Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

PERMOHONAN ANGGARAN BIAYA PAKET SEHAT BAZNAS


DALAM MENCEGAH STUNTING PADA ANAK BALITA di
KECAMATAN CULAMEGA

KECAMATAN CULAMEGA KABUPATEN TASIKMALAYA


PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukkur kepada Allah swt, Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya proposal ini bisa terselesaikan.
Shalawat dan salam untuk junjungan kita Nabi Besar Muhammad saw, beserta para sahabatnya,
serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Proposal ini merupakan Proposal permohonan sarana dan dana operasional dalam mencegah
stunting pada balita dan anak usia sekolah. Proposal ini disusun dengan tujuan untuk
merencanakan Program Penyuluhan tentang Gizi Seimbang pada masyarakat desa Kecamatan
Culamega khususnya yang memiliki anak balita dan anak usia sekolah. Kami menyadari bahwa
penyelasaian proposal ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, saran, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak atas dukungannya. Semoga bantuan yang kelak diberikan akan
menjadi amal ibadah yang tak ternilai harganya.

Besar harapan kami proposal permohonan ini dapat terkabul dan segera terealisasikan secepat
mungkin. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi perbaikan dan pengembangan
program yang akan kami laksanakan di kecamatan kita tercinta.

Culamega, Desember 2022


TIM PENGGERAK PKK KECAMATAN
Ketua,

( Ny. MELI SUMIATI S.Si)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................6
C. Tujuan................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................7
A. Gizi Seimbang................................................................................................................7
B. Anak Usia Sekolah..........................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................10
PERENCANAAN PENYULUHAN........................................................................................10
A. Rencana Kegiatan..........................................................................................................10
B. Susunan Acara...............................................................................................................10
C. Perencanaan Evaluasi....................................................................................................11
D. Rencana Anggaran Biaya..............................................................................................11
BAB IV....................................................................................................................................12
KESIMPULAN........................................................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stunting didefinisikan sebagai indeks tinggi badan menurut usia (TB/U) kurang

dari minus dua standar deviasi (-2SD) atau di bawah rata-rata standar yang ada. Stunting

pada anak merupakan hasil jangka panjang konsumsi diet berkualitas rendah yang

dikombinasikan dengan morbiditas, penyakit infeksi, dan masalah lingkungan (Semba, et al.,

2008).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia mencatat bahwa

prevalensi stunting sebesar 37,2%, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007

(36,8%). Presentase tersebut dengan pembagian untuk kategori sangat pendek 19,1% dan

pendek 18,1%. Secara nasional prevalensi stunting pada anak usia 5-12 tahun adalah 30,7%

(12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek), dengan prevalensi terendah di DI Yogyakarta

(14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5%).

Kekurangan gizi/ stunting terhadap perkembangan otak sangat merugikan

performance anak. Perkembangan otak anak di masa golden period (0-3 tahun), akan

menyebabkan sel otak tidak tumbuh sempurna. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah

sel otak terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 tahun. Apabila gangguan

tersebut terus berlangsung maka akan terjadi penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 poin.

Penurunan perkembangan IQ tersebut akan mengakibatkan terjadinya loss generation,

artinya anak-anak tersebut akan menjadi beban masyarakat dan pemerintah, karena terbukti

keluarga dan pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat warganya

mudah sakit (Caulfield, 2010).

Anak sekolah berada pada perkembangan yang cepat dalam proses intelektualnya

dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang aktif. Untuk menunjang

perkembangan dan fisik yang dilakukan oleh anak sekolah tersebut dibutuhkan berbagai

macam zat gizi yang diperlukan dalam jumlah yang mencukupi untuk memenuhi

perkembangan dan pertumbuhan yang baik, karena peran gizi sangat menentuan keadaan

kesehatan anak. Berkaitan dengan hal tersebut, untuk menciptakan sumber daya manusia

4
yang tentunya banyak faktor yang langsung yang mempengaruhi status gizi meliputi

konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Faktor tidak langsung meliputi pengetahuan,

pendidikan, tingkat pendapatan, pendidikan orang tua, dan besar keluarga. Di negara-negara

yang sedang berkembang termasuk Indonesia, masalah gizi menjadi lebih penting dari segi

kesehatan masyarakat karena kekurangan gizi dapat menurunkan kerentanan tubuh terhadap

beberapa penyakit, khususnya penyakit infeksi.

Anak usia sekolah (7-12 tahun) memiliki pertumbuhan yang cepat dan aktif. Pada

masa ini terjadi proses perkembangan fisiologik dan perkembangan kognitif (Saidin Sukati,

1991 : Hariyani, 2011). Dalam kondisi tersebut anak harus mendapat asupan gizi dalam

kualitas dan kuantitas yang cukup pada makanan yang dikonsumsinya. Keadaan gizi dan

kesehatan pada anak sekolah secara nasional didapatkan prevalensi anak kurus pada usia

sekolah 6-14 tahun sebesar 13,3 % pada anak lak-laki sedangkan pada anak perempuan

sebesar 10,9%. Prevalensi berat badan berlebih sebesar 9,5% pada anak laki-laki dan 6,4%

pada anak perempuan (Riset Kesehatan Dasar,2007). Sementara itu status gizi menurut gizi

baik pada anak usia sekolah dan remajaumur 5-17 tahun sebesar 75%, gizi kurang 18% dan

gizi lebih 8% (Survey Kesehatan Nasional, 2004).

Untuk memenuhi asupan gizi tersebut dibutuhkannya gizi yang seimbang, dimana

asupan gizi seimbang dengan aktifitas yang dilakukan.Gizi seimbang pada anak sekolah

dapat berperan dalam pencapaian tujuan Millenium depelopment Goals (MDGs) diantaranya

adalah menurunnya KEP pada kelompok usia 6-19 tahun meningkat dari 30,5% pada tahun

1995 menjadi 29 % pada tahun 1998. Menurut Susenas tahun 1999 8,10% usia anak sekolah

atau sekitar 1,7 juta anak usia sekolah menderita KEP tingkat berat ( gizi buruk) (Susanto,

2004). Survey kesehatan Rumah Tangga Indonesia (2007) menemukan bahwa prevalensi

gizi kurang untuk sebesar 22,5% dan gizi buruk sebesar 8,5%, sedangkan data susenas

menunjukkan prevalensi gizi kurang 19,8% dan gizi buruk 6,3%.

Status gizi anak dapat mempengaruhi derajat kesehatan anak itu sendiri, semakin

baik status gizinya semakin baik kesehatannya dan lebih jarang sakit anak tersebut. Status

gizi tersebut dapat diperoleh dari konsumsi makanan.kondisi status gizi yang baik dapat

tercapai apabila tubuh memperoleh zat-zat gizi dari makanan. zat-zat gizi tersebut

5
dibutuhkan untuk pertumbuhan fisik, kemampuan kerja sehingga dapat mencapai tingkat

kesehatan optimal.

Berdasarkan uraian tersebut, mendorong penyusun untuk melakukan penyuluhan

tentang hubungan gizi seimbang dengan status gizi anak balita dan anak usia sekolah di

Desa Kecamatan Culamega Kecamatan Culamega. Diharapkan dengan adanya sarana dan

kegiatan sosialisasi serta evaluasi yang sitematis dan terstruktur dpat mencegah terjadinya

stunting dan penyuluhan gizi ini dapat meningkatkan derajat kesehatan balita dan anak usia

sekolah.

B. Rumusan Masalah

hubungan antara asupan gizi seimbang dengan derajat kesehatan pada anak usia balita
dan anak usia sekolah serta pengetahuan masyarakat tentang gejala stunting di Desa -desa
Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya. Dimana tahun 2023 berdasarkan keputusan dinas
kesehatan bahwa kecamatan Culamega terdiri dari 3 desa lokus stunting, padahal tahun 2022
jumlah desa lokus stunting di Kecamatan Culamega ini hanya 1 Desa. Dengan hal tersebut
sangat diperlukan adanya kegiatan ini agar dapat menunjang serta menurunkan angka atau
jumlah desa lokus stunting ditahun berikutnya.

C. Tujuan

Tujuan Umum:

Dengan adanya sarana untuk melakukan kegiatan kegiatan mengenai stunting serta
terpenuhinya operasional yang menunjang kegiatan maka dapat sedini mungkin mencegah
terjadinya stunting di tengah tengah masyarakat desa Kecamatan Culamega.

Tujuan Khusus:

1. Memberikan pengetahuan tentang stunting dan gejala gejalanya serta bagaimana cara
pencegahannya.
2. Memberikan Pengetahuan tentang Gizi Seimbang pada Masyarakat yang belum dan sudah
memiliki anak balita serta anak usia sekolah.
3. Dapat merubah pola makan anak balita dan anak usia sekolah tersebut menjadi lebih baik
dan lebih bergizi
4. Meningkatkan derajat kesehatan pada anak di Desa- desa wilayah Kecamatan Culamega
kabupaten Tasikmalaya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gizi Seimbang

Gizi berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya makanan dan manfaat untuk
kesehatan. Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan makanan yang
sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan yang optimal (Azwar, 2004). Berbagai
masalah gizi dan masalah psikososial, dapat dicegah melalui perilaku penunjang dari para
orang tua, ibu atau pengasuh dalam keluarga untuk selalu menyediakan makanan dengan
gizi seimbang bagi anggota keluarganya. Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi
individu dalam satu hari yang beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun
dan zat pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya ( Paath dkk, 2005). Kebutuhan gizi
merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan pada anak. Pemenuhan kebutuhan gizi pada anak haruslah seimbang di
antara zat gizi lain, mengingat adanya berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan gizi
yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan
padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang
(Hidayat, 2004). Pola konsumsi pangan yang bermutu gizi seimbang mensyaratkan
perlunya diversifikasi pangan dalam menu sehari-hari. Ini berarti menuntut adanya
ketersediaan sumber tenaga (karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), dan
sumber zat pengatur (vitamin dan mineral). Pangan yang beraneka ragam sangat penting
karena tidak ada satu jenis pangan apapun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang
secara lengkap (Khomsan, 2004).

Menurut Khomsan (2004), Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) telah


diperkenalkan kepada masyarakat beberapa tahun yang lalu, PUGS adalah dietary
guidelines yang berisi petunjuk-petunjuk rinci tentang cara memperbaiki pola konsumsi
pangan sehingga kita terhindar dari masalah gizi lebih ataupun kurang. Sementara itu,
Empat Sehat Lima Sempurna adalah food guide atau petunjuk umum tentang ragam
makanan yang sebaiknya kita konsumsi.

Adapun 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) yaitu :

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.

4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai ¼ dari kecukupan energi.

7
5. Gunakan garam beriodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berilah ASI saja pada bayi sampai umur empat bulan.

8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya.

10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

11. Hindari minum minuman beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.

13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa diperlukan adanya pedoman gizi
seimbang yang dikemukakan oleh Soekirman (2000), yaitu :

1. Manusia memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, bergerak dan
memelihara kesehatan. Kebutuhan akan zat gizi tidak sama bagi semua orang,
tetapi tergantung pada umur, jenis kelamin, dan pekerjaan. Keseimbangan jumlah
dan jenis zat gizi yang dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan oleh
kelompok pakar dalam suatu daftar yang dikenal sebagai Angka Kecukupan Gizi
(AKG), dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Recommended Dietary Allowances
(RDA).
2. Manusia makan makanan, tidak makan zat gizi.
3. Dalam menyusun pedoman gizi seimbang tidak semata-mata memperhatikan zat
gizi untuk memenuhi AKG tetapi juga mempertimbangkan fungsi makanan yang
lebih luas.
4. Gizi seimbang memerlukan keanekaragaman makanan oleh karena tidak ada satu
jenis makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan manusia, kecuali
air susu ibu (ASI).
5. Terjadinya transisi epidemiologi masalah gizi dari hanya masalah gizi kurang ke
masalah gizi ganda yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
6. Kemauan ilmu dan teknologi pangan.
7. Kemajuan teknologi juga berpengaruh terhadap pola hidup.
8. Makan dan pola makan yang mengandung aspek budaya , etnik, agama, sosial dan
ekonomi.
9. Kemajuan teknologi komunikasi.

8
B. Anak Usia Sekolah

Menurut UU no 20 tahun 2002 mengatakan bahwa anak usia sekolah merupakan anak yang
masuk pada usia sebelum 18 tahun dan yang belum menikah. Sedangkan menurut
American Academica of Pedriatic tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang
batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak
tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial perkembangan anak dan
karakteristik kesehatannya. Pembagian golongan Anak usia sekolah :

1. Taman kanak-kanak (pra sekolah usia 4-6 tahun)


2. Sekolah Dasar 7-12 tahun
3. Remaja 13-18 tahun

Dari penggolongan tersebut dikatan bahwa anak usia Sekolah dasar merupakan dari
umur 6 sampai 12 tahun dimana mempunyai karakteristik kegiatan yang banyak diluar
rumah. Kegiatan sekolah, berolahraga, bermain yang membutuhkan banyak energi.
Komposisi tubuh mulai berubah seperti komposisi lemak mulai meningkat setelah berusia
6 tahun yang diperlukan untuk persiapan pertumbuhan pubertas. Komposisi tubuh
perempuan dengan laki-laki mulai terlihat berbeda walaupum tidak bermakna.
Anak Sekolah Dasar tumbuh dengan kecepatan genetis masing-masing, dengan
perbedaan tinggi badan yang sudah nampak. Dengan usia sebaya ada sebagian anak yang
terlihat relatif lebih pendek atau lebih tinggi. Karena pada usia Sekolah Dasar ini
merupakan masa-masa pertumbuhanpaling pesat kedua setelah masa balita. Diamana
kesehatan yang optimal akan menghasilkan perumbuhan yang optimal pula. Perhatian
terhadap kesehatan sangatlah diperlukan, pendidikan juga digalakan untuk perkembangan
mental yang mengacu pada skil anak. Oleh karena itu diperlukan asupan gizi untuk
memenuhi keduanya yaitu fisikdan mental anak.karena tentunya fisik dan mental
merupakan sesuatu yang berbeda namun saling berkaitan. Makanan yang kaya akan nutrisi
dan asupan gizi yang seimbang sangat mempengaruhi tumbuh kembang otak dan organ-
organ lain untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal serta mencapai hasil pendidikan
yang optimal pula. Untuk itu pentingnya asupan gizi yang seimbang untuk memenuhi
kedua kebutuhan tersebut.

9
BAB III
PERENCANAAN KEGIATAN

A. Rencana Kegiatan

1. Nama Kegiatan : Penyuluhan


2. Tema Kegiatan : Penyuluhan Stunting
3. Judul Kegiatan : Penyuluhan Gizi Seimbang
4. Sasaran : Ibu Rumah Tangga, Anak Balita dan Anak Usia Sekolah
5. Jadwal Perencanaan : Setelah Terealisasi Permohonan ini
6. Tempat : Desa-Desa wilayah Kecamatan Culamega
7. Media penyuluhan : Poster Gizi Seimbang
Piramida Makanan (Gizi Seimbang) 3D
Food model atau gambar bahan makanan
Poster Tentang Stunting dan Gejalanya
Pencegahan Stunting
Tentang Evaluasi
8. Metoda : Ceramah, Games dan Simulasi
9. Materi :
- Penjelasan tentang stunting dan gejala serta resikonya pada anak
- Menjelaskan PUGS (Pedoman Umum Gizi Seimbang
- Menjelaskan tentang Piramida makanan
- Memberikan penjelasan manfaat mengkonsumsi gizi yang seimbang

10. Tim Kecamatan Culamega


 Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan dan Desa
 Muspika
 Pokjanal Kecamatan
 Tenaga Kesehatan

B. Susunan Acara (*Disusun setelah permohonan terealisasi)

Waktu Acara Tempat

..

..

..

10
C. Perencanaan Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

Menyesuaikan.

2. Evaluasi proses

Proses Penyuluhan yang bersifat kontinu dan terarah.

3. Evaluasi Acara

Acara berjalan sesuai roundown yang direncanakan.

4. Evaluasi hasil

Pengetahuan masyarakat dan anak usia sekolah di desa Kecamatan Culamega tentang
gizi seimbang serta perubahan sikap anak terhadap pola makan.

D. Rencana Anggaran Biaya

Biaya yang dianggarkan dalam kegiatan ini adalah sesuai dengan jumlah anak stunting di
Kecamatan Culamega yang menjadi sasaran LOkusdi Tahun 2023, dengan Rincian data anak
Balita terlampir pada proposal ini. Adapun jumlah anak stunting tiap desa adalah sebagai berikut:

No Desa/Kelurahan BB/U TB/U BB/TB

Sang Kurang Berat Risiko Sangat Pendek Normal Tinggi Gizi Gizi Normal Risiko Gizi Obesitas Stunting Wasting Underweight
at Badan Lebih Pendek Buruk Kurang Gizi Lebih
Kura Normal Lebih
ng
1. BOJONGSARI 1 20 238 12 9 26 235 0 5 3 239 14 10 0 35 8 21
2. CINTABODAS 2 26 192 4 16 42 162 4 0 11 191 15 4 3 58 11 28
3. CIKUYA 4 26 358 12 16 69 313 1 1 11 330 44 12 2 85 12 30
4. CIPICUNG 10 47 302 14 38 70 255 4 5 8 298 38 16 7 108 13 57
5. MEKARLAKSANA 1 13 135 3 7 21 123 1 0 5 137 7 2 1 28 5 14
JUMLAH 18 132 1225 45 86 228 1088 10 11 38 1195 118 44 13 314 49 150

Berdasarkan Jumlah Data di atas, maka anggaran yang dibutuhkan adalah

314 x Rp. 112.000,- = Rp. 35.168.000,-

11
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan

Demikian Proposal Permohonan Dana ini kami sampaikan, besar harapan kami
dengan terkabulnya permohonan ini demi suksesnya kegiatan-kegiatan kami dalam
melaksanakan program yang ada kepada masyarakat desa di Kecamatan Culamega. Semua
Materi dan metoda sosialisasi yang dipakai disesuaikan dengan usia dan tingkat pendidikan
peserta tersebut. Diharapkan dengan adanya program ini akan menambah pengetahuan
masyarakat kita tentang pentingnya gizi seimbang serta bisa meningkatkan derajat
kesehatan anak di Kecamatan Culamega dan khususnya dapat menurunkan angka stunting
pada balita di kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya.

12

Anda mungkin juga menyukai