Anda di halaman 1dari 24

MATAKLIAH : SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU

SEJARAH AGAMA HINDU DI LUAR INDONESIA

DI SUSUN OLEH

NAMA : Kadek Suantari

NIM : 1901002010063

SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU

BHATARA GURU KENDARI

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa
karena atas perkenan dari Beliau lah saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan cukup baik dan
tepat pada waktunya. Dengan judul makalah “SEJARAH KEBUDAYAAN HINDU”
Adapun makalah ini saya susun atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah Agama Hindu.
Dan agar para mahasiswa juga dapat mengetahui tentang sejarah Agama Hindu, dan bagaimana
perkembangannya di luar Indonesia dari awal sampai saat sekarang ini, serta teori teori yang
muncul dari para ahli sejarah Agama Hindu. Dalam penyusunan makalah ini, saya menyadari
bahwa masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dalam membantu proses
belajar sejarah dan perkembangan Agama Hindu di Indonesia.
Sekali lagi saya ucapkan TERIMA KASIH.

OM SANTIH SANTIH SANTIH OM


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
1.1. LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 4
1.2. TUJUAN ....................................................................................................................................... 4
1.3. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 4
BAB II ........................................................................................................................................................... 5
2.1. MUNCULNYA AGAMA HINDU DI INDIA ....................................................................................... 5
2.2. DEWA-DEWA AGAMA HINDU DI INDIA ....................................................................................... 5
2.3. SISTEM KASTA AGAMA HINDU DI INDIA ...................................................................................... 7
2.4. PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA ................................................................................. 9
2.5. MASA PENGUNDURAN AGAMA HINDU DI INDIA ...................................................................... 14
2.6. MASA BANGKIT AGAMA HINDU DI INDIA .............................................................................. 15
2.7. ZAMAN KEEMASAN AGAMA INDU DI INDIA .......................................................................... 17
BAB III ........................................................................................................................................................ 23
3.1. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma “Kebenaran Abadi”), dan Vaidika-Dharma


(“Pengetahuan Kebenaran”) adalah sebuah agama yang berasal dari anak benua India. Agama ini
merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang merupakan kepercayaan bangsa
Indo-Iran (Arya). Agama ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan
merupakan agama tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini. Agama ini merupakan agama
ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan jumlah umat sebanyak hampir 1
miliar jiwa.

Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat di anak benua India. Di sini terdapat
sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira
abad ke-15, lebih tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai saat itu agama ini digantikan
oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di
Indonesia adalah masyarakat Bali, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok,
Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan.

Di India sebagian besar masyarakatnya beragama hindu. Rakyat yang beragama Hindu,
sebagian besar berasal dari kasta rendah dan tidak mempunyai kasta. Di India terdapat 200
bahasa. Bahasa persatuannya adalah bahasa Hndustani yang terdiri dari bahasa Hindi dan bahasa
Urdu, bahasa Hindi adalah bahasa yang sebagian besar rakyat yang beragama Hindu.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui lahir dan berkembangnya agama hindu dari zaman kezaman di negara
india.
C. RUMUSAN MASALAH
 Sejak kapan agama hindu muncul di india ?
 Dewa-dewa apa saja di dalam agama hindu india ?
 Bagaimana pembagian kasta di india ?
 Bagaimana perkenbangan agama dan budaya hindu di india ?
 Bagaimana evolusi perkembangan budaya dan agama hindu di India ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. MUNCULNYA AGAMA HINDU DI INDIA

Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai
Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha.
Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama
Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi,
hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-
1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda
sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga
Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri
termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak
kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang
tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida
menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan
kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida. Oleh karena
itu, Agama Hindu yang berkembang sebenarnya merupakan sinkretisme (percampuran) antara
kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Selain itu, istilah Hindu diperoleh
dari nama daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/
Hindustan sehingga disebut agama dan kebudayaan Hindu. Terjadi perpaduan antara budaya
Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Daerah perkembangan
pertamanya terdapat di lembah Sungai Gangga, yang disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan
Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).

B. DEWA-DEWA AGAMA HINDU DI INDIA

 Dewa brahma
Dewa Brahma mempunyai empat buah kepala yang melihat ke segala penjuru. Ini
adalah suatu tanda yang menyatakan kebijaksanaanya. Ialah pencipta segala sesuatu
dan istrinya Saraswati adalah Dewi Kesenian. Dewa Brahma sekarang tidak lagi
dipandang sebagai dewa yang terutama. Di seluruh India hanya ada sebuah Candi
Brahma.
 Dewa Wisnu
Dewa Wisnu semakin lama semakin banyak pemujaan. Ia diwujudkan sebagai
dewa yang penyayang yang bertangan empat, senantiasa berbaring di atas tempat
tidurnya seekor ular bernama Ananta, yang mempunyai seribu kepala. Ia hanya
bangun bila terdengar doa dewa-dewa yang lain, bila mereka memerlukan seseorang
juru pemisah dan penolong, untuk menjaga seluruh alam, karena kadang-kadaang
terancam oleh kekuasaan-kekuasaan yang jahat. Menurut kepercayaan Hindu, Wisnu
menjelma sepuluh kali. Sembilan dari penjelmaan itu telah berlaku, akan tetapi
penjelmaan yang ke sepuluh masih akan tiba.
 Dewa Siwa
Dewa Syiwa diwujudkan sebagai seorang pengemis kayangan dan menjadi
seorang pelancong yang suka bergaul dengan hantu dan orang halus yang selalu
berkeliaran di tempat-tempat pembakaran mayat dan gurun pasir. Ia tidak mempunyai
istana, sebab itu ia diam bersamaan dengan istrinya Durga di atas gurun Kailasa di
pegunungan Himalaya. Menurut orang Hindu hal ini adalah akibat dari sumpah dewa
Brahma, karena Syiwa telah memancung salah satu kepala Brahma ketika timbul
pertengkaran antara keduanya tentang kekuasaan. Ia menjadi dewa bagi orang-orang
pertapa dan mereka yang telah menguasai hukum-hukum alam. Binatang
kendaraannya, Nandi pun dipuja orang. Isterinya mempunyai beberapa nama : Pervati,
Durga, Kali, Sakti, Devi, Uma dan sebagainya. Anak mereka ada dua orang, yaitu
Ganesya dan Kartikaya. Dari kedua anak Syiwa ini, Ganesyalah yang lebiih dihormati
orang. Ini dalah dewa kecerdasan dan kesabaran. Ia berkepala gajah dan bertubuh
manusia. Hal ini adalah sumpah dewa Brahma. Kartikaya, anak yang bungsu adalah
dewa peperangan.
 Dewa-Dewa Perorangan

Orang Hindu mempunyai tiga dewa pujaan: Gramadewata, dewa yang melindungi
kampung atau kota. Kuladewata, dewa yang melindungi rumah 4tangga. Isytadewata,
dewa perseorangan. Kedua dewa yang pertama diperolehnya sejak lahir, sedang
Isytadewata dipilih sendiri dari salah satu dewa yang banyak itu. Jadi ada
kemungkinan seorang mendapat Kali Nandi Isjtadewata. Akan tetapi ada juga
kemungkinan bahwa satu dewa menduduki ketiga tempat itu. Pemujaan terhadap
Gramadewata di jalankan di dalam candi dari kota atau kampung. Seorang Hindu
yang taat selalu mengunjungi candi tiap pagi sesudah ia mandi. Di sini ia
mengucapkan doanya atau membawa korban berupa bunga atau buah-buahan. Sekali
atau dua kali setahun diadakan perayaan untuk menghormati Gramadewata. Pemujaan
terhadap Kuladewata dan Isjtadewata ini bermacam-macam coraknya pada tiap-tiap
rumah tangga.
C. SISTEM KASTA AGAMA HINDU DI INDIA

 Brahmana
Di dalam buku ke-10 dari reg-Veda , tertulis: “golongan Brahmana keluar dari
mulut dewa, golongan Ksatria dari tangannya, Vaisya dari paha atau perutnya, dan
akhirnya golongan Sudra keluar dari telapak kakinya.arti kiasan yang mengatakan
bahwa golongan Brahma keluar dari mulut Brahma ialah bahwa Golongan Brahmana
merupakan guru dari rakyat. Kelompok brahmana ialah pemikir, ahli filsafat dan para
rohaniawan agama Hindu. (Su’ud,17:1988). Didalam masyarakat Hindu kaum
brahamana ini bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan. Mereka adalah orang
yang paling mengerti mengenai seluk beluk agama Hindu, karena kegiatan sehari-
harinya hampir selalu dikaitkan dengan kegiatan keagamaan selain itu ereka juga
mempunyai peranan yang sangat besar bagi berjalannya pemerintahan, karena para
brahman ini membimbing para warga dan juga memberikan nasehat terhadap raja
dalam menjalankan pemerintahannya. Sehingga dalam uritan kasta ini para btahman
menduduki posisi yang paling atas.
Kewajiban-kewajiban kasta Brahmana adalah sesuai dengan kedudukan sosial
mereka. Sungguhpun tak suatu kasta yang lain dapat membuat peraturan-peraturan
bagi kasta Brahmana, namun hidup mereka haruslah tunduk kepada suatu disiplin
sendiri yang sangat keras. Hidup mereka haruslah diabdikan kepada kewajiban-
kewajiban terhadap dirri sendiri, terhadap masyarakat dan terhadap dewa-dewa. Dia
harus hidup dengan sederhana sekali, harus suka bertamu dan bertabit altruistis.
Hidup seorang Brahmana dapat dibagi dalam 4 tingkat masa atau asjrama
a. Brahmatsjarya
b. Grahasta
c. Vanaprasta
d. Sanyasi
 Ksatria
Kaum elite dalam masyarakat beragama hindu terdiri dari kaum bangsawan yang
mengelola kekuasaan duniawi dalam arti mereka adalah orang-orang yang
berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang
termasuk dalam golongan ini adalah raja beserta keluarganya, para pejabat
pemerintah, dan para tentara.
Ajaran-ajaran kuno mengatakan, bahwa rakyat harus menghormati rajanya sebagai
seorang dewata. Raja harus berlaku kepada rakyatnya sebagai perlakuan seorang
bapak terhadap anak-anaknya. Harta-harta rakyat tidak boleh dihisapnya dengan jalan
mengadakan pajak yang tidak-tidak. Dengan segala daya upaya raja harus menjamin
ketertiban dalam kerajaannya dan menghukum orang-orang jahat serta membinasakan
tiap-tiap anasir yang asosial. Seorang Raja juga harus berusaha supaya kasta
Brahmana tidak kekurangan apa-apa.
 Waisya
Waisya, kaum yang memiliki profesi sebagai para pedagang besar, para pemilik
modal maupun para petani kaya yang mempunayi lahi pertanian yang cukup luas.
Walaupun berada dalam lapisan ketuga namun dalam golongan masyarakat biasa yang
tergolong dalam golongan sudra ini mereka memiliki peran yang cukup penting.
Karena mereka merupakan kaum yang memberikan nafkah bagi sudra karena mereka
ini memperkerjakan sudra sebagai pekerja, buruh maupun budak. Selain itu para
waisya ini merupakan kekuatan sosial yang menguasai sektor ekonomi dalam hal
produksi dan distribusi. Kasta Vaisyalah kasta yang terendah diantara kasta-kasta
yang anggotanya disebut “ orang yang dua kali dilahirkan” yang berhak menyebut
dirinya bangsa Arya. Tanda perbedaan dari orang-orang arya ini ialah munya (seutas
tali yang suci) yang disandang diatas bahu kiri terus kepinggang kanan.
Sebagai halnya kasta Ksatria, kasta Vaisyapun yang asli tidak ada lagi yang hidup
pada dewasa ini menurut perkataan kasta Brahmana. Namun demikian, banyak sekali
golongan suku di India sekarang yang menyebut dirinya kasta Vaisya. Menurut kaum
Brahmana, semua kasta Vaisya yang ada sekarang adalah bekas kasta Sudra yang
lambat laun bertambah tinggi kedudukannya disebabkan harta bendanya. Tetapi dari
mana sajapun kebenaran asal mereka yang pasti ialah bahwa kasta Vaisya yang pada
dewasa ini, pada umumnya adalah orang-orang yang berada.
 Sudra
Biasanya masyarakat yang bermata pencaharian sebagi petani peternak, para
pekerja, buruh, maupun budak, mereka ini adalah para pekerja kasar. Mereka
mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang
diperhatikan dan mereka yang berada dalam golongan ini menmduduki kedudukan
yang kurang terhormat dalam masyarakatnya.

Pembagian masyarakat dalam beberapa golongan atau kasta. Dari susunan kasta inilah
yang sering menimbulkan berbagai masalah sosial kemasyarakatan, dan menjadi penghambat
dalam penyelesaian masalah pemerintahan, pemilihan secara demokratis, persamaan hak dan
kemerdekaan dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Di india, terdapat masyarakat dengan
status ekonomi yang tinggi dan di sisi lain sebagian besar rakyat hidup dalam garis kemiskinan
dan kesengsaraan.

D. PERKEMBANGAN AGAMA HINDU DI INDIA

 Perkembangan agama hindu di india pada zaman veda


Zaman ini dimulai dan datangnya Bangsa Arya, + 2500 SM ke India, dengan
menempati lembah Sungai Sindhu yang dikenal dengan nama Punjab (daerah lima
aliran sungai).Bangsa Arya tergolong ras Indo Eropa yang terkenal sebagai Bangsa
yang gemar mengembara tetapi cerdas, tangguh dan trampil. Selanjutnya pada zaman
ini merupakan zaman mulainya penulisan Wahyu suci yang pertama yaitu Reg Veda.
Kehidupan beragama pada zaman ini didasarkan atas ajaran-ajaran yang tercantum
pada Veda Samhita, yang lebih banyak menekankan pada pembacaan perafalan ayat-
ayat Veda secara oral, yaitu dengan menyanyikan dan mendengarkan secara
berkelompok.Veda adalah kitab suci Agama Hindu yang dturunkan oleh ida Sang
Hyang Widhi Wasa kepada umat Hindu melalui para Rsi (Sapta Rsi) yaitu Rsi
Grtsamada, Rsi Viswamitra, Rsi Atri, Rsi Bharadvaja, Rsi Vasistha, Rsi Kanva dan
Rsi Vamadeva. Selanjutnya setelah wahyu tersebut diterima, maka atas jasa Maharsi
Vyasa dan empat orang muridnya membukukan wahyu tersebut menjadi empat bagian
yang sampai sekarang dikenal dengan nama catur weda :
a. Maharsi pulaha membukukan Reg Veda
b. Maharsi Jaimini Membekukan Sama Veda
c. Maharsi Vaisapayana membukukan Yajur Veda
d. Maharsi Sumantu Membukukan Atharwa Veda
 Perkembangan agama hindu di india pada zaman Brahmana
Jaman ini merupakan awal munculnya kitab Brahmana yang merupakan bagian
dan Veda Sruti yang disebut Karma Kanda. Kitab ini memuat himpunan doa-doa serta
penjelasan upacara korban dan kewajiban keagamaan. Oleh karena itu keberadaan
umat Hindu pada jaman Brahmana ini didomininasi oleh pelaksanaan upacara
keagamaan dalam bentuk upacara korban. Unsur-unsur upacara yang ada dalam kitab
Veda dikembangkan secara luas dalam kitab Brahmana. Kalau dibandingkan dengan
zaman Veda umat memohon berkah pada para Dewata melalui upacara korban, tetapi
pada zaman Brahmana kedudukan para Dewa dengan kaum Brahmana adalah sejajar,
Karena keduanya diangap sebagai penentu keberhasilan upacana
korban.Perkembangan Agama Hindu pada Jaman Brahmana mi merupakan peralihan
dan zaman Veda ke zaman Brahmana. Kehidupan orang-orang pada zaman mi betul
betul berpusat pada keaktifan rohani terutama dalam bentuk upacara korban.
Secara lengkap ciri-ciri zaman Brahmana sebagai berikut
a. Upacara korban/yadnya mendominir kegiatan umat hindu
b. Para Brahmana menjadi gelombang yang paling berkuasa
c. Munculnya perkemvbangan kelompok-kelompok masyarakat yang sangat tajam
dengan jenis-jenis pasraman.
d. Dewa-dewa menjadi berkembang fungsinya
e. Munculnya bermacam-macam kitab suci atau kitab penuntun pelaksanaan
upacara korban
 Perkembangan agama hindu di india pada zaman upanisat
Zaman Upanisad ini merupakan reaksi terhadap yang terjadi pada zaman Brahmana.
Dimana sejalan dengan berjalannya waktu, Agama Hindu terus berkembang yang
meskipun pada akhirnya umat terpecah mengikuti aliran yang berbeda, yang secara
keseluruhan disebut aliran Nawa Darsana, yaitu enam aliran tergabung dalam
kelompok Astika (kelompok yang masih menerima Veda sebagai kitab suci Agama
Hindu) dan tiga aliran tergabung dalam kelompok Nastika (kelompok yang menolak
Veda sebagai kitab suci Agama Hindu). Aliran Nastika inilah secara otomatis keluar
dan Agama Hindu sedangkan Aliran Astika tetap mengikuti Agama Hindu dan
kembali pada Veda sebagai sumber segalanya bagi umat Hindu secara keseluruhan.
a) Keompok yang tergolong Astika yang disebut Sad Darsana
1. Nyaya
2. Vaisesika
3. Mimamsa V
4. Samkhaya
5. Yoga
6. Vedanta
b) Kelompok yang tergolong Nastika meliputi
1. Buddha
2. Carvaka
3. Jaina

Selanjutnya yang tergabung dalam kelompok Astika ini terus mengadakan pendalaman
ajaran Agama Hindu terutama filosofisnya. Artinya menolak kondisi yang terjadi seperti pada
zaman Brahmana. Malah yang ditekankan pada zaman ini adalah menyeimbangkan antara
filsafat, etika dan ritual. Dalam zaman Upanisad ini umat Hindu yang dimotori oleh Kaum
Ksatria terus mengadakan diskusi-diskusi yang menimbulkan berkembangnya filsafat Hindu yang
lebih menekankan pada aspek Jnana. Dalam diskusi itu para siswa duduk di bawah dekat kaki
guru kerohanian atau para Rsi dan mengajukan pertanyaan kepada guru kerohanian itu. Para guru
atau para Rsi akan memberikan jawaban dengan tetap berpedoman pada Kitab Suci Veda, maka
dengan demikian kebenaran yang didapat oleh para siswa kerohanian itu tidak perlu diragukan.
Cara diskusi ini disebut dengan nama Upanisad.

Sebagai hasil dan kegiatan Upanisad ini dibukukan dalam kitab Upanisad. Kitab Upanisad
merupakan bagian dan Jnana Kanda dan kitab Veda Sruti yang isinya bersifat ilmiah, spekulatif,
tetapi tetap dalam ruang lingkup keagamaan. Pada umumnya kitab-kitab Upanisad berisi tentang
hakekat Brahman, Atman, Hubungan antara Brahman dan Atman, Hakekat Maya, Hakekat Vidya
dan Avidya, serta mengenai moksa atau kelepasan. Pandangan yang menonjol dalam ajaran
Upanisad adalah suatu ajaran yang bersifat Monistis dan Absolutistis, dalam artian ajaran yang
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bermacam-macam ini dialirkan dan satu azas, satu
realitas tertinggi yang tidak dapat dilihat, tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat ditangkap oleh akal
manusia, tetapi melingkupi segala yang ada di alam semesta ini, itulah yang disebut dengan
Brahman (Ida Sang Hyang Widhi Wasa).

Brahman memiliki sifat Sat Cit Ananda yang artinya keberadaan, kesadaran, dan
kebahagiaan. Dan ungkapan ini menunjukkan bahwa Brahman adalah satu-satunya realitas yang
bersifat mutlak, yang meliputi segala yang ada, yang sadar, dan yang bersifat rohani sehingga
dengan demikian Brahman dipandang sebagai sumber alam semesta, sumber semua mahluk, dan
penguasa segala yang ada.

Mengenai keberadaan Atman pada Zaman Upanisad disebutkan bahwa Atman meliputi
segala sesuatu dan ia berada dalam lubuk hati manusia. Atman yang ada dalam tubuh manusia itu
dilapisi oleh lima lapisan yang disebut dengan Panca Maya Kosa, yaitu Anamaya Kosa (lapisan
Prana/energi), Manomaya Kosa (lapisan alam rasa dan pikiran), Wijnanamaya Kosa (lapisan
kesadaran) dan Anandamaya Kosa (lapisan kesadaran yang membahagiakan). Semua lapisan itu
dapat berubah-ubah, sedangkan Atman adalah subjek yang tetap ada diantara semua yang
berubah-ubah itu, artinya Atman terbebas dan semua keadaan, karena Atman sesungguhnya
adalah Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Mengenai ajaran Karma pada zaman Upanisad dinyatakan sebagai suatu perbuatan yang
selalu diikuti oleh pahala atau akibatnya. Sehingga siapa saja yang berbuat baik atau buruk pasti
akan menerima hasil baik atau buruk. Jadi semua tergantung pada prilaku umat itu sendini.
Ajaran tentang Punarbhawa (kelahiran kembali) pada zaman Brahmana dianggap sebagai karunia
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Pada zaman Upanisad timbul sebuah pertanyaan kenapa kehidupan
seseorang berbeda satu sama lain, baik dan unsur fisiknya atau keadaan sosial ekonominya ?
Jawaban ini semua adalah tergantung pada karma setiap orang dan rantai kehidupan yang amat
panjang.
Bila seseorang meninggal dunia badan halusnya terpisah dengan badan kasarnya, semua
karma wasana dan perbuatannya melekat pada badan halusnya. Badan halus hidup bersama
Atman yang kemudian menjelma mengambil badan yang baru. Proses Punarbhawa ini amat sulit
diketahui oleh orang biasa, kecuali oleh para Maharsi, karena semua itu kehendak dari sang
pencipta yaitu Brahman itu sendiri. Tujuan hidup tertinggi bagi manusia adalah untuk mencapai
Moksa atau kelepasan, yaitu bersatunya Atman dengan Brahman. Pada jaman Upanisad jalan
untuk mencapai Moksa adalah melalui perbuatan baik, Bhakti, Tapa, Brata dan Yoga.

Demikianlah uraian mengenai Zaman Veda, Zaman Brahmana dan Zaman Upanisad.
Pada hakekatnya satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena
semua menjadi pondasi dan sejarah Agama Hindu.

 Perkembangan agama hindu pada masa purana


Zaman purana menandai terjadinya evolusi Hindu di India, yaitu munculnya
berbagai macam mazhab atau sekte. Meskipun demikian agama Purana mewarisi
konsep-konsep keagamaan dari zaman Brahmana. Keduanya sama-sama menekankan
praktik agama yang penuh dengan upacara. Agama Brahmana dan agama Purana
mementingkan upacara yajna sebagai jalan untuk mencapai moksa. Hal ini diuraikan
secara teliti dan mendalam dalam kitab Mimamsasutra. Ajaran yang mengajarkan
pentingnya kedudukan yajna (Karma kandha) dalam agama Hindu ini dikembangkan
dan diajarkan oleh para rshi pada zaman ini. Dengan pelopor-pelopornya antara lain,
Rshi Prabhakaran, Rshi Kumarila Batta, dan masih banyak lagi. Ajaran ini rupanya
mendapat sambutan yang luas di kalangan umat Hindu. Agama Hindu yang
berdasarkan yajna, sebagaimana muncul sejak zaman Weda, Brahmana, dan Purana
ini umumnya disebut Hindu ortodoks atau agama Brahmana-Smarta. Ajaran inilah
yang menjadi agama rakyat India hingga akhir zaman Purana (sekitar 700 Masehi).
Akhir zaman Purana ditandai dengan terjadinya kekacauan di antara umat Hindu,
akibat pertentangan yang hebat antara satu mazhab dengan mazhab yang lainnya.
Setiap mazhab membenarkan prinsip-prinsip kepercayaan dan ajaran dari mazhab
mereka sendiri dan menyalahkan kebenaran dari mazhab yang lain. Hal-hal yang
dipertentangkan terutama mengenai ajaran Ahimsa. Di samping itu, juga mengenai
upacara yajna, kurban binatang, vegetarian dan non-vegetarian, dan hal-hal prinsip
lainnya. Pertentangan itu semakin memanas dan memuncak pada akhir zaman Purana.
Selain itu, pertentangan antara pemeluk agama Hindu dan agama Buddha juga terus
berlangsung.

E. MASA PENGUNDURAN AGAMA HINDU DI INDIA

Pada abad ke-6 sebelum masehi, ajaran agama Brahmana ditandai dengan munculnya
penafsiran terhadap kitab suci Catur Veda yang melahirkan kitab-kitab Brahmana, Aranyaka,
dan upanizad. Namun demikian, penafsiran ini hanya dilakukan oleh para Rshi yang memiliki
otoritas untuk dan berlangsung dalam tradisi perguruan (Guru Parampara) yang kuat dan
kepercayaannya yang kuat. Meskipun upanizad berisi pemikiran filosofis dan spekulasi
metafisis, tetapi ini merupakan ajaran rahasia yang berlangsung antara guru dan murid. Ini
ditegaskan dengan kata “Upanisad” yang berarti “kedudukan dekat dengan guru” untuk
menerima ahjaran-ajaran mengenai rahasia ke-Tuhan-an (Brahma rahasyam). Pada Zaman
ini, kitab catur veda dipelajari dan ditafsirkan dengan bebas oleh siapapun.
Kebebasan ini menyebabkan timbulnya beberapa ajaran dan aliran yang berbeda-beda.
Dan beberpa kalangan tidak mengakui sebagai otoritas veda sebagai kitab suci. Pada zaman
itu ditentang oleh aliran Budha, Jaina, Charwaka, Ajiwika, Prawrajika, Nirgata dan lainnya.
Mereka menolak otoritas dan kekuasaan kitab suci weda, juga seluruh upakara ritual yang
bersumber dari kitab suci weda, sebaliknya mereka mendukung, mengajurkan etika
(moralitas), mengagungkan nilai-nilai kehidupan, ahimsa, tapa brata yang keras, dan
penebusan dosa dengan jalan yang luarbiasa untuk mencapai moksa. Ditekankan pada ajaran
hidup yang tertinggi adalah kebebasan atman dari keterikatan duniawi yang sebagai penyebab
penderitaan (dhuka). Hanya dengan mengetahui jalan duka dan mengatasi penyebabnya orang
akan mencapai kebebasan dari kelahiran dan kematian yang disebut nirwana. Menentang
kebenaran veda, mengutuk adanya korban binatang, menentang upakara ritual, menentang
catur warna(kasta) dan menentang kekuasaan para pendeta.
Ajaran ini mampu menarik simpati masyarakat luas di India, karena caranya sangat
sederhana. Ajaran Budha menyebar begitu cepat keseluruh India sehingga sebagian besar
penduduk yang beragama Hindu (Brahmana) beralih agama ke agama Budha, sehingga orang
yang masih taat ajaran Brahmana, hanya kaum bangsawan dan aristokrat yang masih
bertahan. Zaman ini merupakan zaman keemasan agama Budha (the Golden age of Budhism)
di India. Akibatnya agama di India pecah menjadi dua golongan yaitu golongan
Ortodoks/Smarta/Karma Kandi (mereka yang masih menganut agama Brahmana) dan
golongan rasionalis (golongan Bhuda, Jaina, dan sebagainya), dengan meluasnya ajaran aliran
rasionalis ini maka agama Brahmana mengalami kemunduran yang luar biasa sehingga
disebut zaman kemunduran agama Hindu. Hanya orang-orang Hindu yang masih taat saja
yang tetap beragama Hindu dan sebagain besar hanya golongan Brahmana, golongan
bangsawan dan aristocrat.
Pada zaman rasionalis ini, dinyatakan bahwa Nirwana tidak dapat dicapai melalui yadnya,
tapa brata ataupun Brahma widya, melainkan hanya dapat dicapai dengan melalui jalan
spiritualitas, etika dan perbuatan baik. Aliran rasionalis mennetang kebenaran veda,
menentang upakara yadnya yang banyak dan rumit, menentang agama yang bersifat
aristocrat, menentang dengan adanya system warna (kasta), menentang penggunaan bahasa
Sangsekerta, menentang pembunuhan binatang untuk pelaksanaan upakara yadnya namun
menekankan ajaran ahimsa secara ketat serta menentang kekuasaan Brahmana dalam
mengatur keperluaan spiritual masyarakat. Dan dari segi politik di zaman ini dipimpin oleh
sorang raja beraliran Budha. Agama Budha ditetapkan sebagai agama negara, sehingga para
raja-raja yang ada melarang melakukan ritual yadnya yang menggunakan kurban binatang.
Pada saat itu dengan rajanya yang kuat yaitu kerajaan Magadha. Dan sampai-sampai kuil-kuil
Brahmana diancurkan.

F. MASA BANGKIT AGAMA HINDU DI INDIA

Hari semakin hari berlalu, kaum Brahmana bangkit, mulai mengadakan pembrontakan
melawan pemerintah kerajaan Magadha yang beragama Budha. Dari kalangan Brahmana
dipimpin oleh Pushyamitra (Mahajan), dia adalah seorang Brahmana yang menjabat sebagai
senapati dikerajaan Magadha. Pusyamitra berasil membunuh raja terakhir dari Dinasty
Maurya yang bernama Brihadratha pada tahun 184 SM. Dalam kitab Harshacarita disebutkan
bahwa saat raja Brihadratha sedang mengadakan pemeriksaan pasukan dalam sebuah parade,
saat itulah ia dibunuh oleh Pushyamitra. Setelah itu Pushyamitra mampu merampas kerajaan
Maurya, kemudian mendirikan dinasty Brahmana yang disebut Sungga.
Pada zaman pemerintahan Pusyamitra ini melarang masyarakat mengikuti aliran budha,
bahkan pengikutnya tidak segan-segan dibunuh termasuk Bhiksu dan kuil-kuil budha
(wihara) diancurkan. Pushyamitra adalah seorang raja Brahmana yang pantang mundur untuk
melindungi, mempertahankan dan menyebarkan agama Brahmana. Dia menobrak dan
mengancurkan penyebar agama Budha di India. Dia membangkitkan kembali ritual yadnya
seperti upakara Aswamedhayadnya, yaitu suatu upakara yang terbesar agama Brahmana.
Pada zaman ini masyarakat memuja Dewa Wasudewa disamakan kedudukannya seperti
Dewa Wisnu dalam kitab veda. Para penganutnya memuja Lingga, yang merupakan warisan
dari pemujaan di lembah Sungai Shindu.
Pada zaman veda pemujaan lingga hanya dilakukan oleh orang-orang Dravida namun
kemudian meluas pada orang-orang Arya. Ajaran ritual mulai berkembang (Karma kanda)
yang bersumber dari kitab suci veda dan juga berdasarkan kitab-kitab Brahmana. Dewa Siwa
diakui sebagi Dewa tertinggi yang kedudukannya disamakan dengan Dewa Ludra dalam kitab
veda. Namun pada zaman ini bahwa nama-nama dewa yang disebutkan dalam kitab Veda
seperti Dewa Indra, Waruna, Agni dan Aswin tidak dianggap sebagai dewa yang terpenting
lagi yang digeser kedudukannya oleh umat Hindu di India, namun dewa lainnya yang zaman
veda tidak penting seperti Dewa Wisnu, Shiwa dan lain-lainnya mendapat kedudukan cukup
penting di zaman Pushyamitra ini.
Pada zaman ini untuk mengindari salah penafsiran kitab suci veda seperti pada zaman
upanisad sebelumnya, maka dilarang masyarakat umum mempelajari kitab veda. Sehingga
bermunculan penulisan sastra-satra suci oleh kaum Pendeta Brahmana yang disebut dengan
nama Pancama Veda, seperti kitab-kitab itihasa (Ramayana dan Mahabharata), Bhagavad
Gita, Shwetaswatara, kitab-kitab purana, dan sebagainya. Kitab pancama veda ini boleh
dibaca oleh masyarakat umum dan dikatakan kesuciannya sama dengan kitab suci veda. Pada
zaman ini berkembang juga sistem filsafat Hindu yang bersumber dari kitab-kitab Upanisad.
Seperti kitab-kitab Sutra yang menjadi sumber ajaran dari filsafat Hindu (Sad Dharsana yaitu
Nyayasutra (Nyaya), Waisesika, Samkhya, Yoga(yoga sutra), Mimamsasutra dan
Vedanthasutra). Isi dari sistem filsafat ini tentang uraian alam semesta, pencipta dan ciptaan-
Nya, dan pertanyaan tentang hidup dan mati secara logis-filosofis.
Para pendeta Brahmana menyusun kembali tentang ajaran ritual yadnya agar mudah
ditafsirkan, dengan kalimat-kalimat yang pendek-pendek sehingga disebut kitab Sutra. Seperti
kitab kalpasutra yang terdiri dari Srautasutra yang 4berisikan mengenai upakara umum,
Grihyasutra yang berisikan mengenai upakara dirumah tangga, Dharmasutra sulbasutra. Pada
zaman ini terjadi pengakuan terhadap semua adat istiadat di daerah. Bahkan hukum sosial
sudah dipakai sebagai hukum agama, sehingga siapa yang melanggar adat dianggap
melanggar hukum agama. Pada zaman ini Dharmasastra menjadi kitab hukum Hindu yang
juga menjadi sumber hukum sosial India pada zaman itu.
Berdasarkan uraian ditas dapat disimpulkan bahwa ciri penting pada zaman kebangkitan
agama Hindu atau agama Brahmana ortodoks adalah: Kitab suci Catur Veda tidak boleh
dibaca untuk umum, sebagai penggantinya ditulislah kitab-kitab pancama Veda, Itihasa
(Ramayana dan Mahabaratha) dan kitab-kitab Purana; Munculnya pemujaan kepada Trimurti
(Brahma, Wisnu, Shiwa) ; munculnya ajaran Sad Dharsana; semua adat-istiadat harus tetap
jalan; munculnya perhitungan Yuga.

G. ZAMAN KEEMASAN AGAMA INDU DI INDIA

Pada akhir zaman brahmana (zaman kebangkitan agama hindu), kehormatan agama
hindu, yang sempat hilang karena menguatnya pengaruh agama Buddha di india dapat di raih
kembali. India kembali di perintah oleh raja-raja beragama hindu dari keturunan dinasti
gupta. Perkembangan agama hindu (brahmanisme) pada zaman ini mendapatkan dukungan
penuh dari raja dan seluruh apiratur kerajaan (tripathi, 1999 :255). Mereka semua aktif
mengembangkan dan mengagungkan agama hindu. Upacara yang dahulu sudah tidak di
laksanakan lagi, sekarang di laksanakan kembali dengan tertib dan khidmat (macmillan (ed),
2001 : 72). Dengan diperintahnya kembali India oleh raja-raja yang beragama Hindu maka
agama dan kebudayaan Hindu tumbuh subur dan berkembang.
Walaupun demikian, agama dan kebudayaan hindu yang berkembang pada zaman ini
merupakan kelanjutan dari zaman brahmán akhir (200 SM – 300M ). Salah satu cirri
terpenting dari zaman brahmanan akhir (Revial of hindusim) adalah munculnya mazhab –
mazhab dalam agama hindu. Secara teologis. Kemunculan mazab-mazab ini (testic religios)
telah menggeser dewa-dewa yang semula di puja dalam kitab suci weda dan digantikan
dengan dewa-dewa lain yang diyakini sebagai tuhan oleh mazhab tersebut
(mahajan,2002:375;majumdar, 1998:171).
Dari sekian mazhab yang ada, mazhab waishnawa dan mazhab shiwa sangat terkenal pada
zaman ini. Mazhab waishnawa mengagungkan dewa wasudewa yang disamakan dengan
Dewa Wishnu dalam weda, sedangkan mazhab shiwa mengagungkan Dewa Shiwa yang
disamakan dengan Dewa Rudra dalam weda (thapar,1979:161). Selain itu, juga muncul
mazhab besar lainnya, yaitu shakta (pemujaan shakti), ganapatya (pemuja ganesha), dan sora
(pemuja surya) (majumdar, 1998:171). Kelima mazhab disebut Panca Sakha atau Panca
Upasakha, atau Panca Yatanapuja. Walaupun demikian, tidak ada perbedaan yang tegas
antara kelima mazhab tersebut (Panca Sakha) Oleh karena itu lebih tepat disebut sebagai lima
bentuk pemujaan kepada ista dewata. Ini penting dipahami untuk membedakan dengan
mazhab-mazhab yang lahir pada zaman purana (historical tradition) (thapar, 1979:163).
Dalam hal kesusasteraan Hindu, zaman Brahmána akhir juga di tandai dengan ditulisnya
kitab-kitab Pancama Weda. Kitab ini sebagai pengganti kitab suci Catur Weda yang pada
masa itu tidak boleh dibaca masyaeakat umum. Ini menyebabkan setiap mazhab menulis dan
mengagungkan satu atau beberapa Panca Weda, sebagai kitab yang paling disucikan dalam
mazhabnya. Malahan, kesuciannya diyakini sama dengan kitab CaturWeda (mahajan,
2002:566; sulivan, 1998:5). Penulisan kitab-kitab ini terus berlanjut seiring dengan semakin
berkembangnya mazhab-mazhab (pancha upasakha ) dalam agama Hindu.
Kesusasteraan Hindu yang penting pada zaman ini adalah kitab-kitab Purana. Secara
tradisi, diyakini bahwa kitab Purana di tulis oleh Maharsi Wyasa dan umumnya disebut
Pancama Weda (shastri, 1973:v) ada 18 (delapan belas) kitab purana mayor (mahapurana)
dan 18 (delapan belas) kitab purana minor seperti misalnya, Shiwa Purana adalah salah satu
kitab suci dari mazhab shiwa: brahmanda purana adalah kitab suci dari mazhab shakta :
bhagawatam puranam adalah salah satu kitab suci dari mazhab waishnawa, dan lain-lain
(mahajan, 2002: 376; majumbar ,1998 : 438; mani, 1984:617).
Bermunculannya kitab-kitab purana (Histirical Tradition) seiring dengan tumbuh-
suburnya mazhab-mazhab dalam agama hindu sehingga zaman ini disebut zaman purana,
zaman ini berlangsung dari tahun 300 masehi hingga 700 masehi (Kundra, 1968 : 187).
Adapun agama hindu pada zamn itu disebut agama purana (Puranic religión) (Sharma, 2001 :
101 ; Luninya, 2002 : 190). Berbeda dengan agama Brahmana (Brahmanismeotodiks) yang
menitik beratkan pada pelaksanaan upacara yajna dan persembahan kurban binatang, agama
purana justru bersifat sektarian. Artinya, pada zaman ini muncul banyak sakte (mazhab) yang
secara tegas berbeda antara sekte yang satu dengan sakte yang lain. Setiap sakte ini memiliki
kekayakinan dan tata caranya sendiri ; adapun karateristik sebuah mazhab atau sekte, antara
lain: memiliki nama Tuhan sendiri; memiliki kitab suci sendiri; memiliki sadhana sendiri;
doktrin ajaran sendiri; memiliki ritual pemujaan yang khas; memiliki kosmologi dan
kosmogoni sendiri; memiliki ajaran yoga-nya sendiri; memiliki kepercayaan moksa sendiri;
dan memiliki sisitem filsafat sendiri (Rejeev, 1990).
Sebagai kelanjutan dari zaman Brahmana akhir, Mazhab Waishnawa dan shiwa juga
semakin berkembang pada zaman purana ini. Akan tetapi, ajaran-ajaran dari mazhab
waishnawa mengalami banyak perubahan Di bandingkan dengan ajaran awal pada zaman
kemunculannya sekitar abad ke kedua sebelum masehi. Perubahan dalam mazhab waishnawa
ini terutama karena di pengaruhi oleh agama budha. Ajaran-ajaran yang berasal dari agama
budha seperti, ahimsa,vegetarian (Majumdar, 1998 : 431 ; Luniya, 2001 : 196), pemujaan
patung, penolakan terhadap sistem kasta, dan pembangun kuil-kuil, pada akhirnya menjadi
bagian dari ajaran mazhab waishnawa (Kundra, 1968 : 177; Luniya, 2001: 208). Pada zaman
ini juga sapi mulai di sucikan, bahkan di puja terutama oleh penganut waishnawa, sedangkan
lembu di sucikan oleh penganut shaiwa.
Perkembangan mazhab bhagawata waishnawa semakin pesat. Ini di tandai dengan
munculnya sub-sub sekte yang intinya memuja dewa whisnu. Ajaran mengenai awatara yang
muncul dalam kitab-kitab purana mulai di yakini oleh penganutnya (Sharma, 2001 : 101).
Akhirnya muncul pemujaan kepada awatara dewa wishnu seperti , rama,khrisna,
narasinga,dan lain-lain. Demikian pula pemujaan kepada dewa laksmi, radha,hanuman, dan
garuda mulai berkembang dan mengakar dalam masyarakat (Tripathi, 1999:268-269).
Mazhab Waishnawa menekankan tiga macam jalan untuk mencapai moksa, yaitu: pertama,
melalui karmamarga (perbuatan), kedua, melalui jnanamarga (jalan ilmu pengetahuan) dan
ketiga, melalui bhaktimarga (jalan berbakti). Dalam pelaksanaan karmamarga, cara-cara
pelaksanaan upacara keagamaan secara tepat dan benar harus di lakukan (Macmillan (ed),
2001 : 78-79; Rajeev, 1990:21). Sebaliknya, mazhab shiwa tetap menjalankan ajaran ritual
berdasarkan ajaran kitab-kitab brahmana. Mereka tetap melaksanakan upacara yajna, korban
suci binatang, dan hidup non-vegetarian (boleh memakan daging) (Sharma, 2001:68).
Dengan adanya perbedaan ajaran yang mendasarkan dari kedua mazab ini, maka agama
hindu pecah untuk kedua kalinya. Mazhab waishnawa disebut golongan rasionalisme atau
golongan Jnana kandhi yang menerima kebenaran filsafat, rasio, dan logika. Mazhab ini
menentang upacara kurban seperti yang disebutkan dalam kitab suci weda, menolak
perbedaan warna,dan kekuasaan pendeta. Golongan rasionalis ini di sebut juga dengan nama
golongan Wedantis (Sharma, 2001 : 68). Sebaliknya , mazhab Shiwa disebut golongan
ortodoks atau golongan krama-kandi atau golongan mimamsaka atau umumnya disebut
golongan tradisi. Mazhab shiwa ini mendasarkan pemikirannya pada pentingnya ritual, serta
tetap mempertahankan tradisi seperti yang di ajarkan dalam kitab suci weda dan
penjelasannya berdasarkan kitab-kitab brahmana. Mereka tetap mempertahankan dan
melaksanakan upacara yajna sebagai dasar ajaran yang terpenting dan umumnya mereka tidak
vegetarian (Sharma, 2004 : 68).
Mazhab waishnawa dan shiwa saling bertentangan untuk mempertaruhkan prinsip-prinsip
kepercayaan masing-masing. Pada zaman ini pula muncul mazhab lain sebagai penengah
yang di sebut mazhab brahmana atau mazhab smarta atau mazhab yang berdasarkan tradisi.
Mazhab brhamana-smarta ini muncul pada abad pertama sebelum masehi. Mazhab ini
mengajarkan penyembahan pada dewa trimurti, yaitu brahma, wishnu dan rudra ( Majumdar,
1998 : 177 ; Rajeev, 1990:21).
Selain mazhab waishnawa dan shiwa seperti yang tersebut di atas, masih banyak lagi
mazhab dan sub-sub mazhab seperti, shiwa shakti,Ardhanareshwari, Harihara, dan lain-lain.
Demikian pula, pemujaan ganesha, surya (sora), dan shakti tumbuh dengan pesatnya di
kalangan masyarakat (Tripathi, 1999:269; Khanna, 1967 : 132; Rajeev, 1990:22-25). Pada
zaman ini juga, mazhab trimurti yang sudah muncul sejak abad pertama sebelum masehi
berkembang luas di kalangan masyarakat (Mahajan, 2002:375). Mazhab yang menyembah
trimurti (brahma-wishnu-shiwa) ini ikut menyebar ke indonesia bersama dengan mazhab
shiwagama dan waishnawagama. Zaman purana ini memang tepat disebut zaman keemasan
agama hindu (The Golden Age Of Hindusm) (Kundra, 1968 : 168). Mengingat agama hindu
sudah mulai tersebar ke seluruh India, Bahkan juga tersebar keluar negara india termasuk ke
Asia Tenggara dan indonesia, bahkan sejak abad pertama masehi (Kundra, 1968 : 187 ;
Luniya, 202:189).
Perkembangan agama Hindu di India dan penyebarannya ke luar india, tiak dapat
dilepaskan dari semakin berkembangnya ajaran tantrayana atau tantrisme pada abad ke-5
mashi (Thapara, 1979:16). Kitab-kitab tantrayana yang umum di sebut kitab agama atau kitab
tantra. Banyak di tulis pada zaman ini. Kitab tantrayana ini di bagi menjadi dua , yaitu kitab
daksinagama dan wamagama. Setiap mazhab dalam Tantrayana memiliki kitab-kitab sendiri,
Shiwagama, shaktagama, Waishnawagama, dan lain-lain (Banerjee, 1988:367-468).
Kitab Waishnawagama berisi tentang teologi, atribut-atribut para dewa, mantra, cara
mengucapkannya, cara meditasi, dan lain-lain. Hal-hal ini diuraikan secara panjang lebar
dalam kitab tersebut. Kitab Waishnawa gama ada dua macam, yakni Pancharatra dan
Waikanagama (Gupta, 2000:xv-xviii). Sementara itu,kitab Shiwa gama jumlahnya sebanyak
208 buah. Paling terkenal dari kitab Shiwa gama adalah Pasupata Sutra, Tattwa Sanggraha,
Moksa Karika, dan lain-lain. Sedangkan kitab Saktagama berjumlah 64 buah dan yang
terpenting adalah Sarada Tilaka, Mantra Maharnawa, dan lain-lain (Rao, 1999:168).
Pada zaman purana ini, mazhab shiwa juga berkembang pesat dan menyebar luas ke
seluruh India. Mazhab shiwa pertama kali muncul pada abad pertama sebelum masehi. Pada
zaman ini, mazhab shiwa memiliki banyak sub-sekte seperti misalnya, mazhab pasupata,
kapalika, kalamuka,linggayat, dan lain-lain (Mahajan, 2002:532-538; Majumdar,1998:432-
433). Menurut ajaran mazhab shiwa, moksa hanya dapat dicapai dengan jalan bhakti melalui
samskara dan sadhana pancamakara (lima macam persembahan), dengan jalan yoga, dan
setelah mendapat anugerah dari shiwa. Ajaran dan filsafat semacam ini disebut filsafat shiwa
siddhanta (Law, 2000:1-17). Sementara itu, mazhab shiwa-bhairawa, kalamukha, dan
kapalika, melakukan ritual pemujaan dengan persembahan berupa sadhana pancamakrama (
biji-bijian, daging, ikan, dan lain-lain) (Dutt, 1997:xx). Mazhab shiwa umumnya masih
mempertahankan ajaran-ajaran upacara kurban sebagaimana diajarkan dalam kitab suci weda
dan kitab-kitab brahmana (Thapar, 1979:160).
Tantrayana berpengaruh sangat kuat dalam masyarakat, bahkan mampu mempengaruhi
seluruh mazhab yang ada dalam agama hindu (Sharma, 2001:328;nLuniya,2002:204). Tanpa
kecuali juga mempengaruhi mazhab shiwa dan mazhab waishnawa, sehingga muncul mazhab
shiwatantra atau shiwagama dan waishnawatantra atau waishnawagama. Mazhab tantrayana
ini memusatkan pemujaan kepada shakti atau istri dari dewa-dewa. Seperti pemujaan kepada
durga, prawati, sakti atau bhairawi sebagai shakti dari dewa shiwa. Demikian juga pemujaan
kepada mahalaksmi sebagai shakti dewa wishnu, dan mahasaraswati sebagai shakti dewa
brahma. Demikianlah pemujaan kepada shakti (istri dewa ) menjadi ciri penting ajaran
tantrayana. Mazhab ini muncul dan berkembang pesat sekitar abad ke-5 masehi, tetapi bibit-
bibit ajarannya sudah dapat di rujuk dalam agama dravida atau lembah sungai sindhu (Gupta,
2000: xviii-xix; Sharma, 2001:328).
Munculnya ajaran Tantrayana menjadi ciri penting pada zaman purana ini. Oleh karena
itu perlu dijelaskan secara singkat ciri-ciri ajaran tantra. Menurut ajaran tantra, moksa dapat
dicapai dengan sadhana(disiplin rohani)mempersembahkan semua pancatattwa, yaitu
persembahan biji-bijian ( mudra), daging ( mamsa ), ikan ( matsya), minuman keras (mada),
dan simbol-simbol lingga-yoni ( maithuna ) melalui bhakti yogatantra dan dengan
mendapatkan anugerah shiwa (Dutt, 1997:81; Mahajan, 2002:668). Selain itu, ajaran
tantrayana juga menganjurkan persembahan binatang kurban seperti kerbau, kambing,burung,
dan lain-lain. Dalam ajaran tantra juga diajarkan tentang persembahan darah (bali :
nyambleh). Pusat perkembangan ajaran tantrayana dan shakta trutama adalah di wilayah
assam, india timur.
Apabila diamati lebih jauh bahwa hakikat ajaran tantrayana memiliki keserupaan dengan
praktik agama hindu di indonesia. Ini dapat dibenarkan karena agama hindu yang datang ke
indonesia sejak abad pertama masehi adalah semua mazhab yang muncul pada zaham purana
terutama adalah mazhab shiwagama atau shiwatantra dan waishnawagama atau
waishnawatantra. Kedua mazhab ini menekankan ajaran untuk melaksanakan yajna (korban
binatang) dan panca tattwa sebagai salah satu sarana dan sadhana mencapai moksa. Lain dari
pada itu bahwa agama hindu di indonesi juga mewarisi filsafat shiwa sidhanta yang
berkembang di india selatan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Peradabab lembah sungai Sindhu pada zaman pra-Weda merupakan cikal bakal
perkembangan agama Hindu di India. Kemudian, peradaban ini bersintesa dengan agama
Weda yang dibawa bangsa Arya ke India jauh sebelum Masehi.

Perkembangan agama Hindu di India terjadi melalui 4 fase yaitu:

a. Zaman Veda
b. Zaman Upanisat
c. Zaman Brahmana
d. Zaman Purana
Evolusi Budaya dan Agama Hindu (Periode sekitar 1000 SM sampai sekarang).
Evolusi ini terdiri dari beberapa zaman:
a. Zaman kejayaan agama hindu (sekisar 1000SM-600 SM)
b. Zaman kemunduran agama hindu )sekitar 600 SM-200SM)
c. Zaman kebangkitan agama hindu (sekitar 200 SM-300SM)
d. Zaman hi ndu baru ( sekitar 700 M-1200m )
e. Saman hindun sampai sekarang
DAFTAR PUSTAKA

Bachri, Saiful.2009.Sejarah.Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS


Pelu, Musa.2011.Sejarah Asia Selatan 1.Surakarta: UNS Press
Hardono, K.2006.Sejarah Kebudayaan India.Salatiga : Widya Sari
http://susanti-vip.blogspot.com/2012/05/perkembangan-agama-hindu-di-india.html
http://www.padmabhuana.com/Evolusi-Agama-Hindu-di-India-dan-Budayanya.html
http://www.wikipedia.com/Hindu.html
http://sukmazaman.blogspot.com/2012/06/perkembangan-agama-hindu-di-india.html

Anda mungkin juga menyukai