Anda di halaman 1dari 79

LAPORAN PRAKTIKUM KOMUNITAS

TENTANG

PEMBERDAYAAN KELOMPOK BUDIDAYA IKAN LELE DALAM MEMENUHI


KEBUTUHAN ANAK STUNTING DAN IBU HAMILDI DESA CIUYAH
KECAMATAN CISARUA KABUPATEN SUMEDANG

PEMBIMBING:

Dra. Nenden Rainy Sundary, MP

Oleh:

Bara Alfano Rahadian

NRP: 20.04.156

PROGRAM STUDI PEKERJAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL


BANDUNG 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


BUDIDAYA IKAN LELE DALAM MEMENUHI
KEBUTUHAN ANAK STUNTING DAN IBU
HAMILDI DESA CIUYAH KECAMATAN
CISARUA KABUPATEN SUMEDANG

Nama Mahasiswa : BARA ALFANO RAHADIAN


NRP : 2004156
Program : Program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana
Terapan

Pembimbing:

Dra. Nenden Rainy Sundary, MP

Mengetahui:
Ketua Program Studi Pekerjaan Sosial
Program Sarjana Terapan

Poltekesos Bandung,

Dr. AEP RUSMANA, M.Si.


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa praktikan panjatkan sebagai insan akademis,
pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam kepada Allah SWT atas berkah,
nikmat iman dan islam serta rahmat-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “ PEMBERDAYAAN KELOMPOK BUDIDAYA IKAN
LELE DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN ANAK STUNTING DAN IBU
HAMILDi Desa Ciuyah Kecamatan Cisarua Kabupaten Sumedang”
Dibalik setiap data, kata, dan tulisan akan selalu ada orang-orang luar biasa.
Praktikan menyadari bahwa laporan ini dapat selesai berkat bantuan dari berbagai
pihak, terkhusus kepada kedua orangtua, saya haturkan terimakasih dan ucapan cinta
yang tulus serta tak terhingga atas do’a, restu, dukungan baik secara moral maupun
material bagi saya dalam mengemban amanah pendidikan di Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pula praktikan
sebagai insan akademis menyampaikan terima kasih dengan penuh takzim kepada:

1. Suharma, S.Sos, MP,PH.D selaku Direktur Poltekesos Kesejahteraan


Sosial Bandung
2. Dr. Aep Rusmana, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi
Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan Poltekesos Bandung.
3. Dr. Pribowo, M.Pd selaku Kepala Laboratorium Pekerjaan Sosial
Poltekesos Bandung.
4. Dra. Nanden Rainy Sundary, MP selaku pembimbing dan
supervisor kelompok praktikum Komunitas yang senantiasa
banyak memberikan bantuan kepada Praktikan.
5. Kepada Seluruh perangkat Desa Ciuyah yang telah memberikan
izin dalam melaksanakan Praktikum di Desa Ciuyah.
6. Seluruh Masyarakat Desa Ciuyah yang tela membantu Prektikan
Dalam Pelaksanaan Praktikum Ini.
7. Kedua orang tua yang selalu mendoakan anaknya agar di beri
kelancaran dalam melaksanakan Praktikum Komunitas.
8. Rekan-rekan anggota kelompok Praktikum Komunitas yang
Telah menyemangati, membantu satu sama lain selama masa
Praktikum Komunitas
Bandung, Desember 2022

Praktikan
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung Program Studi Pekerjaan
Sosial Program Sarjana Terapan mencetak sarjana terapan pekerjaan sosial yang selain
memiliki kemampuan dalam melakukan analisis masalah sosial, analisis sumber daya
sosial, intervensi kesejahteraan sosial, juga memiliki kemampuan dalam melakukan
penyuluhan sosial dan pemberdayaan masyarakat dengan menerapkan teknologi
pekerjaan sosial. Untuk itu mahasiswa dibekali kompetensi yang meliputi pengetahuan,
nilai, keterampilan serta teknologi pekerjaan sosial. Selain itu, mahasiswa diberikan
kesempatan untuk mengembangkan kompetensinya melalui pembelajaran praktik
secara langsung (learning by doing) dengan melaksanakan kegiatan Praktikum
(internship).

Praktikum mahasiswa Program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana


Terapan Poltekesos Bandung dilakukan secara bertahap mulai dari praktikum untuk
membangun kompetensi dasar praktik yaitu praktikum laboratorium, sampai dengan
praktikum untuk membangun kompetensi praktik pekerjaan sosial yaitu praktikum
institusi; dan praktikum komunitas.

Praktikum komunitas adalah praktik pekerjaan sosial yang berfokus pada upaya
peningkatan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penyuluhan sosial dan
pemberdayaan organisasi dan masyarakat lokal. Praktikum ini merupakan kegiatan
kurikurer yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Poltekesos pada semester VII.
Praktik ini dijadikan sebagai media pembelajaran untuk menerapkan berbagai
pengetahuan, nilai, dan keterampilan dan teknologi yang diperoleh mahasiswa dari
berbagai mata kuliah ke dalam kehidupan nyata yang menjadi arena praktik pekerjaan
sosial. Pembelajaran praktik langsung dalam kehidupan masyarakat ini diharapkan
dapat mengasah sensitifitas dan kepekaan mahasiswa dalam menangani permasalahan
sosial serta mampu mengembangkan dan mendayagunakan potensi dan sumber yang
ada di sekitar masyarakat.

Dalam Praktikum komunitas, mahasiswa diarahkan mampu memanfaatkan


penyuluhan sosial sebagai pemantik atau penyulut berkembangnya kesadaran
(concious raising) melalui kampanye-kampanye yang melahirkan pengubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku khalayak sasaran (membangun kepercayaan
stakeholder dan shareholder) agar termotivasi untuk melakukan upaya pemberdayaan.

Dalam upaya pemberdayaan masyarakat, mahasiswa diarahkan mampu: (1)


memetakan potensi dan sumber atau aset komunitas (community asset) yang akan
dikembangkan untuk meningkatkan keberdayaan masyarakat (2) memetakan dan
meminta komitmen para pihak (stakeholder engagement) yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi dan dukungan sosial dalam upaya pemberdayaan (3)
mendorong masyarakat (insiatif lokal) sebagai pelaku utama dalam merencanakan
upaya pemberdayaan, (4) melaksanakan upaya perubahan untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat dengan mengoptimalkan partisipasi dan pendayagunaan
sumberdaya lokal, (5) menjalin kemiteraan dan kolaborasi dengan para pihak untuk
mengoptimalkan upaya pemberdayaan, serta (6) melakukan monitoring dan evaluasi
secara partisipatif untuk mengetahui keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat
yang telah dilakukan. Mahasiswa juga diharapkan mampu mengidentifikasi dan
mengembangkan organisasi lokal sebagai media untuk menyalurkan aspirasi dan
partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Di samping itu,
mahasiswa juga diarahkan untuk mampu mengidentifikasi dan mengkaji kebijakan-
kebijakan sosial yang relevan mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat lokal
dalam rangka mencari peluang-peluang untuk mengembangkan kebijakan dan regulasi
yang mendukung upaya pemberdayaan masyarakat.

1.2 Fokus Praktik

Fokus praktikum ini adalah praktik pekerjaan sosial dalam pengembangan


komunitas/ masyarakat lokal. Penerima manfaat dari berbagai kegiatan intervensi
Praktik makro pengembangan Masyarakat dapat difokuskan dalam komunitas atau
Populasi Masyarakat tertentu untuk tujuan pengembangan, pencegahan, atau
Penanganan Masalah. Praktikan sendiri, mengambil focus masalah mengenai Anak
Stunting di Desa Ciuyah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang.

1.3 Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Tujuan umum praktikum komunitas adalah meningkatkan kompetensi


mahasiswa dalam melakukan penyuluhan sosial dan merancang upaya
pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus praktikum komunitas adalah agar mahasiswa


memiliki:

1. Kemampuan untuk menerapkan konsep dan teori-teori praktik


pekerjaan sosial komunitas dalam kegiatan penyuluhan sosial dan
pemberdayaan masyarakat
2. Kemampuan untuk mengaplikasikan prinsip dan etika pekerjaan sosial
dan keterampilan dalam kegiatan penyuluhan sosial dan
pemberdayaan masyarakat
3. Kemampuan berkomunikasi dan mengembangkan relasi pertolongan
dengan target group dan interest group
4. Kemampuan melakukan inisiasi sosial dengan melibatkan masyarakat

5. Kemampuan melakukan pemetaan dan asesmen partisipatif dan non


partisipatif untuk mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan
sumber (asset komunitas), para pihak (stakeholder), organisasi local
serta kebijakan sosial yang relevan
6. Kemampuan merumuskan perencanaan intervensi secara partisipatif

7. Kemampuan menerapkan rencana intervensi secara partisipatif serta


menjalin kemitraan
8. Kemampuan melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil intervensi
secara partisipatif

9. Kemampuan melakukan terminasi dan rujukan

10. Kemampuan melakukan pencatatan dan pelaporan

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat praktikum komunitas bagi untuk mahasiswa dan lembaga


Poltekesos Bandung adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Mahasiswa

Manfaat Praktikum komunitas bagi mahasiswwa antara lain adalah:

1) Mahasiswa memiliki pengelaman praktik pemberdayaan Masyarakat


untuk merintis pengembangan karier professional sebagai pekerja
sosial.

2) Mahasiswa memiliki kesempatan untuk berkonstribusi dalam


penyuluhan sosial dan meningkatkan keberdayan Masyarakat.

3) Mahasiswa lebih memahami dan peka terhadap isu – isu penting yang
berkaitan dengan penyuluhan sosial dan keberdayaan Masyarakat.

2. Maanfaat Bagi Lembaga Poltekesos

Manfaat praktikum komunitas bagi Poltekesos Bandung antara lain:


1) Meningkatnya kualitas kurikulum Program Studi Pekerjaan Sosial
Program Sarjana Terapan Poltekesos Bandung.
2) Meningkatnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Pekerjaan
Sosial dalam pelaksanaan supervisi praktik pekerjaan sosial.
3) Memperoleh kesempatan untuk mempromosikan profesi dan
pendidikan pekerjaan sosial.
3. Manfaat Bagi Masyarakat dan Pemerintah Lokal
Manfaat praktikum komunitas bagi masyarakat dan pemerintah local
antara lain:
1) Meningkatnya kesadaran dan berkembangnya inisiatif masyarakat untuk
menangani permasalahan sosial dan pemenuhan kebutuhan masyarakat
dalam rangka meningkatkan keberdayaan masyarakat serta
menggunakan penyuluhan sosial sebagai strategi yg efektif untuk
melakukan upaya pemberdayaan.
2) Meningkatnya kegiatan penyuluhan sosial dan upaya keberdayaan
masyarakat dalam menangani permasalahan sosial dan pemenuhan
kebutuhan serta mengembangkan dan mendayagunakan potensi dan
sumber yang ada.
3) Mendapat masukan tentang peluang-peluang pemanfaatan sistem sumber
penyedia pelayanan (mitra kerja) yang dapat diajak untuk bermitera dan
berkolaborasi serta diakses untuk menangani permasalahan sosial dan
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
4) Meningkatnya peranan organisasi lokal sebagai media kegiatan
penyuluhan sosial dan pemberdayaan masyarakat
5) Mendapat masukan tentang peluang-peluang pengembangan kebijakan
ditingkat lokal sebagai regulator untuk mendukung upaya pemberdayaan
masyarakat
1.5 Pelaksanaan Praktikum
Langkah-langkah pelaksanaan dalam praktikum telah tersusun dalam
matriks rencana kerja yang terlampir. Praktikan menyusun kegiatan untuk jangka
waktu empat puluh hari kegiatan praktikum di lapangan. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan dilapangan yaitu:
1.5.1 Tahap Persiapan
1. Bimbingan Pra Lapangan

Kegiatan praktikum diawali dengan tahap pra lapangan yang dapat


dijadikan sebagai bekal untuk melaksanakan praktikum, oleh karena itu
diadakannya bimbingan pra lapangan. Bimbingan pra lapangan dilaksanakan
pada 25-26 Oktober 2023 bersama supervisior. Hasil dari bimbingan tersebut
ialah praktikan mengetahui anggota kelompok dan supervisor, hal-hal yang
terkait dengan persiapan praktikum yang akan dilaksanakan. Bimbingan juga
memberikan pemahaman mengenai praktikum komunitas yang akan
dilaksanakan oleh praktikan. Praktikan mendapatkan arahan secara teknis dari
supervisor mengenai kegiatan yang akan di lakukan, membuat kajian literatur
mengenai praktik pekerjaan sosial makro, membuat matriks kerja, membuat
administrasi kelompok untuk melakukan penjajakan kerena hal tersebut penting
dalam proses pelaksanaan praktik lapangan. Pada bimbingan pra lapangan
praktikan juga diberikan penjelasan mengenai lokasi wilayah tempat praktikum,
karakter masyarakat, nilai dan norma yang dianut hingga komunitas yang
dimiliki setelah itu praktikan bisa memilih fokus permasalahan yang ada dan
berbeda dalam satu kelompok sesuai dengan kondisi lapangan.

2. Penjajakan Lokasi Praktikum


Penjajakan lokasi praktikum dilaksanakan pada 27 Oktober 2023 oleh
praktikan Kegiatan ini dilakukan oleh praktikan untuk mengetahui lokasi wilayah
praktikum secara geografis serta letak wilayah RW, RT, dan juga batas wilayah
lokasi praktikum. Penjajakan kedua dilaksanakan pada 29 Oktober 2023 dengan
menemui pihak Desa untuk menyelesaikan urusan administrasi dan meminta izin
secara langsung untuk melaksanakan praktikum dan menjelaskan proses
praktikum dimasa pandemi. Pada proses ini praktikan berusaha untuk mendapat
kepercayaan dari pihak desa untuk bekerjasama serta menyampaikan kebutuhan -
kebutuhan praktikan selama melaksanakan praktikum.
1.5.2 Tahap Pelaksanaan
1. Penerimaan Praktikan
Kegiatan penerimaan praktikan di lokasi praktikum dilaksanakan pada
Oktober 2023 Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan diri masing-
masing praktikan sekaligus menjelaskan maksud dan tujuan praktikum yang
akan dilaksanakan di Desa Ciuyah Kecamatan cisarua Kabupaten Sumedang.
Praktikan yang akan melaksanakan praktikum di Desa Ciuyah sebanyak enam
orang. Pada kegiatan ini supervisior menyerahkan praktikan dan menjelaskan
tujuan praktikum komunitas di pada pihak desa. Praktikan diterima secara baik
oleh pihak desa dan bersedia untuk bekerjasama dengan praktikan dalam rangka
mensukseskan kegiatan praktikum ini sehingga dapat berjalan lancar.
2. Inisisi Sosial
Inisiasi sosial adalah kegiatan yang dilakukan agar praktikan dapat
diterima di dalam komunitas atau masyarakat untuk membangun kepercayaan
masyarakat dan menjalin hubungan yang baik dengan Masyarakat atau
kelompok organisasi yang ada di desa sehingga masyarakat nantinya dapat
diajak untuk bekerjasama untuk membangun kesepakatan bersama masyarakat
dan stakeholders dalam rangka mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan
kekuatan. Inisiasi sosial merupakan tahap awal pada proses kegiatan praktikum
komunitas praktik pekerjaan sosial makro.
3. Pengorganisasian Sosial
Pengorganisasian sosial meliputi pelibatan warga masyarakat sehingga
mereka secara bersama menyadari akan adanya masalah, kebutuhan dan
kekuatan komunitas untuk diintervensi dan mengorganisasikan diri untuk
menghadapi perubahan yang akan dilakukan dan Bersama sama melakukan
perubahan atau pemanfaatan potensi yang ada di wilayah Masyarakat.
4. Asessmen
Asesmen dilaksanakan dan meliputi asesmen komunitas. Asesmen
komunitas adalah proses menemukenali masalah, kebutuhan dan kekuatan
komunitas yang akan diintervensi. Adapun masalah, kebutuhan dan kekuatan
yang akan diidentifikasi adalah hasil dari rembug warga yang telah
dilaksanakan yakni PRSE,Bencana,Anak,Lansia Kegiatan perencanaan sosial
dilakukan oleh masing- masing mahasiswa sesuai dengan fokus permasalahan
masing-masing. Proses perencanaan dilakukan sejak tanggal 5 – 16 November
2023. Teknik yang digunakan dalam proses perencanaan sosial adalah
Technology of Participatory (ToP). Kegiatan perencanaan menggunakan teknik
ini meliputi penentuan nama program, bentuk kegiatan, tujuan kegiatan, sasaran
kegiatan, rincian kegiatan, jadwal pelaksanaan kegiatan, Tim Kerja Masyarakat
(TKM), dan pembuatan komitmen bersama untuk terlibat dalam kegiatan
5. Pelaksanaan Intervensi
Proses pelaksanaan intervensi dimulai sejak tanggal 16 November
hingga 5 Desember 2023. Pelaksanaan intervensi dilakukan oleh praktikan
bersama TKM dan masyarakat yang menjadi sistem sasaran program yang
telah direncanakan
6. Monitoring Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui sejauh mana
praktikan dapat memahami, memiliki kemampuan, dan keterampilan dalam
kegiatan praktikum. Evaluasi terhadap praktikum komunitas meliputi kegiatan
evaluasi proses yang dilakukan dalam setiap proses tahapan praktikum dimulai
dari pra lapangan hingga tahap lapangan. Evaluasi hasil, merupakan evaluasi
terhadap laporan sabagai wujud kongkrit yang diperoleh atau dicapai oleh
praktikan selama kegiatan praktikum. Evaluasi hasil meliputi hasil asesmen
masalah, organisasi sosial lokal, dan program-program sosial terkait dengan
masalah sosial yang diperoleh berdasarkan hasil asesmen.
7. Terminasi dan Rujukan
Terminasi merupakan tahap pengakhiran intervensi pekerjaan sosial.
Terminasi merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan
masyarakat atau kelompok sasaran.
1.6 Sistematika Penulisan laporan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini memuat tentang Berisi latar belakang, fokus praktik, tujuan
praktikum, manfaat praktikum, waktu praktikum, sistem praktikum serta sistematika
penulisan laporan praktikum.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Kajian konsep tentang masyarakat, organisasi serta kebijakan dan program
(sesuai arena praktikum); konsep tentang isu strategis yang diangkat (sesuai fokus
praktikum); konsep tentang penyuluhan sosial dan pemberdayaan masyarakat (sesuai
dengan kebutuhan target group/target population yang ditangani); konsep tentang
Praktik Pekerjaan Sosial Komunitas (definisi, model-model pemberdayaan masyarakat;
proses, strategi, taktik, dan teknik; pengetahuan, prinsip-prinsip danketerampilan; serta
peranpekerjasosial).

BAB III PROFIL MASYARAKAT


Pada bab ini menggambarkan tentang kondisi geografi desa, kondisi demografi
desa, Kondisi Sosiografi (Gambarkan bagaimana kehidupan kerjasama, komunikasi
antar anggota masyarakat, keeratan hubungan antar anggota masyarakat, dll. Selain itu
adakah konflik yang terjadi antar masyarakat, serta bagaimana penyelesaian konflik
tersebut).

BAB IV PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Pada bab ini menggambarkan tentang implementasi setiap tugas pada tahapan
inisiasi sosial, pengorganisasian sosial, asesmen sosial, perencanaan sosial, intervensi
sosial, evaluasi serta terminasi dan rujukan.

BAB V REFLEKSI PELAKSANAAN PRAKTIKUM


Pada bab ini berisi tentang refleksi lapangan dan faktor pendukung serta faktor
penghambat, strategi, teknik, dan taktik pekerjaan sosial makro, serta usulan dan
masukan untuk praktik pekerjaan sosial makro.

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi yang disertai dengan
latar belakang rekomendasi, isi rekomendasi, tujuan,sasaran rekomendasi serta
langkah-Langkah Untuk pelaksanaan rekomendasi
BAB II
KETENTUAN PRAKTIKUM
2.1 Fokus Praktikum
Fokus praktikum ini adalah praktik pekerjaan sosial dalam pengembangan
komunitas/ masyarakat lokal. Penerima manfaat dari berbagai kegiatan intervensi
praktik makro pengembangan masyarakat dapat difokuskan dalam komunitas atau
populasi masyarakat tertentu untuk tujuan pengembangan, pencegahan, atau
penanganan masalah. Praktikan sendiri, mengambil fokus praktik salah satu Pemerlu
Pelayanan Kesejahteraan Sosial yaitu Masalah Stunting yang ada di Desa Ciuyah,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang.
2.2 Tahapan Proses Kegiatan Praktikum
2.2.1 Dialog Untuk Membangun Relasi
Dialog adalah proses yang berisi rangkaian kegiatan dalam membangun relasi
dengan masyarakat dan stakeholder atau shareholder untuk persiapan kerjasama,
mengembangkan kepercayaan masyarakat, memaknai tantangan, serta menentukan arah
kegiatan yang akan dilakukan praktikan pada praktik komunitas. Kegiatan dalam tahap
ini meliputi:
1. Persiapan Sosial untuk bekerjasama (preparing to work together) Merupakan
tahap awal dalam proses kerjasama. Pengenalan diri serta pengenalan warga
merupakan inti dari tahap ini. Pekerja sosial masyarakat mulai masuk ke dalam
komunitas untuk sebanyak mungkin memperkenalkan maksud dan tujuan
kehadirannya dalam masyarakat. Pelibatan diri dalam aktivitas-aktivitas
interaksi masyarakat, pertemuan non formal, pertemuan warga, pertemuan
keagamaan, kepemudaan, dsb, merupakan strategi yang dapat dilakukan pada
tahap ini.

2. Pembentukkan dan pengembangan rasa saling percaya (trust building) dan


pengembangan partnership (developing partnership). Trust Building dapat
dilakukan melalui strategi Kontak sosial, komunikasi dan Interaksi serta
Pembiasaan.

3. Pemaknaan tantangan-tantangan (articulating challenges) Kepercayaan serta


partnership tidak akan bertahan tanpa tujuan yang jelas. Tujuan akan
terdefinisikan dengan jelas melalui menelusuran tantangan yang dihadapi
bersama. Untuk itu, deskripsi ancaman, masalah, “stressor “ yang dihadapi
harus diubah sedemikian rupa menjadi tantangan yang menentukan arah bagi
upaya perubahan. Penemuan dan pengenalan sumber daya maupun kekuatan
yang dimiliki, kemungkinan-kemungkinan atau peluang-peluang keberhasilan
di masa depan merupakan sarana yang sangat baik yang dapat mengubah
ancaman menjadi tantangan. Ancaman cenderung mengakibatkan orang
menjadi takut, cemas, depresi, dan melarikan diri darinya, sedangkan tantangan
akan menguatkan orang untuk menghadapinya.

4. Penentuan arah kegiatan (defining directions) Tahapan ini merupakan tahapan


untuk menentukan tujuan dan rencana yang hendak dicapai. Tujuan yang
ditetapkan bersama oleh anggota komunitas harus difasilitasi oleh pekerja
sosial melalui strategi Community meeting, dengan mendorong kesadaran
bahwa tujuan kegiatan harus memiliki beberapa karakteristik kunci, antara
lain :

1) Bersifat realistis, memungkinkan untuk dicapai, tidak mustahil

2) Dapat diukur sampai sejauh mana ketercapaiannya. Pemecahan tujuan


global menjadi tujuan-tujuan kecil yang terukur sangat membantu
dalam penetapan target jangka pendek.

3) Tujuan-tujuan ini juga harus memiliki kerangka waktu pencapaian.

4) Menggambarkan ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan.

2.2.2 Asesmen dan Rencana Intervensi

Discovery adalah proses yang berisi rangkaian kegiatan penggalian sumber


daya, analisis kemampuan dan daya dukung sumber daya, pembentukan tim kerja
Masyarakat (TKM), merencanakan dan menentukan intervensi, serta Menguatkan
motivasi Kerjasama. Kegiatan dalam tahap ini meliputi:

1. Penggalian sumber daya (exploring resource systems) Upaya yang dilakukan


dengan sungguh-sungguh untuk menjelajahi, menggali, menemukan sumber
daya yang ada dalam masyarakat (aset komunitas), baik sumber daya alam
(natural capital), sumber daya manusia (human capital), sumber daya fisik
(fisical capital), sumber daya sosial (social capital) dan sumber daya finansial
(financial capital). Kegiatan ini dilakukan melalui pemetaan (social mapping),
dan Teknik yang digunakan adalah pemetaan aset kehidupan berkelanjutan
(sustainability lifelihood aset/SLA), participatory rural appraisal (PRA),
Observasi, studi dokumentasi, wawancara, dll.

2. Analisis kemampuan dan daya dukung sumber daya (Analyzing resource


capabilities) Bauman (1990) menjelaskan bahwa analisis pada intinya
merupakan suatu aktivitas memahami yang dilakukan dengan cara
“mengurai”, yaitu membagi kesatuan ke dalam bagian-bagian kecil yang
mempermudah pemahaman, “Mencari relevansi”, yaitu mencari hubungan
antara bagian satu dengan bagian lain, serta “mengkaitkan”, yaitu
menghubungkan bagian internal dengan faktor eksternal yang ada. Dengan
demikian, menganaisis kekuatan adalah mengurai kekuatan apa saja yang
dimiliki menjadi bagian-bagian kecil yang memudahkan pemahaman,
mencari relevansi antar bagian atau antar kekuatan kecil sebagai bagian dari
kekuatan total, serta mengkaitkan bagian kecil dari kekuatan dengan
dukungan eksternal yang ada di lingkungan luar.

3. Membentuk tim (team building) Tim merupakan kelompok yang terdiri dari
banyak orang yang memiliki kemauan, semangat, dorongan masingmasing,
akan tetapi memiliki kesatuan arah yang sama. Masing-masing anggota
komunitas memiliki keunikan tersendiri serta kekuatan yang berbeda-beda.
Perbedaan ini disatukan oleh arah dan tujuan bersama.

4. Merencanakan dan Menentukan intervensi (framing solutions) Beraneka


ragam alternatif solusi. Kebersamaan warga dilakukan terus menerus untuk
saling berbagi pengalaman dan pemikiran, yang akhirnya membentuk pilihan
yang ditetapkan bersama sebagai solusi yang disepakati. Pilihan solusi ini
harus dibingkai atau diwujudkan dalam suatu pernyataan lugas dan
ditampilkan sebagai milik bersama. Pernyataan bersama atas solusi ini harus
selalu teringat dan “terpatri” dalam pikiran warga sebagai patokan yang harus
selalu memandu langkah kerja warga mencapai tujuan yang dikehendaki.

5. Menguatkan motivasi kerjasama (strengthening energy to work together)


Pemahaman antar warga satu sama lain (Mutual understanding) tentang
kebersatuan (Sense of “Us”), kesepakatan bersama (Mutual Agreement),
perasaan saling memiliki antar warga (Sense of Belonging), merupakan
instrumen untuk menggerakkan kekuatan (Instrument for Mobilization)
kerjasama dalam suatu jaringan kerja untuk mencapai tujuan (Bauman, 1990).
Oleh karena itu, pekerja sosial masyarakat perlu menjalin hubungan dengan
beraneka ragam bentuk kesatuan aktivitas bersama yang dapat saling
menguatkan (mutual understanding, mutual agreement, sense of us, serta
sense of belonging), serta mengembangkan modal sosial.

2.2.3 Melaksanakan Pengambangan Intervensi

1. Mengaktifkan dan menguatkan interaksi sosial (activating social interaction)


antar kelompok atau kesatuan-kesatuan sosial Kegiatan ini dilakukan melalui
pertemuan, komunikasi, diskusi, perbincagan, maupun aksi-aksi bersama
lainnya yang mengarah pada pengembangan masyarakat.

2. Mengaktifkan dan menggerakkan sumber daya (activating resource system)


Beberapa permasalahan terkait dengan pemanfatan sistem sumber (seperti yang
telah terurai pada tahap sebelumnya) perlu dihilangkan atau dikurangi
sedemikian rupa agar orang yang membutuhkan dapat terhubung dengan
sumber yang ada. Mobilisasi juga memerlukan “Trust” antara pelaksana sistem
sumber dengan pihak yang membutuhkan. Dengan demikian “Trust” juga
harus dikembangkan dengan kuat.

3. Memperluas peluang (expanding opportunities) Penggalian dan pengkajian


sumber daya dengan baik, penentuan tujuan, serta perencanaan secara lengkap
dan detil akan memperluas peluang atau kemungkinankemungkinan dalam
pemecahan masalah maupun pencapaian hasil. Pengembangan Jaringan/ modal
sosial merupakan salah satu cara untuk memperluas peluang.

4. Pemahaman akan keberhasilan yang telah dicapai (recognizing success)


Keberhasilan yang telah dicapai yang terbingkai dalam suatu kerangka yang
terdokumentasi dengan baik meningkatkan rasa percaya diri warga atas hasil
dan proses kerja yang telah dilakukan, yang selanjutnya akan menguatkan
keyakinan dalam diri warga bahwa mereka mempunyai kemampuan.
Keberhasilan yang dicapai ini terbagi ke dalam beberapa tahapan kerja yang
sesuai dengan tujuan-tujuan jangka pendek. Hal ini dilakukan melalui evaluasi
terhadap proses yang dilakukan.

5. Pendampingan untuk kesinambungan (facilitating for sustainability)


Pendampingan yang dilakukan oleh pekerja sosial masyarakat akan
mempermudah keberlangsungan program yang dilakukan. Pekerja sosial
masyarakat melakukan berbagai kegiatan, pertemuan, serta pemantauan atas
kegiatan warga. Tahapan kegiatan ini juga memiliki tujuan untuk menjaga agar
semangat kerja dan partisipasi warga tetap terjaga, dan misi utama program
kegiatan yang dilakukan tetap dapat terjaga dengan baik.

6. Pengembangan sistem informasi (developing information systems)


Pengembangan sistem informasi ini dilakukan untuk menyebarluasan kegiatan
pemberdayaan yang sudah dilakukan agar bisa direplikasi oleh pihak lain.
Penyebarluasan informasi ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai
media (mass media appeal) misalnya dengan sosial media dll.

7. Evaluasi (evaluation) Evaluasi didalam proses pemberdayaan dilakukan secara


paritisipatif baik untuk evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses
diarahkan untuk menilai ketepatan penggunaan metode, strategi atau teknik.
Sedangkan evaluasi hasil diarahkan untuk menilai ketepatan pencapaian
tujuan.

Tahapan ini tidak bersifat linier, proses-proses dialog, asesmen, perencanaan


intervensi dapatberkembang meskipun sudah memasuki tahapan intervensi, sesuai
dengan perolehan-perolehan informasi baru, karena perkembangan situasi atau belum
terantisipasi dalam perencanaan sebelumnya. Dengan demikian, intervensi dapat
berkembang sesuai dengan pengembangan rencananya.

2.3 Sasaran Praktikum

Perubahan kemampuan masyarakat dalam mengorganisasikan dan


melaksanakan upaya-upaya bersama dalam kegiatan penyuluhan sosial dan
peningkatan keberdayaan masyarakat, mencegah, dan menangani permasalahan sosial,
mengoptimalkan potensi dan sumber yang ada, penguatan organisasi dan kelembagaan
sosial, peningkatan kemiteraan, serta pengembangan kebijakan lokal yang relevan.
Dengan demikian, sasaran perubahan dalam praktikum komunitas mencakup:

1. Warga masyarakat (kelompok sasaran (target groups) penerima manfaat


upaya perubahan sosial.

2. Berbagai elemen warga masyarakat (stakeholder, shareholder) sebagai


kelompok kepentingan (interest groups).

3. Berbagai organisasi lokal yang relevan dengan isu yang ditangani. 4)


Pembuat kebijakan di tingkat pemerintahan lokal

2.4 Prinsip dan Etika Praktikum

2.4.1 Prinsip

1. Bekerja dengan masyarakat.

2. Membangun partisipasi masyarakat.

3. Pemberdayaan.

4. Peka terhadap nilai/budaya masyarakat.

5. Terpadu dan berkelanjutan.

6. Inklusivitas. 7) Konsensus bersama masyarakat.

7. Menghargai sumber daya lokal.

8. Menitikberatkan pada swadaya masyarakat.

9. Pengembangan yang berkeadilan.

2.4.2 Etika

1) Kearifan Lokal.

2) Kesetaraan.

3) Penghargaan.

4) Sinergitas.

5) Kerjasama/Kemitraan dan kolaborasi

2.5 Metode Strategi, dan Taktik serta Teknik Praktik

2.5.1 Metode

Praktikum komunitas dalam Pemberdayaan Masyarakat level desa dilakukan


dengan menggunakan metode pekerjaan sosial, yaitu metode pekerjaan sosial
masyarakat (Community work)

2.5.2 Strategi Dan Teknik

Tabel 2.1 Strategi dan Taktik

No Strategi Taktik-Taktik
1. Kolaborasi (Collaboration) Sistem 1) Implementasi
sasaran setuju (atau diyakinkan untuk 2) Capacity Building
setuju) dengan sistem kegiatan, bahwa (1) Partisipasi, yang melibatkan
perubahan dibutuhkan dan didukung anggota.
pengalokasian sumber
2. Kampanye (Campaign) Sistem sasaran 1) Edukasi, berinteraksi
mau berkomunikasi dengan sistem dengan sistem sasaran
kegiatan, tetapi hanya sedikit 2) Persuasi
kesepakatan akan perlunya perubahan, (1) Cooptation/ bergabung
atau sistem sasaran mendukung (2) Lobbying/melobi
perubahan, tetapi tidak 3) Meminta bantuan media
mengalokasikan sumber masa (mass media appeal)
3. Kontes (Contest) Sistem sasaran 1) Tawar-menawar dan perundingan
menentang perubahan dan atau 2) Aksi komunitas
menentang pengalokasian sumber dan (1) Legal (ex.demonstrasi )
tidak membuka komunikasi mengapa (2) Ilegal (ex.kegiatan yang
mereka menentang melawan aturan resmi
/tindakan anarkhis)
3) Aksi penuntutan perkara
(class action/ ctive lawsuit)
Sumber Pedoman Praktikum Komunitas 2023

2.5.3 Teknik
Tabel 2.2 Teknik
No Tahapan Teknik
1. Dialog 1) Community Involvement (CI)
2) Percakapan Sosial
3) Home Visit
4) Community Meeting (Pertemuan Warga) baik
informal maupun formal
2. Asesmen 1) Social Mapping
partisipatif 2) Sustainable Livelihood Asset (SLA)
3) Management Stakeholder
4) Method Participatory Assessment (MPA)
5) Participatory Rural Appraisal (PRA) seperti
transect walk, penelusuran Sejarah, dll
6) Community Meeting Forum (CMF) yaitu
diskusi terfokus
7) Diagram venn
Asesmen non- 1) Neighborhood Survey Study
partisipatif 2) Wawancara
3) Observasi
4) Studi Dokumentasi
3. Teknik 1) Diskusi Technology of Participation (TOP)
Perencanaan 2) Logical Frame Work Analysis (LFA)
Parisipatif 3) PEKA
4. Teknik Evaluasi 1) Evaluasi Partisipatif (diskusi terfokus, google
form, dll)
2) Wawancara Mendalam
3) Pengungkapan Pengalaman Perubahan
Sumber Pedoman Praktikum Komunitas 2023

2.6 Peserta Praktikum


Peserta praktikum komunitas adalah mahasiswa Semester VII Prodi Pekerjaan
Sosial Program Sarjana Terapan, yang telah lulus Praktikum Institusi, telah
melaksanakan kontrak kredit untuk mata kuliah Praktikum Komunitas dan tidak sedang
mengontrak mata kuliah lain selain praktikum komunitas dan Skripsi.

2.7 Waktu dan Lokasi Praktikum


Praktikum komunitas akan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: Pra
Lapangan : 20 Oktober s.d 28 Oktober 2023
Lapangan : 31 Oktober s.d 8 Desember 2023
Ujian Lisan : 19 Desember s.d 20 Desember 2023
Lokasi praktikum berada di desa-desa di Kota/Kabupaten di Jawa Barat

2.8 Sistem Praktikum


Kegiatan praktikum komunitas Praktik Pekerjaan Sosial Komunitas dalam
Pemberdayaan Masyarakat Progam Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan
Poltekesos Bandung, diselenggarakan dengan menggunakan sistem block placement,
dimana mahasiswa selama 1,5 (satu setengah) bulan melakukan aktivitas praktikum di
lapangan setara dengan 400 jam praktik. Kegiatan praktikum dibagi menjadi 3 (tiga)
tahap kegiatan, yaitu: tahap kegiatan pra lapangan (persiapan), tahap kegiatan lapangan,
dan tahap pasca lapangan (kegiatan finalisasi penulisan laporan, ujian lisan, perbaikan
dan penyempurnaan, pengesahan serta penyerahan laporan praktikum).

2.9 Binbingan Praktikum

Mahasiswa peserta praktikum komunitas selama melaksanakan praktik, sejak pra


lapangan hingga pasca lapangan, dibimbing oleh dosen Poltekesos Bandung, baik
dilakukan secara luring maupun daring. Pembimbing praktikum komunitas terdiri atas
Supervisor, dan Pendamping Lapangan.

2.9.1 Tahap Pra Lapangan (Persiapan)

Tahap Pra Lapangan praktikum komunitas dilaksanakan mulai tanggal 20-28


Oktober 2023. Kegiatan praktikum kounitas pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1. Team Building

Peserta praktikum harus mengorganisasi kegiatan praktikum agar menjadi satu


kesatuan. Setiap praktikan menjadi bagian kesatuan team kerja dalam pelaksanaan
praktikum disetiap kelompoknya.

2. Bimbingan Pra Lapangan

Kegiatan ini dilakukan pada hari Senin, 30 Oktober 2023 pada tahap persiapan
guna menjelaskan pengarahan terkait pelaksanaan praktikum komunitasini dan
berkenalan dengan Dosen Pembimbing yaitu ibu Dra. Nenden Rainy Sundary,
MP. Selain menjelaskan terkait pelaksanaan praktikum, supervisor memberi
arahan untuk membuat table catatan harian. Supervisor memberikan motivasi
kepada praktikan agar tetap semangat ketika melewati rngkaian kegiatan selama
praktikum komunitas ini.

3. Peninjauan Lokasi

Praktikan melakukan peninjauan lokasi ke Desa Ciuyah, Kecamatan Cisarua,


Kabupaten Sumedang pada hari Jumat, 27 Oktober 2023.

4. Pembekalan

Pembekalan praktikum dilaksanakan secara luring, di Auditorium Poltekesos.


Pembekalan praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Oktober 2023.
Pembekalan terkait materi penjelasan teknis pelaksanaan praktikum komunitas,
sosialisasi program Warmindo, dan pemaparan materi dari DInsos Sumedang
yaitu Best Practice Puskesos.

2.9.2 Tahap Lapangan

Tahap pelaksanaan praktikum komunitas pada tanggal 31 Oktober-8 Desember 2023,


dimana dalam setiap hari minimal melaksanakan tugas selama 8 jam. Berikut rincian
kegiatan yang dilakukan:

1. Pelepasan Praktikum Pelepasan Mahasiswa Politeknik Kesejahteraan Sosial


Bandung dilaksanakan pada hari Jumat, 27 Oktober 2023. Dalam kegiatan
pelepasan praktikum ini turut hadir dari Kaprodi 3 Prodi.

2. Penerimaan dan Serah Terima Mahasiswa Praktikum

Penerimaan dan penyerahan mahasiswa praktikum secara resmi dilaksanakan di


dua tempat, yaitu Pendopo Kabupaten Sumedang dan Pendopo Kecamatan
Cisarua, pada hari Selasa, 31 Oktober 2023 yang dihadiri PJ Bupati Sumedang
dan Ibu Camat Cisarua

2.9.3 Tahap Pasca Lapangan

Tahap pasca lapangan dimulai pada tanggal 9-20 Desember 2023 dengan
kegiatan:

1. Bimbingan penulis dan penyusunan laporan selama kurang lebih seminggu.


Laporan yag disusun meliputi laporan individu, yang akan dibimbing oleh
supervisor.

2. Ujian praktikum dilakukan pada tanggal 19 dan 20 Desember 2023. Aspek yang
dinilai dalam ujian lisan praktikum yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap, dan
keterampilan.

BAB III

PERSIAPAN PRAKTIKUM KOMUNITAS

3.1 Kajian Literatur

3.1.1 Profil Desa

Desa Ciuyah merupakan suatu wilayah yang menjadi satu kesatuan dengan Desa
Cisarua sekarang. Pada tahun 1984 berdasarkan pada ketentuan luas wilayah dan jumlah
penduduk maka Pemerintah Kabupaten Sumedang mengeluarkan kebijakan pemekaran
wilayah bagi Desa Ciuyah menjadi dua desa yaitu Desa Cisarua dan Desa Ciuyah.
Desa Ciuyah sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani. Daerah
ini terdapat sumber mata air asin dan penduduk sering menggunakan air asin tersebut
untuk sarana irigasi sawahnya. Sehingga hal tersebutlah yang mendasari penamaan
daerah tersebut dengan sebutan CIUYAH, yang dimana CI berasal dari kata CAI yang
berarti Air dan UYAH yang berarti Asin. Jadi CIUYAH dapat diartikan sebagai Desa
yang memiiki sumber air asin.
Tabel 3. 1 Daftar Kepala Desa

No Nama Kepala Desa Periode Keterengan


1. Eme Wikatma 1984-1987
2. Amat Rohman 1987-1995
3. Unus Sanusi 1995-2000
4. Emang Puraganda 2000-2013 Dua Periode
5. Suharja 2013-sekarang
Sumber: Profil Desa

Desa Ciuyah terletak pada ketinggian ±500Meter dari permukaan laut.


Sedangkan jumlah penduduk laki-laki 1.448 jiwa, perempuan 1.418 jiwa, jumlah
seluruhnya 2.866 jiwa, atau 1.019 KK.
Batas Wilayah Desa Ciuyah yaitu:

1. Sebelah Utara : Desa Cibeureum Wetan

2. Sebelah Timur : Desa Cimara

3. Sebelah Selatan : Desa Bantarmara

4. Sebelah Barat : Desa Cisarua

Sedangkan keadaan orbísítas dan jarak tempuh Desa Ciuyah dengan kota
Kecamatan Cisarua, kota Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat relatif mudah
untuk dijangkau oleh masyarakat Desa. Keterbatasan angkutan menuju ke Ibu kota
Kabupaten, Propinsi dan Kecamatan tidak menjadi masalah mengingat alat transportasi
sudah semakin meningkat. Ini terbukti gerak perekonomian dan perdagangan
masyarakat Desa sudah semakin meningkat.

Untuk mengetahui letak/jarak Desa Ciuyah dengan pusat-pusat ekonomi dan


pemerintahan yang ada di Sumedang dapat disimak sebagai berikut:

1. Jarak ke Ibu kota Kecamatan : 2 km

2. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 7km

3. Jarak ke Ibu Kota Provinsi : 45km

Gambar 3.1 Gambar Peta Wilayah Desa Ciuyah


3.1.2 Struktur Pemerintahan Desa

Struktur dari Pemerintahan Desa Ciuyah Pada Tahun 2023 Yaitu:

Gambar 3.2 Gambar Struktur Pemerintahan Desa Ciuyah

3.1.2 Visi dan Misi Desa Ciuyah

A. Visi Desa Ciuyah

“Terrwujudnya Desa Ciuyah sebagai Desa yang bersih, Indah, Sejahtera,


Aman, Agamis, Nyunda”. Atau disingkat dan dituangkan dalam moto
“BISAAN”

B. Misi Desa Ciuyah

Dalam meraih visi Desa Ciuyah seperti yang sudah dijabarkan diatas
dengan mempertimbangkan potensi dan hambatan baik internal maupun
eksternal, maka disusunlah Misi Desa Ciuyah diantaranya:

1. Mengelola lingkungan dan pemerintahan dengan baik berdasarkan skala


prioritas agar program pemerintahan dapat berjalan dengan transparan,
cepat, tepat dan akurat.

2. Meningkatkan pengelolaan jalan desa, lingkungan dan gang, kebersihan


sampah, sarana keagamaan, pendidikan serta infrastruktur lainnya
sehingga Desa Ciuyah terlihat lebih indah.

3. Memenuhi kebutuhan dasar secara mudah dan terjangkau untuk


kesejahteraan masyarakat Desa Ciuyah.

4. Mewujudkan keamanan dan ketertiban dilingkungan Desa Ciuyah dengan


membantu penyiapan dan pengadaan, serta menghidupkanposkamling di
setiap Rukun Tetangga (RT).

5. Mewujudkan masyarakat Desa Ciuyah yang beragama, beriman dan


bertaqwa.

6. Mendorong kreatifitas masyarakat Desa Ciuyah khususnya generasi muda


untuk melestarikan kebudayaan sunda dengan mengadakan pelatihan-
pelatihan dan mendirikan sanggar seni dan budaya selain itu mewujudkan
terciptanya desa wisata yang cocok bagi keadaan
lingkungan di Desa Ciuyah.

3.2 Kondisi Demografis

Kondisi geografis Desa Ciuyah Berdasarkan hasil studi Dokumentasi yang


dilakukan oleh praktikan dapat dilihat pada Uraian berikut:

3.2.1 Jumlah Penduduk Desa Ciuyah

1. Kondisi Penduduk Berdasarkan Golongan Usia dan Jenis Kelamin

Tabel 3. 2 Pertumbuhan Penduduk

No. Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah Presentase

1. 0-4 88 Jiwa 93 Jiwa 181 Jiwa 6,3%


2. 5-9 109 Jiwa 113 Jiwa 222 Jiwa 7,7%
3. 10-14 125 Jiwa 107 Jiwa 232 Jiwa 8,1%
4. 15-19 115 Jiwa 121 Jiwa 236 Jiwa 8,2%
5. 20-24 130 Jiwa 129 Jiwa 259 Jiwa 9,1%
6. 25-29 112 Jiwa 106 Jiwa 218 Jiwa 7,6%
7. 30-44 314 Jiwa 306 Jiwa 647 Jiwa 22,9%
8. 45-59 229 Jiwa 301 Jiwa 530 Jiwa 18,5%
9. 60-65+ 199 Jiwa 142 Jiwa 341 Jiwa 12%
Jumlah 1.448 1.418 Jiwa 2.866 Jiwa 100%
Jiwa
Sumber Data Profil Desa 2022

2. Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan


Tabel 3.3 Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan L P Jumlah
1. Tidak Tamat SD 10 15 25
2. Tamat SD 159 151 310
3. Tidak Tamat SLTP 104 157 261
4. Tamat SLTP 77 62 139
5. Tamat Akademi/PT 30 32 62
Jumlah 380 417 797
Sumber Data Profil Desa 2022

3. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian


Tabel 3.4 Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
No. Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan
1. Petani 75 orang 39 orang
2. Pegawai Negeri Sipil 6 orang 7 orang
3. Karyawan Perusahaan Swasta 33 orang 23 orang
4. Wiraswasta 469 orang 313 orang
5. Ibu Rumah Tangga - 923 orang
6. Buruh Harian Lepas 15 orang 22 orang
Sumber Data Profil Desa 2022

4. Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang di anut


Jumlah penduduk Desa Ciuyah berdasarkan agama yang dianut mayoritas
agama Islam.
3.3 Kondisi Sosiografi
3.3.1 Kondisi Sosial Budaya
Desa ciuyah merupakan desa yang mayoritasnya bersuku Sunda, sehingga
masyarakat Ciuyah dalam kehidupannya sangat menjunjung tinggi nila budaya sunda.
Selain itu masyarakat Desa Ciuyah juga sangat menjunjung tinggi nilai agama. Hal
tersebut dapat dilihat dari rutinitas warga melakukan pengajian di masjid. Selain itu
masyarakat desa 40% merantau keluar desa yang merupakan warisan dari orang tua
terdahulu.
3.3.2 Informasi dan Teknologi
Penggunaan jaringan informasi sangatlah penting dalam berbagai keperluan dan
pelayanan masyarakat secara umum, dalam rangka peningkatan pelayanan informasi
Desa Ciuyah banyak didirikan bangunan menara Tranmisi Seluller dan juga dalam
rangka menunjang teknologi agar mampu dijadikan sebuah pelayanan dan kebutuhan
masyarakat
3.3.3 Informasi dan Teknologi
Penggunaan jaringan informasi sangatlah penting dalam berbagai keperluan dan
pelayanan masyarakat secara umum, dalam rangka peningkatan pelayanan informasi
Desa Ciuyah banyak didirikan bangunan menara Tranmisi Seluller dan juga dalam
rangka menunjang teknologi agar mampu dijadikan sebuah pelayanan dan kebutuhan
masyarakat.

3.3.4 Pengairan dan Keirigasian

Irigasi adalah sarana transpormasi distribusi pengairan untuk kebutuhan pertanian


dan perkebunan, dalam rangka menunjang produktifitas hasil pertanian dan perkebunan
ini dibuktikan dengan system pengairan irigasi yang membelah Desa Ciuyah.

3.4 Kajian Tentang Masyarakat

3.4.1 Pengertian Tentang Masyarakat

Menurut Gilin dalam Syani (2012:32) masyarakat merupakan kelompok manusia


yang tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan persatuan yang sama. Menurut
Comte dalam Syani (2012:31) masyarakat merupakan kelompok kelompok mahluk hidup
dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dengan
berkembang menurut pola perkembangannya tersendiri. Berdasarkan definisi masyarakat
menurut beberapa ahli diatas maka praktikan menyimpulkan dimana masyarakat adalah
seseorang atau sekelompok manusia (individu) yang tinggal di berbagai wilayah dimana
menjalin interaksi dalam kehidupan sosialnya, berkumpul dan saling membutuhkan antara
individu satu dan individu lainnya.

3.4.2 Unsur Masyarakat

Kesatuan hidup manusia di lingkup desa, kota, maupun negara merupakan


konsep masyarakat. Di setiap kesatuan masyarakat, selalu ada unsur-unsur yang
membentuk kesatuannya. Menurut Soerjono Soekanto sejumlah unsur masyarakat
adalah sebagaimana perincian di bawah ini:

1. Beranggotakan paling sedikit dua orang atau lebih

2. Seluruh anggota sadar sebagai satu kesatuan

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama, menghasilkan individu baru


yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar
anggota msyarakat

3.4.3 Ciri-Ciri Masyarakat

Untuk menentukan identitasnya, menurut Soerjono Soekanto, buku Sosiologi: Suatu


Pengantar (2003), masyarakat mempunyai ciri-ciri yang khas.

1. Hidup Berkelompok

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mampu hidup sendiri.


Ketidakmampuan itu mendorong manusia hidup berkelompok. Sebab, manusia
senantiasa membutuhkan bantuan orang lain. Konsep tersebut mengantarkan
masing-masing individu hidup bermasyarakat

2. Melahirkan Kebudayaan
Ketika manusia membentuk kelompok, mereka selalu berusaha mencari
jalan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia akan berupaya menyatukan
pikiran dan pengalaman bersama agar terbentuk suatu rumusan yang dapat
menjadi pedoman tingkah laku mereka, yakni kebudayaan. Selanjutnya, budaya
itu dipelihara dan diwariskan ke generasi-generasi berikutnya.
3. Mengalami Perubahan
Beragam latar belakang yang menyatukan tiap-tiap individu menjadi suatu
masyarakat, membuat manusia mengalami perubahan. Perubahan ini dianggap
sebagai upaya masyarakat menyesuaikan diri dengan keadaan zaman. Sebagai
contoh, masyarakat beralih menggunakan surat elektronik untuk menggantikan
surat kertas, ketika menerima pengaruh perkembangan teknologi.
4. Berinteraksi
Interaksi adalah hal yang mendasar dari terbentuknya masyarakat. Interaksi
ditempuh untuk mencapai keinginan, baik pribadi maupun kolektif. Dengan
berinteraksi, masyarakat membentuk suatu entitas sosial yang hidup.
5. Terdapat Kepemimpinan
Masyarakat cenderung mengikuti peraturan yang diberlakukan di
wilayahnya. Contohnya, dalam lingkup keluarga, kepala keluarga mempunyai
wewenang tertinggi untuk mengayomi keluarganya. Istri dan anak patuh kepada
ayah atau suaminya. Hal itu menunjukkan bahwa dalam masyarakat, ada peran
pemimpin yang membantu menyatukan individu-individu.
6. Startifikasi Sosial
Stratifikasi sosial menempatkan seseorang pada kedudukan dan perannya di
dalam masyarakat. Ketidakseimbangan hak dan kewajiban masing-masing
individu atau kelompok menimbulkan adanya penggolongan masyarakat dalam
kelas-kelas tertentu. Dalam kehidupan bermasyarakat, stratifikasi sosial didasari
atas kasta sosial, usia, suku, pendidikan, dan beberapa aspek lain yang memicu
keberagaman.

3.4.4 Fungsi Masyarakat

Netting, Kettner dan McMurtry (2004) ada lima fungsi masyarakat yang
meliputi:

1. Fungsi produksi, distribusi dan konsumsi merupakan aktivitas-aktivitas


masyarakat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan material orang
termasuk kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan, kesehatan
dan sejenisnya. Pada saat ini setiap orang saling memiliki rasa ketergantungan
untuk memenuhi kebutuhan dasar masing-masing yang berupa barang dan
jasa.
2. Fungsi sosialisasi norma, tradisi dan nilai pada orang-orang dalam masyarakat.
Agar dapat memahami individu dan populasi, maka perlu memahami norma,
tradisi, dan nilai masyarakat. Dalam masyarakat generasi muda akan
diwariskan untuk meneruskan norma-norma, tradisitradisi dan nilai-nilai yang
selama ini dianut oleh orang-orang yang berinteraksi di dalam masyarakat.
3. Fungsi pengawasan sosial (social control) adalah proses yang menekankan
agar anggota masyarakat menjamin kepatuhan terhadap nilai dan norma
hukum dan peraturan. Kontrol sosial adalah funsi yang dilaksanakan oleh
lembaga yang mewaliki berbagai sector seperti pemerintah, pendidikan, agama
dan pelayanan sosial. Masyarakat senantiasa mengharapkan warganya untuk
mentaati normanorma dan nilai-nilai yang dianut melalui penetapan hukum,
peraturan dan sistem-sistem penegakkannya.
4. Fungsi partisipasi sosial (social participation) meliputi interaksi dengan orang
lain dalam masyarakat, asosiasi dan organisasi. Masyarakat menyediakan
wahana bagi para anggotanya untuk mengekspresikan aspirasi, kebutuhan,
kepentingan dan kesempatan sosial untuk membagun pertolongan alamiah dan
mendukung jaringan sosial.

5. Fungsi dukungan dan gotong royong (mutual support). Keluarga-keluarga,


teman-teman, para tetangga, kelompok sukarela dan asosiasi-asosiasi
profesional yang tergabung dalam sebuah masyarakat biasanya saling
membantu satu sama lain. Berbagai profesi pertolongan berkembang sebagai
respon terhadap ketidakmampuan lembaga sosial untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Profesi pertolongan hadir untuk menata, menggalang dan
memobilisasi kebutuhan akan dukungan masyarakat terhadap suatu masalah.

3.4.5 Definisi Masyarakat Desa

Masyarakat Pedesaaan atau masyarakat desa adalah masyarkat yang kehidupannya


masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama, yaitu sesuatu aturan yang sudah mantap dan
mencangkup segala konsepsi sistem budaya yang mengatur tindakan atau perbuatan
manusia dalam kehidupan social hidup bersama, bekerja sama dan berhubungan erat secara
tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam. Penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.

3.4.6 Definisi Masyarakat Kota

Ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suattu masyarakat ke


masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang mengalami transisi ke
arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke
sektor industri. Ciri-ciri masyarakat transisi antara lain :

1. Adanya pergeseran dalam bidang, misalnya pekerjaan, seperti pergeseran dari


tenaga kerja pertanian ke sektor industry.

2. Adanya pergeseran pada tingkat pendidikan. Di mana sebelumnya tingkat


pendidikan rendah, tetapi menjadi sekrang mempunya tingkat pendidikan
yang meningkat.

3. Mengalami perubahan ke arah kemajuan


4. Masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan jaman.

5. Tingkat mobilitas masyarakat tinggi.

6. Biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota


misalnya jalan raya.
3.4.7 Perbedaa Masyarakat Kota dan Desa

Masyarakat Perkotaan dan pedesaan dapat dibedakan dalam beberapa aspek


yang dikelompokkan dalam masing-masing ruang. Ada beberapa ciri yang dapat
dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota. Ciri-ciri
tersebut antara lain :

1. Jumlah Kepadataan penduduk

2. Lingkungan hidup

3. Mata Peencaharian

4. Corak kehidupan sosial

5. Statifikasi sosial

6. Mobilitas sosial

7. Pola interaksi Sosial

8. Solidaritas sosial

9. Kedudukan dalam irarki sistem administrasi nasional

3.5 Kajian Tentang Anak Stunting

3.5.1 Pengertian Anak Stunting

Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE/
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,
terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.1Menurut
Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator
status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial
ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan
anak dapat memberikan dampak yang sulit diperbaiki. Salah satu faktor sosial
ekonomi yang mempengaruhi stunting yaitu status ekonomi orang tua dan
ketahanan pangan keluarga.

Status ekonomi orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.
Pendapatan keluarga merupakan pendapatan total keluarga yang diperoleh dari
berbagai sumber, yaitu hasil kepala keluarga, hasil istri, hasil pemberian, hasil
pinjaman, dan hasil usaha sampingan per bulan.3 Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015 menunjukkan bahwa pada kelompok
stunting lebih banyak pendapatannya adalah dibawah UMR yakni sebanyak 67
responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki pendapatan diatas UMR hanya
sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%).2 Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh
Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan bahwa pendapatan keluarga yang rendah
merupakan factor resiko kejadian stunting pada balita 6-24 bulan, Anak dengan
pendapatan keluarga yang rendah memiliki resikomenjadi stunting sebesar 8,5 kali
dibandingkan pada anak dengan pendapatan tinggi. Rendahnya tingkat pendapatan
secara tidak langsung akan menyebabkan terjadinya stunting hal ini dikarenankan
menurunnya daya beli pangan baik secara kuantitas maupun kualitas atau
terjadinya ketidaktahanan pangan dalam keluarga.

Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2002 dan UU Pangan No 18


Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan, maka ketahanan pangan merupakan
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari ketersediaan
pangan yang cukup, baik jumlah, maupun mutunya, aman, merata, dan konsumsi
pangan yang cukup merupakan syarat mutlak terwujudnya ketahanan pangan
rumah tangga. Ketidaktahanan pangan dapat digambarkan dari perubahan
konsumsi pangan yang mengarah pada penurunan kuantitas dan kualitas termasuk
perubahan frekuensi konsumsi makanan pokok. Ketahanan pangan keluarga erat
hubungannya dengan ketersediaan pangan yang merupakan salah satu faktor atau
penyebab tidak langsung yang berpengaruh pada status gizi anak. Gizi buruk
menyebabkan terhambatnya

3.5.2 Hak-Hak Anak Stunting

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi oleh orangtua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan
Negara. Hak anak adalah segala sesuatu yang harus didapatkan oleh seseorang
termasuk anak yang telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir.
Anak adalah generasi penerus bangsa, baik buruknya masa depan bangsa
tergantung pula pada kondisi anak saat ini. Maka penting bagi kita mengetahui hak-
hak anak dan kewajiban anak. Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak (KHA), hak-
hak anak secara umum dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) kategori hak- hak
anak, antara lain :

1. Hak untuk kelangsungan hidup (The right to Survival); yaitu hak-hak untuk
melestarikan dan mempertahankan hidup (The Right of Live) dan hak untuk
memperoleh standar kesehatan tertinggi dan perawatan yangsebaik-
baiknya.
2. Hak perlindungan (Protection Right) yaitu hak-hak dalamkonvensi hak
anak yang meliputi hak perlindungan dan diskriminasi, tindak kekerasan
dan ketelantaran bagi anak yang tidak mempunyai keluarga bagi anak-anak
pengungsi.
3. Hak untuk tumbuh kembang (Development Rights) yaitu hak-hak anak
dalam Konvensi Hak-Hak Anak meliputi segala bentuk pendidikan (formal
dan nonformal) dan hak untuk mencapai standar hidup yang layak bagi
perkembangan fisik, mental, spiritual, moral, dan sosial anak (the rights of
standart of living)
4. Hak untuk berpartisipasi (Participation Rights), yaitu hak-hak anak yang
meliputi hak anak untuk menyatakan pendapat dalam segala hal yang
mempengaruhi anak (the rights of a child to express her/his views freely in
all matters affecting the child). Hak untuk berpartisipasi juga
merupakanhak anak mengenai identitas budaya mendasar bagi anak, masa
kanak-kanak dan pengembangan keterlibatannya di dalam masyarakat luas.
3.5.3 Kebijakan Dan Pelayanan Bagi Anak Stunting

Kebijakan yang ditetapkan pemerintah dan pelayanan bagi anak stunting adalah
sebagai berikut:

A.Kebijakan
Berbagai kebijakan dan regulasi telah dikeluar kan pemerintah dalam rangka
penanggulangan stunting. Adapun kebijakan/regulasi tersebut, di antaranya yaitu :

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005–2025,

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2015-2019,

3. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015,

4. Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan,


5. Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif,

6. Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan


Perbaikan Gizi,
7. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/ IV/2004
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia,
8. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara
Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
9. Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

10. Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.

11. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu
Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
12. Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK).
B. Pelayanan Sosial Bagi Anak Stunting
Adapun beberapa Pelayanan yang perlu di berikan kepada anak yang di diagnosa stunting
sebagai berikut:

1. Pemberian makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi


kekurangan energi dan protein kronis
2. Program untuk mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat

3. Program untuk mengatasi kekurangan iodium

4. Pemberian obat cacing untuk menanggulangi kecacingan pada ibu hamil


5. Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih melalui program
PAMSIMAS (Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat)
6. Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi melalui kegiatan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
7. Melakukan fortifikasi bahan pangan (garam, terigu, dan minyak goreng)

8. Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga


Berencana (KB)
9. Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

10.Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)

11.Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua


12.Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi Berdasarkan program-program
tersebut, tampak bahwa telah banyak upaya yang dilakukan oleh
pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting yang tentunya disertai
dengan alokasi
13.anggaran yang tidak sedikit. Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting pun telah mengalami
penurunan dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018.
Namun demikian, penurunan tersebut masih jauh dari yang ditargetkan.
3.5.4 Penyebab Timbulnya Anak Stunting

Kekurangan gizi dalam waktu lama it u terjadi sejak janin dalam kandungan
sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya karena
rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan
buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktik
pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting apabila ibu tidak
memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi,
bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan
tubuh dan otak anak
Untuk mencegahnya, perbanyak makan makanan bergizi yang berasal dari buah
dan sayur lokal sejak dalam kandungan. Kemudian diperlukan pula kecukupan gizi
remaja perempuan agar ketika dia mengandung ketika dewasa tidak kekurangan gizi.
Selain itu butuh perhatian pada lingkungan untuk menciptakan akses sanitasi dan air
bersih.
3.5.5 Dampak Masalah Anak Stunting

Stunting pada anak dapat mempengaruhinya dari ia kecil hingga dewasa.


Dalam jangka pendek, stunting pada anak menyebabkan terganggunya
Perkembangan Otak, metabolisme tubuh, dan pertumbuhan fisik. Sekilas, proporsi
tubuh anak stunting mungkin terlihat normal. Namun, kenyataannya ia lebih
pendek dari anak-anak seusianya.

Seiring dengan bertambahnya usia anak, stunting dapat menyebabkan berbagai


macam masalah, di antaranya:
1. Kecerdasan anak di bawah rata-rata sehingga prestasi belajarnya tidak bisa
maksimal.
2. Sistem imun tubuh anak tidak baik sehingga anak mudah sakit.
3. Anak akan lebih tinggi berisiko menderita penyakit diabetes, penyakit
jantung, stroke, dan kanker.

4. Keterlambatan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan


penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Dampak buruk stunting yang menghantui hingga usia tua membuat kondisi ini
sangat penting untuk dicegah. Gizi yang baik dan tubuh yang sehat merupakan kunci
dari pencegahan stunting. Berikut hal-hal yang harus diingat untuk mencegah stunting:
1. Mengonsumsi makanan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan
selama hamil dan selama menyusui.
2. Memberikan nutrisi yang baik kepada Si Kecil, seperti memberikan ASI
eksklusif dan nutrisi penting lainnya seiring pertambahan usi
3. Rutin memeriksakan kehamilan serta pertumbuhan dan perkembangan anak
setelah lahir.
4. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat, terutama mencuci tangan sebelum
makan, serta memiliki sanitasi yang bersih di lingkungan rumah.
5. Rutin memeriksakan kondisi bayi saat di dalam kandungan.
3.6 Penyuluhan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
3.6.1 Penyuluhan Sosial
Penyuluhan sosial sebagai gerak awal dan gerak dasar kegiatan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Sosial
terutama oleh penyuluh sosial, baik penyuluh sosial fungsional maupun penyuluh sosial
masyarakat. Penyuluhan sosial merupakan elemen penting dalam penyelengaraan
kesejahteraan sosial dilakukan agar proses penyelengaraan kesejahteraan sosial berjalan
efektif dan memiliki dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang panjang dan
berkelanjutan.
Pertimbangan teknis dan fungsional dalam rangka membangun pra-kondisi bagi
pengimplementasian kebijakan, program dan kegiatan di lingkup kesejahteraan sosial
secara berjenjang, terpadu dan konsisten pada tataran pelaksanaan maupun pemangku
kepentingan lainnya. Penyuluhan sosial merupakan sebuah entry point atau langkah
awal dari serangkaian proses yang terintegrasi secara komprehensif dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, Penyuluhan Sosial berperan
besar dalam memantik momentum bagi pencapaian keberhasilan program-program
yang diusung unit teknis sejak pada tingkat Kementerian Sosial hingga pelaksana dan
pemangku kepentingan di tingkat Daerah.

Sejauh ini penyuluhan sosial sudah melaksanakan kegiatannya. Namun pada


kondisi tertentu kegiatan-kegiatan tersebut masih belum optimal. Penanganan
permasalahan sosial terutama yang bersifat tak terduga belum dapat dilaksanakan
secara sistematis dan komprehensif. Namun di sisi lain, hingga saat ini belum ada pola
penyuluhan sosial yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi kegiatan promosi,
sosialisasi, diseminasi maupun internalisasi yang terkait dengan program, kebijakan,
dan penyelengaraan kesejahteraan sosial secara berjenjang yang dilakukan oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah; masih lemahnya sosialisasi informasi
yang terkait program-program di lingkup bidang kesejahteraan di masyarakat; masih
belum maksimalnya peran mobilitas masyarakat dalam menunjang program, kebijakan
dan penyelengaraan kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh Pemerintah maupun
stakeholders di bidang kesejahteraan sosial. Selain itu, masih dijumpai permasalahan
lain di lapangan, misalnya: belum tersinerginya implementasi kebijakan dan program
pemerintah pusat (Kementerian Sosial) dengan pemerintah daerah
(Provinsi/Kabupaten/Kota) dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan kondisi yang terjadi sebagaimana disampaikan pada latar belakang
di atas maka diperlukan adanya sebuah pedoman umum penyuluhan sosial. Nantinya
pedoman tersebut menjadi acuan bagi kegiatan penyebarluasan informasi melalui
penyuluhan sosial dalam rangka mewujudkan pemahaman, penyadaran, kepedulian dan
kerjasama antara Kementerian Sosial/Dinas/Intansi Sosial Provinsi/ Kabupaten/Kota
dengan berbagai pemangku kepentingan yang terkait dalam penyelengaraan
kesejahteraan sosial.
3.6.2 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan yang membuat


masyarakat berinisiatif untuk memulai kegiatan sosial dalam memperbaiki situasi dan
kondisi diri sendiri. Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan (2019: 8)
Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat bersifat inklusif, dalam arti lain
turut melibatkan masyarakat sasaran program. Keberhasilan program tidak hanya
bergantung pada pihak yang melakukan pemberdayaan, tetapi juga oleh keaktifan
pihak yang diberdayakan.
1. Prinsip-prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Untuk mencapai kesuksesan program, terdapat empat prinsip yang harus dipegang,
yaitu kesetaraan, partisipasi, keswadayaan dan kemandirian, serta prinsip
berkelanjutan. Agar lebih paham, simak penjabarannya berikut ini:
1) Prinsip Kesrtaan
Dalam proses pemberdayaan, penting untuk mengedepankan kesetaraan
kedudukan masyarakat dengan lembaga yang melakukan program
pemberdayaan. Masing-masing pihak yang terlibat saling mengakui kelebihan
dan kekurangan sehingga dapat saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan
dukungan.
2) Prinsip Partisipasi
Program akan berhasil menstimulasi kemandirian masyarakat jika
bersifat partisipasif, artinya masyarakat ikut merencanakan, melaksanakan,
mengawasi, dan mengevaluasinya. Tentu saja dalam prosesnya, pendamping
harus berkomitmen untuk membina dan mengarahkan Masyarakat Secara Jelas.
3) Prinsip Keswadayaan dan kemandirian
Prinsip keswadayaan artinya menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan, melainkan
sebaliknya.

Mereka memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kendala-kendala


usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja, serta
memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi. Semua ini
harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan. Bantuan dari
orang lain yang bersifat materiil dipandang sebagai penunjang. Tujuannya agar
pemberian bantuan tidak justru melemahkan tingkat keswadayaan masyarakat.

4) Prinsip Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang agar berkelanjutan. Di awal,
pendamping memang memiliki peran yang lebih dominan, namun secara
perlahan peran mereka akan makin berkurang. Sebab masyarakat-lah yang
diharap mampu mengelola kegiatannya sendiri.
2. Tujuan Pemberdayaan
Menurut Mardikanto dalam Dedeh Maryani dan Ruth Roselin E. Nainggolan
(2019: 8-10), tujuan dari pemberdayaan masyarakat yaitu:
1) Perbaikan kelembagaan (Better Institution)
Dengan memperbaiki kegiatan yang dilakukan, diharapkan dapat
memperbaiki kelembagaan. Kelembagaan yang baik akan mendorong
masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan.
2) Perbaikan Usaha (Better Busines)
Perbaikan kelembagaan diharap akan memperbaiki bisnis yang
dilakukan sehingga mampu memberikan manfaat kepada anggota lembaga
tersebut dan masyarakat yang ada di sekitarnya.
3) Perbaikan Pendapatan (Better Income)
Perbaikan bisnis diharap dapat memperbaiki pendapatan seluruh
anggota lembaga, termasuk masyarakat.
4) Perbaikan Lingukangan (Better Environment)
Perbaikan pendapatan diharap dapat memperbaiki lingkungan fisik dan
sosial karena kerusakan lingkungan kerap disebabkan oleh kemiskinan atau
pendapatan yang terbatas.
5) Perbiakan Kehidupan (Better Living)
Pendapatan dan lingkungan yang baik akan memperbaiki standar
kehidupan masyarakat. Ini dapat dilihat dari tingkat kesehatan, pendidikan, dan
daya beli.
6) Perbaikan Masyarakat (Better Community)
Jika setiap keluarga mempunyai kehidupan yang baik, akan tercipta
kehidupan masyarakat yang lebih baik pula
3.7 Kajian Praktik Tentang pekerjaan Sosial Makro
3.7.1 Pengertian Pekerjaan Sosial Makro

Pekerjaan sosial dikenal sebagai profesi pertolongan profesional yang


membantu individu, kelompok, dan masyarakat dalam melaksanakan keberfungsian
sosialnya. Siporin dalam Dwi Heru Sukoco (2011:25) mendefinisikan pekerjaan sosial
sebagai “metode yang bersifat sosial dan institusional untuk membantu seseorang
mencegah dan memecahkan masalah- masalah sosial yang mereka hadapi, untuk
memulihkan dan meningkatkan kemampuan menjalankan fungsi sosial mereka”.
Berdasarkan pengertian pekerjaan sosial menurut Siporin, pekerjaan sosial
merupakan suatu institusi sosial, artinya pekerjaan sosial mempunyai kedudukan dan
fungsi yang strategis dalam konteks lembaga kesejahteraan sosial yang membantu
mencegah permasalahan tidak muncul, memberikan solusi pemecahan masalah yang
sedang dihadapi, memulihkan kembali fungsi sosial yangterganggu, dan meningkatkan
kemampuan keberfungsian sosial sehingga mampu menghadapi tantangan dan
hambatan yang ada.

Pekerjaan sosial makro atau pekerjaan sosial komunitas merupakan bentuk dari
praktik yang dikemas sebagai bentuk intervensi profesional yang diarahkan untuk
membawa perubahan terencana (planned change) dalam organisasi dan komunitas.
Menurut Netting (2004:3) “praktik pekerjaan sosial makro ini didasari oleh berbagai
model dan pendekatan, serta beroperasi sejalan denganpengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan pekerjaan sosial”. Praktik pekerjaan sosial makro ini didasari oleh
berbagai model dan pendekatan, serta beroperasi sejalan dengan pengetahuan, nilai-
nilai dan keterampilan pekerjaan sosial. Netting (2004) menyatakan bahwa pekerjaan
sosial makro atau pekerjaan sosial komunitas merupakan bentuk dari praktik yang
dikemas sebagai bentuk intervensi profesional yang diarahkan untuk membawa
perubahan terencana (planned change) dalam organisasi dan komunitas.
3.7.2 Tujuan Pekerjaan Sosial Makro

Menurut Netting (2004:7) tujuan dari pekerjaan sosial makro adalah “untuk
menciptakan dan mengembangkan suatu penyesuaian yang efektif antara
sumbersumber kesejahteraan sosial dengan kebutuhan-kebutuhan”. Selain itu terdapat
pula tujuan khusus di dalam pekerjaan sosial makro diantaranya:

1. Memperoleh data dan fakta yang diperlukan

2. Mengembangkan dan merubah program agar tercapai penyesuaian yang lebih


baik antara sumber dan kebutuhan

3. Meningkatkan efektifitas kerja dari Lembaga-lembaga

4. Meningkatkan Kordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam program.

5. Mengembangkan pengertian umum tentang masalah, Kebutuhan, tujuan


program dan metode yang dipakai

6. Mengembangkan dukungan dan partisipasi Masyarakat dalam aktifitas


pengfembangan Masyarakat.
3.7.3 Fungsi Pekerjaan Sosial Makro

Netting (2004) menyatakan bahwa terdapat fungsi-fungsi dari praktik


pekerjaan sosial makro atau pekerjaan sosial berbasis masyarakat, diantaranya:
Memperoleh dasar-dasar faktual yang lengkap bagi penyusunan perencanaan
dan pelaksanaan. Fakta-fakta yang harus diidentifikasi pekerja sosial yaitu:
1. Ciri-Ciri dan Luasnya masalah
2. Ciri-ciri dan luasnya sumber-sumber yang tersedia
3. Ciri – dan luasnya usaha kesejahteraan sosial
4. Memulai, mengembangkan, merubah, melaksanakan dan mengakhiri suatu
program.
5. Menciptakan, mempertahankan dan meningkatkan standar kesejahteraan
sosial dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi usaha kesejahteraan sosial
dan lembaga kesejahteraan sosial.
6. Mengembangkan dan memberikan fasilitas interelasi dan meningkatkan
koordinasi antara organisasi, kelompok, dan individu yang terlibat.
7. Mengembangkan dan memberikan fasilitas interelasi dan meningkatkan
kordinasi antara organisasi, kelompok, dan individu yang terlibat.

8. Mengembangkan dukungan dan partisipasi di dalam kegiatan kesejahteraan


sosial.
3.7.4 Model-Model Praktik Pekerjaan Sosial Makro

Rothman dan Tropman mengemukakan tiga model intervensi dalam praktik


pekerjaan sosial makro, yaitu:
1. Model Locality Development
Model ini biasa juga disebut Community Development. Model ini
memandang bahwa perubahan atau pengembangan masyarakat dapat dilakukan
dengan sangat baik melalui suatu partisipasi aktif dari masyarakat lokal.
“Pengembangan masyarakat lokal merupakan proses yang ditujukan untuk
menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat melalui partisipasi
aktif serta inisiatif anggota masyarakat itu sendiri” (United Nation, dalam
Suharto, 1997:294). Anggota masyarakat dipandang bukan sebagai sistem klien
yang bermasalah melainkan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki potensi,
hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.
Locality Development pada dasarnya merupakan proses interaksi antara
anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial. Pekerja sosial
membantu meningkatkan kesadaran dan kemampuan mereka dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diharapkan. Pengembangan Masyarakat Lokal/Locality
Development lebih berorientasi pada tujuan proses daripada tujuan tugas atau
tujuan hasil. Setiap anggota masyarakat bertanggung jawab untuk menentukan
tujuan dan memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut
pengembangan kepemimpinan lokal, peningkatan strategi kemandirian,
peningkatan informasi, komunikasi, relasi dan keterlibatan anggota masyarakat.
2. Model Sosial Planing

Model ini meyakini bahwa masalah yang dihadapi oleh masyarakat


berhubungan dengan masalah lingkungan yang kompleks. Perencanaan sosial
merupakan proses pragmatis untuk menentukan keputusan dan menetapkan
tindakan dalam memecahkan masalah sosial tertentu. Perencanaan sosial
merupakan proses yang lebih berorientasi pada tujuan tugas. Sistem klien pada
umumnya adalah kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged
groups) atau kelompok rawan sosial ekonomi, seperti para lanjut usia, orang
cacat, janda, yatim piatu, wanita atau pria tunasosial, dan sebagainya.
Pekerja sosial berperan sebagai perencana sosial yang memandang mereka
sebagai “konsumen” atau “penerima pelayanan”. Keterlibatan para penerima
pelayanan dalam proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan, dan
pemecahan masalah bukan merupakan prioritas karena pengambilan keputusan
dilakukan oleh para pekeja sosial di lembaga-lembaga formal, semisal lembaga
kesejahteraan sosial, peradilan, pembangunan desa, kesehatan, atau
kependudukan.
3. Model Soscial Action
Model ini memiliki pandangan bahwa di dalam masyarakat yang
bersangkutan, terdapat suatu bagian/kelompok yang kurang beruntung (yang
sering kali tertindas) yang perlu dibantu, diorganisasikan dalam rangka
menekan struktur kekuasaan yang menindasnya. Aksi sosial merupakan model
pengembangan masyarakat yang bertujuan untuk melakukan
perubahanperubahan yang mendasar dalam kelembagaan dan struktur
masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan (distrition of power),
sumber (distribution of resources) dan pengambilan keputusan (distribution of
decision making). Model aksi sosial didasari oleh suatu pandangan bahwa
masyarakat merupakan korban dari adanya ketidak adilan struktur.
3.7.5 Strategi,Teknik, dan Taktik

Strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang untuk menjamin agar


perubahan-perubahan yang diusulkan dapat diterima oleh berbagai partisipan atau
berbagai skateholders yang akan terlibat dalam proses perubahan. Taktik menunjuk
pada teknik-teknik tertentu termasuk perilaku-perilaku tertentu yang akan diterapkan
agar strategi dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Secara garis besar,
ada tiga strategi yang dapat diterapkan dalam melakukan perubahan yang
direncanakan yaitu sebagai berikut:
1. Kolaborasi adalah relasi kerjasama antara sistem-sistem perubahan dimana
mereka menyetujui bahwa perubahan harus dilakukan. Berfokus pada win-
win solution, setiap sistem menyetujui setiap perubahan dan mendukung
penggunaan sumber-sumber secara bersamaan.
2. Kampanye menunjuk pada kegiatan yang dilakukan untuk meyakinkan pihak
lain akan pentingnya suatu perubahan. Strategi ini masih berfokus pada win-
win solution.
3. Kontes menunjuk pada kompetisi yang bersifat menang kalah dan digunakan
manakala masing-masing pihak tidak atau belum memiliki kesepakatan
bersama mengenai perubahan yang diusulkan.
3.7.6 Proses Intervensi

Terdapat proses intervensi Komunitas menurut DuBois (2005) adalah sebagai


berikut:
1. Persiapan untuk bekerjasama (preparing to work together)
2. Pembentukan dan pengembangan rasa saling percaya (Trust Building)
3. Pembentukan dan pengembangan partnership (developing partnesrship)
4. Penentuan arah kegiatan (defining directions)
5. Penggalian sumebr daya (exploring resource system)
6. Analisis kemampuan dan saya dukung sumber daya (analyzing
resourcecapabilities)
7. Membentuk tim kerja (team building)
8. Menguatkan motivasi kerjasama (strengthening energy to work together)
9. Membingkai solusi (framing solution): perumusan alternative solusi,
pemilihan alternative solusi yang paling pas, dan mempublikasikannya.
10. Mengaktifkan dan menguatkan interkasi sosial antar anggota kelompok
atau kesatuan-kesatuan sosial (activating interaction)
11. Mengaktifkan dan menggerakkan sumber daya (activating resource
system)
12. Memperluas peluang (expanding opportunities)

13. Melakukan atau melaksankan pembuatan dsari program intervensi.


3.7.7 Teknologi Praktik Pekerjaan sosial makro
Adapun beberapa teknologi praktik pekerjaan sosial Makro yang di perlukan dalam
melaksanakan intervensi aras makro adalah sebagai berikut:
1. Community Involvement

Rubin (1993) menyebutkan bahwa Community Involvement merupakan salah


satu teknik melakukan inisiasi sosial yang digunakan dengan cara meleburkan
atau melibatkan diri dalam berbagai kegiatan masyarakat, baik kegiatan formal
seperti rembug warga dan rapat rutin/rapat mingguan maupun kegiatan informal
seperti dalam kegiatan pengajian, kerja bakti dan lain sebagainya. Teknik
ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan penerimaan yang baik dari
masyarakat sehingga masyarakat dapat terbuka dalam memberikan informasi
yang dibutuhkan.

2. Home Visit

Rubin (1993) menyebutkan bahwa Neighboorhood Survey Study atau home


visit adalah teknik yang digunakan dalam proses inisiasi sosial yang bertujuan
untuk membangun relasi, kepercayaan dan mendapatkan informasi tentang masalah
dan potensi yang ada di masyarakat melalui kunjungan atau survey ke tetangga dan
lingkungan di lokasi praktikum, misalnya mencari informasi kepada ketua RT dan
RW.

3. Penelusuran Wilayah atau Transewalk


Keterkaitan antara pemetaan dengan transectwalk ialah hal yang memudahkan
bagi setiap orang untuk mengetahui secara langsung kondisi pada suatu
pedesaan. Pengertian transectwalk dalam buku acuan penerapan Participatoru
Rural Appraisal/PRA (1996:101) yaitu “gambar irisan muka bumi”.
Transectwalk dilakukan untuk mengamati langsung lingkungan dan sumber
daya masyarakat dengan menelusuri wilayah desa kemudian dituangkan ke
dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.
Jenis-jenis transectwalk terdiri atas tansek berdasarkan jenis informasi (topik
kajian) yang terdiri dari:
1. Transek Sumber Daya Desa (Umum)
2. Transek Sumber Daya Alam
3. Transek Topik-topik lain
4. Transek Potensi yang ada di Desa
4. Community Meeting Forum
Rubin (1993) menyebutkan bahwa Community Meeting Forum (CMF) atau
pertemuan masyarakat merupakan kegiatan non-formal berupa forum musyawarah
warga di tingkat RT atau RW yang merupakan wadah untuk melakukan jajak
kebutuhan (need assessment). Teknik ini merupakan salah satu teknik pekerjaan
sosial makro yang digunakan untuk berdiskusi dengan masyarakat guna
memperoleh aspirasi ide-ide dari masyarakat tentang isu sosial tertentu. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan beberapa elemen masyarakat di dalam suatu
forum. Teknik ini dapat dilakukan pada setiap tahapan praktik pekerjaan sosial
makro dengan tujuan yang berbeda-beda pada setiap tahapannya, misalnya tahap
asesmen, perumusan rencana intervensi, evaluasi, dan terminasi.
5. Methodology of Participaytory Assesment
Dayal et al (2000) mengemukakan bahwa Methodology of Participatory
Assessment (MPA) adalah metode yang dikembangkan untuk menjalankan
penilaian suatu proyek pembangunan masyarakat. Selanjutnya Sheafor (2003)
mengemukakan bahwa MPA merupakan tenik untuk melakukan asesmen terhadap
permasalahan dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat yang menentukan,
merencanakan, dan memutuskan permasalahan yang dihadapi. MPA merupakan
salah satu teknik dalam menggali suatu informasi yang dilakukan secara partisipatif
atau melibatkan peran pihak lain.

MPA adalah suatu teknik dalam menjaring ide, kebutuhan, serta masalah
yang dirasakan oleh warga. MPA bertujuan untuk pengembangan masyarakat
dengan memfasilitasi masyarakat untuk menemukenali masalah, menemukenali
potensi, menganalisis masalah dan potensi, serta pemilihan solusi pemecahan
masalah dengan mempertimbangkan sistem sumber yang ada di sekitar warga itu
sendiri. Langkah-langkah penerapan teknik Methodology Participatory Assessment
(MPA) ini adalah sebagai berikut:

1) Seluruh peserta pertemuan diminta untuk menuliskan tiga jenis


kebutuhan/masalah yang ada di lingkungannya pada meta card dengan
menggunakan kalimat negatif atau memiliki arti negatif.
2) Kebutuhan/masalah yang sudah ditulis kemudian ditempel di depan, di
tempat yang sudah disediakan. Setiap orang diminta untuk
menempelkannya sendiri tidak diwakilkan.
3) Meta card yang sudah ditempel kemudian dikelompokkan sesuai dengan
kebutuhan/masalah yang sejenis (Cluster). Pengelompokkan dilakukan
oleh peserta secara bergantian.

4) Setiap kelompok kebutuhan/masalah kemudian diberi judul. Judul


tersebut harus merangkum semua jenis kebutuhan/masalah yang ada di
kelompoknya. Pemberian judul dilakukan secara musyawarah.
5) Gambarkan keadaan setiap masalah yang teridentifikasi dan dampaknya.
6. Focus Group Discussion
Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus merupakan
suatu teknik berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-hal
bersifat khusus secara mendalam. Teknik ini mengandalkan perolehan data atau
informasi dari suatu interaksi informan atau responden berdasarkan hasil diskusi
dalam suatu kelompok yang berfokus untuk melakukan bahasan dalam
menyelesaikan permasalahan tertentu. Data atau informasi yang diperoleh melalui
teknik ini, selain merupakan informasi kelompok, juga merupakan suatu pendapat
dan keputusan kelompok tersebut.
Rubin (1993) menyebutkan bahwa definisi awal tentang teknik FGD adalah
melakukan eksplorasi suatu isu/fenomena khusus dari diskusi suatu kelompok
individu yang berfokus pada aktivitas bersama diantara para individu yang terlibat
didalamnya untuk menghasilkan suatu kesepakatan bersama. Aktivitas para
individu/partisipan yang terlibat dalam kelompok diskusi tersebut antara lain saling
berbicara dan berinteraksi dalam memberikan pertanyaan, dan memberikan
komentar satu dengan lainnya tentang pengalaman atau pendapat diantara mereka
terhadap suatu permasalahan/isu sosial untuk didefinisikan atau diselesaikan dalam
kelompok diskusi tersebut.
Tujuan utama teknik FGD adalah untuk memperoleh interaksi data yang
dihasilkan dari suatu diskusi sekelompok partisipan/responden dalam hal
meningkatkan kedalaman informasi menyingkap berbagai aspek suatu fenomena
kehidupan, sehingga fenomena tersebut dapat didefinisikan dan diberi penjelasan.
Data dari hasil interaksi dalam diskusi kelompoktersebut dapat memfokuskan atau
memberi penekanan pada kesamaan dan perbedaan pengalaman dan memberikan
informasi tentang suatu perspektif yang dihasilkan dari diskusi kelompok tersebut.

7. Tecnology of Partisipation
Rubin (1993) menyebutkan bahwa Technology of Partisipation (ToP)
adalah tehnik perencanaan pengembangan masyarakat secara partisipatif, sehingga
seluruh pihak memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan ide dan
menolong setiap orang untuk mampu mengapresiasikan ide orang lain. Teknik ini
digunakan untuk mengundang partisipasi kelompok sasaran secara optimal untuk
merumuskan tujuan, merencanakan kegiatan dan mempersiapkan tim kerja
masyarakat (TKM) yang akan berfungsi penuh sebagai penggerak utama atas
semua kegiatan di masyarakat. Berikut ini adalah kegiatan yang terangkum dalam
tiga tahap utama dalam mengaplikasikan Technology of Partisipation (ToP) yaitu:

1) Tahap Diskusi
Diskusi merupakan serangkaian pertanyaan yang memandu kelompok di
dalam proses dialog. Langkah ini bersifat memfasilitasi pembicaraan dan
diskusi dalam kelompok sehingga kelompok tersebut dapat memperdalam
wawasan dan kreativitas mengenai pokok-pokok bahasan atau pengalaman.
2) Tahap Lokakarya
Lokakarya merupakan cara untuk memfasilitasi pemikiran-pemikiran di
dalam kelompok tentang pokok-pokok bahasan tertentu menjadi suatu
keputusan dan tindakan-tindakan yang sifatnya terfokus. Langkah ini
merupakan cara yang efektif untuk membangun konsesus di dalam kelompok
serta menjadikannya sebagai cara pemecahan dan merupakan tindakan bersama.
Tahap ini mendiskusikan rencana pemecahan masalah yang paling cocok untuk
digunakan.
BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM KOMUNITAS
Pelaksanaan kegiatan praktikum komunitas dilaksanakan mulai dari tanggal 31
Oktober – 9 Desember 2023. Adapun dalam pelaksanaan kegiatan praktikum
komunitas diawali dengan kegiatan penerimaan mahasiswa Poltekesos Bandung di
Pendopo Kabupaten Sumedang pada tanggal 31 Oktober 2023 dan dihadiri oleh Bapak
Bupati Sumedang, Direktur Poltekesos Bandung, Dosen supervisor, dan jajarannya,
serta seluruh mahasiswa praktikan Poltekesos Bandung. Hasil yang diperoleh dari
kegiatan tersebut adalah mahasiswa secara sah untuk dapat melaksanakan kegiatan
praktikum komunitas di masing – masing desa yang telah ditentukan.
4.1 Tahap Dialog Untuk Membangun Relasi
Pelaksanaan Praktikum Komunitas
Tanggal 31 Oktober – 4 November
Tempat Desa Ciuyah
Sasaran Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, RT/RW,PKK, dan Masyarakat
Desa Ciuyah.
Tujuan Untuk membangun relasi dan membangun Kepercayaan Terhadap
Masyarakat melalui komunikasi antara praktikan dengan pemerintah
dan masyarakat Desa Ciuyah, selain itu praktikan dapat berbaur agar
keberadaan praktikan dapat diterima di masyarakat. Tujuan lainnya
agar masyarakat mengetahui maksud dan tujuan pelaksanaan
praktikum komunitas sehingga tidak terjadi kesalahpahaman
Teknik Home visit, Wawancara observasi, studi dokumentasi, Community
Involvment,dan Transecwalk.
Proses Pada tahapan inisiasi sosial ini praktikan melaksanakan beberapa
Pelaksanaan Praktikum Komunitas

kegiatan yang ditujukan untuk membangun relasi dengan masyarakat


Desa Ciuyah. Kegiatan tersebut diantaranya:
1.Penjajakan Lokasi Praktikum dan Kontak Awal
Praktikan melakukan penjajakan lokasi pada tanggal 27 Oktober
2023. Penjajakan dilakukan untuk mengenali lokasi praktikum
sekaligus menemukan tempat untuk praktikan tinggali selama
kurang lebih 40 hari. Pada proses ini praktikan bertemu dengan
kepala desa, Bapak Suharja. Praktikan memperkenalkan diri serta
menjelaskan maksud dan tujuan dengan ringkas.
2.Penyerahan dan Penerimaan Praktikan
Lembaga Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung
menyerahkan mahasiswa peserta praktikum komunitas
kepada Bapak Bupati Sumedang di Pendopo Kabupaten
Sumedang pada tanggal 31 Oktober 2023. Selanjutnya
praktikan didistribusikan ke lokasi praktikum masing-masing.
Praktikan sendiri menuju ke aula Kecamatan Cisarua dan
diterima oleh ibu camat. Setelah penerimaan di kecamatan
praktikan kemudia menuju Desa Ciuyah dan diterima kembali
oleh kepala desa dan sekretaris desa.
3. Transect Walk
Praktikan melakukan transect walk dan menelusuri wilayah
Desa Ciuyah yang terdiri dari 3 Dusun, 7 RW, dan 15 RT.
Praktikan melakukan kegiatan transect walk untuk mengenal
wilayah yang dijadikan sebagai tempat praktikum. Transect
walk ini dilakukan dengan menelusuri jalan-jalan desa.
Tujuannya adalah untuk mengetahui batas wilayah desa, aset
atau modal komunitas, potensi, dan infrastruktur yang berada
di wilayah Desa Ciuyah. Dalam kegiatan ini praktikan
mengunjungi setiap rumah dari Ketua Rukun Warga (RW),
serta menemui Ketua Rukun Tetangga (RT), tokoh masyarakat
setempat, tokoh agama, dan dunia usaha di Desa Ciuyah
dengan tujuan untuk memperkenalkan diri dan menjelaskan
Pelaksanaan Praktikum Komunitas

maksud serta tujuan praktikum yang akan dilaksanakan.

4. Home Visit

Praktikan melakukan kunjungan tokoh masyarakat antara lain


ketua RW, ketua RT, dan Tokoh Agama. Praktikan
memperkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan
praktikum komunitas yang dilaksanakan di Desa Ciuyah.
Praktikan mendapatkan sambutan baik dari masyarakat yang
ada di Desa Ciuyah dan mendukung kegiatan praktikan ini
engan memberikan masukan dan saran.
5. Community Involvement
Community Involvment merupakan salah satu Teknik yang
dilakukan oleh praktikan pada masa proses inisiasi sosial.
Community Involvment adalah hubungan yang dibangun
dengan public (stakeholder, media, masyarakat yang berada di
sekitaran perusahaan, dan lainlain). Teknik ini dapat dilakukan
dengan meleburkan diri atau melibatkan diri dalam berbagai
kegiatan masyarakat, baik kegiatan formal maupun informal,
baik individu maupun kelompok. Kegiatan ini dilakukan
dengan tujuan untuk menciptakan keterbukaan masyarakat
dalam memberikan informasi-informasi yang diperlukan serta
menghindari adanya tekanan dari pihak manapun. Adapun
kegiatan yang praktikan lakukan dalam community
involvement yakni:
1) Kerja Bakti
Praktikan melibatkan diri dalam kegiatan kerja bakti
yang diadakan oleh masyarakat. Masyarakat Desa
Ciuyah sendiri tingkat kekeluargaannya masih tinggi
sehingga kegiatan kerja bakti membersihkan
lingkungan masih sering dilakukan.
2) Mengikuti Kegiatan Pembagian BLT
Praktikan membantu pihak ketua RT 02 di Dusun
Tanjung dalam kegiatan Pembagian Bantuan
Pelaksanaan Praktikum Komunitas

Langsung Tunai kepada Masyarakat Desa Ciuyah.


3) Mengikuti Kegiatan Pembagian BPNT
Praktikan membantu pihak Desa dalam kegiatan
Pembagian Bantuan Pangan Non Tunai berupa beras
kepada warga masyarakat Desa Ciuyah.
4) Mengikuti Kegiatan Posyandu
Praktikan mengikuti kegiatan posyandu. Posyandu
dilaksanakan ditempat-tempat yang berbeda dan
tersebar di wilayah Desa Ciuyah. Kegiatan yang
dilakukan di posyandu yakni penimbangan berat,
tinggi badan, dan lingkar kepala.
5) Mengikuti Kegiatan Sosialisasi BPD
Praktikan mengikuti kegiatan sosialisasi BPD yang
dilakukan oleh pihak Desa Ciuyah yaitu di Dusun
Tanjung dan Cihanjah
Hasil Proses inisiasi sosial yang telah dilakukan menyebabkan terjadinya
kedekatan antara praktikan dengan masyarakat, melalui keterlibatan
praktikan dalam kegiatan masyarakat menjadi pembuka bagi praktikan
untuk dapat melakukan interaksi dengan masyarakat secara luas. Selain
dengan masyarakat, timbul pula kedekatan antara praktikan dengan
pihak aparatur desa karena praktikan kerap membantu aparat desa dan
juga berkoordinasi dengan aparat desa. Serangkaian proses inisiasi
dilakukan dengan tujuan agar memudahkan tahapan-tahapan praktikum
yang akan dilalui. Adapun hasil dari inisiasi sosial dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Penjajakan lokasi praktikum dan kontak awal
Praktikan mengetahui lokasi praktikum dan menemukan tempat
tinggal (kontrakan) untuk ditempati selama 40 hari. Praktikan juga
bertemu dengan kepala desa secara langsung dan menyampaikan
maksud serta tujuan dari praktikum.
2. Penyerahan dan penerimaan praktikan
Praktikan diserahkan oleh lembaga dan diterima dengan baik oleh
Pelaksanaan Praktikum Komunitas

desa. Dengan adanya serah terima ini praktikan merasa lebih aman
dan lebih diterima kehadirannya sebab yang menyerahkan adalah
bapak Bupati Sumedang langsung.
3. Transect walk
Kegiatan transect walk yang dilakukan oleh praktikan
diantaranya memberikan hasil yaitu praktikan dapat memahami
karakteristik wilayah Desa Ciuyah, mengetahui sarana dan
prasarana maupun fasilitas umum yang ada di wilayah Desa
Ciuyah, dapat memetakan secara umum bagaimana
wilayah serta potensi yang ada, dan praktikan dapat menjalin
relasi serta memperkenalkan diri kepada ketua RW/RT, tokoh
adat, tokoh pemuda, dan orang-orang penting lainnya.
4. Home Visit
Terjalinnya relasi yang baik antara praktikan dengan aparat
desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat Desa Ciuyah.
5. Community involvement
Kegiatan Community Involvement yang dilakukan oleh
praktikan memberikan hasil diantaranya yaitu praktikan
menjadi tahu dan saling mengenal dengan tokoh-tokoh
masyarakat, dapat diterima dengan baik serta membangun
hubungan yang baik dengan masyarakat dan dapat membangun
trust dengan tokohtokoh masyarakat. Selain itu, praktikan juga
mendapatkan informasi awal mengenai permasalahan yang ada
di wilayah Desa Ciuyah serta dapat melakukan observasi dan
melihat potensi wilayah.

4.2 Tahap Asesmen dan Rencana Intervensi

4.2.1 Tahap Asesmen

Asesmen merupakan proses pemahaman dan pengungkapan masalah melalui


pengumpulan data, penganalisaan data dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data
yang diperoleh mengenai permasalahan, kebutuhan dan perubahan yang diperlukan oleh
masyarakat. Asesmen dilaksanakan pada tanggal 5-13 November 2023 melalui dua
tahapan yaitu asesmen awal dan asesmen lanjutan
4.2.1.1 Proses Tahap Awal Asesmen Awal
Waktu : 5-8 November 2023
Tempat : Desa Ciuyah
Sasaran : RW dan RT, Kader-kader, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
Tujuan : Bertujuan untuk menggali masalah-masalah yang ada di Desa
Ciuyah berupa isu masalah yang terdiri dari masalah sosial, serta
isu potensi yang terdiri dari kekuatan-kekuatan masyarakat Desa
Ciuyah.

Teknik : Community Meeting


Proses : Pada asesmen awal praktikan mengidentifikasi permasalahan-
permasalahan serta kebutuhan-kebutuhan, dan potential target
groups (kelompok sasaran yang potensial menjadi penerima
manfaat upaya perubahan). Praktikan juga mengidentifikasi
interest groups (kelompok-kelompok kepentingan) yang relevan
dengan permasalahan target groups, mengidentifikasi potensi,
sumber dan kekuatan-kekuatan yang dapat dimanfaatkan baik
yang berasal dari dalam dan luar masyarakat serta menentukan
prioritas permasalahan masyarakat yang akan diintervensi.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada asesmen awal yakni:
1. Community Meeting
Praktikan melakukan rembug warga pada tanggal 08
November 2023. Rembug warga dilaksanakan di Aula
Kantor Desa Ciuyah pada pukul 09.00 WIB. Rembuh
warga dihadiri oleh RW dan RT, Kader-kader, dan tokoh-
tokoh penting lainnya. Kegiatan Community Meeting ini
untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan,
kebutuhan-kebutuhan, serta potensi dan sumber di Desa
Ciuyah.
Hasil : Data yang praktikan peroleh dari asesmen awal yakni mengenai
PPKS dan PSKS. Terdapat permasalahan sosial yang tersebar di
Desa Ciuyah dan potensi serta sumber Desa Ciuyah. Pada
kegiatan rembug warga, masyarakat sangat kooperatif sehingga
memberi kemudahan praktikan untuk mengindentifikasi
kebutuhan dan permasalahan.
Tabel 4.1 Potensi dan Sumber

No. Jenis PSKS


1. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
2. Tempat Ibadah (Masjid)
3. Mata Air
4. UMKM (Bongsang, dan Pancong
5. Bididaya ikan Koi, Gurame, dan Lele

Adapun untuk permasalahan di Desa Ciuyah yakni sebagai berikut:


Tabel 4.2 Permasalahan Sosial

No. Permasalahan Sosial Deskripsi


Kurangnya Kesadaran Masyarakat Dalam
membuang sampah kepada tempatnya, hal ini
1. Sampah dan Lingkungan
dikarenakan Masyarakat merasa keberatan
apanila di Tarik uang sebesar 5000 Rupiah per
kantong plastic sampah

2. Karang Taruna Kurangnya Keaktifan Oleh anggota dan


lainya, Aktif apanbila akan dilaksanakan
event event saja
Kemiskinan masih menjadi salah satu
permasalahan sosial yang tersebar cukup
3. Fakir Miskin merata di wilayah Desa Ciuyah. Masih banyak
masyarakat yang hidupnya tidak
berkecukupan
dan tinggal di rumah tidak layak huni.
Perempuan rawan sosial ekonomi yang ada
di Desa Ciuyah masih cukup tinggi. Masalah
Perempuan Rawan Sosial
4. masalah yang dihadapi oleh PRSE antara
Ekonomi
lainkurangnya keterampilan, pendidikan
yang
rendah, tidak adanya modal usaha.
Terdapat beberapa di wilayah Desa Ciuyah.
5. Disabilitas Disabilitas mental dan tuna rungu dan tuna
netra. Dan kurangnya informasi yang masuk
ke kantor desa sehingga pihak kantor desa
kurang bisa cekat dalam menangani.
6. Stunting Terdapat beberapa anak yang terindikasi
Stunting yang di sebabkan kurangnya
pencegahan dan pengetahuan dari sejak ada
di dalam kandungan

4.2.1.2 Proses Asesmen Lanjutan

Waktu : 9-13 November 2023


Tempat : Desa Ciuyah
Sasaran : Masyarakat Desa Ciuyah
Tujuan : Pendalaman masalah lebih lanjut dilakukan oleh praktikan
dengan tujuan memberikan pengertian terhadap Masyarakat
unruk bisa memanfatkan setiap posyandu agar bisa di bentuk
kolam lele yang nantinya bisa di manfaatkan oleh anak yang
terindikasi stunting, dan bisa juga di manfaatkan untuk
menambah Gizi bagi anak stunting dan juga pencegahan
stunting terhadap ibu hamil
.
Teknik : Wawancara, dan Studi Dokumentasi.
Proses : 1. Wawancara
Selain dengan pertemuan warga, praktikan juga
mengasesmen dengan cara wawancara dengan masyarakat
langsung yang sedang beraktivitas atau yang berada
dirumah mengenai permasalahan stunting yang ada di
desa, pembahasan dengan masyarakat dengan topik
Stunting yang sudah mulai di tangani tetapi belom
menyeluruh , dan pengetahuan yang dimiliki oleh warga
terkait pengelolaan dan cara merawat ikan lele yang biisa
di oleh menjadi makanan tambahan bagi anak yang
terindikasi stunting. Wawancara juga praktikan lakukan
dengan aparat pemerintahan mengenai pembahasan
upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mulai
merencanakan pembuatan kolam ikan lele yang di
targetkan bisa ada di setiap posyandu.

2. Studi Dokumentasi

Praktikan juga mengasesmen lebih lanjut melalui studi


dokumentasi mengenai Pemandfaatan yang sudah
dilakukan oleh dusun wiluar, tetapi belon maksimal di
karenakan hanya ada satu suumber yang akan di
manfatkan oleh semua warga ciuyah.

Hasil: Berdasarkan Hasil asesmen Lanjutan dengan menggunakan Teknik


Wawancara, dan studi dokumebtasi, maka dapat disimpulkan bahwa

Masyatrakat Desa Ciuyah telah berupaya melakukan pencegahan


Stunting Namun belom maksimal sehingga kita perlu untuk
meemaksimalkannya

4.2.2 Tahap Rencana Intervensi

Perumusan rencana intervensi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan guna


mengidentifikasi dan memilih alternatif pemecahan masalah terbaik dari sejumlah
alternatif yang ada untuk mencapai tujuan intervensi atau upaya perubahan. Praktikan
melaksanakan rencana intervensi pada tanggal 15 November 2023 untuk menentukan
nama program, tujuan, dan kegiatan yang dilaksanakan.
Waktu : 15 November 2023

Tempat : Kantor Desa Ciuyah


Sasaran : Aparat Kantor Desa
Tujuan : Untuk bersama-sama membahas tentang perencanaan kegiatan
intervensi yang akan dilakukan, dan untuk menentukan nama
program, tujuan, dan kegiatan yang dilaksanakan.
Teknik : Metode yang digunakan dalam pelaksanaan intervensi ini adalah
dengan menggunakan metode Community Organization. Model
Intervensi yang digunakan adalah Pengembangan masyarakat lokal,
dimana sasaran dari intervensi ini berfokus kepada kelompok-
kelompok yang ada di dalam masyarakat. Strategi dan taktik yang
digunakan adalah dengan menggunakan kolaborasi, dimana target
dari pelaksanaan intervensi ini juga terbuka dengan perubahan yang
diperlukan. Taktik yang digunakan adalah peningkatan perilaku dan
kesadaran masyarakat tentang penanggulangan sampah. Praktikkan
juga menggunakan teknik penyuluhan sosial dan pemberdayaan
pemilahan sampah kepada masyarakat desa
Proses Proses ini merupakan kegiatan awal dalam tahap rencana intervensi,
dimana tahap ini sebagai proses merencanakan perubahan yang akan
dilakukan.

Hasil : 1. Latar Belakang


Masyarakat Desa Ciuyah dikenal sebagai masyarakat yang peduli
terhadap permasalahan sosial yang ada di sekitarnya, maka dari itu dari
kepedulian Masyarakat ini dan dengan sumber daya manusianya yang
memumpuni dapat di manfaatkan untuk membuat kolam ikan lele yang
nantinya akan di manfaatkan oleh Masyarakat sebagai penunjang gizi
tambahan untuk anak yang terindikasi stunting di Masyarakat Desa
Ciuyah.
2. Nama Program
Nama program yang akan dilaksanakan oleh praktikan dengan
masyarakat adalah penyuluhan tentang “Peberdayaan Kelompok
Budidaya Ikan Lele Dalam Memenuhi Kebutuhan Anak Stunting Dan
Ibu Hamil”.
3. Tujuan
Tujuan Umum:Bertambahnya kepedulian Masyarakat desa Ciuyah
terhadap Permasalahan Sosial Terutama Stunting.
Tujuan khusus: Meningkatnya pengetahuan masyarakat akan Mengenai
pemanfaatan ikan lele yang bisa di manfaatkan sebagai Gizi tambahan
bagi anak teriindikasi Stunting
4. Kegiatan-Kegiatan yang akan dilaksanakan

1. Penyuluhan tentang Peberdayaan Kelompok Budidaya


Ikan Lele Dalam Memenuhi Kebutuhan Anak Stunting
Dan Ibu Hamil
2. Merencanakan Pembuatan Kolam Lele
3. Pemberdayaan Kelompok Budidaya lele dengan
memberikan arahan pembuatan kolam di Pos Posyandu

5. Sistem Partisipan dan Peranan

Sistem sasaran, adalah masyarakat Desa Ciuyah. Sistem


pelaksana, dalam pelaksanaan intervensi ini terdiri dari:
praktikkan dengan peran sebagai edukator yang
melaksanakan intervensi, anggota masyarakat baik
dikalangan remaja, anak, dan sebagian orang tua, kelompok
praktikkan sebagai faktor pendukung yang membantu
pelaksanaan intervensi. Sistem kegiatan yang dilaksanakan
dalam usahausaha pencapaian tujuan perubahan yang
diinisasi dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah
peningkatan perilaku dan kesadaran Masyarakat terhadap
Masyarakat.

4.3 Tahap Pelaksanaan dan Pengembangan Intervensi serta Evaluasi


4.3.1 Tahap Intervensi

Tahap intervensi adalah tahap paling utama dalam menangani masalah yang ada
dalam komunitas khususnya pemberdayaan. Intervensi sosial dapat diartikan sebagai
sebagai cara atau strategi memberikan bantuan kepada masyarakat (individu, Kelompok,
dan Komunitas). Intervensi sosial merupakan metode yang digunakan dalam praktik di
lapangan pada bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.
Waktu : 23 November-1 Desember 2023
Tempat : Desa Ciuyah
Sasaran : Aparat Desa, dan Masyarakat Desa Ciuyah dan Ibu Hamil
Tujuan : Meningkatkan kesejahteraan Sosial di Desa Ciuyah dengan
menumbuhkan rasa kepedulian terhadap sesame Masyarakat.

Teknik : Penyuluhan dan Pemberdayaan.


Proses : 1. Penyuluhan
Praktikan melakukan penyuluhan kepada warga Desa Ciuyah
yang diisi sama Narasumber ibu Ani selaku Bidan di
Poliklinik di Desa Ciuyah. Penyuluhan ini memiliki tema
tentang betapa pentingnya mencegah daripada mengatasi atau
menyelesaikan permasalahan terhadap Anak yang terindikasi
stunting, Dengan mengedukasi Masyarakat agar
pengetahuannya dan wawasan semakin Bertambah.
2. Pemberdayaan
Praktikan melakukan pemberdayaan dengan di bantu oleh pak
Cecep selaku kadus dari dusun awiluar, yang nantinya membantu
dalkam pemberdayaan dan pembuatan kolam ikan lele.

Hasil : Setelah dilakukannya Penyuluhan tentang Peningkatan


Pemberdayaan Kelompok Budidaya Ikan lele dalam memenuhi
kebutuhan anak stunting dan ibu hamil di Desa Ciuyah, Kecamatan
Cisarua, terdapat hasil sebagai berikut:
1. Masyarakat menjadi tau seberapa pentingnya mncegah
terjadinya stunting.
2. Masyarakat Tau bagaimana cara pencegahan dan
penanganannya

3. Masyarakat Bisa menglah makanan tambahan sendiri melalui


ikan lele.
4. Masyarakat memiliki Kolam lele tambahan yang telah di buat
di Dusun Awiluar yang bisa di manfaatkan oleh Masyarakat.
4.3.2 Tahap Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses penilaian akan keberhasilan intervensi


baik dari segi proses maupun dari pencapaian hasil yang akan dilakukan.
Waktu : 2-3 Desember 2023
Tempat : Desa Ciuyah
Tujuan : Proses penilaian keberhasilan pelaksanaan intervensi yang sudah
dilaksanakan terhadap rencana intervensi yang telah disusun
sebelumnya, baik dari segi proses maupun dari pencapaian hasil.
Proses : Secara umum setiap tahapan praktikum yang telah
dilaksanakan berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan dari
semua pihak, khususnya masyarakat Desa Ciuyah, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Sumedang. Proses intervensi dilihat dari segi
metode dan teknik yang digunakan telah sesuai dan efektif dengan
menggunakan metode pengembangan masyarakat lokal dan
pendampingan sosial yang melibatkan masyarakat desa.
Praktikan dalam proses penanganan masalah Terhadap
Anak terindikasi Stunting, menggunakan kesesuaian antara program
penanganan masalah dengan kebutuhan cukup efektif karena
program yang dilaksanakan merupakan hasil dari kesepakatan
bersama masyarakat. Secara umum pelaksanaan program telah
terlaksana dengan baik. Namun terdapat hambatan dari pelaksanaan
program dimana tidak semua sasaran dapat hadir dalam
pelaksanaan program.
Hasil : Hasil intervensi di ukur dari hasil nilai test yang telah dilakukan oleh
praktikan. Hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut:
1. Sebelum Penyuluhan
1) Masyarakat tidak tau seberapa penting pencegahan agar
tidak terjadi Stunting
2) Masyarakat masih belum tahu bagaimana
mengoptimalkan sumber yang sudah ada
3) Masyarakat enggan merasa sulit dan ingin segala instan.
4) Masyarakat Masih Minim pengetahuan Menenai
bagaiman pengolahan makanan tambahan Gizi bagi
anak terindikasi Stunting
2. Setelah Penyuluhan
1) Masyarakat sudah tauagaimana cara mengatasi atau
mencegah agar tidak terjadi Stunting mulai dari dalam
Kandungan
2) Masyarakat sudah tahu tetang Bagaimana Cara
memanfaatkan sumber yang ada, yaitu dengan di
tambahnya Kolam ikan lele yang ada di Pos Posyandu
3) Masyarakat menjadi extra dalam menjaga Dan
memperhatikan agar tidak terjadinya stunting .
4) Hasil Dari penyuluhan ini menunjukan bahwasannya
Masyarakat setuju dengan adanya program dari
mahasiswa praktikan dan siap dalam membantu
pembuatan kolam lele demi memaksimalkan dan
mengurangi angka stunting yang ada di desa Ciuyah.

4.4 Taahap Terminasi dan Rujukan


4.4.1 Tahap Terminasi

Tahapan terminasi adalah tahap akhir dari intervensi yang dilakukan dimana
praktikan melakukan pemutusan kontrak atau pemutusan hubungan dalam proses
pertolongan. Praktikan mengucapkan banyak terima kasih kepada warga desa serta
aparat desa yang telah mendukung dan bersedia untuk bekerja sama selama proses
praktikum berlangsung. Pihak yang terlibat dalam proses terminasi adalah praktikan
dengan aparat desa bahwa praktikum telah berakhir. Pada tahap pengakhiran yang
dilakukan oleh praktikan bersama pihak Desa Ciuyah memberikan Peta Sosial Mapping.
4.4.2 Tahap Rujukan

Setelah praktikan selesai dengan praktikum di Desa Ciuyah, ada beberapa rujukan
yang dimana masih banyak yang harus di pantau dalam organisasi internal maupun
eksternal. Seperti halnya kelanjutan dari Para kader Posyandu untuk menjadga dan
merawat kolam lele yang sudah dibuat di Desa Ciuyah agar nantinya bisa di manfaatkan
bagi anak yang terindikasi stunting yang adadi Desa Ciuyah.

4.5 Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat

4.5.1 Program Teras Hijau

Perogram Teras Hijau merupakan Program yang di berikan oleh PJ Bupati


Kabupaten sumedang, Program Ini bertujuan untuk menciptakan kehijauan di daerah
tempat tinggal Masyarakat sumedang, dalam program ini juga Masyarakat dapat
memanfaatkan hasil dari program ini untuk menghemat biaya pengeluaran sehari hari,
program ini di buat untuk Masyarakat dan di manfaatkan oleh Masyarakat, Dalam
Kegiatan ini mahasiswa berperan sebagai Fasilitator untuk mewujudkan dan lancarnya
program ini berjalan.

4.5.2 Permasalahan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan Perangkat Desa, Tokoh


Masyarakat, dan Organisasi Lokal Desa Ciuyah, permasalahan yang dapat teridentifikasi
adalah sebagai berikut.
1. Kurangnya pemahaman masyarakat dalam menerapkan teras hejo
2. Kurangnya pengelolaan pekarangan atau teras rumah masyarakat
3. Kurangnya pengelolaan teras hijau milik Desa secara optimal
4. Kurangnya kemauan Masyarakat untuk merawat proses tumbuhnya sayuran

4.5.3 Rencana Intervensi

Adapun rencana intervensi atau rencana program yang akan dilaksanakan untuk
mengatasi permaslahan teras hijau yaitu program bernama “Optimalisasi Pemanfaatan
Teras Hejo” Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teras hejo dengan
peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan juga pembagian bibit sayuran kepada
masyarakat setempat

4.5.4 Pelaksanaaan Intervensi


Adapun rangkaian pelaksanaan program atau kegiatan yang dilakukan adalah sebagai
berikut.

1. Pelatihan Teras Hejo kepada Ibu-Ibu dan Bapak - Bapak Di Rw 03


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal,22 November 2023 dan Peserta yang
menghadiri pelatihan ini adalah Warga RW 03 Dusun Cihanja yang mayoritas diikuti oleh ibu
ibu. Kegiatan ini didukung penuh oleh Pihak Desa dan Oleh [pihak dinas pertanian yang ada di
Kecamatan Cisarua, Narasumber pelatihan memanfaatkan sumber daya yang ada di Desa
Ciuyah yaitu Bapak Dodi selaku anggota dari Dinas Pertanian yang mendukung penuh dalam
kegiatan ini Bapak Dody juga memberikan penyuluhan mengenai pemanfaatan Teras Hijau dan
juga bagaimana mengelola bibit dari mulai penyemaian hingga penanaman, Pada pelaksanaan
kali ini yang di lakukan pada kegiatan ini yaitu menggunakan bibit cabai yang nantinya bisa
dimanfaatkan oleh Masyarakat

.Melalui kegiatan ini, dampak yang dirasakan adalah bertambahnya pengetahuan dan
keterampilan Masyarakat dalam menanam, merawat dan mengembangkan teras hijau. Selain
itu, selama proses pelaksanaan pelatihan peserta menjadi sadar akan peranan mereka sebagai
Masyarakat yang bisa memanfaatkan pekarangan yang memiliki peranan penting dalam
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat. Salah satu cara untuk memberdayakan
masyarakat adalah dengan mensosialisasikan pentingnya memiliki teras hijau di pekarangan
rumah dan mengedukasi masyarakat mengenai praktik menanam yang baik.
BAB V
REFLEKSI PELAKSANAAN PRAKTIKUM
5.1 Penccapaian Tujuan dan Manfaat Praktikum
Pelaksanaan praktikum Komunitas Praktik Pekerjaan Sosial Intervensi Makro
dengan pengembangan masyarakat di Desa Ciuyah, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Sumedang dilaksanakan dari tanggal 31 Oktober 2023 sampai 08 Desember 2023.
Selama proses kegiatan praktikum di Desa Ciuyah praktikan melaksanakan berbagai
tahapan kegiatan yang berkaitan dengan proses pertolongan dalam praktik pekerjaan
sosial makro untuk pengembangan masyarakat desa. Semua kegiatan yang dilakukan
praktikan dilakukan bersama- sama dengan masyarakat dengan tujuan untuk memberikan
perubahan ke arah yang lebih baik. Praktikum Komunitas ini menjadi kesempatan bagi
praktikan untuk menerapkan teori yang didapatkan di bangku perkuliahan,
diimplementasikan dikehidupan masyarakat yang nyata. Banyak pelajaran yang dapat
diambil selama pelaksanaan kegiatan Praktikum Komunitas Praktik Pekerjaan Sosial.
Intervensi Makro dengan pengembangan masyarakat di Desa Ciuyah. Praktikan
belajar beradaptasi dengan masyarakat yang belum praktikan ketahui pada awalnya,
belajar untuk menggerakan masyarakat, bagaimana bekerjasama dengan masyarakat dan
lebih memaknai juga memahami tentang praktik pekerjaan sosial komunitas.
Masyarakat Desa Ciuyah sendiri dapat menerima keberadaan praktikan dengan
sangat baik, serta dapat bekerjasama guna memberikan perubahan bagi masyarakat agar
bersama-sama peduli akan lingkungan. Kegiatan yang telah dilaksanakan menjadi sebuah
refleksi bahwa kegiatan praktikum ini memberi manfaat, khususnya pada praktikan.
Praktikan menerapkan metode dan teknik yang telah direncanakan seperti penerapan
metode pengembangan masyarakat lokal. Pelaksanaan praktikum yang dimulai dari tahap
inisiasi sosial sampai tahap terminasi dan rujukan sosial tentunya tidak terlepas dari
berbagai macam faktor. Namun, tidak semua kegiatan yang dilaksanakan praktikan
dapat berjalan dengan baik. Praktikan menemui hambatan-hambatan yang dialami dalam
perjalanan praktikum yang dilakukan
5.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
5.2.1 Faktor Pendukung

1. Penerimaan yang baik dari pihak desa dan warga masyarakat Desa Ciuyah.
Hal ini menjadi faktor pendukung paling besar bagi praktikan, sebab tanpa
adanya penerimaan yang baik tentunya program intervensi tidak akan
dapat berjalan dengan baik.
2. Kerjasama yang baik dari masyarakat desa membantu terselenggaranya
kegiatan praktikum dengan baik dan lancar.
3. Dukungan yang diberikan masyarakat sangat membantu dalam
pelaksanaan praktikum. Tanpa adanya dukungan yang diberikan oleh
masyarakat, praktikan tidak dapat menjalankan kegiatan praktikum.
5.2.2 Faktor Penghambat

1. Waktu bertemu praktikan dengan masyarakat yang tidak dapat


dilaksanakan di pagi dan siang hari, sehingga pertemuan dilakukan pada
sore hari karena mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani, dan
pedagang.
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Praktikan melaksanakan praktikum komunitas Praktik Pekerjaan Sosial
dengan pengembangan masyarakat di Desa Ciuyah Kecamatan Cisarua
Kabupaten Sumedang. Dalam pelaksanaan praktikum komunitas praktikan
memperoleh informasi dan hasil analisis mengenai berbagai permasalahan
yang dialami oleh masyarakat Desa Ciuyah, dalam mengumpulkan informasi
dan penggalian masalah praktikan melakukan wawancara dengan berbagai
pihak diantaranya adalah Kepala Desa, Perangkat Desa, Ketua RT/RW serta
berbagai tokoh masyarakat. Berdasarkan pemetaan PPKS dan masalah sosial
yang telah dilakukan praktikan di desa dengan menggunakan teknik
Methodology Participatory Assesment (MPA).
Kegiatan yang telah praktikan lakukan selama praktikum berlangsung
terdiri dari tahap relasi, asesmen sosial, perencanaan sosial, serta terminasi
dan rujukan. Secara keseluruhan proses Praktikum Komunitas di Desa Ciuyah
berjalan sesuai dengan matriks kerja, walau pada prosesnya praktikum
mendapatkan beberapa kendala, namun hal ini tidak menjadi hambatan yang
berarti pada proses pelaksanaan kegiatan praktikum. Prioritas permasalahan
yang di intervensi oleh praktikan adalah permasalahan lingkungan atau
sampah.
6.2 Rekomendasi
6.2.1 Rekomendasi Untuk Pemerintah Desa Ciuyah
1. Pihak Desa Ciuyah melibatkan diri dalam kegiatab yang menyertakan
masyarakat dalam penanganan lingkungan.
2. Pihak desa diharapkan dapat terus memberikan dukungan terhadap
pelaksanaan program serta melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
program yang akan dijalankan.
6.2.2 Rekomendasi Untuk Masyarakat
1. Masyarakat Desa Ciuyah diharapkan untuk selalu mendukung yang
telah direncang.
2. Masyarakat di harapkan untuk bisa mendukung kegiatan yang di lakukan poleh
pemerintah desa Ciuyah.
DAFTAR PUSTAKA
Dedeh Maryani & Ruth Roselin E. Nainggolan, Pemberdayaan Masyarakat
(Yogyakarta: Deepublish, 2019)

Efektivitas Penyuluhan Sosial Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan


Sosial. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Badan
Pendidikan, Penelitian, Dan Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial RI

Netting F.Ellen,Petter M. Kettner,Steven L.Mc. Murtry, M.Lorry Thomas.(2012).


5 th. Ed. Social Work Macro Practice.USA.Pearson Education.

Pedoman Praktikum Komunitas Praktik Pekerjaan Sosial Makro. Program


Pendidikan Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial (2023)

Profil Desa Ciuyah (2020)

Prof. Dr. Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropolog. Jakarta:PT


Rineka Cipta.

Riska, Febriyanti dkk. Penyuluhan Sosial. Bandung: Lekkas, (2020)

Suharto E. 2006. Pengembangan Masyarakat Dalam Praktek Pekerjaan Sosial.


Bandung: Refika Aditama.
LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Undangan Rapat Minggon dan Kegiatan Rembug Warga
Lampiran 1.2 Undangan Narasumber
Lampiran 1. 3 Undangan Penyuluhan Program Mahasiswa
Lampiran 1.4 Daftar Hadir MPA
Lampiran 1. 5 Daftar Hadir Penyuluhan Program
Lampiran 1.8 Foto Kegiatan

Pelaksanaan Teras Hejo Posyandu Pengajian Fatayat

Penerimaan di Desa dan


Pembagian BLT Penjajakan
Supervisi 1

Pertemuan RT 01 RW 04
Pembahasan Intervensi Pertemuan RW 05

Pertemuan RT02 RW 04 Pembahasan Teras Hejo Pertemuan Rw 05

Pertemuan Kadus 1 Pertemuan Dengan Babinsa

Pengajian TPQ

CM dengan Dinas
Peertanian Mengenai Teras Pelaksanaan MPA Ketua KWT
Hejo

Anda mungkin juga menyukai