Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP

PENANGANAN PGOT (PENGEMIS, GELANDANGAN, DAN ORANG


TERLANTAR) DI KOTA SEMARANG

Diajukan Sebagai Tugas Pengganti UTS Mata Kuliah

Perencanaan dan Praktek Penelitian 05

Dosen Pengampu: Dr. Dra. Rina Martini, M.Si.

Oleh:

Elvaretta Nahdah Ullaya

1401012113010101

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

DEPARTEMEN POLITIK DAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah negara dengan jumlah penduduk yang sangat
besar dan juga potensi sumber daya alam yang sangat melimpah. Namun, dengan
begitu banyaknya potensi sumber daya alam tak menjadikan warga negaranya
sejahtera sepenuhnya. Ketika melihat kenyataannya, bahkan bisa dikatakan bahwa
masyarakat Indonesia sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Kondisi perekonomian bangsa Indonesia yang setiap tahunnya mengalami
pertumbuhan, tapi tak lantas berdampak besar kepada kemampuan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga kebutuhan pokok yang semakin mahal,
menjadikan masyarakat kelas bawah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
dikarenakan kurangnya pendapatan mereka. Tidak terpenuhinya kebutuhan
masyarakat secara layak, hal demikian mengakibatkan semakin banyaknya
masyarakat fakir miskin memenuhi kebutuhan dengan berbagai cara tak terkecuali
dengan mengemis, menggelandang, dan menjadi anak jalanan.
Kota Semarang merupakan salah satu termasuk kota besar yang ada di
Indonesia, dengan kemajuan pembangun dan infrastruktur yang lebih maju
dibandingkan dengan kota-kota yang ada di sekitarnya dan juga tidak terlepas dari
ibu kota provinsi Jawa Tengah. Kondisi ini menjadi magnet bagi anak jalanan,
pengemis, dan gelandangan yang cenderung meningkat jumlahnya di Kota
Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh melalui laman resmi Kota Semarang
yaitu PGOT banyak ditemui di daera Jrakah, Kawasan Kota Lama, Jalan
Majapahit, ADA Banyumanik, Kaligarang, Kampung Kali, dan jalan protokol
lainnya.. Sejumlah titik yang menjadi rawan PGOT pun mengalami
perkembangan dari tahun ke tahun. Bahkan modus PGOT pun bermacam-macam
jenisnya, seperti yang sedang viral saat ini adalah manusia silver.
Masih tingginya angka PGOT di Kota Semarang menunjukkan perlunya
evaluasi dalam pengimplementasian kebijakan pemerintah yang dalam hal ini
berwenang menangani masalah PGOT. Optimalisasi peran pemerintah dan
masyarakat sekitar sangat penting dalam mendukung keberhasilan terwujudnya
kesejahteraan sosial di masyarakat, khususnya di Kota Semarang. Berdasarkan
latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, peneliti melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Implementasi Kebijakan Pemerintah Terhadap
Penanganan Pgot (Pengemis, Gelandangan, Dan Orang Terlantar) Di Kota
Semarang”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan di atas, maka rumusan
maslaah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi kebijakan pemerintah terhadap penanganan PGOT
di Kota Semarang?
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan regulasi
kebijakan pemerintah dalam menangani PGOT di Kota Semarang?

1.3 Kajian Teori


1.3.1 Penelitian Terdahulu
Savana Endang Endarto (2016), “Penanganan Anak Jalanan,
Gelandangan, dan Pengemis Oleh Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga
Kota Semarang”
Pada penelitian ini berusaha mendeskripsikan penanganan anak
jalanan, gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga
Kota Semarang dan menganalisis faktor-faktor yang menghambat penanganan
anakjalanan, gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Pemuda dan
Olahraga Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata. Penelitian terdahulu hanya berfokus pada penanganan anak
jalanan, Gelandangan, dan Pengemis secara general, sementara pada
penelitian yang akan dilakukan juga berfokus pada implementasi kebijakan
pemerintah untuk menangani PGOT dengan mengidentifikasikan nilai-nilai
strategis dalam kebijakan penanganan PGOT di Kota Semarang, menganalisis
lingkungan strategis dan merumuskan strategi yang dapat berfungsi secara
efektif dan efisien dalam mengatasi hambatan dari pengimplementasian
kebijakan penanganan PGOT di Kota Semarang.
1.3.2 Implementasi Kebijakan
Pemahaman tentang implementasi dapat dihubungkan dengan suatu
peratuiran atau kebijakan yang berorientasi pada kepentingan khalayak ramai
atau masyarakat. Suatu kebijakan akan terlihat kemanfaatannya apabila telah
dilakukan implementasi terhadap kebijakan tersebut. Menurut Cleaves
(Waluyo, 2007:49), “implementasi kebijakan dianggap sebagai suatu proses
tindakan administrasi dan politik (a proces of moving to ward a policy
objective by mean admnistrative and political steps)”.
Kemudian menurut Wibawa (Tahir, 2014:58), tujuan implementasi
kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat
direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Keseluruhan proses
penetapan kebijakan baru bisa dimulai apabila tujuan dan sasaran yang semula
bersifat umum telah diperinci, program telah dirancang dan juga sejumlah
dana telah dialokasikan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran tersebut.

1.4 Metodologi Penelitian


1.4.1 Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif
deskriptif. Dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk memberikan
gambaran mengenai implementasi kebijakan pemerintah terhadap penanganan
PGOT di Kota Semarang serta menggunakan Analisis SWOT sebagai
instrumen untuk mengukur lingkungan dan mendapatkan strategi yang
diperlukan dalam pengoptimalan dalam penanganan PGOT di Kota Semarang.
1.4.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Kota Semarang
khususnya Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang yang bertugas merumuskan
kebijakan di bidang rehabilitasi sosial dan jaminan perlindungan sosial,
pemberdayaan sosial dan penanganan fakir miskin. Sedangkan objek
penelitian adalah para penyandang PGOT di Kota Semarang.
1.4.3 Jenis dan Sumber Data
Terdapat dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer
berupa sikap dan pendapat informan serta informasi terkait pelaksanaan
program yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Data Sekunder
berupa data yang sumbernya didapatkan secara tidak langsung oleh peneliti
yaitu berasal dari penelitian terdahulu, dokumen, atau karya tulis yang masih
ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan.
1.4.4 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain
adalah:
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi
1.5 Kerangka Pemikiran

Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Penanganan
Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis di Kota Semarang

Kebijakan Pemerintah Kota Semarang sebagai Bentuk Penanganan


terhadap Anak Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis

Analisis Pengimplementasian Kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam


menangani PGOT

Adanya Hambatan dalam Pengimplementasian Kebijakan penanganan Anak


Jalanan, Gelandangan, dan Pengemis

Identifikasi Nilai Strategis dalam Penanganan PGOT untuk Memperoleh


Strategi yang Diperlukan dalam Pengoptimalan Penanganan Gelandangan

Anda mungkin juga menyukai