingan

Tahap bimbingan merupakan kegiatan pengenalan dan

pemahaman tentang nilai-nilai sosial budaya baru dan pemberian

keterampilan yang lebih baik untuk dapat didayagunakan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Tahap bimbingan

dilaksanakan seperti kegiatan bimbingan beradaptasi lingkungan,

bimbingan pemanfaatan bantuan, dan bimbingan pendayagunaan

sarana.

c. Tahap Pembinaan

Tahap Pembinaan merupakan kegiatan meningkatkan

kesadaran warga binaan untuk menumbuhkan sikap dan tekad

kemandiriannya dengan mendayagunakan sumber manusia, sumber

daya alam, dan teknologi melalui peningkatan berbagai bidang

keterampilan dan stimulasi agar terwujud kondisi kehidupan dan

penghidupan yang lebih baik. Tahap Pembinaan dilaksanakan

melalui kegiatan Pembinaan pemenuhan kebutuhan hidup,


46

Pembinaan nilai sosial budaya, Pembinaan kesadaran dan rasa

tanggung jawab sosial.

d. Tahap pengalihan

Tahap pengalihan merupakan rangkaian kegiatan akhir

dalam proses pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing. Tahap

pengalihan dilaksanakan melalui kegiatan evaluasi akhir,

pemantapan pengertian dan peran serta dibidang ipteksosbud, dan

pengalihan status pembinaan.

4.8.2 Organisasi Pengelola Program PKSMT

Organisasi pengelola program PKSMT yang diberikan untuk SAD

adalah Komunitas Adat Terpencil (KAT). KAT meupakan organisasi yang

berada dibawah kewenangan Dinas Sosial dibawah Kabid Pemberdayaan

Kesejahteraan Sosial yang mulai dibentuk pada tahun 2014 dengan jumlah

anggota 3 orang, yang pada mulanya disebut dengan UPTD (Unit Pelaksana

Teknis Daerah) Suku Anak Dalam. UPTD terbentuk karena ada suku yang

berasal dari Provinsi Jambi yang masih mengalami keterasingan dan

keterbelakangan yaitu Suku Anak Dalam (SAD), namun perkembangan

UPTD Suku Anak Dalam tidak berlangsung lama. Kemudian pada tahun

2016 diperbaharui menjadi Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang terbentuk

karena adanya inisiatif dan kesepakatan bersama dari Dinas Sosial.

Pada pelaksanaan program PKSMT KAT bermitra dengan LSM

Pundi Sumatera dan juga perkumpulan Gereja GKSBS. LSM Pundi Sumatera

memiliki anggota 2 orang, dipilih untuk ikut membantu dalam program


47

PKSMT. LSM Pundi Sumatera merupakan fasilitator dalam pelaksanaan

program PKSMT, sedangkan Gereja GKSBS sebagai fasilitator dalam

pemberian ilmu rohani atau agama.

4.9 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Desa Sialang merupakan masyarakat yang beragam suku

bangsa, dengan keberagaman suku bangsa tersebut sistem kekerabatan yang

terdapat di Desa Sialang juga memiliki keberagaman diantaranya yaitu ada orang

Jawa, Batak, Sunda, dan Suku Anak Dalam yang menggunakan sistem

kekerabatan menurut suku mereka masing-masing tetapi penduduk kebanyakan

orang Jawa.

Garis keturunan dalam masyarakat Jawa didasarkan keturunan Patrilineal.

Artinya seseorang mengambil garis keturunannya dari garis Ayah bukan dari garis

keturunan Ibu. Seorang Ayah dalam masyarakat Jawa sebagai pemimpin yang

sama halnya dengan Agama Islam. Sedangkan istilah keturunan menunjukkan

sistem strata atau tingkatan dalam keluarga Ayah yang didasarkan pada angkatan

atau posisi Ayah semua kakak laki-laki maupun kakak perempuan ayah dan ibu

dengan sebutan pakde atau bude. Sedangkan adik laki-laki atau adik perempuan

dengan sebutan paman bagi adik laki-laki dan bibi bagi adik perempuan.

Pada masyarakat Batak, memperhitungkan garis keturunan secara

patrilineal artinya suatu kelompok kekerabatan dihitung atas dasar satu ayah.

Perhitungan hubungan berdasarkan ayah tersebut dengan sada bapa pada orang

Karo dan sama dengan orang Toba perhitungan hubungan pada kakek atau nini

disebut sada nini pada orang Karo dan Saompu pada Toba.
48

Sedangkan masyarakat Sunda, didasarkan atas keturunan bilateral. Artinya

seorang anak mengambil garis keturunan dari Ayah dan juga bisa dari ibunya.

Dalam masyarakat sunda memiliki kesamaan dengan masyarakat jawa yang

menunjukkan sistem strata atau tingkatan dalam keluarga Ayah semua kakak laki-

laki maupun perempuan ayah dan ibu dengan sebutan uwak. Sedangkan adik laki-

laki dengan sebutan mamang/amang dan adik perempuan dengan sebutan bibik.

Pada masyarakat Suku Anak Dalam, didasarkan atas keturunan

matrilineal. Artinya anak mengambil garis keturunan dari Ibu. Sistem kekerabatan

Suku Anak Dalam juga sama seperti masyarakat yang lain, dalam keluarga Ayah

semua kakak dan adik laki-laki dengan sebutan paman dan pada kakak dan adik

perempuan dengan sebutan bibik.

4.10 Adat Istiadat

Adat istiadat merupakan suatu sistem yang berisi nilai-nilai dan norma

yang berupa sejumlah aturan-aturan dan larangan juga sanksi yang disusun secara

bermusyawarah dan diputuskan secara kesepakatan bersama, adat istiadat yang

ada dalam suatu masyarakat bertujuan untuk menciptakan kedamaian dan

ketentraman dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Desa Sialang dipimpin oleh

seorang Kepala Desa yaitu Bapak Az’ari, yang dipilih melalui pemilu. Desa

Sialang juga memiliki adat istiadat.

Seperti salah satu adat dari percampuran antara budaya islam dan Sunda

adalah tradisi khitanan atau sunatan. Masyarakat Sunda di Desa Sialang

melakukan khitanan atau sunat pada anak laki-laki ketika masih berusia dini, yaitu

umur 5 sampai 12 tahun. Tradisi khitanan atau sunatan pada masyarakat Sunda
49

dilakukan satu hari sebelum hari mengkhitan anak. Sehari sebelum dikhitan, si

anak laki-laki akan diarak keliling desa bak seorang raja cilik. Yang mengarak

biasanya anggota keluarga, kerabat, dan tetangga. Rombongan penganten sunat ini

keliling desa ditemani dengan kesenian Sunda yang meriah. Dalam pesta khitanan

si anak diarak dengan sisingaan yaitu diatas kepala dan badan singa atau ada yang

menggunakan kuda renggong. Setelah pesta arakan, pada malam harinya diadakan

acara syukuran untuk anak yang dikhitan.

Pada masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Sialang, jika seseorang akan

melangsungkan acara pernikahan akan melakukan beberapa tahap, yang pertama

seorang laki-laki mendatangi rumah pihak perempuan dengan maksud untuk

dibeli atau memberikan perhiasan emas dan juga sejumlah uang. Setelah proses

lamaran dan kedua pihak menyetujui, lalu diadakan proses pesta pernikahan

dimana biaya dalam pesta pernikahan itu dibiayai oleh kedua keluarga mempelai

baik pihak laki-laki dan perempuan.

Masyarakat Suku Anak Dalam jika ada anaknya yang ketahuan pergi

berboncengan naik motor sesama lawan jenis akan dikenakan sanksi, dimana

kedua anak ini akan dihukum sesuai yang akan dimusyawarahkan oleh

Tumenggung dan masyarakat SAD lainnya. Seperti hasil wawancara dengan pak

Teket (29 tahun) 21 Juni 2018 sebagai berikut :

”Bagi kami jika ada anak yang berboncengan motor sesama lawan
jenisnya, kami akan memberikan sanksi dan hukuman. Dan akan
dimusyawarahkan oleh tumenggung dan SAD yang lain” (Teket, 21 Juni
2018).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dapat menguraikan bahwa Suku

Anak Dalam sangat memegang adat yang masih berlaku dalam hidup mereka,
50

seperti jika ada anaknya yang berboncengan dengan lawan jenisnya akan

diberikan sanksi dan hukuman, yang telah dimusyawarahkan oleh tumenggung

SAD dan SAD yang lainnya.

4.11 Hubungan Sosial SAD Dengan Penduduk Lokal

Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup

dengan manusia lain, ia tidak dapat merealisasikan potensi dengan dirinya sendiri.

Interaksi sosial akan terjadi apabila antara dua individu atau kelompok terdapat

kontak dan komunikasi sosial. Kontak sosial merupakan tahap awal dalam

terjadinya hubungan sosial (Kurniawati, 2016). Suku Anak Dalam merupakan

suku yang hanya berinteraksi dengan kelompoknya. Suku Anak Dalam sebelum

bermukim mereka hanya berhubungan dengan masyarakat luar ketika meminta

uang, namun setelah bermukim dan menetap mereka sudah tidak lagi meminta

uang lagi pada masyarakat. Dan saat sekarang mereka dimukimkan dengan satu

kawasan dengan masyarakat lokal. Ketika ada gotong royong Suku Anak Dalam

ikut berperan serta untuk membantu kegiatan yang dilakukan di desa dengan

masyarakat lokal seperti sedang membuat lapangan badminton dan lapangan bola

voly. Begitu pula dengan masyarakat lokal yang sudah tidak mengasingkan Suku

Anak Dalam, terlihat saat ada Suku Anak Dalam yang mengadakan pernikahan,

masyarakat lokal ikut membantu dalam pernikahan tersebut. Seperti hasil

wawancara dengan pak Suwarjono (47 tahun) 27 Mei 2018 sebagai berikut :

”Sebelum SAD tinggal dipemukiman mereka ketika berinteraksi dengan


masyarakat lokal ketika meminta-minta uang, tetapi sekarang semenjak
SAD sudah bermukim mereka tidak lagi meminta uang. Dan SAD sudah
mulai membantu kalau di desa sedang mengadakan gotong royong seperti
membuat lapangan voli, dan masyarakat lokal juga ikut membantu SAD
ketika ada salah satu warganya yang menikah”(Suwarjono, 27 Mei 2018)
51

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa Suku Anak Dalam

sudah memiliki hubungan sosial yang cukup baik dengan masyarakat lokal, hal

tersebut terlihat adanya rasa saling tolong menolong diantara mereka. Dan Suku

Anak Dalam sudah tidak menutup diri dengan masyarakat luar, justru ia ikut

berpartisipasi untuk bergotong royong.


52

BAB V
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum PKSMT

Berdasarkan Undang-Undang RI No.25 Tahun 2004 dalam suatu

pembangunan sosial diperlukan perencanaan untuk menentukan tindakan masa

depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya

yang tersedia. Sistem perencanaan pembangunan nasional merupakan satu

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-

rencana pembangunan dalam jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan

oleh unsur penyelenggara Negara dan masyarakat dipusat maupun daerah. Sistem

perencanaan pembangunan nasional memiliki tujuan (1) mendukung koordinasi

antarpelaku pembangunan, (2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

sinergi baik antar daerah, anarruang,, antarwaktu, anatrfungsi, pemerintah maupun

antara pusat dan daerah, (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, (4) mengoptimalkan

partisipasi masyarakat, (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efektif, efisien, berkeadilan dan berkelanjutan .

Melalui perencanaan pembangunan yang terstruktur dapat mengidentifikasi

berbagai permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan masyarakat sehingga

dapat merumuskan program-program pembangunan sosial (Prawoto, 2012). Dan

dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan program yang dikhususkan untuk

Suku Anak Dalam (SAD) yaitu Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat

Terasing (PKSMT).

52
53

Program PKSMT merupakan suatu upaya pembinaan yang diberikan

kepada kelompok masyarakat yang rawan sosial karena keterbelakangan dan

keterangsingan, dengan tujuan untuk menciptakan kondisi sosial yang sesuai

dengan kehidupan masyarakat modern dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Kegiatan PKSMT ini selalu berorientasi pada masyarakat yang terisolasi dan

berada dipedalaman pedesaan yang mengalami keterbelakangan komunikasi

dengan masyarakat yang lain. Sesuai dengan tujuannya PKSMT ini membantu

mengentaskan SAD dari keterasingan masyarakat luar dan ketertinggalan dalam

berbagai aspek. PKSMT dapat memantapkan SAD agar memiliki kehidupan yang

stabil sesuai dengan norma-norma standar yang dianut oleh masyarakat Indonesia

seperti memeluk agama resmi yang diakui pemeritah dan hidup di desa serta

hidup beradaptasi dengan lingkungan sosial.

Pada bulan agustus 2017 di Desa Sialang dilaksanakan program PKSMT

yang diberikan kepada SAD. Berdasarkan observasi pada 26 Mei 2018 ada 13

Kepala Keluarga (KK) yang menjadi sasaran dalam program PKSMT. Seperti

hasil wawancara yang diperoleh dari Kepala Desa Pak As’ari (50 tahun) 24 Mei

2018 sebagai berikut :

“Sebenerne program PKSMT seng dijalanke ng deso sialang iki ket bulan
agustus 2017, kabeh e enek 13 KK sg jadi target awal program iki”

Artinya :

“Sebenarnya program PKSMT yang dijalankan di Desa Sialang


dilaksanakan pada bulan agustus 2017, dengan target awal ada 13 KK”

Pemberian program PKSMT merupakan bentuk untuk memajukan SAD dari

ketertinggalan dan dengan adanya sentuhan program akan membuat mereka bisa
54

terbuka dengan masyarakat luar. Dilaksanakan program PKSMT karena melihat

kehidupan SAD yang berpindah-pindah (nomaden) dalam hutan. Dengan budaya

yang masih terbelakang, pemeritah melaksanakan program pemberdayaan yaitu

PKSMT. Program PKMST merupakan bagian program yang ada di Dinas Sosial

dan ditangani oleh KAT (Komunitas Adat Terpencil) yang berada dibawah Kabid

Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial. KAT berperan sebagai wadah bagi Suku

Anak Dalam dan fasilitator yang akan memenuhi kebutuhan serta berperan dalam

membentuk dan melatih masyarakat SAD yang masih mengalami ketertinggalan.

Pada pelaksanaan program PKSMT KAT bermitra dengan LSM Pundi

Sumatera dan juga perkumpulan Gereja GKSBS. LSM Pundi Sumatera memiliki

anggota 2 orang, dipilih untuk ikut membantu dalam program PKSMT. LSM

Pundi Sumatera merupakan fasilitator dalam pelaksanaan program PKSMT,

sedangkan Gereja GKSBS sebagai fasilitator dalam pemberian ilmu rohani atau

agama. Seperti hasil wawancara yang dilakukan pada 28 Mei 2018 dengan

Kepala KAT bapak Azrul (38 tahun) 28 Mei 2018 seperti berikut ini:

“Kami ko dalam menangani Suku Anak Dalam yang ado di Desa Sialang
di bantu dengan satu LSM yaitu LSM Pundi Sumatera. Dan ado dari Desa
Sialang itu sendiri ado pendampingan dari Gereja GKSBS. LSM Pundi
Sumatera sebagai fasilitator dalam program dan Gereja GKSBS sebagai
pemberian ilmu rohani atau agama”

Artinya :

”Kami dalam menangani Suku Anak Dalam yang ada di Desa Sialang
dibantu dengan satu LSM yaitu LSM Pundi Sumatera. Dan ada dari Desa
Sialang itu sendiri ada pendampingan dari Gereja GKSBS. LSM Pundi
Sumatera sebagai fasilitator dalam program dan gereja GKSBS sebagai
pemberian ilmu rohani atau agama”
55

PKSMT yang dilakukan di Desa Sialang dengan target awal 13 KK SAD

tetapi ada 1 (satu) KK yang kembali lagi dihutan pada tahun 2018 dan bertambah

lagi 1 KK lagi dikarenakan ada yang menikah. PKSMT yang akan ditargetkan ±

5 tahun oleh KAT ini memiliki beberapa program yang ada di Desa Sialang.

Program yang ada sudah dirancang agar sesuai dengan pola kehidupan Suku Anak

Dalam. Dimana ada 5 program yang sudah ditargetkan yaitu (1) Pemukiman, (2)

Rumah Pintar, (3) Life Skill, (4) Pemberdayaan, (5) Kesehatan. Dari kelima

program PKSMT yang berjalan hanya ada 4 program yaitu Pemukiman, Rumah

Pintar, Pemberdayaan, dan Kesehatan. Dan masih ada 1 program yang belum

berjalan yaitu program Life Skill. Program Life skill adalah kemampuan dan

keberanian untuk menghadapi problema kehidupan dan mengembangkan

masyarakat mandiri dan terampil. Bentuk program Life Skill seperti perbengkelan,

instalasi listrik, dan pelatihan komputer. Program life skill belum berjalan

dikarenakan kurangnya waktu untuk mensosialisasikan program.

KAT dalam menjalankan kelima program tersebut mendapat partisipasi

yang baik, SAD menerima program yang akan dilaksanakan dan pemerintahan

Desa Sialang ikut campur didalam pelaksanaan program. Namun ada beberapa hal

yang menjadi kendala dalam pelaksanaan program ini seperti komunikasi yang

baik dengan SAD agar mereka mudah memahami dan merubah pola pikir mereka

agar lebih baik.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas peneliti dapat

menguraikan bahwa gambaran umum program PKSMT yang diberikan pada SAD

bertujuan untuk membantu mengentaskan SAD dari keterasingan masyarakat luar


56

dan ketertinggalan dalam berbagai aspek dan membuat mereka bermukim.

Program ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 dengan menjalankan 5 program

yang sudah ditargetkan ± 5 tahun yaitu (1) Pemukiman, (2) Rumah Pintar, (3) Life

Skill, (4) Pemberdayaan, (5) Kesehatan.

5.2 Proses Perencanaan Program PKSMT

Proses perencanaan program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat

Terasing (PKSMT) yang berbasis kepada masyarakat sangat berperan penting dan

menentukan program sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Telah diketahui

bahwa dalam program PKSMT mencakup 5 program yaitu : (1) Pemukiman, (2)

Rumah Pintar, (3) Life Skill, (4) Pemberdayaan, (5) Kesehatan.

KAT dalam melaksanakan program melakukan perencanaan untuk

menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan

memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan merupakan satu

kesatuan tata cara perencanaan untuk menghasilkan rencana-rencana

pembangunan dalam jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara Negara dan masyarakat dipusat maupun daerah. Perencanaan

PKSMT dilatarbelakngi oleh kehidupan SAD itu sendiri, yang mana SAD masih

dengan kebiasaannya yaitu Melangun. Melangun merupakan kegiatan berpindah-

pindah sesuai dengan kebutuhan hidup SAD.

Pelaksanaan program PKSMT ini tidak langsung berjalan, akan tetapi

pihak KAT meminta izin kepada pemerintah Desa Sialang dan melakukan survei

lapangan selama 1 minggu. Melihat adanya perhatian dari pemerintahan, pihak

Desa Sialang beserta masyarakat lokal menerima program yang akan dijalankan
57

oleh pemerintahan untuk SAD. Setelah memperoleh izin dari pemerintahan Desa

Sialang, KAT mendatangi sekelompok SAD pada tanggal 7 Agustus 2018 namun

pada saat itu mereka tidak berada dipemukiman. SAD berada dipemukiman ketika

mereka pulang melangun dan setelah melakukan ibadah.

Pada tanggal 13 Agustus 2017 KAT dan didampingi dengan Kepala Desa

datang kepemukiman mereka setelah mereka menyelesaikan ibadah. Ketika

melihat kedatangan orang luar, SAD mengalami kebingungan. Kemudian Kepala

Desa dan pendamping SAD, mereka menjelaskan tujuan kedatangan KAT.

Awalnya bagi yang perempuan masih tidak mau menerima kedatangan mereka,

akan tetapi yang laki-laki bersedia menerima kedatangan KAT. Pada saat itu KAT

menjelaskan tujuan mereka bahwa akan memberikan bantuan kebutuhan hidup

yang lebih baik kepada mereka. Seperti hasil wawancara yang dilakukan 28 Mei

2018 dengan Pak Azrul (38 tahun) 28 Mei 2018 sebagai berikut :

“Sebelum pelaksanaan program ko KAT meminta izin dulu samo


pemerintahan Desa Sialang. Setalah kami mendapat izin kami mendatangi
SAD tanggal 7 Agustus 2018, tapi mereka dak ado disano. Pas tanggal 13
nyo kami datang lagi dengan Kepala Desa dan menjalaskan tujuan kami.
Tapi waktu itu yang ibuk-ibuk dak menerimo, tapi yang bapak-bapaknya
menerima kedatangan dan bantuan kami.

Artinya :

“Sebelum pelaksanaan program KAT meminta izin terlebih dahulu dengan


pemerintahan Desa Sialang. Setelah meminta izin, kami mendatangi SAD
pada tanggal 7 Agustus 2018, namun mereka tidak ada di pemukiman.
Pada tanggal 13 kami kembali mendatangi SAD dengan didampingi
Kepala Desa dan menjelaskan tujuan kedatangan kami. Tetapi ibu-ibu
SAD tidak menerima kedatangan kami, tetapi yang bapak-bapak menerima
kedatangan dan bantuan dari kami”

Setelah itu SAD menerima bantuk bantuan yang diberikan kepada KAT,

setelah satu minggu berjalan KAT sebelum melaksanakan program PKSMT


58

mereka membangun pemukiman sementara berupa tenda-tenda yang

menggunakan terpal dan memberikan kebutuhan pokok. Pemukiman sementara

yang mereka dirikan hanya untuk sementara sebagai tempat untuk proses

menjalankan program yang telah dirancang.

Dengan bantuan LSM Pundi dan pemerintahan Desa Sialang, KAT

sebelum mensosialisasikan program PKSMT secara satu persatu mereka

memberikan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan keterampilan mereka.

Bentuk pelatihan yang mereka berikan seperti cara menternak hewan, ikan,

bercocok tanam dan menjaga kesehatan yang difasilitatori dari LSM Pundi

Sumatera dan anggota dari KAT. Proses pelatihan dan sosialisasi berjalan selama

1 bulan dengan menjadwalkan waktu selama seminggu dua kali, pada saat mereka

pulang dari merantau berburu pada pukul 13.00 WIB dan saat setelah mereka

selesai beribadah di Geraja hari minggu. Proses sosialisasi dilakukan di

pemukiman SAD yang masih pemukiman sementara. Seperti hasil wawancara

dengan pak Wahyu (32 tahun) 22 Juni 2018 sebagai berikut :

”Pelaksanaan program PKSMT ini disosialisasikan secara satu persatu,


dan sebelum menjalankan program kami memberikan pelatihan dan
penyuluhan terlebih dahulu. Bentuk pelatihan dan penyuluhan seperti
menternak hewan, ikan, bercocok tanam dan menjaga kesehatan. Proses
pelatihan dilakukan selama 1 bulan dengan menjadwalkan waktu selama
dua kali seminggu, ketika mereka pulang merantau pada pukul 13.00 WIB
dan setelah mereka pulang beribadah pada hari minggu.

Setalah 1 bulan proses pelatihan dan penyuluhan, pada bulan september

2017 KAT menjalankan program pertamanya yaitu mendirikan pemukiman semi

permanen dan mendirikan rumah pintar disekitar pemukiman SAD. Pada bulan
59

februari 2018 SAD dipindahkan ke pemukiman yang baru. Di pemukiman baru

KAT menjalankan program kesehatan dan pemberdayaan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti dapat mengurai bahwa

pelaksanaan ditahun awal program yaitu dengan melakukan survei kehidupan

Suku Anak Dalam kemudian merancang program yang disesuaikan dengan

kehidupan SAD. KAT beserta LSM Pundi Sumatera sebelum menjalankan

program, mereka memberikan pelatihan-pelatihan serta penyuluhan selama 1

bulan. Setalah berjalan satu bulan kami baru membangun pemukiman permananen

dan rumah pintar. Pada bulan februari 2018 SAD dipindahkan di pemukiman

baru, dan KAT menjalankan progrm kesehatan dan pemberdayaan di pemukiman

baru SAD.

5.3 Program PKSMT yang Sudah Berjalan

Dari 5 program yang dirancang oleh PKSMT, implementasi dari program

yang sudah berjalan ada 4 program yaitu : pemukiman, rumah pintar, kesehatan,

dan pemberdayaan. Dan masih ada 1 program yang belum berjalan, hal ini

disebabkan karena kurangnya waktu untuk menjalankan program.

5.3.1 Program Pemukiman Penduduk

Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan

lingkungan, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat

kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan. Pemukiman adalah

perumahan dengan segala isi dan kegiatan yang ada didalamnya.


60

Peneliti melakukan observasi untuk menggali informasi lebih lanjut

mengenai Pemukiman Suku Anak Dalam di Desa Sialang. Pemukiman SAD

dibangun dengan tipe pemukiman ditempat baru atau exsitu development, yang

artinya mereka dibangunkan pemukiman ditempat baru yang sudah semi

permanen. Peneliti melihat bahwa pemukiman dibangun dengan tiga baris rumah,

yang didalam ruanganya sudah terdapat ruang tamu, kamar tidur 2, dapur dan

MCK. SAD di pemukiman semi permanen mereka mendapatkan air bersih dari

sumur yang dialirkan kesetiap masing-masing rumah.

Sebelumnya Suku Anak Dalam sudah mulai masuk di Desa Sialang tahun

2014 namun mereka masih melangun, mereka bermukim berdasarkan kebutuhan

mereka saja, kemudian pergi dan datang lagi begitu seterusnya. Dan ketika SAD

sudah keluar dari hutan, mereka sudah dianggap masyarakat luar oleh sekolompak

SAD yang lain.

Program Pemukiman SAD merupakan program yang pertama

dilaksanakan, dimana KAT melaksanakan pemukiman SAD pada bulan

September 2017 . Pemukiman SAD di Desa Sialang sebelumnya belum semi

permanen, melainkan seperti tenda dengan menggunakan terpal. Pemukiman

sementara hanya untuk menunggu pemukiman semi permanen bisa ditempati.

Pemukiman yang dibangun dengan program PKSMT ini tidak melibatkan Suku

Anak Dalam maupun masyarakat Sialang, melainkan diserahkan kepada KAT.

Pemukiman baru SAD berjarak ± 500 m dari pemukiman masyarakat lokal.

Pemukiman yang dibangun berjumlah 25 unit rumah dan didanai oleh Dinas

Sosial. Rumah tersebut juga diberikan kepada masyarakat lokal yang tidak mampu
61

berjumlah 10 rumah dan 15 rumah diberikan untuk SAD. Masyarakat lokal yang

tidak mampu diberikan rumah melalui seleksi oleh pemerintahan Desa Sialang

dan dipilih yang benar-benar tidak mampu. Seperti hasil wawancara dengan Pak

As’ari (50 tahun) pada 26 Mei 2018 sebagai berikut :

”Wargo deso Sialang karo Suku Anak Dalam pas bangun omah sg anyar
gak melok gae, tapi kabeh diserahkan karo pihak KAT. Tapi kami gor
nyediain tanah e, sg gak adoh seko warga kene sg ± 500 m. Pihak KAT
ngei omah e kabeh enek 25 omah sg didanai karo Dinas Sosial. Seng 15
omah dikhususkan gae Suku Anak Dalam, terus sg 10 omah meneh gae
wargo Sialang sg gak mampu.”

Artinya :

”Warga desa Sialang dengan Suku Anak Dalam ketika pembangunan


pemukiman yang baru tidak ikut berpartisipasi, dan diserahkan kepada
pihak KAT. Dan kami hanya menyediakan tanah yang tidak jauh dari
pemukiman warga lokal ± 500 m. Pihak KAT memberikan pemukiman
jumlahnya 25 yang didanai Dinas Sosial, yang 15 rumah untuk Suku Anak
Dalam dan 10 rumah untuk warga lokal yang tidak mampu.

Hal serupa juga di sampaikan oleh pak Ganta (60 tahun) sebagai berikut :

”Kami Suku Anak Dalam tidak ikut campur dalam pembangunan


pemukiman yang baru. Kami hanya menunggu untuk menempati
pemukiman baru.

Pemukiman yang dibangun untuk SAD dirancang satu kawasan dengan

masyarakat lokal yang tinggal dikawasan pemukiman SAD. Dengan jumlah

penduduk miskin berjumlah 33 jiwa sebanyak 10 Kepala Keluarga (KK) dan SAD

berjumlah 42 jiwa sebanyak 13 KK. Tujuan mereka tinggal dalam satu kawasan

agar SAD dengan masyarakat lokal bisa berbaur dan bisa berinteraksi dengan

baik. Selain itu masyarakat lokal juga bisa membantu SAD agar bisa hidup seperti

masyarakat lain.
62

Tabel 5.1 Nama Kepala Keluarga Masyarakat Miskin Yang Tinggal Di


Pemukiman Suku Anak Dalam

Anggota
No Nama Umur Pekerjaan
Keluarga
1 Munir 48 tahun Serabutan 2 orang
2 Sardi 45 tahun Petani 2 orang
3 Joko 55 tahun Petani 2 orang
4 Suyono 51 tahun Petani 3 orang
5 Murip 60 tahun Serabutan 4 orang
6 Giman 63 tahun Serabutan 2 orang
7 Soleh 44 tahun Serabutan 2 orang
8 Aan 40 tahun Kuli Bangunan 1 orang
9 Burdian 57 tahun Petani 3 orang
10 Samin 64 tahun Petani 2 orang
Sumber data : Wawancara dengan Kepala Desa Sialang 2018

Pemukiman semi permanen yang dibangun untuk SAD ditempati pada

awal februari 2018. Dengan adanya pemukiman yang baru SAD bisa

mendapatkan tempat bermukim untuk berteduh dengan nyaman. Pemukiman baru

memberikan perubahan bagi kehidupan Suku Anak Dalam. Dengan kebiasaan

mereka yang pindah-pindah, sekarang mereka hanya perlu menetap ditempat baru.

Sebenarnya kebiasaan mereka nomaden (pindah-pindah) sudah menjadi bagian

dari kehidupan mereka. SAD hidup berpindah karena hewan yang mereka buru

sudah langka untuk didapat. Seperti hasil wawancara dengan Ibu Fatima ( 56

tahun) 21 Juni 2018 sebagai berikut :

”Sebenarnya kami hidup berpindah-pindah sudah menjadi bagian dari


kehidupan kami, kami tidak merasa terganggu dengan hidup berpindah-
pindah. Kami hidup berpindah-pindah karena hewan yang kami buru
sudah langka didapat.

Kehidupan SAD yang berpindah-pindah sebelum bermukim di Desa

Sialang tidak lain dengan adanya alasan bahwa hewan yang mereka buru sudah

langka, dan mereka memilih menetap di Desa Sialang di pemukiman baru dengan

alasan karena hutan yang biasanya mereka tempati sudah habis dan ketika mereka
63

sudah keluar dari hutan, mereka tidak lagi dianggap dan sudah menjadi

masyarakat luar.

Pada dasarnya SAD menempati pemukiman baru memberikan dampak

perubahan kehidupan dan terutama bagi kepala keluarga ketika mencari nafkah.

Pada saat kepala keluarga mencari nafkah mereka tidak perlu membawa semua

keluarga untuk ikut berburu dan berpindah-pindah. Jika semua anggota keluarga

ikut berpindah-pindah akan menambah beban untuk kepala keluarga Suku Anak

Dalam. Namun SAD yang tinggal di pemukiman baru masih memiliki rmata

pencaharian berburu, belum ada mata pencaharian yang lain.

Selain itu juga SAD yang tinggal menetap di pemukiman yang baru

memiliki pola hubungan yang baik dan tinggal berdampingan dengan masyarakat

lokal, dimana mereka sudah mulai berbaur dengan masyarakat luar dan ikut

berpartisipasi ketika di Desa sedang mengikuti gotong royong, begitu sebaliknya

masyarakat lokal yang terbukti juga ikut membantu ketika Suku Anak Dalam

sedang mengadakan pesta pernikahan. Suku Anak Dalam yang telah tinggal

menetap di Desa Sialang dan berinteraksi dengan masyarakat lokal

mengggunakan bahasa indonesia.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas peneliti dapat

menguraikan bahwa program pemukiman dilaksanakan pada bulan september

2017 dengan jumlah pemukiman yaitu 25 rumah dan baru ditempati pada bulan

februari 2018.
64

5.3.2 Program Rumah Pintar

Rumah pintar merupakan salah satu sarana untuk memberikan pendidikan

kepada SAD. Setelah menyelesaikan program pemukiman sementara untuk SAD

pada bulan September 2017 KAT membangun Rumah pintar yang berada

dikawasan pemukiman SAD. KAT membangun rumah pintar dikawasan

pemukiman karena akan memberikan kemudahan untuk dijangkau oleh SAD.

Kegiatan di rumah pintar dilakukan untuk menambah pengetahuan bagi anak-anak

SAD yang tidak diperoleh di Sekolah formal. Kegiatan yang mereka lakukan di

rumah pintar rutin mereka lakukan dalam seminggu sekali pertemuan pada hari

sabtu dan anggota LSM Pundi Sumatera sebagai pengajar di rumah pintar. Dan

kegiatan di rumah pintar tidak hanya memberikan pendidikan saja tetapi sosialiasi

seperti penyuluhan kesehatan dan pemberian wawasan mata pencaharian selain

berburu dan upacara kematian.

Seperti hasil wawancara dengan Pak Aprison (28 tahun) 27 Mei 2018 sebagai

berikut :

”Program rumah pintar ko dibangun disekeliling Suku Anak Dalam


sebenarnyo biak mudah dijangkau oleh mereka. Program rumah pintar ko
dak hanya pendidikan sajo, tapi ado bentuk pembinaan, sosialisasi dan
upacara kematian. Pendidikan yang telah kami kasih di rumah pintar ko
kebanyakan diikuti oleh anak-anaknya. Kegiatan yang kami berikan ko
untuk menambah pengetahuan yang dak diperoleh dari sekolah, dan
kegiatan ko dalam seminggu rutin kami buat seminggu sekali pada hari
sabtu.

Artinya :

”Program rumah pintar yang dibuat berada di sekeliling pemukiman Suku


Anak Dalam. Mereka membangun rumah pintar disekitar pemukiman
Suku Anak Dalam agar mudah untuk dijangkau. Program rumah pintar
tidak hanya memberikan pendidikan saja, tetapi ada bentuk pembinaan,
sosialisasi, dan upacara kematian. Pendidikan yang kami berikan hanya
65

diikuti oleh anak-anak dan kegiatan yang kami berikan untuk menambah
pengetahuan yang tidak diperoleh dari sekolah sama halnya dengan les
tambahan yang dilakukan setiap seminggu sekali pada hari sabtu.

Hal yang serupa juga ditambahkan Pak Gimin (48 tahun) 21 Juni 2018 seperti

berikut ini :

”Rumah Pintar yang dibangun tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk
pendidikan saja tetapi rumah pintar ini kami gunakan untuk proses
pembinaan, sosialisasi, dan upacara kematian”

Berdasarkan penjelasan yang diberikan informan Rumah pintar yang

berada disekiling pemukiman mereka tidak hanya berfungsi untuk sarana

pendidikan saja, tetapi rumah pintar memiliki kegunaan bagi proses pembinaan,

sosialisasi, dan juga sebagai upacara kematian bagi ada yang meninggal dari salah

satu anggota keluarga Suku Anak Dalam. Anak-anak Suku Anak Dalam yang

bersekolah di sekolah formal sudah ada yang duduk dibangku SD, dan SMP.

Rumah pintar telah memberikan kemudahan bagi anak-anak Suku Anak

Dalam yang mnegikuti pendidikan non formal dan pendidikan formal. Dalam

pendidikan non formal mereka mendapat tambahan belajar dan dalam pendidikan

formal mereka memperoleh pendidikan gratis dari kartu Indonesia Pintar. Anak-

anak SAD yang telah bersekolah berjumlah 7 orang dan mereka juga memperoleh

fasilitas peralatan sekolah dari LSM Pundi Sumatera untuk menunjang pendidikan

formal mereka seperti baju, tas, buku, dan pena.

5.3.3 Program Pemberdayaan

Pemberdayaan merupakan usaha untuk membangkitkan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan masyarakat untuk meningkatkan

kapasitas dalam menentukan masa depan (Rohmad, 2016:17). Dalam diri manusia
66

ia memiliki potensi dan daya dalam dirinya. Pemberdayaan selalu terus menerus

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam meningkatkan

taraf hidupnya.

Bentuk Program pemberdayaan yang diberikan kepada Suku Anak Dalam

di Desa Sialang seperti menternak hewan dan bercocok tanam. Program

pemberdayaan mulai dilaksanakan pada februari 2018 di pemukiman yang baru.

KAT memberikan hewan kambing dan bibit ikan lele untuk dipelihara oleh SAD,

ada 3 ekor kambing dan 1 kg bibit lele. KAT mengajarkan kepada SAD

bagaiman cara menternak kambing dan budi daya ikan dengan baik. KAT

megajak SAD untuk mendirikan kandang kambing dan kolam ikan lele dari terpal.

Tujuan KAT mengajak mereka mendirikan kandang kambing dan kolam ikan agar

SAD ada rasa memiliki dan memelihara dengan baik. Kandang kambing berada

dibelakang pemukiman SAD sedangkan kolam ikan lele berada disekitar

pemukiman SAD yang sementara.

Kambing yang mereka pelihara, dipelihara secara bergantian setiap

harinya ada 1 KK yang memelihara dan bergantian sampai kembali ke KK yang

pertama. Tujuan KAT memberikan kambing untuk SAD agar mereka nantinya

bisa memperjual belikan kambing tersebut dipasar dan tidak mengandalkan hasil

dari berburu babi saja. Seperti hasil wawancara dengan Pak Suwarjono (47 tahun)

27 Mei 2018 sebagai berikut :

”Program pemberdayaan yang diberikan untuk SAD seperti berternak


hewan dan berrcocok tanam. SAD diberikan hewan kambing 3 pasang dan
1 kg bibit lele saat dipemukiman sementara. pada saat mereka
dipemukiman baru dan kami memberi kambing supaya SAD bisa
memperjual belikan kambing tersebut dan memperoleh penghasilan tidak
hanya dari berburu saja”
67

Hal serupa juga disampaikan oleh pak Firdaus (30 tahun) 21 Juni 2018 sebagai
berikut :

”Saat kami tinggal di pemukiman yang baru, kami di kasih 3 pasang ekor
kambing dan 1 kg bibit ikan lele serta kami disuruh membuat kadang
kambingnya dan kolam. Kami merawat kambing tersebut secara
bergantian dalam sehari ada 1 KK yang memelihara”

Selain memberikan kambing kepada SAD, KAT dan LSM Pundi Sumatera

juga menjalankan program pemberdayaan bercocok tanam. SAD diberikan

pelatihan untuk bercocok tanam seperti menanam tanaman sayur mayur. Kegiatan

bercocok tanam dilakukan disekitar pemukiman SAD yang baru, namun kegiatan

tersebut mengalami kendala seperti tanah yang digunakan untuk bercocok tanam

tidak bagus dan juga terkendala dengan lahan yang akan dibuat untuk bercocok

tanam. Jika SAD bercocok tanam disekitar pemukiman mereka banyak tanaman

yang mati karena tanahnya yang tidak subur. Suku Anak Dalam pernah mencoba

menanam pisang disekitar pemukiman mereka, tapi pisang yang mereka tanam

kebanyakan mati.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan

pada 27 Mei 2018 peneliti menemukan program pemberdayaan yang diberikan

kepada SAD seperti berternak kambing, budi daya ikan lele dan bercocok tanam.

SAD diberikan 3 ekor pasang kambing, dan 1 kg bibit lele. Kegiatan bercocok

tanam belum berjalan dengan baik, karena terkendala dengan lahan dan tanah

yang digunakan untuk bercocok tanam disekitar pemukiman kurang bagus. SAD

pernah mencoba menanam pisang tetapi pisang tersebut banyak yang mati.
68

5.3.4 Program Kesehatan

Menurut WHO tahun 1947 kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera

yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas

dari gangguan tapi lebih kepada perasaan sehat, sejahtera, ada keserasian antara

pikiran, perasaan, prilaku dapat merasakan kebahagiaan dalam sebagian besar

kehidupannya serta mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Kesehatan merupakan

bagian terpenting yang harus dimiliki oleh setiap jiwa manusia. Dan pemerintah

telah memberikan kemudahan bagi SAD untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan.

Program kesehatan yang diberikan untuk SAD berupa Jaminan Kesehatan

(JamKes). Pemberian JamKes memberikan kemudahan untuk SAD karena mereka

dapat berobat gratis diseluruh wilayah Kabupaten Meragin namun tidak berfungsi

jika ingin berobat diwilayah Kabupaten Bungo karena SAD desa Sialang tidak

menetap diwilayah Bungo. Seperti hasil wawancara dengan Pak James (49 tahun)

29 Juni 2018 sebagai berikut :

”Pemberian program kesehatan ko, kami memberikan kemudahan bagi


Suku Anak Dalam dengan Jamkes. Dimana Jamkes ko adalah biaya
berobat gratis yang dapat digunakan di Puskesmas maupun rumah sakit
yang lingkunganyo masih berado di sekitar Kabupaten Bangko. Tapi jika
ado yang berobat ke wilayah Bungo, itu lah dak gratis lagi. Kreno hanya
berfungsi di Bangko ko.

Artinya :

”Pemberian program kesehatan, kami memberikan kemudahan bagi Suku


Anak Dalam dengan Jamkes. Dimana jamkes ini adalah biaya berobat
gratis yang dapat digunakan dipuskesmas maupun rumah sakit yang masih
berada dilingkungan Kabupaten Bangko. Tetapi jika Suku Anak Dalam
69

berobat ke wilayah Bungo, sudah tidak gratis lagi, karena hanya berfungsi
untuk wilayah Bangko saja.

Selain memberikan program Jamkes LSM Pundi Sumatera dan KAT

selama proses pembinaan pada bulan Agustus 2017 SAD juga diarahkan untuk

memulai kesehatan dari hal kecil yaitu dari gaya hidup SAD sendiri. Dengan

membiasakan gaya hidup yang sehat seperti mandi sehari 2 kali, akan mencegah

mereka untuk terkena penyakit. Apalagi dengan kehidupan mereka yang masih

berburu di hutan sebagai tempat untuk mencari nafkah. Selain itu pemberian

penyuluhan tentang kesehatan yang difasilitasi oleh dinas kesehatan puskesmas.

Seperti hasil wawancara dengan pak Ngadang (28 tahun) 22 Juni 2018 sebagai

berikut :

”Kami SAD selama proses pelatihan juga diarahkan untuk membiasakan


mulai mejaga kesehatan, seperti mandi sehari 2 kali biar tidak kena
penyakit”

Berdasarkan hasil wawancara pada 22 dan 29 Juni 2018 peneliti

menemukan bahwa program kesehatan yang diberikan untuk SAD yaitu berupa

pemberian Jamkes. Dan pada bulan agustus 2017 KASI dan LSM Pundi Sumatera

juga memberikan wawasan mengenai menjaga kesehatan yang dimulai dari hal

yang kecil seperti membiasakan untuk mandi selama 2 kali dalam sehari.

Adapun dari penelitian ini dapat dikaitkan dengan teori Talcott Parson

yaitu: kehidupan sosial masyarakat sebagai sistem sosial yang berfungsi

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mengarah pada keseimbangan dan

memiliki fungsi masing-masing guna untuk mencapai suatu tujuan yang

diharapkan bersama (IAN CRAIB, 1994:58). Program PKSMT untuk SAD yang

dilaksanakan oleh pemerintah merupakan bagian dari suatu struktur yang


70

didalamnya memiliki anggota dan berisi program yang memiliki fungsi masing-

masing guna untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama.

Dimana program yang dilaksanakan pemerintah untuk Suku Anak Dalam

adalah untuk membantu mengentaskan masyarakat terasing dari ketertinggalan

dan terbelakang diberbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan

sosial serta hidup sejajar dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada

akhirnya menjadi masyarakat mandiri. Teori struktur fungsional ini terdapat

empat fungsi yang diperlukan dalam sistem yang biasa disebut dengan skema

AGIL yaitu Adaption menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk

menghadapi lingkungannya. Pelaksanaan program PKSMT yang dilaksanakan

oleh Komunitas Adat Terpencil (KAT) dibawah kewenangan Dinas Sosial untuk

sekelompok Suku Anak Dalam sesuai dengan kehidupan mereka yang nomaden

(berpindah-pindah). Goal Attainment, merupakan persyaratan yang tindakan

sekelompok masyarakat diarahkan pada tujuan-tujuannya, dan untuk mencapai

tujuan dari program PKSMT KAT menjalankan program PKSMT ini dibantu oleh

LSM Pundi Sumatera dan Perkumpulan Gereja GKSBS Desa Sialang. Integration

merupakan persyaratan yang berhubungan dengan internalisasi antara para

anggota dalam sistem sosial itu, dengan melaksanakan program PKSMT kepada

SAD telah memunculkan ikatan integrasi yang mulai baik antara SAD sendiri

dengan masyarakat lokal dimana terlihat saat mereka bermukim satu kawasan

yang sama, menjadikan mereka untuk berbaur dan saling membantu ketika

membutuhkan bantuan hal tersebut tercermin saat SAD sedang melangsungkan

pernikahan salah satu keluarganya, masyarakat lokal ikut bergotong royong untuk
71

membantu proses pernikahan tersebut. Dan sebaliknya SAD yang sudah terbuka

dengan masyarakat luar hal tersebut tercermin pada saat Desa Sialang sedang

melaksanakan gotong royong untuk membangun prasarana olahraga, SAD ikut

aktif didalamnya untuk membantu. Latency sebuah sistem harus melengkapi,

memelihara, dan memperbaiki baik motivasi individual atau kultural yang

menciptakan dan menopang motivasi. Pemeliharaan nilai dan norma memiliki

perenan penting dalam kehidupan masyarakat, dimana pendamping SAD

membantu dalam pemeliharaan nilai dan norma yang ada pada masyarakat SAD.
72

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bahwasanya implementasi

ditahun awal Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT)

yang diberikan untuk Suku Anak Dalam (SAD) di Desa Sialang Kabupaten

Merangin Propinsi Jambi dapat disimpulkan sebagai berikut : implementasi dari

program yang sudah dirancang masih 4 program yang berjalan yaitu : pemukiman,

rumah pintar, kesehatan, dan pemberdayaan. Dan 1 program yang belum berjalan,

hal ini disebabkan karena kurangnya waktu untuk menjalankan program.

Komunitas Adat Terpencil (KAT) melaksanaan Program PKSMT pada tahun

2017 dilatarbelakangi oleh kebiasaan SAD yang melangun yaitu berpindah-pindah

sesuai dengan kebutuhan hidup SAD.

Sebelum pelaksanaan program KAT meminta izin untuk melakukan survei

lapangan kehidupan SAD yang ada di Desa Sialang. Kemudian setelah selesai

melakukan survei lapangan 1 minggu, mereka memberikan pelatihan seperti

berocok tanam, ternak hewan dan peyuluhan mengenai pengetahuan hidup yang

baik dan menjaga kesehatan selama ± 1 bulan. Selain itu KAT juga memberikan

kebutuhan pokok untuk SAD.

Kemudian bulan september 2017 mereka melaksanakan program pertama

yaitu membangun pemukiman semi permanen dan rumah pintar. Pada bulan

februari 2018 SAD dipindahkan ke pemukiman semi permanen. Setelah SAD

dipindahkan kepemukiman semi permanen barulah KAT dan LSM Pundi

Sumatera melaksanakan program pemberdayaan dan kesehatan.

72
73

Program PKSMT yang ada di Desa Sialang ditargetkan ± 5 tahun dengan

target awal ada 13 KK SAD, namun pada awal 2018 1 KK yang kembali lagi

kehutan dan bertambah 1 KK lagi karena ada salah satu anaknya yang menikah.

Dalam pelaksanaan Program PKSMT ini memiliki kendala yang harus dihadapi

seperti halnya kendala dalam berkomunikasi dan membuat SAD untuk mengikuti

program yang telah pemerintah rancang.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, diusulkan beberapa saran yang dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dan masyarakat atau pihak-pihak

yang terkait di Desa Sialang Kecamatan Pamenang yaitu antara lain :

1. Pihak Pemerintah juga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam

menangani Suku Anak Dalam. Melihat kondisi kehidupan Suku Anak

Dalam yang masih mengalami ketertinggalan kiranya pemerintah

memperhatikan lebih Suku Anak Dalam, seperti yang dikemukakan pada

bab V. Dengan melaksanakan beberapa program yang diberikan untuk

Suku Anak Dalam, sehingga akan dapat mengubah kehidupan Suku Anak

Dalam seperti masyarakat lainnya.

2. Masyarakat lokal yang di Desa Sialang lebih ikut berpartisipasi dan

membantu Suku Anak Dalam agar memiliki kehidupan seperti masyarakat

lain yang tidak mengalami ketertinggalan dan keterbelakangan serta

menerima Suku Anak Dalam dengan baik.

2. Pada peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut

tentang program PKSMT Suku Anak Dalam, agar Suku Anak Dalam
74

mendapat perhatian yang baik dan dapat memiliki kehidupan seperti

masyarakat yang lain.


75

DAFTAR PUSTAKA
Afrizal. (2008). Metode penelitian kualitatif. Padang: Laboratorium sosiologi
FISIP Unand.
Arikunto, suharsimi. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Basri, H. (2001). Perubahan sosial masyarakat suku anak dalam (studi
kasus:intervensi pemerintah melalui Program PKSMT) di Pemukiman bukit
tembesu desa jebak kecamatan muaro tembesi kabupaten batang hari.
Library Universitas Indonesia. Universitas Indonesia. Retrieved from
http://lib.ui.ac.id/detail?id=71052&lokasi=lokal
Berlian, E., & Yusra, Y. (2010). Aktivitas motorik suku anak dalam desa muaro
kelis, kecamatan tengah ilir, kabupaten tebo jambi. Unsyiah, 25. Retrieved
from http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/SNP-Unsyiah/article/view/6883/5615
Bungin, B. (2001). Metodologi penelitian kualitatif aktulisasi metodologi ke arah
ragam varian kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bungin, B. (2007). Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana.
Desi Marlina. (2013). Adaptasi Masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Muara
Kilis Kabupaten Tebo Jambi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Eliana, & Sri Sumiati. (2016). Kesehatan Masyarakat.
Emzir. (2012). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Ferry Yanto. (n.d.). Sejarah Pembinaan Terhadap SAD Di Kabupaten Batang
Hari Provinsi Jambi. Universitas Andalas.
Gunawan, I. (2013). Metode penelitian kualitatif teori dan praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Handoyo, eko dkk. (2015). studi masyarakat indonesia. Yogyakarta: Penerbit
ombak.
Herdiansyah, H. (2013). Wawancara, observasi, dan focus groups sebagai
intrumen penggalian data kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hikmawati, F. (2017). Metodologi penelitian. Depok: Rajawali press.
IAN CRAIB. (1994). Teori-teori sosial modern. Jakarta: PT Raja Grafindo
76

Persada.
Idris, N. (2017). Mengkaji pola komunikasi pemerintah dalam pemberdayaan
Suku Anak Dalam di Provinsi Jambi. Penelitian Pers Dan Komunikasi
Pembangunan, Vol 21 no. Retrieved from https://jurnal-
p2kp.id/index.php/jp2kp/article/view/54dow
Idrus, M. (2009). Metode penelitian ilmu sosial. Yogyakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Kurniawati, nailatul. (2016). Interaksi sosial suku anak dalam dengan masyarakat
sekitar studi kasus : di desa mentawak kecamatan Nalo tantan (NTT)
Kabupaten merangin jambi, 20.
Lufi. (2005). Metodologi penelitian. Padang: UNP Press.
Lufri. (2007). Metodologi dan melakukan penelitian. Padang: FMIPA UNP.
Moleong, L. (2008). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Muslim, F. (2015). Analisis perkembangan perubahan budaya masyarakat kota
jambi dan pengembangan pola perekonomian masyarakat berbasis ekonomi
kreatif. Retrieved from http://eprints.uny.ac.id
Patilima, H. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Prawoto, N. (2012). Model pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
berbasis kemandirian untuk mewujudkan ketahanan pangan dan ekonomi
pada masyarakat dieng provinsi jawa tengah. Organisasi Dan Manajemen, 8.
Raho, B. (2016). Sosiologi. Yogyakarta: Ledalero.
Rianto, A. (2004). Metodologi penelitian sosial dan hukum. Jakarta: Granit.
Ritzer, G. (2004). Teori sosiologi modern. Jakarta: Prenada media.
Rohmad, Z. (2016). Sosiologi Pembangunan. Yogyakarta: Penerbit ombak.
Saleh, S. (2014). Agama, kepercayaan, dan kelestarian lingkungan studi terhadap
gaya hidup orang rimba menjaga lingkungan di taman nasional bukit dua
belas jambi. Kawistara, 4. Retrieved from
http://www.google.com/url?url=https://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/article/do
wnload
Sangadji, E. M. & S. (2010). Metodologi penelitian pendekatan praktis dalam
77

penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.


Soleha, S. (2017). Kehidupan Suku Anak Dalam pasca menetap di nagari sungai
kunyit kecamatan sangir balai janggo kabupaten solok selatan provinsi
sumatera barat. STKIP PGRI Sumatera Barat.
Sugiyanto. (2002). Lembaga sosial. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sulaiman, S. (2015). Faktor-faktor Determinan Dalam Pendidikan. Al-Ta’dib, Vol.
8 No.
Sunarto, K. (2004). Pengantar sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Suparlan, parsudi. (1995). Orang Sakai di Riau masyarakat terasing dalam
masyarakat Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Syuroh, M. (2011). Evaluasi pelaksanaan program pembinaan masyarakat terasing
di Indonesia.
Wahyu, ramdani. (2008). Ilmu budaya dasar. Bandung: Pustaka setia.
Wisri. (2015). Pola Dakwah pada masyarakat terasing. Dakwah, Vol.XVI.
Retrieved from
https://www.google.com/url?url=https://media.neliti.com/media/publications/
77404-ID-pola-dakwah-pada-masyarakat-suku-
terasing.pdf&rct=j&sa=U&ved=0ahUKEwil-
Yanto, F. (2016). Sejarah pembinaan terhadap SAD di kabupaten batanghari
provinsi jambi. Universitas Andalas.
78

Lampiran: 1

PEDOMAN WAWANCARA

Identitas Informan

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Daftar Pertanyaan

A. Pertanyaan untuk Kepala Keluarga SAD yang dibina dengan PKSMT


Desa Sialang
1. Mengapa mau mengikuti PKSMT ?
2. Apa dampak dari PKSMT bagi kehidupan keluarga ?
3. Apa bentuk perubahan sebelum dan sesudah mengikuti PKSMT ?
4. Apa bentuk pembinaan yang sudah diperoleh dari PKSMT ?

B. Tokoh adat/Tumenggung SAD Desa Sialang


1. Bagaimana mengatur masyarakat SAD ketika mereka sudah
bermukim?
2. Apa kah masih ada SAD yang ingin kembali kehutan ?

C. Pendamping SAD dan Kepala Desa Sialang


1. Bagaimana cara membuat SAD mau mengikuti PKSMT ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan PKSMT ditahun awal program ?
3. Apa bentuk program yang telah diberikan pemerintah kepada SAD ?
4. Apa bentuk kendala dalam melaksanakan PKSMT untuk SAD ?
5. Apakah warga lokal ikut berpartisipasi dalam PKSMT untuk SAD ?

D. KASI Komunitas Adat Terpencil SAD Kabupaten Merangin


1. Berapa target KK SAD desa sialang yang mengikuti PKSMT?
2. Bagaimana proses pelaksanaan PKSMT ditahun awal program ?
3. Dan bagaimana membuat SAD untuk tetap bermukim di desa sialang?
79

4. Apa ada bentuk program lain untuk mendukung SAD agar tetap
bermukim?
5. Apa kendala saat melaksanakan PKSMT bagi SAD?
6. Ada berapa desa dikabupaten merangin yang memperoleh PKSMT?

E. Deskripsi Lokasi
1. Bagaimana sejarah desa sialang ?
2. Suku apa saja yang ada di desa sialang ?
3. Bagaimana system adat istiadat desa sialang ?
80

TRANSKIP WAWANCARA
A. Pedoman wawancara dengan Kepala Keluarga SAD yang dibina
dengan PKSMT

1. Mengapa mau mengikuti program PKSMT?

Karena hutan yang ada sekarang sudah pada rusak dan ketika
kami sudah keluar dari hutan kami sudah dianggap masyarakat
luar.

2. Apa dampak dari PKSMT bagi kehidupan keluarga ?


PKSMT memberikan kami perubahan, namun sebenarnya tidak
secara keseluruhan. Karena kami ketika berpindah-pindah sudah
menjadi kebiasaan kami. Tapi karena adanya pemukiman
meeringkan beban kami sebagai kepala keluarga yang tidak perlu
untuk membawa keluarga yang lain ketika pergi merantau, mereka
hanya tinggal saja dirumah.
3. Apa bentuk perubahan sebelum dan sesudah mengikuti PKSMT ?

Sebenarnya perubahanya sebelum kami mengikuti program kami


juga sudah berpindah-pindah dan sudah menjadi hal biasa, tapi
ketika sudah megikuti program memberikan kemudahan bagi kami
khususnya kepala keluarga yang tidak perlu membawa keluarga
kami ketika sedang berburu. Dan kami sekarang sudah menjadi
warga sini jadi kami harus mengikuti aturan yang berlaku.

4. Apa bentuk pembinaan yang sudah diperoleh dari PKSMT ?


Kami diberikan pelatihan dan penyuluhan oleh pemerintah. Bentuk
pelatihannya seperti bercocok tanam, pendidikan, budi daya ikan
lele dan menternak kambing. Dan penyuluhannya tentang
bagaimana menjaga kesehatan dan hidup sehat seperti masyarakat
lainya.

B. Pedoman wawancara dengan Tokoh Adat/Tumenggung SAD Desa


Sialang
1. Bagaimana mengatur masyarakat SAD ketika sudah bermukim ?
Kalo saya ingin mengatur mereka saat di pemukiman ini, berarti
saya juga harus berbuat yang baik dan memberikan contoh untuk
mereka supaya mereka patuh dengan aturan yang ada.

2. Apakah masih ada SAD yang ingin kembali kehutan ?


81

Ada 1 keluarga yang kembali lagi kehutan dan tidak bisa lepas dari
kebiasaan kami yaitu melangun. Mereka tidak ingin menetap
dipemukiman di Desa ini, karena tidak mau mengikuti peraturan
yang ada. Mereka lebih senang melangun, padahal anaknya sudah
masuk sekolah kelas 1 SD.

C. Pedoman wawancara dengan kepada pendamping SAD dan


Kepala Desa Sialang

1. Bagaimana cara membuat SAD mau mengikuti PKSMT ?

Kami menjelaskan kepada SAD tujuan dari program ini, karena


dengan mengikuti program ini akan membuat hidup mereka jadi
lebih baik.
2. Bagaimana proses pelaksanaan PKSMT ditahun awal program ?
Awalnya dinas sosial meminta izin dulu kepada kami, dan
melakukan survei lapangan selama 1 minggu. Dan kemudian
mereka memberikan kebutuhan pokok, pelatihan, penyuluhan, dan
pemukiman sementara. Pada bulan September mereka membangun
pemukiman dan rumah pintar. Kemudian SAD dipindahkan
dipemukiman baru pada bulan februari.
3. Apa bentuk program yang telah diberikan pemerintah kepada SAD ?
Dinas sosial telah memberikan program pemukiman, rumah pintar,
pemberdayaan dan jaminan kesehatan kepada SAD.
4. Apakah warga lokal ikut berpartisipasi dalam PKSMT untuk SAD ?
Warga lokal yang ikut membantu program ini bisa dihitung
orangnya, tetapi ada sebagaian masyarkat lokal yang masih
menganggap bahwa SAD ini jijik dan kotor. Padahal mereka juga
sama seperti manusia yang lainnya.
5. Apa bentuk kendala dalam melaksanakan program ?
Kendala yang dihadapi oleh kami pastinya ada dan banyak, seperti
bagaimana merubah pola piker mereka agar seperti masyarakat
lainnya. Dan kami melihat kalau yang laki-laki sudah mulai seperti
masyarakat lainnya, sedangkan ibu-ibunya masih memiliki pola
piker yang dikatakan primitif.

D. Pedoman wawancara dengan Komunitas Adat Terpencil (KAT)


Kabupaten Merangin
1. Berapa target KK SAD Desa Sialang yang mengikuti program
PKSMT ?
Kepala Keluarga (KK) SAD yang dijadikan target awal program
ini ada 13 KK. Dan pada tahun 2018 ada 1 KK yang kembali lagi
kehutan.
2. Bagaimana proses pelaksanaan PKSMT ditahun awal program.
82

Awalnya kami melihat Suka Anak Dalam ini memiliki kehidupan


yang nomaden dengan kebiasaan mereka yaitu melangun. Dan kami
merancang program yang sesuai dengan kehidupan SAD yaitu
program PKSMT. PKSMT yang kami lakukan di Desa Sialang
awalnya kami meminta izin kepada pemerintahan desa, kemudian
kami mendatangi SAD tanggal 7 agustus 2017, namun pada saat itu
mereka tidak ada dilokasi. Pada tanggal 13 kami mendatangi
mereka lagi dan didampingi Kepala desa. Kemudian kami
memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada mereka selama 1
bulan dan kami membangun pemukiman sementara dengan tenda-
tenda terpal. Kami membangun pemukiman semi permanen pada
bulan September 2017 dan membangun rumah pintar. Kemudian
bulan februari 2018 SAD dipindahkan kepemukiman baru. Setelah
itu kami melaksanakan program pemberdayan dan kesehatan. Dan
masih ada 1 program yang belum berjalan yaitu life skill.
3. Bagaimana membuat SAD untuk bermukim di Desa Sialang ?
kami memberikan fasilitas pemukiman kepada SAD agar ia mau
bermukim di Desa Sialang, dan kami memberikan program yang
lain untuk membuat SAD mau menetap di Desa Sialang.
4. Apa bentuk program lain untuk mendukung SAD agar tetap
bermukim?
Selain program pemukiman, kami memberdayakan mereka dengan
memberikan pekerjaan lain selain berburu, yaitu menternak
kambing dan budi daya ikan lele. Selain program pemberdayaan
juga ada program rumah pintar, kesehatan, dan life skill.
5. Apa kendala saat melaksanakan program ?
Kendala yang kami alami seperti cara menyampaikan program ini
dan membuat mereka untuk mengerti dengan program PKSMT.
Karena mereka masih memiliki pola pikir yang terbelakang, dan
sangat susah untuk membuat mereka mengerti.
6. Ada berapa desa diKabupaten Merangin yang memperoleh PKSMT?
Ada 11 desa di Kabupaten Merangin yang memperoleh program ini
dengan total ada 187 Kepala Keluarga.
E. Pedoman wawancara deskripsi lokasi Desa Sialang

1. Bagaimana sejarah Desa Sialang ?

Desa Sialang merupakan desa dari hasil transmigrasi pada tahun


1988 yang lebih kenal dengan nama A4. Desa Sialang merupakan
nama urutan ke 11 desa yang ada di Kabupaten Merangin. Asal
usul nama Sialang berawal dari banyakya hewan siamang. Dahulu
Desa Sialang merupakan hewan belantara yang banyak hewan
siamanng.

2. Suku apa saja yang ada di Desa Sialang ?


83

Suku yang ada di Desa Sialang yaitu Jawa, Sunda, Batak, dan Suku
Anak Dalam. Dan yang paling dominan adalah suku Jawa.

3. Bagaimana sistem adat istiadat Desa Sialang ?

Sistem adat yang ada di Desa Sialang seperti pada suku Sunda,
pada acara khitanan sehari sebelum anak dikhitan, anak laki-laki
diarak keliling desa dengan sisingaan diatas kepala atau badan
singa. Dan pada masyarakat Suku Anak Dalam jika ingin
melangsungkan pernikahan, ada tahapannya, yang pertama pihak
laki-laki mendatangi pihak perempuan untuk melamar dan diberi
emas beserta uang. Setalah diterima, acara pernikahan dilangsung
ditempat perempuan dan pihak laki-laki memberi uang lagi.
Pada masyarakat SAD jika ada anaknya yang berboncengan
dengan lawan jenis kami melarangnya, dan jika ketahuan akan
diberi hukuman dan diberi sanksi.
84

Lampiran 2

DAFTAR INFORMAN PENELITIAN

No Nama Jenis Umur Pekerjaan Keterangan


kelamin (tahun)
L/P
1 As’ari L 50 tahun Petani Kepala Desa
2 James L 49 tahun Petani Wakil kepala desa
3 Suwarjono L 47 tahun Petani Pendamping SAD
4 Aprison L 28 tahun Serabutan Pendamping SAD
5 Azrul L 38 tahun PNS Kepala KAT
6 Wahyu L 32 tahun Wirasuwasta Anggota LSM Pundi
Sumatera
7 Ganta L 60 tahun Berburu Kepala
Keluarga/Tumenggung
8 Bernai L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga
19 Rika L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga
10 Gimin L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga
11 Megang L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga
12 Teket L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga
13 Ngadang L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga
14 Fatimah P 56 tahun Meramu Kepala Keluarga
15 Murai L 63 tahun Berburu Kepala Keluarga
16 Firdaus L 30 tahun Berburu Kepala Keluarga
17 Timpuh P 63 tahun Meramu Kepala Keluarga
18 Lehai L 38 tahun Berburu Kepala Keluarga
19 Brita L 21 tahun Berburu Kepala Keluarga
85

Implementasi
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Pembinaan
Kabupaten
86

Lampiran 4

(Pemukiman sementara SAD dengan tenda terpal)

(Program Pemukiman semi permanen SAD)


87

(Program Rumah Pintar)

(Budi daya ikan lele SAD)


88

(Kambing milik SAD)

(Cocok tanam SAD)


89

(Pemberian kebutuhan pokok untuk SAD)

(Penyuluhan Kesehatan)
90

(Pelatihan & Sosialisasi untuk SAD)

(Suku Anak Dalam)


91
92
93
94
95
96

Anda mungkin juga menyukai