Anda di halaman 1dari 7

Determinan Stunting Anak Usia 24-59 Bulan

di Kabupaten Kulon Progo 2019

Disusun oleh:
Mohammad Satrioadji
NIM 6411420152

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas karya tulis ilmiah yang berjudul "
Determinan Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Kabupaten Kulon Progo 2019"
dengan tepat waktu. Karya Tulis ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Penulisan Ilmiah. Selain itu, karya tulis ini bertujuan menambah wawasan tentang
Kejadian Stunting pada anak usia 24-59 bulan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak LUKMAN FAUZI, S.
KM., M. P. H. selaku dosen Mata Kuliah Penulisan Ilmiah. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
karya tulis ini. Penulis menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
karya tulis ini.

Semarang, 18 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I....................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH.........................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Stunting merupakan masalah gizi yang menjadi perhatian sangat penting


di negara berkembang. Menurut WHO stunting adalah kondisi dimana seseorang
memiliki Standar Deviasi (SD) Rata-rata di bawah median standar (Hendraswari
et al., 2021). Berbagai Kemajuan telah dibuat di seluruh dunia dalam mengurangi
kekurangan gizi kronis atau stunting dan tingkat pengerdilan pertumbuhan linier
pada anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun angkanya masih tetap tinggi di
banyak daerah. Kebijakan, program, dan intervensi yang mendukung ibu dan anak
untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi berpotensi untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan.pada anak dan mencegah stunting (Vaivada et
al., 2020). Anak dianggap stunting dan sangat stunting jika panjang dan tinggi
badan berdasarkan rentang usia kurang dari standar median deviasi menurut
WHO.

Menurut WHO stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat jika


prevalensinya 20% atau lebih, sedangkan prevalensi stunting pada balita di
Indonesia terbilang tinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara lainnya
seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%), dan
Singapura (4%). Indonesia sendiri menduduki urutan nomor 17, diantara 117
Negara dengan tiga masalah gizi yaitu stunting (37,2%), wasting (12,1%),
overweight (11,9%) (Kemenkes RI, 2016). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) terdiri dari kabupaten Kulon Progo, Bantul, Sleman, Gunung Kidul, dan
Kota Yogyakarta. Berikut prevalensi stunting di setiap kabupatennya Gunung
Kidul (20,60%), Kulon Progo (16,38%), Kota Yogyakarta (14,16%), Sleman
(11,99%), dan Bantul (10,41%).
2

Kabupaten Kulon Progo menjadi urutan 43 dari 100 kabupaten lokus


penanggulangan stunting. Kulon Progo mempunyai 10 desa lokus
penganggulanan stunting dengan menargetkan prevalensi stunting < 20%.
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan
adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Primasari & Keliat,
2020).

Penyebab stunting berasal dari berbagai faktor, salah satunya adalah


faktor faktor ibu. Faktor ibu berupa gizi buruk pada masa prakonsepsi, kehamilan,
dan menyusui, tinggi badan ibu yang rendah, riwayat infeksi, kehamilan pada usia
remaja, kesehatan jiwa, Intra Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran
prematur, jarak kelahiran yang pendek, dan hipertensi. Menurut United Nations
Emergency Children's Fund (UNICEF), stunting disebabkan oleh dua faktor, yaitu
langsung dan tidak langsung.

Dampak dari kejadian balita pendek (stunting) sangat beragam yang dapat
memengaruhi tumbuh kembang penderitanya, diantaranya adalah mengganggu
pertumbuhan tinggi dan berat badan anak sehingga anak cenderung lebih pendek
dengan berat badan cenderung jauh dibawah rata – rata anak seusianya, tumbuh
kembang anak yang tidak optimal sehingga menyebabkan anak terlambat jalan
atau kemampuan motoriknya kurang optimal, dan dapat memengaruhi
kemampuan belajar anak dikarenakan kondisi stunting berpengaruh terhadap IQ
anak lebih rendah dibandingkan dengan anak seusianya. Maka dapat diketahui
bahwa stunting berdampak terhadap tumbuh kembang anak baik secara fisik
maupun kognitif (Sasmita, 2021).

Kabupaten Kulonprogo memiliki angka Prevalensi Kasus Stunting


terbesar kedua di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta setelah Kabupaten
Gunungkidul, yaitu sebesar 16,38% angka kasus stunting. (Amalia et al., 2018)

2
3

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan Latar Belakang Masalah tersebut tentang Determinan


Stunting Anak Usia 24-59 Bulan di Kabupaten Kulon Progo tahun 2019, maka
dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan angka kejadian stunting di Kabupaten


Kulonprogo cukup tinggi?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan angka kejadian stunting di Kabupaten
Kulonprogo cukup tinggi?
3. Apa saja dampak dari stunting bagi anak berusia 24-59 bulan di
Kabupaten Kulonprogo?
4. Apakah angka kejadian stunting di Kabupaten Kulonprogo mempengaruhi
tingkat perekonomian masyarakat?
5. Bagaimana cara untuk mencegah dan mengendalikan angka kejadian
stunting di Kabupaten Kulonprogo?

3
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, I. D., Lubis, D. P. U., & Khoeriyah, S. M. (2018). Relationship Between


Mother ’ S Knowledge on Nutrition and the. Hubungan Pengetahuan Ibu
Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita.
Hendraswari, C. A., Purnamaningrum, Y. E., Maryani, T., Widyastuti, Y., &
Harith, S. (2021). The determinants of stunting for children aged 24-59
months in Kulon Progo District 2019. Kesmas, 16(2), 71–77.
https://doi.org/10.21109/KESMAS.V16I2.3305
Primasari, Y., & Keliat, budi anna. (2020). Praktik pengasuhan sebagai upaya
pencegahan dampak stunting pada perkembangan psikososial kanak-kanak.
Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(3), 263–272.
Sasmita, L. C. (2021). Prevention of Childhood Stunting Problems With the
Mayang–Wati Program. Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public
Services), 5(1), 140. https://doi.org/10.20473/jlm.v5i1.2021.140-150
Vaivada, T., Akseer, N., Akseer, S., Somaskandan, A., Stefopulos, M., & Bhutta,
Z. A. (2020). Stunting in childhood: An overview of global burden, trends,
determinants, and drivers of decline. American Journal of Clinical Nutrition,
112, 777S-791S. https://doi.org/10.1093/ajcn/nqaa159

Anda mungkin juga menyukai