PEMBIMBING :
Oleh :
Pembimbing :
Mengetahui :
Ketua Program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung,
Dr. AEP RUSMANA, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur praktikan panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
waktunya. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Praktikum I yang dilakukan di
Kelurahan Ploso selama kurang lebih tiga bulan yang terhitung dari tanggal 28
Januari 2021 – 10 Mei 2021. Laporan ini berisi analisis dan data lengkap mengenai
Sosial (PSKS), serta kebijakan dan program yang ada di Kelurahan Ploso.
maksimal, bahkan masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran
praktikan harapkan dari semua pihak, dan semoga laporan ini berguna khusunya bagi
praktikan dan umumnya bagi pihak yang membacanya. Dalam pelaksanaan praktikum
1 dan penyusunan laporan ini, praktikan memperoleh bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini praktikan menyampaikan dengan tulus ucapan
Sosial Bandung.
6. Djoko Putro Utomo. S. Sos., M.Si selaku Camat Kecamatan Pacitan yang
7. Faishal Nurul Huda, S.IP selaku Lurah Kelurahan Ploso yang selalu
praktikan;
11. Teman-teman kelompok praktikum yaitu Dinatika, Ratu Pagita, Diana, dan
Anugrah Dede yang sudah membantu dan bekerjasama dengan baik selama
14. Kedua orang tua praktikan yang selalu mendoakan dan mendukung praktikan
Semoga segala kebaikan dan keikhlasan dari pihak-pihak tersebut yang telah
memberikan dukungan baik secara moril dan materil mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Saran dan kritik yang membangun juga sangat diharapkan oleh
praktikan untuk penyempurnaan laporan ini di masa yang akan datang. Demikian
laporan ini disusun, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Demikian laporan ini disusun, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Praktikan
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pekerjaan Sosial, yang bekerja mendidik calon pekerja sosial profesional yang
pekerja sosial profesional yang memiliki kompetensi dalam ilmu dan teknologi
mampu menemukan realitas yang lebih luas dari pada apa yang telah mereka
pelajari di kelas.
memadukan antara konsep atau teori yang dipelajari dengan kenyataan yang
dengan focus Pengenalan Masalah Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan Potensi dan
yang relevan dengan masalah yang ada di lokasi praktikum. Selain itu,
(PPKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) serta kebijakan dan
Kabupaten Pacitan.
Pacitan.
serta kebijakan dan program yang ada di yang ada di Kelurahan Ploso
Pelaksanaan Praktikum I "Praktik Penerapan Teknologi Pekerjaan Sosial aras Mikro, Mezzo dan
Makro" Program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan Politeknik Kesejahteraan
Sosial Bandung dilaksanakan selama 4 bulan yang dibagi menjadi 3 tahapan yakni tahapan
persiapan, tahapan pelaksanaan dan pengakhiran :
Tahap persiapan Praktikum I "Praktik Penerapan Teknologi Pekerjaan Sosial Mikro, Mezzo dan
Makro" program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan Politeknik Kesejahteraan
Rabu, 27 Januari 2021 pada pukul 13.30 WIB yang dilakukan secara daring
mahasiswa Poltekesos Bandung semester IV, bapak dan ibu dosen pembimbing,
Bapak Dr. Aep Rusmana, S.Sos, M.Si selaku Kepala Prodi D IV Pekerjaan
Sosial, Bapak Dr. Pribowo, M.Pd selaku Ketua Laboratorium Pekerja Sosial,
d. Bimbingan pra praktikum pertama oleh Dr. Aep Rusmana, M.Si. dan Dr.
e. Bimbingan pra praktikum kedua oleh Dr. Aep Rusmana, M.Si. dan Dr. Pribowo,
M.Pd di Zoom Meeting. Pada bimbingan ini, praktikan melakukan tanya jawab
f. Bimbingan pertama supervisi oleh Ujang Muhyidin, S.E, M. Pd. Pada bimbingan
kegiatan praktikum.
g. Bimbingan kedua supervisi oleh Ujang Muhyidin, S.E, M. Pd. Pada bimbingan
diberikan
h. Bimbingan ketiga supervisi oleh Ujang Muhyidin, S.E, M. Pd. Pada bimbingan
ini praktikan diarahkan untuk segera membuat matrix kegiatan supaya dalam
j. Bimbingan supervisi oleh Ujang Muhyidin, S.E, M. Pd. Pada bimbingan ini
Tahap pelaksanaan Praktikum I "Praktik Penerapan Teknologi Pekerjaan Sosial Mikro, Mezzo
dan Makro" program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan Politeknik Kesejahteraan
Sosial Bandung dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2021 – 9 Februari 2021 dalam beberapa
kelurahan Ploso
Kelurahan Ploso, seperti ketua RT dan RW, kader PKK, dan Karang Taruna.
alamat sasaran
g. Mengunjungi rumah sasaran ditemani ketua RW
perjanjian pertemuan
p. Melakukan assesmen terhadap klien menggunakan tools : BPSS dan Eco Map
Tahap pascalapangan dilakukan bimbingan penulisan dan penyusunan laporan selama kurang
lebih seminggu dan selanjutnya di adakan ujian lisan praktik pada tanggal 29 – 30 April 2021.
1.7 Keluaran
Hasil dari kegiatan praktikum laboratorium ini adalah capaian kompetensi mahasiswa pada
empat bidang. Tiap-tiap bidang kompetensi memiliki kerangka kerja pengetahuan, nilai, dan
keterampilan. Keempat kompetensi tersebut, adalah:
1.7.1. Output profil dan kompetensi pada tahap praktik pekerjaan sosial mikro yaitu :
1. Pelaksanaan intervensi masalah kesejahteraan sosial :
a. Mampu mengkaji masalah kesejahteraan sosial
b. Mampu mendesain pemecahan masalah kesejahteraan sosial
2. Analisis masalah sosial :
a. Mampu mengkaji masalah sosial
b. Mampu mendesai analisis masalah sosial
1.7.2. Output profil dan kompetensi pada tahap praktik pekerjaan sosial mezzo yaitu :
1. Pelaksana intervensi masalah kesejahteraan sosial :
a. Mampu mengkaji masalah kesejahteraan sosial
b. Mampu mendesain pemecahan masalah kesejahteraan sosial
2. Analisis masalah sosial :
a. Mampu mengkaji masalah sosial
b. Mampu mendesain analisis masalah sosial
3. Analisis sumber daya sosial yaitu mampu mendesain analisis sumber daya sosial
4. Penyuluhan Sosial :
a. Mampu mengkaji masalah penyuluhan sosial
b. Mampu mendesain penyuluhan sosial
1.7.3. Output profil dan kompetensi pada tahap praktik pekerjaan sosial makro yaitu :
1. Pelaksana intervensi masalah kesejahteraan sosial :
a. Mampu mengkaji masalah kesejahteraan sosial
b. Mampu mendesain pemecahan masalah kesejahteraan sosial
2. Analisis masalah sosial :
a. Mampu mengkaji masalah sosial
b. Mampu mendesain analisis masalah sosial
3. Analisis sumber daya sosial yaitu mampu mendesain analisis sumber daya sosial.
4. Analisis pemberdayaan masyarakat yaitu mampu mendesain analisis pemberdayaan
masyarakat.
5. Penyuluhan Sosial :
a. Mampu mengkaji masalah penyuluhan sosial
b. Mampu mendesain penyuluhan sosial
Supervisi pra lapangan oleh dosen pembimbing dilaksanakan sebanyak satu kali. Proses
supervisi pra lapangan lebih kepada pemahaman praktikan terhadap tujuan dilaksanakannya
Praktikum Laboratorium dan mengulas rencana pada pelaksanaan praktikum untuk merumuskan
matriks kegiatan. Supervisi pra lapangan dilaksanakan dua kali. Supervisi pra lapangan pertama
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 02 Februari 2021 membahas mengenai proses praktikum
laboratorium mulai dari aras mikro, messo, dan makro, kemudian dilanjutkan pemahaman lebih
lanjut dari pedoman praktikum. Pembahasan aras mikro untuk membahas tahapan tahap awal
kontak hingga pada tahap terminasi dan rujukan, pada aras messo mengulang tentang tahapan
social groupwork, sedangkan pembahasan diakhiri dengan mengulas lebih lanjut pada aras
makro yaitu pada tahap inisiasi sampai dengan pengakhiran.
Pemantapan konsep praktikum tidak hanya diberikan pada saat bimbingan pra lapangan tetapi
praktikan mendapatkan pembekalan dari lembaga sebanyak tiga kali pada tanggal 03 Februari
2021 sampai dengan 05 Februari 2021. Pembekalan pertama ini dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal 03 Februari 2021 pukul 09.00-11.00 WIB melalui media online via Zoom Meeting.
Pembekalan disampaikan oleh Ibu Dra. Susiladiharti, MSW (Direktur Utama YPM Kusuma
Bandung) membahas tentang Asesmen dan Rencana Intervensi pada Pelayanan Aras Mikro,
Mezzo, dan Makro. Pembekalan Praktikum laboratorium kedua oleh Bapak Asep Tatang
membahas tentang Kebijakan Daerah dalam Pemanfaatan Potensi dan Sumber Kesejahteraan
Sosial pada hari Kamis tanggal 04 Februari 2021 mulai dari jam 10.00-12.00 WIB dengan media
online menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Sedangkan Pembekalan Praktikum laboratorium
ketiga oleh Bapak Wawan Setiawan, AKS., MM. pada hari Jumat, 05 Februari 2021. Kegiatan
ini dimulai dari jam 08.00-10.00 WIB yang mana membahas tentang penanganan Masalah
Kesejahteraan Sosial pada Aras Mikro, Mezzo, dan Makro di Yayasan Societa Indonesia
Cianjur.
Supervisi pelaksanaan praktikum via media online dilaksanakan sebanyak 2 kali selama kegiatan
praktikum berlangsung dan bertempat di lokasi praktikum menggunakan Zoom Meeting.
Supervisi pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Februari 2020. Supervisi kedua dilaksanakan
pada Jumat, 13 Maret 2020. Pada kegiatan supervisi ini dibahas mengenai pelaksanaan proses
praktikum, evaluasi dan masukan dari supervisor mengenai proses perencanaan dan pelaksanaan
intervensi masing-masing praktikan.
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL
Situasi sosial yang tidak diinginkan oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan
akan mengganggu sistem sosial dan perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya
adalah perilaku yang menyimpang dari nilai atau norma- norma (Horton dan Leslie,
1984).
Masalah sosial adalah suatu situasi atau kondisi sosial yang dievaluasi oleh
orang-orang sebagai suatu situasi atau kondisi yang tidak mengenakkan atau situasi
tersebut;
3) Adanya evaluasi terhadap situasi atau kondisi sosial tersebut sebagai tidak
mengenakkan;
4) Adanya alasan-alasan mengapa situasi atau kondisi tersebut sebagai tidak
mengenakkan.
bencana.
2) Masalah kontemporer
3. Sebab-sebab masalah
sebagainya.
2. Anak terlantar
4. Anak jalanan
9. Penyandang disabilitas
11. Gelandangan
12. Pengemis
13. Pemulung
Tinjauan Kemiskinan
yang dialami dan menuntut solusi berbagai pihak dalam penanganannya. Banyak
ahli yang mengemukakan tentang definisi maupun konsep dari kemiskinan karena
1. Pengertian Kemiskinan
basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi modal yang produktif
makanan dan non makan yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau
rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan
makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-
2. Karaktersitik Kemiskinan
sandang, papan);
b. Ketiadaan akses terhadap kebutuan hidup dasar lainnya ( kesehatan,
fasilitas umum);
listrik, air);
dan terpencil);
bahwa adanya keterkaitan antara poin yang satu dengan yang lainnya,
kualitas sumber daya manusia ataupun dikarenakan kondisi diri yang tidak
3. Dimensi Kemiskinan
kemiskinan, yaitu:
penduduk.
psikologis.
a. Aspek Ekonomi
yang digunakan BPS sebesar 2,100 kalori per orang per hari yang
kesehatan)
c. Aspek Sosial-psikologis
ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan oleh adanya
dan eksternal. Faktor internal datang dari dalam si miskin itu sendiri
seperti rendahnya pendidikan atau adanya hambatan budaya. Faktor
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain, seperti
atau hidup dilokasi dengan sumber daya alam dan infrastruktur terbatas.
menghadapi kehidupannya;
miskin;
d. Faktor struktural. Menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil,
petani, nelayan, dan pekerja sektor informal terjerat oleh, dan sulit keluar
“a poor country is poor because it is poor” (negara itu miskin karena dia
miskin).
kekurangtahuan informasi).
tempramental).
b. Faktor Eksternal
bencana.
5. Kategori Kemiskinan
sosial.
sosial dasar.
c. Kelompok rentan (vulnerable group). Kelompok ini dapat dikategorikan
bebas dari kemiskinan, karena memiliki kehidupan yang relatif lebih baik
kelompok yang sering disebut “near poor” (agak miskin) ini masih
sosial.
6. Dampak Kemiskinan
a. Kriminalitas Meningkat
tingginya angka kematian dan gizi yang buruk yang tinggi. Asupan gizi
mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan.
Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/ atau
keluarganya.
Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2011,
tentang Penanganan Fakir Miskin, pada Pasal 1 (1) menyebutkan bahwa fakir
miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata
dalam UU No 13 tahun 2011 meliputi (i) kebutuhan pangan, (ii) sandang, (iii)
pelayanan sosial.
kebutuhan dasar;
d. Tidak mampu membeli pakaian satu kali dalam satu tahun untuk setiap
meteran;
k. Mempunyai sumber air minum berasak dari sumur atau mata air tak
a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang;
tangga lain;
air hujan;
minyak tanah;
per bulan;
m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/
tamat SD;
n. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal
sebagai berikut:
a. Karakteristik Sosial Demografi
yaitu 5,19 tahun (perkotaan) dan 4,06 tahun (perdesaan) atau setara
b. Karakteristik Pendidikan
c. Karakteristik Ketenagakerjaan
(perdesaan),
6. Sumber air bersih yang meliputi mata air, sumur tak terlindung, air
(perdesaan),
7. Jenis jamban (jamban umum atau tidak ada) sebesar 34,95%
7,27% (perdesaan).
Menurut Allen Pincus dan Anne Minahan dalam Dwi Heru Sukoco (1991)
yaitu :
Sistem sumber formal adalah sumber yang diperoleh dari keanggotaan dalam
Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial, Potensi dan
Sumber Kesejahteraan Sosial adalah semua hal yang berharga yang dapat
Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun
swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan
sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui
Kriteria :
2. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) adalah warga masyarakat yang atas dasar
rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial serta didorong oleh rasa
e. berkelakuan baik.
puluh) tahun.
bencana; dan
kesejahteraan sosial.
berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan
kepengurusan dan
Kriteria :
a. Organisasi Sosial.
advokasi, rujukan.
yang profesional.
keluarga lainnya.
pelayanan sosial di akar rumput yang terdiri atas usaha kelompok, lembaga
Kriteria :
lingkungannya.
Kriteria :
sembilan) tahun.
b. Berpendidikan minimal SLTP.
sosial dan
wanita di wilayahnya.
kesejahteraan sosial.
Kriteria :
penyuluh social.
agama, tokoh adat, tokoh wanita, tokoh pemuda) yang diberi tugas,
tanggung jawab wewewang dan hak oleh pejabat yang berwenang bidang
puluh) tahun.
wanita.
LK3).
Sosial.
di kecamatan.Kriteria :
e. Berusia 25 (dua puluh lima) tahun sampai dengan 50 (lima puluh) tahun.
12. Dunia usaha adalah organisasi yang bergerak di bidang usaha, industri atau
produk barang atau jasa serta Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
3) Support
Teknik memberikan semangat, menyokong dan mendorong aspek-aspek dari
fungsi klien, seperti kekuatankekuatan internalnya, cara berperilaku dan
hubungannya dengan orang lain. Support harus didasarkan pada kenyataan dan
pekerja sosial memberikan dukungan terhadap perilaku atau kegiatankegiatan
positif dari klien.
Pekerja sosial harus membantu klien apabila klien mengalami kegagalan dan
sebaliknya lebih mendorong klien apabila berhasil. Sebaiknya pekerja sosial
menyatakan terlebih dahulu aspek-aspek yang positif sebelum menyatakan
aspekaspek negatif dari situasi yang dialami klien.
4) Reassurance
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa situasi
yang diperjuangkannya dapat dicapai pemecahannya dan klien mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Reassurance harus
dibuat realistik dan tidak dapat dilakukan terhadap kenyataan yang tidak benar.
Pekerja sosial harus memberikan reassurance dalam waktu yang tepat dan
memberikan kesempatan kepada klien untuk menyatakan perhatian dan
kegagalannya secara wajar, oleh karena itu reassurance dilaksanakan dengan
kesadaran bahwa penyesuaian dapat dilakukan dalam setiap situasi. Reassurance
digunakan dengan menghargai kemampuan-kemampuan, perasaan-perasaan dan
pencapaian-pencapaian klien.
5) Confrontation
Teknik ini digunakan pada saat klien menghadapi situasi sulit yang bertentangan
dengan kenyataan. Pekerja sosial harus mengetahui bagaimana keadaan klien,
mendinginkan perasaanperasaan sakit sehingga klien dapat keluar dari situasi
yang menyakitkan.
Confrontation sering digunakan dalam kegiatan terapi dengan tujuan agar klien
dapat menerima perilaku dan dapat menyadari sikap-sikap dan perasaan-
perasaannya. Pekerja sosial dapat mengembangkan beberapa pandangannya
yang dapat memberikan motivasi kepada klien untuk mengubah perilakunya.
6) Conflict
Konflik merupakan tipe stress yang terjadi manakala klien termotivasi oleh
dua atau lebih kebutuhan dimana yang satu terpuaskan sementara kebutuhan
yang lainnya tidak. Konflik merupakan bagian dari hidup dan tidak dapat
dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Klien membutuhkan pengetahuan bagaimana mengatasinya apabila terjadi
perbedaan perasaan yang cenderung meningkat. Pekerja sosial harus menyadari
faktorfaktor emosi dan memberikan tempat untuk diungkapkan dan
mempergunakan kekuatan-kekuatan untuk kompromi dan menerima pemecahan
masalah untuk mencapai perubahan yang lebih baik
7) Manipulation
Teknik ini merupakan keterampilan pekerja sosial dalam mengelola
kegiatan, orang-orang dan sumber-sumber yang dapat digunakan dalam
pemecahan masalah klien. Pekerja sosial harus memperhatikan : kebutuhan dan
hak-hak klien untuk terikat dalam tindakan dan pengambilan keputusan;
kemampuan klien untuk berpartisipasi; dan membedakan antara kegiatan-
kegiatan untuk kepentingan pekerja sosial dengan kegiatan-kegiatan untuk
kepentingan klien.
8) Universalization
Teknik ini digunakan melalui penerapan pengalaman pengalaman dan
kekuatan-kekuatan manusia dengan situasi yang dihadapi oleh klien. Tujuan
teknik memberikan pengaruh kepada klien yang mengalami situasi emosional
yang berlebihan agar menyadari bahwa situasi yang sama juga dihadapi orang
lain; menyumbang dan membandingkan pengetahuan tentang caracara
pemecahannya kepada klien; dan memperkuat hal-hal lainnya yang berkaitan
dengan masalah yang dihadapi klien.
1) Person
Sesorang yang membutuhkan bantuan terhadap beberapa aspek kehidupan
sosial emosionalnya dinamakan juga klien. Ia bisa seorang laki-laki,
perempuan, dewasa ataupun anak-anak dan bantuan material ataupun nasehat.
2) Problem
Masalah dapat timbul oleh adanya kebutuhan (need), oleh adanya rintangan-
rintangan, oleh adanya kumpulan frustasi atau maladjustment. Seringkali
semuanya ini telah mengganggu kewajaran situasi hidupnya serta
kemampuannya untuk mengahadapi situasi semacam ini.
3) Place
Badan sosial adalah semacam badan sosial yang tidak berurusan langsung
dengan masalah-masalah sosial yang luas melainkan dengan masalah yang
mengalami kesulitan dalam mengatasi kehidupan pribadinya.
4) Proses
Dalam hal ini casework, memusatkan perhatian pada aspek-aspek yang
diindividualisasikan. Proses ini terdiri dari serangkaian usaha pemecahan
masalah yang dilakukan melalui relationships yang diarahkan pada tujuan
tertentu yaitu mempengaruhi pribadi klien sehingga ia dapat mengembangkan
kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan atau mempengaruhi
masalah tersebut agar dapat dipecahkan.
3) Planning ( Perencanaan )
Suatu pemilihan strategi teknik dan metode yang didasarkan pada proses
assessment masalah.
4) Intervensi
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan berencana pada
diri klien dan situasinya.
5) Evaluasi
Suatu penilaian terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada
planning serta melihat kembali kemajuan-kemajuan yang telah dicapai sesuai
dengan tujuan.
6) Terminasi
Tahap ini dilakukan apabila tujuan-tujuan yang telah disepakati dalam kontrak
telah dicapai dan mungkin sudah dicapai kemajuan-kemajuan yang berarti
dalam pemecahan masalah.
2) Recreation Groups
Bertujuan untuk memberikan / menyediakan aktivitas atau kegiatan-
kegiatan untuk kesenangan dan latihan. Bersifat spontan dan tidak perlu
pemimpin. Rekreasi dan Interasi membantu membangun karakter dan
membantu mencegah kenakalan (sebagai alternatif kehidupan jalanan) bagi
para remaja
4) Educational Groups
Pusat perhatian dalam kelompok ini adalah memperoleh pengetahuan
dan mepelajari keterampilan yang lebih kompleks. Di dalam group ini
diperlukan seorang pemimpin.
Pemimpin, seorang profesional yang terlatih dan ahli dalam bidang
pendidikan, misalkan:
Praktek merawat anak
Latihan bagaimana menjadi orang tua yg efektif
Mempersiapkan orang tua yg akan mengadopsi
Melatih sukarelawan untuk melaksanakan tugas bagi suatu badan
pelayanan sosial
6) Self-Help Groups
Merupakan struktur kelompok kecil, sukarela, untuk saling membantu
dan mencapai tujuan. Biasanya terbentuk oleh orang-orang sebaya (peers)
yang datang bersama untuk saling membantu dan memuaskan kebuthan
bersama, menanggulangi hambatan-hambatan atau kekcauan-kekacauan
gangguan hidup, dan membawa perubahan-perubahan pribadi atau sosial
yang diinginkan.
Kelompok jenis ini menekankan pada:
Pengakuan terhadap kelompok dari setiap anggotanya bahwa ia
mempunyai masalah.
Suatu kesaksian bagi kelompok tentang pertimbangan kembali
pengalaman-pengalaman masa lalu, tentang masalah tersebut dan
rencana-rencana untuk menanganginya pada masa yang akan datang.
Jika seorang anggota mengalami krisis (misal: orangtua yang terlantar
yang memiliki alasan untuk mentelantarkan nakanya), anggota tersebut
didorong untuk memanggil anggota lainnya dari kelompok yang akan
tinggal menemani sampai krisisnya teratasi.
7) Socialization Groups
Bertujuan untuk mengembangkan atau megubah sikap-sikap dan
perilaku-perilaku anggota kelompok agar menjadi lebih dapat diterima
secara sosial.
Fokus group ini antara lain:
Perkembangan keterampilan sosial
Peningkatan self-confidence
Perencanaan masa depan
Kepemimpinan kelompok – kelompok ini memerlukan keterampilan
dan pengetahuan dalam menggunakan kelompok untuk membantu
pertumbuhan individu dan perubahannya. Peranan pemimpin dalam
kelompok-kelompok sosial sering diisi oleh Pekerja Sosial.
8) Therapeutic Group
Pada umumnya beranggotakan orang-orang yang mempunyai masalah-
masalah pribadi atau emosional yang agak berat. Tujuan kelompok ini
adlaah membuat anggota mengeksploitasi masalah-masalah nya secara
mendalam dan kemudian mengembangkan satau atau lebih strategi untuk
memecahkan masalah-masalah.
Therapeutic Groups pada umumnya menggunakan satau atau lebih
pendekatan-oendekatan psiko terapi sebagai pedoman untuk mengubah
sikap-sikap dan perilaku-perilaku.
Pendekatan terapi tersebut mencakup:
Psychoanalisa
Learning Theory
Psycho Drama
Client-Centered Therapy.
9) Sensitivity Group
Encounter Groups (Kelompok Pertemuan), Sensitivity Training
(Latihan Kepekaan) dan Training Groups (Kelompok-kelompok Latihan),
berhubungan dengan sejumlah pengalaman dimana orang-orang
berhubungan satu sama lainnya secara sangat interpersonal dan diperlukan
pengungkapan diri. Tujuan dari kelompok ini adalah memeperbaiki
kesadaran interpersonal.
6) Melakukan Evaluasi
Pekerja Sosial Kelompok harus terampil dalam hal membuat catatan
tentang proses-proses perkembangan yang berlangsung selama Pekerja
Sosial bekerja dengan kelompok.
Pekerja Sosial Kelompok harus terampil dalam hal menggunakan catatan-
catatan yang dibuatnya dan dalam hal membantu kelompok untuk meninjau
kembali pengalaman-pengalaman kelompok sebagai alat/cara untuk upaya-
upaya perbaikan.
2) Teknik
Teknik yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan praktik
pekerjaan sosial makro pada komunitas, sebagai berikut:
a.Community Involvement (CI), percakapan sosial, home visit, studi
dokumentasi, observasi, pertemuan warga.
b. Pengorganisasian, hendaknya mendayagunakan dan
menguatkan struktur pengorganisasian masyarakat dan pemimpin
local yang ada yang memiliki peran relevan atau power dalam
pengembangan masyarakat untuk mencegah maupun mengatasi
permasalahan social dari populasi target yang disepakati menjadi
focus praktik
c.Teknik asesmen, antara lain dengan Teknik-teknik dari metode
asesmen partisipatif dalam Participatory Rural Appraisal (PRA)
seperti pemetaan (wilayah, masalah dan sumber), penelusuran
sejarah, diskusi klasifikasi kesejahteraan, diskusi terfokus dalam
media Community/ Night Meeting Forum (CMF), diagram ven
jaringan organisasi, dan Teknik- Teknik asesmen nonpartisipatif
seperti mini survey (antara lain Neighborhood Survey Study),
wawancara (termasuk The Sustainable Livelihoods Interview), studi
dokumentasi.
d. Teknik-teknik perencanaan partisipatif antara lain dengan
diskusi perencanaan tindakan yang diambil dari Technology of
Participation (ToP).
e.Teknik intervensi dipilih disesuaikan dengan hasil asesmen dan
pilihan starategi dan taktik (kolaborasi, kampanye, atau kontes)
yang disesuaikan dengan kondisi kesiapan masyarakat untuk
melakukan perubahan dan kondisi saat ini.
f. Teknik evaluasi dalam pengembangan masyarakat hendaknya
menggunakan evaluasi partisipatif seperti dengan diskusi terfokus.
Dismping itu dapat dilengkapi dengan Teknik wawancara
mendalam atau pengungkapan pengalaman perubahan.
2) Pengorganisasian Sosial
Pengorganisasian sosial dilakukan dengan mengidentifikasi
organisasi- organisasi sosial yang berhubungan dengan pehimpunan
informasi. Pengorganisasian sosial adalah kegiatan dimana praktikan
bersama masyrakat bekerjasama untuk kegiatan menyususn struktur
organisasi sesui dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungan
masyarakat
3) Assessment
Assessment secara sederhana diartikan sebagai pengungkapan dan
pemahaman masalah. Asesmen adalah suatu proses dan suatu produk/hasil
pemahaman terhadap permasalahan, suatu tahap dalam rangkaian
pertolongan pekerjaan sosial, dimana hasilnya kemudian dianalisis dan
tindakan pertolongan akan diberikan kepada orang yang membutuhkan
(atau dalam hal ini adalah klien). Tahap ini sangat menentukan keefektifan
suatu pertolongan kepada klien.
Pada tahap ini menggali pemahaman dan pengungkapan masalah
dari isu-isu komunitas yang telah terpilih bersama dengan masyarakat.
Dimana asesmen yang dilakukan dengan asesmen isu komunitas. Tujuan
asesmen adalah untuk mendapatkan dan memahami masalah yang ada,
keinginan klien dan solusi, dan orang dalam situasi (person-in-situation),
sehingga pekerja sosial dan klien dapat membangun suatu rencana
meringankan atau menangani masalah.
4) Rencana Intervensi
Pada tahap ini perencanaan sosial merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sekian alternatif yang
ada untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
5) Intervensi
Intervensi merupakan tahap selanjutnya dalam proses pertolongan
kepada klien. Intervensi dimaksudkan untuk menetapkan cara-cara apakah
yang layak dipergunakan untuk merencanakan perubahan berdasarkan
masalah yang ditemukan. Pada tahap ini, rencana yang telah disusun mulai
diimplementasikan menjadi suatu bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan
perubahan atau tujuan pelayanan. Dengan demikian, intervensi akan selalu
berorientasi pada kegiatan dan perubahan. Intervensi berusaha
meningkatkan kepercayaan diri klien dengan membantu menampilkan
perilaku tertentu, menumbuhkan keasadaran dan memanfaatkan pihak-
pihak yang terkait (signiicant others). Penting untuk diingat bahwa setiap
tahap dalam proses perubahan dipengaruhi oleh tahap sebelumnya.
Keberhasilan intervensi dipengaruhi oleh akurasi, kelengkapan, dan
validitas dari kesimpulan yang diperoleh dan keputusan yang dibuat pada
tahap sebelumnya, seperti: perdefinisian masalah, pengumpulan data,
asesmen, dan perencanan (Siporin, 1975).
6) Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu rangkaian kegiatan untuk melihat
kelebihan dan kekurangan yang terjadi dalam memberikan pertolongan
kepada klien.
1. Evaluasi Proses
Suatu bentuk evaluasi untuk melihatapakah seluruh tahapan kerja
atau prosedur pelayanan yang telah direncanankan dapat dilaksanakan
secara lengkap.
2. Evaluasi Hasil
Suatu bentuk evaluasi untuk melihat dampak atau manfaat dari
intervensi yang dilakukan
7) Terminasi
Terminasi merupakan tahap akhir yang penting dalam perubahan
yang direncanakan yang dilakukan oleh pekerja ketika memandu membuat
kesimpulan kegiatan-kegiatan dalam proses perubahan secara sensitif
terhadap isu-isu sekitar pengakhiran hubungan.
Terminasi merupakan tahap pengakhiran dan tahap pemutusan hubungan secara formal
seringkali tahap ini dilakukan bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri,
tetapi tahap ini harus dilakukan karena program sudah harus dihentikan, sesuai dengan
jangka waktu yang telah ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai.
( Isbandi ; 2001). Terminasi oleh Soetarso (1992 : 342-344) disebut dengan istilah
pemutusan relasi antara pekerja sosial dengan sistem sasaran dan pihak-pihak yang
Tujuan :
Instrumen : Draft inform concern, buku catatan, dan alat perekam suara
Proses :
Ploso, yang menarik perhatian praktikan dengan melihat kondisi lapangan adalah
gambaran umum bahwa fakir miskin di Kelurahan Ploso adalah orang yang tidak
memiliki tingkat pendidikan yang rendah, serta memiliki rumah yang tidak
dan/atau kurang layak huni. akhirnya hal tersebut menarik praktikan memilih
praktikum. Berikut merupakan skenario yang dilakukan oleh sasaran klien dalam
tahapan EIC.
a. Engagement
b. Intake (Kontak)
c. Contract
Hasil :
Sasaran : “T”
Tujuan :
1) Wawancara
a) Mempersiapkan pedoman wawancara dengan memilih
informasi apa saja yang akan digali dari informan.
b) Menetapkan waktu, tanggal, dan tempat wawancara yang
pas antara praktikan dengan klien.
c) Melakukan proses wawancara dengan klien dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan. Dan sesuai dengan
pedoman wawancara yang sebelumnya telah dibuat.
d) Menerapkan teknik-teknik wawancara diantaranya, yaitu :
mendengar, mencatat, mengamati, mengajukan pertanyaan,
mengenal perasaan ambivalensi.
e) Melakukan pencatatan. Mencatat hasil wawancara dan
membuat catatan proses pelaksanaan wawancara.
f) Dokumentasi pelaksanaan wawancara.
g) Mengolah informasi hasil wawancara.
2) Observasi
a) Membuat dan mempersiapkan pedoman observasi.
Menentukan hal-hal apa saja yang memerlukan observasi.
Setelah mendapatkan informasi dari klien, praktikan
melakukan observasi terkait dengan lingkungan daerah
klien tinggal, dan lingkungan sosial klien (Tetangga klien).
b) Menentukan tujuan observasi. Adapun tujuan observasi
yang dilakukan oleh praktikan adalah mengetahui Identitas
dari klien, latar belakang dari masalah klien, faktor
penyebab masalah, dampak masalah yang dialami klien,
keberfungsian klien.
c) Menetapkan waktu dan tanggal observasi. Observasi
dilakukan pada tanggal 17 dan 18 Februari dari siang hari
sampai sore hari.
d) Melaksanakan observasi sesuai dengan pedoman observasi
yang telah dibuat sebelumnya dan tetap menjaga protokol
kesehatan.
e) Melakukan pencatatan. Mencatat hasil observasi dan
membandingkan antara data yang terdapat di kelurahan
dengan data yang sebenarnya di lapangan.
f) Dokumentasi pelaksanaan observasi.
g) Mengolah data hasil observasi.
HASIL :
1. Karakteristik PPKS :
Identitas PMKS
Inisial :T
Usia : 44
Agama : Islam
Lingkungan Sosial
1. Hubungan dengan Keluarga
Hubungan Klien T dengan Keluarga nya dulu sebelum meninggal cukup
dibilang dekat. Untuk sekarang hubungan klien T dengan suami dan
anaknya cukup erat, saling mendukung satu sama lain. Dari segi kedekatan
emosional hubungan mereka baik baik saja. Klien T saat ini tinggal
bersama suami dan anaknya
2. Hubungan degan Masyarakat
Dalam kehidupan sosial didalam masyarakat, Klien T ini terbilang memiliki
sosial yang aktif dengan tetangganya karena sudah kenal dekat dan
memiliki interaksi yang baik. Begitupun juga dengan suami dan anaknya.
3. Gejala Masalah
Berdasarkan hasil asesmen, keluarga Klien T ini memiliki gejala permasalahan.
Gejala masalah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Keluarga klien memiliki latar belakang ekonomi yang kurang mampu
2. Klien T hanyalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang menjadi tenaga
serabutan jika dibutuhkan
3. Suami klien merupakan buruh bebas yang memiliki pendapatan tidak menetap
sehingga dalam memenuhi kebutuhan sehari hari kurang mencukupi
4. Anak klien T merupakan anak tunggal lulusan SMP yang di phk karena
pandemi covid -19
5. Keluarga klien T tidak pernah mendapat bantuan sosial dari pemerintah
6. Klien T mengalami tekanan Psikis karena ia merasa memiliki beban tanggung
jawab akan kehidupan keluarganya karena hanya bergantung pada penghasilan
dari suaminya dan hal tersebut kurang mencukupi kebutuhan pangan
kelaurganya
4. Faktor Penyebab
Berdasarkan hasil asesmen faktor penyebab dari permasalahan klien adalah sebagai
berikut:
1. Pendapatan dari suami klien terbilang kurang sehingga tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari
2. Riwayat pendidikan rendah sehingga susah untuk mencari pekerjaan
3. Karena Pandemi Covid-19
4. Karena kurang melek teknologi informasi dan juga keterbatasan dalam
pengetahuan, klien T dan keluarganya kesulitan untuk mengakses bantuan sosial
dari pemerintah
5. Keluarga klien T hanya bergantung pada penghasilan sang suami dan hal tersebut
tidak mencukupi kebutuhan mereka sehari hari
5. Dampak
1. Klien T merasa gagal dalam menjalankan hidupnya karena tekanan ekonomi
2. Klien T tidak percaya diri
3. Memiliki kecemasan
4. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup
5. Klien T mengalami tekanan psikis
Selanjutnya sumber dari lingkungan dan aparat kelurahan sekitar fakir miskin
di Kelurahan Ploso yaitu:
Potensi yang teridentifikasi pun berasal dari internal dan eksternal fakir miskin itu
sendiri. namun masih ada pula fakir miskin yang cukup berserah diri dengan keadaan
yang ada, jadi meskipun mereka memiliki potensi dan keinginan dalam diri namun tidak
dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh sebab itu aparat kelurahan Ploso melakukan
diskusi dan kerjasama dengan pelaku usaha konveksi. Agar warga kurang mampu
tersebut dapat memaksimalkan keinginan dan potensi dalam dirinya untuk bangkit dari
keterpurukan.
7. Fokus Masalah
Berdasarkan hasil asesmen dengan mengunakan teknik BPSS (Bio Psycho Social
Spiritual), maka fokus masalah keluarga klien T adalah kesulitan dalam mencukupi
kebutuhan sehari hari dan dibutuhkannya lapangan pekerjaan serta tekanan psikis
yang dialami klien T.
Setelah mendapatkan cukup data tentang masalah dan kebutuhan klien T dan
keluarganya, maka pekerja sosial kemudian bersama dengan klien T menentukan rencana
intervensi yang sesuai dan mampu dilakukan secara bersama-sama untuk meningkatkan
Tujuan Intervensi :
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
Sasaran :
Sasaran intervensi adalah orang orang yang dijadikan target pengubahan atau pengaruh
agar tujuan intervensi bisa tercapai. Sasaran dalam intervensi pada kasus ini adalah
a. Klien T yang akan diintervensi langsung oleh praktikan sebagaimana orang yang
mengalami permasalahan fakir miskin agar dapat meningkatkan keberfungsian
sosial.
b. Keluarganya yaitu suami klien T, anaknya yang akan menjadi support bagi klien T
untuk bisa memotivasi dan memberikan dukungan agar tujuan intervensi tercapai.
Nama Program atau Kegiatan Intervensi
Setelah melakukan berbagai tahapan dan kegiatan sebelumnya seperti wawancara,
observasi, dan studi dokumentasi dalam rangka penggalian masalah klien T, maka
praktikan kemudian mengelola informasi yang ada untuk dapat ditindaklanjuti pada
proses intervensi untuk memecahkan permasalahan klien T. Sebagai bentuk tindak
lanjut, praktikan menentukan nama kegiatan yang akan dilaksanakan Nama kegiatan
yang dirancang oleh Praktikan bersama dengan klien adalah Program “Dukungan
Psikososial Fakir Miskin dan Peningkatan Keberfungsian”.
Fokus utama dari diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan pertolongan
pengubahan perilaku kepada klien T sebagai seorang Fakir Miskin yang memiliki
tekanan psikis karena klien T merasa memiliki beban tanggung jawab dimana terjadi
keterpurukan ekonomi dalam keluarganya karena anak klien T mengalami phk di
masa pandemi covid-19 ini dan keadaan seperti ini memaksa klien T harus memiliki
penghasilan untuk membantu perekonomian keluarganya, karena keluarga klien T
tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarganya dengan hanya bergantung dari
hasil penghasilan suaminya saja. Untuk itu diadakannya kegiatan ini melalui upaya
pemberdayaan dan penguatan diri yang positif bersama dengan keluarga sebagai
lingkungan sosial hal tersebut diharapkan dapat membantu menciptakan keluarga
sejahtera.
1. Metode
Metode yang digunakan dalam proses penanganan masalah “T” adalah metode
Social Case Work dimana kegiatan ini adalah salah satu cara pokok pekerjaan
sosial yang dipergunakan untuk membantu individu dan keluarga agar mereka
dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi di dalam kehidupan sosialnya
secara lebih efektif. Metode Social Case Work dianggap sebagai metode yang
tepat karena permasalahan yang perlu dipecahkan berada dalam ruang lingkup
individu.
2. Teknik
a. Small Talk
Teknik ini digunakan oleh praktikan saat akan memulai sesi
konseling. Tujuan utama dari small talk adalah terciptanya suatu suasana
yang dapat memberikan kemudahan bagi praktikan dengan klien untuk
melakukan pembicaraan hingga larut dan dapat memberikan suasana yang
nyaman bagi klien untuk dapat mengungkapkan perasaan-perasaannya.
b. Ventilation
Teknik ini digunakan oleh praktikan untuk membawa ke permukaan
perasaan-perasaan dan sikap-sikap yang diperlukan, sehingga perasaan-
perasaan dan sikap-sikap tersebut dapat mengurangi masalah yang dihadapi
klien.
c. Support
Teknik ini digunakan oleh praktikan untuk memberikan semangat,
menyokong dan mendorong aspek-aspek dari fungsi klien, seperti kekuatan-
kekuatan internalnya, cara berperilaku dan hubungannya dengan orang lain.
d. Reassurance
Teknik ini digunakan untuk memberikan jaminan kepada klien bahwa
situasi yang diperjuangkannya dapat dicapai pemecahannya dan klien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalahnya.
e. Logical Discussion
g. Encouragement
Adalah memberikan dorongan atau membantu orang lain untuk mengatasi
ketakutan, berupa pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan keyakinan
bahwa klien mampu mengatasi hambatan. Praktikan kemudian menceritakan
kepada klien T dengan cara keterampilan komunikasi pekerjaan sosial
menunjukkan empati dan simpati. Praktikan memberikan semangat dan
kekuatan bahwa saatnya klien harus kuat dihadapan keluarga klien T.
Meskipun akan sulit tetapi klien T harus mampu melakukan demi kebaikan
keluarga dan menjadikan keluarga sebagai dorongan melakuakn yang terbaik.
Sistem dasar praktik pekerjaan sosial dalam proses pertolongan pekerjaan sosial ini
untuk mencapai tujuan intervensi dari permasalahan klien T sebagai berikut:
a. Sistem Klien (The Client System)
Sistem klien merupakan sistem yang akan mendapatkan pertolongan atau bantuan
dalam menyelesaikan masalah. Klien T merupakan individu atau orang yang
mendapatkan pelayanan dari pelaksanaan perubahan atau yang menjadi sistem
klien pada kasus ini.
b. Sistem Kegiatan (The Action System)
Sistem kegiatan merujuk pada orang-orang yang secara bersama-sama untuk
melaksanakan usaha-usaha perubahan melalui pelaksanaan tugas-tugas atau
program kegiatan. Pada kasus ini, sistem kegiatan yaitu klien T bersama dengan
Praktikan.
c. Sistem Sasaran (The Target System)
Sistem Sasaran adalah orang-orang yang dijadikan target sasaran perubahan agar
tujuan intervensi dapat tercapai. Sistem pelaksana selain klien T juga melibatkan
keluarga klien T untuk membantu proses intervensi sebagai support. Keluarga
klien T diantaranya suami Klien T yaitu pak S, dan anaknya yaitu A.
d. Sistem Pelaksana Perubahan (Change Agent System)
Sistem pelaksana perubahan dalam kasus ni memberikan bantuan atas dasar keahlian
yang berbeda-beda dan bekerja dengan sistem yang berbeda ukurannya. Sistem
perubahan dalam kasus ini yaitu Praktikan.
a) Sarana Prasarana :
Ruang intervensi yang akan digunakan adalah ruangan yang
nyaman dan tenang, terjaga privasinya, tidak panas, tidak sempit pula,
tidak berisik, bukan tempat yang ramai namun klien harus terasa aman
dan senyaman mungkin. Ruangan yang disetting untuk melakukan teknik
(konseling) disesuaikan dengan kebutuhan praktikan dimana praktikan
menyiapkan kursi, alat tulis, pengharum ruangan maupun sarana dan
prasarana lain untuk membantu dalam proses intervensi. Ruangan dibuat
senyaman mungkin agar klien bisa fokus pada pemecahan masalahnya
dan tidak terganggu apapun sehingga klien merasa tenang ketika
mencurahkan isi hati dan permasalahannya
Saat sasaran sistem dasar praktik pekerjaan sosial melaksanakan kegiatan intervensi,
praktikan memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan perasaan,
keinginan, dan pendapatnya tentang permasalahannya. Praktikan juga membebaskan
klien T untuk mengekspresikan dirinya dalam setiap tahap kegiatan intervensi.
Praktikan juga menerapkan prinsip self-determination kepada klien T dan keluarga
dalam menjalankan kegiatan konseling agar dapat memilih strategi yang cocok
sesuai dengan potensi dan sumber klien T. Ketika klien sudah mampu
mengaktualisasikan beberapa solusi-solusi yang dibuat, kemudian mewujudkan
keberfumgsian sosialnya dengan ikhlas, semangat, dan mandiri, praktikan akan
mengakhiri kegiatan intervensi.
Target Waktu :
Indikator Keberhasilan :
Indikator keberhasilan atas intervensi yang dilakukan praktikan mencakup:
3.1.5 Evaluasi
Alat ukur yang digunakan kemudian diorganisasikan dalam cara yang akan
memperbolehkan klien menjawab pertanyaan-pertanyaan evaluasi praktik
dan mencapai kesimpulan tentang tingkat atau derajat kesuksesan dari
intervensi yang dilakukan oleh praktikan.
Langkah-Langkah mengkostruksikan individualized rating scale , yaitu:
1) Membantu klien mengenali nilai-nilai dalam mengukur perilaku, sikap, atau
perasaan.
2) Mengidentifikasi dengan hati-hati apa yang harus diukur
3) Mengembangkan skala keberfungsian klien dari negatif ke positif.
4) Menentukan data yang akan dikumpulkan
5) Menyajikan data dalam bentuk yang dapat diinterpretasikan dengan mudah.
2) Evaluasi Proses
Praktikan melakukan evaluasi proses intervensi kepada klien dengan tujuan
mengetahui seberapa efektifnya pelaksanaan program intervensi yang praktikan
lakukan. Evaluasi proses dilakukan selama proses kegiatan intervensi. Selama
evaluasi proses, akan diukur proses perubahan apa saja yang telah tercapai
berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Bilamana klien belum merasa dengan
kegiatan intervensi menciptakan peningkatan keberfungsian klien dan proses
kemandirian bermanfaat sebagai upaya pemecahan masalah, maka kegiatan ini
akan dimodifikasi dengan meningkatkan konseling pada klien dengan menggali
lebih dalam informasi klien T. Kemudian mengoordinasikan dengan lebih intensif
secara tepat untuk mendukung pelaksanaan intervensi agar sesuai dengan target
keberhasilan. Penilaian pada hari terakhir ditujukan agar dapat melihat kemajuan
secara baik dari keefektivitas kegiatan intervensi.
3) Evaluasi Hasil
Dalam evaluasi ini praktikan dapat mengukur tingkat keberhasilan intervensi
yang telah diberikan. Hal itu dapat diukur dengan melihat indikator keberhasilan
dan perubahan pada perilaku klien di dalam dirinya. Hasil yang diperoleh oleh
klien selama kegiatan intervensi yaitu konseling adalah klien mampu
mengeluarkan segala perasaan dan tekanan psikis yang menjadi beban hidup klien
T, dan juga mampu termotivasi dengan dirinya untuk maju dan membantu
keluarganya agar nantinya mampu memenuhi kebutuhan pokoknya.
Terminasi ini merupakan pemutusan hubungan kerja antara praktikan dengan PPKS
setelah menemukan hasil yang diharapkan, yakni adanya perubahan yang terjadi
pada diri PPKS. Pelaksanaan terminasi dilakukan praktikan dan Peksos dengan
penjelasan bahwa kegiatan intervensi sudah selesai berdasarkan waktu intervensi
yang sudah dibuat. Kegiatan yang dilakukan praktikan dalam melakukan terminasi
kepada PPKS adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan batas waktu intervensi pada klien
2) Praktikan menyampaikan kepada klien bahwa pada tanggal 5 Maret 2021
merupakan pemutusan kontrak antara praktikan, Peksos dengan klien dalam
pelaksanaan intervensi.
3) Menyampaikan kekurangan dan kemajuan hasil intervensi.
4) Memberikan kesempatan pada klien untuk menyampaikan pendapatnya atas
pelayanan intervensi.
5) Praktikan melakukan pengakhiran intervensi dengan klien karena tujuan telah
tercapai
Rujukan
a. Jika tujuan intervensi tidak tercapai, maka praktikan akan merujuk hasil
evaluasi proses dan hasil kepada ketua RW atau Dinsos terkait guna
diproses menjadi lebih baik daripada rencana intervensi yang telah
praktikan laksanakan.
b. Setelah dilaksanakan rujukan dan diterima oleh pihak yang dituju, maka
praktikan dapat melakukan terminasi proses intervensi kepada klien.
c. Praktikan berpamitan kepada klien dan keluarga serta meminta maaf dan
berterima kasih sudah diberikan kesempatan untuk berpraktik bersama
dengan klien T dan keluarganya
3.2 Praktik Aras Mezzo
3.2.1 Engagement Intake Contract
Tujuan :
Proses :
3.3.1 Assesment
Tujuan :
Proses :
1. Identitas Klien
2. Permasalahan Klien
Potensi :
Sumber :
a. Pihak Desa
5. Harapan Klien
Harapan dari klien sendiri adalah dapat mengembangkan
keterampilan dan motivasi serta dorongan keinginan untuk
berusaha memenuhi kebutuhan dari klien sendiri yang mana
dapat meningkatkan keberfungsian sosial nya masing-masing
dan mendapatkan penghasilan yang tetap.
6. Fokus Masalah
Setelah dilakukan asesmen kemudian ditentukan fokus masalah yang
kemudian akan direncanakan intervensinya oleh praktikan
adalah sebagai berikut:
Tujuan Intervensi :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari intervensi ini sendiri adalah dibentuknya kelompok usaha
bersama dari gabungan klien Fakir Miskin di kelurahan Ploso guna
mengembangkan keterampilan dan mendapatkan penghasilan tetap.
b. Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari intervensi ini sendiri adalah dengan terlaksananya:
1. Terbentuknya Kelompok Usaha Bersama,
2. Melatih keterampilan para klien dalam berkerja dibidang konveksi
sehingga dapat memiliki penghasilan tetap,
3. Menyelesaikan permasalahan kelompok Fakir Miskin ini dengan
memberikan keterampilan dan pelatihan
Sasaran Intervensi
Sasaran dari intervensi dalam intervensi yang dirancang oleh praktikkan adalah
kelompok Fakir Miskin.
Pelaksana Intervensi
Pihak-pihak yang dilibatkan dalam pelaksanaan intervensi terhadap kelompok
Fakir Miskin adalah sebagai berikut:
a. Praktikkan (mahasiswa Poltekesos Bandung),
b. Ketua RW
c. Para Fakir Miskin di kelurahan Ploso
d. Bu Riska sebagai pengusaha sukses dibidang Konveksi
e. Tim tenaga kerja bu Riska yang siap melatih
Target Waktu
Rencana Intervensi disusun bersamaan dengan asesmen pada Kamis, 20 Maret
2021. Intervensi ditargetkan melalui beberapa kali pertemuan dalam jangka
waktu 30 hari dihitung dari awal mula intervensi dimulai.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari intervensi pada Klien “T, S dan A” adalah:
1. Terbentuknya kelompok usaha bersama untuk menjalankan usaha
konveksi atau menjadi pekerja di bidang usaha konveksi
2. Kelompok fakir miskin mengalami perkembangan keterampilan dalam hal
jahit menjahit.
3. Masing-masing klien mendapatkan pekerjaan dan memiliki penghasilan
Evaluasi dan
5 Snack 3 pack 20.000,-
Terminasi
Jumlah 129.500,-
3.5.1 Intervensi
Pelaksanaan Intervensi dilakukan berdasarkan rencana intervensi yang telah
disusun sebelumnya. Pelaksanaan program intervensi terhadap
permasalahan yang terjadi dari Organisasi karta adalah sebagai berikut:
3. Tahap Transisi
Dalam hal ini terdapat 1 anggota kelompok yang mulai jenuh dan menyebabkan
tidak konsisten dalam menjalankan kelompok. Anggota tersebut merasa
pesimis bahwa tujuan kelompok akan tercapai. Dalam hal ini praktikkan
bersama anggota kelompok yang lain mendiskusikan bersama dan
mengingatkan kembali terkait aturan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Hal ini diharapkan dapat kembali mengeratkan relasi antar satu anggota dan
lainnya.
4. Tahap Bekerja
3.6.1 Evaluasi
Pelaksanaan kegiatan evaluasi dilakukan guna mengukur sejauh mana
keefektifan dari metode dan teknik intervensi yang diberikan kepada klien
terhadap keberhasilan yang telah dicapai oleh klien. Dalam hal ini evaluasi
yang dilakukan terhadap permasalahan pada kelompok adalah sebagai
berikut:
1. Evaluasi Proses
Intervensi yang telah dilakukan oleh beberapa pihak pelaksana dapat
terlaksana dengan baik dan lancar. Dukungan datang dari berbagai
pihak yang dapat mengembalikan semangat kelompok walaupun dalam
kondisi krisis. Anggota kelompok dinilai merasa antusias dalam
mengikuti tiap sesi yang sudah direncanakan.
Hambatan yang dialami dalam proses intervensi kali ini adalah kesulitan dalam
berkomunikasi secara luring dengan intens dikarenakan adanya pandemi
Covid-19 sehingga kegiatan banyak yang disertai dengan daring.
2. Evaluasi Hasil
Dari hasil intervensi terhadap kelompok, dapat dikatakan bahwa intervensi
pada kelompok berhasil. Kelompok berhasil mengimplementasikan
ilmu yang didapat dari narasumber untuk mencapai tujuannya. Namun
berkaitan dengan hal itu, diperlukan pengawasan lebih lanjut terkait
dengan konsistensi kerja dari kelompok ini sendiri.
3.7 Perancangan langkah-langkah terminasi dan rujukan
3.7.1 Terminasi
3.7.1 Rujukan
Proses
Inisisasi sosial dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap
praktikan, selain itu, kegiatan ini bertujuan untuk memfasilitasi warga dalam
menyampaikan berbagai masalah-masalah sosial yang sedang dialami. Inisiasi
sosial dilakukan Praktikan pada bulan april.
Kegiatan inisiasi sosial dilakukan oleh praktikan dengan mengunjungi kantor
kelurahan Ploso untuk mengetahui data PPKS dan PSKS.
Tahapan
Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Home visit, yaitu praktikan mengunjungi kelurahan Ploso.
b. Praktikan bertemu dengan staff kelurahan Ploso
c. Praktikan diterima dengan baik oleh staff dan kepala kelurahan Ploso
d. Praktikan menjelaskan maksud dan tujuan praktikum
e. Praktikan menjelaskan lamanya waktu praktik diadakan
f. Pihak kelurahan menerima surat rekomendasi dan izin praktik serta
mengizinkan praktikum untuk melaksanakan praktik di wilayah Dusun
Peden, kelurahan Ploso.
g. Praktikan lalu mendokumentasikan dan berpamitan untuk berkeliling di
sekitar kelurahan Ploso.
a. Tujuan
Praktikan dapat melakukan kunjungan rumah ke tokoh masyarakat secara
informal untuk mengenal lebih dalam lingkungan sekitarnya, menjalin
silaturahmi dengan masyarakat, dan memperoleh izin mengikuti kegiatan
bilamana ada kegiatan yang melibatkan tokoh masyarakat tersebut.
b. Sasaran
Yang menjadi sasaran pada tahapan kegiatan ini adalah aparat Kelurahan, tokoh
masyarakat, dan warga setempat.
c. Teknik
Teknik yang digunakan dalam tahapan inisiasi dalam kegiatan homevisit yaitu
wawancara dan observasi.
d. Proses
Praktikan bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat di Kelurahan Ploso dengan
melakukan kunjungan kepada Ketua RW, Ketua RT, Kader PKK, dan Wakil
Ketua Karangtaruna Ploso
e. Hasil
1) Praktikan dapat melakukan kunjungan kepada Ketua RW, Ketua RT, Kader
PKK, Wakil Ketua Karangtaruna Kelurahan Ploso
2) Mendapatkan izin oleh tokoh masyarakat bilamana ada kegiatan di wilayah
Kelurahan Ploso dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
3) Terjalinnya relasi yang baik dengan tokoh masyarakat dan warga setempat.
Pengorganisasian Sosial
Pelaksanaan tahap pengorganisasian sosial dilaksanakan pada tanggal 30 Maret
2021 sampai 31 Maret 2021. Praktikan melakukan pengorganisasian sosial dengan
bekerjasama dengan masyarakat dalam rangka membangkitkan kesadaran
masyarakat Kelurahan Banyuanyar tentang adanya permasalahan sosial (PPKS)
dan kebutuhan masyarakat yang harus ditangani dan dilakukan perubahan, serta
potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS) disekitarnya. Kemudian
ditindaklanjuti dengan memanfaatkan wadah organisasi lokal dalam masyarakat
sebagai media untuk mengembangkan jejaring kerja, kemudian Tim Kerja
Masyarakat (TKM). TKM ini akan mengawal, mendampingi, dan menggerakkan
masyarakat dalam upaya pengembangan masyarakat.
Hasil-Hasil Pengorganisasi Sosial
1) Terbangunnya kembali community center yang sudah dimodifikasi dalam satu
tim kerja sesuai kebutuhan praktikan untuk pengembangan masyarakat.
2) Terorganisasinya komunikasi dan informasi dalam satu media yaitu WhatsApp
Group.
3) Adanya dukungan dan kepercayaan masyarakat, aparat kelurahan, dan tokoh
masyarakat dalam community center untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
pengembangan masyarakat.
4) Adanya kesamaan persepsi tentang PPKS dan PSKS pada setiap anggota
sasaran pengembangan masyarakat (communty center).
5) Diketahuinya masalah fakir miskin sebagai prioritas dan pilihan untuk ditangani
dengan pengembangan masyarakat oleh community center.
6) Teridentifikasinya organisasi lokal dan pemimpin lokal yang menjadi kunci di
Kelurahan Ploso sebagai PSKS dalam rangka pengembangan masyarakat untuk
peningkatkan kesejahteraan sosial.
c. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yang dilakukan oleh praktikan yaitu mengumpulkan
berbagai dokumen yang berkaitan dengan kegiatan praktikum laboratorium.
Praktikan berkunjung ke Kelurahan Ploso untuk meminta dokumen yang
dapat dijadikan data dalam pelaksanaan asesmen. Praktikan mendapatkan
data tentang fakir miskin, Penyandang Disabilitas, Anak Berhadapan
dengan Hukum, Lanjut Usia terlantar, Anak Jalanan.
3. Asesmen Lanjutan
Asesmen lanjutan dengan Tahapan Lokakarya atau Workshop untuk
pembuatan keputusan untuk penangan fakir miskin melalui community center.
Tahapan ini memiliki topik yaitu Peran Community Center dalam Mengatasi
Masalah Fakir Miskin. Tujuannya adalah menggali dan mengidentifikasikan
secara lebih dalam hasil dari tahap sebelumnya tentang masalah, kebutuhan,
sumber, dan potensi pada fakir miskin di Kelurahan Ploso. Langkah-Langkah
tahapan Lokakarya
1) Tahap Konteks
Praktikan yang sudah membagikan materi tentang fakir miskin dan hasil diskusi,
meminta peserta asesmen untuk menjawab pertanyaan fokus yaitu
“Mengapa masalah fakir harus segera diselesaikan melalui suatu program
pengembangan/pemberdayaan masyarakat?”. Praktikan memberikan waktu
15 menit untuk memikirkan jawaban sesuai gagasan dan persepsi peserta
agar nantinya seluruh peserta dapat berperan aktif menyumbang idenya.
2) Tahap Brainstroming (curah ide)
Praktikan kemudian meminta peserta asesmen baik interest group maupun
perwakilan target group untuk menuliskan jawaban-jawaban yang sudah
dirumuskan peserta asesmen dengan berdiskusi dengan peserta lainnnya
sebanyak 4-5 idenya pada kertas metacard.
3) Tahap Kategorisasi (Clustering):
Praktikan juga menambahkan untuk mengkategorisasikan hasil jawaban dari
peserta asesmen dengan judul sementara yang dirumuskan secara intuitif
oleh peserta. Praktikan merangkum tahap curah ide dan kategorisasi selama
kurang lebih 15 memikirkan secara individu kemudian 35
mengategorisasikan dan menyeleksi jawaban bersama kelompok
4) Tahap Penamaan (Title/Pemberian Judul)
Setelah selesai menjawab pertanyaan fokus, praktikan meminta peserta asesmen
untuk menempelkan hasil diskusi dan jawaban ke kertas plano. Dan
praktikan kemudian membantu merumuskan penamaan yang sesuai dengan
jawaban peserta asesmen, seperti masalah (sebab-akibat), kebutuhan, dan
solusi untuk penanganan fakir miskin.
5) Tahap Refleksi
Dari hasil refleksi tersebut, praktikan meminta konsensus kelompok dengan
diskusi singkat untuk memprioritaskan kegiatan yang akan dilakukan dalam
rangkan menindaklanjuti jawaban diskusi.
Metode ToP berfungsi untuk mendapatkan hasil dari permasalahan yang akan
di diskusikan. ToP digunakan juga dalam menghasilkan kepemilikan,
menciptakan tujuan yang jelas tentang suatu hal, membuka jalur komunikasi,
memperluas perspektif, dan mengilhami orang untuk beradaptasi dengan
lingkungan mereka.
Hasil
1. Judul Kegiatan
“Pemberdayaan Fakir Miskin” dengan tujuan meningkatkan kualitas
hidup, kemandirian dan kesejahteraan fakir miskin. Kegiatan ini dilakukan
melalui kerjasama dari perangkat desa, perangkat kelurahan dan peran
pengusaha konveksi
2. Tujuan Kegiatan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk membangun tanggung
jawab sosial masyarakat terhadap fakir miskin, meningkatkan kesadaran
masyarkat tentang pentingnya membantu sesama warganya yang kurang
mampu, serta meningkatkan mutu kualitas hidup seorang fakir miskin
dengan diberi bekal keterampilan agar mereka mampu sadar mandiri
berusaha memperoleh penghasilan untuk meningkatkan kualitas hidupnya
3. Pihak-pihak pendukung
a) Pemerintah Desa kelurahan Ploso
b) PKK
c) Usaha di bidang konveksi
4. Masalah
5. Kebutuhan
a) Pelatihan keterampilan
b) Lapangan pekerjaan
6. Sebab
7. Akibat
a. Langkah-Langkah kegiatan
1. Tahap Persiapan
Langkah awal untuk menjalankan kegiatan adalah menentukan pengurus,
dalam pelaksanaannya praktikan menggunakan media rembug warga
yang dihadiri perangkat desa, perangkat kelurahan dan peran pengusaha
konveksi dan perwakilan masyarakat.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan dasar tentang ilmu dibidang konveksi
b. Penyuluhan dasar tentang berbagai alat dan bahan konveksi
c. Pelatihan teknik teknik keterampilan dalam menjahit
d. Pelatihan cara membuat baju dari berbagai ragam kain
e. Pelatihan cara menjahit jeans dll.
3. Tahap Pengakhiran
Pada tahap ini dilakukan kegiatan evaluasi untk melihat apakah program
yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan ataukah tidak. Selain itu, tahap
ini juga mengidentifikasi ketercapaian program yang telah dilaksanakan
dan mengukur bagaimana tingkat keberhasilan masyarakat terkait
dengan program ini.
1. Terminasi
Sehubungan proses intervensi sudah selesai sesuai dengan waktu yang telah
disepakati dan bertepatan dengan berakhirnya kegiatan Praktikum
Laboratorium di Desa Peden Kelurahan Ploso maka dilakukan terminasi.
Hal ini dilakukan untuk menghindari ketergantungan klien terhadap
praktikan dan memberikan kesempatan kepada klien agar dapat mandiri
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sesuai dengan kemampuan
yang dimilikinya. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan
terminasi adalah sebagai berikut:
1. Memberitahukan kepada komunitas bahwa proses intervensi telah berakhir sesuai
dengan waktu yang telah disepakati. Diberikannya penguatan kepada komunitas
untuk mempertahankan perubahan dan dapat menginternalisasikan perubahan
tersebut bagi komunitas. Sehingga cita-cita dan harapkan komunitas dapat
tercapai.
2. Melakukan pengakhiran intervensi kepada komunitas yaitu Tim Kerja
Masyarakat. Terminasi dilakukan dengan menyampaikan kepada seluruh aparatur
desa, sistem sasaran, dan TKM yang secara partisipatif terlibat dalam rangkaian
kegiatan intervensi komunitas.
3. Penyerahan laporan Individu asesmen aras makro dalam bentuk soft-file kepada
suvervisi.
2. Rujukan
3.4 Refleksi
A. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung yang membantu praktikan selama
melaksanakan praktikan, diantaranya sebagai berikut :
1. Lingkungan tempat praktikan melaksanakan praktikum
Tempat praktikan melaksanakan praktikum tidak lain adalah tempat
praktikan lahir dan dibesarkan. Hal ini tentu saja membuat praktikan
lebih menguasai kondisi dan situasi yang ada di tempat praktikum.
2. Komunikasi dan relasi antara praktikan dan masyrakat sudah terbangun
Komunikasi dan relasi sudah terbangun sangat membantu praktikan
dalam melaksanakan praktikum. Hal ini membuat praktikan tidak
memerlukan banyak waktu utnuk beradaptasi
3. Pemerintah desa yang sangat antusias
Untuk pertama kalinya pemerintah desa mendapatkan pengetahuan
berkaitan dengan PPKS dan PSKS. Karena selama ini hanya
kemiskinanlah yang terdata sebagai penerima manfaat.
B. Faktor Penghambat
Dalam melaksanakan praktikum pasti ada berbagai hambatan. Begitu pula
dengan praktikan yang baru kali ini merasakan praktikum laboratorium.
Hambatan-hambatan tersebut antara lain :
1. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman pemerintah desa berkaitan
dengan PPKS dan PSKS.
2. Kurangnya pemahaman praktikan dalam memahami pedoman praktik
laboratorium.
3. Kurangnya bahan literasi menyebabkan praktikan agak sulit dalam
mencari kajian literatur.
4. Akibat pandemi covid-19 Praktikan merasa terbatasi dalam melakukan
kegiatan praktikum
Tim Penerjemah STKS Bandung. (2016). Teknik dan Panduan untuk Praktik
Pekerjaan Sosial. Bandung:STKSPress
journal.uinjkt.ac.idjournal.uinjkt.ac.id
justinlase.blogspot.comjustinlase.blogspot.com
demak58.blogspot.comdemak58.blogspot.com
LAMPIRAN LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Ijin Penjajakan Praktikum 1 Politeknik Kesejahtera
Lampiran 2
Surat Ijin Pelaksanaan Praktikum Labolatorium Mahasiswa Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung
Lampiran 3
BULAN FEBRUARI
NO KEGIATAN FEBRUARI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
TAHAP PRA
LAPANGAN
(PERSIAPAN)
1 MELAKUKAN
PENJAJAKAN
DI
KELURAHAN
PLOSO
2MENGIKUTI
PEMBEKALA
N
3MENGIKUTI
BIMBINGAN
DENGAN
DOSEN
BIMBINGAN
4 ENYUSUNAN
RENCANA
KEGIATAN
PRAKTIKUM
DI
KELURAHA
N PLOSO
5PERTEMUAN
DENGAN
APARAT
KELURAHA
N UNTUK
PERIZINAN
TAHAP LAPANGAN
(PELAKSANA)
6MELAKUKAN
PENGUMPUL
AN DATA
TENTANG
PMKS DAN
PSKS DI
KELURAHA
N
7 AJIAN
LITERATUR
TENTANG
PPKS, PSKS
DAN
PEKERJAAN
SOSIAL
BAIK
UNTUK
ARAS
MIKRO,MEZ
ZO MAUPUN
MAKRO
8TAHAP PRAKTIK
PADA
PROFIL 1 –
MIKRO
(ENGAGEME
NT, INTAKE,
KONTRAK,
ASESMEN,
RENCANA
INTERVENSI
)
9PEMBUATAN
SCENARIO
VIDEO PADA
PROFIL 1 -
MIKRO
10EMBUATAN
VIDEO PADA
PROFIL 1 -
MIKRO
BULAN MARET
NO KEGIATAN MARET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 2
10 TAHAP
PRAKTIK
PADA
PROFIL 2 –
MESSO
(ENGAGEM
ENT,
INTAKE,
KONTRAK,
ASESMEN,
RENCANA
INTERVENS
I)
11
PEMBUATAN
SCENARI
O VIDEO
PADA
PROFIL 2
– MESSO
12
PEMBUATAN
VIDEO
PADA
PROFIL 2 -
MESSO
BULAN APRIL
NO KEGIATAN APRIL
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 2
13 TAHAP PRAKTIK
PADA PROFIL 3
– MAKRO
(ENGAGEMENT,
INTAKE,
KONTRAK,
ASESMEN,
RENCANA
INTERVENSI)
14
PEMBUATAN
SCENARIO
VIDEO PADA
PROFIL 3 –
MAKRO
15
PEMBUATAN
VIDEO PADA
PROFIL 3 –
MAKRO
TAHAP
PENGAKHIRAN
16
ACARA
PERPISAHAN
17
MENYUSUN
LAPORAN
INDIVIDU
KETERANGAN :
: Kegiatan
: Libur
Lampiran 4
Note:
Alfan : sebagai praktikan
Pak Adib : Sebagai Ketua RW Lingkungan Peden
Bu Tukiyem : sebagai sasaran (fakir miskin)
Pemeran / Cast :
Alfan : Sebagai Praktikan
Pak Adib : Sebagai Ketua RW Lingkungan Peden
Ibu Endri : Sebagai Bu Tukiyem atau Sasaran ( Fakir Miskin )
engagement
(Praktikan datang kerumah ketua RW dan melakukan engagemen dengan pak ketua RW
tersebut serta meminta gambaran sasaran praktikan. Ketua RW kemudian memberikan
rekomendasi yang akan menjadi sasaran yaitu Bu Tukiyem.) (setting ruang tamu, POV
praktikan, dengan Key Person)
Dialog:
Alfan : Pak dari data ini, yang menurut Bapak yang benar-benar harus ditangani
permasalahan sosial dilingkungan Ploso ini kira-kira siapa ya biar bisa jadi sasaran
klien saya ?
Pak Adib : coba saya liat dulu datanya mas, ohh iya ini (sambil tunjuk data dan tandain )
bisa dibilang Ibu “Tukiyem” memiliki permasalahan sosial mas, beliau merupakan
fakir miskin, rumahnya di RT 02 sebelah kirinya ada warung sembako, jadiin aja
sasaran klien.
Alfan : okey Pak, oh iya ada kontaknya Ibuknya yg bisa dihubungin gak? biar sy buat
janji dulu sama Ibu Tukiyem siapa tau Ibuknya besok tidak ada dirumah
Pak Adib : ada nih mas nomernya ( mendikte nomor hp)
INTAKE
Alfan : Assalamualaikum
Tukiyem : waalaikumsalam. Ayok ayok masuk dulu
Alfan : Baik Bu terimakasih
Tukiyem : ohh ini yah adek mahasiswa yang tlp ibu kemaren
Alfan : iya ibuu
( Setting Diruang Tamu )
Alfan : ibu gimana kabarnya, Alhamdulillah sehat kan bu ?
Tukiyem : iya dek Alhamdulillah
Alfan : saya izin perkenalan lagi yah bu walaupun kemaren udh lewat telepon saya Alfan
mahasiswa Politeknik kesejahteraan sosial Bandung. karena saya sekarang sedang
melakukan praktikum yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan sosial
kebetulan saya mendapatkan informasi dari pak RW dan merekomendasi ibu untuk
menjadi informant saya. Kemaren di telepon ibu bilang bersedia menjadi informen
saya. Tapi saya ingin memastikan kembali apa ibu benar-benar bersedia menjadi
infomen saya :
Tukiyem : iya dek , saya sangat bersedia
Alfan : Alhamdulillah, baik karena ibu sudah bersedia maka saya akan bertanya beberapa
hal untuk gambaran ya bu.
Tukiyem : ohhh iya dek
Alfan : nama lengkap dan usia ibu berapa bu
Tukiyem : Tukiyem, umur 44 tahun
Alfan : pendidikan terakhir ibu
Tukiyem : tamatan Sd dek
Alfan : Kalau di rumah ini yang tinggal berapa orang bu
Tukiyem : 3 orang dek, saya sama suami, trus anak saya 1
Alfan : ohh terus ibu sehari-hari biasanya kerja apa bu
Tukiyem : yah jadi ibu rumah tangga aja dek tapi kadang bantu bikin kue orang. Mau kerja
apalagi dek cuman itu yang saya bisa, mau lamar kerja siapa yang mau terima tamatan sd
dek
Alfan : ohh trus kalau bapak kerjanya apa
Tukiyem : serabutan aja, yah kadang-kadang jadi kuli kalo ada panggilan disuruh nguli,
trus kalau ada orang atau tetangga yang barangnya rusak kaya tv, sound speaker,
perabotan dapur, lemari gitu gitu biasanya nyusuruh suami saya untuk diperbaiki
tapi yah upahnya ga seberapa. Jadi penghasilan gak tetap lah dek tapi kita selalu
syukuri yang penting ada buat makan sehari dek
Alfan : terus anak ibu bagaimana apa masih sekolah atau udah kerja
Tukiyem : anak saya lulusan smp dek boro boro mau dilanjutin sekolahnya uang buat
makan aja masih susah, sebenarnya kemarin sempat kerja bantuin orang jualan
jajanan kaya cilok, tahu bakso, gitu gitu dek tpi kena phk semenjak ada corona
soalnya dagangan makin sepi terus mau gamau yang punya usaha juga jualan
sendiri waktu itu trus sekarang nganggur jadi masih bergantung sama orang saya
dan suami
Alfan : ohh gitu yah bu, ibu yang sabar yah semoga anak ibuk segera mendapatkan
pekerjaan kembali. jadi dari yang ibu sampaikan tadi saya menangkap bahwa
permasalahan utama ibu itu adalah masalah ekonomi yah bu,
Tukiyem : Iya dek
Alfan : baik ibu sebelumnya terimakasih sudah tidak keberatan mau menceritakan
masalah ibu kepada saya.
Tukiyem : iya sama sama dek
CONTRACT
(Sasaran menandatangi Informed contract, dan statusny berubah menjadi klien)
Alfan : tadi ibu sudah menceritakan masalah ibu secara umum. Jadi apakah ibu ada
keinginan untuk keluar dari permasalahan yang ibu hadapin ?
Tukiyem : pengen sekali dek. adek kan mahasiswa jadi ibu percaya
Alfan : baik ibu karena ibu sudah percaya kepada sy untuk membantu
permasalahan yang ibu hadapi, jadi harapan saya kita bisa sama-sama saling
kerja sama dan kita sama-sama berusaha untuk mencari jalan keluar yang tepat
untuk keluar dari permasalahan ini.
kalau begitu ibu ini ada lembar persetujuan untuk ibu menjadi klien saya. Klien
artinya disini adalah orang yang akan ditolong untuk bisa meningkatkan
keberfungsian sosialnya ibu. Ibu kalaw setuju bisa langsung centang aja di kolom
setuju , tpi klw ibu tidak setuju ibu juga bisa centang di kolom tidak setujunya ibu
setelah itu ibu tanda tangan disini
Tukiyem: saya mah langsung setuju adek.
Alfan : baik bu terimakasih atas kepercayaannya, karena ibu sudah
menandatangani lembar persetujuannya maka ibu sekarang jadi klien saya ya
bu.
Tukiyem: baik
Alfan: Baik ibu, untuk sekarang sampai sini dulu. Nanti untuk agenda selanjutnya
kita bicarakan lagi ya bu. Kalau ibu ada hal-halyang perlu dibicarakan ibu boleh
langsung kabarin saya yah bu
Tukiyem: Baik , siap
Alfan: yasudah bu saya pamit dulu ya bu, sudah sore juga. Sebelumnya saya
berterimakasih atas kerjasamanya
Tukiyem : iya dek saya juga berterimakasih banyak atas bantuannya
Alfan : iya buk ya usdah saya pamit dulu yaa.. assalamualaikum
Tukiyem: Waalaikumsalam
Lampiran 5
Nama Narasumber :T
Isi Wawancara :
Dari hasil catatan proses diatas diketahui bahwa T merupakan seorang ibu rumah
tangga yang memiliki riwayat pendidikan terakhir SD ( Sekolah dasar ). Karena
faktor ekonomi, Klien T tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikannya sehingga
dalam keterampilan dan pengetahuannya sangatlah kurang. Hal tersebut
berpengaruh pada karir kerja klien karena untuk mendapatkan pekerjaan dengan
ijazah lulusan SD sangatlah susah bahkan untuk dijaman sekarang pun sepertinya
mustahil.
Lampiran 6