Anda di halaman 1dari 10

SocioEdu: Sociological Education Vol. 1 No.

1 Tahun 2020 | 1 – 10

SocioEdu: Sociological Education


https://e-journal.unmuhkupang.ac.id/index.php/se
ISSN 2746-3567 (online)

KEBIJAKAN PENDIDIKAN ANAK TERLANTAR DI PANTI ASUHAN ST. LOUIS


DE MONFORT KOTA KUPANG

Maria Lusiana Roja


Universitas Muhammadiyah Kupang, Indonesia
e-mail: yanaroja9876@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujauan untuk (1) mengetahui bagaimana implementasi kebijakan
pendidikan anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang, dan (2) memahami
bagaimana dampak kebijakan pendidikan terhadap anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfrot
Kota Kupang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Subjek penelitian
adalah anak terlantar dan Kepala Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang. Data penelitian
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Data penelitian ini
dianalisis menggunakan teknik analisis kualitatif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan kebijakan pendidikan
yang meliputi pendidikan formal, informal dan nonformal di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
Kupang. Kebijakan pendidikan formal dilakukan melalui lembaga pendidikan (sekolah) dengan mutu
yang baik, yang tersebar di beberapa wilayah Kota Kupang. Pendidikan informal dilaksanakan melalui
tiga sistem, yaitu kekeluargaan, keteladanan dan kedisipilinan yang mampu membentuk karakter anak.
Sedangkan keterampilan yang merupakan aspek pendidikan nonformal dilaksanakan melaui pelatihan,
baik dari pihak panti sendiri maupun dari kerjasama dengan Pemerintah Kota Kupang. Dalam proses
kebijakan pendidikan tersebut terdapat kendala yakni keterbatasan biaya pendidikan yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur.

Kata Kunci: Kebijakan Pendidikan, Anak Terlantar

ABSTRACT: The aims of the research are (1) to find out how the implementation of the educational
policy of abandoned children at the Orphanage St. Louis De Monfort Kupang, (2) to understand how
the impact ofthe educational policy to abandoned children at the Orphanage St. Louis De Monfort
Kupang. The research used qualitative method. The subject of the research was the Head of the St.
Orphanage Louis De Monfort Kupang. The data of this research were collected through observation,
interviews, notes, and documentation. The data were analyzed using qualitative analysis techniques, it
consist of data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of
the research are the implementation of educational policies that include formal, informal and non-
formal education at St. Orphanage Louis De Monfort Kupang has been implemented well in accordance
with education guidelines. In the educatioaln policy process for abandoned children, it found
obsatclesthat is the limited of education cost from regional government. Nevertheless, educational
policy has had a positive impact to the life of abandoned children. Through the formal education, they
can continue their education to a higher level. Formal education policy is carried out through
educational institutions (schools) with good quality, which are spread in several areas at Kupang city.
Informal education is carried out through three systems, they are kinship, role model and discipline to
shape the character of children. While skills which are aspects of non-formal education, are carried out
through training, both from the orphanage itself and from collaboration with the Kupang City
government.

Keywords: Educational policy, Abandoned children.

PENDAHULUAN tanggal 22 Oktober tahun 2019, diketahui bahwa


Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ada persoalan yang terjadi dalam kehidupan sehari-
awal dengan kepala Panti Asuhan St. Louis De hari. Persoalan yang terjadi yaitu: (1) Kurangnya
Monfort Kupang (Sr. M. Stanisia, PRR) pada perhatian dari pemerintah terhadap biaya

Coresponding Autor: Maria Lusian Roja


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

pendidikan anak di Panti Asuhan St. Louis De Analisis kebijakan pendidikan untuk anak
Monfort Kota Kupang, dan (2) kurangnya perhatian terlantar di kota Yogyakarta dari hasil penelitian
dari pemerintah terhadap biaya hidup anak di Panti Syahrul menunjukan bahwa di dalam kebijakan
Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang. pendidikan layanan khusus untuk mengangkat anak
Menyikapi masalah tersebut masyarakat, terlantar dengan melalui pendidikan informal dan
pemerintah, organisasi sosial terus berupaya nonformal sudah tidak sama lagi dengan realita
menangani masalah sosial tersebut agar hak-hak kehidupan di Kota Yogyakarta. Bukan hanya itu
anak seperti pendidikan, kesehatan, dan saja, juga dalam pelaksanaan “akuntabilitas jalur
perlindungan sosial lainnya (Syahrul & Datuk, pendek” oleh Dinas Sosnakertrans Kota Yogyakarta
2018). Akan tetapi kesejahteraan hidupan anak yang menyalurkan bantuan secara langsung ke
panti sangat bertolak belakang dengan kebijakan rekening masing-masing anak terlantar, sementara
pendidikan yang tidak menunjang kebutuhan “akuntabilitas jalur panjang” oleh Dinas Pendidikan
kehidupan mereka. Hingga saat ini, pemerintah Kota Yogyakarta memberikan bantuan untuk anak
kurang memperhatikan serta tidak memberikan terlantar melalui penghubung pengelola PKBM atau
kemudahan kehidupan dan pendidikan anak rumah singgah. Oleh karena itu, kebijakan
terlantar tersebut (Bordonaro, 2012; Harris, pendidikan berdampak pada anak terlantar di Kota
Johnson, Young, & Edwards, 2011; McAlpine, Yogyakarta, namun kebijakan ini belum maksimal
Henley, Mueller, & Vetter, 2010; Naterer & karena kurangnya dukungan dari Dinas Pendidikan
Godina, 2011; Njord, Merrill, Njord, Lindsay, & Kota Yogyakarta dan anak terlantar hanya sebagai
Pachano, 2010). Panti ini didirikan setelah disetujui profit bagi pengelola lembaga pendidikan anak
oleh pemerintah dan bekerjasama dengan terlantar (Syahrul & Wardana, 2017).
pemerintah, tapi kenyataannya sampai saat ini Di sisi lain, Griya Baca Kota Malang telah
Pemerintah kurang memperhatikan panti asuhan menunjukan bahwa pada Griya Baca Kota Malang
tersebut dari biaya pendidikan hingga kehidupan sudah melaksanakan pendidikan karekter bagi para
sehari-harinya sehingga para pengurus yayasan dan anak terlantar. Penelitian melihat adanya
pengurus panti harus berjuang dan bekerja mati- implementasi pendidikan karekter bagi anak
matian demi pendidikan dan kehidupan anak panti terlantar menggunakan cara melatih mereka,
tersebut (Stanisia, 2019). menanamkan nilai religius, akhlak, dan melatih
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh membaca Al-Qur’an sekaligus materi keagamaan
Nurhidayat, tentang kebijakan pemerintah kota juga dapat membantu mengembangkan bakat dan
terhadap pendidikan anak terlantar (Studi Kasus minat yang ada pada diri anak terlantar tersebut
Pemkot Surakarta), menunjukan bahwa dengan (Parera, 2016). Sementara itu, dalam hasil
mendirikan rumah singga dan program beasiswa penelitian Harefa tentang pelaksanaan kebijakan
pendidikan untuk anak terlantar merupakan program pembinaan anak terlantar di Kota Medan
perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah menunjukkan pelaksanaan program penertiban dan
daerah Kota Surakarta. Namun dengan kurangnya sosialisasi serta pelatihan keterampilan adalah
Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut yang sangat kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota
benar menekuni dalam mengelolah anak terlantar, Medan (Harefa, 2017).
khususnya di dalam sektor pendidikan yang Selain itu, hasil penelitian Febrianti tentang
menjadi masalahannya. Di sisi lain, dengan adanya pelayanan kesejateraan sosial terhadap anak
rumah singgah tersebut masih terdapat banyak anak terlantar di Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama
terlantar yang merasa diri mereka tidak bebas dapat diketahui bahwa tahapan pelayanan anak
karena hidup mereka selalu dikekang. Sedangkan terlantar menggunakan Generalist Intervention
pelaksanaan perencanaan pendidikan anak terlantar Model (GIM) yakni: tahapan pendekatan awal
dengan mendirikan rumah singgah tersebut serta (engagement), assesment, tahapan planning,
memberikan program beasiswa pendidikan bagi tahapan intervention (yang di dalamnya terdapat
anak terlantar merupakan model kebijakan pelayanan bimbingan sosial, bimbingan
pemerintah daerah Kota Surakarta. Pendidikan keterampilan, bimbingan fisik, bimbingan mental,
formal serta pendidikan keterampilan merupakan bimbingan pendidikan), tahapan evaluasi, tahapan
proses pelaksanaan pembelajaran oleh pemerintah pengakhiran pelayanan atau terminasi dan follow-up
daerah Kota Surakarta. Agar pelaksanaan program (tindak lanjut) meliputi tahapan resosialisasi,
dapat berjalan lebih maksimal, Pemerintah Kota tahapan penyaluran, dan tahapan bimbingan lanjut.
sebagai pengatur juga mengadakan suatu kerjasama Kemudian dapat diketahui juga bentuk-bentuk dari
dengan lembaga pendidikan anak terlantar, dan pelayanan kesejahteraan sosial yakni, pelayanan
program ini juga didukung oleh seluruh elemen pengasramaan, pelayanan kebutuhan pangan,
masyarakat (Nurhidayat, 2012). pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan,

2| SocioEdu: Sociological Education


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

pelayanan konseling, pelayanan keagamaan, dari gambaran-gambaran di atas, maka program


pelayanan keterampilan, pelayanan transportasi, pendidikan anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis
pelayanan rekreasi atau hiburan, dan pelayanan De Monfort Kota Kupang dapat digambarkan
tabungan (Febrianti, 2014). sebagai berikut.
Berdasarkan pada beberapa penelitian di atas,
maka penelitian ini bertujauan untuk mengetahui Pendidikan Formal untuk Anak Terlantar oleh
bagaimana implementasi kebijakan pendidikan Pemerintah Kota Kupang
anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Pendidikan formal merupakan pendidikan
Kota Kupang, dan memahami bagaimana dampak yang berlangsung secara teratur, sistematis,
kebijakan pendidikan terhadap anak terlantar di mempunyi jenjang serta mengikuti peraturan-
Panti Asuhan St. Louis De Monfrot Kota Kupang. peraturan tertentu secara ketat dan disiplin.
Pendidikan ini berlangsung di sekolah dan terikat
METODE oleh waktu yang telah ditentukan. Pelaksanaan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian pendidikan formal oleh Pemerintah Kota Kupang
ini ialah kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah yang bekerja sama dengan Panti Asuhan St. Louis
Kepala Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota De Monfort Kota Kupang berusaha memenuhi
Kupang. Teknik pengumpulan data dalam kebutuhan anak terlantar terhadap pendidikan
penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, formal dengan memasukan anak terlantar ke
catatan lapangan, dan dokumentasi. Data yang telah sekolah.
diperoleh diuji kembali dengan menggunakaan Stanisia (Wawancara Sabtu 29 Februari
triangulasi sumber, triangulasi teknik dan 2020) mengatakan bahwa,
triangulasi waktu. Data kemudia dianalisis dengan pertama, anak-anak terlantar di Panti Asuhan St.
menggunakan model yang di terapkan oleh Miles Louis De Monfor Kota Kupang yang yang
dan Huberman yang di dalamnya terdiri atas empat mengakses pendidikan jalur formal dikelompokan
hal yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian sesuai usianya, yaitu (1) anak yang berusia sekitar
data, dan penarikan kesimpulan. 4 sampai 6 tahun disekolahkan pada sekolah
Taman Kanak-Kanak (TKK), (2) yang berusia 7
HASIL DAN PEMBAHASAN sampai 12 tahun disekolahkan di Sekolah Dasar
(SD), (3) yang usianya 13 sampai 15 tahun
Kebijakan Pendidikan untuk Anak Terlantar di disekolahkan di Sekolah Menengah Pertama
Kota Kupang (SMP), (4) sedangkan anak usia 16 sampai 18
Pemerintah Kota Kupang yang bermitra tahun disekolahkan di Sekolah Menengah Atas
dengan Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota (SMA)/sederajat. Kedua, anak-anak terlantar usia
Kupang dalam memberikan pelayanan ketentraman TKK sampai SMP yang dibina di dalam Panti
bagi anak terlantar yang tinggal di Panti Asuhan St. Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang
Louis De Monfort Kota Kupang. Mereka terdiri dari mengikuti pendidikan formal di bawah Yayasan
anak yang diterlantarkan oleh orang tuanya, anak Mgr. Gabriel Manek, SVD. Sedangkan anak-anak
yatim, anak piatu, maupun anak yatim piatu. Oleh terlantar usia setingkat SMA mengakses
pendidikan secara tersebar di beberapa sekolah
karena itu, mereka sangat mendambakan dan umum di Kota Kupang. Anak-anak terlantar
merindukan kasih sayang dari orangtua, bimbingan, mendapatkan beasiswa dan mereka dibebaskan
tuntutan, perhatian serta pendidikan dengan harapan dari biaya pendidikan (Stanisia, 2020a).
mereka dapat terangkat fungsi sosialnya tanpa harus
merasa minder apabila terjun ke dalam masyarakat Berdasarkan pernyataan di atas, alasan
nanti (Mas’ud, 2019). pemilihan lokasi sekolah formal bagi anak-anak
Masa depan anak-anak ini jika diterawang terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
akan terlihat suram. Betapa tidak, karena Kupang meliputi tiga hal, yaitu,
pendidikan dari hari ke hari, dari waktu ke waktu Pertama adalah jarak sekolah tidak terlalu jauh
terus berkembang sesuai dengan tuntutan dengan Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
pembangunan yang memerlukan banyak aktifitas. Kupang, jarak yang tidak terlalu jauh tersebut
Anak-anak terlantar di era sekarang ini menjadi sulit mempermudah anak untuk menjangkau sekolah.
kedudukannya untuk berpacu dengan anak-anak Kedua adalah mutu atau kualitas sekolah tersebut,
lain yang masih memiliki orangtua dalam segala apabila mutu atau kualitas sekolah tersebut baik.
bidang, terutama pendidikan. Mendidik dan Alasan yang ketiga adalah karena sekolah tersebut
mengurus anak-anak terlantar tidaklah mudah, akan mendukung dalam membekali anak-anak
terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort
melainkan membutuhkan keseriusan dan keahlian
Kota Kupang untuk mencari pekerjaan selepas
yang lebih agar kelak anak-anak tersebut menjadi SMA, rata-rata lulus SMA, anak-anak akan
seorang yang mandiri dalam hidupnya. Berangkat

SocioEdu: Sociological Education|3


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

banyak yang memiliki keinginan untuk bekerja Pemerintah Kota Kupang yang bermitra dengan
(Stanisia, 2020a). Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang
melaksanakan program pendidikan informal
Berdasarkan data yang diperoleh dari
melalui beberapa metode atau cara sebagai berikut:
pengurus Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
Kupang tentang anak terlantar yang menempuh
Pendidikan Informal dengan Sistem Kekeluargaan
jalur pendidikan formal tahun 2019/2020 terdiri dari
Proses pendidikan informal yang saat ini
TKK 3 peserta didik, SD 11 peserta didik, SMP 17
sedang berlangsung di Panti Asuhan St. Louis De
peserta didik, dan SMA/sederajat 16 peserta didik.
Monfort Kota Kupang menggunakan pendidikan
Di antara program pendidikan formal tersebut anak
informal dengan menggunakan sistem
yatim, anak piatu, dan anak yatim piatau bahkan ada
kekeluaragaan yang mengaitkan hubungan antara
anak yang sengaja diterlantarkan oleh orangtuanya
anak terlantar dengan para pengurus panti, ataupun
karena faktor ekonomi bahkan ada masalah-
sebaliknya pula dan serta sesama mereka anak
masalah lain pada orangtuanya yang membuat
terlantar. Salah satu sistem kekeluargaan yang
anaknya menjadi tak terurus. Jadwal kegiatan
ditanamkan sejak dulu di Panti Asuhan St. Louis De
pendidikan formal atau kegiatan sekolah untuk
Monfort Kota Kupang adalah dengan
masing-masing anak terlantar antara jam 07:00
memposisikan antara pengurus panti dan anak
Wita–14:00 Wita. Pendidikan tersebut dilakukan
terlantar layaknya seorang teman tanpa harus
Senin sampai dengan Sabtu dan berlangsung di
membeda-bedakan, apa lagi kita ketahui bahwa
lingkungan sekolah masing-masing (Stanisia,
mereka sangat membutuhkan perhatian yang lebih
2020a).
dari para pengurus panti. Jika ada permasalahan
yang dialami oleh anak terlantar biasanya
Pendidikan Informal untuk Anak Terlantar oleh
diselesaikan sendiri, baru setelah mengalami
Pemerintah Kota Kupang
kesulitan anak-anak akan menceritakan dengan
Pendidikan informal merupakan pendidikan
pengurus panti.
yang didapat oleh sesorang dari pengalaman dalam
Pengurus panti yang bertindak sebagai
kehidupan sehari-hari baik secara sadar ataupun
tidak sadar di sepanjang hidup. Proses pendidikan penganti orangtua anak tersebut selalau
memberikan nasehat kepada anak terlantar dan
ini berlangsung di dalam keluarga, pergaulan dan
berusaha selalu menjadi seorang kawan atau
perkumpulan. Pendidikan informal merupakan
sahabat yang terbaik tanpa harus membedakan
suatu proses belajar yang berjalan alami dan
bahwa ia seorang anak dan ia seorang pengurus
berlangsung bebas menyertai kehidupan setiap
panti, sehingga anak terlantar tersebut akan merasa
harinya. Usia anak merupakan masa dimana
mereka sanagat akrab dengan pengurus panti.
pembentukan dasar-dasar karakteristik atau watak
kejiwaan mereka dimulai (Syahrul & Wardana, Mereka juga harus selalu mampu meberikan
dorongan dan motivasi yang mendorong anak-anak
2017).
terlantar tersebut. Selain itu, anak terlantar tersebut
Di dalam lingkungan Panti Asuhan St. Louis
De Monfort Kota Kupang, selain diusahakan akan dilatih oleh para pengurus panti untuk
memiliki kepekaan tinggi kepada lingkungan
terjaminnya kebutuhan lengkap yang diperlukan
setempat di sekitar, mempunyai empati atau
anak yaitu, kebutuhan fisik dan psikologis, anak
persaudaraan terhadap sesama anak maupun
juga dididik harus bisa untuk hidup mandiri. Anak
pengurus panti asuhan tersebut. Hal tersebut dapat
dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap
ditunjukan dengan tingkah laku anak yamg dengan
apa yang dilakukannya sesuai dengan
saadarnya membantu dan menolong penghuni panti
kemampuannya sebagai seorang anak, sehingga
Pemerntah Kota Kupang dan pengurus Panti yang lain yang sangat membutuhkan bantuan.
Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang
Pendidikan Informal dengan Sistem Keteladanan
mengharapkan anak terlantar tanggap terhadap
Pendidikan informal yang saat ini sedang
permasalahan kemanusiaan, terhadap lingkungan
berjalan di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
dan alam sekitarnya serta peka terhadap kerja.
Kupang berlaku adanya sistem keteladanan
Anak terlantar dididik oleh pengurus dan
pengurus panti. Keteladaan tersebut dilakukan oleh
pengasuh tentang budi pekerti, sopan santun dan
para pengurus panti dengan tujuan agar bisa
tentang rasa antara sesama penghuni panti.
mendorong dan memotivasi anak terlantar agar bisa
Pendidikan, peraturan, dan kehidupan ala panti
mengikuti tingkah laku dan tindakan yang telah
secara otomatis terakumulasi di dalam diri anak
dicontohkan oleh pengurus panti tersebut.
terlantar sehingga mereka antara sadar dan tidak
Pendidikan informal yang diperoleh anak
sadar mendapatkan pendidikan yang belum tentu
terlantar dari tugas-tugas yang dipercayakan
mereka dapatkan dalam keluarga mereka sendiri.
4| SocioEdu: Sociological Education
Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

terhadapnya merupakan pengalaman yang nonformal di Panti Asuhan St. Louis De Monfort
didapatnya dalam kehidupan sehari-hari yang Kota Kupang diketahui sebagai berikut.
memiliki dampak yang baik bagi diri anak terlantar
Pembinaan Keagamaan
tersebut. Ini bisa terjadi dalam lingkungan keluarga
Agama merupakan suatu dasar atau fondasi
atau panti sendiri, dalam pergaulan sehari-hari,
dalam menjalani kehidupan kita manusia sehari-
organisasi dan sebagainya. Maka anak-anak
hari. Apabila kita sebagai manusia memiliki agama
terlantar yang tinggal di panti secara langsung atau
yang sangat kuat maka dengan sendirinya akan
tidak langsung akan mengikuti peraturan yang
memiliki prinsip yang akan kuat pula. Panti Asuhan
berlaku di panti asuhan tersebut.
St. Louis De Monfort Kota Kupang yang bermitra
Pendidikan Informal dengan Sistem Kedisiplinan dengan Pemerintah Kota Kupang mengadakan
Proses sosialisasi di Panti Asuhan St. Louis pembinaan keagamaan untuk membekali lebih
De Monfort Kota Kupang berlaku ganjaran dan dalam keagamaan tersebut otomatis pengetahuan
hukuman. Pemberian hukuman dan ganjaran tentang agama kepada anak terlantar. Anak terlantar
tersebut diberikan kepada anak terlantar agar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang
melatih kedisiplinan anak-anak. Hukuman yang semua beragama Katolik sehingga pembinaan yang
dikenakan pada semua anak terlantar dengan tetap dilaksanakan di setiap harinya hanya pembinaan
melihat usia anak terlantar tersebut. Pemberian agama Katolik saja.
hukuman tersebut disesuaikan dengan bidang Kegiatan kegamaan yang setiap hari
kegiatan yang sedang dijalankan. Anak-anak akan dilakukan anak terlantar ialah meliputi syering kitab
dituntut untuk dapat bertanggung jawab terhadap suci serta berdoa setiap pagi dan sore. Berdoa setiap
apa yang diberikan panti, sanski sifatnya hanya pagi dilakukan di gereja terdekat, sedangkan berdoa
membuat kesalahan sama dikemudian hari. sore dilakukan di panti asuhan. Berdoa pagi
Dalam mendidik anak-anak terlantar baik dilakukan tepat pukul 06.00 Wita sedangkan berdoa
yang masih kecil ataupun sudah dewasa semuanya sore dilakukan tepat pukul 18.00 Wita.
dilakukan dengan penuh perasaan dan juga Pendidikan Keterampilan
kesabaran sehingga anak terlantar tersebut mudah Pendidikan keterampilan ini dilaksanakan
mengerti dan memahami. Hal ini dimaksudkan agar oleh Pemerintah Kota Kupang yang bekerjasama
para pengurus panti lebih dekat dengan anak dengan Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
terlantar. Meski demikian dalam mendidik anak Kupang. Program pendidikan keterampilan
terlantar yang masih kecil relatif lebih sulit karena menekankan pada kegiatan mengasah keterampilan.
kemampuan anak kecil dalam menerima dan Dalam program ini anak diberikan berbagai
memahami apa yang diajarkan oleh para pengurus keterampilan, seperti menjahit, bercocok tanam
panti masih cukup rendah. seperti sayur-sayuran. Penyelenggaraan kegiatan
Pendidikan Nonformal untuk Anak Terlantar oleh keterampilan ini dilaksanakan di Panti Asuhan St.
Pemerintah Kota Kupang Louis De Monfort Kota Kupang pada setiap hari
Pendidikan nonformal yaitu pendidikan yang Minggu maupun hari libur lainnya. Dengan adanya
dilaksanakan secara tertentu dan sadar tetapi tidak suatu program pendidikan keterampilan di panti ini
terlalu mengikuti peraturan yang ketat. Pendidikan sangat bermanfaat bagi anak terlantar karena
berlangsung di luar sekolah dan dilaksaanakan keterampilan ini yang dapat diterapakan oleh anak
secara terstruktur, terprogram serta, bersifat untuk mempersiapkan mereka menuju masa depan
fungsional dan praktis (Syahrul & Wardana, 2017). yang lebih baik lagi. Selain itu, keterampilan ini
Program ini dilakukan oleh pihak Panti Asuhan St. diharapkan agar semua anak terlantar dapat hidup
Louis De Monfort Kota Kupang dengan bekerja lebih mandiri setelah keluar dari panti asuhan
sama dengan Pemerintah Kota Kupang memberikan tersebut.
pendidikan nonformal kepada anak terlantar dengan
pengajar atau pelatihannya dari panti asuhan Faktor Pendukung dan Penghambat
sendiri. Tujuannya tidak hanya memberikan Implementasi Kebijakan Pendidikan Anak
pengetahuan saja tetapi juga untuk membekali Terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort
anak-anak dengan keterampilan-keterampilan yang Kota Kupang
nantinya sangat diharapakan dapat berguna bagi
Faktor Pendukung
kelangsungan hidup anak terlantar, atau dapat
Adanya Bantuan dari Masyarakaat
dikatakan sebagai modal kehidupan mereka setelah
Masyarakat setempat atau masyarakat dari
mereka sudah keluar dari panti dan berada di
tengah-tengah masyarakat. Kegiatan pendidikan luar dapat berpartisipasi dalam memenuhi
kebutuhan yang berkaitan dengan pendidikan anak-

SocioEdu: Sociological Education|5


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

anak yang menempati atau tinggal di Panti Asuhan semuanya tergantung dari orang yang akan
St. Louis De Monfort Kota Kupang baik berupa memeberikan sumbangan. Lain halnya dengan
bantuan dalam bentuk uang atau dalam bentuk bantuan dari para Pemerintah Kota Kupang yang
perlengkapan dan peralatan sekolah, seperti buku, memberikan bantuan biaya pendidikan kepada anak
tas,sepatu dan seragam. Hal ini diperjelas oleh terlantar tersebut. Pemerintah Kota Kupang
Stanisia (Sabtu 7 Maret 2020) yang memberikan sumbangan biaya pendidikan kepada
anak terlantar ke panti asuhan pertahunnya Rp.
mengungkapkan bahwa
900.000/anak untuk dikelolah. Namun yang
kami pengurus panti berjuang dengan cara kami
menjadi persoalan adalah pertama, bantuan tersebut
masing-masing, ada suster yang meminta bantuan tidak mencukupi untuk biaya pendidikan anak di
dari para pengusaha di Kota Kupang dan ada jenjang Sekolah Menengah Atas karena anak-anak
suster juga yang meminta bantuan lewat teman terlantar usia setingkat SMA yang mengakses
suster yang lain di Jakarta. Puji Tuhan, ada pendidikan di sekolah umum diberlakukan biaya
pengusaha di Kota Kupang bahkan ada yang dari administrasi yang seragam dengan anak-anak yang
Jakarta yang bekerja sama dengan teman suster bukan anak terlantar. Kedua, tidak semua anak
disana, tiap bulan mereka memberikan donasi terlantar mendapatkan beasiswa (Stanisia, 2020b).
berupa uang. Tidak hanya itu, ada masyarakat Sebuah pelaksanaan peraturan perlu
setempat juga yang ikut berpartisipasi dengan dijelaskan secara terbuka tujuan yang umum
memberikan sumbangan berupa uang maupun
peralatan dan perlengkapan sekolah, seperti buku,
menjadi tujuan khusus yang lebih pasti. Dalam
tas, sepatu dan seragam (Stanisia, 2020b). penjelasan peraturan itu, perlu adanya pengaturan
sumber daya serta peralatan kelompok lainnya.
Adanya Bantuan dari Pemerintah Kota Kupang Dalam proses pelaksanaan peraturan pendidikan,
Terkait dengan pemenuhan dan kebutuhan ada beberapa hal terkait faktor pendukung dan
hak-hak anak terlantar, maka Pemerintah Kota faktor penghambat yang perlu diperhatikan yaitu,
Kupang bekerjasama dengan Yayasan Panti Asuhan yang pertama ialah manusia setelah itu struktur,
St. Louis De Monfort Kota Kupang memiliki proses administrasi manajemen diikuti oleh dana
program yang bertujuan mencerdaskan anak bangsa dan daya (Hasbullah, 2015).
melalui pendidikan formal, informal dan non Berdasarkan data hasil penelitian diketahui
formal. bahwa faktor penghambat kebijakan pendidikan
Stanisia sebagai Kepala Panti Asuhan St. untuk anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis De
Louis De Monfort Kota Kupang mengungkapkan Monfort Kota Kupang adalah keterbatasan biaya
bahwa bantuan dari Pemerintah Kota Kupang pendidikan. Menyikapi masalah tersebut para
sebesar Rp. 900.000/anak tiap tahunnya. Dari sisi pengurus panti berjuang dan bekerja keras guna
lainnya, bantuan yang datang dari pemerintah Kota mencukupi biaya pendidikan anak.
Kupang tersebut cukup membantu panti asuhan Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
dalam meringankan biaya pendidikan anak di panti Hasbullah mengenai indikator keberhasilan
asuhan tersebut. Namun dari sisi lain, nilai uang kebijakan pendidikan adalah perlu dianalisa
yang diberikan oleh pemerintah sangat tergolong kembali tentang peraturan yang dapat mendukung
kecil dan bahkan hsmpir tidak bisa digunakan untuk kebijakan tersebut, personil, keuangan, dan
memenuhi biaya pendidikan anak terlantar yang prasarana lainnya yang dapat mendukung
sedang menempuh pendidikan di Sekolah pelaksanaan suatu kebijakan. Banyak pihak yang
Menengah atas/sederajat (Stanisia, 2020b). berkaitan juga sangat menentukan akan
keberhasilan dalam pelaksanaan peraturan
Faktor Penghambat pendidikan seperti kelompok formal, informal,
Terbatasnya biaya pendidikan menjadi suatu suprastruktur, infrastruktur, dan fungsional
faktor yang meperlambat implementasi kebijakan (Hasbullah, 2015).
pendidikan untuk anak terlantar di Panti Asuhan St. Dengan demikian jika dibandingkan dengan
Louis De Monfort Kota Kupang. Sumber dana Panti situasi yang ada di Panti Asuhan St. Louis De
Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang berasal Monfort Kota Kupang telah dilakukan tahap
dari Pemerintah Kota Kupang, donatur tetap, seperti peningkatan kesejahteraan anak oleh para pengurus
beberapa pengusaha di Kota Kupang dan Jakarta, panti melalui kerjasama dengan masyarakat
dan donatur tidak tetap, seperti masyarakat setempat maupun pihak lain, sehingga pada konteks
setempat. ini menunjukan upaya untuk mengatasi hambatan
Jumlah nominal uang yang diberikan oleh yang terjadi dalam proses kebijakan pendidikan
setiap orang yang memberi bantuan atau anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort
penyumbang tidak selalu sama setiap diberikan Kota Kupang.

6| SocioEdu: Sociological Education


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

Dampak Kebijakan Pendidikan untuk Anak beberapa anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis
Terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort De Monfort. Setelah mereka menyelesaikan
Kota Kupang pendidikan pada tingkat SMA/sederajat, mereka
Pelaksanaan kebijakan pendidikan bagi anak mampu melanjutkan pendidikan di perguruan
terlantar merupakan bagian dari implementasi tinggi. Bukti ini merupakan wujud tercapainya
Undang-Undang Dasar 1945 Alinea keempat dan kebijakan program pendidikan formal pada anak
pasal 34 ayat (1) UUD 1945. Apabila kebijakan ini terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota
dilaksanakan dengan tepat makan akan tercapai Kupang (Stanisia, 2020b).
keadilan dan pemerataan di bidang pendidikan.
Menurut Hasbullah, untuk mencapai suatu Dampak Pendidikan Informal pada Anak
keberhasilan implementas kebijakan perlu adanya Terlantar
kesamaan pandangan, tujuan dan komitmen semua Pendidikan informal ini sangat dipengaruhi
pihak untuk memberikan dukungan bagi oleh keluarga dan lingkungan masyarakat setempat
pelaksanaan (Hasbullah, 2015). dalam membentuk sikap dan prilaku seseorang
Adanya kerjasama dan dukungan dari anak. Di sisni anak mengenal bahasa paling
instansi pemerintah Kota Kupang, pengusaha dan pertama, serta kebiasaan yang sering dilakukan oleh
masyarakat yang peduli terhadap anak terlantar, keluargamya ia akan ingat dan akan dibawa hingga
telah menjadi sala satu faktor yang mendukung dewasa, sehingga pendidikan ini akan
implementasi kebijakan dalam bidang pendidikan. mempengaruhi jiwa seorang anak. Pendidikan
Sala satu bukti nyata dari upaya ini dapat terlihat informal merupakan pendidikan yang sangat
pada anak terlantar di Panti Asuhan St. Louis De fundamental, sebelum melanjutkan pendidikan
Monfort Kota Kupang. Anak terlantar pada panti formal. Keberhasilan pendidikan formal atau
asuhan tersebut sudah sepenuhnya mendapatkan pendidikan sekolah semuanya sangat bergantung
hak untuk memperoleh pendidikan melalui pada pendidikan dalam kelurga seperti yang kita
kebijakan pendidikan berupa programpendidikan ketahui baik buruknya tingkah laku seorang anak
formal, informal dan nonformal. tergantung bagaiamana cara keluaraga lebih
khususmya kedua orangtua mengajari mereka dari
Dampak Pendidikan Formal pada Anak Terlantar awal pertumbuhan dari mereka lahir sampai pada
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mereka mengerti.
bahwa pendidikan formal merupakan pendidkan Menurut Mansur pendidikan keluarga
yang berlangsung secara teratur, sistematis, merupakan proses pemberian yang positif bagi
mempunyi jenjang serta mengikuti syarat-syarat tumbuh kembang anak dan merupakan dasar untuk
tertentu secara ketat (Dillahunt, Wang, & Teasley, pendidikan selanjutnya (Mansur, 2005). Pendapat
2014; Saltan & Arslan, 2016). Sekolah merupakan yang hampir sama juga dikemukakan oleh Abdullah
lembaga yang memberikan layanan pendidikan yang mendefinisikan pendidikan keluarga sebagai
formal bagi masyarakat. Tujuan utama dari usaha orangtua, berupa pembiasaan dan improvisasi
pendidikan formal adalah agar dapat membantu untuk membantu dalam perkembangan pribadi anak
anak untuk membentuk kepribadiannya yang akan (Abdullah, 2003).
mendorong seorang anak terlantar tersebut Bagi anak-anak terlantar yang tidak memiliki
memiliki kedewasaan jasmani maupun rohani keluarga, panti asuhan dan rumah singgah menjadi
(Asongu & Odhiambo, 2019; Mondada et al., 2017). salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan
Selain itu, pendidikan formal juga membantu dalam informal berupa nilai-nilai moral, keteladanan dan
meningkatkan kemampuan akademis sehingga anak interaksi sosial. Hal ini terlihat pada anak-anak
mampu memecahkan berbagai permasalahan. terlantar di Panti Asuhan St. Louis De Monfort.
Pendidikan formal juga berperan melatih Pendidikan informal yang diterapkan oleh Panti
mental, fisik, kedisiplinan dan tanggung jawab asuhan ini telah mampu mengubah perilaku dan
seseorang. Melalui pendidikan formal, sesorang kepribadian anak-anak menjadi lebih baik.
mendapat kesempatan untuk mengembangkan diri, Beberapa anak yang awalnya merasa asing dengan
membangun interaksi sosial dengan sesama dan lingkungan sekitar, kini memiliki kepedulian yang
yang utama adalah membentuk identitas diri. tinggi, rasa percaya diri dan disiplin. Fakta ini
Pendidikan formal menjadi sarana untuk menunjukkan bahwa panti asuhan, yang didukung
mempersiapkan seseorang menuju suatu pendidikan oleh pemerintah Kota Kupang, telah menjalankan
yang sempurna dan mendalami pendidikan yang peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai luhur
akan lanjutan tersebut agar dapat memperkuat ilmu pada anak-anak (Stanisia, 2020b).
yang telah mereka dapatkan (Cohen, Jones, Smith,
& Calandra, 2017). Hal ini juga yang dirasakan oleh

SocioEdu: Sociological Education|7


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

Dampak Pendidikan Nonformal pada Anak terlantar dikelola secara baik dan transparan oleh
terlantar pemerintah daerah. Selain itu, kerjasama
Menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang masyarakat dan pihak swasta juga sangat
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan dibutuhkan, baik melalui beasiswa ataupun
Nasional dan peraturan pemerintah Nomor 17 sumbangan langsung. Apabila semua hambatan ini
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan masih terus terjadi, maka akan sangat berdampak
Penyelenggaraan Pendidikan menyebutkan bahwa pada pendidikan anak dan secara tidak langsung
pendidikan nonformal dalah jalur pendidikan yang berpengaruh pada program pemerataan pendidikan
diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan yang sedang dijalankan pemerintah pusat.
secara terstruktur dan berjenjang. Pendidkan
nonformal sangat penting untuk pemenuhan KESIMPULAN
kebutuhan pendidikan masyarakat. Hal ini sejalan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dengan kebijakan pembangunan pendidikkan yang telah peneliti jelaskan di atas maka peneliti
Nasional yang telah diarahkan untuk mewujudkan dapat menyimpulkan bahwa, pelaksanaan kebijakan
pendidikan yang berkeadilan, bermutu yang sangat pendidikan yang meliputi pendidikan formal,
bagus dan relevan dengan kebutuhan masyarakat informal dan nonformal di Panti Asuhan St. Louis
(Syahrul & Wardana, 2017). De Monfort Kota Kupang telah dilaksanakan
Seperti yang telah diketahui bahwa tujuan dengan baik sesuai dengan pedoman pendidikan.
pendidikan nonformal bagi anak-anak terlantar, Dalam proses kebijakan pendidikan untuk anak
tidak hanya memberikan pengetahuan melainkan terlantar terdapat kendala yakni keterbatasan biaya
juga membekali anak-anak dengan ketereampilan- pendidikan yang disediakan oleh pemerintah
keterampilan yang dapat berguna bagi daerah. Walaupun demikian, kebijakan pendidikan
kelangsungan hidup mereka di kemudian hari. telah memberikan dampak yang positif pada
Keterampilan-keterampilan ini merupakan modal kehidupan anak terlantar. Melalui pendidikan
awal ketika mereka sudah keluar dari panti, bekerja formal, mereka mendapatkan bekal untuk
dan berada ditengah-tengah masyarakat (Archibald, melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang
2015; Lytvynova & Melnyk, 2018). lebih tinggi seperti anak lain rasakan. Nilai moral,
Pihak Panti Asuhan St. Louis De Monfort sosial dan kedisiplinan yang ditanamkan dari
Kota Kupang yang bekerja sama dengan pendidikan informal telah mengubah perilaku dan
Pemerintah Kota Kupang telah memberikan sikap anak menjadi lebih baik. Sementara itu,
pendidikan nonformal yang layak kepada anak pendidikan nonformal berupa keterampilan-
terlantar. Hal ini dibuktikan melalui kegiatan- keterampilan dasar yang diberikan telah
kegiatan yang dilaksanakan dan dampaknya yang diaplikasikan oleh beberapa anak yang hidup
mulai terasa. Beberapa anak sudah hidup mandiri mandiri, bekerja dan berinteraksi di tengah
diluar panti dengan bekal keterampilan yang masyarakat.
didapatkan melalui pendidikan nonformal (Stanisia, UCAPAN TERIMA KASIH
2020b). Dengan terselesainya artikel ini, maka
Kebijakan pendidikan melalui pendidikan penulis sangat banyak berterima kasih kepada: (1)
formal, informal dan nonformal yang diterapkan di Tuhan Yang Mahakuasa atas tuntunan, campur
Panti Asuhan St. Louis De Monfort Kota Kupang, tangan, rahmat, dan cinta kasih Tuhan sehingga
secara keseluruhan telah memberikan dampak penulis dapat melakukanpenelitian dan
positif bagi kehidupan anak asuh, baik yang masih menyelesaikan artikel ilmiah ini dengan tepat
berada di lingkungan panti, maupun yang sudah waktu. (2) Kepala Panti Asuhan (Sr. M. Stanisia,
hidup mandiri di tengah masyarakat. Namun, di sisi PRR) beserta anak-anak di Panti Asuhan St. Louis
lain, pelaksanaan kebijakan ini masih menemui De Monfort Kota Kupang yang telah menerima
banyak hambatan. peneliti dengan senang hati di Panti Asuhan St.
Kendala-kendala ini terkait dengan bantuan Louis De Monfort Kota Kupang.
dari Pemerintah Kota Kupang. Diketahui bahwa
sumbangan untuk biaya pendidikan anak terlantar, DAFTAR PUSTAKA
tidak cukup untuk membiaya pendidikan anak pada
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, Abdullah, M. I. (2003). Pendidikan Keluarga Bagi
bantuan tersebut tidak diberikan secara merata Anak. Cirebon: Lektur.
sehingga pihak panti harus berupaya menutupi
kekurangan biaya tersebut. Archibald, T. (2015). “They Just Know”: The
Kendala semacam ini tidak seharusnya epistemological politics of “evidence-
dihadapi, jika pengolahan dana pendidikan anak based” non-formal education. Evaluation
8| SocioEdu: Sociological Education
Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

and Program Planning, 48, 137–148. Hasbullah. (2015). Kebijakan Pendidikan (Dalam
https://doi.org/10.1016/j.evalprogplan.201 Perspektif Teori, Aplikasi, dan Kondisi
4.08.001 Objektif Pendidikan di Indonesia). Jakarta:
Rajawali Pers.
Asongu, S. A., & Odhiambo, N. M. (2019). Basic
formal education quality, information Lytvynova, S., & Melnyk, O. (2018). Professional
technology, and inclusive human Development of Teachers Using Cloud
development in sub-Saharan Africa. Services During Non-formal Education.
Sustainable Development, 27(3), 419–428. ArXiv:1807.05987 [Cs]. Retrieved from
https://doi.org/10.1002/sd.1914 http://arxiv.org/abs/1807.05987

Bordonaro, L. I. (2012). Agency does not mean Mansur. (2005). Pendidikan Anak Usia Dini dalam
freedom. Cape Verdean street children and Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
the politics of children’s agency. Children’s
Geographies, 10(4), 413–426. Mas’ud, F. (2019). Implikasi Undang-Undang
https://doi.org/10.1080/14733285.2012.72 Perlindungan Anak terhadap Pekerja Anak
6068 (Suatu Kajian Sosiologi Hukum terhadap
Anak Penjual Koran di Kota Kupang). JPK
Cohen, J., Jones, W. M., Smith, S., & Calandra, B. (Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan),
(2017). Makification: Towards a 4(2), 11–19.
Framework for Leveraging the Maker https://doi.org/10.24269/jpk.v4.n2.2019.pp
Movement in Formal Education. Journal of 11-19
Educational Multimedia and Hypermedia,
26(3), 217–229. Retrieved from McAlpine, K., Henley, R., Mueller, M., & Vetter, S.
https://www.learntechlib.org/primary/p/17 (2010). A Survey of Street Children in
4191/ Northern Tanzania: How Abuse or Support
Factors May Influence Migration to the
Dillahunt, T., Wang, Z., & Teasley, S. D. (2014). Street. Community Mental Health Journal,
Democratizing Higher Education: 46(1), 26–32.
Exploring MOOC Use Among Those Who https://doi.org/10.1007/s10597-009-9196-5
Cannot Afford a Formal Education.
International Review of Research in Open Mondada, F., Bonani, M., Riedo, F., Briod, M.,
and Distributed Learning, 15(5), 177–196. Pereyre, L., Retornaz, P., & Magnenat, S.
https://doi.org/10.19173/irrodl.v15i5.1841 (2017). Bringing Robotics to Formal
Education: The Thymio Open-Source
Febrianti, P. (2014). Pelayanan Kesejahteraan Hardware Robot. IEEE Robotics
Sosial Terhadap Anak Terlantar Di Panti Automation Magazine, 24(1), 77–85.
Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama https://doi.org/10.1109/MRA.2016.263637
03 Tebet Jakarta Selatan. Retrieved from 2
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle
/123456789/26932 Naterer, A., & Godina, V. V. (2011). Bomzhi and
their subculture: An anthropological study
Harefa, F. S. (2017). Implementasi Kebijakan of the street children subculture in
Program Pembinaan Anak Jalanan di Kota Makeevka, eastern Ukraine. Childhood,
Medan. Retrieved from 18(1), 20–38.
http://repository.uma.ac.id/handle/1234567 https://doi.org/10.1177/090756821037992
89/8294 4

Harris, M. S., Johnson, K., Young, L., & Edwards, Njord, L., Merrill, R. M., Njord, R., Lindsay, R., &
J. (2011). Community reinsertion success Pachano, J. D. R. (2010). Drug Use Among
of street children programs in Brazil and Street Children and Non—Street Children
Peru. Children and Youth Services Review, in the Philippines. Asia Pacific Journal of
33(5), 723–731. Public Health, 22(2), 203–211.
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2010.1 https://doi.org/10.1177/101053951036151
1.017 5

SocioEdu: Sociological Education|9


Sociological Education Vol. 1 No. 1 Tahun 2020 | 1 – 10

Nurhidayat, A. (2012). Kebijakan Pemkot Pada Stanisia. (2020a, February 29). Pendidikan Formal,
Pendidikan Anak Jalanan (Studi Kasus Informal dan Nonformal untuk Anak
Pemerintah Kota Surakarta) (S2, Terlantar oleh Pemerintah Kota Kupang
Universitas Muhammadiyah Surakarta). (M. L. Roja, Interviewer).
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/22196/10/BAB_VI Stanisia. (2020b, March 7). Faktor Pendukung,
.pdf Penghambat dan Dampak Implementasi
Kebijakan Pendidikan Anak Terlantar di
Parera, M. M. A. E. (2016). Implementasi Panti Ashuhan St. Louis De Monfort Kota
Pendidikan Karakter Bagi Anak Jalanan Di Kupang (M. L. Roja, Interviewer).
Griya Baca Kota Malang (Other,
University of Muhammadiyah Malang). Syahrul, S., & Datuk, A. (2018). Perilaku Sosial
University of Muhammadiyah Malang. Anak Penjual Koran di Kota Kupang
Retrieved from Dalam Mempertahankan Eksistensinya di
http://eprints.umm.ac.id/33104/ Sekolah. DIMENSIA: Jurnal Kajian
Sosiologi, 7(2), 68–82. Retrieved from
Saltan, F., & Arslan, Ö. (2016). The Use of https://journal.uny.ac.id/index.php/dimensi
Augmented Reality in Formal Education: A a/article/view/32651
Scoping Review. Eurasia Journal of
Mathematics, Science and Technology Syahrul, S., & Wardana, A. (2017). Analisis
Education, 13(2), 503–520. kebijakan pendidikan untuk anak jalanan di
https://doi.org/10.12973/eurasia.2017.0062 Kota Yogyakarta. Harmoni Sosial: Jurnal
8a Pendidikan IPS, 4(2), 117–130.
https://doi.org/10.21831/hsjpi.v4i2.10388
Stanisia. (2019, October 22). Kebijakan Pendidikan
Anak Terlantar di Panti Asuhan St. Louis
De Monfort Kota Kupang.

10| SocioEdu: Sociological Education

Anda mungkin juga menyukai