Anda di halaman 1dari 8

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Implementasi kebijakan perlindungan anak jalanan di Kota Yogyakarta

belum berjalan secara optimal, karena pemenuhan hak-hak anak seperti

yang diamatkan dalam Perda No 6 Tahun 2011 (pasal 15) belum berjalan

secara merata, masih terdapat beberapa hak-hak anak yang tidak terpenuhi.

Disamping itu, berdasarkan indikator implementasi masih terdapat

beberapa kendala, yaitu dari sisi komunikasi, proses komunikasi yang

terjadi dalam implementasi kebijakan perlindungan anak jalanan belum

berjalan dengan baik, dikarenakan penyampaian informasi yang kurang

jelas, perbedaan kemampuan implementor dalam menangkap dan

memahami informasi yang disampaikan juga berbeda.

Kendala dari sisi sumberdaya yaitu ketersediaan Sumber Daya

Manusia dalam hal penangananan masalah perlindungan anak jalanan di

level dinas masih sangat kurang dan keterbatasan sumber daya anggaran

dalam hal kebijakan perlindungan anak jalanan di Kota Yogyakarta

menyulitkan petugas lapangan dalam membuat program secara optimal.

Sedangkan dari sisi disposisi, kemauan dan kesungguhan para pelaksana

dalam melakukan implementasi kebijakan perlindungan anak jalanan

dinilai sudah baik. Dan dari indikator terakhir yaitu struktur birokrasi

dapat dikatakan bahwa struktur organisasi pada Dinsosnakertrans Kota

Yogyakarta menggambarkan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara

103
104

yang satu dengan yang lain sehingga hubungan aktivitas dan fungsi

dibatasi. Sedangkan pada sisi I-PSM dalam melaksanakan aktifitas

penanganan anak jalanan ini dibentuk kelompok kerja yang masing-

masing mempunyai tugas pokok dan fungsi saling terkait.

2. Hambatan implementasi kebijakan perlindungan anak jalanan di Kota

Yogyakarta berupa hambatan internal dan hambatan eksternal, dimana

hambatan internal terdiri dari keterbatasan SDM dan Sumber Anggaran,

sehingga menyebabkan program yang terealisasi masih belum optimal dan

belum berani mengadakan program besar bagi anak jalanan, sosialisasi

yang dilakukan masih kurang, karena masih banyak masyarakat dan anak

jalanan yang belum mengetahui mengenai adanya kebijakan perlindungan

anak jalanan.

Hambatan internal lainnya yaitu kehidupan anak yang bertahun-tahun

di jalanan tidak seimbang dengan pembinaan yang dilaksanakan hanya

berkisar dua minggu atau 12 hari dan SOP yang masih dalam taraf

pembahasan di tingkat Dinas Sosial Provinsi mengakibatkan masing-

masing organisasi memiliki prosedur kerja sendiri sehingga tidak ada

keseragaman para pelaksana dalam melaksanakan tupoksinya. Sedangkan

hambatan dari eksternal lembaga terdiri dari faktor lokasi, letak strategis

Yogyakarta dan mudah dijangkau menyebabkan anak menjadi nyaman

berada di Kota Yogyakarta. Faktor lingkungan, anak jalanan yang telah

mendapatkan pembinaan saat kembali kepada lingkungannya cenderung

kembali hidup di jalan dan melakukan aktivitas ekonomi. Dan faktor


105

keluarga, terdapat orangtua yang mengajak atau membiarkan anaknya

melakukan aktifitas ekonomi di jalan seperti mengamen dan mengemis.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan implementasi kebijakan

perlindungan anak jalanan di Kota Yogyakarta yaitu Dinsosnakertrans

Kota Yogyakarta dalam mengatasi hambatan implementasi kebijakan

perlindungan anak jalanan yaitu melakukan pendekatan dengan keluarga

serta penyadaran. Dinsosnakertrans Kota Yogyakarta berkerja sama

dengan I-PSM Kota melaksanakan kegiatan pemasangan papan-papan

himbauan larangan memberikan bantuan kepada anak jalanan di jalan yang

terdapat di berbagai titik strategis yang berada di Kota Yogyakarta, dengan

harapan masyarakat dapat membantu program pengentasan anak jalanan.

Upaya yang dilakukan oleh RSAD dalam hal perlindungan anak

jalanan, yaitu melakukan sosialisasi dengan media, melakukan

penjangkauan langsung di jalan, terdapat program kesejahteraan sosial

anak (PKSA), dan terdapat juga program Orang Tua Asuh. Dan upaya

yang dilakukan oleh I-PSM Kota Yogyakarta dalam mengatasi hambatan

implementasi perlindungan anak jalanan di Kota Yogyakarta yaitu

sosialisasi dan penguatan kelembagaan di tingkat Kecamatan. I-PSM Kota

Yogyakarta melaksanakan roadshow ke 14 Kecamatan bersama tokoh

masyarakat, tokoh agama serta aparatur pemerintah guna

mensosialisasikan program-program yang dilaksanakan dalam hal

penanganan permasalahan anak jalanan.


106

B. Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan beberapa implikasi antara lain

masyarakat masih memberi uang atau bantuan di jalan yang mengakibatkan

anak menjadi betah di jalanan. Papan himbauan tidak terlalu terasa

manfaatnya dikarenakan masih terdapat masyarakat yang memberi bantuan di

jalan. SOP yang masih dalam taraf pembahasan berimplikasi tidak adanya

sinergitas antar SKPD sehingga penanganan anak jalanan menjadi kurang

terarah hal ini yang mengakibabtkan anak jalanan tidak terlindungi dan masih

terbaikan. Kemampuan implementor yang berbeda dalam menjalankan tugas

berimplikasi implementor menjadi subyektif dikarenakan tidak adanya

standarisasi untuk para implementor (pekerja sosial). Keterbatasan SDM dan

Sumber Anggaran berimplikasi tidak mampu menjalankan program besar,

pembinaan terhadap anak jalanan hanya dilaksanakan berkisar dua minggu

sehingga anak jalanan tetap memilih kembali beraktifitas di jalanan.

Jadi secara umum implementasi kebijakan perlindungan anak jalanan di

Kota Yogyakarta belum berjalan optimal, karena dilihat dari beberapa

implikasi tersebut akan semakin banyak anak melakukan aktifitas di jalan dan

anak menjadi tidak terlindungi atau terabaikan sehingga perlu dilakukan

peningkatan dan perubahan-perubahan dalam menjalankan kebijakan

perlindungan anak jalanan di Kota Yogyakarta.


107

C. Saran

1. Sosialisasi langsung mengenai program-program atau kegiatan yang

dilaksanakan terkait perlindungan anak jalanan kepada masyarakat perlu

dilakukan dan penyelenggaraan sosialisasi pemberian edukasi dan

informasi mengenai bahaya dan risiko hidup di jalan.

2. Koordinasi antara instansi terkait dan kejelasan informasi harus

ditingkatkan, dan perlu adanya peningkatan dukungan sumber daya

anggaran dan peningkatan kapatasitas serta kualitas sumber daya

manusia melalui pendidikan dan pelatihan pemasalahan kesejahteraan

sosial.

3. Program terhadap anak jalanan bukan sekadar menghapus anak-anak dari

jalanan, tetapi harus bisa meningkatkan kualitas hidup mereka dan

melindungi mereka dari situasi-situasi yang eksploitatif dan

membahayakan, seperti penyelenggaraan kegiatan-kegiatan peningkatan

keterampilan hidup (lifeskill) bagi anak, termasuk keterampilan

vokasional, personal dan sosial sesuai dengan usia, minat dan kebutuhan

anak.

4. Perlu adanya penelitian lanjutan. Penelitian ini masih didasarkan dari

hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan yang terbatas waktunya

sehingga masih terdapat kelemahan. Perda yang terbilang masih baru,

dan kurangnya sosialisasi, SOP yang masih dalam taraf pembahasan

sehingga dianjurkan untuk melihat implementasi secara lebih

komprehensif dan teliti mengenai pelaksanaan upaya perlindungan anak


108

yang hidup di jalan serta pelaksanaan larangan, ketentuan penyidikan dan

ketentuan pidana sesuai dengan Perda No 6 tahun 2011 tentang

Perlindungan Anak yang Hidup di Jalan.

Selain itu pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi

masyarakat lain yang berbasis kewilayahan dalam hal ini peran serta

masyarakat pada tingkatan community development yang mengacu pada

pemberdayaan kelompok-kelompok masyarakat yang terkait pada anak

jalanan secara langsung maupun keluarganya yang dilakukan secara

terintegratif dan berkelanjutan sebagai tolak ukur yang memungkinkan

untuk menilai dan monitoring sejauh mana perubahan dan perkembangan

anak jalanan.
109

DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara
Wacana

Budi Winarno . 2007. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta : Media
Pressindo
____________. 2008. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta : Media
Pressindo
Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitatif : Pemahaman Filosofi
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta : PT
RAJAGRAFINDO PERSADA.

___________. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.

Denzin, Norman K. 1978. The Research Act: A Theoretical Introduction to


Sociological Method. New York: McGraw-Hill.

Dunn, William N. 1999. Analisa Kebijakan Publik. Yogyakarta : Gadjah Mada


Press.

Joko Widodo. 2010. Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis
Kebijakan Publik. Malang : Bayu Media

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja


Rosdakarya
Subarsono. 2011. Analisis Kebijakan Publik “Konsep, Teori, dan Aplikasi”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tangkilisan, H.N.S. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogyakarta:
Lukman Offset.
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan: dari formulasi ke
implementasi kebijaksanaan negara, Jakarta, Bumi Aksara

____________________. 1997. Analisis Kebijakan I, Haji Mas Agung, Jakarta

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2011


tentang Perlindungan Anak yang Hidup Dijalan
Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 2011. Profil Kesejahteraan Sosial
Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian Kota Yogyakarta.
110

Dinas Sosial DIY. 2012. Laporan Hasil Pemutakhiran Data PMKS dan PSKS
Tahun 2012.

B Monda Saragih. 2009. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam


Penanganan Anak Jalanan di Kota Yogyakarta.

Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat Kota Yogyakarta. 2012.


Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Penanganan Anak Jalanan
Berbasis Kewilayahan Kota Yogyakarta. Hlm.4.

Febrina Fona. 2012. Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah tentang


Pembinaan Anak Jalanan di Kota Makassar. Laporan Penelitian. Diakses dari
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2065 pada tanggal 5 Februari
2013

Anda mungkin juga menyukai