Anda di halaman 1dari 74

PENGETAHUAN DAN PARTISIPASI PASANGAN USIA

SUBUR YANG MENIKAH DINI TERHADAP


PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI DESA MAITAN
KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Eni Puji Lestari
NIM 3201414054

JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jadikanlah kelemahanmu sebagai kelebihanmu.

PERSEMBAHAN

1. UNNES, almamater tercinta.

2. Orang tua tercinta, Bapak Mohamad Wahidin dan Ibu

Rumiyati yang senantiasa mencurahkan kasih sayang

dan doa.

3. Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Pendidikan

Geografi 2014 yang selalu memberi semangat.

v
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan hidayahNya, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengetahuan dan Partisipasi Pasangan Usia Subur Yang Menikah Dini Terhadap

Program Keluarga Berencana Di Desa Maitan Kecamatan Tambakromo Kabupaten

Pati”. Penulis menyelesaikan penulisan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan

bimbingan dari pihak-pihak yang terkait, sehingga penulis mengucapkan terima

kasih kepada.

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.

4. Dr. Puji Hardati, M.Si., dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Heri Tjahjono, M.Si, dosen wali yang membantu kelancaran studi

selama perkuliahan.

6. Dr. Rahma Hayati, M.Si dan Andi Irwan Benardi S.Pd., M.Pd selaku

dosen penguji I dan dosen penguji II yang telah memberikan arahan

dalam penyempurnaan skripsi.

7. Kepala Bappeda Kabupaten Pati yang telah memberikan ijin penelitian.


vi
SARI

Lestari, Eni Puji. 2018. Pengetahuan dan Partisipasi Pasangan Usia Subur Yang
Menikah Dini Terhadap Program KB di Desa Maitan Kecamatan Tambakrommo
Kabupaten Pati. Skripsi. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing: Dr. Puji Hardati, M.Si. 148 halaman.

Kata Kunci: Pengetahuan, Partisipasi, Pasangan Usia Subur, Pernikahan


Dini, Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana adalah upaya mewujudkan keluarga yang


berkualitas dengan mengatur kehamilan sesuai dengan hak-hak reproduksi. Tujuan
penelitian ini adalah (1) Mengetahui tingkat pernikahan dini di Desa Maitan, (2)
Mengetahui karakteristik PUS yang menikah dini, (3) Mengetahui tingkat
pengetahuan PUS yang menikah dini tentang pernikahan dini dan program KB (4)
Mengetahui tingkat partisipasi PUS yang menikah dini terhadap program KB, (5)
Mengetahui penggunaan jenis alat kontrasepsi pada PUS yang menikah dini.
Populasi dalam penelitian ini adalah PUS yang menikah dini di Desa Maitan
tahun 2013-2017 sebanyak 36 pasang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dua
tahap, yaitu teknik purposive sampling untuk menentukan sampel desa berdasarkan
pernikahan dini tertinggi se Kecamatan Tambakromo dan teknik total sampling
untuk mengambil seluruh sampel dari sampel desa. Jumlah sampel sebanyak 32
pasang karena tiga pasang sudah tidak tinggal di Desa Maitan dan satu pasang sudah
bercerai. Variabel yang diteliti yaitu tingkat pernikahan dini, karakteristik PUS
yang menikah dini, pengetahuan PUS terhadap pernikahan dini dan program KB,
partisipasi PUS terhadap program KB, penggunaan alat kontrasepsi. Teknik
pengumpulan data menggunakan tes, angket, dokumentasi dan wawancara. Teknik
analisis data yang digunakan yaitu teknik deskriptif persentase.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pernikahan dini di Desa
Maitan dari tahun 2013-2017 mengalami penurunan, tingkat pernikahan dini
tertinggi pada tahun 2013 mencapai 30,19% dan terendah pada tahun 2016 sebesar
3,45%. Karakteristik PUS yang menikah dini yaitu rata-rata usia menikah
perempuan adalah 15 tahun dan rata-rata usia menikah laki-laki adalah 19.75 tahun.
Rata-rata tahun sukses pendidikan PUS setara dengan SMP, lebih dari 50% PUS
tidak mengikuti kegiatan sosial, sebagian besar PUS di Desa Maitan bekerja di
usaha konveksi, pendapatan rata-rata per bulan yang diperoleh yaitu Rp
2.465.000,00. Rata-rata pengetahuan PUS tentang pernikahan dini sedang, rata-rata
pengetahuan PUS tentang program KB sedang, dan rata-rata partisipasi PUS
terhadap KB sedang. Suntik menjadi alat kontrasepsi terbanyak yang digunakan
PUS dan 59,38% PUS menggunakan kontrasepsi pertama kali setelah menikah.
Saran ditujukan kepada PUS yang menikah dini agar lebih aktif dalam
kegiatan-kegiatan dalam program KB. Peningkatan partisipasi dapat menambah
pengetahuan tentang KB dan menambah pengalaman PUS sehingga PUS mampu
mencegah resiko yang ditimbulkan dari menikah dini serta mampu mewujudkan
keluarga sejahtera yang berkualitas.

viii
ABSTRACT
Lestari, Eni Puji. 2018. Knowledge and Participation of Childbearing Age Couple
who Conduct Early-age Marriage toward Family Planning Programme in Maitan
Village Subdistrict of Tambakromo Pati Regency. Final Project. Geography
Department, Faculty of Social Science, Semarang State University. Advisor: Dr.
Puji Hardati, M. Si. 148 pages.

Keyword: Childbearing Age Couple; Early-age Marriage, Family Planning


Programme, Knowledge; and Participation.

A family Planning programme is an effort to create quality families by


organising pregnancies based on reproduction rights. This research aim was to (1)
reveal the level of early-age marriage in Maitan Village, (2) reveal the characteristic
of Childbearing Age Couple (CAC) who married early, (3) reveal the knowledge
level of CAC about early-age marriage and Family Planning programme, (4) reveal
the participation level of CAC who married early towards Family Planning, (5)
reveal the use of contraception equipment for CAC who married early.
The research population were CAC who married early in Maitan Village in
2013-2017 amounted of 36 couples. Sampling technique was done by two steps,
purposive sampling technique was used to determine village samples based on the
highest level of early marriage in Tambakromo Subdistrict and total sampling
technique was used to collect the whole samples from village samples. Total of
samples was 32 couples because three couples had not been stayed in Maitan
Village and a couple had divorced. The concerned-variables were the level of early
marriage, characteristic of CAC who married early, the knowledge of CAC towards
early marriage and Family Planning, the participation of CAC towards Family
Planning, the use of contraception equipments. Data collection method used test,
questionnaire, documentation, and interview. Data analysis technique used a
percentage decriptive technique.
The results obtained, the level of early marriage in Maitan Village in 2013-
2017 encountered reductions, the highest level of early marriage in 2013 reached
30.19% and the lowest in 2016 reached 3.45%. The characteristic of CAC who
married early; average of women marriage age was 15 years old and the men was
20 years old, the average of education succeed year of CAC was equivalent of
Junior High School, more than 50% of CAC did not follow social agendas, most of
the CAC in Maitan Village worked in convection business, the average income per
month was IDR. 2,465,000.00, the knowledge average about early marriage and
Family Planning, and the participation average of CAC towards Family Planning
was medium. A syringe became most used contraception equipment of CAC and
59.38% of CAC used a contraception equipment at the first time after marriage.
Suggestions were directed to CAS who married early to be more active in
participating agendas of Family Planning programme. The enhancement of
participation could elevate the insights about Family Planning and enlarge
experience of CAS to prevent the risks of early marriage and of course could create
prosperous families.

ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Persetujuan Pembimbing.................................................................................. ii
Pengesahan Kelulusan...................................................................................... iii
Pernyataan ........................................................................................................ iv
Motto dan Persembahan................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Sari ................................................................................................................... viii
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xii
Daftar Gambar.................................................................................................. xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1. Latar Belakang ..................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
3. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
5. Batasan Istilah ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 12

1. Deskripsi Teoritis ................................................................................. 12


a. Program Keluarga Berencana ........................................................ 12
b. Pengetahuan Terhadap Pernikahan Dini dan Program KB ............ 21
c. Partisipasi Terhadap Program KB.................................................. 25
d. Pasangan Usia Subur...................................................................... 32
e. Pernikahan Dini.............................................................................. 33
f. Karakteristik................................................................................... 38
2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan.................................................. 40
3. Kerangka Berpikir................................................................................ 46

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 49

1. Lokasi Penelitian.................................................................................. 49
2. Populasi ................................................................................................ 50
3. Sampel dan Teknik Sampling .............................................................. 50
4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 51
5. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 56
6. Validitas dan Reliabilitas Alat ............................................................. 58

x
7. Teknik Analisis Data............................................................................ 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 69

1. Hasil Penelitian .................................................................................... 69


a. Gambaran Umum Desa Maitan...................................................... 69
b. Tingkat Pernikahan Dini Di Desa Maitan ..................................... 81
c. Karakteristik PUS yang Menikah Dini .......................................... 82
d. Tingkat Pengetahuan PUS tentang Pernikahan Dini dan Program
KB .................................................................................................. 93
e. Tingkat Partisipasi PUS terhadap Program KB ............................. 103
f. Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada PUS ....................................... 109
g. Distribusi Persentase Tingkat Pengetahuan dan Partisipasi PUS
Terhadap Program KB serta Penggunaan Alat Kontrasepsi PUS.. 112
h. Distribusi Persentase Pengetahuan dan Partisipasi Terhadap
Program KB Berdasarkan Karakteristik PUS Menikah Dini......... 113
2. Pembahasan.......................................................................................... 118
a. Tingkat Pernikahan Dini Di Desa Maitan...................................... 118
b. Karakteristik PUS yang Melakukan Pernikahan Dini ................... 120
c. Tingkat Pengetahuan PUS tentang Pernikahan Dini dan Program
KB .................................................................................................. 128
d. Tingkat Partisipasi PUS terhadap Program KB ............................. 133
e. Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada PUS ....................................... 136
f. Tingkat Pengetahuan dan Partisipasi PUS Terhadap Program KB
serta Penggunaan Alat Kontrasepsi PUS ...................................... 137
g. Hubungan Tahun Sukses Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan
dan Partisipasi PUS Menikah Dini Terhadap Program KB ........... 138

BAB V PENUTUP........................................................................................... 140

1. Simpulan .............................................................................................. 140


2. Saran..................................................................................................... 141

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 142


LAMPIRAN..................................................................................................... 149

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tingkatan Pengetahuan Menurut Taksonomi Anderson... 24
Tabel 2.2 Penelitian Yang Relevan ...................................................... 44
Tabel 3.1 Jumlah Pernikahan Dini di Kecamatan Tambakromo
Tahun 2013-2017.............................................................. 49
Tabel 3.2 Jumlah Responden............................................................ 51
Tabel 3.3 Tahun Sukses Pendidikan................................................. 52
Tabel 3.4 Klasifikasi Pendidikan...................................................... 52
Tabel 4.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Desa Maitan Tahun
2012-2016......................................................................... 72
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Maitan Berdasarkan Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2016...................... 73
Tabel 4.3 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) Desa Maitan
Tahun 2016........................................................................ 74
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Maitan Berdasarkan
Persebarannya Per RW Tahun 2015.................................. 76
Tabel 4.5 Perkembangan Sarana dan Prasarana di Desa Maitan
Tahun 2012-2016.............................................................. 77
Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga di Desa Maitan
Tahun 2016....................................................................... 78
Tabel 4.7 Jumlah PUS di Desa Maitan Berdasarkan Persebarannya
Per RW Tahun 2015.......................................................... 79
Tabel 4.8 Jumlah PUS, Alat Kontrasepsi yang digunakan, dan
Persentase Peserta KB Aktif di Desa Maitan Tahun 2012-2017
.......................................................................................... 80
Tabel 4.9 Jumlah Pernikahan Dini Berdasarkan Pelaku Pernikahan
Dini di Desa Maitan Tahun 2013-2017............................. 81
Tabel 4.10 Tingkat Pernikahan Dini di Desa Maitan Tahun 2013-
2017.................................................................................. 81
Tabel 4.11 Alasan PUS di Desa Maitan Melakukan Pernikahan Dini. 82
Tabel 4.12 Usia Menikah PUS yang Menikah Dini di Desa Maitan
Tahun 2013-2017.................................................. 83
Tabel 4.13 Umur PUS yang Menikah Dini Saat Penelitian di Desa
Maitan Tahun 2018........................................................... 84
Tabel 4.14 Karakteristik Kesehatan PUS yang Menikah Dini di Desa
Maitan Tahun 2018........................................................... 85
Tabel 4.15 Distribusi Persentase Tingkat Pendidikan PUS yang
Menikah Dini di Desa Maitan Tahun 2013-2017............... 87

xii
Tabel 4.16 Frekuensi PUS yang Menikah Dini di Desa Maitan Tahun
2018 Berdasarkan Kegiatan Sosial Yang Diikuti.............. 87
Tabel 4.17 Pekerjaan PUS yang Menikah Dini di Desa Maitan Tahun
2018................................................................................... 88
Tabel 4.18 Pendapatan Rata-rata Per Bulan PUS yang Menikah Dini
di Desa Maitan Tahun 2018............................................... 89
Tabel 4.19 Hubungan Pekerjaan dan Pendapatan PUS yang Menikah
Dini Di Desa Maitan Tahun 2018 ..................................... 90
Tabel 4.20 Kepemilikan Aset PUS yang Menikah Dini di Desa
Maitan Tahun 2018........................................................... 91
Tabel 4.21 Status Kepemilikan Rumah PUS yang Menikah Dini di
Desa Maitan Tahun 2018.................................................. 92
Tabel 4.22 Kondisi Rumah PUS yang Menikah Dini di Desa Maitan
Tahun 2018........................................................................ 93
Tabel 4.23 Pengetahuan PUS Menikah Dini Tentang Pernikahan
Dini Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan Taksonomi
Anderson........................................................................... 94
Tabel 4.24 Frekuensi PUS Yang Menikah Dini di Desa Maitan
Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan Terhadap
Pernikahan Dini................................................................. 96
Tabel 4.25 Tingkat Pengetahuan PUS Menikah Dini di Desa Maitan
Berdasarkan Kelas Tinggi, Sedang, dan
Rendah............................................................................... 97
Tabel 4.26 Pengetahuan PUS Menikah Dini Tentang Pernikahan
Dini Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan Taksonomi
Anderson........................................................................... 99
Tabel 4.27 Tingkat Pengetahuan PUS Yang Menikah Dini Tentang
Program KB Di Desa Maitan............................................. 100
Tabel 4.28 Pengetahuan PUS Menikah Dini Tentang Program KB
Berdasarkan Tingkatan Pengetahuan Taksonomi
Anderson........................................................................... 101
Tabel 4.29 Tingkat Partisipasi PUS Menikah Dini Terhadap
Program KB...................................................................... 103
Tabel 4.30 Tingkat Partisipasi PUS Menikah Dini Terhadap
Program KB Berdasarkan Kelas Tinggi, Sedang, dan
Rendah.............................................................................. 104
Tabel 4.31 Frekuensi PUS Yang Menikah Dini di Desa Maitan
Berdasarkan Motivasi Mengikuti Program KB................. 106
Tabel 4.32 Frekuensi PUS Yang Menikah Dini di Desa Maitan
Berdasarkan Peran Dalam Program KB............................ 106
xiii
Tabel 4.33 Frekuensi PUS Yang Menikah Dini di Desa Maitan
Berdasarkan Aksi/Tindakan Dalam Program KB.............. 107
Tabel 4.34 Frekuensi PUS Yang Menikah Dini di Desa Maitan
Berdasarkan Tanggungjawab Program KB....................... 108
Tabel 4.35 Frekuensi PUS Menikah Dini Di Desa Maitan
Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan............... 109
Tabel 4.36 Frekuensi PUS Menikah Dini Di Desa Maitan
Berdasarkan Alasan Menggunakan Alat Kontrasepsi
Suntik ............................................................................... 110
Tabel 4.37 Frekuensi PUS Menikah Dini Di Desa Maitan
Berdasarkan Keinginan Memiliki Anak............................ 110
Tabel 4.38 Frekuensi PUS Menikah Dini Di Desa Maitan
Berdasarkan Waktu Pertama Kali Menggunakan
Kontrasepsi....................................................................... 111
Tabel 4.39 Frekuensi PUS Menikah Dini Di Desa Maitan
Berdasarkan Waktu Pertama Kali Melahirkan.................. 111
Tabel 4.40 Frekuensi PUS Menikah Dini Di Desa Maitan
Berdasarkan Jumlah Anak................................................. 112
Tabel 4.41 Distribusi Persentase Pengetahuan dan Partisipasi PUS
yang Menikah Dini Terhadap Program KB di Desa
Maitan............................................................................... 113
Tabel 4.42 Hubungan Tahun Sukses Pendidikan PUS dengan
Pengetahuan Terhadap Pernikahan Dini di Desa Maitan.. 114

xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir............................................................... 48
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Maitan............................................ 71
Gambar 4.2 Piramida Penduduk Desa Maitan Tahun 2016...................... 75
Gambar 4.3 Penggunaan Alat Kontrasepsi Pada PUS di Desa Maitan
Tahun 2012-2017................................................................. 80
Gambar 4.4 Tempat Melahirkan PUS yang Menikah Dini di Desa
Maitan Tahun 2013-2017..................................................... 86
Gambar 4.5 Peta Tingkat Pengetahuan dan Partisipasi PUS yang
Menikah Dini Terhadap Program KB.................................. 117

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................ 150


Lampiran 2 Instrumen Uji Coba......................................................... 156
Lampiran 3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba......................................... 167
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba
Tes Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini dan Program
KB.................................................................................. 168
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Uji Coba
Angket Partisipasi Terhadap Program KB...................... 169
Lampiran 6 Instrumen Penelitian....................................................... 170
Lampiran 7 Kunci Jawaban Instrumen Penelitian.............................. 181
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes
Pengetahuan Tentang Pernikahan Dini dan Program
KB.................................................................................. 182
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Angket
Partisipasi Terhadap Program KB................................... 183
Lampiran 10 Pedoman wawancara...................................................... 184
Lampiran 11 Hasil wawancara............................................................. 187
Lampiran 12 Tabel Identitas Responden.............................................. 194
Lampiran 13 Tabel Umur Responden.................................................. 195
Lampiran 14 Perhitungan Median Usia PUS....................................... 196
Lampiran 15 Tabel Umur Menikah Responden................................... 197
Lampiran 16 Perhitungan Median Usia Menikah PUS........................ 198
Lampiran 17 Tabel Kesehatan Responden........................................... 199
Lampiran 18 Tabel Tahun Sukses Pendidikan Responden................... 201
Lampiran 19 Tabel Kegiatan Sosial Yang Diikuti Responden............. 202
Lampiran 20 Tabel Pekerjaan Responden............................................ 203
Lampiran 21 Tabel Pendapatan Responden......................................... 204
Lampiran 22 Tabel Kepemilikan Aset Responden............................... 205
Lampiran 23 Tabel Kondisi Rumah Responden................................... 207
Lampiran 24 Tabel Hasil Tes Pengetahuan Responden Tentang
Pernikahan Dini.............................................................. 208
Lampiran 25 Tabel Hasil Tes Pengetahuan Responden Tentang
Pernikahan Dini Berdasarkan Subvariabel dan
Tingkatan Pengetahuan................................................... 209
Lampiran 26 Tabel Hasil Tes Pengetahuan Responden Tentang
Program KB.................................................................... 213

xvi
Lampiran 27 Tabel Hasil Tes Pengetahuan Responden Tentang
Program KB Berdasarkan Subvariabel dan Tingkatan
Pengetahuan.................................................................... 214
Lampiran 28 Tabel Jawaban Responden Tentang Angket Partisipasi
Terhadap Program KB.................................................... 219
Lampiran 29 Tabel Jawaban Responden Tentang Angket Partisipasi
Terhadap Program KB Berdasarkan Indikator dan
Tingkatan Partisipasi...................................................... 220
Lampiran 30 Tabel Penggunaan Kontrasepsi Responden.................... 226
Lampiran 31 Tabel Pernikahan Dini di Kecamatan Tambakromo
Tahun 2013-2017............................................................ 227
Lampiran 32 Foto Saat Penelitian........................................................ 228
Lampiran 33 Peta Persebaran Responden Penelitian............................ 232
Lampiran 34 Surat Ijin Penelitian......................................................... 233

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Jumlah penduduk Indonesia merupakan permasalahan

kependudukan yang sampai saat ini menjadi perhatian pemerintah

Indonesia, karena jumlah penduduk setiap tahun mengalami kenaikan.

Jumlah penduduk Indonesia tahun 1971 sebanyak 119.208.229 jiwa,

kemudian tahun 1980 jumlah penduduk mengalami peningkatan sebesar

19,17%, tahun 1990 jumlah penduduk mengalami peningkatan sebesar

17,77%, tahun 2000 jumlah penduduk mengalami peningkatan 13,03%, dan

tahun 2010 jumlah penduduk mengalami peningkatan 13,20% menjadi

237.641.326 jiwa. Persentase kenaikan jumlah penduduk di Indonesia dari

tahun 1971 sampai dengan tahun 2000 mengalami penurunan, namun pada

tahun 2000 sampai dengan tahun 2010 persentase peningkatan jumlah

penduduk kembali meningkat sebesar 0,17% (https://www.bps.go.id).

Peningkatan pertumbuhan penduduk terbesar terjadi pada kelompok

usia 10-19 tahun. Fenomena tersebut menandakan bahwa Indonesia

memiliki calon generasi penerus dalam jumlah yang tinggi, namun negara

harus mampu mengimbangi jumlah penduduk muda dengan produksi

pangan, layanan pendidikan dan kesehatan, dan lapangan pekerjaan yang

memadai. Beban ketergantungan yang ditanggung penduduk usia produktif

juga semakin besar. Masalah kependudukan yang terjadi ditanggapi dengan

membentuk program Keluarga Berencana sebagai bentuk upaya mengatasi

1
2

masalah kependudukan. Program Keluarga Berencana dilaksanakan untuk

menurunkan kecepatan pertambahan jumlah penduduk sehingga tidak

melebihi kecepatan pembangunan negara

(https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8505/1714).

Program KB mulai dirintis di Jawa dan Bali dengan pendekatan

klinik dalam Pelita I tahun 1969-1974. Program KB dalam Periode Pelita II

dilakukan secara terpadu dengan sektor pembangunan dan mulai dirintis

pendidikan kependudukan. Program KB pada Periode Pelita III difokuskan

pada percepatan penurunan fertilitas melalui strategi Panca Karya. Program

KB dalam Periode Pelita IV mengenalkan tempat-tempat pelayanan KB

dengan logo lingkaran biru KB untuk mendorong penduduk melakukan KB

Mandiri. Periode Pelita V, program KB dilakukan kampanye lingkaran

emas sebagai bentuk pembaharuan kampanye KB sebelumnya dengan

menawarkan 16 jenis kontrasepsi dan penetapan gerakan KB nasional dalam

UU No 10 Tahun 1992. Program KB setelah reformasi bertujuan

mewujudkan keluarga yang berkualitas dan penduduk tumbuh seimbang

(https://www.bkkbn.go.id.pages/sejarah-bkkbn).

Program KB dapat dikatakan mampu membantu menurunkan laju

pertumbuhan penduduk Indonesia, meskipun jumlah penduduk semakin

bertambah. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 1971-1980

yaitu 2,31%, kemudian pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan turun

menjadi 1,98%, pada tahun 1990-2000 laju pertumbuhan turun menjadi

1,49%, pada tahun 2000-2010 laju pertumbuhan penduduk stagnan (tidak


3

naik maupun turun), dan pada tahun 2010-2016 laju pertumbuhan penduduk

turun menjadi 1,36%. Hal yang sama juga terjadi pada Provinsi Jawa

Tengah, dimana laju pertumbuhan penduduk tahun 1971-1980 adalah

1,64%, kemudian pada tahun 1980-1990 laju pertumbuhan penduduk turun

menjadi 1,18%, pada tahun 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk turun

menjadi 0,94%, pada tahun 2000-2010 laju pertumbuhan penduduk turun

menjadi 0,37%, namun pada tahun 2010-2016 laju pertumbuhan penduduk

di Jawa Tengah kembali naik menjadi 0,79% (https://www.bps.go.id).

Angka kelahiran total atau total fertility rate (TFR) Indonesia tahun

1971, 1980, 1990, dan tahun 2000 mengalami penurunan, namun pada tahun

2010 mengalami kenaikan. TFR Indonesia tahun 1971 sebesar 5,61, pada

tahun 1980 TFR turun menjadi 4,68, tahun 1990 TFR turun menjadi 3,33,

tahun 2000 TFR kembali turun menjadi 2,27, namun tahun 2010 mengalami

kenaikan sebesar 0,14 menjadi 2,41. Kenaikan TFR pada tahun 2010 juga

terjadi di Provinsi Jawa Tengah. TFR Provinsi Jawa Tengah tahun 1971

sebesar 5,33, kemudian pada tahun 1980 TFR turun menjadi 4,37, tahun

1990 TFR turun menjadi 3,05, tahun 2000 TFR kembali turun menjadi 2,14,

namun tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,06 menjadi 2,20

(https://www.bps.go.id).

Peningkatan jumlah penduduk salah satunya disebabkan oleh angka

kelahiran. Angka kelahiran akan bertambah lebih cepat apabila banyak

perempuan yang menikah di usia dini, karena masa subur perempuan yang

menikah dini lebih panjang dibandingkan perempuan yang menikah di usia


4

dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga cenderung segera memiliki

anak pada masa awal pernikahan. Program KB telah mempertimbangkan

masalah kelahiran pada perempuan yang menikah dini dan menjadikannya

sebagai salah satu indikator pencapaian program KB tahun 2018, yaitu

penurunan angka kelahiran menurut umur 15-19 tahun menjadi 40 kelahiran

per 1000 perempuan berumur 15-19 tahun. Tingkat kelahiran pada

perempuan yang menikah di usia muda dapat terkontrol dengan

berpartisipasi menjadi peserta KB aktif (BKKBN, 2016:25).

Jumlah PUS di Indonesia dan Provinsi Jawa Tengah mengalami naik

turun, namun persentase PUS yang menjadi peserta KB aktif mengalami

penurunan. Jumlah PUS di Indonesia tahun 2010 yaitu 44.738.378 pasang,

tahun 2015 jumlah PUS naik menjadi 47.665.847 pasang, dan pada tahun

2017 jumlah PUS turun menjadi 37.338.265 pasang. Hal yang sama juga

terjadi di Provinsi Jawa Tengah, dimana jumlah PUS tahun 2010 sebanyak

6.511.254 pasang, tahun 2015 naik menjadi 6.736.249 pasang, dan tahun

2017 menurun menjadi 5.677.325 pasang. Persentase KB aktif di Indonesia

tahun 2010, tahun 2015 dan tahun 2017 yaitu 75,36%, 75,10%, dan 63,22%,

sedangkan persentase peserta KB aktif di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010,

tahun 2015, dan tahun 2017 yaitu 79,18%, 78,24%, dan 65,56%

(Kementerian Kesehatan RI, 2010, 2015, dan 2017).

Persentase pernikahan di bawah usia 18 tahun di Indonesia dari

tahun ke tahun mengalami naik turun. Tingkat pernikahan di bawah usia 18

tahun di Indonesia tahun 2010 adalah 24,5%, tahun 2011 naik menjadi
5

24,7%, tahun 2012 naik menjadi 25%, tahun 2013 turun menjadi 24,2%,

tahun 2015 turun menjadi 22,8%. Persentase pernikahan di bawah usia 18

tahun di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010-2015 juga mengalami naik turun.

Tingkat pernikahan di bawah usia 18 tahun di Provinsi Jawa Tengah tahun

2010 yaitu 20,1%, tahun 2011 naik menjadi 20,4%, tahun 2012 turun

menjadi 19,8%, tahun 2013 naik menjadi 20,6%, dan tahun 2015% turun

menjadi 18,7%. Kenaikan dan penurunan tingkat pernikahan dini secara

nasional maupun pada tingkat Provinsi Jawa Tengah menandakan bahwa

belum adanya perubahan yang positif terhadap upaya yang dilakukan

pemerintah untuk menekan jumlah pernikahan dini

(https://www.unicef.org/indonesia/UNICEF_Indonesia_Child_Marriage_R

eserach_Brief_.pdf).

Kabupaten Pati berada di urutan kesepuluh se Jawa Tengah dengan

kejadian pernikahan dini sebanyak 127 kasus (Kementerian Agama Provinsi

Jawa Tengah, 2016). Kecamatan Tambakromo menjadi kecamatan tertinggi

se Kabupaten Pati dalam kejadian pernikahan dini, yaitu mencapai 103

pernikahan dini pada tahun 2013-2017 (Kementerian Agama Kabupaten

Pati, 2018). Desa tertinggi kejadian pernikahan dini di Kecamatan

Tambakromo tahun 2013-2017 yaitu Desa Maitan, dimana Desa Maitan

menyumbang 34,95% dari seluruh pernikahan dini di Kecamatan

Tambakromo tahun 2013-2017.

Remaja yang beresiko tinggi menikah dini adalah mereka yang

tinggal di wilayah pedesaan, berpendidikan rendah, berasal dari keluarga


6

dengan perekonomian yang lemah dan tidak bekerja. Remaja di pedesaan

yang hanya mampu mencapai jenjang dasar pendidikan formal mengalami

keterbatasan mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

sehingga tidak mengetahui pentingnya mencegah pernikahan dini. Selain

itu, penduduk di wilayah pedesaan memiliki pemikiran terhadap remaja

perempuan yang tidak bekerja untuk segera menikah daripada tidak

memiliki kesibukan apapun. Hal tersebut yang membuat remaja perempuan

yang tidak bekerja tidak mampu mendewasakan usia pernikahannya

(Raharja, 2014:10-12).

Pasangan usia subur (PUS) yang menikah dini perlu ikutserta dalam

keluarga berencana untuk meningkatkan pengetahuan yang dimiliki

terhadap KB dan pernikahan dini. Pasangan usia subur dapat memperoleh

informasi yang memadai dan mengurangi ketakutan terhadap efek samping

kontrasepsi melalui konseling dalam program KB yang efektif. Program KB

memberikan pengetahuan tentang metode-metode kontrasepsi dan cara

mengelolanya sehingga dapat mengatur kehamilan dengan metode yang

tepat (Mustafa et. al., 2015:254).

Permasalahannya adalah pasangan usia remaja cenderung tidak

menggunakan kontrasepsi sebelum mereka memiliki anak. Mereka

memiliki ketakutan bahwa kontrasepsi akan berpengaruh negatif pada

kesuburan. Kurangnya pengetahuan terhadap KB serta ketakutan yang

dimiliki terhadap kontrasepsi menjadi faktor utama rendahnya penggunaan

kontrasepsi pada pasangan usia remaja (Nessa et. al., 2014:24).


7

Uraian latar belakang membuat penulis tertarik meneliti

“Pengetahuan dan Partisipasi Pasangan Usia Subur Yang Menikah Dini

Terhadap Program KB di Desa Maitan Kecamatan Tambakromo Kabupaten

Pati”. Penelitian ini akan memberikan gambaran pengetahuan dan

partisipasi pasangan usia subur yang menikah dini terhadap program KB di

desa yang memiliki tingkat pernikahan dini tertinggi se Kabupaten Pati.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana tingkat pernikahan dini di Desa Maitan?

b. Bagaimana karakteristik PUS yang menikah dini di Desa Maitan?

c. Bagaimana tingkat pengetahuan PUS menikah dini tentang

pernikahan dini dan program KB?

d. Bagaimana tingkat partisipasi PUS yang menikah dini terhadap

program KB?

e. Bagaimana penggunaan alat kontrasepsi pada PUS yang menikah

dini?

3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan, penelitian ini memiliki lima

tujuan sebagai berikut.

a. Tingkat pernikahan dini di Desa Maitan.

b. Karakteristik PUS yang menikah dini di Desa Maitan.


8

c. Tingkat pengetahuan PUS yang menikah dini tentang pernikahan

dini dan program KB.

d. Tingkat partisipasi PUS yang melakukan pernikahan dini terhadap

program KB.

e. Penggunaan alat kontrasepsi pada PUS yang menikah dini.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

a. Manfaat teoritis

1) Bagi masyarakat, sebagai bahan kajian atau informasi tentang

pengetahuan dan partisipasi pasangan usia subur yang melakukan

pernikahan dini terhadap program KB.

2) Bagi peneliti, sebagai referensi atau acuan untuk penelitian lanjutan.

3) Bagi siswa, sebagai sumbangan pengetahuan untuk mata pelajaran

geografi pada SMA Kelas XI Kurikulum 2013 edisi revisi 2018

(Kompetensi Dasar 3.5 menganalisis dinamika kependudukan di

Indonesia untuk perencanaan pembangunan).

b. Manfaat praktis

1) Bagi peneliti, untuk menambah wawasan pengetahuan bidang

penelitian tentang pengetahuan dan partisipasi pasangan usia subur

yang menikah dini terhadap program Keluarga Berencana di Desa

Maitan Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati.


9

2) Bagi pasangan usia subur yang menikah dini, untuk melibatkan diri

dalam program KB.

5. Batasan Istilah

Penelitian perlu diberikan batasan istilah tentang topik yang diteliti

untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesalahpahaman dalam

mengartikan dan menafsirkan serta membatasi ruang lingkup penelitian.

Adapun istilah-istilah yang perlu diberi penegasan sebagai berikut.

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang setelah

memanfaatkan panca indera terhadap objek di sekitarnya. Pengetahuan

dalam penelitian ini yaitu pengetahuan pasangan usia subur yang

menikah dini tentang pernikahan dini dan program KB dengan tingkatan

pengetahuan yang diukur yaitu mengingat dan memahami.

Kemampuan seseorang dengan tingkat pengetahuan mengingat

(C1) yaitu kemampuan memanggil informasi tentang program KB yang

telah diketahui. Indikator mengingat yaitu mengidentifikasi batasan usia

minimal menurut UU No 1 Tahun 1974, karakteristik remaja, dampak

pernikahan dini, kepanjangan dan maksud dari 4T, cara mengatur

kehamilan, tujuan program KB, sasaran strategis program KB, ruang

lingkup KB, dan kegiatan dalam program KB.

Kemampuan seseorang dengan tingkat pengetahuan memahami

(C2) yaitu kemampuan membangun makna dari sesuatu yang telah

diketahui dari program KB. Indikator memahami yaitu menjelaskan


10

pernikahan yang ideal, upaya pencegahan dampak pernikahan dini,

pengertian program KB, pengertian ruang lingkup KB, pengertian

pasangan usia subur, dan kontrasepsi.

b. Partisipasi

Partisipasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah partisipasi

PUS menikah dini terhadap program KB. Partisipasi terhadap program

KB adalah keikutsertaan seseorang dalam pengaturan kehamilan,

pembinaan ketahanan keluarga, dan kesejahteraan keluarga. Indikator

partisipasi dalam penelitian ini yaitu motivasi, peran, aksi/tindakan, dan

tanggungjawab (Oakley, 1991:9).

c. Pasangan Usia Subur yang menikah dini

Pasangan Usia Subur (PUS) yang menikah dini adalah pasangan

suami istri yang menikah saat salah satu atau keduanya belum berulang

tahun yang ke 16 tahun (bagi perempuan) dan 19 tahun (bagi laki-laki),

masih terikat dengan pernikahan yang sah, dan istri masih dalam masa

subur (berusia kurang dari 49 tahun).

d. Program Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya mewujudkan keluarga yang

berkualitas dengan mengatur kehamilan yang meliputi menentukan usia

dan jarak melahirkan yang ideal, jumlah anak, dan menghindari 4

Terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu rapat, terlalu banyak) melalui

penggunaan kontrasepsi tanpa melanggar hak reproduksi (Undang-

Undang Nomor 52 Tahun 2009).


11

e. Karakteristik

Karakteristik penduduk merupakan kondisi penduduk berdasarkan

usia, kesehatan, tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial sebagai

informasi kependudukan. Karakteristik PUS menikah dini yang diteliti

meliputi umur menikah, umur saat ini, kesehatan, kegiatan sosial yang

diikuti, tahun sukses pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan

kepemilikan aset.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Deskripsi Teoritis

a. Program Keluarga Berencana

1) Pengertian Program Keluarga Berencana

Keluarga berencana merupakan bagian dari hak dan

kewajiban perempuan cara untuk menjaga dan membatasi

kehamilan. Perempuan dan pasangannya dapat mengatur jumlah

anak maupun jarak kelahiran dengan aman tanpa harus melakukan

aborsi yang mana sebelumnya dilakukan oleh sebagian besar

perempuan. Keluarga berencana menjadi cara teraman untuk

mencegah kehamilan karena pencegahan kehamilan dilakukan

melalui obat-obatan yang aman dan metode yang benar

(http://www.searo.who.int/entity/maternal_reproductive_health/do

cuments/family-planning/en/).

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kehamilan

untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas, karena melalui

pengaturan kehamilan keluarga mampu mempersiapkan diri dalam

aspek ekonomi, sosial, dan kesehatan. Pengaturan kehamilan yang

dimaksud yaitu menentukan usia melahirkan yang ideal, jarak

melahirkan yang ideal, serta jumlah anak. Pengaturan kehamilan

dilaksanakan melalui alat, obat, metode tanpa melanggar hak-hak

reproduksi (Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009).

12
13

Program Keluarga Berencana merupakan program

pemerintah yang dapat mengurangi angka kesakitan dan mencegah

kematian ibu dan anak melalui perlindungan perempuan terhadap

kehamilan yang beresiko tinggi. Kehamilan beresiko tinggi dikenal

dengan istilah 4T, yaitu terlalu banyak, terlalu rapat, terlalu muda,

dan terlalu tua. Kehamilan dikatakan memiliki resiko tinggi 4T

berdasarkan kondisi ibu, dimana kondisi rahim ibu akan semakin

tipis apabila sering melahirkan (lebih dari tiga), kondisi tubuh ibu

belum prima untuk hamil lagi dalam kurun waktu kurang dari tiga

tahun, kondisi ibu belum siap hamil karena fisik dan mental ibu

masih muda, dan kondisi fisik dan rahim ibu sudah menurun saat

usianya lebih dari 35 tahun (jateng.bkkbn.go.id/).

Kehamilan beresiko tinggi menurut Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia dikenal dengan istilah 4 Terlalu 3 Terlambat.

Istilah 4 Terlalu merujuk pada kondisi usia ibu dan intensitas

melahirkan pada ibu. Arti dari istilah 4 Terlalu yaitu melahirkan

pada usia kurang dari 20 tahun (terlalu muda), melahirkan pada usia

di atas 35 tahun (terlalu tua), melahirkan dengan jarak antara

kelahiran pertama dan kedua kurang dari dua tahun (terlalu dekat),

dan melahirkan anak lebih dari dari empat kali (terlalu banyak).

Istilah 3 Terlambat merujuk pada kondisi lingkungan di sekitar ibu

hamil yang menghambat ibu hamil memperoleh pertolongan dari

tenaga kesehatan sehingga menimbulkan resiko pada proses


14

persalinan. Arti dari 3 Terlambat yaitu terlambat memutuskan untuk

menggunakan pertolongan medis, terlambat untuk sampai di

fasilitas kesehatan karena terkendala transportasi, dan terlambat

ditangani oleh tenaga kesehatan (www.depkes.go.id).

2) Tujuan Program Keluarga Berencana

Tujuan program KB dari tahun 1969 hingga sekarang

mengalami perkembangan. Tujuan program KB tahun 1969 yang

termuat dalam Repelita I yaitu meningkatkan tingkat kesehatan dan

kesejahteraan ibu dan anak pada khususnya serta meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat pada

umumnya melalui menurunkan angka kelahiran. Penurunan angka

kelahiran menjadi tujuan utama KB untuk menekan laju

pertumbuhan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi

dan tidak diseimbangi dengan kecepatan produksi pangan negara

akan menyulitkan penduduk untuk mencapai kesejahteraan

(https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8505/

1714).

Perkembangan tujuan program KB selanjutnya tidak hanya

berfokus pada bagaimana cara menurunkan angka kelahiran namun

juga pada cara mewujudkan kualitas keluarga. Kualitas keluarga

dalam program KB yang dimaksud yaitu keluarga yang

melaksanakan program KB, memiliki potensi sumber daya manusia

yang dapat meningkatkan ketahanan keluarga, dan mampu menjadi


15

pemelihara lingkungan sehingga pembangunan berkelanjutan dapat

terwujud. Tujuan program KB tersebut memiliki makna bahwa

program KB bukan hanya sekedar program pemerintah namun juga

melibatkan masyarakat sebagai subjek dan memiliki peran dalam

program KB (Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992).

Tujuan program KB yang terbaru merupakan

penyempurnaan dari tujuan-tujuan program KB sebelumnya

ditambah dengan kendala dalam pelaksanaan program KB

sebelumnya. Tujuan-tujuan program KB yang terbaru antara lain a)

PUS dapat mengatur kehamilan sesuai keinginan, b) Keluarga dapat

menjaga kesehatan dan berpartisipasi dalam penurunan angka

kematian ibu, bayi, dan anak, c) Pemerintah dapat meningkatkan

akses dan kualitas KIE KB serta pelayanan KB, d) Pemerintah

bersama-sama dengan masyarakat mendorong pria untuk aktif

berpartisipasi terhadap program KB, e) Pemerintah mengenalkan

kepada masyarakat bahwa penyusuan bayi sebagai salah satu

metode kontrasepsi. Upaya mencapai tujuan program KB dilakukan

secara terpadu antara pemerintah dan peran serta masyarakat dalam

hal pembinaan keluarga dan pengaturan kehamilan (Peraturan

Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang BKKBN).

Uraian tujuan – tujuan program KB menunjukkan bahwa

kesehatan ibu dan anak dan pengaturan kehamilan menjadi tujuan

program KB dari waktu ke waktu. Pencapaian kesehatan ibu dan


16

anak serta pengaturan kehamilan didukung oleh tujuan program KB

lainnya yaitu peningkatan peran serta keluarga dan layanan KB.

3) Ruang Lingkup Program Keluarga Berencana

Ruang lingkup program KB terdiri dari pembinaan

ketahanan dan kesejahteraan keluarga, peningkatan peran

masyarakat secara terpadu, dan pengaturan kehamilan dengan

mempertimbangkan agama, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya

dalam masyarakat. Pembinaan ketahahan dan kesejahteraan

keluarga meliputi Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, dan

Bina Keluarga Lansia yang dilakukan dengan memberikan

pendidikan tentang pola asuh bagi keluarga yang memiliki balita,

remaja dan lansia sehingga keluarga memiliki kualitas sumber daya

manusia yang potensial. (Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009).

Ruang lingkup KB merujuk pada hal-hal yang berkaitan

dengan pengaturan kehamilan dengan cara yang berkualitas dan

dimulai dari sebelum menggunakan kontrasepsi sampai proses

sterilisasi. Ruang lingkup program KB meliputi KIE (konseling,

pendidikan seks, konsultasi genetik, konsultasi sebelum dan setelah

perkawinan), pelayanan kontrasepsi, pelayanan kesehatan

reproduksi, pelayanan infertilitas, dan adopsi (Hartanto, 2015:27).

Uraian ruang lingkup KB menurut ahli di atas menunjukkan

bahwa ruang lingkup KB tidak hanya sekedar tentang alat

kontrasepsi, tetapi juga mencakup edukasi dan pelayanan KB.


17

4) Sasaran Strategis Program Keluarga Berencana

Sasaran strategis program KB ditentukan untuk memastikan

tujuan program KB tercapai sesuai acuan yang ditentukan. Sasaran

pembangunan kependudukan dan KB tertera pada RPJMN 2015-

2019, yaitu a) angka kelahiran total menurun, b) penggunaan

kontrasepsi modern meningkat, c) kebutuhan ber-KB yang tidak

terpenuhi menurun, d) penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang

(lebih dari dua tahun) meningkat, e) tingkat putus pemakaian

kontrasepsi menurun (BKKBN, 2016:9).

Sasaran KB dijabarkan ke dalam indikator kinerja program.

Indikator kinerja program kependudukan dan KB pada tahun 2018

antara lain a) peningkatan jumlah akseptor baru mencapai 7.39 juta

akseptor, b) penurunan angka kelahiran pada perempuan usia 15-19

tahun menjadi 40 per 1000 perempuan usia 15-19 tahun, c)

peningkatan pemahaman PUS tentang semua metode kontrasepsi

modern mencapai 50%, d) peningkatan pemahaman dan kesadaran

keluarga tentang fungsi keluarga mencapai 40%, e) peningkatan

indeks pengetahuan remaja tentang Generasi Berencana mencapai

51, f) peningkatan pengetahuan masyarakat tentang isu

kependudukan mencapai 48%, g) pendataan kependudukan yang

akurat dan tepat waktu (BKKBN, 2016:20).


18

5) Kegiatan Dalam Pelayanan KB

Kegiatan program KB dilaksanakan melalui pengaturan

kehamilan, pembinaan kesertaan keluarga berencana, dan

peningkatan kesejahteraan keluarga. Pembinaan keluarga meliputi

bina keluarga balita (BKB), bina keluarga remaja (BKR), pusat

informasi dan konseling kesehatan reproduksi remaja (PIK R), bina

keluarga lansia (BKL), pemberdayaan ekonomi keluarga melalui

UPPKS. Pelaksanaan kegiatan program KB disertai Komunikasi,

Informasi, dan Edukasi (KIE) yaitu pemberian informasi melalui

konseling dan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan,

penyuluh, petugas lapangan KB, dan tenaga lain yang terlatih

(Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 Tentang BKKBN).

BKR dan BKL merupakan kegiatan pembinaan keluarga

yang mengalami kendala dalam pelaksanaannya dibandingkan

dengan kegiatan pembinaan keluarga lainnya. Kendala pelaksanaan

BKR terletak pada jumlah kader KB yang sedikit, karena sebagian

besar remaja tidak bersedia menjadi kader KB. Kendala pelaksanaan

BKL terletak pada para lansia yang malu untuk mengikuti kegiatan

BKL. Pelaksanaan BKB dalam masyarakat berdampingan dengan

posyandu dan pendidikan anak usia dini, sedangkan PIK R

dilaksanakan di sekolah dan memiliki struktur yang teroganisir

(Bachtiyar dan Wibawani, 2017:23).


19

6) Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya mencegah kehamilan yang

dilakukan oleh pria maupun wanita dengan menggunakan alat, obat,

atau operasi. Kontrasepsi terdiri dari beragam jenis. Kontrasepsi

berdasarkan lamanya masa kerja kontrasepsi, yaitu metode

kontrasepsi jangka pendek (pil, suntik, kondom) dan metode

kontrasepsi jangka panjang (implan, IUD, MOP, dan MOW)

(Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014).

Kontrasepsi menurut Kementerian Kesehatan (2013:4)

dibedakan menjadi kontrasepsi tradisional (senggama terputus dan

pantang berkala) dan kontrasepsi modern (pil, suntik, implan, IUD,

sterilisasi, diafragma, kontrasepsi darurat, dan MAL). Kontrasepsi

diklasifikasikan menurut cara kerjanya, meliputi kontrasepsi

sederhana, kontrasepsi hormonal, kontrasepsi non-hormonal,

kontrasepsi operasi, dan kontrasepsi darurat (pkbijateng.or.id).

Penelitian ini akan menjelaskan kontrasepsi menurut cara kerjanya.

Kontrasepsi sederhana meliputi pantang berkala, metode

amenore laktasi (MAL), dan kondom. Metode pantang berkala

dilakukan dengan menghindari senggama pada masa subur istri.

Metode kondom digunakan setiap melakukan hubungan suami istri,

dipasang sebelum penetrasi, dan jangan menggunakan satu kondom

untuk dua kali. MAL dapat dilakukan maksimal 9 bulan dengan

memanfaatkan aktivitas menyusui secara ekslusif, semakin sering


20

ibu menyusui bayi maka semakin lama penundaan haid. Tingkat

keberhasilan MAL tinggi namun ketidaktahuan ibu tentang kapan

ovulasi akan terjadi menjadi faktor MAL belum sepenuhnya dapat

diandalkan dalam mencegah kehamilan (Hartanto, 2015:48-328).

Kontrasepsi hormonal meliputi suntikan KB, pil KB, dan

susuk KB (implan). Suntikan KB merupakan jenis kontrasepsi yang

sangat efektif, dapat diberikan setiap tiga bulan sekali ataupun satu

bulan sekali secara teratur sesuai jadwal. Pil KB juga memiliki

efektivitas mencegah kehamilan yang tinggi yakni mencapai 98.5%

dengan syarat meminum pil dengan disiplin. Implan dapat

mencegah kehamilan secara efektif hingga tiga sampai empat tahun,

namun perlu diperhatikan pemasangan implan dengan melihat

tanggal kadaluwarsa dan pencabutan implan dilakukan sebelum

masa pakai berakhir (Affandi, 2014:MK43-59).

Alat kontrasepsi nonhormonal yaitu IUD (Intra Urine

Device). IUD digunakan dengan cara ditanam di dalam rahim. IUD

memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Namun IUD sering

membuat penggunanya merasakan sakit ketika IUD baru dipasang

dan beberapa diantaranya mengalami pendarahan. Darah yang

keluar saat haid lebih banyak dan masa pendarahan lebih lama. Efek

samping dari IUD tersebut yang membuat perempuan yang ingin

menggunakan alat kontrasepsi lain selain IUD (Hartanto, 2015:218).


21

Kontrasepsi operasi meliputi vasektomi dan tubektomi.

Vasektomi dilakukan dengan mengikat dan memotong saluran

sperma, sedangkan tubektomi dilakukan dengan memotong dan

mengikat tuba falopii sehingga tidak terjadi pertemuan antara

sperma dengan sel telur. Metode ini dapat dikatakan bekerja secara

permanen dan biasanya dilakukan oleh pria dan wanita yang sudah

mendapatkan jumlah anak yang diinginkan (Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 97 Tentang Pelayanan Kesehatan Kehamilan).

Alat kontrasepsi darurat berbentuk pil (after morning pil).

Penggunaan pil after morning atau pil darurat dilakukan dengan cara

diminum segera setelah melakukan senggama yang tidak terlindungi

(tanpa pengaman dan tanpa alat kontrasepsi lain). Pil after morning

hanya cocok digunakan sebagai kontrasepsi di saat-saat darurat saja.

Apabila pil after morning digunakan secara terus menerus seperti

alat kontrasepsi lainnya, justru pil after morning tidak akan efektif

dan beresiko gagal dalam mencegah kehamilan (pkbijateng.or.id).

b. Pengetahuan Terhadap Pernikahan Dini dan Program KB

1) Pengertian Pengetahuan Terhadap Pernikahan Dini dan Program KB

Pengetahuan adalah hasil diperoleh seseorang setelah

melakukan penginderaan terhadap apa yang ada atau terjadi di

sekitarnya dengan memanfaatkan panca indera. Pengetahuan yang

dimiliki manusia menjadikan manusia mampu menjawab


22

pertanyaan. Pengetahuan juga dapat dijadikan sebagai jalan keluar

atas permasalahan yang sedang dihadapi (Notoatmodjo, 2014:1).

Pengetahuan adalah informasi yang diketahui seseorang

tentang fenomena yang ditemui. Pengetahuan muncul saat manusia

memanfaatkan kemampuan indera dan kemampuan berpikir yang

dimilikinya untuk mengenali objek yang belum pernah dilihat atau

peristiwa yang belum pernah dialami. Objek atau gejala yang asing

akan mendorong manusia untuk meneliti dan mencari jawaban atas

ketidaktahuannya. Artinya, pengetahuan diperoleh bukan karena

suatu kebetulan namun atas usaha manusia mengenali suatu objek

(Muthiah dan Kadarisman, 2015:9).

Pengetahuan tentang pernikahan dini meliputi segala sesuatu

yang berkaitan dengan pernikahan dini. Pengetahuan tentang

pernikahan dini meliputi penyebab pernikahan dini, umur yang

dimaksud menikah dini, umur yang ideal untuk menikah, akibat dari

pernikahan dini termasuk di dalamnya yaitu resiko kehamilan pada

usia dini. Kontrasepsi juga termasuk ke dalam aspek pernikahan dini

yang harus diketahui sebagai upaya mencegah resiko kehamilan

pada perempuan yang menikah dini (Rosidah dkk, 2018:6).

Pengetahuan tentang program KB yaitu pengetahuan yang

dimiliki seseorang terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan

pelaksanaan program KB, mulai dari tujuan program KB, manfaat

dari pelaksanaan program KB, sasaran pelaksanaan program KB,


23

jenis-jenis kontrasepsi, cara penggunaan kontrasepsi, dan efek

samping pada masing-masing jenis kontrasepsi (Hakim, 2013:209).

Pengertian lain menyatakan bahwa pengetahuan tentang program

KB hanya difokuskan pada cara mengatur kehamilan, yaitu meliputi

manfaat dari mengikuti KB, pengaturan kehamilan, dan kontrasepsi

(Mustafa et al, 2015:7-8).

Uraian definisi beberapa ahli di atas memberi gambaran

bahwa pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang

setelah memanfaatkan panca indera terhadap objek di sekitarnya.

Pengetahuan tentang pernikahan dini adalah informasi yang dimiliki

seseorang tentang usia minimal menikah menurut UU No 1 Tahun

1974, pernikahan yang ideal, dampak pernikahan dini dan upaya

pencegahan dampak pernikahan dini. Pengetahuan tentang program

KB tidak hanya terkait dengan kontrasepsi, namun segala sesuatu

yang berkaitan dengan pelaksanaan program KB.

2) Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan memiliki enam tingkatan yang

menggambarkan proses kognitif, yaitu mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Tingkatan pengetahuan yang pertama menggambarkan bagaimana

seseorang dikatakan tahu secara sederhana, semakin ke atas tingkat

pengetahuan akan memiliki makna yang kompleks. Tingkatan

pengetahuan yang paling atas menggambarkan seseorang yang


24

dikatakan tahu tidak hanya sekedar mengingat namun dapat

menciptakan hal baru dari pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.

Uraian tingkatan pengetahuan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tingkatan Pengetahuan Menurut Taksonomi Anderson


Tingkatan Uraian

Mengingat Kemampuan memanggil informasi yang


sebelumnya telah diketahui. Kata kerja yang
digunakan adalah mengidentifikasi dan
mengenali.

Memahami Membangun makna dari sesuatu yang telah


diketahui. Kata kerja yang digunakan adalah
menjelaskan, memberikan contoh, dan
mengklasifikasikan.

Mengaplikasikan Kemampuan menerapkan prosedur yang


sesuai dengan kondisi tertentu. Kata kerja
yang digunakan meliputi melaksanakan dan
menggunakan.

Menganalisis Kemampuan merinci materi ke dalam bagian


yang lebih detail dan menunjukkan perbedaan
antara bagian-bagian maupun menujukkan
hubungan antara bagian-bagian tersebut
dengan sudut pandang sendiri. Kata kerja
yang digunakan meliputi membedakan,
mengorganisasi, dan mendekonstruksi.

Mengevaluasi Membuat penilaian berdasarkan kriteria


tertentu. Kata kerja yang digunakan meliputi
memeriksa dan menilai.

Mencipta Menggabungkan unsur-unsur ke dalam


bentuk atau pola yang baru atau membuat
karya sendiri. Kata kerja yang digunakan
meliputi merumuskan, merencanakan, dan
memproduksi.

Sumber: Anderson dan Krathwol (2015:100-102).


25

3) Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dapat diukur dan digambarkan berdasarkan

kriteria atau tingkatan dari para ahli. Tingkatan pengetahuan ada tiga

yaitu baik, cukup, dan kurang. Tingkat pengetahuan dikatakan baik

apabila responden mampu menjawab dengan benar sebesar 76-

100% dari keseluruhan pertanyaan. Tingkat pengetahuan dikatakan

cukup apabila responden mampu menjawab dengan benar sebesar

56-75% dari keseluruhan pertanyaan. Tingkat pengetahuan

dikatakan kurang apabila respoden hanya mampu menjawab dengan

benar <56% dari keseluruhan pertanyaan (Arikunto dalam Dewi dan

Wawan, 2010:18).

c. Partisipasi Terhadap Program KB

1) Pengertian Partisipasi Terhadap Program KB

Partisipasi merupakan kesukarelaan masyarakat untuk

memberikan dukungan pada program pembangunan yang berskala

nasional. Pemberian dukungan terlepas dari apakah masyarakat

memiliki peran dan kewajiban dalam penyusunan program atau

tidak. Artinya, partisipasi dapat dilakukan oleh seluruh penduduk

dalam suatu negara tanpa ada unsur paksaan (Oakley, 1991:6).

Seseorang dikatakan berpartisipasi terhadap program

Keluarga Berencana apabila terlibat dalam upaya berkaitan dengan

upaya mewujudkan keluarga yang berkualitas, melalui pengaturan

kehamilan, pembinaan ketahanan keluarga, serta kesejahteraan


26

keluarga (Febriansyah, 2015:878). Keterlibatan seseorang dalam

program KB dapat dilihat dengan mengukur keikutsertaan dalam

kegiatan-kegiatan dalam program KB (Putri, 2012:6). Uraian

definisi di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan

partisipasi terhadap program KB adalah keikutsertaan seseorang

dalam kegiatan pengaturan kehamilan, pembinaan ketahanan

keluarga, serta kesejahteraan keluarga.

2) Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Terhadap Program KB

Partisipasi pasangan usia subur (PUS) dalam pelaksanaan

program KB dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut antara lain tingkat pendidikan, jumlah anak yang dimiliki,

pengetahuan tentang KB, usia perkawinan, jarak pusat layanan KB,

pendapatan, dan status pekerjaan (Hakim, 2013:205). Sulistyo dkk

(2015:4-7) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

PUS berpartisipasi terhadap program KB adalah jumlah anak,

pendapatan, dan usia pernikahan PUS.

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap PUS untuk

berpartisipasi terhadap program KB berdasarkan uraian pendapat-

pendapat ahli di atas yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan tentang

KB, pendapatan, jarak dengan pelayanan KB, jumlah anak, dan usia

pernikahan PUS. Keenam faktor yang berpengaruh terhadap

partisipasi PUS dalam program KB merupakan faktor yang berasal

dari luar, bukan dari dalam diri pasangan usia subur. Artinya,
27

dorongan PUS untuk berpartisipasi bukan dipengaruhi keinginan

pribadi namun karena ada faktor dari luar yang melekat pada PUS

dan mendorong PUS mengikuti atau menghindari program KB.

Pendidikan dapat memberikan mengubah cara berpikir

seseorang untuk menilai dan menyikapi setiap peristiwa di

lingkungan sekitar. Semakin tinggi pendidikan yang diraih

seseorang, maka semakin luas pula pola pikir yang dimilikinya

dalam menyikapi suatu masalah. Hal tersebut karena seseorang

dengan pendidikan tinggi memiliki wawasan yang luas dan mampu

membuat keputusan yang lebih bijak. Kaitannya dengan KB,

seseorang yang berpendidikan tinggi mampu untuk melihat kondisi

diri sendiri, lingkup masyarakat itu sendiri, dan memiliki persepsi

tentang nilai anak dalam masyarakat modern (Ikamari, 2005:4).

Pengetahuan yang dimiliki ibu tentang KB berpengaruh pada

tingkat keaktifan ibu dalam program KB. Ibu dengan tingkat

pengetahuan kurang tentang program KB cenderung pasif,

sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

program KB aktif berpartisipasi dalam program KB (Suminar,

2016:7). Sebagian besar pria tidak mengetahui informasi tentang

kesehatan reproduksi dan KB sehingga dorongan untuk

menggunakan alat kontrasepsi rendah. Pria hanya mengetahui

vasektomi sebagai cara pria dalam berKB dan alat kontrasepsi hanya

dapat digunakan oleh wanita (Rozi dkk, 2017:415).


28

Besarnya pendapatan yang diperoleh seseorang dapat

memberikan pengaruh yang berbeda pada penggunaan kontrasepsi.

Pasangan usia subur yang memiliki pendapatan rendah menganggap

bahwa program KB akan menambah beban kebutuhan keluarga dan

menjadi pendapatan yang rendah sebagai alasan untuk tidak berKB.

Sebaliknya, pasangan yang merasa memiliki pendapatan cukup

tidak merasa keberatan untuk berKB dan mampu mengikuti program

KB secara kontinyu (Muthiah dan Kadarisman, 2015:9).

Kondisi daerah yang menjadi pemukiman masyarakat

berbeda-beda dan dapat memberikan pengaruh yang berbeda pula

terhadap aktivitas yang dilakukan. Pelayanan KB dan sarana

prasarana KB di kawasan perkotaan memiliki kualitas yang lebih

baik dibandingkan kawasan pedesaan sehingga wanita yang tinggal

di perkotaan terdorong menggunakan alat kontrasepsi (Nasution

dalam Ahmad dkk, 2014:6). Perbandingan partisipasi KB dapat

terlihat pada daerah yang sulit dijangkau sehingga menjadi

keterbatasan bagi pasangan usia subur yang ingin menggunakan alat

kontrasepsi (Surinati dkk, 2015:5).

PUS akan lebih berpotensi untuk mengikuti program KB

apabila mereka memiliki anak lebih banyak dibandingkan PUS pada

umumnya dan apabila usia pernikahan PUS memasuki tahun ke

sembilan. PUS dengan jumlah yang lebih banyak berpotensi untuk

lebih intensif mengikuti program KB untuk mencegah kehamilan.


29

Penilaian PUS terhadap anak saat ini adalah semakin banyak anak

yang dimiliki maka semakin besar beban yang ditanggung keluarga

untuk membesarkan anak. PUS yang menikah lebih lama (di atas 9

tahun) menginginkan untuk mencegah kehamilan karena sudah

tidak ingin memiliki anak. Hal tersebut menunjukkan bahwa

semakin lama usia pernikahan PUS maka akan semakin tinggi

peluang PUS mengikuti program KB (Sulistyo dkk, 2015:4-5).

3) Indikator Partisipasi

Partisipasi masyarakat dikelompokkan ke dalam tiga

pengertian yaitu partisipasi sebagai kontribusi, partisipasi sebagai

organisasi, dan partisipasi sebagai pemberdayaan (Oakley, 1991:9).

Program KB diartikan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat

untuk mengatasi masalah kependudukan dengan mewujudkan

keluarga yang berkualitas. Pelaksanaan program KB melalui

kegiatan-kegiatan yang telah dibentuk oleh pemerintah sehingga

masyarakat memperoleh pelayanan KB dan kesehatan reproduksi

yang diharapkan dapat meningkatkan peran masyarakat secara

mandiri (Ndanga, 2016:207).

Partisipasi sebagai pemberdayaan dapat dilihat berdasarkan

indikator-indikator yang meliputi motivasi masyarakat, peran

masyarakat, aksi masyarakat, dan tanggung jawab masyarakat

(Oakley, 1991:9). Indikator partisipasi terhadap program KB dalam

penelitian ini yaitu motivasi mengikuti program KB, peran PUS


30

dalam program KB, aksi PUS mengikuti KB, dan tanggung jawab

PUS dalam program KB.

Motivasi pasangan usia subur mengikuti program KB

dilatarbelakangi keinginan mengatur jumlah anak sesuai yang

diinginkan. Keikutsertaan dalam program KB juga dapat terjadi

karena adanya keinginan mencegah kelahiran pada kelompok usia

yang memiliki resiko saat melahirkan. Pasangan usia subur yang

mengikuti KB juga dapat didorong oleh kualitas layanan KB yag

tanggap, handal, dan sarana KB yang memadai (Sudarti dan

Prasetyaningsih, 2011:132-133).

Peran laki-laki dan perempuan dalam program KB yaitu

sebagai peserta KB aktif (pengguna alat kontrasepsi) dan

mendukung pasangan menggunakan kontrasepsi. Laki-laki dan

perempuan sama-sama memiliki peran dan tanggungjawab yang

sama, walaupun alat kontrasepsi yang dapat digunakan perempuan

lebih banyak dibandingkan alat kontrasepsi yang digunakan laki-

laki. Hal tersebut dikarenakan kehamilan tidak akan terjadi tanpa

adanya keterlibatan dari laki-laki. Pasangan suami istri juga harus

mendukung satu sama lain dalam memutuskan penggunaan

kontrasepsi (Fitriani, 2016:123).

Aksi atau tindakan PUS dalam mengikuti program KB

adalah tindakan PUS yang dilakukan sesuai dengan upaya

mewujudkan keluarga yang berkualitas. Upaya mewujudkan


31

keluarga yang berkualitas meliputi pengaturan kelahiran, menjaga

kesehatan reproduksi, mengikuti kegiatan pembinaan ketahanan

keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Pengaturan

kehamilan dilakukan dengan menghindari 4T, mendatangi klinik

untuk menggunakan kontrasepsi, dan berkonsultasi seputar program

KB, sehingga masyarakat dapat mengikuti program KB dengan

pemahaman yang baik. Kegiatan pembinaan keluarga meliputi

BKB, BKR, dan BKL, sedangkan peningkatan kesejahteraan

keluarga melalui UPPKS (Febriansyah, 2015:878-881).

Tanggung jawab adalah kemampuan seseorang

melaksanakan tugas dan kewajiban sebagaimana yang seharusnya

dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, negara, dan Tuhan

(Mustari, 2011:21). Tanggungjawab PUS dalam mengikuti program

KB sesuai peran PUS dalam program KB yaitu sebagai akseptor KB

(pengguna alat kontrasepsi). Bentuk tanggung jawab sebagai

akseptor KB adalah mentaati aturan penggunaan kontrasepsi dan

segera mengganti alat kontrasepsi sebelum masa kadaluarsanya.

4) Pengukuran tingkat partisipasi PUS dalam program KB

Tingkat partisipasi PUS dapat digolongkan menjadi tiga

golongan, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat partisipasi PUS

dalam mengikuti program KB diukur dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (BKKBN dalam Sulistyo dkk, 2015:34).

𝑛
𝑃𝐿 = × 100%
𝑁
32

Keterangan:

PL = tingkat partisipasi PUS

n = jumlah PUS yang mengikuti KB

N = jumlah total PUS

d. Pasangan Usia Subur

Pasangan suami istri dikatakan subur apabila usia wanita yang

masih dalam masa subur. Patokan usia subur menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia yaitu umur dan menstruasi yang dialami

perempuan yang telah menikah. Perempuan yang disebut subur adalah

perempuan berstatus menikah yang berumur antara 15-49 tahun dan

lebih dari 49 tahun dan masih menstruasi. Perempuan usia 15 tahun

sebagai patokan awal masa subur karena perempuan dengan usia 15

tahun sudah mengalami masa pubertas dan haid yang menandakan organ

reproduksi sudah dapat berfungsi untuk menghasilkan keturunan.

Perempuan usia 49 tahun sebagai patokan akhir masa subur karena rata-

rata perempuan dengan usia 49 tahun sudah mengalami penurunan

fungsi organ reproduksi (www.depkes.go.id).

Patokan usia subur menurut Wirosuhardjo berdasarkan

kesempatan melahirkan. Batasan umur istri dikatakan subur yaitu antara

15-44 tahun. Perempuan yang mulai berusia 15 tahun sudah memiliki

kesempatan melahirkan karena rata-rata perempuan berusia 15 tahun

sudah mengalami menstruasi. Batas akhir perempuan dikatakan subur

adalah 44 tahun karena perempuan pada kelompok umur 44-49 tahun


33

memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk melahirkan. Perempuan

berusia 44 tahun juga rentan terhadap resiko melahirkan terlalu tua

sehingga kesempatan memiliki anak oleh perempuan dengan usia 44

tahun ke atas semakin kecil (Nilapaksi dan Hardati, 2015:13).

Muthiah dan Kadarisman memberikan pengertian pasangan usia

subur dari sudut pandang sosial. Pasangan usia subur merupakan laki-

laki dan perempuan yang terikat dalam satu ikatan perkawinan, tinggal

dalam satu rumah ataupun tidak, dan istri berusia antara 20-45 tahun.

Usia awal istri dikatakan 20 tahun dengan alasan bahwa perempuan

dengan usia dewasa sudah mampu menjalankan hak dan kewajiban

dalam rumah tangga secara bertanggungjawab (Muthiah dan

Kadarisman, 2015:5).

Pengertian pasangan usia subur (PUS) dalam penelitian ini adalah

pasangan suami istri yang terikat dalam satu ikatan perkawinan dan istri

berusia antara 15-49 tahun.

e. Pernikahan Dini

1) Pengertian Pernikahan Dini

Perkawinan hanya dapat diizinkan apabila laki-laki sudah

mencapai usia 19 tahun dan perempuan sudah mencapai usia 16

tahun. Perkawinan yang dilakukan oleh pasangan yang berusia di

bawah syarat umur yang ditetapkan, maka pernikahan tersebut

disebut pernikahan dini. Pernikahan yang dilakukan oleh pasangan

yang belum mencapai usia 21 tahun harus mendapatkan ijin dari


34

kedua orang tua (Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan).

Djamilah dan Kartikawati (2014:3) mendefinisikan

pernikahan dini sebagai pernikahan yang dilakukan remaja

perempuan yang belum mencapai usia 18 tahun. Pertimbangan usia

18 tahun sebagai patokan dikatakan pernikahan dini karena

perempuan yang berusia 18 tahun dianggap sudah mampu

menangggung tugas-tugas perkawinan dan mengasuh anak dengan

kondisi fisik dan mental yang matang.

Bunners (dalam Hanum dan Tukiman, 2015:36) memberikan

definisi pernikahan dini dari sudut pandang kesehatan, dimana yang

dimaksud pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan

sebelum mencapai usia 20 tahun. Perempuan di bawah usia 20 tahun

apabila melakukan hubungan seksual memiliki resiko terkena

kanker serviks atau terjangkit penyakit menular seksual. Resiko

lainnya adalah terjadi komplikasi saat persalinan yang dapat

mengancam nyawa ibu dan bayinya.

Pengertian pernikahan dini dalam penelitian ini mengacu pada

batasan umur menikah menurut Undang-undang No 1 Tahun 1974,

yaitu pernikahan yang dilakukan saat salah satu atau keduanya yang

belum berulang tahun ke 16 tahun (bagi perempuan) dan 19 tahun

(bagi laki-laki).
35

2) Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini

Remaja terdorong untuk melakukan pernikahan dini karena

alasan tertentu. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pernikahan

dini menurut Qibtiyah (2014:57) yaitu tingkat pendidikan dan

tempat tinggal. Sardi (2016:198-199) menyebutkan bahwa faktor

ekonomi, faktor pendidikan, adat istiadat, dan orang tua merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pernikahan dini. Faktor-faktor

penyebab pernikahan dini berdasarkan pendapat beberapa ahli di

atas yaitu faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor tempat tinggal,

faktor orang tua, dan faktor adat istiadat.

Hollean menjelaskan bahwa masalah ekonomi keluarga

menjadi penyebab terjadinya pernikahan dini. Pernikahan dijadikan

jalan keluar untuk mengurangi beban keluarga, terutama keluarga

dari pihak perempuan karena beban perempuan akan ditanggung

suaminya. Lamaran yang diajukan sebagai syarat pernikahan juga

menjadi daya tarik bagi keluarga untuk segera menikahkan anak

perempuannya (Sardi, 2016:198).

Perempuan yang tinggal di pedesaan sebagian besar hanya

menempuh pendidikan formal tingkat dasar. Penyebab rendahnya

tingkat pendidikan di pedesaan adalah sebagian besar penduduk

yang tinggal di desa memiliki pendapatan rendah dan menganggap

biaya untuk pendidikan mahal. Pencapaian pendidikan yang rendah

mengakibatkan perempuan tidak memiliki kesempatan


36

memperpanjang usianya untuk menunda pernikahan (Qibtiyah,

2015:55).

Orang tua yang memiliki anak gadis akan merasa cemas ketika

anaknya sudah dewasa atau mencapai masa baligh. Orang tua

ketakutan apabila anaknya berperilaku menyimpang dari norma

susila dan norma agama maupun ketakutan menjadi perawan tua

karena tidak segera menikah. Kecemasan dan ketakutan orang tua

tersebut yang mendorong mereka menikahkan anaknya di usia muda

(Jannah, 2012:92-93).

Keyakinan bahwa anak perempuan harus menikah dengan

laki-laki yang lebih tua telah menjadi adat istiadat di Indonesia

Perempuan yang sudah mencapai pubertas diyakini sudah siap

berumah tangga karena sudah mampu melahirkan anak, sedangkan

laki-laki cenderung menikah di usia yang lebih dewasa karena

didorong menempuh pendidikan tinggi agar memperoleh pekerjaan

yang layak dan mampu menafkahi keluarga.

(https://www.plan.org.au/~/media/plan/documents/resources/plan_

child_marriage_report_july_2014.pdf?la=en).

3) Dampak Negatif Pernikahan Dini

Pernikahan dini dapat memberikan dampak negatif bagi

pasangan yang menikah dini. Dampak pernikahan dini menurut Sari

dkk (2015:22) adalah dampak sosial dan dampak ekonomi. Dampak

negatif pernikahan dini menurut Djamillah dan Kartikawati


37

(2014:13) meliputi dampak ekonomi, dampak sosial, dampak

kesehatan, dan dampak psikologis.

Dampak ekonomi pernikahan dini yaitu perekonomian

pasangan yang menikah dini rendah karena kemampuan pasangan

usia remaja dalam bekerja masih rendah. Pekerjaan yang ditekuni

laki-laki yang menikah dini sebagian besar sebagai petani atau buruh

pabrik sehingga kebutuhan hidup seringkali tidak terpenuhi. Hampir

semua pelaku pernikahan dini masih tinggal dengan orang tua

karena belum bisa membangun rumah sendiri (Sari dkk, 2015:22).

Dampak sosial pernikahan dini dirasasakan bagi remaja yang

menikah karena hamil di luar nikah karena dianggap telah

melanggar norma susila sehingga mendapatkan perlakuan berbeda

(diskriminasi) dari keluarga dan masyarakat (Djamilah dan

Kartikawati, 2014:13). Pasangan yang melakukan pernikahan dini

juga cenderung pasif dalam lingkungan masyarakat sekitar karena

karena kondisi psikologisnya yang belum siap atau belum matang

dalam berinteraksi dengan masyarakat (Ijeoma et al, 2013:75).

Dampak kesehatan menikah dini terjadi pada perempuan.

Organ reproduksi perempuan di bawah 20 tahun belum siap untuk

seks dan kehamilan karena beresiko terjadi tekanan darah tinggi,

kejang-kejang, pendarahan hingga kematian ibu dan bayi. Ancaman

kesehatan lainnya adalah kanker serviks karena daya tahan tubuh


38

usia muda belum kuat dan rentan terkontaminasi virus di daerah

reproduksi (Hanum dan Tukiman, 2015:40).

Pernikahan di usia remaja dapat menghilangkan kesempatan

remaja untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi karena akan

dihadapi dengan tugas-tugas baru dari status baru yang

disandangnya setelah menikah. Remaja yang sudah menikah akan

merasa kehilangan waktu bermain bersama teman sebayanya

sehingga timbul rasa penyesalan dan tertekan. Rasa penyesalan dan

tekanan yang dialami remaja dapat mendorong terjadinya

pertengkaran-pertengkaran dalam rumah tangga, hingga

menyebabkan kekerasan dan perceraian (Jannah, 2012:90).

f. Karakteristik

Karakteristik penduduk merupakan karakter atau kondisi

penduduk berdasarkan usia, tingkat pendidikan, ekonomi, sosial, dan

lain-lain sebagai informasi dalam kajian kependudukan (Nilapaksi dan

Hardati, 2014:35). Karakteristik dapat digunakan sebagai tolak ukur

dalam melihat kualitas hidup penduduk. Terdapat empat sektor untuk

mengukur kualitas hidup penduduk, antara lain pendidikan, kesehatan,

sosial, dan ekonomi (Sunarti, 2006:56).

Tahun sukses pendidikan dijadikan patokan untuk mengukur

tingkat pendidikan. Tahun suskses pendidikan adalah lamanya

seseorang menempuh pendidikan formal yang diukur dengan satuan

tahun (Febryanti, 2015:44). Tingkat pendidikan formal meliputi SD,


39

SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi (Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Tingkat kesehatan penduduk di suatu negara dapat dilihat melalui

beberapa indikator diantaranya yaitu besarnya angka kematian bayi, usia

harapan hidup, morbiditas (angka kesakitan/keluhan kesehatan), tingkat

imunitas dan gizi balita (Badan Pusat Statistik, 2015:72-76). Suandi

menyatakan bahwa indikator kesehatan dapat dilihat melalui usia

harapan hidup, aktivitas fisik, status kesehatan, dan angkat kematian

bayi. Suandi juga mengemukakan karakteristik sosial yang ditunjukkan

dengan keberagaman (diversity), kesukarelaan, ikut serta dalam

aktivitas budaya, ikut serta dalam kegiatan politik, dan pemenuhan

keamanan serta keselamatan masyarakat (Sunarti, 2006:30).

Jenis pekerjaan dibagi menjadi tiga kategori lapangan usaha yaitu

pertanian, industri, dan jasa. Cakupan kategori usaha pertanian meliputi

pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan). Cakupan kategori

usaha industri meliputi pertambangan dan penggalian, listrik, gas, dan

air serta bangunan, dan industri pengolahan. Cakupan kategori usaha

jasa meliputi perdagangan (skala besar atau eceran), rumah makan dan

hotel, transportasi, komunikasi, asuransi, persewaan, pergudangan, dan

jasa kemasyarakatan (Badan Pusat Statistik, 2015:96).

Pendapatan berasal dari gaji, keuntungan, bonus, bunga, bagi

hasil, pemberian dari pihak lain, dan lain-lain. Artinya, pendapatan

berupa uang yang diperoleh dengan tenaga, aset yang dimiliki, maupun
40

pemberian orang lain (https://www.bps.go.id/istilah/). Pendapatan

dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu sangat tinggi (lebih dari Rp

3.500.000,00 per bulan), tinggi (antara Rp 2.500.000,00-Rp

3.500.000,00 per bulan), sedang (antara Rp 1.500.000,00-Rp

2.500.000,00 per bulan), dan rendah (kurang dari Rp 1.500.000,00 per

bulan) (https://sirusa.bps.go.id).

Karakteristik yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur

menikah, umur saat ini, kesehatan, kegiatan sosial yang diikuti, tahun

sukses pendidikan pekerjaan, pendapatan, dan kepemilikan aset.

2.2.Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan merupakan penelitian terdahulu

yang memiliki topik yang sama atau berkaitan dengan topik yang akan

diteliti. Penelitian terdahulu yang relevan dikaji untuk diketahui persamaan

dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Tati dan Indarjo (2017) merupakan

penelitian studi kasus dengan metode kualitatif dan sampel dipilih secara

purposive. Variabel penelitian meliputi pengetahuan, sikap, dan partisipasi

terhadap KB, nilai dan norma terhadap KB, peran dan dukungan keluarga

dan masyarakat terhadap program KB, aksesibilitas terhadap KB, praktik

petugas pelayanan KB, sarana kesehatan pendukung KB, ketersediaan

kontrasepsi. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel

penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada teknik analisis data.


41

Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012) merupakan penelitian

kualitatif dengan metode analisis data penelitian dan teknik sampel

bertujuan. Variabel persepsi yang diteliti meliputi persepsi terhadap KB dan

nilai anak, sedangkan variabel partisipasi yang diteliti meliputi akses

pelayanan KB, biaya berKB, periode keikutsertaan, intensitas keikutsertaan,

sikap terhadap informasi terkait program KB, dan kendala keikutsertaan.

Penelitian ini berbeda dari segi variabel penelitian, namun sama-sama

meneliti PUS yang menikah di bawah usia 20 tahun.

Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2013) merupakan penelitian

survei dengan pendekatan cross sectional. Variabel dalam diteliti meliputi

pendidikan terakhir, usia memakai kontrasepsi pertama kali, jumlah anak,

pengetahuan tentang KB, dan keikutsertaan dalam program KB.

Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik simple random

sampling, teknik analisis data menggunakan uji chi square untuk

mengetahui uji pengaruh dan uji regresi logisik berganda untuk uji faktor

yang memiliki pengaruh paling tinggi. Persamaan penelitian Hakim dengan

penelitian ini terletak pada variabel penelitian, sedangkan perbedaannya

terletak pada sasaran penelitian, teknik sampling dan teknik analisis data.

Penelitian yang dilakukan oleh Tilahun et al (2013) merupakan

penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel yang diteliti meliputi umur

responden, tingkat pendiidkan, agama, pekerjaan, usia menikah,

pengetahuan tentang KB, sikap terhadap KB, praktik dalam penggunaan

kontrasepsi, komunikasi suami istri tentang KB, dan alasan tidak


42

menggunakan kontrasepsi. Pengambilan data menggunakan teknik

kuesioner, wawancara, dan diskusi kelompok. Teknik sampel yang

digunakan adalah random sampling. Perbedaan dengan penelitian ini

terletak pada sasaran penelitian dan teknik sampel.

Penelitian yang dilakukan oleh Yoni Malinda (2012) merupakan

penelitian studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Variabel yang

diteliti meliputi karakteristik sosial-demografi, jumlah anak lahir hidup,

umur kawin pertama, dan penggunaan kontrasepsi. Teknik pengambilan

sampel menggunakan purposive sampling untuk menentukan seluruh

responden adalah perempuan berusia 15-19 tahun berstatus kawin. Teknik

analisis data yang digunakan adalah analisis bivariat dan multivariat dengan

logistik regresi. Persamaan penelitian Yoni Malinda dengan penelitian ini

yaitu sama-sama meneliti karakteristik responden, sedangkan perbedaannya

terletak pada teknik analisis data dan sasaran penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Nansseu dkk (2015) merupakan

penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Variabel yang

diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,

pengetahuan tentang KB, metode kontrasepsi yang digunakan, dan tingkat

keikutsertaan suami. Pemilihan sampel dilakukan secara acak pada wanita

yang telah menikah minimal berusia 15 tahun dan analisis data dilakukan

dengan menghitung persentase masing-masing variabel. Persamaan dengan

penelitian ini terletak pada variabel penelitian, sedangkan perbedaannya

adalah sasaran penelitian dan teknik pemilihan sampel.


43

Penelitian yang dilakukan oleh Mustafa dkk (2015) meneliti tentang

pendapatan rata-rata per bulan; masalah terkait kehamilan; perilaku mencari

pelayanan kesehatan; pengetahuan, persepsi, dan sumber pengetahuan

tentang KB dan kontrasepsi modern; perilaku dan penggunaan kontrasepsi

saat ini; dan hambatan terhadap KB dan kontrasepsi modern. Pengumpulan

data menggunakan teknik Focus Group Discussions (FGDs) dengan

memilih peserta secara acak yaitu pasangan suami istri yang baru menikah

dan belum memiliki anak berusia di atas dua tahun. Analisis data dilakukan

dengan pendekatan analisis tematik yaitu dengan membaca data hasil

rekaman FDGs kemudian dikodekan dan dianalisis secara tematis

menggunakan perangkat lunak QSR NVIVO 8 untuk Windows kemudian

disempurnakan dan dikategorikan. Persamaan dengan penelitian ini adalah

sama-sama meneliti tentang pengetahuan tentang KB dan penggunaan

kontrasepsi, sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitian.

Penelitian yang dilakukan oleh Ulifatur Rosidah dkk (2018)

merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Variabel yang diteliti meliputi

tingkat pengetahuan tentang pernikahan dini, sikap terhadap pernikahan

dini, dan tindakan terhadap pernikahan dini. Unit analisis dalam penelitian

ini adalah wanita usia subur yang menikah dini. Pemilihan sampel dilakukan

dengan teknik sampling area berdasarkan jarak dari pusat kota dan analisis

data dilakukan dengan teknik deskriptif persentase. Persamaan dengan

penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tingkat pengetahuan tentang

pernikahan dini, sedangkan perbedaannya terletak pada teknik sampling.


44

Tabel 2.2. Penelitian yang Relevan


Metode
No Pengarang dan Judul Hasil
Penelitian
1 Susi Dwi Maret Tati dan Penelitian Pasangan pernikahan dini
Sofwan Indarjo (2017). studi kasus memiliki pengetahuan
Partisipasi Pasangan dengan yang rendah tentang
Pernikahan Dini metode program KB dan
Terhadap Program kualitatif. menggunakan alat
Keluarga Berencana. kontrasepsi setelah
Jurnal. meninggalnya anak
pertama pasca kelahiran.
2 Sih Wulan Ardhiana Penelitian Masyarakat pasangan
Putri (2012). Persepsi kualitatif muda di Desa
dan Partisipasi dengan Giripanggung telah sadar
Masyarakat Pasangan metode KB dan telah berpartisipasi
Usia Muda Terhadap analisis data dalam pelaksanaan KB
Program Keluarga penelitian. secara berkelanjutan.
Berencana di Desa
Giripanggung.
Jurnal.
3 Arif Rahman Hakim Penelitian Pengetahuan tentang
(2013). Faktor-Faktor survei program KB merupakan
Yang Mempengaruhi dengan faktor yang paling
Partisipasi Pasangan pendekatan berpengaruh bagi PUS
Usia Subur Dalam cross untuk berpartisipasi
Program KB Di sectional. terhadap program KB. Usia
Kecamatan Kauman pertama berKB dan jarak
Kabupaten Ponorogo. dari pusat layanan KB
Jurnal tidak berpengaruh
signifikan terhadap
partisipasi PUS.
4 Tizta Tilahun et al Penelitian Laki-laki dan perempuan
(2013). Family Planning dengan yang sudah menikah
Knowledge, Attitude, metode memiliki pengetahuan
and Practice among deskriptif yang tinggi terhadap
Married Couples in kuantitatif. keluarga berencana, 93%
Jimma Zone, Ethiopia. laki-laki mendukung
Jurnal. pasangan menggunakan
kontrasepsi, prakteknya
terhadap KB yaitu
perempuan lebih banyak
menggunakan kontrasepsi
dibanding laki-laki.
5 Yoni Malinda (2012). Penelitian Umur kawin pertama tidak
Hubungan Umur Kawin studi memiliki hubungan yang
Pertama dan analitik signifikan dengan fertilitas
45

Penggunaan Kontrasepsi dengan remaja, sedangkan


Dengan Fertilitas pendekatan penggunaan kontrasepsi
Remaja Berstatus Kawin cross memiliki hubungan yang
(Analisis Riskesdas sectional. signifikan dengan fertilitas
2010). remaja.
Jurnal.
6 Nansseu et al (2015). Penelitian Wanita berstatus menikah
Assesing The kuantitatif sebagian besar telah
Knowledge, Attitude, dengan mengetahui KB dan
and Practice of Family pendekatan menggunakan kontrasepsi.
Planning Among cross Alasan wanita tidak
Women Living in The sectional. memakai kontrasepsi yaitu
Mbouda Health District, pengetahuan tentang
Cameroon. kontrasepsi rendah, namun
Jurnal. mereka bersedia memakai
kontrasepsi apabila mereka
dapat menerima informasi
tentang kontrasepsi.
7 Ghulam Mustafa et al Penelitian PUS mengetahui metode
(2015). Family Planning deskriptif kontrasepsi modern,
Knowledge, Attitudes, kualitatif namun hampir seluruh PUS
and Practices among dengan tidak mengikuti KB karena
Married Men and desain menganggap program KB
Women in Rural Areas eksploratif. bertentangan dengan nilai
of Pakistan:Finding agama, menginginkan
from a Qualitative Need jumlah anak yang banyak,
Assessment Study. khawatir terhadap efek
Jurnal. samping kontrasepsi, dan
kurangnya akses informasi
dan layanan KB.
8 Ulifatur Rosidah, Penelitian WUS yang menikah dini
Ariyani Indrayati, dan deskriptif memiliki pengetahuan
Puji Hardati (2018). kuantitatif. rendah tentang pernikahan
Tingkat Pengetahuan dini, respon negatif (setuju)
Sikap dan Tindakan terhadap pernikahan dini,
Wanita Usia Subur mendukung pernikahan
Tentang Pernikahan dini dengan dorongan dari
Dini Di Kecamatan orang tua, tidak mengikuti
Karangmoncol KB setelah menikah, dan
Kabupaten Purbalingga. rata-rata telah memiliki 3
Jurnal. anak.
Sumber : Tati dan Indarjo (2017), Putri (2012), Hakim (2013), Nilapaksi
dan Hardati (2015), Malinda (2012), Nansseu et al (2015),
Mustafa et al (2015), dan Rosidah dkk (2018).
46

3. Kerangka Berpikir

Program Keluarga Berencana adalah gerakan mewujudkan keluarga

yang berkualitas dengan mengatur kehamilan sesuai dengan hak-hak

reproduksi (Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009). Keluarga Berencana

dibentuk untuk menekan peningkatan jumlah penduduk. Jumlah penduduk

Indonesia tahun 1971 sebanyak 119.208.229 jiwa, kemudian tahun 1980

mengalami peningkatan sebesar 19,17%, tahun 1990 mengalami

peningkatan sebesar 17,77%, tahun 2000 mengalami peningkatan 13,03%,

dan tahun 2010 mengalami peningkatan 13,20% menjadi 237.641.326 jiwa

(www.bps.go.id).

Peningkatan jumlah penduduk salah satunya disebabkan oleh faktor

kelahiran, terutama kelahiran pada perempuan yang menikah dini.

Perempuan yang menikah dini memiliki kesempatan melahirkan yang lebih

tinggi dibandingkan perempuan yang yang menikah di usia dewasa karena

masa subur perempuan menikah dini lebih panjang. Program KB berupaya

mengatasi masalah kelahiran akibat pernikahan dini dengan menargetkan

penurunan angka kelahiran menurut umur 15-19 tahun menjadi 40 kelahiran

per 1000 perempuan berumur 15-19 tahun (BKKBN, 2016:25).

Karakteristik remaja yang beresiko menikah dini adalah mereka

yang tinggal di wilayah pedesaan, sudah tidak bersekolah, berasal dari

keluarga dengan perekonomian yang lemah, dan tidak bekerja. Remaja yang

tinggal di pedesaan tidak memiliki kesempatan menunda pernikahan sampai

usia dewasa karena sudah tidak bersekolah. Selain itu, penduduk di wilayah
47

pedesaan memiliki pemikiran terhadap remaja perempuan untuk segera

menikah daripada tidak memiliki kesibukan apapun (Raharja, 2014:10-12).

Kecamatan Tambakromo menjadi kecamatan tertinggi kasus

pernikahan di bawah usia 16 tahun dini dari tahun 2013-2017 se Kabupaten

Pati (Kementerian Agama Kabupaten Pati, 2018). Desa Maitan menjadi

desa tertinggi di Kecamatan Tambakromo, ditunjukkan dengan distribusi

persentase sebesar 34,95% (Kantor Urusan Agama Kecamatan

Tambakromo, 2018). Persentase peserta KB aktif di Desa Maitan

mengalami stagnan dan penurunan pada tahun 2012, 2013, 2014, 2015,

2016 yaitu 78,73%; 78,72%; 81,32%; 81,91%; dan 81,32%.

Pasangan menikah dini perlu mengetahui dan mengikuti Program

KB untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini. Selain

itu, pasangan yang menikah dini juga harus memahami pentingnya

menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan terlalu muda.

Tingkat pengetahuan dan tingkat partisipasi PUS terhadap program KB

dapat mempengaruhi kualitas PUS dalam mengikuti program KB. PUS

dengan tingkat pengetahuan kurang tentang program KB cenderung pasif,

sedangkan seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang

program KB aktif berpartisipasi dalam program KB. PU(Suminar, 2016:7).

Peneliti ingin mengetahui pengetahuan dan partisipasi PUS yang

melakukan pernikahan dini terhadap program KB di kecamatan tertinggi

kejadian pernikahan dini se Kabupaten Pati. Kerangka berpikir penelitian

ini dapat dilihat pada gambar 2.1. sebagai berikut.


48

Jumlah Penduduk Indonesia mengalami kenaikan setiap tahun

Pernikahan dini sebagai salah satu penyebab


peningkatan jumlah penduduk

Program Keluarga Berencana sebagai gerakan


nasional mengatasi masalah kependudukan

Indikator pencapaian penurunan angka kelahiran pada


perempuan usia 15-19 tahun yaitu 40 kelahiran per 1000
perempuan berusia 15-19 tahun

Persentase peserta KB aktif menurun

Pasangan Usia Subur (PUS) yang menikah dini perlu


mengikuti program KB.

Pengetahuan tentang pernikahan Partisipasi Terhadap


dini dan Program KB Program KB

Peningkatan Pengetahuan dan Partisipasi PUS Yang Melakukan Pernikahan Dini


Terhadap Program KB

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB V

PENUTUP

1. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Tingkat pernikahan dini di Desa Maitan tahun 2013-2017 menurun

namun masih berada di atas rata-rata tingkat pernikahan dini nasional.

Penyebab terbesar pernikahan dini karena keinginan remaja

menghindari perzinahan karena sudah berpacaran.

b. Rata-rata usia menikah laki-laki yaitu 19,75 tahun, sedangkan rata-rata

usia menikah perempuan yaitu 15 tahun. Tingkat pendidikan formal

yang paling tinggi dicapai PUS menikah dini yaitu SMP. PUS menikah

dini sebagian besar tidak mengikuti kegiatan sosial. Pendapatan rata-rata

per bulan PUS menikah dini sebesar Rp 2.465.000,00 dan sebagian besar

menekuni pekerjaan di bidang konveksi.

c. PUS menikah dini memiliki tingkat pengetahuan tinggi terhadap

pernikahan dini karena memperoleh informasi dari pengalaman pribadi

dan orang lain, PPKBD Maitan, dan media massa. Tingkat pengetahuan

PUS menikah dini terhadap program KB sebagian besar sedang. PUS

memahami kontrasepsi namun belum memahami tujuan, sasaran, ruang

lingkup, dan kegiatan KB karena PUS pasif mencari informasi KB.

d. PUS menikah dini sebagian besar memiliki tingkat partisipasi sedang

terhadap program KB, dimana PUS menikah dini sadar harus mengikuti

KB karena memiliki resiko melahirkan di usia muda, bertanggung jawab

140
141

dalam menjalankan perannya sebagai akseptor KB maupun mendukung

pasangan untuk menggunakan kontrasepsi, namun cenderung pasif

mencari informasi (mengikuti penyuluhan KB, berkonsultasi seputar

kontrasepsi, maupun mengikuti perkembangan KB di media massa)

e. PUS menikah dini sebagian besar tidak menginginkan anak segera dan

menggunakan kontrasepsi setelah menikah, namun seluruh PUS yang

sudah memiliki anak melahirkan di bawah usia 21 tahun. Suntik menjadi

alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan PUS menikah dini

karena suntik dianggap paling sesuai dengan kebutuhan.

2. Saran

Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ditujukan untuk

pasangan usia subur yang menikah dini adalah lebih aktif untuk mencari

informasi tentang program KB dan aktif dalam kegiatan-kegiatan dalam

program KB. Peningkatan partisipasi dapat menambah pengetahuan tentang

KB dan menambah pengalaman PUS. Pengetahuan yang sudah dimiliki

sebaiknya diaplikasikan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari untuk

mendorong PUS mewujudkan keluarga yang berkualitas.


DAFTAR PUSTAKA

Acharya, Dev Raj., Bhattarai, Rabi., Poobalan, A., Teijlingen, V. E., and Chapman,
G. 2014. Factor Associated With Teenage Pregnancy in South Asia. Health
Science Journal. 4 (1), 3-14.

Affandi, Biran. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Ahmad, Sulfanawati., Esther Hutagaol., dan Reginus Malara. 2014. Hubungan


Pengetahuan Ibu Usia Remaja dan Dewasa Muda Tentang KB Dengan
Penggunaan Alat Kontrasepsi Setelah Melahirkan Di Puskesmas Mabapura
Kabupaten Halmahera Timur. Jurnal Keperawatan, 2(2).

Anderson, Lorin W dan Krathwol. 2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,


Pengajaran dan Asesmen. Terjemahan Agung Prihantoro. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bachtiyar, Nosa Arighi dan Sri Wibawani. 2017. Implementasi Program Kampung
Keluarga Berencana Di Dusun Ambeng-Ambeng Desa Ngingas Kecamatan
Waru Kabupaten Sidoarjo. Dinamika Governance: Jurnal Ilmu Administrasi
Negara, 7(1), 13-26.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana. 2016. Rencana Strategis Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015-2019 Revisi.
Jakarta: BKKBN.

Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,


Kementerian Kesehatan, dan ICF Internasional. 2013. Indonesia
Demographic and Health Survey 2012. Jakarta, Indonesia: BPS, BKKBN,
Kemenkes and ICF Internasional.

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2015. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta:


Badan Pusat Statistik Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. 2014. Kecamatan Tambakromo dalam Angka
2014. Pati: BPS Kabupaten Pati.

. 2015. Kecamatan Tambakromo dalam Angka 2015. Pati: BPS Kabupaten


Pati.

. 2017. Kecamatan Tambakromo dalam Angka 2016. Pati: BPS Kabupaten


Pati.

142
143

. 2017. Kecamatan Tambakromo dalam Angka 2017. Pati: BPS Kabupaten


Pati.

Dewi, Maharani Candra dan Saptono Putro. 2018. Hubungan Pengetahuan


Akseptor Dengan Preferensi Penggunaan Alat Kontrasepsi Di Kelurahan
Meteseh Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun 2018. Edu
Geography, 1-19.

Djamilah dan Reni Kartikawati. 2014. Dampak Perkawinan Anak di Indonesia.


Jurnal Studi Pemuda. 3(1), 1-16.

Erista, Dina Widya dan Saptono Putro. 2016. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Pasangan Usia Subur di Desa
Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tahun 2015. Edu Geography.
2, 43-48.

Febryanti, Lusiana. 2015. Kontribusi Faktor Pendidikan Terhadap Usia Perkawinan


Pertama Wanita Di Kecamatan Trangkil Kabupaten Pati. Jurnal Geografi,
12(1), 39-51.

Febriansyah, Muhammad. 2015. Studi Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam


Program Keluarga Berencana Di Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai
Kartanegara. E.Journal Administrasi Negara, 3(3):873-884.

Fitriani, Anis. 2016. Peran Perempuan Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi.


Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 29(3), 121-132.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS
20. Semarang: Universitas Diponegoro.

Hakim, Arif Rahman. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi


Pasangan Usia Subur Dalam Program KB Di Kecamatan Kauman Kabupaten
Ponorogo. Swara Bhumi, 2(3).

Hanum, Yuspa dan Tukiman. 2015. Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan
Alat Reproduksi Wanita. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 13(26).

Hartanto, Hanafi. 2015. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan.

Hapsari, Dwi., Ika Dharmayanti, dan Nunik Kusumawardani. 2014. Faktor-Faktor


yang Berpengaruh Terhadap Resiko Kehamilan 4 Terlalu Pada Wanita Usia
10-59 Tahun (Analisis Riskesdas 2010). Media Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 24(3):143-152.
144

Hardati, Puji. 2013. Pertumbuhan Penduduk dan Stuktur Lapangan Pekerjaan Di


Jawa Tengah. In Forum Ilmu Sosial. Vol 40, No 2.

Ijeoma, Okereke Chinyere., Joseph O. Uwakwe., and Nwamuo Paul. 2013.


Education an Antidote Against Early Marriage For The Girl-Child. Journal
of Educational and Social Research, 3(5), 73.

Ikamari, Lawrence DE. 2005. The Effect of Education On The Timing Of Marriage
In Kenya. Demographic Research, 12, 1-28.

Jannah, Umi Sumbulah Faridatul. 2012. Pernikahan Dini dan Implikasinya


Terhadap Kehidupan Keluarga Pada Masyarakat Madura (Perspektif Hukum
dan Gender). EGALITA.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pusat Data dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

. 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 560/94 Tahun 2017 Tentang Upah
Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018.
Semarang

Malinda, Yoni. 2012. Hubungan Umur Kawin Pertama dan Penggunaan


Kontrasepsi dengan Fertilitas Remaja Berstatus Kawin (Analisis Riskesdas
2010). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 3(2), 69-81.

Mustafa, Ghulam, et al. 2015. Family planning knowledge, attitudes, and practices
among married men and women in rural areas of Pakistan: Finding from a
qualitative need assessment study. International Journal of Reproductive
Medicine, 1-8.

Mustari, Mohamad. 2011. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidikan Karakter.


Yogyakarta: Laksbang Pressindo.

Muthiah, Siti dan Yoskar Kadarisman. 2015. Respon Pasangan Usia Subur
Terhadap Program Keluarga Berencana Di Desa Tanjung Belit Kecamatan
145

Siak Kecil Kabupaten Bengkalis. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang


Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1(1), 1-15.

Nansseu, J.R.N., Nchinda, E.C., Katte, J.C., Nchagnouot, F.M., and Nguesta, G.D.
2015. Assesing The Knowledge, Attitude and Practice of Family Planning
Among Women Living In The Mbouda Health District, Cameroon.
Reproductive Health, 12(1), 92.

Ndanga, D. N. Y. 2016. Analisa Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program


Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Keluarga Berencana. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 5(3), 206-2010.

Nessa, K., Zebunnesa, M., Bari, N., & Saleh, A. B. 2014. Study of Some
Sociodemographic Factors in Teenage Pregnancy. Chattagram Maa-O-Sishu
Hospital Medical College Journal, 13(3), 21-25.

Nilapaksi, Niken dan Puji Hardati. 2015. Karakteristik Pasangan Usia Subur yang
Tidak Mengikuti Program Keluarga Berencana di Kecamatan Kedungwuni
Kabupaten Pekalongan. Edu Geography, 3(8).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Oakley, Peter. 1991. Projects with people: The practice of participation in rural
development. International Labour Organization.

Oktavia, Eka Radiyanti., Fatehah Rahma Agustin., Nandito Mapian Magai., Widya
Hary Cahyati. 2018. Pengetahuan Resiko Pernikahan Dini Pada Remaja
Umur 13-19 Tahun, HIGEIA, 2(2), 239-248.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tentang Pelayanan


Kesehatan Kehamilan. 2014. Jakarta: Diperbanyak oleh Kebijakan AIDS
Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga
Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga. 2014. Jakarta: Diperbanyak oleh
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Putri, Sih Wulan Ardhiana Putri. 2012. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat
Pasangan Usia Muda Terhadap Program Keluarga Berencana di Desa
Giripanggung.

Qibtiyah, Mariyatul. 2015. Faktor Yang Mempengaruhi Perkawinan Muda


Perempuan. Biometrika dan Kependudukan, 3(1).
146

Raharja, Mugia Bayu. 2014. Fertilitas Remaja di Indonesia. Kesmas: National


Public Health Journal, 9(1), 6-13.

Rosidah, Ulifatur., Ariyani Indrayati., dan Puji Hardati. 2018. Tingkat Pengetahuan
Sikap dan Tindakan Wanita Usia Subur Tentang Pernikahan Dini Di
Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalingga. Edu Geography, 1-17.

Rozi, Ngesti W Utami dan Lasri. 2017. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Terhadap Motivasi Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria PUS di Desa
Mulyorejo Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang. Nursing News: Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Keperawatan, 2(3).

Sardi, Beteq. 2016. Faktor-faktor Pendorong Pernikahan Dini dan Dampaknya di


Desa Mahak Baru Kecamatan Sungah Boh Kabupaten Malinau. Ejournal
Sosiatri-Sosiologi, 4(3), 194-207.

Sari, Mifta Ratna. 2013. Studi Kasus Perkawinan Usia Muda Pada Wanita Di
Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Swara Bhumi, 2(3).

Sari, Veronica Sovita., Suwarsito, dan Mustolikh. 2015. Kajian Faktor-Faktor


Penyebab Perkawinan Usia Muda Dan Dampaknya Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Di Desa Lebakwangi Kecamatan Pagedongan Kabupaten
Banjarnegara. Geoedukasi, 4(2).

Sudarti, Ken dan Puji Prasetyaningtyas. 2011. Peningkatan Minat dan Keputusan
Berpartisipasi Akseptor KB. Jurnal Dinamika Manajemen, 2(2).

Sudjana, Nana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo, Budi., Puji Hardati., dan Ariyani Indrayati. 2015. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Partisipasi Pasangan Usia Subur Dalam
Pelaksanaan Program KB Di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang, Geo
Image, 4(1).

Suminar, Aprilianto Tegar. 2016. Hubungan Pengetahuan, Minat, dan Sikap


Dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga Dalam Keluarga Berencana (KB) Di
Desa Pakembinangun Kecamatan Pakem. Geo Educasia-S1, 1(11).

Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera: Sejarah Pengembangan,


Evaluasi, dan Keberlanjutannya. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor.
147

Surinati, I.D., Mayuni, I.G., dan Putra I.K.2015.Faktor Penyebab Rendahnya


Jumlah Pria Menjadi Akseptor Keluarga Berencana.Gema Keperawatan,1-6.

Tati, Susi Dwi Maret dan Sofwan Indarjo. 2017. Partisipasi Pasangan Pernikahan
Dini Terhadap Program Keluarga Berencana, HIGEIA, 1(2).

Tilahun et al. 2013. Family Planning Knowledge, Attitude, and Practice Among
Married Couples In Jimma Zone, Ethiopia. PloS one, 8(4), e61335.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.


1974. Jakarta: Diperbanyak oleh Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-
undangan.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta: Diperbanyak
oleh Tim Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Diperbanyak oleh Kementerian Riset
Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga. 2009. Jakarta: Diperbanyak oleh Jaringan Informasi
dan Dokumentasi Hukum Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional Republik Indonesia.

Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.pati/Bab%2
02%20SEPTEMBER%205.pdf (diakses pada 8 September 2018).

https://sirusa.bps.go.id/ (diakses pada 15 April 2018).

https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/8505/1714 (diakses
pada 3 Maret 2018).

https://www.bkkbn.go.id.pages/sejarah-bkkbn (diakses pada 20 Mei 2018).

https://www.bps.go.id/ (diakses pada 4 April 2018).

https://www.bps.go.id/istilah/ (diakses pada 4 April 2018).

https://www.plan.org.au/~/media/plan/documents/resources/plan_child_marriage_
report_july_2014.pdf?la=en. (diakses pada 3 Maret 2018).
148

http://www.searo.who.int/entity/maternal_reproductive_health/documents/family-
planning/en/ (diakses pada 6 September 2018).

https://www.unicef.org/indonesia/UNICEF_Indonesia_Child_Marriage_Reserach
_Brief_.pdf (diakses pada 7 September 2018).

jateng.bkkbn.go.id (diakses pada 15 Juni 2018).

pkbijateng.or.id (diakses pada 14 Maret 2018).

www.depkes.go.id (diakses pada 8 Juli 2018).

Anda mungkin juga menyukai