Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

KERAJAAN-KERAJAAN HINDU BUDHA DI INDONESIA

Disusun oleh:

KELOMPOK
LINTAS MINAT SEJARAH INDONESIA

Anjani Akmal Fauziah


Euis Nariah
Ning Vanny Syifa Nur Auliyah
Sofi Sopianti
Vini Oktaviani

Kelas : X MIPA 2

SMA SAPTA DHARMA SOREANG


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.
Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari
sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan
bimbingan yang telh diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT. Amin
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Soreang, Nopember 2018


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
Bab 1 ....................................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
Bab 2 ....................................................................................................................................................... 2
A. Munculnya agama Hindu di Indonesia........................................................................................ 2
B. Muncul dan berkembangnya Agama Budha ............................................................................... 3
C. Kerajaan-Kerajaan Hindu Budha di Indonesia ............................................................................ 6
1. Kerajaan Kutai ............................................................................................................................. 6
2. Kerajaan Melayu ......................................................................................................................... 7
3. Kerajaan Pajajaran ( Sunda ) ....................................................................................................... 7
4. Kerajaan Tarumanegara .............................................................................................................. 8
5. Kerajaan Kalingga ........................................................................................................................ 9
6. Kerajaan Sriwijaya ..................................................................................................................... 10
Prasasti Kota Kapur .................................................................................................................. 11
2. Prasasti Ligor ......................................................................................................................... 11
3. Prasasti Telaga Batu ............................................................................................................. 11
4. Prasasti Kedukan Bukit ....................................................................................................... 12
5. Prasasti Talang Tuwo ........................................................................................................... 12
7. Kerajaan Mataram Kuno ........................................................................................................... 12
8. Kerajaan Singasari ..................................................................................................................... 14
9. Kerajaan Majapahit ................................................................................................................... 16
10. Kerajaan Kediri ...................................................................................................................... 17
11. Kerajaan Medang Kemulan ................................................................................................... 20
12. Kerajaan Bali ......................................................................................................................... 23
Bab 3 ..................................................................................................................................................... 25
Kesimpulan........................................................................................................................................ 25

ii
Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang
dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah
Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi,
dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal
dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni
musafir Budha Pahyien.

Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan
Tarumanagara yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16.
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa
abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra.
Penjelajah Tiongkok I-Tsing mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada
puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad
ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih
Majapahit antara tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung
Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan
kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.

Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaan-kerajaan bercorak
Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa.
Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya
dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini.

B. Perumusan Masalah

Kerajaan-kerajaan Hindu Budha apa saja yang ada di Indonesia

1
Bab 2
Pembahasan

A. Munculnya agama Hindu di Indonesia

Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai
Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu
dan Budha. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (kulit
putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban
Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan
mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai
suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga
Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria
sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian
sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa
Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa
Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan
kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida
yang masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan
sinkretisme (percampuran) antara kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan
bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut
Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal
penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/ Sungai Shindu/ Hindustan
sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu. Daerah
perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang disebut
Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).

Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:


• Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
• Wisnu sebagai dewa pemelihara alam
• Siwa sebagai dewa perusak

Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria
sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut
dikenal dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta.
Pembagian kasta tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang
hanya dapat terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.

2
Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk
dalam golongan kaum Pariaseperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan
merupakan mayoritas penduduk India.

B. Muncul dan berkembangnya Agama Budha

Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar 525 SM.
Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan dikabulkan).

Agama Budha muncul disebabkan karena :


Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah
belah masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat
manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.
Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat
Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena
beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup
miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”.
Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara),
dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna
mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala
kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh
Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung
dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai upaya
pengolahan pemikiran dan pengolahan diri Sidharta sehingga menemukan cara yang
terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat
mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia
untuk merasakan penderitaan yang sama.

Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa
harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana
hanya pendeta yang dapat membuat orang mencapai kesempurnaan. Sidharta Gautama
dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah mendapat pencerahan. Sidharta
artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti
orang yang menerima bodhi. Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka
(dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitakaartinya keranjang). Peristiwa
kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal
yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa
tersebut dirayakan umat Budha sebagai Triwaisak.

Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan
membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki

3
ataupun perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama
dalam kehidupan ini.
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia

Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama Hindu di
Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)
2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)
3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)
4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)
5. Teori Arus Balik (dikemukakan oleh M.Yamin)

Proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia


adalah sebagai berikut.

Agama Budha
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya
misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari,
serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke
Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan
daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat
disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha
sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka
akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama
Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah
mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal
agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan
sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya
disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah
disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga
ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

Agama Hindu
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur
perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui
penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu
maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran
agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu
maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui
upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang
bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya
upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke
India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka

4
kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka
mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di
Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan
seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan
memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut. Berikut
kerajaan-kerajaan hindu yang pernah berdiri di Indonesia.

5
C. Kerajaan-Kerajaan Hindu Budha di Indonesia

1. Kerajaan Kutai

Kerajaan Hindu pertama di Indonesia. Terletak di Tepi Sungai Mahakam, Kalimantan


Timur. Di Kutai ditemukan prasasti berupa "yupa" yaitu tugu batu yang digunakan
dalam upacara kurban. Yupa ini bertuliskan huruf Pallawa dan Bahasa Sankserta,
diperkirakan berasal dari tahun 400 M. Dalam Yupa diterangkan mengenai silsilah raja-
raja Kutai. Raja Kutai yang pertama adalah Kudungga(nama ini diperkirakan asli orang
Indonesia). Kudungga mempunyai putra yang bernama Aswawarman, nama ini
diperkirakan berasal dari India sehingga Aswawarman dianggap sebagai "wangsakarta"
atau pembentuk keluarga/dinasti. Selain itu ia juga dijuluki "Ansuman" atau dewa
matahari. Aswawarman mempunyai putra bernama Mulawarman. Mulawarman adalah
raja yang terbesar/terkenal di Kutai. Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di
Indonesia, yang diperkirakan muncul pada abad 5 M atau± 400 M, keberadaan kerajaan
tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti
yang berbentuk Yupa/tiang batu berjumlah 7 buah. Prasasti Yupa yang menggunakan
huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkantentang keberadaan
kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan yaitu antara lain politik, sosial,
ekonomi, dan budaya.

Salah satu prasasti sebagai bukti adanya kerajaan Kutai

6
2. Kerajaan Melayu

Inilah kerajaan paling tua di Indonesia khususnya di daerah Sumatera. Sebelumnya


pernah dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya kemudian merdeka lagi.

Beberapa literatur tentang keberadaan adanya kerajaan Melayu adalah tercantum di


kitab Negarakertagama dan Paraton yang isinya tentang jalinan persahabatan antara
kerajaan Singasari dan kerajaan Melayu.

Beberapa raja yang pernah memimpin kerajaan Melayu adalah Raja Adityawarman
yang merupakan keturunan kerajaan Majapahit. Wilayah kekuasaannya meliputi
Pagarruyung, Sumatra Barat, dan Minangkabau.

Beberapa peninggalan dari kerajaan Melayu adalah candi Muara Takus. Dilihat dari
coraknya candi tersebut dijelaskan bahwasanya kerajaan Melayu menganut agama
Budha.

3. Kerajaan Pajajaran ( Sunda )


Kerajaan Sunda atau Kerajaan Pasundan adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun
932 dan 1579 Masehi di bagian Barat pulau Jawa (Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, dan sebagian Jawa Tengah sekarang).

Kerajaan ini bahkan pernah menguasai wilayah bagian selatan Pulau Sumatera.
Kerajaan ini bercorak Hindu dan Buddha, kemudian sekitar abad ke-14 diketahui
kerajaan ini telah beribukota di Pakuan Pajajaran serta memiliki dua kawasan
pelabuhan utama di Kalapa dan Banten.

Kerajaan Sunda runtuh setelah ibukota kerajaan ditaklukan oleh Maulana Yusuf pada
tahun 1579. Sementara sebelumnya kedua pelabuhan utama Kerajaan Sunda itu juga
telah dikuasai oleh Kerajaan Demak pada tahun 1527, Kalapa ditaklukan
oleh Fatahillahdan Banten ditaklukan oleh Maulana Hasanuddin.

Bukti berupa prasasti antara lain :

1. Prasasti Cikapundung
Prasasti ini ditemukan warga di sekitar sungai
Cikapundung, Bandung pada 8 Oktober 2010. Batu prasasti
bertuliskan huruf Sunda kuno tersebut diperkirakan
berasal dari abad ke-14. Selain huruf Sunda kuno, pada

7
prasasti itu juga terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Hingga kini
para peneliti dari Balai Arkeologi masih meneliti batu prasasti tersebut.

Batu prasasti yang ditemukan tersebut berukuran panjang 178 cm, lebar 80 cm, dan
tinggi 55 cm. Pada prasasti itu terdapat gambar telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan
dua baris huruf Sunda kuno bertuliskan “unggal jagat jalmah hendap”, yang artinya
semua manusia di dunia akan mengalami sesuatu. Peneliti utama Balai Arkeologi
Bandung, Lutfi Yondri mengungkapkan, prasasti yang ditemukan tersebut dinamakan
Prasasti Cikapundung.

Prasasti Huludayeuh

Prasasti Huludayeuh berada di tengah persawahan di kampung


Huludayeuh, Desa Cikalahang, Kecamatan Sumber dan setelah
pemekaran wilayang menjadi Kecamatan Dukupuntang – Cirebon.

Penemuan
Prasasti Huludayeuh telah lama diketahui oleh penduduk setempat
namun di kalangan para ahli sejarah dan arkeologi baru diketahui
pada bulan September 1991. Prasasti ini diumumkan dalam media
cetak Harian Pikiran Rakyat pada 11 September 1991 dan Harian
Kompas pada 12 September 1991.

Isi
Prasasti Huludayeuh berisi 11 baris tulisan beraksa dan berbahasa Sunda Kuno,
tetapi sayang batu prasasti ketika ditemukan sudah tidak utuh lagi karena beberapa
batunya pecah sehingga aksaranya turut hilang. Begitupun permukaan batu juga telah
sangat rusak dan tulisannya banyak yang turut aus sehingga sebagian besar isinya tidak
dapat diketahui. Fragmen prasasti tersebut secara garis besar mengemukakan tentang
Sri Maharaja Ratu Haji di Pakwan Sya Sang Ratu Dewata yang bertalian dengan usaha-
usaha memakmurkan negrinya.

4. Kerajaan Tarumanegara

Hindu ini terletak di dekat sungai Citarum, Jawa Barat. Kerajaan ini di perkirakan
berdiri tahun 450 M. Raja yang paling terkenal adalah Purnawarman. Ia adalah raja
yang sangat baik terhadap rakyat, hal ini dibuktikan dengan pembuatan irigasi atau

8
sungai untuk mengairi sawah dan mencegah banjir, sungai ini diberi nama sungai
"Gomati". Prasasti-prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara antara lain Prasasti
Tugu, Munjul, Kebon Kopi, Pasir Awi, Jambu,Ciaruteun, dan Muara Cianten.

Teks : vikkrantasyavanipat eh, srimatah purnnavarmmanah, tarumanagarendrasya, visnoriva


padadvayam
Terjemahan: Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah
telapak yang mulia sang Purnnawarmman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.

5. Kerajaan Kalingga
Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh dari prasasti Tuk mas. Berdasarkan
prasasti ini diperkirakan Kerajaan Kaling berada di sekitar Purwodadi dan Blora. Raja
yang terkenal adalah Ratu Sima. Ia dikenal sebagai Ratu yang tegas, jujur, dan bijaksana.

Prasasti Tukmas
Peninggalan Kerajaan Kalingga yang pertama adalah prasasti Tukmas. Prasasti ini
ditemukan di Kecamatan Grabak, Magelang – Jawa Tengah. Prasasti Tukmas bertuliskan
huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta lengkap dengan pahatan beberapa gambar.

Prasasti Tukmas berisi tentang kabar adanya sungai di lereng Gunung Merapi yang
airnya jernih, mirip seperti aliran sungai Gangga di India. Adapun gambar-gambar yang
termuat di dalamnya adalah gambar trisula, kapak, kendi, cakra, kelasangka, dan bunga
teratai. Gambar-gambar tersebut menjadi bukti bahwa kerajaan Kalingga memiliki
hubungan erat dengan kebudayaan Hindu dari India.

Letak penemuan prasasti Tukmas yang cukup jauh dari perkiraan ibukota kerajaan juga
membuktikan bahwa cakupan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Kalingga cukup luas.

9
6. Kerajaan Sriwijaya

Keterangan mengenai kerajaan sriwijaya diperoleh dari berita perjalanan I-Tsing,


seorang pendeta Budha dari Cina. Sriwijaya merupakan kerajaan Budha yang berada di
Sumatra Selatan. Selain dari I-Tsing, keterangan mengenai Sriwijaya juga diperoleh dari
Prasasti-prasasti antara lain : Prasasti kedukan bukit yang berisi tentang perjalanan
suci Sang Dapunta Hyang, Prasasti Kota Kapur yang berisi permintaan kepada para
dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya, Prasasti Telaga Batu yang berisi kutukan
terhadap mereka yang berbuat kejahatan, prasasti Talang tuo dan prasasti Karang
Berahi. Sriwijaya adalah nama kerajaan yang tentu sudah tidak asing bagi Anda, karena
Sriwijaya adalahsalah satu kerajaan maritim terbesar di Indonesia bahkan di Asia
Tenggara pada waktu itu (abad 7 -15 M).

Sumber dari dalam negeri berupa prasasti yang berjumlah 6 buah yang menggunakan
bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, serta telah menggunakan angka tahun Saka.

a. Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di Kedukan Bukit, di tepi sungai Talang


dekat Palembang, berangka tahun 605 Saka atau 683 M. Isi prasasti tersebut
menceritakan perjalanansuci/Sidayatra yang dilakukan Dapunta Hyang,
berangkat dari Minangatamwan dengan membawa tentara sebanyak 20.000
orang. Dari perjalanan tersebut berhasil menaklukkan beberapa daerah.
b. Prasasti Talang Tuo ditemukan di sebelah barat kota Palembang berangka tahun
606 Saka /684 M. Prasasti ini menceritakan pembuatan Taman Sriksetra untuk
kemakmuran semuamakhluk dan terdapat doa-doa yang bersifat Budha
Mahayana.
c. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang berangka tahun
683 M.
d. Prasasti Kota Kapur ditemukan di Kota Kapur pulau Bangka berangka tahun 608
Saka / 686M
e. Prasasti Karang Berahi ditemukan di Jambi tidak berangka tahun.
f. Prasasti Palas Pasemah ditemukan di Lampung Selatan tidak berangka
tahunKeempat Prasasti yang disebut terakhir yaitu Prasasti Telaga Batu, Kota
Kapur, Karang bukit, danPalas Pasemah menjelaskan isi yang sama yaitu berupa
kutukan terhadap siapa saja yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.

10
Prasasti Kota Kapur
Prasasti Kota Kapur merupakan salah satu Peninggalan
Kerajaan Sriwijaya yang di ketemukan di Pulau Bangka bagian
barat dengan memakai tulisan bahasa Melayu Kuno dan huruf
Pallawa.

Prasasti ini di temukan pertama kali oleh J.K der Meulen pada
tahun 1892 yang isinya menceritakan sejarah mengenai
kutukan untuk orang yang menentang tith dari sang raja. Kemudian prasasti ini di
observasi oleh H. Kern dia adalah seorang ahli Epigrafi dari belanda yang kerja di
Batavia.

Dalam Prasasti Kota Kapur sudah di jelaskan bahwasanya Sri Jayasana telah
melaksanakan Hukuman Militer Bhumi jawa bagi yang menentang kekuasaan Sriwijya.
Kejadian ini terjadi bersamaan dengan runtuhnya Tarumanegara di Jawa Barat dan juga
Kerajaan Kalingga akibat dari serangan kerajaan Sriwijaya. Dan kini sriwijya berhasil
menguasai penuh atas jalur perdagangan Maritim, Selat Sunda dan juga laut Jawa.

2. Prasasti Ligor
Prasasti Ligor di Ketemukan di Nakhon Si Thammarat Thailand di
bagian selatanyang mempunyai tektur pahatan di bagian ke dua
sisinya. Di bagaian sisi pertama di beri nama Prasasti Ligor A atau
Manuskrip Vian Sa. Dan di sisi satunya lagi di namakan Prasasti
Ligor B yang di ciptakan oleh raja dari wangsa Sailendra.

Yang menceritakan tentang pemberian nama gelar Visnu Sesawarimadwimathana


untuk Sri Maharaja. Prasasti Ligor A mengisahkan tentang Raja Sriwijaya sedangkan
Prasasti Ligor B Mengisahkan tentang Nama Visnu yang mempuyai gelar Sri Maharaja
dari keluarga Sailendravamsa serta mendapat julukan Sesavvarimadavumathna yang
artinya Pembunuh musuh yang sombong sampai tak tersisa.

3. Prasasti Telaga Batu

Prasasti Telaga batu yang di temukan di kolam Telaga Biru,


Kelurahan kecamatan Ilir Timur II di kota Palembang pada
tahun 1935. Yang isinya tentang kutukan untuk orang yang
berbuat jahat di kedaulatan Sriwijya.

Prasasti Telaga Batu Di pahat di dalam Batu Andesit dengan


ketinggian 118 cm dan lebar 148 cm. di bagian atas nya ada
hiasan 7 kepala ular kobra serta bagian tengah nya terdapat
pancuranair.

Prasasti itu memiliki 28 baris dengan huruf pallawa dan memakai bahasa melayu kuno.
Isi dari tulisan itu ialah kutukan mengenai mereka yang berprilaku jahat terhadap
kedatuan Sriwijaya dan tidak mematuhi titah dari datu.

11
Caparis lalu menngemukakan pendapatnya bahawa orang termasuk berbahaya dan
menentang kedatuan Sriwijaya akan di sumpah yakni (rajaputra) untuk putra raja,
(kumaramatya) untuk menteri, (bhupati) untuk bupati dst.

4. Prasasti Kedukan Bukit

Prasasti Kedukan Bukit yang di ketemukan pada tanggal 29


November 1920 oleh M. Batenburg di Kampung Kedukan
Bukit. Lebih jelasnya di tepi sungai Tatang yang yang mengalir
menuju sungai Musi. Prasasti Kedukan Bukit memiliki ukuran
45cm x 80cm menggunakan bahasa Melayu Kuno dan huruff
pallawa.

Isi nya mengenai tentang seorang utusan dari Kerajaan Sriwijaya yakni, Dapunta
Hyaang melakukan Sidhayarta atau perjalanan suci menggunak perahu. Dalam
perjalanan itu, dian di temani dengan 2000 prajurit dan berhasil mengalahkan sebagian
daerah lainnya.

5. Prasasti Talang Tuwo

Dalam prasasti Talang Tuwo ini berisikan niat dari Baginda yakni,
semoga yang di tanam di sini, pohon klapa, pinag , aren , sagu dan
bermacam-macam pohon. Buahnya dapat di makan demikian juga
bambu haur, wuluh, dan pattum. Dan semoga juga tanaman-
tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-
kolamnya serta semua amal yang telah saya berikan dapat
dipergunakan untuk kebaikan semua makhluk.

7. Kerajaan Mataram Kuno

Keterangan mengenai kerajaan ini diperoleh berdasarkan prasasti Gunung Wukir,


Magelang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Sanjaya dan Raja Sanna (Sanjaya adalah
keponakan Sanna. Kerajaan Mataram diperintah oleh raja-raja dari Dinasti Sanjaya
(yang menganut agama Hindu ) dan raja-raja dari Dinasti Syailendra (yang menganut
Agama Budha). Setelah Raja Sanjaya meninggal, Mataram diperintah oleh Rakai
Panangkaran. Setelah Panangkaran yang berkuasa adalah Samaratungga, pada masa
kekuasaan Samaratungga dibangun Candi Borobudur. Pengganti Samaratungga adalah

12
menantunya yaitu Rakai Pikatan (suami dari Pramodhawardani). Kerajaan Mataram
mencapai Puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Raja Balitung. Pada tahun 929 M,
pusat kerajaan Mataram dipindahkan ke Watugaluh (JawaTimur) oleh Empu Sindok.
Hal ini dilakukan untuk menghindari ancaman bahaya letusan gunung berapi. Pengganti
Empu Sindok adalah Dharmawangsa. Ketika kepemimpinannya terjadi peristiwa
"Pralaya Medang" yaitu penyerbuan Mataram oleh Wura Wari (bawahan Darmawangsa
yang dihasut oleh Sriwijaya). Pengganti Dharmawangsa sekaligus raja terakhir Mataram
adalah Airlangga. Airlangga adalah menantu Dharmawangsa. Berakhirnya kerajaan
mataram karena Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk menghindari
perebutan kekuasaan antara putra Darmawangsa dan putra Airlangga, Mapanji
Garasakan. Mataram dibagi menjadi dua yaitu Jenggala atau singosari yang beribu kota
di kahuripan dan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha.

Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di
Jawa Tengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya
banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo, dan
Bengawan Solo. Keadaan tanahnyasubur sehingga pertumbuhan penduduknya cukup
pesat.

Prasasti-prasasti yang menjelaskan tentang keberadaan kerajaan Mataram Kuno / lama


tersebutyaitu antara lain:

a. Prasasti Canggal ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal


berangka tahun 732 M dalam bentuk Candrasangkala.

Prasasti Canggal

b. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M,


ditulisdalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya
menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta
oleh raja Panangkaran atas permintaankeluarga Syaelendra dan Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha(umat Budha).

Prasasti Kalasan

13
c. Prasasti Mantyasih ditemukan di Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-
raja Mataram yang mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran,
RakaiPanunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi,
RakaiWatuhumalang, dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti
Mantyasih/Kedu ini juga disebut dengan prasasti Belitung.

Prasasti Mantyasih

d. Prasasti Klurak ditemukan di desa Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam
huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca
Manjusri oleh Raja Indrayang bergelar Sri Sanggrama dananjaya Menurut para ahli
bahwa yang dimaksud dengan arca Manjusri adalah Candi Sewu yang terletak di
Komplek Prambanan dan nama raja Indra tersebut juga ditemukan pada Prasasti
Ligor Dan Prasasti Nalanda peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Prasasti Klurak

8. Kerajaan Singasari

Pusat Kerajaan Singosari terletak di Malang, Jawa Timur. Kerajaan ini didirikan oleh
Ken Arok, setelah berhasil membunuh Bupati tumapel Tunggul Ametung. Ken Arok
menjadi raja pertama Singasari dan berhasil memperistri Ken Dedes, istri Tunggul
Ametung. Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Pada tahun 1227

14
Ken Arok dibunuh oleh Anusapati (anak dari Tunggul Ametung). Pemerintahan
Anusapati tidak berjalan lama karena ia dibunuh oleh Tohjaya (anak dari Ken Arok).
Tidak lama kemudian Ranggawuni (anak dari Anusapati menuntut kekuasaan dari
Tohjaya, tetapi Tohjaya menolak dan mengirimkan pasukan melawan Ranggawuni,
dalam pertempuran tersebut Tohjaya melarikan diri dan akhirnya meninggal di daerah
Katang Lumbung. Ranggawuni naik tahta dengan gelar Sri Jaya Wisnu Wardana. Setelah
meninggal ia digantikan putranya yaitu Kertanegara. Keruntuhan kerajaan Singasari
adalah karena mendapat serangan Jayakatwang dari Kediri.

Bukti peninggalan berupa prasasti antara lain :


 Prasasti Singhasari
Prasasti ini didirikan tahun 1351 M yang ditemukan di Singasari,
Kabupaten Malang, Jawa Timur dan untuk saat ini telah di
simpan pada museum Gajah dengan tulisan aksara Jawa. Prasasti
ini ditulis sebagai pengingat pembangunan Caitya atau candi
pemakaman yang dilakukan Mahapatih Gajah Mada. Bagian
pertama prasasti adalah pentarikhan tanggal mendetail seperti
letak benda angkasa dan bagian kedua menceritakan isis prasasti
yakni pariwara pembangunan Caitya.

 Prasasti Wurare
Peninggalan Kerajaan Singasari selanjutnya adalah prasasti
wurare. Ini merupakan prasasti dengan isi peringatan
penobatan arca Mahaksobhaya pada sebuah daerah bernama
Wurare sehingga parasasti ini disebut dengan Prasasti
Wuware. Prasasti ditulis dengan bahasa Sansekerta 1211 [21
November 1289]. Arca ini merupakan penghormatan untuk
Raja Kertanegara yang oleh keturunannya dianggap sudah mencapai derajat Jina atau
Buddha Agung.

Sementara tulisan prasasti ada di atas lapik arca Buddha dengan melingkar dibagian
bawah. Prasasti ini berbentuk 19 bait sajak dan diantaranya mengisahkan tentang
pendeta sakti Arrya Bharad yang sudah membelah tanah Jawa menjadi 2 kerajaan
dengan air ajaib yang ada pada kendinya sehingga menjadi Janggala dan Pangjalu. Ini
dilaksanakan untuk menghindari terjadinya perang saudara 2 pangeran yang
memperebutkan kekuasaan.

15
9. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit berada di sekitar Delta sungai Brantas, Mojokerto. Raja Majapahit
yang pertama adalah Raden Wijaya dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Setelah
Raden Wijaya meninggal, Majapahit diperintah oleh Jayanegara.Dalam masa
pemerintahannya timbul beberapa pemberontakan antara lain, pemberontakan Nambi,
Semi, Ranggalawe, Lembu Sora dan Kuti. Pemberontakan Kuti adalah yang dianggap
paling berbahaya karena berhasil menduduki ibukota Majapahit dan Jayanegara
terpaksa mengungsi ke daerah Badander. Akhirnya pemberontakan Kuti berhasil
dipadamkan oleh Gajah Mada, dan berkat jasanya ia di angkat menjadi patih Kahuripan.
Pengganti Jayanegara adalah Tribuwanatunggadewi. Ketika pemerintahannya timbul
pemberontakan Sadeng, pemberontakan ini juga berhasil ditumpas oleh Gajah Mada
sehingga ia di angkat menjadi Mahapatih Majapahit. Pada waktu pelantikan ia
mengucapkan sumpah yang dikenal dengan "Sumpah Palapa". Isi sumpahnya adalah
tidak akan merasakan palapa (istirahat) sebelum menyatukan nusantara di bawah
Majapahit. Setelah Tribuwanatunggadewi meninggal ia digantikan putranya yaitu
Hayam Wuruk. Majapahit mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Hayam
Wuruk, di dampingi mahapatih Gadjah Mada. Keruntuhan Majapahit antara lain akibat
tidak ada tokoh yang cakap dan berwibawa sesudah wafatnya Hayam Wuruk dan Gajah
Mada, Terjadi Perang paregrek (perang saudara) antara Bhre Wirabumi dan
Wikramawardhana, Banyak negeri bawahan Majapahit yang berusaha melepaskan diri,
dan Berkembangnya agama Islam di pesisir Pantai Utara Jawa.

Sumber bukti adanya Kerajaan Majapahit antara lain :

Prasasti Canggu (1358 M)


Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan
di Bengawan Solo. Menyebutkan tentang pengaturan
sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam
dan ketentuan pajaknya.

Kitab Negarakertagama
Karangan Empu Prapnca pada tahun 1365, isinya
berkaitan dengan informasi raja-raja Majapahit dan

16
Kerajaan Singasari, keadaan kota, candi-candi dan membahas kisah hidup Raja
Hayamwuruk.

10. Kerajaan Kediri

Kediri, adalah salah satu dari dua kerajaan pecahan Kahuripan pada tahun 1049 (satu
lainnya adalah Janggala), yang dipecah oleh Airlangga untuk dua puteranya. Airlangga
membagi Kahuripan menjadi dua kerajaan untuk menghindari perselisihan dua
puteranya, dan ia sendiri turun tahta menjadi pertapa. Wilayah Kerajaan Kediri adalah
bagian selatan Kerajaan Kahuripan. Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum
Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota
api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun
1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir
pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan,
melainkan pindah ke Daha.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena
kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri
Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota
baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan
kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Menurut
Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin
Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir
sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah
ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama
Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja
Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina
berjudul Ling wai tai ta (1178).

Perkembangan Kerajaan Kendiri

Masa-masa awal Kerajaan Panjalu atau Kadiri tidak banyak diketahui. Prasasti Turun
Hyang II (1044) yang diterbitkan Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya
perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga.

17
Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui dengan adanya prasasti Sirah Keting tahun
1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya
yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat
diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.
Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabhaya berhasil menaklukkan Kerajaan
Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu
Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.

Pada masa pemerintahan Sri Jayabhaya inilah, Kerajaan Panjalu mengalami masa
kejayaannya. Wilayah kerajaan ini meliputi seluruh Jawa dan beberapa pulau di
Nusantara, bahkan sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra.
Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178,
bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa,
dan Sumatra. Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada
Kerajaan Panjalu, sedangkan Sumatra dikuasai Kerajaan Sriwijaya.

Karya Sastra Kerajaan Kediri

Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada
tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu
Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas
Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.

Selain itu, Mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa dan Ghatotkachasraya.
Terdapat pula pujangga zaman pemerintahan Sri Kameswara bernama Mpu Dharmaja
yang menulis Kakawin Smaradahana. Kemudian pada zaman pemerintahan Kertajaya
terdapat pujangga bernama Mpu Monaguna yang menulis Sumanasantaka dan Mpu
Triguna yang menulis Kresnayana

Peninggalan Kerajaan Kediri sebagai sumber sejarah :

Runtuhnya Kerajaan Kediri

18
Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan
dalam Pararaton dan Nagarakretagama.
Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian
meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita
memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.

Perang antara Kediri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok
berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa
Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau
Singhasari.
Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah dibawah
kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati
Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada
tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang
memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam
masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil
membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun
hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh
pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

Raja-raja yang terkenal dari kerajaan Kediri antara lain :

1. Raja pertama Kediri adalah Raja Kameswara (1115 - 1130 M) mempergunakan


lancana Candrakapale yaitu tengkorak yang bertaring pada masa
pemerintahannya banyak dihasilkan karya-karya sastra, bahkan kiasan hidupnya
dikenal dalam Cerita Panji.

2. Raja Jayabaya adalah Jayabaya memerintah tahun 1130 - 1160 mempergunakan


lancana Narasingha yaitu setengah manusia setengah singa pada masa
pemerintahannya Kediri mencapai puncak kebesarannya dan juga banyak
dihasilkan karya sastra terutama ramalannya tentang Indonesia antara lain akan
datangnya Ratu Adil. Tahun 1181 pemerintahan raja Sri Gandra terdapat sesuatu
yang menarik pada masa, yaitu untuk pertama kalinya didapatkan orang-orang
terkemuka mempergunakan nama-nama binatang sebagai namanya yaitu seperti
Kebo Salawah, Manjangan Puguh, Macan Putih, Gajah Kuning, dsb.

3. Raja terakhir Kediri adalah Kertajaya, (1185-1222). Kertajaya dikenal sebagai


raja yang kejam, bahkan meminta rakyat untuk menyembahnya. Ini ditentang
oleh para Brahmana. Sementara itu, di Tumapel (wilayah bawahan Kediri di
daerah Malang) terjadi gejolak politik: Ken Arok membunuh penguasa Tumapel
Tunggul Ametung dan mendirikan Kerajaan Singhasari. Ken Arok kemudian
memanfaatkan situasi politik di Kediri, ia Beraliansi dengan Brahmana, dan lalu

19
menghancurkan Kediri. Dengan meninggalnya Kertajaya, Kediri menjadi wilayah
Kerajaan Singhasari.

11. Kerajaan Medang Kemulan

Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan
Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad
ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini
banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa
Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu
maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.

Prasasti Mantyasih tahun 907 atas nama Dyah Balitung menyebutkan dengan jelas
bahwa raja pertama Kerajaan Medang (Rahyang ta rumuhun ri Medang ri Poh Pitu)
adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Sanjaya sendiri mengeluarkan prasasti Canggal tahun 732, namun tidak menyebut
dengan jelas apa nama kerajaannya. Ia hanya memberitakan adanya raja lain yang
memerintah pulau Jawa sebelum dirinya, bernama Sanna. Sepeninggal Sanna, negara
menjadi kacau. Sanjaya kemudian tampil menjadi raja, atas dukungan ibunya, yaitu
Sannaha saudara perempuan Sanna.

Sanna juga dikenal dengan nama sena atau Bratasenawa, yang merupakan raja Kerajaan
Galuh yang ketiga (709 - 716 M).Bratasenawa alias Sanna atau Sena digulingkan dari
tahta Galuh oleh Purbasora (saudara satu ibu sanna) dalam tahun 716 M.Sena akhirnya
melarikan diri ke Pakuan, meminta perlindungan pada Raja Tarusbawa. Tarusbawa
yang merupakan raja pertama Kerajaan Sunda (setelah tarumanegara pecah menjadi
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) adalah sahabat baik sanna. Persahabatan ini pula
yang mendorong Tarusbawa mengambil Sanjaya menjadi menantunya. Sanjaya, anak
Sannaha saudara perempuan Sanna, berniat menuntut balas terhadap keluarga
Purbasora. Untuk itu ia meminta bantuan Tarusbawa (mertuanya yangg merupakan
sahabat sanna). Hasratnya dilaksanakan setelah menjadi Raja Sunda yang memerintah
atas nama isterinya. Akhirnya Sanjaya menjadi penguasa Kerajaan Sunda, Kerajaan
Galuh dan Kerajaan Kalingga (setelah Ratu Shima mangkat). Dalam tahun 732 M
Sanjaya mewarisi tahta Kerajaan Mataram dari orangtuanya. Sebelum ia meninggalkan
kawasan Jawa Barat, ia mengatur pembagian kekuasaan antara puteranya, Tamperan,
20
dan Resi Guru Demunawan. Sunda dan Galuh menjadi kekuasaan Tamperan, sedangkan
Kerajaan Kuningan dan Galunggung diperintah oleh Resi Guru Demunawan, putera
bungsu Sempakwaja.

Kisah hidup Sanjaya secara panjang lebar terdapat dalam Carita Parahyangan yang baru
ditulis ratusan tahun setelah kematiannya, yaitu sekitar abad ke-16.

Raja-raja yang pernah memerintahi kerajaan medang kemulan antara lain :


 Sanjaya, pendiri Kerajaan Medang
 Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Syailendra
 Rakai Panunggalan alias Dharanindra
 Rakai Warak alias Samaragrawira
 Rakai Garung alias Samaratungga
 Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya
 Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala
 Rakai Watuhumalang
 Rakai Watukura Dyah Balitung
 Mpu Daksa
 Rakai Layang Dyah Tulodong
 Rakai Sumba Dyah Wawa
 Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur
 Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya
 Makuthawangsawardhana
 Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Medang berakhir

Bukti Peninggalan Kerajaan Medang Kemulan antara lain

Prasasti Kalasan

Prasasti Kalasan merupakan salah satu prasasti peninggalan


Wangsa Sanjaya dari kerajaan Mataram Kuno pada tahun
778 masehi. Prasasti ini menggunakan tulisan dengan huruf
Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Prasasti ini
ditemukan di Kecamata Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Saat
ini, prasasti ini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.

2. Prasasti Kedu (Mantyasih)

Prasasti Mantyasih atau Prasasti Tembaga Kedu merupakan


prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya, kerajaan Mataram
Kuno pada tahun 907 masehi. Prasasti ini berisisi tentang
daftar silsilah raja Mataram Kuno sebelum Raja Balitung.
Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara,

21
Jawa Tengah.

3. Prasasti Ratu Boko

Prasasti Ratu Boko merupakan prasasti yang berisi tentang


kekalahan Balaputeradewa dalam peperangan dengan
saudaranya sendiri yaitu Pramodawardhani. Prasasti ini
ditemukan di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.

4. Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah nama sebuah candi yang


terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Candi ini merupakan candi Budha yang didirikan
pada pemerintahan wangsa Syailendra. Para
pendiri candi ini menganut kepercayaan Budha
Mahayana. Para peneliti memperkirakan candi
Borobudur ini didirikan pada tahun 800-an masehi.

5. Candi Pawon

Candi Pawon merupakan candi yang terletak di antara


Candi Mendut dan Candi Borobudur. Dalam bahasa jawa,
pawon memiliki arti dapur. Namun, nama Candi Pawon
bukan berarti bermakna candi dapur. Nama Candi Pawon
saat ini masih belum diketahui asal-usulnya.

6. Candi Sewu

Candi Sewu merupakan salah satu candi Budha yang


terletak di kawasan candi Prambanan, tepatnya di Dukuh
Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten
Klaten, Jwa Tengah. Candi ini merupakan candi Budha
terbesar ke-2 setelah candi Borobudur.

7. Candi Mendut

Satu lagi candi yang memiliki corak Budha, yaitu candi


Mendut. Candi yang terletak di Jalan Mayor Kusen Kota

22
Mungkid, Magelang, Jawa Tengah ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Indra dari
dinasti Syailendra.

12. Kerajaan Bali

Nama Bali ternyata telah dikenal pada masa kekuasaan Dinasti Tang di Cina. Mereka
menyebut Bali dengan Po-li atau Dwa-pa-tan, yakni sebuah negeri yang terletak
disebelah timur Kerajaan Ho-ling. Masyarakat Dwa-pa-tan mempunyai adat istiadat
yang hampir sama dengan Ho-ling. Pada saat itu penduduk telah pandai menulis di atas
lontar. Mereka telah dapat menanam padi dengan baik. Setiap penduduk yang
meninggal, mayatnya diberi perhiasan emas yang dimasukkan ke dalam mulutnya,
kemudian dibakar dengan wangi-wangian.

Berita tertua mengenai Bali sumbernya berasal dari Bali sendiri, yakni berupa beberapa
buah cap kecil dari tanah liat yang berukuran 2,5 cm yang ditemukan di Pejeng. Cap-cap
ini ditulisi mantra-mantra agama Buddha dalam bahasa Sansekerta yang diduga dibuat
sekitar abad ke-8 Masehi. adapun prasasti tertua Bali yang berangka tahun 882 M
memberitakan perintah membuat pertapaan dan pesanggrahan di Bukit Cintamani. Di
dalam prasasti tersebut tidak ditulis nama Raja yang memerintah pada waktu itu.
Demikian pula prasasti yang berangka tahun 911 M. Hanya menjelaskan pemberitaan
izin kepada penduduk Desa Turunan untuk membangun tempat suci bagi pemujaan
Batara da Tonta.

Munculnya kerajaan Bali dapat diketahui dari tiga prasasti yang ditemukan di Belonjong
(sanur), panempahan, dan Maletgede yang berangka tahun 913 M. Prasasti-prasasti
tersebut ditulis dengan huruf Nagari dan Kawi, sedangkan bahasanya ialah Bali kuno dan
Sansekerta. Dari prasasti – prasasti tersebut tertulis Raja Bali yang bernama
Kesariwarmadewa. Ia bertakhta di Istana Singhadwala (pintu istana negara singha). Ia
adalah Raja yang mendirikan Dinasti Warmadewa di Bali. Dua tahun kemudian
Kesariwarmadewa diganti oleh Ugrasena. Raja Ugrasena yang bertakhta di istana

23
Singhamandawa memerintah kerajaan sampai tahun 942 M. Masa pemerintahannya
sezaman dengan pemerintahan Mpu Sindok di Kerajaan Mataram. Selama tujuh tahun
berikutnya tidak diketahui raja penerus Ugrasena. Setelah itu, muncul Raja Bali bernama
Aji Tabenendra warmadewa (955-967).

Di tengah-tengah masa pemerintahan Tabenendra, pada tahun 960 muncul raja Bali
lain, yaitu Indra Jayasingha warmadewa (Candrabhayasingha warmadewa). Pengganti
Candrabhayasingha , yaitu Janasadhu warmadewa (975-983),kemudian Wijaya
Mahadewi (983-989). Setelah itu muncul raja Bali yang bernama Udayana (989-1011)
dan bergelar Sri Dharmodayana warmadewa. Udayana memerintah Kerajaan Bali
bersama-sama dengan permaisurinya, Gunapriya Dharmapatni yang dikenal dengan
nama Mahendradatta. Dari hasil perkawinan Udayana dengan Mahendradatta lahir tiga
orang putra yaitu Airlangga, Marakatapangkaja dan Anak Wungsu. Airlangga yang
menjadi putra mahkota ternyata tidak pernah memerintah di Bali, sebab ia pergi ke
Jawa Timur dan menikah dengan putri Dharmawangsa, Raja Mataram. Oleh karena itu,
pewaris kerajaan bali jatuh kepada Marakatapangkaja (1011-1022). Ia dianggap sebagai
kebenaran hukum yang selalu melindungi rakyatnya. Ia juga memperhatikan kehidupan
rakyat sehingga disegani dan di taati. Masa pemerintahan Marakatapangkaja sezaman
dengan Airlangga di Jawa Timur. Dari tahun 1022 sampai tahun 1049 tidak dipaparkan
berita mengenai raja yang memerintah Bali.

Anak wungsu (1049-1077) kemudian melanjutkan kekuasaan Marakatapangkaja. Ia


dikenal sebagai raja yang penuh belas kasihan terhadap rakyatnya. Ia pun senantiasa
memikirkan kesempurnaan dunia yang dikuasainya. Selama masa pemerintahannya, ia
berhasil mewujudkan negara yang aman, damai dan sejahtera. Penganut agama hindu
dapat hidup berdampingan dengan agama Buddha. Anak Wungsu sempat pula
membangun sebuah kompleks percandian di gunung Kawi (sebelah selatan
Tampaksiring) yang merupakan peninggalan terbesar di Bali. Atas perannya yang
gemilang itu, Anak Wungsu kemudian dianggap rakyatnya sebagai penjelmaan Dewa
Hari (Dewa Kebaikan).

24
Bab 3
Penutup

Kesimpulan

Dari uraian di atas jelaslah bahwa adanya kerajaan Hindu Budha pernah ada di
Indonesia sebelum munculnya Kerajaan yang bercorak Islam.

Banyak budaya dan sestem pemerintahan serta system ekonomi Kerajaan-kerajaan tua
di Indonesia yang menjadi pemikiran dalam membentuk system pemerintahan
Indonesia saat ini

25

Anda mungkin juga menyukai