Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN KADER


POSYANDU DI KECAMATAN AMONGGEDO KABUPATEN
KONAWE TAHUN 2021
5
Dosen Pengampu : Teguh F.Rahman, SKM, MPPM

10 DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4 :
1. ALVYASIH NOURMALIA P00313018003
2. GUSTI NYOMAN ARIASA P00313018013
3. HASNA P00313018011
15 4. LA IRUN P00313018020
5. MELDA DWI FEBRIANI PUTRI P00313018022
6. MIRATIN UTMAINA P00313018024
7. NURUL IZZA P00313018031
8. SRI WULANDARI P00313018040
20 9. USWATUN KHASANA LIZZIKRI P00313018046
10. WEMPHY MORIST SOMPIE P00313017047

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KENDARI
PROGRAM STUDI DIV GIZI
25 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan proposal perencanaan program gizi yang berjudul
30 “Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Kecamatan Amonggedo
Kabupaten Konawe tahun 2021”. Proposal ini dapat diselesaikan atas bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak dan untuk itu kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

Penyusunan proposal ini tidak luput dari kesalahan dan banyak terdapat kekurangan
35 baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan proposal ini untuk ke depannya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat dan
dapat diaplikasikan. Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.

40

Kendari, Maret 2021

45 Penyusun

50

i
DAFTAR ISI

55 KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
60 1.3 Tujuan......................................................................................................................4
1.4 Manfaat....................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................6
2.1 Landasan Teoritis.....................................................................................................6
2.1.1 Posyandu................................................................................................................6
65 2.1.2 Kader......................................................................................................................8
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu...........................9
2.2 Kerangka Teoritis dan Konsep...............................................................................17
2.3 Variabel Indikator Metode (VIM)..........................................................................18
BAB III METODE PELAKSANAAN.................................................................................20
70 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................................................20
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................................20
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................................................21
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data........................................................................23
75 3.6 Pengolahan, Penyajian dan Analisis Data..............................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26

80

ii
BAB I
PENDAHULUAN
85 1.1 Latar Belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKMB) yang dikelola dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk
masyarakat dan bersama masyarakat guna memberdayakan sumber daya manusia dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar.
90 Posyandu menyelenggarakan 5 program prioritas, dianataranya kesehatan ibu dan
anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare
(Kemenkes, 2012).
Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2019, terdapat 296.777 Posyandu di
seluruh Indonesia. Sebanyak 188.855 atau sekitar 63,6% posyandu diantaranya
95 merupakan posyandu aktif. Posyandu aktif adalah posyandu yang mampu
melaksanakan kegiatan utamanya secara rutin setiap bulan (KIA: ibu hamil, ibu nifas,
bayi, balita, KB, imunisasi, gizi, pencegahan, dan penanggulangan diare) dengan
cakupan masing-masing minimal 50% dan melakukan kegiatan tambahan. Berdasarkan
Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI tahun 2020, Persentase Posyandu Aktif di
100 Sulawesi tenggara Tahun 2019 yaitu 43,67%. Di kabupaten konawe, menurut Profil
Kesehatan Kab/Kota Tahun 2017 presentase posyandu aktif hanya 47,45% sedangkan
indikator target posyandu aktif yaitu 50% (Indikator Prioritas RKP Tahun 2017).
Kinerja Posyandu dikatakan meningkat jika peran kader Posyandu dan partisipasi
masyarakat meningkat yang tercermin dalam cakupan program kesehatan, seperti
105 imunisasi, pemantauan tumbuh kembang bayi balita, antenatal care, partisipasi KB.
Peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan hanya tanggung jawab pemerintah,
melainkan semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader
(Kemenkes,2012). Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang
dipilih oleh masyarakat dan dilatih atau memiliki kemampuan lebih untuk menangani
110 masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja
dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan (Meilani, dkk, 2009).

5 1
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
bertugas mengembangkan masyarakat (Yulifah dan Johan, 2009). Kader kesehatan
115 masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta pimpinan-pimpinan
yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari
sebuah tim kesehatan (Meilani, 2009).
Menurut Yulifah dan Johan (2009), tugas kader meliputi persiapan dan hari buka
120 posyandu dan di luar posyandu. Peran kader Posyandu di setiap desa sangat penting
dalam memantau tumbuh kembang anak usia dini. Pengetahuan tentang perkembangan
anak usia dini menjadi bekal dalam melaksanakan kegiatan Posyandu. Kader Posyandu
dapat mengamati perkembangan anak setiap bulan sehingga dapat memberikan
stimulasi yang tepat bagi anak yang datang ke Posyandu. Secara teknis, tugas kader
125 yang terkait dengan gizi adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan
serta mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS). Kader juga memberikan
makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta
kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita. (Iswarawanti,
2010).
130 Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan
penyuluh masyarakat serta menjembatani antara petugas/ahli kesehatan dengan
masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan menghadapi/menjawab
kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan
informasi bagi pejabat kesehatan berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai
135 masyarakat langsung, serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem
kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan masyarakat.
Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi
masyarakat serta membangun kemampuan lokal. Dalam rangka peningkatan kualitas
layanan posyandu agar menjangkau semua lapisan masyarakat, maka peningkatan
140 kualitas layanan kader posyandu menjadi tonggak penting yang harus diperhatikan.
Dengan peningkatan pengetahuan dan pemahaman diharapkan kader posyandu tahu
proses tata laksana posyandu yang efektif dapat mendeteksi secara dini masalah

2
masalah gizi yang sering terjadi di masyarakat. Ditekankan pada kemampuan kader
posyandu sebagai agen sosial yang dilengkapi dengan pengenalan diri yang baik dan
145 perangkat etika dalam berinteraksi dengan masyarakat, sehingga para kader posyandu
mampu menjadi patner yang positif di lingkungan sebagai agen sosial. Kader posyandu
juga harus memenuhi program-program apa saja yang akan diberikan oleh pihak
pemerintah yang bisa diakses oleh masyarakat dan bagaimana proses memperoleh
kesempatan atas program tersebut.
150 Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela,
sehingga tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya
dengan baik seperti yang diharapkan (Deliveri, 2002). Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja kader posyandu dalam melayani masyarakat bahkan ditemukan
kader yang tidak aktif lagi yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik
155 (dari dalam diri) kader posyandu meliputi faktor umur, tingkat pendidikan, lama
pekerjaan, lama menjadi kader, minat dan kemampuan, sedangkan faktor esktrinsik
(dorongan yang berasal dari luar diri individu), yang meliputi fasilitas posyandu,
pelatihan kader, pembinaan kader, insentif dan dukungan masyarakat yang diberikan
kepada kader. Berdasarkan latar belakang diatas, kami ingin mengetahui keaktifan
160 kader dan faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader di Kecamatan Amonggedo
Kabupaten Konawe tahun 2021.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran tingkat pendidikan terhadap keaktifan kader posyandu di
Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?
165 2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan terhadap keaktifan kader posyandu di
Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?
3. Bagaimana gambaran keterampilan kader terhadap keaktifan kader posyandu di
Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?
4. Bagaimana gambaran riwayat pelatihan yang pernah dijalani terhadap keaktifan
170 kader posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?
5. Bagaimana gambaran fasillitas posyandu terhadap keaktifan kader posyandu di
Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?

3
10
6. Bagaimana gambaran dukungan masyarakat terhadap keaktifan kader posyandu di
Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?
175 7. Bagaimana gambaran penerapan protokol kesehatan oleh kader posyandu di
Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021?

1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
180 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader
posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pendidikan terhadap keaktifan kader
posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
185 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan terhadap keaktifan kader
posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
3. Untuk mengetahui gambaran keterampilan kader terhadap keaktifan kader
posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
4. Untuk mengetahui gambaran riwayat pelatihan yang pernah dijalani terhadap
190 keaktifan kader posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun
2021.
5. Untuk mengetahui gambaran fasilitas posyandu terhadap keaktifan di Kecamatan
Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
6. Untuk mengetahui gambaran dukungan masyarakat terhadap keaktifan kader
195 posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
7. Untuk mengetahui gambaran penerapan protokol kesehatan oleh kader posyandu
di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.

1.4 Manfaat
200 a. Bagi Peneliti
Manambah informasi dan wawasan peneliti tentang kader serta mendapatkan
pengalaman dalam memberi latihan cara dan proses berfikir secara ilmiah.

4
b. Bagi Kader
Mendapatkan informasi tentang faktor yang mempengaruhi keaktifan di
205 Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021 sehingga dapat dilakukan
peningkatan pelayan kesehatan.
c. Bagi Instansi
Khususnya Dinas Kesehatan dan posyandu memberikan informasi tentang
faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu, agar upaya peningkatan
210 pelayanan masyarakat lebih optimal.

215

220

225

230

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
235 2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Posyandu
1. Pengertian
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari
240 dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan
anak balita dukungan teknis dari petugas kesehatan setempat (Tinuk, 2003).
2. Tujuan
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.
245 b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
c. Mempercepat penerimaan NKKBS.
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan
kemampuan hidup sehat.
250 e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam
usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk
berdasarkan letak geografi.
f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usahausaha kesehatan masyarakat.
255 3. Manfaat
Menurut Ratna 2011 :
a. Bagi Masyarakat
Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita, Pertumbuhan anak balita
260 terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk,bayi dan
anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A, bayi memperoleh imunisasi
lengkap, ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet

15 6
tambah darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT), ibu nifas
memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe), memperoleh
265 penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan anak, apabila
terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu
menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas, dapat berbagi
pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi, dan anak balita.
b. Bagi Kader
270 Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih
lengkap, ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang
anak balita dan kesehatan ibu, citra diri meningkat di mata masyarakat
sebagai orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan., menjadi panutan
karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu.
275 4. Kegiatan pelayanan di posyandu
a. Kegiatan utama, mencakup; kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
imunisasi, gizi, pencegahan dan penanggulangan diare.
b. Kegiatan pengembangan/pilihan (Posyandu Terintegrasi) mencakup: Bina
Keluarga Balita (BKB), Tanaman Obat Keluarga (TOGA), Bina Keluarga
280 Lansia (BKL), Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan berbagai
program pembangunan masyarakat desa lainnya.
c. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti:
a) Pos/meja 1 pendaftaran atau registrasi
b) Pos/meja 2 penimbangan& pengukuran balita.
285 c) Pos/meja 3pengisian KMS.
d) Pos/meja 4  penyuluhankesehatan& rujukan
e) Pos/meja 5 pelayanan kesehatan.
5. Sasaran posyandu
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan
290 dasar yang ada di Posyandu terutama; bayi dan anak balita, ibu hamil, ibu
nifas dan ibu menyusui, pasangan usia subur, pengasuh anak.

7
6. Jenjang posyandu
Jenjang posyandu dikelompokan menjadi 4 :
295 1) Posyandu Pratama (warna merah), cirinya : kegiatan belum mantap,
belum rutin dilaksanakan, dan jumlah kader terbatas.
2) Posyandu Madya (warna kuning), cirinya : kegiatan lebih teratur dan
kader yang tersedia adalah 5 orang.
3) Posyandu Purnama (warna hijau), cirinya : kegiatan sudah teratur,
300 cakupan program baik, jumlah kader 5 orang, dan mempunyai program
tambahan.
4) Posyandu Mandiri (warna biru), cirinya : kegiatan teratur dan mantap,
cakupan program baik, memiliki dana sehat dan JKPM yang mantap.
7. Pengelola posyandu
305 Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh
masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus
Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.
Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu.: Sukarelawan dan tokoh
masyarakat setempat, memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan
310 mampu memotivasi masyarakat, bersedia bekerja secara sukarela bersama
masyarakat.
8. Waktu dan lokasi posyandu
Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu (1) kali dalam
sebulan.Jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu (1) kali
315 dalam sebulan.Hari dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan
masyarakat.Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun,
salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus
yang dibangun oleh swadaya masyarakat.Tempat penyelenggaraan kegiatan
Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
320

8
20
2.1.2 Kader
1. Pengertian
325 Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat dapartemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk
kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan
angka kematian ibu dan anak.Para kader kesehatan masyarakat memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk
330 membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.Kader kesehatan
masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta pimpinan yang
ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan
kerja dari sebuah tim kesehatan.
335 2. Peran fungsi kader
a. Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat : perilaku
sehat dan bersih, pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa, upaya
penyehatan dilingkungan, peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita,
pemasyarakatan keluarga sadar gizi.
340 b. Tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh kader kesehatan masyarakat secara
umum: pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit
yang ringan/sederhana, pemberian motivasi dan saran (pada ibu-ibu
sebelum dan sesudah melahirkan, perawatan anak, tentang gizi, imunisasi
dan bantuan pengobatan, KB), program penimbanan balita dan pemberian
345 makanan tambahan, memberikan alat alat KB, menolon persalinan dan
lain-lain.
3. Keaktifan Kader Posyandu
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998:17) menyatakan bahwa
aktif berarti giat dalam hal bekerja atau berusaha.sedangkan keaktifan adalah
350 hal atau keadaan dimana seseorang dapat aktif dalam sebuah kegiatan atau
keterampilan. Tingkat keaktifan yang dimaksud disini adalah tingkat keaktifan
pada kader dalam keikutsertaanya dalam sebuah kegiatan posyandu. Peran

9
keakifan kader dalam setiap kegiatan dirasa mampu meningkatkan
keterampilan dari pembinaan petugas kesehatan yang memberi pelatihan.
355 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Kader Posyandu
A. Faktor intrinsik
1. Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
360 pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut H. Fuad Ihsan (2005: 1) menjelaskan bahwa dalam pengertian
365 yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai “Usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani
maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan
kebudayaan”. Usaha-usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan
norma-norma tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk
370 dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses
pendidikan sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya.
Disamping itu Jhon Dewey (2003: 69) menjelaskan bahwa “Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia”. Dilain pihak
375 Oemar Hamalik (2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu
proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri
sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan
perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat
dalam kehidupan masyarakat”.
380 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan
dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang

10
dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaanya serta mencapai tujuan
agar anak mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri.
385 Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang di
tempuh dan di miliki oleh seorang kader posyandu dengan mendapatkan
sertifikat kelulusan/ijaza, baik ssekolah dasar (SD), Sekoleh Menengah
Pertama (SMP),Sekolah Menengah Atas (SMA), dan perguruan tinggi.
Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan dan perkembangan
390 seseorang secara berkesinambungan.Pendidikan dasar diberikan dengan
tujuan sebagai dasar hidup dalam pengetahuan dan ketrampilan dasar
kemudian dilanjutkan dengan pendidikan lanjutan (Tirtarahardja,
2005).Seseorang yang menjadi kader secara sukarela mengabdikan dirinya
untuk masyarakat, sehingga pendidikan yang dimiliki kader sangat
395 beragam.Masyarakat tidak bisa memilih hanya orang yang berpendidikan
tinggi saja yang menjadi kader karena selain bersifat sukarela, orang yang
berminat untuk menjadi kaderpun jumlahnya sedikit.Sehingga untuk
mengoptimalkan kinerja kader yang sudah ada bisa ditingkatkan melalui
pendidikan non-formal yaitu pelatihan atau penyuluhan secara berkala
400 mengenai administrasi posyandu bagi kader yang melakukan pencatatan dan
pelaporan data bulanan kegiatan posyandu.
2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
405 terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan atau kognitif
yang merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun dengan dorongan sikap perilaku
410 setiap orang sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan
stimulasi terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

25 11
Menurut Maulana (2009), Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan di peroleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan
415 merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan akan mendasari seseorang kader posyandu dalam melakukan
perubahan perilaku, sehingga perilaku yang dilakukan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat
diartikan atau mengerti sesudah melihat (menyaksikan, mengalami, atau
420 diajar). Kader yang memiliki pengetahuan yang baik diharapkan akan dapat
memberikan layanan yang baik dan bermutu pada saat posyandu.
Pengetahuan kader dapat meningkat seiring dengan lamanya menjadi
kader, pengalaman dilapang dalam menangani kasus dan pelatihan- pelatihan
yang telah di ikuti. Melalui pendidikan tambahan, kader yang memiliki
425 wawasan lebih luas dibanding yang belum memiliki pendidikan tambahan,
utamanya yang berkaitan dengan tugasnya diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat (Depkes RI, 2000).
Kader yang pernah mendapatkan pendidikan tambahan akan memiliki
pangetahuan yang lebih tinggi yang merupakan modal untuk pengaplikasikan
430 sikapnya dalam peran serta. Sebaliknya kader yang tidak pernah/belum
pernah mendapat pendidikan tambahan, akan memiliki keterbatasan tersebut
peran kader menjadi optimal. pelatihan seharusnya dilakukan sesering
mungkin dan dapat dijangkau seluruh kader, sehingga kader diharapkan
memiliki pengetahuan yang baik.
435 3. Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti mampu, dan
cekatan.Iverson (2001) mengatakan keterampilan membutuhkan pelatihan dan
kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu
menghasikan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat. Robbins (2000)
440 mengatakan keterampilan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu :

12
1. Basic Literacy Skill : Keahlian dasar yang sudah pasti harus dimiliki oleh
setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta mendengarkan.
2. Technical Skill : Keahlian secara teknis yang didapat melalui
pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengoperasikan kompter dan
445 alat digital lainnya.
3. Interpersonal Skill : Keahlian setiap orang dalam melakukan komunikasi
satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi pendapat dan
bekerja secara tim.
4. Problem Solving : Keahlian seseorang dalam memecahkan masalah
450 dengan menggunakan logika atau perasaanya.
Peningkatan ketrampilan kader kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas dari suatu pelayanan kesehatan (Rufiat, 2011; Shi et.al., 2003).
Keterampilan kader kesehata diantaranya meliputi kemampuan mengisi KMS,
melakukan tahapan-tahapan penimbangan, dimana kader kesehatan biasanya
455 melakukan kegiatan penimbangan belum sesuai dengan prosedur-prosedur
pengukuran antropometri, sehingga hasil yang diperoleh dari
penimbangankurang tepat.Pengukuran antropometri yang dilakukan kader
meliputi pengukuran berat badan dan tinggi badan pada bayi, balita, dan
lansia.Berat badan merupakan ukuran antropometri yang penting dan paling
460 seringdigunakan pada bayi dan balita.Pada masa bayi dan balita, berat badan
dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi
(Supariasa, 2001). Berat badan bayi dan balita harus ditimbang secara berkala,
agar diperoleh gambaran pertumbuhan mereka (Arisman, 2004). Tinggi
badan memberikan gambaran keadaan pertumbuhan.Dalam keadaan normal,
465 tinggi badan tumbuh bersama dengan pertambahan umur, tinggi badan
merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang.
Keterampilan kader dalam mengukur antropometri dapat meningkat
dengan cara diberikan pelatihan pengukuran antropometri yang sesuai
470 prosedur. Selama ini kader telah memperoleh pelatihan dasar dan penyegaran

13
30
tentang kegiatan pelayanan di Posyandu dengan pendekatan konvensioanal,
yaitu pelatihan yang diberikan secara ceramah dan tanya jawab oleh pelatih.
Salah satu kelemahan dari metode konvensioanal adalah hanya meningkatkan
pengetahuan, tetapi tidak meningkatkan keterampilan peserta latih. Metode
475 yang digunakan dalam pelatihan harus sesuai dengan masalah, situasi, dan
kondisi peserta latih, sehingga keterampilan kader dalam pengukuran
antropometri dapat meningkat (Sondra, 2009; Yon, 2008; Lee, 2005;
Gaglianone, 2006).
4. Penerapan protokol kesehatan
480 Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh
segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi COVID-
19 ini. Sejalan dengan hasil penelitian tersebut, maka diperlukan adanya
upaya edukasi bagi masyarakat terkait pencegahan Covid-19 di antaranya
melalui kebiasaan menggunakan masker. Salah satu cara preventif yaitu
485 dengan melakukan kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan melalui
sosialisasi, edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk
memberikan pemahaman terkait bahaya dan penularan Covid-19 (Kemenkes,
2020).
Berbagai media informasi yang digunakan dapat berupa luring dan
490 daring. Sebagaimana di masa pandemi ini, masyarakat cenderung mudah
mengakses informasi secara daring. Hal ini menjadi salah satu peluang untuk
melakukan sosialisasi tentang bahaya Covid-19 dan pencegahannya. Promosi
kesehatan berbasis daring tentang protokol Covid-19 dapat memberikan
pengetahuan dan menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat untuk
495 menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya mencegah COVID-19 (Suhadi,
dkk, 2020).
B. Faktor ekstrinsik
1. Pelatihan
Pengertian pelatihan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
500 danTransmigrasi Republik Indonesia No. 1 Tahun 2014 pasal 1 ayat 21 adalah

14
seluruh kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan
sertamengembangkan kompetensi kerja, produktifitas, disiplin, sikap dan etos
kerjapada tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang.
Definisi pelatihan menurut Andrew F.Sikula dalam Mangkunegara, (2000:43)
505 mendefinisikan pelatihan sebagai berikut: Pelatihan adalah sesuatu proses
pendidikan jangka pendek dengan menggunakanprosedur yang sistematis dan
terorganisir, sehingga karyawan operasional belajarpengetahuan teknik
pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa inti dari pelatihan
510 adalahuntuk meningkatkan kompetensi kerja dan menurut Peraturan Menteri
tersebutdiatas, kompetensi kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakupaspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan
standar yangtelah ditetapkan.
Pelatihan kader dalam suatu kegiatan posyandu sangat
515 diperlukan.Dikarenakan kader merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam kegiatan posyandu. Pelatihan adalah suatu proses
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat menghasilkan
suatuitensitas,arah dan ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai
tujuan. Kader adalah tenaga pilihan untuk usaha-usaha masyarakat karena
520 berasal dari masyrakat (Semburung,2005).
Salah satu kegiatan revitalisasi posyiandu adalah pemberdayaan tokoh
masyarakat, pemberdayaan kader melalui pelatihan,penyeegaraan jambore dan
cerdas cermat, serta pengadaan alat masak pengadaan alat masak dan
kebutuhan operasional. Maksud kegiatan ini adalah agar posyiandu
525 mengkatkan kenerja dan fungsi dan fungsi sehingga mampu mengemban tuga
untuk meningkatkan gizi keluarga. Oleh sebab itu tujuan khusus program ini
ialah agar tercapainya pemberdayaan tokoh-tokoh masyarakat dan kader
posyiandu sehingga kegiatan rutin posyiandu dapat terselenggara dengan baik
dan gizi anak serta kesehartan ibu dapat ditingkatkan dalam pelatihan tidak
530 semua peserta atau kader yang ada dalam satu desa di ikut sertakan dalam

15
pelatihan, sehingga menyebabkan terjadi penurunana partisispasi kader
(Widiastuti, 2006 dalam Yulisman, 2011).
2. Fasilitas Posyandu
Untuk memotivasi pekerjaan hendaknya dilakukan dengan menyediakan
535 saranadan prasaranan yang baik untuk di gunakan dalam melaksanakan tugas.
Menurut siagian (1998) dalam Arwina, ddk (2011) kegiatan-kegiatan
posyandu tidak dapat berjalan dengan baik bila tidak di dukung oleh adanya
fasilitas kerja yang di sediakan harus cukup dan sesuai dengan tugas dan
fungsi dan harus di laksanakan serta tersedia pada waktu dan tempat yang
540 tepat.
Fasilitas posyiandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang
penyelenggaraan kegiatan posyiandu seperti tempat yang sudah tetap, dana
rutin untuk pemberian makanan tambahan (PMT),alat –alat yang diperlukan
misalnya: dacin, KMS, meja, kursi, buku registrasi dll. Keaktifan seseorang
545 kader dalam rangka melakukan kegiatan di posyiandu di pengaruhi oleh
adanya sarana, fasilitas posyiandu yang memadai, bentuk penghargaan kader,
sikap petugas kesehatan dan adanya pembinaan, pelatihan yang di beriakn
kepada kader ( warta posyiandu,1999 dalam arwina,ddk 2011).
3. Peran dan dukungan pemerintah serta tokoh masyarakat
550 Peran dan dukungan pemerintah kepada posyandu melalui kerja
operasional (pokjanal) posyandu sangat penting untuk memfasilitasi
pelaksanaan berbagai kegiatan kesehatan masyarakat di suatu
posyandu.Dukungan masyarakat dapat di lihat pada partisipasi masyarakat
yang di definisikan sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.
555 Partisipasi juga di artikan sebagai kesedian untuk membantu berhasilnya
setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan
kepentingan diri sendiri.
Peran dan dukungan pemerintah kepada posyandu melalui puskesmas
sangat penting dalam memfasilitasi pelaksanaan berbagai kegiatan kesehatan
560 di posyandu.Kegiatan posyandu juga selama ini dapat terlaksana dengan

35 16
adanya peran masyarakat sebagai kader dengan bimbingan petugas kesehatan
dan pihak lain terkait pemberdayaan masyarakat.
Kader posyandu seharusnya mampu menjadi pengelolah karena mereka
lah yang paling memahami kondisi kebutuhan masyarakat. Peran tokoh
565 masyara-kat yaitu memberikan suatu motivasi, dengan dorongan serta mampu
menjelaskan kepada setiap masyarakat tentang manfaat posyandu serta
dukungan posyandu melalui pemberian tempat atau ruangan untuk kegiatan
posyandu. (Kanda Sihombing, BJ. Istiti Kandarina, Sumarni. Mei 2015).
2.2 Kerangka Teoritis dan Konsep
570 1. Kerangka Teoritis

Faktor predisposisi :

1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Umur
4. Kepercayaan
575 5. Pendidikan
6. Sosial ekonomi
7. Keterampilan

Faktor pemungkin :

1. Sarana dan
Perilaku kader
prasarana
580
2. Fasilitas

Faktor penguat :

1. Sikap dan
perilaku tokoh
2. Sikap dan Protokol kesehatan
585 perilaku petugas

Sumber : Green ( 1988) dalam Notoatmojo (2003)

17
2. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen
590

Tingkat Pendidikan
Tingkat pengetahuan
Keterampilan
Variabel Dependen
Fasilitas posyandu
Riwayat pelatihan Keaktifan Kader
Dukungan
595 masyarakat
Protokol kesehatan

2.3 Variabel Indikator Metode (VIM)

Variabel Indikator Metode Instrumen


Jenjang pendidikan terakhir kader.
Dengan kategori:
 SD
Pendidikan Wawancara Kuesioner
 SMP
 SMA
Pendidikan Tinggi (D-1 dst)
Pengetahuan  KMS/ penimbangan Wawancara Kuesioner
 Imunisasi
 Pemberian vitamin A
 Pemberian tablet FE
 ASI eksklusif
 MP-ASI
 Tugas kader 5 meja
 Diare

18
40
 PGS
 Pengisian (plotting) KMS
 Keterampilan melakukan
Lembar
Keterampilan penimbangan menggunakan dacin Observasi
checklist
 Membuat LGG (Larutan gula garam)
 Penyuluhan
 Pelatihan kader yang pernah diikuti
Riwayat dalam 1 tahun terakir
Wawancara Kuesioner
Pelatihan  Jenis pelatihan yang diikuti
 Waktu
 Ketersediaan tempat
 Alat timbangan
 Tali dan sarung timbangan sebagai
Fasilitas pelengkap dacin
Posyandu  Penyediaan buku KMS Wawancara Kuesioner
 Penyediaan buku KIA
 5 Meja dan kursi
 Ruangan khusus pemeriksaan bumil
 Alat pengukur tinggi badan
Dukungan Bentuk dukungan dari masyarakat:
masyarakat  Mendukung Wawancara Kuesioner
 Kurang mendukung
Protokol Diterapkanya prosedur 3M di posyandu Lembar
Observasi
kesehatan tersebut. checklist
600

BAB III
METODE PELAKSANAAN

605 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

19
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
rancangan Cross Sectional, yaitu penelitian yang menggambarkan tentang profil kader
posyandu di Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
610 Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2021, bertempat di Kecamatan
Amonggedo Kabupaten Konawe.

615

620

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


625 a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu yang ada di
wilayah Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah kader posyandu yang ada di wilayah
630 Kecamatan Amonggedo Kabupaten Konawe tahun 2021.

c. Teknik Sampling dan Kriteria Sampel


a. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yaitu
635 penarikan sampel yang didasarkan pada kriteria peneliti.

20
b. Kriteria sampel
a) Kriteria Inklusi:
1) Kader yang ada di wilayah Kecamatan Amonggedo Kabupaten
Konawe pada saat peneliti melakukan penelitian
640 2) Kader yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani surat
persetujuan menjadi responden.
b) Kriteria Eksklusi:
1) Kader yang tidak bersedia menjadi responden
2) Kader yang tidak hadir (sakit/cuti) pada saat penelitian
645 3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Pendidikan Kader
Pendidikan adalah suatu jenjang pendidikan formal terakhir yang di tempuh
dan di miliki oleh seorang kader posyandu dengan mendapatkan sertifikat
kelulusan/ijazah, baik ssekolah dasar (SD), Sekoleh Menengah Pertama (SMP),
650 Sekolah Menengah Atas (SMA),dan perguruan tinggi.
Kriteria objektif :
a. Tinggi : Jika kader tamat SMA atau lebih tinggi
b. Rendah : Jika kader tidak sekolah atau tamat SD atau SMP
(Sumber : Desy, 2013)
655 2. Pengetahuan Kader
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sabagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui indra manusia
660 (Notoadmodjo, 2003 dalam wawan A dan Dewi M, 2010).
Kriteria Objektif:
a. Cukup : Jika nilai jawaban responden ≥ 60% dari total jawaban benar
b. Kurang : Jika nilai jawaban responden < 60% dari total jawaban benar
(Sumber : Soekidjo,2003)
665 3. Keterampilan Kader

45 21
Keterampilan adalah kemampuan melaksanakan tugas /pekerjaan dengan
menggunakan anggota badan dan peralatan kerja yang tersedia.
Kriteria objektif :
a. Terampil : Jika presentasi ≥80%
670 b. Kurang terampil : Jika presentasi <80%
4. Riwayat Pelatihan Kader
Menurut Gomes (1997) yang di kutip widyaastitu (2006) dalam yulisma
(2011) pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki prestasi kerja pada suatu
pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya.
675 Kriteria objektif :
a. Baik : Apabila pernah mengikuti sebanyak ≥ dua kali
b. Kurang : Apabila mengikuti sebanyak < dua kali
(Sumber : Nur Fitriani, 2010)
5. Fasilitas Posyandu
680 Fasilitas posyandu yaitu segala sesuatu yang dapat menunjang
penyelenggaraan kegiatan posyandu seperti tempat atau lokasi yang tepat, dana
rutin untuk pemberian makanan tambahan (PMT), alat-alat yang di perlukan
Misalnya: dacing, KMS, meja, kursi, buku registrasi dan lain-lain.
Kriteria objektif :
685 a. Lengkap jika 8 fasilitas tersedia
b. Tidak lengkap jika salah satu fasilitas tidak tersedia
(Sumber : Sugiyono, 2000)
6. Dukungan dari Masyarakat
Dukungan masyarakat dapat dilihat pada partisipasi masyarakat yang di
690 definisikan sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama. Partisipasi juga
di artikan sebagai kesedian untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai
kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri .
Kriteria objektif :
a. Mendukung : Apabila masyarakat mendukung kegiatan posyandu
695 dengan skor >70%

22
b. Kurang mendukung : Apabila masyarakat kurang mendukung kegiatan
posyandu dengan skor <70%
7. Protokol Kesehatan
Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu diikuti oleh segala
700 pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat pandemi COVID-19.
Kriteria objektif :
a. Ya : Apabila diterapkanya prosedur 3M di posyandu tersebut
b. Tidak : Apabila tidak diterapkanya prosedur 3M di posyandu tersebut.
(Sumber: Abdullah, 2010)
705
3.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
A. Data Primer
1. Tingkat pendidikan kader
Data tingkat pendidikan diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada
kader dengan menggunakan alat ukur kuesioner.
710 2. Tingkat pengetahuan kader
Cara pengumpulan data untuk variabel tingkat pengetahuan kader diperoleh
menggunakan metode wawancara dengan alat ukur kuesioner
3. Keterampilan kader
Data keterampilan kader diperoleh menggunakan metode observasi dengan alat
715 ukur lembar checklist.
4. Riwayat pelatihan kader
Data riwayat pelatihan kader diperoleh dengan cara melakukan wawancara
pada kader menggunakan alat ukur kuesioner.
5. Fasilitas posyandu
720 Pengumpulan data untuk variabel fasilitas posyandu dengan menggunakan
metode wawancara menggunakan alat ukur kuesioner.
6. Dukungan masyarakat
Data dukungan masyarakat diperoleh langsung dengan melakukan wawancara
menggunakan alat ukur kuesioner
725 7. Protokol kesehatan

23
50
Data protokol kesehatan dilakukan dengan cara observasi menggunakan alat
ukur lembar checklist.
B. Data Sekunder
Data sekunder meliputi populasi dan keadaan umum lokasi penelitian yang
730 diperoleh dari kepala desa setempat.
3.6 Pengolahan, Penyajian dan Analisis Data
1. Pengolahan data
a. Tingkat Pendidikan
1. Kuesioner tingkat pendidikan dari hasil wawancara dikumpulkan
735 2. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut :
a. Tinggi : Jika kader tamat SMA atau lebih tinggi
b. Rendah : Jika kader tidak sekolah atau tamat SD atau SMP
b. Tingkat Pengetahuan
1. Tingkat pengetahuan kader diolah berdasarkan jawaban responden atas
740 pertanyaan yang diberikan.
2. Selanjutnya di bagi dengan total skor untuk menentukan persen tingkat
pengetahuan gizi kader.
3. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut :
a. Cukup : jika nilai jawaban responden ≥60% dari total jawaban
745 b. Kurang : jika nilai jawaban responden <60% dari total jawaban

750 c. Keterampilan Kader


1. Kumpulkan kuesioner tingkat pendidikan dari hasil observasi kepada kader
2. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut :
a. Terampil : Jika presentasi ≥80%
b. Kurang terampil : Jika presentasi <80%
755 d. Riwayat pelatihan kader

24
1. Kuesioner riwayat pelatihan kader dari hasil wawancara dikumpulkan
2. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut :
a. Baik : Apabila pernah mengikuti sebanyak ≥ dua kali
b. Kurang : Apabila mengikuti sebanyak < dua kali
760 3. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan narasi
e. Fasilitas Posyandu
1. Kuesioner fasilitas posyandu dari hasil wawancara dikumpulkan
2. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut :
a. Lengkap jika 8 fasilitas tersedia
765 b. Tidak Lengkap jika salah satu fasilitas tidak tersedia
f. Dukungan dari Masyarakat
1. Kuesioner dukungan masyarakat dari hasil wawancara dikumpulkan
2. Jawaban dari responden pada kuesioner dukungan masyarakat dilakukan
perhitungan persentase dengan menggunakan rumus :
F
770 P= x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase hasil
F = Jumlah skor yang didapat
N = Jumlah skor maksimal
775 3. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut:
a. Mendukung : Apabila masyarakat mendukung kegiatan
posyandu dengan skor ≥70%
b. Kurang mendukung : Apabila masyarakat kurang mendukung
kegiatan posyandu dengan skor <70%
780 g. Protokol Kesehatan
1. Hasil observasi protokol kesehatan menggunakan kuesioner dikumpulkan
2. Kemudian dibagi dalam 2 kategori berikut:
a. Ya : Apabila diterapkanya prosedur 3M di posyandu tersebut

25
b. Tidak : Apabila tidak diterapkanya prosedur 3M di posyandu
785 tersebut.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan narasi
3. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah
790 analisis yang digunakan untuk menganalisis tiap variabel yang ada secara deskripsi.
Analisis ini dilakukan terhadap masing-masing variabel yang akan diteliti yaitu
tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, keterampilan kader, riwayat pelatihan yang
pernah dijalani, fasilitas posyandu, dukungan dari masyarakat dengan keaktifan
kader posyandu. Tujuan dari analisis univariat adalah untuk menjelaskan atau
795 mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Analisis data
disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

800

805

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah.(2010). Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. Diakses


dari:http://sanitasi.or.id/index.php.option=com.

55 26
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta :
810 Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta,


2002.

815 Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180-195.

Depkes. 2007. Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan Pengembangan Desa
Siaga. Jakarta : Depkes.

Desi. 2013. Konstruksi Pendidikan Karakter Kreatif dalam Kegiatan Pramuka (Analisis Isi
terhadap Film Lima Elang untuk Pembelajaran PKn). Skripsi S-1. Surakarta:
820 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ferizal Y, Mubasysyir H, Proses Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Posyandu Terhadap


Intensitas Posyandu ( Analisis Data Sakerti 200). Manajemen Pelayanan Kesehatan,
2007.

Friedman G. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.

825 Fuad ihsan. 2005. Dasar-dasar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Iswarawanti Dwi N. 2010. Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan Pemberdayaannya


dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak Di Indonesia. Manajemen Pelayanan
Kesehatan Vol. 13 No.4 Desember 2010.

Iverson.(2001). Memahami Keterampilan Pribadi.CV. Pustaka : Bandung.

830 Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 10, No.3,
November 2015.

Kanda Sihombing, BJ. Istiti Kandarina, Sumarni. Peran lurah, petugas kesehatan, dan kader
dalam partisipasi ibu balita ke Posyandu di wilayah cakupan D/S terendah dan
tertinggi di Kota Jambi. 2015;Vol. 3, No. 2, Mei 2015: 87-97.

835 Kesehatan RI, Kementerian. Ayo Keposyandu Setiap Bulan. 2012

Kemenkes.(2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Desease (Covid-


19).Jakarta : Kementerian Kesehatan. Kesehatan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

27
Maulana, Heri, d.j, Promosi Kesehatan (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009).

Meilani, Niken dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya.

840 Moleong, Lexy J. (2001).Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Notoatmodjo, S .2005. Promosi Kesehatan teori dan aplikasinya.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Profil kesehatan sulawesi tenggara, 2016. Data & Informasi Provinsi Sulawesi Tenggara.
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016

845 Profil Kesehatan Sultra, 2016. (n.d.). 28_Sultra_2016.pdf.

Rufitai, AM., Bambang Budi Raharjo.Fitri Indrawati 2011.

Sari, D. P dan Atiqoh, N. S. (2020).Hubungan antara Pengetahuan Masyarakat dengan


Kepatuhan Penggunaan Masker sebagai Upaya Pencegahan Penyakit Covid-19 di
Ngronggah. Jurnal Infokes. Vol. 10 (1), 52-55. Retrieved from.

850 Sembiring, E. R. (2005). Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab


Sosial : Study pada Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi VIII. Solo, ( September), 15- 16.

Siagian, Sondang P., 1989. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Smbiring, Nasap. 2005. Posyandu Sebagai Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha
855 Peningkatan Kesehatan Masyarakat, Bagian Kependudukan Dan Bistatistik
Falkultas kesehatan Masyarakat USU, Medan .www.usudigitalibrary.go.id.

Sondakh, N. 2009. Pemeriksaan Antenatal Ibu Hamil, http://mdopost.com diaksestanggal


14 Juni 2015.

Sryatty. Analisis Kinerja Kader Posyandu di Puskesmas Paniki Kota Manado.

860 Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Bisnis, Bandung : CV Alfabeta.

Suhadi, dkk.(2020). Promosi Kesehatan Berbasis Daring Mengenai Perilaku Pencegahan


Covid-19 Bagi Masyarakat Kota Kendari. Jurnal Anoa. Vol. 1 (3), 245-255.
Retrieved from

Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

865 Tinuk, (2003). Pemberdayaan masyarakat. Semarang: Universitas Diponegoro.

28
60
Tinuk.(2003). Pemberdayaan Masyarakat. Semarang: Universitas Diponegoro.

Tirtarahardja Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta

Widiastuti, I Gusti Agung, Ayu Mas, 2006. Pemanfaatan pelayanan posyandu dan, WPS no.
15 juli 2006, KMPK Universitas Gaja Mada, Jogyakarta.

870 Yulifah, R., Johan, T.A.Y. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Salemba Medika, Jakarta.

29

Anda mungkin juga menyukai