Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
14020119140180
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN
Semarang
Dosen Pembimbing
NIP. 197009251994032001
Pendahuluan
Sumber daya manusia merupakan sebuah komponen yang vital dalam sebuah
peradaban, sebab manusialah yang menjadi otak dalam sebuah kemajuan budaya,
teknologi, dan sains dalam sebuah peradaban. Suatu hal yang perlu diperhatikan jika
melihat peran penting sumber daya manusia ialah tumbuh kembang manusia tersebut
sedari menjadi anak balita. Anak balita dapat disebut sebagai bibit penerus dari
sumber daya manusia untuk masa depan sebuah peradaban, anak balita juga yang
nantinya akan menentukan keadaan sebuah bangsa dimana anak balita berada. Anak
balita yang sehat akan menjadi sosok manusia yang cerdas. Namun, permasalaha gizi
Permasalahan gizi pada anak belita turut mencakup dalam tujuan SDGs
SDGs merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati pada tahun 2015 saat
oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah gizi pada umumnya diakibatkan karena
merupakan kelompok umur yang paling rawan menderita kekurangan gizi disamping
defisiensi vitamin A dan anemia zat besi, dengan gangguan akibat kekurangan
yodium (GAKY) anak balita dapat dikatakan kurang energi protein (KEP).
Kekurangan zat gizi pada anak balita dapat menyebabkan anak balita menjadi kurang
gizi, infeksi penyakit dan mempengaruhi kecerdasan pada anak. Dampak dari kurang
gizi adalah akan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita.
dibandingkan dengan tinggi badan anak pada seusianya. Di Indonesia, kasus stunting
masih menjadi masalah kesehatan dengan jumlah yang cukup banyak. Hal ini
(growth faltering) yang dimulai sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada masa janin dan usia dini akan berdampak pada perkembangan
otak dan lain sebagainya. Dalam jangka panjang, kekurangan gizi pada awal
memiliki regulasi yang disiapkan secara khusus, yaitu Peraturan Presiden Nomor 72
Dalam Indonesia SDGs Corporate Summit (ISCOS) 2022 [1], Wakil Presiden
Republik Indonesia saat ini (Ma’ruf Amin) menyampaikan bahwa target khusus yang
kemiskinan, dan memberantas kelaparan dan malnutrisi. Dalam hal ini target khusus
arahan Wakil Presiden Republik Indonesia dalam acara ISCOS 2022 tersebut bahwa
segenap elemen bangsa dituntut untuk bekerja keras sekaligus cerdas, agar target
prevalensi stunting 14% pada 2024 dapat tercapai. Berdasarkan arahan ini,
terpaparkan bahwa turunnya prevalensi stunting di Indonesia dari 30,8% pada tahun
2018 menjadi 24,4% tahun 2021, kemudian menargetkan menjadi 14% di tahun 2024
2026, target tersebut dirincikan sebagai capaian target prevalensi stunting yang diukur
pada anak berusia 0 sampai 59 bulan. Dalam hal ini target yang harus dicapai yaitu
Pemerintah Kota Semarang tentunya tidak jauh dari teori Administrasi Publik, maka
dari itu skripsi ini akan menghubungkan salah satu teori dari Administrasi Publik
dari total kelahiran di Kota Semarang mengalami stunting. Dalam hal ini terhitung
sejumlah 44.058 balita menderita stunting, jumlah balita penderita stunting tersebut
menyuratkan bahwa sebagian besar kasus stunting karena alas an ekonomi dan
orangtua yang tidak paham mengenai gizi sebagaimana wawancara yang dihaturkan
kepada Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi oleh Tim Media Kompas seperti yang
Governance ada pada kebijakan dan masalah publik. Institusi publik memang
memiliki orientasi besar dalam pembuatan kebijakan, tujuan dan proses kolaborasi
governance ada pada kebijakan dan masalah publik. Institusi publik memang
memiliki orientasi besar dalam pembuatan kebijakan, tujuan dan proses kolaborasi
adalah sebagai sebuah sistem yang terintegrasi dengan hubungan yang dikelola tanpa
satunya adalah pencegahan stunting dengan program keluarga berencana atau KB,
dan Posyandu.
bahkan calon suami istri untuk mendata, mengawasi, dan mengedukasi pemberian
gizi yang pas hingga proses kelahiran sang anak. Kegiatan Posyandu berarti
pengimplementasiannya kegiatan ini, Dinas BKKBN tidak bisa berjalan sendiri. Perlu
adanya mitra hingga menembus lapisan kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu
tentang dampak stunting yang massive namun hal ini masih terbilang belum cukup
stunting yang paling tinggi yaitu sebanyak 633 anak, yang disusul dengan Kecamatan
Banyumanik 330 anak, dan Kecamatan Pedurungan 314 anak. Sebagian masyarakat
masih beranggapan bahwa stunting bukanlah masalah yang krusial yang harus
ditangani, melainkan stunting terjadi karena faktor keturunan atau genetik. Anggapan
ini didukung oleh faktor perilaku masyarakat yang cenderung menikah di usia muda
dengan pekerjaan yang belum mapan dan kondisi mental yang belum siap untuk
menjadi seorang ibu, terhitung dengan pengetahuan tentang tumbuh kembang bayi
yang masih minim. Selain program KB Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga
melalui program Bina Keluarga Balita (BKB) yang bertujuan untuk meningkatkan
kembang anak.
Keluarga Berencana Kota Semarang sebagai salah satu yang diberikan kewenangan
untuk memberikan hasil yang lebih baik yaitu penurunan angka presentase stunting di
Kota Semarang. Terlebih ditengah upaya mengatasi persoalan stunting, saat ini kita di
sistem ekonomi, pangan dan kesehatan, yang pada akhirnya situasi ini juga akan
Salah satu bentuk implementasi dari pencegahan stunting tersebut dari Dinas
dikhususkan untuk Keluarga Berencana atau KKB (Klinik Keluarga Berencana) dan
Pos Pelayanan Keluarga Berencana Desa (PPKBD). Dalam hal tersebut terdapat data
jumlah KKB dan PKKBD di kecamatan Kota Semarang pada tahun 2022 menurut
Desa (PPKBD)
1. Mijen 2 14
2. Gunungpati 2 16
3. Banyumanik 5 11
4. Gajah Mungkur 3 8
5. Semarang Selatan 7 10
6. Candisari 2 7
7. Tembalang 3 12
8. Pedurungan 3 12
9. Genuk 4 13
10. Gayamsari 2 7
15. Tugu 2 7
16. Ngaliyan 4 10
Sumber: Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang (2022)
pentingnya kebijakan tersebut. Dalam bahasan ini maka dapat dianalisa kembali
Bahasan tersebut perlu turut dianalissi karena sebanyak apapun fasilitias yang
diberikan maka akan sia sia apabila sedikit partisipan yang mengikuti program
tersebut. Maka hal ini turut menuntut penyebaran kebaikan Keluarga Berencana bagi
dan tertarik akan program Keluarga Berencana. Sebagai berikut merupakan table dari
jumlah penduduk pasangan yang berusia subur dan peserta KB menurut Kecamatan
Berencana
(2022)
Berencana di Kota Semarang. Data tersebut pula yang menunjukkan bahwa perlunya
dapat terbilang bahwa sebab dalam data terpaparkan penduduk yang berpasangan
sebanyak 70,684 pasangan yang memenuhi syarat untuk mengikuti Program KB tapi
dilakukan oleh Dinas BKKBN Kota Semarang dengan ikut turun membina secara
langsung kepada kader posyandu. Memberikan pelatihan ilmu serta orientasi kepada
kader di posyandu bertujuan untuk menambah ilmu dan untuk mengetahui para kader
masyarakat berkaitan dengan kesehatan pada anak balita. Terutama adanya laporan
cakupan kesehatan balita yang masih rendah. Itu menjadi perioritas yg dikunjungi
Peranan posyandu sangat penting dalam upaya pemenuhan hak atas kesehatan
pada balita karena melalui posyandu dapat melakukan Pemantauan Status Gizi (PSG).
Skrining gizi pada anak balita dapat manjadi indikator awal dalam menentukan
derajat kesehatan, serta program tambahan dengan pemberian imuniasi, vitamin dan
maka pemerintah telah mengatur pada Pasal 2 ayat (1) Permen Dalam Negeri Nomor
kebutuhan, permasalahan dan kemampuan sumber daya yang ada. Kegiatan Posyandu
perekonomian keluarga.
Selain itu dalam layanan sosial dasar di Posyandu juga memberikan arahan
1. Pembinaan gizi dan kesehatan yang ditujukan kepada ibu, bayi dan
balita;
4. Bina Keluarga Balita (BKB) untuk anak usia 0 (nol) sampai dengan 5
5. Pos PAUD untuk anak usia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun.
kelurahan, RW, RT, dan kader Posyandu yang dipilih oleh RW dan Kelurahan.
tersebut menaik beberapa masalah lain untuk dijadikan sebagai faktornya. Masalah
stunting kemudian menjadi sebuah momok yang ada di masyarakat termasuk di Kota
syarat dan cenderung yang memiliki ekonomi tidak stabil. Maka Penelitian ini
1. Dampak Stunting yang buruk untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Semarang.
Kota Semarang.
Kota Semarang.
1. 3. Rumusan Masalah
1. Apa saja dampak terjadinya Stunting baik jangka pendek maupun jangka
panjang?
Stunting?
1. 4. Tujuan Penelitian
Semarang
1. 5. Kegunaan Penelitian
Melalui uraian dan pembahasan yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat
publik di bidang pemberdayaan manusia serta menjadi bahan kajian studi banding
B. Manfaat Praktis
Bagi Peneliti
peneliti dalam melakukan penelitian serta dapat mengaplikasikan teori-teori yang ada.
Bagi Masyarakat
permasalahan dalam masyarakat itu sendiri. Di lain hal, penelitian ini diharapkan
Bagi Pemerintah
Semarang.
1. 6. Kerangka Teori
konseptual, tinjauan pustaka, atau sebagai suatu konsep yang membantu menjelaskan
1. 6. 1. Penelitian Terdahulu
W. Subagio, Ani stunting pada bayi usia 6 stunting pada bayi usia 6
ekonomi keluarga,
rumah tangga.
setelah ditetapkannya
termasuk program KB
berbeda-beda terhadap
KB di masing-masing
KB di masing-masing
menangani KB saja,
melainkan digabungkan
dengan bidang-bidang
melaksankan 10 langkah
adanya pengembalian
maksimal
dipredikasi berhubungan
menunjukkan bahwa
paling berpengaruh
terhadap perkembangan
1. 6. 3. Administrasi Publik
1. 6. 4. Collaborative Governance
Dalam Retno (2020) memaparkan bahwa Kolaborasi antara institusi
memiliki departemen-departemen yang fokus terhadap satu sektor, tetapi ada pula
mengatakan bahwa kemitraan antara lembaga pemerintah dan bisnis pertama kali
masyarakat. Lembaga bisnis sering dianggap memiliki tradisi dan nilai efisiensi
dan inovasi yang lebih baik daripada lembaga pemerintah. "Positive Image" yang
kemitraan ini mereka berharap bahwa mereka akan dievaluasi secara positif oleh
warga, misalnya, mereka dianggap memiliki upaya serius untuk menjadi lebih
efisien, responsif dan mampu memberikan layanan publik yang baik. Di sisi lain,
motivasi utama bagi lembaga bisnis untuk melakukan kemitraan, secara umum,
dapat mengakses sumber daya yang tersedia di lembaga pemerintah yang dapat
digunakan untuk mengatasi sejumlah masalah publik yang sering terjadi di sekitar
mereka.
1. 6. 5. Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan
pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari standar usianya.
Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini
bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap
untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.
kualitatif. Menurut ahli Perreault dan McCarthy (dalam Tahura, 2019:38) penelitian
kualitatif merupakan model penelitian yang berupaya menelusuri data secara intensif
dan terbuka atas semua respon jawaban. Moleong (2011:6) berpendapat penelitian
triangulasi bersifat induktif, serta hasil penelitian lebih memfokuskan terhadap makna
daripada generalisasi.
tujuan guna mencari dan mendapatkan data mendalam dengan hasil lebih
memfokuskan terhadap makna. Pada penelitian ini, metode yang digunakan oleh
peneliti adalah metode deskriptif kualitatif, hal ini dikarenakan penelitian ini
bertujuan dalam rangka mengetahui dan memahami lebih lanjut mengenai analisa
Pada penelitian ini, situs penelitian dilakukan di BKKBN Kota Semarang dan
BKKBN Kota Semarang merupakan salah satu intansi kepemerintahan yang dinilai
sangat aktif dalam lapisan kehidupan masyarakat, oleh karena itu maka hal-hal yang
berkaitan dengan BKKBN Kota Semarang dijadikan sebuah acuan data dalam
Pada penelitian ini, subjek penelitian yaitu kasus Collaborative Governance yang
dilaksanakan oleh BKKBN Kota Semarang dalam menghadapi kasus stunting di Kota
Semarang. Pihak yang menjadi informan ialah pegawai instansi dari BKKBN Kota
Semarang.
Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data
kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, skema, dan
gambar.
Pada penelitian ini, sumber data berdasarkan data primer dan data sekunder yaitu:
1. Data Primer Data primer yaitu hasil data yang bersumber dan didapatkan
didapatkan pada penelitian ini adalah data langsung dari BKKBN Kota
Semarang
2. Data Sekunder Data sekunder yaitu hasil data yang didapatkan tidak
dari data yang sudah diolah dan dikumpulkan oleh orang lain. Data ini
didapatkan dengan cara mengambil data dari buku, artikel jurnal, artikel
Analisis data adalah suatu proses mencari dan meringkas data secara
1. Reduksi Data
mengabstraksi, dan mengubah bentuk data-data dari hasil pengumpulan data, agar
data tersebut dapat memberikan representasi yang lebih jelas atas hasil wawancara,
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan kumpulan data dan informasi yang telah disusun untuk
data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, tabel, grafik, dan lain-lain. Data
yang disajikan dengan baik akan memudahkan peneliti dalam memahami makna dan
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan aktivitas membuat simpulan pada data yang telah
disajikan menjadi lebih bermakna lebih umum, namun tetap melakukan pembatasan
pada ruang lingkup studi penelitian yang telah di tentukan agar tidak terlalu meluas
teknik untuk memeriksa keabsahan data menggunakan hal-hal selain data untuk
pemeriksaan data dan perbandingan dengan data. Teknik triangulasi penelitian ini
yang berbeda
Referensi
Babel, Yulianto. (2021). Pandemi, Angka Stunting di Kota Semarang Naik. Halo
Semarang. https://halosemarang.id/bappeda-pandemi-angka-
stunting-di-kota-semarang-naik. Diakses pada 22 Mei 2022.
Sunu, Retno, Hardi Warsono, dan Abd. Rachim. (2020). Collaborative Governance:
Dalam Perspektif Administrasi Publik. https://doc-
pak.undip.ac.id/1143/1/collaborative%20gov%20%20%28revisi
%29_5%207%2020-converted-.pdf. Diakses pada 22 Mei 2022.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2019). Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah 2018-2023.
https://dinkesjatengprov.go.id/v2018/storage/2019/12/Renstra-
2018-2023-Fix.pdf. Diakses pada 20 Mei 2022.
Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Semarang. (2017). Data
Laporan KB. https://disdaldukkb.semarangkota.go.id/. Diakses
pada 20 Mei 2022.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia: Pusat Data dan Informasi, Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusd
atin/buletin/Buletin-Stunting-2018.pdf. Diakses pada 19 Mei
2022.
Inu Kencana Syafiie; Supardan Modeong; Tanjung, Jamaludin. (1994). Ilmu
administrasi publik / oleh Inu Kencana Syafiie, Djamaludin
Tandjung, Supardan Modeong. Jakarta : Rineka Cipta.
Candra, Ardian, Hertanto W. Subagio, dan Ani Margawati. (2020). Determinan
Jurnal Unnes.
Unimus.