Anda di halaman 1dari 15

Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 1

KEHIDUPAN SUKU ANAK – DALAM DI KECAMATAN AIR HITAM


KABUPATEN SAROLANGUN
1
Muhammad Ibrahim, Gurniwan Kamil Pasya, Djakaria M Nur
1
baim220390@yahoo.com
Departemen Pendidikan Geografi
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Suku Anak – Dalam merupakan salah satu masyarakat yang sangat menggantungkan
hidupnya terhadap sumber daya alam yang ada dihutan. Semakin berkurangnya luas hutan
di Kabupaten Sarolangun akibat dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal ini akan
mengakibatkan terjadinya perubahan sosial-budaya kehidupan Suku Anak - Dalam di
Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian Kualitatif
Deskriptif dengan metode Fenomenalogi untuk mengungkap kehidupan Suku Anak -
Dalam terkait dengan terjadinya konversi hutan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik prosedur purposive dengan menggunakan key person untuk
menentukan informannya. Ada empat rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1)
Bagaimanakah sistem penguasaan hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam di Kecamatan
Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 2) Apa saja kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang
masih dipertahankan di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 3) Bagaimanakah
adaptasi Suku Anak - Dalam terhadap lingkungan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan
Air Hitam Kabupaten Sarolangun. 4) Bagaimanakah implementasi pembelajaran Geografi
di SMA dalam menyerap nilai-nilai kearifan lokal Suku Anak - Dalam, dalam menjaga
kelestarian hutan.
Berdasarkan hasil penelitian terjadi perubahan pada sistem penguasaan hutan yang
dilakukan Suku Anak - Dalam. Perubahan itu yaitu pemerintah dan Suku Anak - Dalam
bekerjasama membentuk sebuah hutan adat. Kawasan hutan yang masuk kedalam wilayah
hutan adat tidak boleh ditebang untuk dijadikan ladang oleh Suku Anak - Dalam. Sementara
Suku Anak -Dalam yang hidup didalam kawasan hutan adat, boleh menebang hutan tetapi
harus mengikuti aturan adat. Kearifan lokal Suku Anak - Dalam yang masih mereka jaga
dan berhasil dalam menjaga kelestarian hutan yaitu hompongan dan larangan-larangan atau
aturan adat berupa kawasan hutan dan pohon-pohon yang tidak boleh ditebang. Adapun
adaptasi yang dilakukan oleh Suku Anak - Dalam dilingkungan perkebunan kelapa sawit
yaitu dengan mengkonsumsi makanan dari luar hutan, penggunaan teknologi baru dalam
kehidupan Suku Anak – Dalam, berubahnya mata pencaharian, dan perubahan pola
pembukaan lahan.

Kata kunci : Suku Anak – Dalam, penguasaan hutan, kearifan lokal, adaptasi.
2 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

ABSTRACT
Suku Anak – Dalam In is one of the very society drape his life to natural resources
that exist in the forest. A devastating vast forests in Sarolangun result converted to Palm
oil plantations, this will result in the occurrence of changes in socio-cultural life of Suku
Anak – Dalam In Air Hitam District in Sarolangun.
This research was carried out by using a descriptive Qualitative design research with
the method Fenomenalogi to uncover the lives of Suku Anak - Dalam in the tribe associated
with the occurrence of forest conversion. Sampling techniques using the technique of
purposive procedure using the key person to determine the informan. There are four
formula issue in this study, namely: 1) How did the forest tenure system which made the
Suku Anak - Dalam in Air Hitam District in Sarolangun. 2) What are the local wisdom Of
Suku Anak – Dalam in that is still maintained in Sarolangun Regency Air Hitam. 3) How
is the adaptation Of the children in the neighborhood of palm oil plantations in Sarolangun
Regency Air Hitam. 4) How is the implementation of learning Geography in high school
in absorbing local wisdom values the Suku Anak - Dalam inside, in maintaining forest
sustainability.
Based on the results of the research there are changes in forest tenure system which
made the Suku Anak - Dalam inside. The change is that the Government and the tribes of
the Suku Anak - Dalam of the indigenous forest formed a partnership. Forest areas
belonging to the indigenous forest territories should not be cut down into a field by the
Suku Anak - Dalam. While the Suku Anak - Dalam in the living in the forest areas of
custom, may cut down forests but must follow the rules of custom. Local wisdom of Suku
Anak - Dalam in their care and are still succeeding in maintaining the sustainability of
forests and hompongan prohibitions or customs rules in the form of the forest and the trees
should not be cut down. As for the adaptation done by Suku Anak - Dalam in the
surroundings of Palm oil plantations is to consume foods from outside the forest, the use
of new technologies in the life of the Suku Anak - Dalam, with the shift Suku Anak - Dalam
livelihoods, and changes in the pattern of the opening of the land.

Keywords : Suku Anak – Dalam, mastery of the forest, local wisdom, adaptation.

PENDAHULUAN Investasi di sektor perkebunan kelapa sawit


Pembangunan di Indonesia terus yang meningkat pesat pada tahun 1980-an dan
ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan 1990-an yang kemudian membutuhkan
kesejahteraan masyarakat. Usaha – usaha penyediaan lahan yang meningkat pula.
pemerintah untuk meningkatkan Penyediaan lahan untuk perkebunan kelapa
kesejahteraan masyarakat direalisasikan sawit tersebut, dilakukan dengan cara
melalui pembangunan dibidang ekonomi. mengkonversi hutan. Perluasan lahan
Karena perekonomianlah yang menjadi peran perkebunan sawit dengan mengkonversi
penting dalam peningkatan kesejahteraan hutan terjadi di Provinsi Jambi. Laju konversi
masyarakat. lahan hutan untuk kepentingan perkebunan
Bidang perekonomian yang terus kelapa sawit telah terjadi sejak 1970 di Jambi.
dikembangkan oleh pemerintah salah satunya Sehingga pada tahun 2000an luas hutan jambi
yaitu sektor perkebunan. Diantara komoditas hanya berkisar 1,6 juta hektar.
perkebunan komersil, tanaman kelapa sawit Konversi lahan hutan yang semakin
dapat dikatakan menjadi primadona. meningkat dari tahun ketahunnya akibat dari
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 3

kebutuhan lahan perkebunan sawit yang mempengaruhi kualitas hidup Orang


semakin meningkat hal ini jelas tidak hanya Rimba. Secara perlahan – lahan mereka
akan mengancam kehancuran kehilangan mata pencaharian seiring
keanekaragaman hayati, namun juga mulai hilangnya hutan – hutan yang ada
masyarakat yang ada di dalam dan di sekitar di Jambi. Mereka terpaksa menyesuaikan
hutan yang selama ini menggantungkan diri dengan lingkungan alam yang baru.
hidupnya terhadap sumber daya alam yang Karena itu tidak mengherankan jika
ada di hutan. Suku Anak - Dalam atau Orang mereka mulai kesulitan mencari bahan
Rimba merupakan salah satu masyarakat yang makanan di hutan dan terpaksa mencari
hidup didalam dan diluar sekitar hutan dengan makanan di perkampungan melayu.
pola hidup yang terbelakang dan terasing di Kualitas hidup mereka semakin lama
provinsi Jambi. Suku Anak -Dalam adalah semakin menurun seperti ditemukannya
orang pra melayu yang merupakan penduduk kasus – kasus kelaparan di beberapa
asli Sumatera. Suku Anak - Dalam sangat kantong pemukiman Orang
mengantungkan hidupnya pada sumber daya Rimba..laporan Bank Dunia mencatat
alam yang ada dihutan. Mereka hidup temuan sekelompok Orang Rimba yang
berpindah-pindah dan mengumpulkan menjadi pengemis di jalanan dan
makanan dengan cara berburu dan meramu. menggelandang di pemukiman
Prasetijo (2011:19) mengatakan : masyarakat karena hilangnya hutan
“Perubahan fungsi hutan akan sebagai tumpuan hidup mereka”.
mempengaruhi keberadaan masyarakat
setempat yang berdiam disekitar hutan, Jumlah Suku Anak - Dalam di Jambi menurut
termasuk Orang Rimba yang data statistik kabupaten Sarolangun
mendasarkan hidupnya pada hutan. berjumalah 3.198 jiwa yang tersebar
Hutan, bagi Orang Rimba, tidak hanya dibeberapa kabupaten atau kota. Untuk lebih
berfungsi ekonomi tetapi juga jelasnya lihat Tabel Jumlah Suku Anak -
mempunyai makna budaya yang sangat Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin dan
tinggi. Perubahan fungsi hutan akan Kabupaten di Provinsi Jambi
.
Tabel 1.1
Jumlah Suku Anak - Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kabupaten
Jenis Kelamin
Kabupaten/Kota Jumlah
Laki-laki Perempuan
Merangin 439 419 858
Sarolangun 537 558 1.095
Batanghari 40 39 79
Tanjab Barat 31 26 57
Tebo 420 403 823
Bungo 143 143 286
Jumlah 1.610 1.588 3.198
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sarolangun (2010)

Dilihat dari Tabel Jumlah Suku Anak – Sarolangun merupakan Kabupaten yang
Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin dan memiliki jumlah Suku Anak - Dalam yang
Kabupaten di Provinsi Jambi, Kabupaten terbanyak diantara Kabupaten lainnya di
4 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

provinsi Jambi dengan jumlah 1.095 jiwa 3. Mengidentifikasi adaptasi Suku Anak -
terdiri dari 537 jiwa dan 558 perempuan. Dalam terhadap lingkungan perkebunan
Kabupaten Sarolangun berada pada 10 – 100 kelapa sawit di Kecamatan Air Hitam
mdpl, dengan suhu rata—rata 26,90ºC. Curah Kabupaten Sarolangun.
hujan di kabupaten Sarolangun 2000 – 4000 4. Mendeskripsikan implementasi
mm/tahun memiliki jenis tanah latosol, pembelajaran Geografi di SMA dalam
andosol dan aluvial. Di lihat dari kondisi menyerap nilai-nilai kearifan lokal Suku
geografis Kabupaten Sarolangun memiliki Anak - Dalam, dalam menjaga
kriteria lahan yang cocok dan baik untuk kelestarian hutan.
tumbuhnya kelapa sawit. Karena itu
Kabupaten Sarolangun juga merupakan salah METODE
satu Kabupaten yang memperluas area lahan Metode penelitian yang digunakan dalam
perkebunan kelapa sawit dengan cara penelitian ini, yaitu dengan pendekatan
mengkonversi hutan. Persebaran Suku Anak – fenomenalogi. Fenomenalogi berusaha
Dalam di Kabupaten Sarolangun banyak mencari makna dalam setiap fonomena yang
terdapat di Kecamatan Air Hitam, karena di terjadi menurut subjek yang menampakkan
Kecamatan Air Hitam terdapat Taman fenomena tersebut. Fenomenologi secara
Nasional Bukit Dua Belas yang merupakan umum dapat diartikan sebagai kajian terhadap
kawasan hutan yang khusus diperuntukkan fenomena atau sesuatu yang nampak. Metode
untuk Suku Anak – Dalam. Hutan di fenomenologi adalah metode penelitian yang
Kecamatan Air Hitam yang menjadi kawasan berusaha untuk mengungkap makna/hakikat
Suku Anak – Dalam kini telah beralih fungsi (meaning) terhadap perilaku kehidupan
menjadi perkebunan kelapa sawit dan manusia terhadap suatu fenomena yang
transmigrasi. Bahkan wilayah Taman terjadi dilingkungannya. Penggunaan metode
Nasional Bukit Dua Belas yang merupakan fenomenalogi dalam penelitian ini bertujuan
wilayah hutan yang dilindungi kini sebagian untuk mengungkap makna perilaku
wilayahnya telah berubah menjadi kehidupan yang ditimbulkan oleh Suku Anak
perkebunan kelapa sawit. Semakin – Dalam di Kecamatan Air Hitam akibat
berkurangnya luas hutan di Kecamatan Air terjadinya perubahan lingkungan tempat
Hitam akibat dikonversi menjadi perkebunan tinggal Suku Anak – Dalam dari hutan
kelapa sawit, hal ini akan mengakibatkan menjadi perkebunan kelapa sawit.
terjadinya perubahan sosial-budaya
kehidupan Suku Anak - Dalam di Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN
Sarolangun. 1. Sistem Penguasaan Hutan yang
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai Dilakukan Suku Anak - Dalam
berikut : Sistem pengelolaan hutan di Indonesia
1. Menjelaskan sistem penguasaan hutan , secara normatif telah mengakui adanya
yang dilakukan Suku Anak - Dalam di dimensi sosial, sebagai bagian terpadu dari
Kecamatan Air Hitam Kabupaten pembangunan kehutanan di Indonesia.
Sarolangaun. Dimensi sosial dalam pembangunan
2. Mengidentifikasi kearifan lokal Suku kehutanan di Indonesia, direalisasikan dengan
Anak - Dalam yang masih dipertahankan mengakui komunitas sosial serta memberi
di Kecamatan Air Hitam Kabupaten peran partisipasif pada masyarakat yang
Sarolangun. sangat menggantungkan hidupnya terhadap
sumberdaya hutan melalui landasan hukum
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 5

dalam peraturan perundang-undangan pohon atau membuat ladang pada wilayah


lingkungan. Siahaan (2007:318) mengatakan hutan yang dianggap menjadi tanah
Pasal lima hingga pasal tujuh UU No 23 peranakan. Oleh karena itu Suku Anak -
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Dalam yang akan membuka hutan untuk
Hidup, menciptakan landasan hukum bagi dijadikan ladang biasanya mereka ijin terlebih
eksistensi sosial dan partisipasinya. dahulu kepada Dukun. Sedangkan
Kemudian pasal 67 hingga pasal 70 UU No 41 Temenggung bertugas memberikan sangsi
Tahun 1999 tentang Kehutanan, memberikan kepada Suku Anak - Dalam yang melanggar
landasan hukum pengakuan Masyarakat apa yang telah ditentukan oleh Dukun.
Hukum Adat, serta eksistensi peran serta Wilayah hutan yang mereka tempati dianggap
masyarakat dalam kerangka ekosistem hutan. merupakan tanah mereka. Suku Anak - Dalam
Pada kenyataannya elemen masyarakat, tidak mengenal tentang kepemilikan lahan,
khususnya masyarakat yang memiliki sehingga semua wilayah hutan yang yang
ketergantungan dengan ekosistem hutan tidak menjadi tempat jelajah, mereka menganggap
memiliki peran semestinya sebagaimana yang itu merupakan wilayah hutan milik mereka.
telah ditetapkan dalam UU Kehutanan dan Masyarakat Suku Anak - Dalam hidup
UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. berkelompok dan mempunyai wilayah/batas
Sehingga pemanfaatan hutan terkadang kekuasaan perkelompoknya, namun
menyampingkan keberadaan masyarakat meskipun mempunyai wilayah masing-
tradisional. Sehingga banyak disejumlah masing tapi mereka diperbolehkan mencari
wilayah yang masyarakatnya mulai mengakui penghidupan di wilayah kelompok lain, asal
adanya hutan adat, demi keberlangsungan izin terlebih dahulu kepada pemimpin yang
kehidupan masyarakat itu sendiri. mempunyai wilayah tersebut. Mereka bebas
Suku Anak - Dalam merupakan salah untuk tinggal bersama kelompok lain, namun
satu masyarakat yang sangat mereka tidak dengan mudah berganti-ganti
menggantungkan hidupnya terhadap sumber kelompok karena terdapat hukum adat yang
daya alam yang ada di hutan. Mereka mencari mengaturnya.
dan mengumpulkan makanan didalam hutan. Karena Suku Anak - Dalam yang
Sehingga hutan menjadi jantung bagi sudah mulai mengenal perkebunan kelapa
keberlangsungan kehidupan mereka. Hutan sawit dan karet, semakin banyak Suku Anak -
bagi Suku Anak - Dalam tidak hanya Dalam yang menebang hutan secara besar-
memiliki nilai ekonomi saja, tetapi memiliki besaran untuk dijadikan perkebunan kelapa
nilai adat yang sangat tinggi. Karena itu, sawit dan karet yang menyebabkan semakin
dalam memanfaatkan hutan mereka memiliki menyempitnya luas hutan di Kecamatan Air
aturan dan cara sendiri demi menjaga Hitam. Sehingga hal ini merubah sistem
kelestarian hutan yang mereka manfaatkan. penguasaan hutan yang dilakukan oleh Suku
Jaman dahulu penguasaan hutan dan Anak - Dalam. Pemerintah dan Suku Anak -
pemanfaatan hutan datur oleh Temenggung Dalam bekerjasama membentuk sebuah hutan
dan Dukun. Dukun bertugas menentukan adat. Kawasan hutan yang masuk kedalam
wilayah hutan yang bisa dan tidak bisa wilayah hutan adat tidak boleh ditebang untuk
dimanfaatkan. Karena banyaknya larangan dijadikan ladang oleh Suku Anak - Dalam.
didalam hutan, sehingga tidak semua wilayah Sementara Suku Anak -Dalam yang hidup
hutan bisa dimanfaatkan oleh Suku Anak - didalam kawasan hutan adat, boleh menebang
Dalam. Contohnya, Suku Anak - Dalam hutan tetapi harus mengikuti aturan adat.
memiliki aturan adat tidak boleh menebang Aturan tersebut adalah tidak boleh menebang
6 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

hutan untuk dijadikan perkebuanan sawit dan berburu, tempat memuja dewa dan
karet, hanya untuk menanam ubi dan tanaman sebagainya.
buah-buahan agar tutupan lahannya bisa rapat Hutan sebagai sumber kehidupan
kembali, luas lahan hutan yang ditebang Suku Anak - Dalam sangat di jaga
untuk dijadikan lahan pun terbatas, misalkan kelestariannya oleh mereka. Karena itu ada
50 m untuk beberapa orang. Aturan-aturan beberapa aturan, larangan atau adat istiadat
tersebut harus dipatuhi setiap Suku Anak - dalam melestarikan hutan, yang kemudian
Dalam, apabila ada pelanggaran mengenai aturan-atuaran tersebut disebut dengan
penggunaan hutan adat Temenggung bertugas kearifan lokal. Kearifan lokal mempunyai
memberikan sangsi adat. Wilayah hutan fungsi, mengatur interaksi kegiatan
tersebut berada dikawasan hutan Taman masyarakat atau komunitas-nya,
Nasional Bukit Dua Belas yang merupakan memperlakukan alam sekitarnya, termasuk
kawasan hutan yang diperuntukkan oleh pola pergaulan yang arif dan bijaksana. Pada
pemerintah Kabupaten Sarolangun untuk tahun 1980 mulai masuk perusahaan
Suku Anak – Dalam. perkebunan kelapa sawit di Kabupaten
Sarolangun, yang kemudian membutuhkan
2. Kearifan Lokal Suku Anak - Dalam penyediaan lahan yang meningkat pula.
yang Masih Dipertahankan Penyediaan lahan untuk perkebunan kelapa
Suku Anak - Dalam merupakan etnis sawit tersebut, dilakukan dengan cara
yang mengembangkan budayanya yang tidak mengkonversi hutan. Perkebunan kelapa
lepas dari hutan. Suku Anak - Dalam pada sawit bisa dikatakan sukses dalam
umumnya tinggal jauh di dalam hutan yang mendongkrak perekonomian masyarakat
bagi mereka merupakan perkampungan, sehingga laju konversi lahan pun masih terus
sumber kehidupan, dan juga tempat dilakukan terutama oleh masyarakat yang
beraktivitas. Suku Anak – Dalam merupakan menyebabkan semakin menyempitnya luas
salah satu masyarakat yang hidupnya sangat hutan di Kabupaten Sarolangun. Semakin
tergantung dari sumber daya alam yang ada berkurangnya luas hutan di Kecamatan Air
dihutan. Hidup mereka berpindah-pindah Hitam sangat mengancam kehidupan Suku
didalam kawasan hutan. Suku Anak – Dalam Anak - Dalam. Sehingga kearifan lokal Suku
sangat menghindari masyarakat luar sehingga Anak - Dalam tentang cara melestarikan hutan
kehidupan mereka sangat tertutup terhadap sangat berperan didalam menjaga kelestarian
teknologi, karena itu mereka hidup didalam hutan di Kabupaten Sarolangun.
hutan. Mereka tidak Perlu mencari makanan Setelah masuknya perkebunan kelapa
diluar hutan, karena didalam hutan sudah sawit banyak Suku Anak - Dalam yang secara
tersedia berbagai sumber kehidupan. Didalam tidak sengaja mulai merusak hutan. Hal ini
hutan mereka bisa mendapatkan buah-buahan jelas terlihat dari bagaimana Suku Anak -
hutan yang dapat mereka makan, seperti duku Dalam membuka lahan hutan untuk dijadikan
hutan, durian hutan, buah bedaro dan lainnya. ladang. Dahulu sebelum masuknya
Selain buah-buahan banyak terdapat hewan perkebunan kelapa sawit mereka membuka
buruan yang mudah mereka dapatkan seperti lahan tidak begitu luas dan hanya untuk
babi hutan, rusa, kancil dan sebagainya yang ditanamani ubi saja tetapi setelah masuknya
bisa mereka makan. Hutan yang berfungsi perkebuanan kelapa sawit dan Suku Anak -
sebagai sumber kehidupan juga berfungsi Dalam mulai mengenal tata cara berkebun
sebagai tempat beraktivitas seperti berladang, kelapa sawit, Suku Anak - Dalam mulai
membuka lahan hutan lebih luas untuk
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 7

ditanami perkebunan kelapa sawit. Selain itu hutan dan pohon-pohon yang tidak boleh
banyaknya kasus penjualan lahan hutan ditebang atau dirusak yaitu :
lindung yang dilakukan oleh Suku Anak - a. Tanah Peranakan
Dalam. dengan semakin berkembangnya Tanah peranakan adalah kawasan hutan
perkebunan kelapa sawit dan sangat yang dianggap oleh Suku Anak - Dalam
menjanjikan untuk meningkatkan tempat yang mudah untuk melahirkan
kesejahteraan, maka nilai lahan di Kabupaten sehingga tempat tersebut disebut tanah
Sarolangun semakin tinggi, hal ini peranakan. Untuk menentukan wilayah
dimanfaatkan oleh Suku Anak - Dalam untuk hutan sebagi tanah perankan biasanya
membuka lahan hutan dengan seluas-luasnya ditentukan oleh dukun. Hanya dukun yang
kemudian dijual kepada orang luar untuk dapat mengetahui wilayah hutan yang
mendapatkan uang yang besar. Menurut hasil dapat dijadikan sebagai tanah peranakan.
wawancara dan hasil pengamatan dilapangan, Sehingga dalam menentukan tanah
Suku Anak - Dalam yang masih tinggal peranakan tidak sembarangan. Hal inilah
didalam hutan masih memegang teguh dan yang menyebabkan tanah perankan
menaati aturan atau larangan-larangan tentang memiliki nilai adat yang sangat tinggi.
cara mengelola hutan sedangkan Suku Anak - Suku Anak - Dalam sampai saat ini masih
Dalam yang tinggal diluar hutan sudah tidak menjaga kepercayaan bahwa kawasan
lagi mentaati aturan adat. Suku Anak - Dalam hutan yang telah ditetapkan sebagai tanah
yang tinggal diluar hutan dalam membuka peranakan tidak boleh ditebang dan
lahan untuk berladang tidak lagi mentaati diganggu karena mereka percaya bahwa
nasehat yang diberikan oleh Temenggung dan ditempat tersebut banyak dewa. Tanah
Dukun. Masuknya perkebunaan kelapa sawit peranakan tidak memiliki luas yang pasti
dilingkungan tempat tinggal mereka membuat tetapi tanah peranakan tidak hanya satu
pudarnya nilai-nilai kearfan lokal dalam tempat tetapi banyak tersebar dikawasan
kehidupan mereka. hutan yang masih tersisa di Kecamatan
Kearifan lokal Suku Anak - Dalam Air Hitam. Apabila tanah peranakan
yang masih mereka jaga dan berhasil dalam dirusak atau ditebang oleh orang luar
menjaga kelestarian hutan yaitu Hompongan. maupun oleh Suku Anak - Dalam maka
Hompongan dalam bahasa Suku Anak - mereka terkena hukum adat, yaitu
Dalam berarti bendungan. Hompongan ini hukuman mati. Tujuan dari larangan
dibuat oleh kelompok Pak Tarib untuk untuk menebang atau merusak kawasan
menjaga kawasan Taman Nasional Bukit Dua tanah peranakan adalah untuk melindungi
Belas dengan membuat ladang-ladang yang kawasan tanah peranakan dari
menyambung antara satu dan yang lainnya perambahan hutan dikawasan Taman
yang digunakan sebagai pembatas antara Nasional Bukit Dua Belas. Karena
ladang masyarakat Melayu dengan kawasan kepercayaan mereka apabila akan
Taman Nasional Bukit Dua Belas untuk melahirkan diluar kawasan tanah
menghambat proses perambahan hutan yang peranakan akan sulit bayi untuk lahir,
dilakukan oleh masyarakat Melayu. Sehingga sehingga setiap Suku Anak – Dalam yang
program Hompongan mendapat penghargaan akan melahirkan harus didalam kawasan
Kehati Award pada 31 Januari 2000. Selain tanah peranakan untuk memudahkan
Hompongan, Suku Anak - Dalam masih proses kelahiran bayi. Karena itu perlunya
menjaga larangan-larangan atau aturan-aturan adanya aturan tidak boleh merusak atau
dalam mengelola hutan yang berupa kawasan menebang kawasan tanah pernakan.
8 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

Secara tidak langsung aturan tersebut juga beberapa kawasan didalam hutan Taman
berperan dalam melestarikan kawasan Nasional Bukit Dua Belas. Apabila ada
hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas. yang merusak akan dikenakan hukuman
b. Tanah Bedewa – bedewa adat berupa denda beberapa helai kain.
Tanah bedewa – bedewa adalah kawasan Tujuan dari aturan tersebut adalah untuk
hutan yang ada dewanya. Biasanya melindungi kawasan bento benuaran dari
dijadikan tempat Suku Anak - Dalam pembalakan kasawan hutan. Karena
untuk memuja dewa. Tanah bedewa – kawasan bento benuaran merupakan
bedewa banyak tersebar di kawasan hutan kawasan yang banyak ditumbuhi buah-
Kecamatan Air Hitam terutama buahan untuk memenuhi kebutuhan
dikawasan Taman Nasional Bukit Dua mereka dan hasil buahnya dapat dijual
Belas. Suku Anak - Dalam masih untuk penghasilan tambahan, apabila
menyakini dan mentaati bahwa kawasan kawasan ini durusak maka Suku Anak –
hutan yang ada dewanya atau tanah Dalam akan kehilangan sumber makanan
bedewa – bedewa tidak boleh dirusak atau dan pneghasilan tambahan mereka. Secara
ditebang. Apabila tanah bedewa – dewa tidak langsung aturan tersebut juga
dirusak oleh orang luar atau Suku Anak - berperan dalam melestarikan kawasan
Dalam akan dikenakan hukum adat yaitu hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas.
hukuman mati. Tujuan dari larangan d. Pohon Sialang
merusak tanah bedewa-dewa adalah untuk Pohon sialang adalah pohon besar yang
melindungi tanah bedewa-bedewa dari ada madunya. Kepercayaan Suku Anak -
pembalakan kawasan hutan. Kepercayaan Dalam bahwa pohon yang ada madunya
mereka apabila tanah bedewa – bedewa berarti pohon tersebut ada dewanya.
dirusak maka dewa akan marah, dan dewa Sehingga pohon Sialang tidak boleh
akan membuat anak – anak sakit dan bisa ditebang dan dirusak. Apabila pohon
sampai meninggal. Tanah bedewa-dewa sialang dirusak mereka percaya tidak aka
merupakan tempat peribadatan mereka ada tawon madu yang hinggap lagi
sihingga kawasan tanah bedewa-dewa dipohon tersebut sehingga tidak ada madu
tidak boleh dirusak. Karena itu Suku Anak lagi. Apabila pohon tersebut dicatuk atau
- Dalam masih sangat menjaga tanah dikapak maka akan terkena hukuman adat
bedewa – bedewa. Secara tidak langsung berupa uang sesuai dengan nilai dari hasil
aturan tersebut juga berperan dalam panen madu dari pohon tersebut atau
melestarikan kawasan hutan Taman beberapa keeping kain. Pohon sialang
Nasional Bukit Dua Belas. masih banyak tersebar dikawasan hutan
c. Bento Benuaran Taman Nasional Bukit Dua Belas. Tujuan
Bento benuaran adalah kawasan hutan dari aturan tersebut adalah untuk
yang banyak ditumbuhi buah – buahan melindungi pohon sialang. Karena pohon
hutan seperti rambutan, durian, duku, silang merupakan pohon yang sangat
bedaro dan sebagainya. Suku Anak - besar, sehingga banyak orang yang
Dalam sampai saat ini masih menjaga menebang pohon sialang untuk diambil
bento benuaran dan tidak boleh dirusak, kayunya. Pohon sialang memiliki fungsi
karena buah – buahan merupakan salah yang sangat besar bagi Suku Anak –
satu penghasilan dan makanan Suku Anak Dalam karena dipohon sialang terdapat
- Dalam. Bento benuaran tidak hanya madu yang hasilnya dapat dijual untuk
meiliki satu tempat tetapi tersebar menjadi penghasilan mereka. sehingga
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 9

dikeluarkan aturan tidak boleh menebang ekonomi saja tetapi memiliki nilai adat yang
pohon sialang. Secara tidak langsung sangat tinggi. Hutan bagi Suku Anak - Dalam
aturan tersebut juga berperan dalam sangat berarti karena merupakan tempat
melestarikan kawasan hutan Taman hidup, mencari makan dan tempat adat
Nasional Bukit Dua Belas. istiadat. Apabila hutan habis maka Suku Anak
e. Pohon Setubung - Dalam akan musnah. Suku Anak - Dalam
Pohon setubung adalah pohon yang untuk memandang hutan sama dengan Orang Dusun
menguburkan ari – ari bayi yang baru itu memandang kota. Orang Dusun gampang
lahir. Kepercayaan Suku Anak - Dalam untuk mencari makanan dikota tetapi mereka
pohon setubung dijadikan sebagai rumah sulit untuk mencari makanan didalam hutan.
untuk roh ari – ari bayi tersebut. Sehingga Jadi kalau Suku Anak - Dalam hidup dikota,
pohon setubung tidak boleh dirusak apa mereka susah untuk mencari makan tapi bila
lagi ditebang. Menurut kepercayaan didalam hutan gampang untuk mencari
mereka apabila ada yang menebang atau makanan seperti umbi-umbian hutan, berburu
merusak pohon tersebut maka anak yang binatang dan sebagainya. perubahan hutan
ari-arinya dikuburkan dibawah pohon menjadi perkebunan kelapa sawit
tersebut akan sakit dan bisa terjadi mengakibatkan berkurangnya sumber mata
kematian. Karena itu apbila ada yang pencaharian dan sumber makanan bagi Suku
merusak atau menebang pohon tersebut Anak - Dalam. Banyaknya hutan yang
akan dikenakan hukum adat berupa bayar ditebang untuk transmigrasi dan perkebunan
bangun yaitu denda 500 lembar helai kain. kelapa sawit membuat Suku Anak - Dalam
Secara tidak langsung aturan tersebut juga menangis dan stress karena hutan telah
berperan dalam melestarikan kawasan banyak ditebang sehingga mengakibatkan
hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas. mata pencaharian mereka seperti sialang,
f. Pohon Tenggeris buah-buahan habis ditumbang dan binatang
Pohon tenggeris adalah pohon yang buruan seperti kijang dan kancil semakin
digunakan untuk mengusap ubun- ubun punah dan semakin sulitnya mencari ikan.
bayi atau sebagai media upacara Sebelum adanya transmigrasi dan perkebunan
pemberian nama bayi. Sehingga pohon kelapa sawit Anak Suku - Dalam masih
tersebut tidak boleh ditebang dan dirusak. gampang untuk mencari makanan dan
Apabila merusak dan menebang pohon mencari perlengkapan untuk keperluan adat
tenggeris yang telah digunakan untuk istiadat.Tetapi setelah adanya transmigrasi
mengusap ubun-ubun bayi maka akan dan perkebunan kelapa sawit semakin
dikenakan hukum adat berupa denda berkurangnya sumber makanan dan keperluan
beberapa helai kain. Secara tidak langsung adat istiadat. Kegiatan Suku Anak - Dalam di
aturan tersebut juga berperan dalam dalam hutan seperti mencari umbi-umbian,
melestarikan kawasan hutan Taman berburu, cari isi – isi dalam tanah, berladang
Nasional Bukit Dua Belas. menanam ubi, pisang dan sebagainya. Setelah
masuknya transmigrasi dan perkebuanan
3. Adaptasi Suku Anak - Dalam Terhadap kelapa sawit hasil dari mata pencaharian
Lingkungan Perkebunan Kelapa Sawit mereka semakin berkurang, dikarenakan
Suku Anak - Dalam merupakan kawasan hutan yang semakin sempit. Dahulu
masyarakat yang masih menggantungkan sebelum adanya transmigrasi dan perkebunan
hidupnya dari hasil hutan. Hutan bagi Suku kelapa sawit mereka sehari dapat ubi sepuluh
Anak - Dalam tidak hanya memiliki fungsi kilogram perhari tetapi setelah semakin
10 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

berkurangnya luas hutan mereka hanya dapat ditukar dengan barang lain. Dengan adanya
dua kilogram perhari. Sedangkan untuk transmigrasi dan perkebunan kelapa sawit
mencari persyaratan untuk keperluan adat, berdampak positif untuk apabila dilihat dari
mereka kesulitan untuk mencari persyaratan sudut pandang perekonomian dan berdampak
tersebut dan mereka harus masuk lagi negatif apabila dilihat dari sudut pandang adat
kedalam hutan, dikarenakan semakin istiadat.
sempitnya luas kawasan hutan sehingga Apabila dilihat dari latar belakang
tanaman bunga – bunga sulit didapat. Suku budaya, Suku Anak - Dalam merupakan salah
Anak - Dalam berpendapat “ada rimba ada satu masyarakat yang sangat
bunga, ada bunga ada dewa”. Jadi apabila menggantungkan hidupnya terhadap hutan.
tidak ada bunga mereka tidak bisa memanggil Untuk bertahan hidup di dalam hutan, Suku
dewa, dengan melihat kondisi hutan yang Anak - Dalam telah beradaptasi dengan
semakin sempit mereka sangat kesulitan lingkungan hutan untuk memenuhi kebutuhan
mencari tanaman bunga didalam hutan. hidup mereka. Dengan banyaknya hutan yang
Dengan adanya perubahan hutan dialih fungsikan menjadi perkebunan kelapa
menjadi perkebunan kelapa sawit, Suku Anak sawit, maka terjadi perubahan lingkungan
- Dalam merasakan perubahan iklim, seperti tempat tinggal Suku Anak - Dalam dari hutan
jaman dahulu sebelum adanya perkebunan menjadi perkebuanan kelapa sawit. Dengan
kelapa sawit apabila ada angin kencang, adanya perubahan lingkungan tempat tinggal,
mereka tidak merasakan angin yang kencang Suku Anak - Dalam mau tidak mau harus
karena terhalang oleh pohon, apabila musim beradaptasi kembali terhadap lingkungan
kemarau tidak pernah terjadi kekeringan, barunya yaitu di perkebuanan kelapa sawit.
apabila musim penghujan tidak cepat banjir Adapaun adaptasi yang dilakukan oleh Suku
tetapi setelah adanya perubahan hutan untuk Anak - Dalam dilingkungan perkebunan
transmigrasi dan perkebuna kelapa sawit kelapa sawit yaitu dengan merubah pola hidup
apabila musim kemarau sering terjadi mereka untuk mempertahankan kehidupan
kekeringan dan apabila musim penghujan mereka. Adapun adaptasi yang dilakukan
cepat terjadi banjir. Menurut Suku Anak - Suku Anak - Dalam akibat berubahnya
Dalam apabila dilihat sudut pandang adat lingkungan tempat tinggal mereka dari hutan
istiadat masih enak hutan yang dulu sebelum menjadi perkebuanan kelapa sawit yaitu :
adanya adanya transmigrasi dan perkebuanan a. Mengkonsumsi makanan dari luar
kelapa sawit, mereka sangat sedih melihat hutan
kondisi hutan yang semakin sempit. Tetapi Sebelum adanya transmigrasi dan
apabila dilihat dari sudut pandang perkebunan kelapa sawit, Suku Anak -
perekonomian, Suku Anak - Dalam terbantu Dalam masih gampang untuk mencari
setelah adanya transmigrasi dan perkebunan lauk pauk dan bahan makanan lainnya dari
kelapa sawit. Dengan masuknya transmigrasi hutan seperti ikan, umbi-umbian, hasil
dan perkebunan kelapa sawit, Suku Anak - binatang buruan dan buah-buahan yang
Dalam mulai menjual hasil hutan kepada merupakan hasil hutan yang bisa diolah
orang luar dan hasil penjualan biasanya oleh mereka. Setelah adanya perkebunan
mereka belanjakan makanan di warung, kelapa sawit menyebabkan luas hutan
sebelumnya adanya transmigrasi dan semakin sempit dan semakin susah Suku
perkebuanan kelapa sawit, Suku Anak - Anak - Dalam untuk mencari lauk pauk.
Dalam tidak bisa menjual hasil hutan, Hal inilah yang menyababkan mereka
biasanya mereka konsumsi sendiri atau mulai membeli lauk pauk dipasar dan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 11

mulai mengkonsumsi makanan kemasan semakin sedikit dalam memenuhi


untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. kehidupan Suku Anak - Dalam yaitu
Biasanya Suku Anak–Dalam membeli dengan menggunakan teknologi baru
makanan dipasar-pasar tradisional dan dalam kehidupan Suku Anak - Dalam.
warung-warung yang ada didesa, Penggunaan peralatan tradisional yang
misalkan kelompok Suku Anak – Dalam digunakan dalam mata pencaharian kini
Air Hitam biasanya berbelanja dipasar mulai ditinggalkan dan digantikan dengan
SPI dan Pasar Pakuaji. Pasar di SPI dan peralatan modern. Dalam berburu Suku
Pakuaji menyediakan banyak ragam Anak - Dalam menggunakan senapan api
kebutuhan Suku Anak-Dalam. Biasanya rakitan untuk menggantikan fungsi dari
mereka berbelanja dengan menggunakan tombak. Saat berburu pada malam hari
sepeda motor dengan waktu tempuh lima mereka tidak lagi menggunakan obor
menit. Suku Anak-Dalam kini sebagai alat penerangnya, kini mereka
mengkonsumsi makanan dalam kemasan, menggunakan senter sebagai alat
misalkan mie instan, roti, makanan ringan, penerang dalam berburu pada malam hari.
sarden dan bumbu masak dalam kemasan. Penggunaan senjata api rakitan dan senter
Sebenarnya dalam adat Suku Anak - sebagai alat berburu untuk memudahkan
Dalam tidak boleh mengkonsumsi mereka mendapatkan binatang buruan
makanan yang terbuat dari telor, karena yang semakin sedikit. Tidak hanya dalam
telor diharamkan dalam adat mereka. aktivitas berburu dalam berladang pun
Dalam adat Suku Anak-Dalam binatang mereka kini sudah menggunakan alat
yang dipelihara, haram untuk modern. Dahulu Suku Anak - Dalam,
dimakan.karena menurut kepercayaan dalam membuka lahan hutan untuk
mereka binatang yang dipelihara banyak dijadikan ladang mereka hanya
mengandung penyakit. Tetapi kini secara menggunakan beliung untuk menebang
tidak sadar mereka mulai meninggalkan pohon. Kini fungsi beliung telah
kepercayaan tersebut dan mulai digantikan dengan chinsaw. Penggunaan
mengkonsusmsi makanan yang terbuat chinsaw untuk mempermudah dan
dari bahan telor dan makanan kemasan mempercepat proses penebangan pohon
lainnya. Hal ini dilakukan untuk untuk dijadikan ladang. Dahulu waktu
mengantisipasi kondisi hutan yang menggunakan beliung proses pembukaan
semakin sedikit sumberdayanya untuk lahan untuk dijadikan ladang bisa
memenuhi kebutuhan kehidupan Suku memakan waktu sampai berbulan-bulan
Anak - Dalam. Selain karena tidak tetapi dengan menggunakan chinsaw
cukupnya sumberdaya hutan untuk dapat dilakukan dalam hitungan minggu.
memenuhi kebutuhan mereka, Yang paling menarik lagi dalam
penggunaan uang dalam kehidupan penggunaan teknologi modern dalam
mereka juga merupakan faktor penyebab kehidupan Suku Anak - Dalam adalah
mereka mengkonsumsi makanan dari luar. penggunaan sepeda motor. Sepeda motor
b. Penggunaan teknologi baru dalam ini digunakan untuk mempermudah
kehidupan Suku Anak - Dalam mobilitas mereka dalam beraktivitas
Strategi adaptasi yang dilakukan Suku berburu. Karena semakin jarangnya
Anak - Dalam untuk memenuhi binatang buruan dan semakin sempitnya
kebutuhan hidupnya ditengah-tengah luas hutan maka mengharuskan mereka
menurunnya sumberdaya hutan yang pergi jauh dalam mencari binatang
12 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

buruan, karena itu Suku Anak - Dalam menyebabkan semakin sulitnya Suku
menggunakan sepeda motor untuk Anak - Dalam untuk mencari sumber
mempermudah mobilitas mereka. makanan didalam hutan. Dengan alasan
Penggunaan sepeda motor tidak hanya tersebut lah Suku Anak - Dalam mulai
untuk membantu aktivitas berburu tetapi membuka lahan berhektar-hektar untuk
digunakan juga untuk melangsir kelapa ditanami kelapa sawit dan karet untuk
sawit ketph. Peralatan- peralatan tersebut memenuhi kebutuhan hidupnya. Dahulu
mereka dapatkan dari pasar SPC dengan sebelum adanya transmigrasi dan
jarak dua puluh kilometer, pasar perkebunan kelapa sawit Suku Anak -
Mentawak Baru dengan jarak tujuh Dalam membuka lahan untuk berladang
kilometer, pasar SPI dan pasar pakuaji hanya sekitar sepuluh meter tetapi setelah
yang masih dalam kawasan Kecamatan adanya transmigrasi dan perkebunan
Air Hitam (Terlampir). kelapa sawit mereka mulai membuka
c. Berubahnya mata pencaharian hutan berhektar hektar untuk ditanami
Sebelum adanya transmigrasi dan karet dan kelapa sawit. Dengan adanya
perkebunan kelapa sawit mata perkebunan kelapa sawit membuat nilai
pencaharian Suku Anak - Dalam berburu , lahan menjadi tinggi, sehingga banyak
meramu dan mengumpulkan hasil hutan Suku Anak - Dalam yang membuka lahan
berupa rotan dan sebagainya yang bisa hutan dan dijual kepada orang luar. Tanpa
dimanfaatkan oleh mereka dan hasilnya disadari dengan adanya perkebunan
mereka pergunakan sendiri tanpa kelapa sawit yang membuat nilai lahan
dikomersilkan. Sedangkan setelah adanya tinggi telah mempengaruhi Suku Anak -
transmigrasi dan perkebunan kelapa sawit Dalam untuk membuka lahan hutan dan
hasil buruan dan rotan sudah mereka jual menambah laju konversi hutan.
kepengepul. Dengan adanya transmigrasi Penggunaan teknologi baru dalam sistem
dan perkebunan kelapa sawit mata berladang juga sangat mempengaruhi
pencaharian mereka mulai berubah dalam pola pembukaan lahan yang
dengan seiringnya luas hutan yang dilakukan Suku Anak - Dalam. Seperti
semakin sempit. Dengan masuknya yang telah disebutkan, dahulu Suku Anak
transmigrasi dan perkebunan kelapa - Dalam hanya menggunakan beliung
sawit, Suku Anak - Dalam mulai untuk membuka lahan dan lahan yang
menanam kelapa sawit dan karet. Dengan dibuka pun tidak terlalu luas tetapi setelah
menanam kelapa sawit dan karet mereka menggunakan alat chinsaw mereka dapat
menjadi peladang tetap. Kini mereka tidak membuka lahan sampai berhektar-hektar
lagi perpindah-pindah dalam sistem luasnya.Tidak hanya itu saja, penggunaan
berladang. Hal ini dilakukan karena uang dan sifat konsumtif yang
semakin sempit luas hutan jelajah mereka menyebabkan mereka ingin cepat dan
dan mereka menjadi memilih berkebun menghasilkan uang banyak inilah yang
sawit dan karet untuk memenuhi menyebabkan maraknya pembukaan
kebutuhan sehari-hari, karena lahan hutan. Lahan yang sudah dibuka
sumberdaya hutan yang tidak cukup lagi tidak diolah sendiri oleh mereka tetapi
memnuhi kebutuhan hidup mereka. mereka jual kepada orang luar untuk
d. Pola pembukaan lahan mendapatkan uang banyak untuk membeli
Semakin menipisnya luas hutan di kebutuhan sehari-hari (Terlampir).
Kecamatan Air Hitam yang
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 13

4. Implementasi Pembelajaran Geografi pendidikan, pengembangan sistem nilai,


di SMA Dalam Menyerap Nilai-nilai pengembangan kelembagaan, dan perubahan
Kearifan Lokal tingkah laku. Pembelajaran berbasis
Sudah selayaknya dalam dunia ketrampilan sosial dengan
pendidikan mencoba menggali kembali nilai- mengaktualisasikan nilai – nilai kearifan lokal
nilai budaya lokal, agar tidak hilang ditelan diharapkan dapat menumbuhkan semangat
perkembangan jaman untuk diwariskan dan motivasi belajar.
generasi masa depan. Seiring dengan Salah satu pembelajaran geografi yang
kemajuan zaman yang semakin mengglobal, harus diberikan di sekolah adalah materi
sekolah tidak hanya melaksanakan mengenai pemanfaatan sumber daya alam
transformasi budaya kepada generasi muda secara arif. Materi ini disampaikan kapada
namun juga membantu dalam menentukan siswa kelas sebelas semester satu, Standar
cara hidup, nilai-nilai serta kemampuan dan Kompetensi “Memahami Sumber Daya
keterampilan yang harus ditempuh dan Alam”, Kompetensi Dasar “Menjelaskan
diperoleh anak didiknya. Dengan kata lain Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara
sekolah membantu anak didik dalam Arif”. Untuk bisa menjadi pembelajaran yang
menentukan perubahan kehidupan ke arah menyenangkan dan bisa menyerap nilai-nilai
yang lebih baik. Sekolah sebagai lembaga kearifan lokal, maka pada materi ini harus
pendidikan berfungsi sebagai wahana memanfaatkan lingkungan sebagai sumber
sosialisasi, membantu anak-anak dalam belajarnya. Suku Anak - Dalam merupakan
mempelajari cara-cara hidup ditempat mereka salah satu masyarakat yang sangat
dilahirkan. Sekolah berfungsi mentransmisi menggantungkan hidupnya terhadap sumber
dan mentransformasi kebudayaan, daya alam yang ada di hutan. Kebudayaan
mengajarkan nilai-nilai kebudayaan dari mereka dalam mengelola hutan dapat
generasi tua ke generasi muda. Sekolah dijadikan materi pembelajaran dalam pokok
berfungsi mentransformasi budaya, artinya bahasan pemanfaatan sumber daya alam
untuk mengubah bentuk kebudayaan agar secara arif, karena Suku Anak - Dalam
tetap sesuai dengan masyarakat yang semakin memiki aturan-aturan yang ditaati apabila
maju dan komplek dengan tidak akan memanfaatkan sumber daya alam yang
meninggalkan kultur kebudayaan kita. ada dihutan dan tidak sembarangan dalam
Sekolah berfungsi menempa ketrampilan memanfaatkan hutan sehingga jarang terjadi
sosial siswa. Karena itu nilai-nilai luhur yang kerusakan, yang kemudian aturan-aturan
telah diwariskan oleh generasi tua ke generasi tersebut menjadi nilai-nilai kearifan lokal
muda tidak boleh ditinggalkan, maka sekolah yang dapat dijadikan materi pembelajaran
mempunyai peranan besar dalam menjaga Geografi di SMA. Suku Anak - Dalam
eksistensi nilai-nilai luhur tersebut. Dengan memiliki aturan-aturan dalam memanfaatkan
demikian dapat dikatakan bahwa kebudayaan sumber daya alam yang ada dihutan. Misalkan
dan pendidikan mempunyai hubungan timbal apabila mereka mau membuka lahan untuk
balik. Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan dibuat ladang mereka harus meminta ijin
pelaksanaan pendidikan itu ditentukan oleh terlabih dahulu kepada Temenggung mereka,
kebudayaan masyarakat dimana proses kemudian Temenggung meminta ijin kepada
pendidikan itu berlangsung. Kearifan lokal Dukun apakah lahan tersebut bisa dijadikan
diperlukan untuk terciptanya ketertiban, ladang atau tidak. Dalam membuka lahan
kedamaian, keadilan, mencegah konflik, hutan, lahan hutan yang mereka tebang untuk
kesopanan, kesejahteraan, ilmu pengetahuan, di jadikan ladang tidak begitu luas rata-rata
14 | Muhammad Ibrahim, dkk.
Kehidupan Suku Anak – Dalam di Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

mereka hanya membuka lahan sepuluh meter dalam mengelola hutan dapat dijadikan materi
persegi saja, setelah lahan dibuka kemudian pembelajaran Geografi di SMA untuk pokok
ditanami ubi dan dibiarkan sampai dengan bahasan pemanfaatan sumber daya alam
waktu yang lama sehingga lahan yang dibuka secara arif pada kelas sebelas semester satu,
tutupan lahannya menjadi rapat kembali. Standar Kompetensi “Memahami Sumber
Kemudian didalam memanfaatkan Daya Alam”, Kompetensi Dasar
sumberdaya alam yang ada dihutan, seperti “Menjelaskan Pemanfaatan Sumber Daya
kayu. Mereka tidak bisa menebang wilayah Alam Secara Arif”.
hutan dan kayu yang ada dihutan
sembarangan. Karena mereka memiliki KESIMPULAN
larangan-larangan didalam hutan. Misalkan Berdasarkan hasil penelitian, terjadi
seperti tanah peranakan dan tanah bedewa- perubahan pada sistem penguasaan hutan
dewa merupakan wilayah hutan yang tidak yang dilakukan Suku Anak – Dalam di
boleh ditebang apalagi dirusak. Karena Kecamatan Air Hitam. Jaman dahulu
mereka menganggap wilayah tersebut sakral penguasaan hutan dan pemanfaatan hutan
dan memiliki fungsi yang sangat tinggi bagi datur oleh Temenggung dan Dukun. Wilayah
Suku Anak - Dalam sehingga tidak boleh hutan yang mereka tempati dianggap
dirusak. Kemudian ada pohon sialang, merupakan tanah mereka. Suku Anak - Dalam
setubung, dan pohon tenggeris yang tidak tidak mengenal tentang kepemilikan lahan,
boleh ditebang didalam hutan. Karena pohon sehingga semua wilayah hutan yang menjadi
tersebut memiliki fungsi yang sangat tinggi tempat jelajah, mereka menganggap itu
bagi Suku Anak - Dalam. Misalkan pohon merupakan wilayah hutan milik mereka.
sialang, memiliki fungsi sebagai lebah Karena Suku Anak - Dalam yang sudah mulai
membuat madu dan mereka menganggap mengenal perkebunan kelapa sawit dan karet,
pohon ini berdewa sehingga siapapun tidak semakin banyak Suku Anak - Dalam yang
boleh merusak pohon tersebut apalagi menebang hutan secara besar-besaran untuk
merusak. Apabila dirusak atau ditebang akan dijadikan perkebunan kelapa sawit dan karet
dikenakan sangsi adat. yang menyebabkan semakin menyempitnya
Aturan-aturan tersebut secara tidak luas hutan di Kecamatan Air Hitam. Sehingga
langsung memiliki nilai yang sangat tinggi hal ini merubah sistem penguasaan hutan
didalam menjaga kelestarian hutan. Misalkan yang dilakukan oleh Suku Anak - Dalam.
larangan tidak bolehnya menebang pohon Pemerintah dan Suku Anak - Dalam
sialang. Dikarenakan pohon sialang ini bekerjasama membentuk sebuah hutan adat.
merupakan pohon yang sangat besar dan Kawasan hutan yang masuk kedalam wilayah
memiliki umur sampai ratusan tahun dan hutan adat tidak boleh ditebang untuk
sekarang ini sangat jarang dijumpai. Secara dijadikan ladang oleh Suku Anak - Dalam.
tidak langsung larangan tersebut juga Sementara Suku Anak -Dalam yang hidup
memiliki makna untuk menjaga kelestarian didalam kawasan hutan adat, boleh menebang
pohon sialang yang semakin langka, hutan tetapi harus mengikuti aturan adat.
walaupun Suku Anak - Dalam memanfaatkan Aturan tersebut adalah tidak boleh menebang
pohon ini. Ini merupakan contoh kearifan hutan untuk dijadikan perkebuanan sawit dan
lokal Suku Anak - Dalam, dalam karet, hanya untuk menanam ubi dan tanaman
memanfaatkan sumber daya alam yang ada buah-buahan agar tutupan lahannya bisa rapat
dihutan secara arif dan tidak merusak wilayah kembali, luas lahan hutan yang ditebang
hutan. Kearifan lokal Suku Anak – Dalam, untuk dijadikan lahan pun terbatas, misalkan
Antologi Pendidikan Geografi, Volume 1, Nomor 3, Desember 2013 | 15

50 m untuk beberapa orang. Kearifan lokal dengan merubah pola hidup mereka untuk
Suku Anak - Dalam yang masih mereka jaga mempertahankan kehidupan mereka. Adapun
dan berhasil dalam menjaga kelestarian hutan adaptasi yang dilakukan Suku Anak - Dalam
yaitu Hompongan. Hompongan dalam bahasa akibat berubahnya lingkungan tempat tinggal
Suku Anak - Dalam berarti bendungan. mereka dari hutan menjadi perkebunan kelapa
Hompongan ini dibuat oleh kelompok Pak sawit yaitu mengkonsumsi makanan dari luar
Tarib untuk menjaga kawasan Taman hutan, penggunaan teknologi baru dalam
Nasional Bukit Dua Belas dengan membuat kehidupan Suku Anak – Dalam, berubahnya
ladang-ladang yang menyambung antara satu mata pencaharian, dan pola pembukaan lahan.
dan yang lainnya yang digunakan sebagai Kearifan lokal Suku Anak – Dalam, dalam
pembatas antara ladang masyarakat Melayu mengelola hutan merupakan lingkungan
dengan kawasan Taman Nasional Bukit Dua sosial yang dapat dijadikan sumber belajar
Belas untuk menghambat proses perambahan dan materi pembelajaran Geografi di SMA
hutan yang dilakukan oleh masyarakat untuk pokok bahasan pemanfaatan sumber
Melayu. Selain Hompongan, Suku Anak - daya alam secara arif pada kelas sebelas
Dalam masih menjaga larangan-larangan atau semester satu, Standar Kompetensi
aturan-aturan dalam mengelola hutan yang “Memahami Sumber Daya Alam”,
berupa kawasan hutan dan pohon-pohon yang Kompetensi Dasar “Menjelaskan
tidak boleh ditebang atau dirusak yaitu Tanah Pemanfaatan Sumber Daya Alam Secara
Peranakan, Tanah Bedewa – bedewa, Bento Arif”.
Benuaran, Pohon Sialang, Pohon Setubung,
dan Pohon Tenggeris. Dengan banyaknya
hutan yang dialih fungsikan menjadi DAFTAR PUSTAKA
perkebunan kelapa sawit, maka terjadi
perubahan lingkungan tempat tinggal Suku Prasetijo, A. (2011). Serah Jajah Dan
Anak - Dalam dari hutan menjadi perkebunan Perlawanan Etnografi Orang Rimba di
kelapa sawit. Dengan adanya perubahan Jambi. Jakarta. Wedatama Widya
lingkungan tempat tinggal, Suku Anak - Sasatra
Dalam mau tidak mau harus beradaptasi
kembali terhadap lingkungan barunya yaitu di Badan Pusat Statistik (2010). Profil Suku
perkebunan kelapa sawit. Adapaun adaptasi Anak Dalam Hasil Sensus Penduduk
yang dilakukan oleh Suku Anak - Dalam 2010. Provinsi Jambi
dilingkungan perkebunan kelapa sawit yaitu

Anda mungkin juga menyukai