Anda di halaman 1dari 170

PROFIL

BUKU PANCASILA

Nama Buku : Buku Pancasila

Tebal : 166
Tahun Cetak : Desember 2019
Penyusun : Tim Keluarga Besar ES B/ Angkatan 2019

Mata Kuliah : Pancasila


Semester :I
Dosen Pengampu : Mahlil Nurul Ihsan, M.Pd

Kosma : Sidik Ramdhan


Sekretaris : Sri Wahyuni
PJ kelas : Raden Muhammad Surya Jaya

Editor :

 Sidik Ramdhan
 Suptiansyah Mileana Suryapanunggal
Desain Cover : Raply Rapiyudin

Desain Logo : Muhammad Ruri Hizbullah


Desain Laye Out : Hamba Allah

@ Dilarang memperbanyak dan mempercetak buku ini, kecuali dengan ijin


tim penyusun buku Ekonomi syariah B angkatan 2019

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karuni-Nya sehingga Buku Pancasila ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Buku Pancasila ini merupakan hasil karya mahasiswa/i semester 1
(kelas B / angkatan 2019) jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Buku ini merupakan hasil
dari presentasi kelompok 1 sampai dengan 12.
Buku ini memuat materi-materi yang berkaitan dengan pancasila yang
sebelumnya kami muat dalam bentuk makalah sebagai bahan presentasi dari
12 kelompok. Hingga kemudian atas saran dan masukan dari Dosen kami
agar menggabungkan makalah-makalah dari tiap kelompok untuk disusun
menjadi sebuah buku.
Alhamdulillah atas izin Allah dan usaha yang maksimal, serta
kerjasama antar kelompok, buku ini dapat tersusun sesuai dengan apa yang
kami harapkan.
Terimakasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu, Bpk. Mahlil
Nurul Ihsan M.Pd., karena telah memberikan bimbingan dan banyak
motivasi kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
Tim Penyusun dan beberapa pihak terkait atas bantuan dan kerjasamanya.
Semoga apa yang kita semua lakukan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal
jariyyah yang bermanfaat untuk banyak orang.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam Buku Pancasila


ini, untuk itu kritik dan saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat kami
harapkan. Semoga buku Pancasila ini dapat menjadi media belajar serta
bermanfaat bagi para pembacanya.

Bandung, 27 Desember 2019

Mahasiswa/I Semester I Angkatan 2019


Ekonomi Syariah B, UIN SGD
Bandung

ii
DAFTAR ISI
Profil Buku ...............................................................................................i
Kata Pengantar .........................................................................................ii
Daftar Isi ..................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................1
Pancasila Pada Masa Kerjaan ..................................................................1
BAB II ......................................................................................................11
Pancasila Masa Penjajahan ......................................................................11
BAB III ....................................................................................................25
Pancasila Masa Kemerdekaan..................................................................25
BAB IV ....................................................................................................35
Filsafat Pancasila .....................................................................................35
BAB V .....................................................................................................52
Etika Politik Pancasila .............................................................................52
BAB VI ....................................................................................................69
Ideologi Pancasila ....................................................................................69
BAB VII ...................................................................................................80
Hubungan Pancasila dan Agama Islam....................................................80
BAB VIII .................................................................................................95
Nilai-Nilai Pancasila dalam UUD 1945 ...................................................95
BAB IX ....................................................................................................105
Realiasi Pancasila.....................................................................................105
BAB X ....................................................................................................120
Bhineka Tunggal Ika ................................................................................120
BAB XI ....................................................................................................135
Paradigma Pancasila ................................................................................135
BAB XII ...................................................................................................147
Pancasila Perwujudan Negara ..................................................................147

iii
BAB 1
PANCASILA PADA KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN INDONESIA
MASA KERAJAAN
KELOMPOK 1
KELAS EKONOMI SYARIAH B

No Nama NIM No Nama NIM


1. SIDIK 1199220083 3. RAHMAD 119922006
RAMDHAN A AWALUDIN A 6
2. NANDA ILFA N 1199220060 4. TIARA 119922008
FADILAH 9
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kutai
B. Kerajaan Majapahit
C. Kerajaan Airlangga
D. Kerajaan Sriwijaya

SCOR BOOK

78
(Sitasi 8)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kutai

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang


memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak
di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama
Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya
prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti
yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit
informasi yang dapat diperoleh. (Pedia, n.d.)

Kerajaan Kutai berada di wilayah Kutai, Kalimantan Timur. Dahulu kala,


kerajaan ini memiliki pusat pemerintahan di hulu Sungai Mahakam. Saking

1
besarnya bahkan bisa dibilang jika wilayahnya meliputi hampir semua wilayah
di Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai ditemukan berdasarkan prasasti yang
tertulis di atas tujuh yupa sekitar tahun 1879 sampai 1940 di hulu Sungai
Mahakam itu. Prasasti yang ditemukan ditulis dengan menggunakan huruf
Pallawa serta bahasa Sansekerta.

Kerajaan Kutai didirikan oleh raja pertamanya yaitu Maharaja Kudungga.


Kemudian raja tersebut memiliki anak yang bernama Maharaja Aswawarman.
Raja Aswawarman selanjutnya memiliki anak yang bernama Raja
Mulawarman. Masa kejayaan tersebut berlangsung ketika dipimpin oleh Raja
Mulawarman. Raja Mulawarman adalah seorang raja yang dermawan.
https://www.penyebab-akibat.com/2018/11/penyebab-runtuhnya-kerajaan-
kutai.html Selasa, 20 November 2018

a) Nilai Ketuhanan : Memeluk agama Hindu


b) Nilai Kerakyatan : Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur
c) Nilai Persatuan : Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh
kawasan
(Sugikshare, 2019)

Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kutai


Berikut merupakan penjabaran penyebab runtuhnya Kerajaan Kutai:
1. Tewasnya Raja Dharma
3. Tidak Ada Raja Lain
4. Berubah Menjadi Kerajaan Islam
https://www.penyebab-akibat.com/2018/11/penyebab-runtuhnya-kerajaan-
kutai.html

B. Kerajaan Majapahit
Kerajaan di Indonesia yang berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
kerajaan ini mencapai puncak kejayaan nya dan menjadi kemaharajaan raja
yang menguasai wilayah yang luas pada masa kekuasaan Hayam wuruk.
Kerajaan ini menjadi kerajaan yang terakhir yang menguasai nusantara
Nilai Ketuhanan Pada Kerjaan Majapahit

Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk agama rakyat Majapahit secara
keseluruhan adalah agama Hindu. Agama Hindu mempunyai dua sifat khusus
Trimurti dan Kitab suci Purana. Adanya Trimurti sebagai kesatuan 3 dewa

2
tertinggi yaitu Brahma adalah Dewa pencipta, Wisnu adalah Dewa
pemelihara, dan Siwa adalah Dewa pembinasaan. Kitab suci Purana isinya
berbagai macam cerita kuno yang dikumpulkan dari cerita-cerita yang hidup
dikalangan rakyat mengenai kehidupan para dewa, tentang penciptaan dunia.

Nilai ketuhanan sudah tercermin dalam kehidupan rakyat Majapahit. Mereka


telah menerima adanya kekuatan yang melebihihi manusia dan tak tertandingi.
Berdasarkan hal tersebut kita sebagai warga negara haruslah beragama. Setiap
agama selalu mengajarkan kebaikan. Dengan mempelajari agama tertentu
maka kita mengetahui suatu hal baik ataupun buruk sehingga dalam
melakukan kehidupan berbangsa dan bernegara kita akan memikirkannya
terlebih dahulu.

Nilai Kemanusian Pada Kerajaan Majapahit


Hayam Wuruk juga memperhatikan kegiatan kebudayaan. Hal ini
terbukti dengan banyaknya candi yang didirikan dan kemajuan dalam bidang
sastra. Candi-candi peninggalan Majapahit, antara lain Candi Sawentar, Candi
Sumberjati, Candi Surawana, Candi Tikus, dan Candi Jabung. Pembuatan
candi -- candi tersebut digunakan untuk kegiatan antar warga baik untuk
kegiatan musyawarah maupun kegiatan mengenang para raja -- raja
sebelumya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa sejak duhulu


masyarakat Indonesia sudah mengenal musyawarah. Mereka tidak
mementingkan egonya masing -- masing untuk memutuskan sesuatu. Dalam
melakukan kepustusan harus berdasarkan kesepakatan bersama. Begitu juga
dengan kita saat ini dalam memutuskan sesuatu harus dilakukan musyawarah
untuk mencapai mufakat. Selain itu kita sebaiknya selalu mengingat para
pendahulu kita karena karena pejuangannya kita dapat hidup dengan nyaman
hingga saat ini.

Nilai Persatuan Pada Kerajaan Majapahit


Sebenarnya sejak sebelum berdirinya kerajaan Majapahit, sebagian
komunitas muslim sudah muncul di Jawa. Ini terbukti dengan hasil penelitian
bahwa di kompleks makam Troloyo, satu situs yang di duga kuat merupakan
bekas pusat pemerintahan kerajaan Majapahit, ditemukan makam Islam yang
nisan kuburnya berangka tahun 1281 M. Artinya bahwa sebelum kerajaan
Majapahit itu berdiri di situ sudah terdapat komunitas Islam.

Dari penjelasan di atas maka nilai persatuan pada masa kerajaan Majapahit
sangat dijunjung tinggi. Walaupun sebagian besar rakyat menganut agama

3
Hindu-Budha mereka tetap menerima adanya komunitas selain sesama agama.
Tak hanya itu saja Sang Mahapati Gajah Mada juga memiliki cita -- cita untuk
mempersatukan nusantara dengan sumpahnya yaitu Sumpah Palapa.

Nilai Keadilan Pada Kerajaan Majapahit


Perekonomian pada kerajaan Majapahit menitikberatkan pada
perdagangan lintas wilayah. Kecanggihan maritim Majapahit diakui sebagai
salah satu yang termaju di jamannya, pelabuhan-pelabuhan laut maupun
sungai memperlihatkan jaringan perdagangan global yang cukup maju. Sarana
transportasi dan pelabuhan juga menjadi pendukung sistem perdagangan
maritim ini.

Ekspedisi-ekspedisi dalam rangka perluasan wilayah tentunya juga dapat


tergambarkan sebagai usaha kemajuan dalam bidang kelautannya. Kemajuan
dalam bidang budaya tercermin dari keragaman temuan artefak, gambaran
dalam sumber tertulis maupun tradisi-tradisi yang diwariskan. Gambaran
kehidupan dalam sistem perkotaan terekam cukup lengkap dari situs Trowulan
maupun gambaran sumber tertulis. Pada masa itu kemakmuran benar-benar
dirasakan seluruh rakyat nusantara.

Berdasarkan uraian diatas maka kekayaan negara haruslah digunakan sebaik -


- baiknya untuk kesejahteraan rakyat. Dalam hal ini, harus dilakukan
pemerataan kesejahteraan yang perlu adanya keadilan yang sesuai dengan
porsinya sehingga tidak terdapat ketimpangan antar masyarakat satu dengan
yang lainnya (Juanita, 2018)

pelaksana kesusilaan yang lima" (Pancasila Krama).


Tidak boleh melakukan kekerasan.
Tidak boleh mencuri.
Tidak boleh berjiwa dengki.
Tidak boleh berbohong.
Tidak boleh mabuk minuman keras.
(Fadillah nur ega, 2018)

Runtuh nya Kerajaan Majapahit


Kegemilangan Majapahit ditutup dengan rentetan peristiwa berdarah.
Situs kota Majapahit di Trowulan, dulunya pernah ditinggalkan penduduknya
karena perebutan kekuasaan menjelang runtuhnya kerajaan itu.
“Semacam bedol desa memang benar, bahwa memang perebutan kekuasaan
di Jawa selalu berdarah-darah. Jadi, kalau satu kedaton ditundukan, itu hancur

4
habis,” jelas arsitek dan arkeolog, Osrifoel Oesman dalam diskusi Omah-
Desa-Kuto Majapahit Trowulan, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa
(11/7).
Sepeninggal Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mulai
meredup. Sebelum menjadi semakin lemah akibat menguatnya kekuatan Islam
Demak, pertentangan di tengah keluarga kerajaan telah lebih dulu membuat
Majapahit goyah.
Osrifoel, yang akrab dipanggil Ipul, menjelaskan bahwa sumber tradisi
menyebut Majapahit runtuh tahun 1478 pada masa pemerintahan
Girindrawarddhana akibat serangan kerajaan Islam Demak. Tahun itu
berdasarkan candrasengkala Serat Kanda yang menyebut sirna ilang
kertaning bumi yang berarti 1400 saka atau 1478 M. Padahal, setelah itu masih
ada bukti-bukti sejarah yang menunjukkan Majapahit masih ada.
Dalam Masa Akhir Majapahit, arkeolog dan epigraf, Hasan Djafar
menyebutkan adanya prasasti-prasasti dari Raja Girindrawarddhana. Pada
masa pemerintahan Girindrawarddhana antara 1408-1433 saka juga masih ada
kegiatan pembangunan tempat suci bercorak Hindu di lereng Gunung
Penanggungan. Hasan menafsirkan bahwa apa yang disimpulkan dalam
candrasengkala itu lebih menunjukkan peristiwa gugurnya Bhre Krtabhumi di
Kedaton akibat serangan Girindrawarddhana.
Soal kapan runtuhnya Majapahit, petunjuk lain bisa diambil dari berita
Antonio Pigafetta, seorang penjelajah Venesia, Italia. Pigafetta menyebut Pati
Unus sebagai Raja Majapahit yang sangat berkuasa ketika masih hidup. Pati
Unus meninggal pada 1521. “Kami berpendapat antara tahun 1518-1521, kira-
kira pada 1519, Pati Unus telah menguasai Kerajaan Majapahit,” tulis Djafar.
Dengan dikuasainya Majapahit oleh Pati Unus, kerajaan itu telah hilang
kedaulatannya. Maka, tahun 1519 bisa dianggap sebagai saat keruntuhan
Majapahit yang sebenarnya. Meski begitu, penyebab keruntuhannya dapat
dipandang bukan hanya akibat serangan Demak tapi adanya perebutan
kekuasaan antara keluarga raja.
Djafar berpendapat tindakan Pati Unus, sebagai penguasa Demak, dapat
dipandang sebagai perjuangan seorang penguasa daerah untuk menguasai
Majapahit. Sebab, Demak merupakan salah satu daerah kekuasaan Majapahit.
Para penguasanya, menurut Babad Tanah Jawa dan Serat Kanda, adalah
keturunan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V.
Raden Patah, pendiri Kerajaan Islam Demak, adalah anak Prabu Brawijaya,
raja terakhir Majapahit. Oleh karena itu, serangan Pati Unus, anak Raden
Patah, dapat dianggap sebagai upaya keturunan raja Majapahit merebut
haknya atas takhta kerajaan.

5
“Ini menimbulkan polemik Islam menyerang Hindu, padahal didahului
perebutan kekuasaan,” ujar Osrifoel.
Selain perebutan kekuasaan, faktor agama tak bisa dikesampingkan sebagai
pendorong runtuhnya kerajaan besar itu. Meski menjadi bagian dari
Majapahit, namun Demak telah sepenuhnya berlandaskan Islam. Hal ini yang
juga mendorong Demak untuk berusaha lepas dari pengaruh Majapahit yang
“kafir”.
(Putri Herdahita Risa, 2019)

C. Kerajaan Airlangga

Nama Airlangga berarti "Air yang melompat". Ia lahir tahun 1000.


Ayahnya bernama Udayana, raja Kerajaan Bedahulu dari Wangsa
Warmadewa. Ibunya bernama Mahendradatta, seorang putri Wangsa Isyana
dari Kerajaan Medang. Waktu itu Medang menjadi kerajaan yang cukup kuat,
bahkan mengadakan penaklukan ke Bali, mendirikan koloni di Kalimantan
Barat, serta mengadakan serangan ke Sriwijaya.

Airlangga memiliki dua orang adik, yaitu Marakata (menjadi raja Bali
sepeninggal ayah mereka) dan Anak Wungsu (naik takhta sepeninggal
Marakata). Dalam berbagai prasasti yang dikeluarkannya, Airlangga
mengakui sebagai keturunan dari Mpu Sindok dari Wangsa Isyana dari
kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. (de Casparis, n.d.)

Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini
memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan
adalah agama Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai. Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah
mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan
Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula
Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun
1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan
memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan
tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti
Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan untuk membuat
tanggul dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang merupakan nilai-nilai sila
kelima.(Mahandita Alexandra, n.d.)

Akhir Hayat

6
Tidak diketahui dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti
Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi
Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha atau pemandian. Kolam
pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi
Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan
arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui
Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung
tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya,
yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.

Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak diketahui dengan
pasti apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga, ataukah tahun
pembangunan candi pemandian tersebut. (de Casparis, n.d.)

D. Kerajaan Sriwijaya

Zaman Sriwijaya Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya negara


kebangsaan Indonesia tidak dapat dipisahkan oleh kerajaan-kerajaan lama
yang merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Negara
kebangsaan Indonesia terbentuk melalui terbentuk melalui tiga yaitu :
pertama, zaman Sriwijaya dibawah Syailendra (600-1400), yang bercirikan
kedatuan Pada zaman itu kerajaan Sriwijaya merupakan suatu kerajaan besar
yang cukup disegani dikawasan Asia Selatan. Perdagangan dilakukan dengan
mempersatukan dengan pedagang pengrajin dn pegawai raja yang disebut
Tuha An Vatakvurah sebagai pengawas dan pengumpul semacam koperasi
sehingga rakyat mudah untuk memasarkan barang dagangannya. Agama dan
Kebudayaan dikembangkan dengan mendirikan suatu universitas agama
Budha, yang sangat terkenal di negara lain di Asia. Cita-cita tentang
kesejahteraan bersama dalam suatu negara telah tercermin pada kerajaan
sriwijaya tersebut yaitu berbunyi ‘marvuat vanua Criwijaya siddhayatra
subhiksa ‘ (suatu citacita negara yang adil dan makmur).
Nilai sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
Nilai sila kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dan India (Dinasti
Harsha). Pengiriman para pelajar untuk belajar di India. Telah tumbuh nilai-
nilai politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Nilai sila ketiga, sebagai negara maritime, Sriwijaya telah menerapkan
konsep negara kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan nusantara.

7
Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
Niai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangan makmur.(Fadillah nur ega, 2018)

Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Apa saja faktor penyebab kemunduran kerajaan ini? Inilah faktor penyebab
kemunduran kerajaan ini secara umum.

1. Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa pada 990 M.

2. Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh


Raja Rajendracoladewa.

3. Pengiriman ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275


– 1292.

4. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.

5. Adanya serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas


perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi
taklukkan Majapahit.

6. Adanya faktor dari dalam pemerintahan kerajaan tersebut.

(hisham, n.d.)

8
DAFTAR PUSTAKA
1. de Casparis, J. G. (n.d.). Airlangga. Retrieved from wikimedia website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Airlangga
2. Fadillah nur ega. (2018). No Title. Retrieved from Kompasiana.com
website:
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf3a2ddaeebe122
a304f9a8/pancasila-dalam-konteks-sejarah?page=all
3. hisham. (n.d.). Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.
Retrieved from https://hisham.id/2018/08/6-penyebab-runtuhnya-
kerajaan-sriwijaya.html
4. Juanita, R. (2018). Menelusur Nilai Pancasila pada Zaman Kerajaan
Majapahit dan Mengimplementasikan di Masa Kini. Retrieved from
Kompasiana.com website:
https://www.kompasiana.com/juanita96752/5b0bd8fecaf7db03cf0bb5
d5/menelusur-nilai-pancasila-pada-zaman-kerajaan-majapahit-dan-
mengimplementasikan-pada-masa-kini?page=all
5. Mahandita Alexandra. (n.d.). Pancasila dalam Kajian Sejarah.
Retrieved from alexa website:
https://alexandramahandita.wordpress.com/2014/11/03/pancasila-
dalam-kajian-sejarah/
6. Pedia, W. (n.d.). Kerajaan Kutai. Retrieved from Media wiki website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai
7. Putri Herdahita Risa. (2019). Penyebab Lain Keruntuhan Majapahit
Majapahit runtuh bukan hanya karena serangan kerajaan Islam Demak.
Retrieved from Historia.id PT. Global Visi Media. website:
https://historia.id/kuno/articles/penyebab-lain-keruntuhan-majapahit-
DEZ1x
8. Sugikshare. (2019). Nilai Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan.
Retrieved from Blogger.com website:
http://sugikshare.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-pancasila-pada-
masa-kerajaan.html

9
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP

Aset terbsesar
SIDIK
ini adalah 081224741821
1. RAMDHAN A
TEMAN

NANDA ILFA
087772565522
2. N

RAHMAD NEVER GIVE


3. 081212454420
AWALUDIN A UP

Aku tidak
sebaik yang kau
ucapkan, Tapi
TIARA
4. aku juga tidak 082125186476
FADILAH
seburuk apa
yang terlintas di
hatimu

10
BAB II
KELOMPOK 2
SEJARARAH PANCASILA PADA MASA KERAJAAN

No Nama NIM No Nama Nim


1 Muhammad 1199220052 3 Raden 1199
Miqdar Al Muhammad 2200
Fikri S. Surya Jaya 65
Sentosa
2 Nida Aulia 1199220061 4 Sofiyani Nurul 1199
Azizah 2200
85
Pembahasan

A. Latarbelakang Penjajahan di Indonesia


B. Pancasila dalam konteks zaman Penjajahan
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah
D. KESIMPULAN DAN SARAN

SCOR BOOK

82
(Sitasi 12)

PANCASILA PADA KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN


INDONESIA MASA PENJAJAHAN
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta :pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. (Nur Pratiwi, 2014)
Sebelum pancasila disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI,
nilai-nilainya telah ada pada masyarakat bangsa Indonesia, seperti nilai-nilai
adat-istiadat, kebudayaan serta nila-nilai religius. Nilai-nilai tersebut telah ada
sejak zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka dan telah masyarakat
amalkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup, sehingga
nilai-nilai pancasila sendiri berasal dari masyarakat Indonesia sendiri. Nilai-
nilai yang ada pada masyarakat tersebut diangkat dan dirumuskan secara

11
formal oleh para pejuang kemerdekaan menjadi dasar negara republik
Indonesia. (Ega Nur Fadilah, 2018)
Secara historis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila tidak lain digali dari bangsa
Indonesia sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan fakta obyektif, secara historis
kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai Pancasila.
Atas alasan historis inilah, maka sangat penting bagi para penerus
bangsa terutama bagi para pelajar untuk mengkaji, memahami dan
mengembangkan wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai warga
negara Indonesia. (ericksevensix, 2019)
A. Latarbelakang Penjajahan di Indonesia
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama
rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar
Indonesia menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke Indonesia. Bangsa
Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki Indonesia,
yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda.
Bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba memperebutkan kemakmuran
bumi Indonesia ini. Sejak itu, mulailah lembaran hitam sejarah Indonesia
dengan penjajahan Eropa, khususnya Belanda. Pada zaman penjajahan ini
apa yang telah dicapai bangsa Indonesia pada zaman kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit menjadi hilang, persatuan dihancurkan, kemakmuran
lenyap, wilayah diinjak-injak oleh penjajah.
Setelah majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka agama islam
berkembang dengan pesat. Bersamaan dengan itu, berkembang pula
kerajaan-kerajaan islam, seperti kerajaaan Demak, dan mulailah
berdatangan orang-orang Eropa dinusantara. Mereka itu antara lain orang
portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin
mencari pusat tanaman rempah. Bangsa Eropa yang pertama datang ke
Indonesia untuk berdagang adalah orang-orang Portugis. Namun lama-
kelamaan bangsa Portugis mulai menunjukan peranannya dalam bidang
perdagangan yang meningkat menjadi praktik penjajahan, misalnya Malaka
sejak tahun 1511 telah dikuasai oleh Portugis. (Dr.Asep Sulaiman, 2015)
Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia disebabkan faktor kelemahan
di dalam negeri sendiri dengan pudarnya nilai-nilai nasionalisme akibat
perselisihan dan perang saudara.
Adanya penjajahan juga membuat perlawanan dari rakyat indonesia di
berbagai wilayah nusantara, namun karena tidak adanya kesatuan dan

12
persatuan di antara mereka maka perlawanan tersebut senantiasa sia-
sia.(Gustiana, 2004)

B. Pancasila dalam konteks zaman Penjajahan

Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara


sangat erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya
secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu kala. (Ratna
Wahyu, 2013)
Pancasila dalam Penjajahan Kontak dengan bangsa Eropa telah
membawa perubahan-perubahan dalam pandangan masyarakat yaitu
dengan masuknya paham-paham baru, seperti liberalisme, demokrasi,
nasionalisme. Hingga sampai akhirnya Indonesia dapat menumbuhkan jiwa
Nasionalisme dan bersatu untuk merdeka. (Nur Pratiwi, 2014)
1. Nilai Pancasila pada Masa Penjajahan Belanda
Nilai-nilai Pancasila pada saat penjajahan Belanda berupa
perlawanan- perlawanan oleh rakyat diberbagai wilayah nusantara
sebagai akibat praktek- praktek Belanda yang dirasa membuat
penderitaan bagi rakyat Indonesia. Masa penjajahan Belanda bermula
setelah Kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan. Belanda yang pada
awalnya ingin mencari rempah-rempah akhirnya mempunyai rencana
untuk menguasai dan memiliki seluruh kekayaan Indonesia. Maka
berbagai politik licikpun dijalankan oleh bangsa Belanda, praktek-
praktek tersebut antara lain:
 Diawali berdirinya Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC)
yang menimbulkan konfrontasi antara belanda dan portugis.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan
sehingga rakyat mulai mengadakan perlawanan dan menyerang
Batavia 1928 dan 1929, di bawah pimpinan Sultan Agung. Tetapi
serangan itu tidak berhasil meruntuhkan VOC
 Bangsa Belanda mulai memainkan peranan politiknya dengan licik
di Indonesia, yaitu dengan menguasai Makasar (1667) yang
menimbulkan perlawanan dari rakyat Makasar (Hasanudin),
Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso), Perlawanan Trunojoyo, Untung
Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII tidak mampu
meruntuhkan kekuatan kompeni pada saat itu. (Dik Rushcomp,
2017)

13
 Belanda pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis dan
kaya akan rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya
semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh
kekuatan militer. Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda
berusah dengan keras untuk memperkuat dan mengintensifkan
kekuasaanya di seluruh Indonesia. Mereka ingin membulatkan
hegemoninya sampai kepelosok-pelosok nusantara kita. Melihat
praktek-praktek penjajahna Belanda tersebut maka meledaklah
perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain :
Patimura di Maluku, Baharudin di Palembang, Imam Bonjol di
Minangkabau dan masih banyak perlawanan rakyat di berbagai
nusantara. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat
untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali lagi
karena tidak adanya kesatuan dan persatuan dantara mereka dalam
perlawanan melawan penjajah, maka perlawanan tersebut
senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.
(PROF.DR.KAELAN, 2008)
 Karena praktek VOC penuh dengan paksaan sehingga mendapatkan
perlawanan dari rakyat dan kerajaan-kerajaan. Penghisapan mulai
memuncak ketika belanda menerapkan system monopoli melalui
tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban
terhadap rakyat. (HMJ KA, 2019)
 Belanda memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat untuk
mengumpulkan kekayaan demi penuhnya kas negeri Belanda
sendiri. Di tengah kerakusan pemerintah Belanda tersebut,
bangakitlah kaum liberal di negeri Belanda yang menentang sistem
Tanam Paksa yang kejam itu dan mengusulkan sistem ekonomi
liberal, sehingga membuka jalan bagi modal-modal partikulir yang
sedang kehausan tampat berusaha mencari keuntungan. Hal inilah
yang semakin memberi peluang luasnya ladang penghisapan
penjajah, yang bukan hanya di bidang pertanian, melainkan juga di
bidang pertambangan seperti minyak, timah, batu bara, dll. Rakyat
Indonesia menjadi abdi dan kuli pemodal-pemodal asing itu untuk
sesuap nasi. Rakyat menderita kemiskinan di tengah-tengah
kekayaan alamnya sendiri. Penderitaan rakyat memukul hati nurani
beberapa humanis Belanda, sehingga mereka menganjurkan adanya
politik etika di Indonesia. Politik ini sejenis politik “Hutang Budi”
dengan memberi irigasi, emigrasi dan edukasi. Politik yang
kedengarannya manis ini, tetap menguntungkan kaum kapitalis
yang sedang berkiprah di Indonesia. (ericksevensix, 2019)

2. Nilai Pancasila pada Masa Penjajahan Jepang


14
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah perang Pasifik, yaitu
dengan dibomnya Pearl Harbour oleh tentara Jepang. Dalam waktu
singkat Jepang menduduki daerah-daerah jajahan sekutu di daerah
Pasifik. Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang memasuki wilayah
Indonesia dan menghalau Belanda. Belanda menyerah terhadap Jepang
dan menyerahkan Hindia-Belanda kepada Jepang. Penyerahan itu
terjadi di Kalijati, jawa Tengah, 8 Maret 1942. Pihak Belanda diwakili
oleh: Mr. A.W.L. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer (Gubernur
Jendral dan Penglima tertinggi angkatan perang Hindia Belanda),
Letnan Jendral H. ter Poorten, Mayor Jendral Bakkers, Letnan Kolonel
P.G. Mantel, dan Drs. J.D. Thijs. Pihak Jepang diwakili oleh Jendral
Hitosi Imamura, Jendral Agkatan Udara Endo, dan kepala staf
Seisaburo Okazaki.
Pada awalnya, kedatangan tentara Jepang disambut baik oleh
rakyat Indonesia. Rakyat mengucapkan selamat datang kepada tentara
Jepang yang melewati tempat mereka. Peristiwa ini terjadi ketika
melakukan invansi ke kepulauan kita dalam dua atau tiga bulan
pertama tahun 1942.
Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia untuk merdeka.
Jepang memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan dukungan
bangsa Indonesia melalui propaganda dengan menyatakan: “Jepang
pemimpin Asia” dan “Jepang saudara tua bangsa Indonesia”. Jepang
hadir untuk membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda.
Sebagai bentuk nyata dari propaganda itu, Jepang memperbolehkan
pengibaran bendera Merah Putih serta menyanyikan lagu Indonesia
Raya. (ericksevensix, 2019)
Jepang menjanjikan kemardekaan tanpa syarat kapada bangsa
Indonesia. Bahkan untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari
bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka
dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-
usaha Kemerdekaan Indonesia {BPUPKI}.(Dahlan Latif Widiyanto,
2012)
Janji-janji tersebut diberikan karena Jepang terdesak oleh
tentara sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan
kemerdekaan, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa
Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan
yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yaitu badan penyelidik usaha persiapan kemerdekaan
indonesia (BPUPKI) atau dokuritsu zyumbi tioosakai. Pada hari itu
15
juga diumumkan sebagai ketua (kaicoo) Dr. KRT.Rajiman
Widyodiningrat, yang kemudian mmengusulkan bahwa agenda pada
sidang BPUPKI adalah pembahas tentang dasar negara.(Muchji., Drs.
MM. Gatot Subiyakto, Herru Mugimin, Raharja, & Sangabakti, 2007)
Nilai Pancasila dalam masa perjuangan melawan Jepang tidak
secara nyata tersurat. Nilai-nilai Pancasila yang dipupuk sejak Sumpah
Pemuda, yakni nilai persatuan, demokrasi, kemanusiaan, dan keadilan
dari suatu bangsa yang ingin merdeka kiranya masih sangat kuat pada
masa ini.

C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajah


Perjuangan sebelum abad ke-XX
 Kita mengenal nama-nama pahlawan bagsa yang berjuang
dengan gigih melawan pejajah. Pada abad ke-XVII dan XVIII
perlawanan terhadap penjajah digerakkan oleh Sultan Agung
(Mataram 1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di
Banten (1650), Hasanuddin di Makasar (1660), Iskandar Muda
di Aceh (1635), Untung Surapati dan Trunojoyo di Jawa Timur
(1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau (1680), dll.
 Pada permulaan abad ke-XIX, dalam memperkuat
kolonialismenya, penjajah Belanda mengubah system yang
semula berbentuk persoalan dagang partikelier yang bernama
VOC berganti dengan badan pemerintahan resmi, yaitu
pemerintahan Hindia Belanda. Kemudian Belanda mendapat
perlawanan dari bangsa Indonesia yang dipimpin oleh Patimura
(1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822-1837),
Diponegoro di Mataram (1825-1830), Badaruddin di
Palembang (1817). Pangeran Antasari di Kalimantan (1860),
Jelantik di Bali (1850), Anang Agung Made di Lombok (1895),
Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nya'Din di Aceh
(1873-1904), si Singamangaraja di Batak (1900). Hal ini
membuktikan betapa pentingnya persatuan dalam menghadapi
penjajah.
 Penjajahan Eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa
Indonesia tersebut mendapat perlawanan secara fisik dari
bangsa Indonesia. Mereka dengan semangat patriotik berjuang
menentang penjajahan Belanda, tetapi perjuangan pada waktu
itu sifatnya masih kedaerahan, sehingga mereka tidak berhasil.
Beberapa nama pahlawan yang berjuang melawan penjajahan
pada saat itu, yakni Sultan Agung di Mataram abad XVII dan

16
XVIII (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten
(1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan
Trunojoyo di Jatim (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau
(1680), dll.

Kebangkitan Nasional abad XX


 Pada abad ke-XX bangsa Indonesia mengubah cara-caranya
dalam melakukan perlawananterhadap penjajahan Belanda.
Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak ada koordinasi
pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia
pada abad ke-XX itu untuk mengubah bentuk perlawanan yang
lain. Bentuk perlawnan itu ialah dengan membangkitkan
kesadaran bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara.
Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai
macam organisasi polituk di samping organisasi yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan sosial. Organisasi sebagai
pelopor pertama adalah Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Mereka yang tergabung dalam organisasi itu mulai merintis
jalan baru ke arah tercapainya cita-cita perjuangaan bangsa
Indonesia,tokohnya yang dikenal adalah dr. Wahidin
Sudirohusodo. (Syahrial, 2014)
 Hal itu diwujudkan dengan didirikannya berbagai organisasi
politik, sosial dan pendidikan demi tercapainya kebebasan
bangsa yang dipelopori oleh Budi Utomo (20 mei 1908).
Mereka yang bergabung dalam organisasi ini mulai merintis
jalan baru ke arah tercapainya cita-cita perjuangan bangsa
Indonesia, tokohnya yang terkenal dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kemudian muncul Serikat Dagang Islam (1909) yang
bentuknya berubah menjadi pergerakan politik dengan nama
Sarikat Islam (1911), yang dipimpin oleh H. O. S.
Tjokroaminoto. Selain itu, muncul Indische Partij (1930) yang
dipimpin oleh Douwes Dekker, Ciptomangunkusomo, dan Ki
Hajar Dewantara, namun karena terlalu radikal pemimpinnya
dibuang ke luar negeri. Perjuangan tetap dilakukan dengan
didirikannya Partai Nasional Indonesia (1972) yang dipelopori
oleh Soekarno dan kawan-kawan.
 Pada awal Kebangkitan Nasional abad XX dipanggung politik
internasional terjadilah pergolakan kebangkitan dunia timur, di
Indonesia kebangkitan nasional(1908). Banyak muncul
pergerakan nasional seperti:

17
1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908
merupakan pelopor pergerakan nasional, yang dipelopori
oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo.
Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan
kekuatan sendiri.
2. setelah itu munculah Sarekat Dagang Islam(1909),
kemudian diganti dengan Sarekat Islam(1911)di bawah
H.O.S. Cokroaminoto, Indische Partij(1913),yang dipimpin
oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Deker,
Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro
3. pada tahun 1927 munculah Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo,
Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah perjuangan bangsa
Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada
tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai
penggerak kebangkitan nasional yang menyatakan satu
bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia
Raya.
Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang
bermunculan saat itu.

Sumpah Pemuda 1928


Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional
untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan
akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri. Diantaranya
adalah Budi Utomo yang dipelopori oleh Dr. Wahidin Sudiro
Husodo pada 20 Mei 1908, kemudian Sarekat Dagang Islam
(SDI) tahun 1909 serta Partai Nasional Indonesia (PNI) tahun
1927 yang didirikan oleh Soekarno, Cipto Mangunkusumo,
Sartono serta tokoh lainnya.
Sejak saat itu perjuangan nasional Indonesia mempunyai
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Perjuangan nasional
diteruskan dengan adanya gerakan Sumpah Pemuda pada
tanggal 28 Oktober 1928 yang menyatakan satu bahasa, satu
bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.
 Pada tanggal 28 oktober 1928 terjadilah penonjolan
peristiwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia
mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda Indonesia yang
di pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto
dan lain-lain mengumandangka sumpah pemuda yang

18
berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan
bahasa satu yaitu Indonesia.
 Melalui sumpah ini makin tegaslah apa yang diinginkan
bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan
bangsa. Oleh karena itu, diperlukan adanya persatuan
sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak
sebagai tali pengikat persatuan ini adalah Bahasa
Indonesia.
 Sebagai realisasi perjuangan bangsa Indonesia, pada
tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia yang disingkat
dengan Partindo sebagai pengganti dari PNI yang
dibubarkan. Kemudian golongan Demokrat yang terdiri
atasa Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI
baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus
dicapai dengan kekuatan sendiri.
Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak yang
penting dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia untuk mencapai persatuan nasional.[18]
Pernyataan lahirnya bangsa Indonesia diambil dari ikrar
para pemuda Indonesia, dalam sidang pleno ke-3 Kongres
Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, di gedung
Indonesisch Clubgebouw di jalan Keramat Raya 106
Jakarta. Kongres pemuda II, yang dipelopori oleh Muh.
Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, dan Wongsonegoro,
diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pemuda
Indonesia: Jong Java, Jong Soematra (Pemuda Sumatera),
Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan
Pelajar-pelajar Indonesia.
Dari kongres itu, para pemuda Indonesia
mengumandangkan sumpah yang berisi pengakuan akan
adanya bangsa, tanah air dan bahasa yang satu, yaitu
Indonesia. Sumpah Pemuda menunjukkan tekad pemuda
Indonesia untuk bersatu dan tidak mau terpecah-pecah. Tali
pengikat persatuan itu adalah bahasa Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, sebagai wujud persartuan,
para pemuda indonesia menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya bersama komponisnya, Wage Rudolf
Soepratman. Selain itu, sebagai pengungkapan keinginan
membentuk suatu bangsa yang merdeka, bendera

19
kebangsaan, Merah Putih dikibarkan untuk pertama
kalinya.
Dari ikrar Sumpah Pemuda tercermin nilai-nilai yang
nantinya terdapat dalam Pancasila. Nilai-nilai itu adalah:
kemanusiaan (menghargai bahwa mereka saling
menghormati), persatuan (ikrar bahwa mereka satu nusa
dan satu bangsa), demokrasi (mengakui bahwa mereka
mempunyai hak dan kewajiban yang sama, memikirkan
nasib tanah air dan bangsanya), dan keadilan (menuntut
haknya untuk mendirikan negara merdeka yang telah
direbut Belanda). Nilai-nilai itu harus dimengerti dalam
konteks waktu itu, yakni keinginan membentuk suatu
bangsa yang merdeka.
Perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang
 Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik,
dengan di bomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Kemudian
pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia
menghalau penjajah Belanda. Peristiwa penyarahan Indonesia
dari Belanda kepada Jepang terjadi di Kalijati Jawa Tengah
tanggal 8 Maret 1942.
 Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk
membebaskan Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh
karena itu, Jepang memperbolehkan pengibaran bendera
merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Akan
tetapi, hal itu hanya tipu muslihat agar rakyat Indonesia mau
membantu Jepang untuk menghancurkan Belanda.
 Kemudian Indonesia mendapatkan penderitaan dan
penindasan yang luar biasa. Kemerdekaan Indonesia semakin
merasa menjauh, bahkan tidak ada tanda-tandanya sama
sekali. Kekecewaan rakyat Indonesia ini menyebabkan
adanya perlawanan-perlawanan terhadap Jepang, seperti
pemberontakan Peta di Blitsr.
 Kemudian Jepang membujuk bangsa Indonesia agar
mendapat bantuan dari rakyat Indonesia. Mereka
mengumumkan janji kedua berupa kemerdekaan tanpa syarat
yang disampaika seminggu sebelum Jepang menyerah.
Bangsa Indonesia diperkenankan memperjuangkan
kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar berani
mendirikan negara Indonesia meredeka di hadapan musuh
Jepang.

20
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara
sangat erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
jati diri bangsa mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya nilai-nilai ini telah
dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala.
Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pandangan
hidup, diharapkan tujuan pendidikan Pancasila akan dapat terwujud.
Masyarakat Indonesia yang memahami Pancasila dengan baik, mereka
tidak hanya mengetahui makna Pancasila, mereka juga harus
menjalankannya dengan baik.
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan
telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain,
dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar
pada kepribadian bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri. Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam
barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah
dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di
Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga setengah abad,
sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajajahan itu sendiri.

B. Saran

Mengingat besarnya perjuangan bangsa Indonesia meraih


kemerdekaan, maka perlu adanya kesadaran sedalam-dalamnya bahwa
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik
Indonesia serta merasakan bahwa Pancasila adalah sumber kejiwaan
masyarakat dan negara Republik Indonesia, manusia Indonesia
menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kenegaraan.
Oleh karena itu, pengamalannya harus dimulai dari setiap warga
negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan
berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga
kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di
daerah. Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan

21
dasar negara akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk
itu, perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu
demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan Latif Widiyanto. (2012). PANCASILA DALAM KONTEKS
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA. Retrieved from
https://dahlanlatifwidiyanto.wordpress.com/2012/02/21/pancasila-
dalam-konteks-sejarah-perjuangan-bangsa/
2. Dik Rushcomp. (2017). PANCASILA PADA MASA BELANDA.
Retrieved from
https://www.academia.edu/35015496/MAKALAH_PANCASILA_P
ADA_MASA_BELANDA.docx
3. Dr.Asep Sulaiman, M. P. (2015). PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN (T. Redaksi, Ed.). Bandung: CV Arfino Raya.
4. Ega Nur Fadilah. (2018). Pancasila dalam Konteks Sejarah. Retrieved
from
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf3a2ddaeebe122
a304f9a8/pancasila-dalam-konteks-sejarah?page=all
5. ericksevensix. (2019). PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA. Retrieved from
https://sevensixchanel.wordpress.com/2019/03/01/pancasila-dalam-
konteks-sejarah-perjuangan-bangsa-indonesia/
6. Gustiana, A. (2004). PANCASILA DALAM KONTEK SEJARAH
PERJUANGAN. Retrieved from
https://agaunpur.wordpress.com/pengetahuan/pancasila/pancasila-
dalam-kontek-sejarah-perjuangan/
7. HMJ KA. (2019). Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia. Retrieved from
http://hmjkapnm.blogspot.com/2017/08/pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html
8. Muchji., H. A., Drs. MM. Gatot Subiyakto, S. H., Herru Mugimin, S.
H., Raharja, M., & Sangabakti, D. M. S. (2007). PENDIDIKAN
PANCASILA. Jakarta: Universitas Gunadarma.
9. Nur Pratiwi. (2014). Pancasila dalam penjajahan, zaman proklamasi
dan kemerdekaan. Retrieved from
https://www.slideshare.net/EqhaHangiRaqueL/pancasila-dalam-
penjajahan-zaman-proklamasi-dan-kemerdekaan
10. PROF.DR.KAELAN, M. S. (2008). PENDIDIKAN PANCASILA.
Yogyakarta: PARADIGMA.
22
11. Ratna Wahyu. (2013). PANCASILA DALAM KONTEKS ZAMAN
PENJAJAHAN. Retrieved from
https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/05/makalah-pancasila-
dalam-konteks-zaman-penjajahan/
12. Syahrial, S. (2014). PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAAN BANGSA INDONESIA. Retrieved from
http://teknikarsitekturug.blogspot.com/2014/10/pancasila-dalam-
konteks-sejarah.html

PROFIL PENULIS

No. Nama Foto Moto No. HP


1. Muhammad Hidup itu 081285459884
Miqdar Al Fikri S. sudah berat
jadi tidak
usah di
persulit

2. Nida Aulia Ubah 083826190344


pikiranmu
dan kau
akan
mengubah
duniamu

3. Raden Jadikan 0895614945568


Muhammad Surya dirimu
J. S. berguna
maka dunia
akan
mencarimu

23
4. Sofiyani Nurul Jadilah 089673533662
Azizah seperti
bunga yang
memberikan
keharuman
bahkan
kepada
tangan yang
telah
merusak nya

24
BAB V
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
INDONESIA MASA KEMERDEKAAN
KELOMPOK 3
EKONOMI SYARIAAH-B SEMESTER 1

No Nama NIM No Nama NIM


1. Nabila Nurhaliza 119922005 3. Nur Fazri 119922006
Lisdiani 7 Khoeriah 2
2. Nanda Arif Arrasyid 119922005 4. Shindi 119922008
9 Nurfajriana 2
PEMBAHASAN
A. Sejarah kelahiran pancasila
B. Sejarah proklamasi dan perumusan pancasila
C. Nilai-nilai perumusan pancasila

SCOR BOOK

86
(Sitasi 16)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Sejarah kelahiran pancasila
Sejarah Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang.Perdana Menteri
Jepang saat itu adalah Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944.Pada
tanggal 29 April 1945 Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).(“Sejarah
Pancasila,” n.d.)
 Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
1. Awalnya BPUPKI memiliki anggota 70 orang (62 orang Indonesia
dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak
berbicara, hanya mengamati). Kemudian ditambah dengan 6 orang
Indonesia pada sidang kedua.
2. Sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada kurun waktu 29 mei 1945
hingga 1 Juni 1945 belum menetapkan ketiga usulan rumusan dasar
negara tersebut menjadi sebuah dasar dalam negara Indonesia.
Pada saat itu pula dibentuk panitia yang beranggotakan sembilan

25
orang yang dikenal dengan sebutan ‘Pantia Sembilan’ dengan
anggotanya sebagai berikut :

1 Ir. Soekarno Ketua Asal Jawa


2 H. Agus Salim Anggota Asal Jawa
3 Mr. Ahmad Soebardjo Anggota Asal Jawa
4 Mr. Muhammad Yamin Anggota Asal Jawa
5 Drs. Mohammad Hatta Anggota Asal Sumatra Barat
6 Mr. AA. Maramis Anggota Asal Sulawesi Utara (Manado)
7 Kyai. Haji Wachid Hasyim Anggota Asal Jawa
8 Abdul Kahar Muzakkir Anggota Asal Sulawesi Selatan
9 Abikusno Tjokrosujoso Anggota Asal Jawa
(Darsita, 2015)
3. Selama empat hari bersidang ada tiga puluh tiga pembicara, dan
penelitian terakhir menunjukkan bahwa Soekarno adalah
“Perumus Pancasila”.
4. Ada juga beberapa tokoh lain yang menyumbangkan idenya atas
Dasar Negara antara lain adalah Mohamad Hatta, Muhammad
Yamin dan Soepomo.(Wikipedia, n.d.)
“Klaim” Muhammad Yamin bahwa pada tanggal 29 Mei 1945 dia
mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu
1. Kebangsaan
2. Kemanusiaan
3. Ketuhanan
4. Kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
Dasar negara yang diusulkan oleh Mr. Soepomo antara lain:

1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.(“Sejarah
Pancasila,” n.d.)

Berdasarkan pemikiran Ir.Soekarno mengajukan 5 prinsip (asas) yang sebaik-


baiknya sebagai dasar negara Indonesia merdeka, yakni

1. kebangsaan Indonesia
2. internasionalisme atau peri-kemanusiaan

26
3. persatuan dan kesatuan
4. kesejahteraan social
5. ketuhanan yang Maha Esa.(Salam, 1996)

5 asas tersebut oleh Soekarno dinamakan Pancasila, Pidato Soekarno


diterima dengan gegap gempita oleh peserta sidang.Oleh sebabnya, pada
tanggal 1 Juni 1945 dikenal sebagai hari lahirnya pancasila.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah upacara proklamasi kemerdekaan,
datang berberapa utusan dari wilayah Indonesia Bagian Timur. Berberapa
utusan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sam Ratulangi, wakil dari Sulawesi
2. Hamidhan, wakil dari Kalimantan
3. I Ketut Pudja, wakil dari Nusa Tenggara
4. Latuharhary, wakil dari Maluku.
Mereka semua berkeberatan dan mengemukakan pendapat tentang bagian
kalimat dalam rancangan Pembukaan UUD.
Kalimat tersebut juga merupakan sila pertama Pancasila sebelumnya, yang
berbunyi, “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”.(“Sejarah Lahirnya Pancasila,” n.d.)
Pada Sidang PPKI I yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, Bung Hatta
memberikan usul untuk mengubah kalimatnya menjadi “Ketuhanan Yang
Maha Esa”.
Sebelumnya Bung Hatta telah mengkonsultasikannya kepada 4 orang tokoh
Islam, yaitu Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan Teuku M.
Hasan.
Pada Sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945, bersamaan dengan penetapan
rancangan pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, Pancasila ditetapkan
sebagai dasar negara Indonesia(Mani, 1989)

B. Sejarah proklamasi dan perumusan Pancasila


Peristiwa Rengasdengklok terjadi dikarenakan adanya perbedaan
pendapat antara golongan muda dan tua tentang masalah kapan
dilaksanakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia.Kejadian tersebut
berlangsung tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945.Golongan muda
membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta ke rengasdengklok dengan
tujuan untuk mengamankan keduanya dari intervensi pihak luar.Daaerah
Rengasdengklok dipilih karena menurut perhitungan militer, tempat
tersebut jauh dari jalan raya Jakarta-Cirebon.Di samping itu, mereka
dengan mudah dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke
Rengasdengklok dari arah Bandung maupun Jakarta.(Demak, 2014)

27
 Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
 Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok selama satu hari penuh.
Usaha dan rencana para pemuda untuk menekan kedua pemimpin
bangsa Indonesia itu agar cepat-cepat memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan tentara Jepang tidak
dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa Rengasdengklok tersebut
tampaknya kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang besar
sehingga para pemuda merasa segan untuk mendekatinya, apalagi
melakukan penekanan. Namun, melalui pembicaraan antara
Shodanco Singgih dengan Soekarno, menyatakan bahwa Soekarno
bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah
kembali ke Jakarta. Peristiwa Rengasdengklok
 Berdasarkan pernyataan Soekarno itu, pada tengah hari Shodanco
Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan berita proklamasi
kemerdekaan yang akan disampaikan oleh Soekarno kepada kawan-
kawannya dan para pemimpin pemuda. Sementara itu, di Jakarta
sedang terjadi perundingan antara Achmad Subardjo (mewakili
golongan tua) dengan Wikana (mewakili golongan muda).Dari
perundingan itu tercapai kata sepakat, bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Di samping
itu, Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya
dijadikan sebagai tempat perundingan dan bahkan ia bersedia
menjamin keselamatan para pemimpin bangsa Indonesia
itu.(“Peristiwa Rengasdengklok,” n.d.)
 Akhir Peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan
Laksamana Tadashi Maeda itu, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan
Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke
Rengasdengidok, Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan
taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya
pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta Cudanco
Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta beserta
rombongan untuk kembali ke Jakarta.Rombongan tersebut tiba di
Jakarta pada pukul 17.30 WIB. Itulah sejarah singkat peristiwa
Rengasdengklok yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan
setelah peristiwa Rengasdengklok, rombongan Ir. Soekarno segera
kembali ke Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945.
Semula tempat yang dituju adalah Hotel des Indes (Duta Indonesia).
Namun, tidak jadi karena pihak hotel tidak mengizinkan kegiatan apa
pun selepas pukul 22.30 WIB. Di hotel yang terletak di Jalan Gajah

28
Mada ini, pada pagi sebelumnya juga telah direncanakan pertemuan
anggota PPKI, tetapi pihak Jepang melarangnya.Dalam keadaan
demikian, Achmad Soebardjo membawa rombongan menuju rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.Setelah tiba di Jl. Imam
Bonjol No. 1, Soekarno dan Moh.Hatta lalu diantarkan Laksamana
Maeda menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer Jepang)
Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto.Akan tetapi, Gunseikan menolak
menerima Soekarno - Hatta pada tengah malam. Dengan ditemani oleh
Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi
sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco (Direktur/
Kepala Departemen Umum Pemerintah Militer Jepang) Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura. Tujuannya untuk menjajaki sikapnya
terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia(S.H, 1987)
Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara Soekarno -
Hatta di satu pihak dengan Nishimura di lain pihak. Soekarno - Hatta
bertekad untuk melangsungkan rapat PPKI pada pagi hari tanggal 16
Agustus 1945 Rapat PPKI itu tidak jadi diadakan karena mereka
dibawa ke Rengasdengklok.Mereka menekankan kepada Nishimura
bahwa Jenderal Besar Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada PPKI.Di lain pihak,
Nishimura menegaskan garis kebijaksanaan Panglima Tentara ke-XVI
di Jawa, bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku
ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi
mengubah status quo.
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu, Nishimura melarang Soekarno
- Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangkan pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan. Sampailah Soekarno - Hatta pada
kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan soal
kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang.Mereka hanya berharap
pihak Jepang supaya tidak menghalang-halangi pelaksanaan
Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.(“Sejarah Perumusan Teks
Proklamasi,” 2015)
 Proses Perumusan Teks Proklamasi
Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah
Maeda.Di rumah Maeda telah hadir, para anggota PPKI, para pemimpin
pemuda, para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi In
yang ada di Jakarta.Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno,
Moh.Hatta, dan Achmad Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda
minta diri untuk beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin
Indonesia berunding di rumahnya.Para tokoh nasionalis berkumpul di
rumah Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.Kemudian di ruang

29
makan Maeda dirumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi
Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro,
dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo
membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.(Reza,
n.d.)
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi sebagai
judul pada pukul 03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan kalimat
"Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia". Moh. Hatta menambahkan kalimat: "Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya". Soekarno
menuliskan: Jakarta, 17 - 8 - 05 Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai
penutup.Acara perumusan naskah proklamasi berjalan dengan lancar,
kalimat pertama merupakan buah pemikiran dari Ahmad Subardjo, dan
kalimat terakhir merupakan sebuah pemikiran dari Moh.Hatta, sebagai
hasil perundinganmereka bertiga, di peroleh rumusan proklamasi
yang ditulis oleh Soekarno tulisan tersebut seperti gambar dibawah ini.

(“Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,” n.d.)


Pada pukul 04.00 WIB dini hari Soekarno meminta persetujuan dan tanda
tangan kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia.Para
pemuda menolak dengan alasan sebagian yang hadir banyak yang menjadi
kolaborator Jepang.Sukarno mengusulkan agar teks proklamasi cukup

30
ditandatangani dua orang tokoh, yakni Soekarno dan Moh. Hatta, atas nama
bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima.Dengan beberapa perubahan yang
telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik
untuk diketik. Perubahan dalam naskah Proklamasi terdiri dari:
 Kata tempoh diubah mendai tempo
Kata-kata "wakil-wakil bangsa Indonesia" pada bagian akhir naskah
diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
Perubahan penulisan tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05" menjadi
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05.Tahun 05 merupakan singkatan dari
tahun Jepang (Sumera), yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun
1945 Masehi.
Pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi.Agar seluruh
rakyat Indonesia mengetahuinya, naskah itu harus disebarluaskan.
Timbullah persoalan tentang cara penyebaran naskah tersebut ke seluruh
Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di
Lapangan Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat
Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi.Namun,
Soekarno tidak setuju karena lapangan Ikada merupakan tempat umum
yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang.Ia
sendiri mengusulkan agar Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56. Usul tersebut disetujui dan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dibacakannya bersama Hatta di tempat itu pada
hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.
Soekarno didampingi Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Bertempat di rumah Soekarno,
Jl Pegangsaan Timur 56, Soekarno membacakan teks proklamasi yang
menandakan bahwa bangsa Indonesia menjadi sebuah merdeka.(Leon,
2019)
C. Nilai-nilai perumusan pancasila
 NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASA PRA SEJARAH
Pada zaman Pra sejarah, berbagai suku bangsa Indonesia telah
mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
yang Nampak pada masa Pra Sejarah, dapat dibuktikan dengan adanya:
1. Nilai Religi
 Adanya kerangka mayat
 Alat-Alat untuk aktivitas religi
 Pemujaan kepada roh

31
2. Nilai Peri Kemanusiaan
 Penghargaan kemanusiaan
 Bersosialisasi
3. Nilai Kesatuan
 Bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia
4. Nilai Musyawarah
 Kehidupan bercocok tanam
 Kehidupan berkelompok
5. Nilai Keadilan Sosial
 Perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran(“Nilai Nilai Juang
Dalam Proses Perumusan Pancasila,” 2013)
 NILAI – NILAI PANCASILA DALAM ZAMAN KERAJAAN
HINDU-BUDHA
Nilai – Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Hindu-Budha Istilah
Pancasila pertama di temukan dalam buku “ Sutasoma ” karya Mpu
Tantular pada zaman kerajaan Majapahit. Pancasila diartikan sebagai
perintah kesusilaan yang berjumlah lima dan berisi larangan. Isi
larangannya :
1. Melakukan kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk karena miras
 Nilai Kemandirian
Kamu barangkali sepakat, bahwa dibalik proses peristiwa perumusan
Pancasila sebagai dasar negara adalah mewujudkan cita-cita bersama.
Cita-cita apa? Tidak lain untuk menjadi bangsa dan negara merdeka
yang dapat menentukan nasib sendiri. Oleh karena itu, di antara nilai
penting dari proses perumusan Pancasila adalah nilai kemandirian.
 Nilai Inisiatif
Inisiatif artinya pintar memanfaatkan peluang, berani tampil, menjadi
pelopor untuk berperan dengan aktif menyampaikan segala gagasan,
pendapat, dan pandangan yang dimilikinya dan sejenisnya. Semua
tokoh pendahulu kita, termasuk yang tergabung tim perumusan
Pancasila merupakan orang-orang yang berinisiatif tinggi. Barangkali
kita sepakat, bahwa tanpa daya inisiatif yang tinggi dari para tokoh
pendahulu kita ini, negara Indonesia merdeka dengan dasar negara
Pancasila akan mustahil terwujud.
 Nilai Persatuan dan Kesatuan
Para perumus Pancasila merupakan wakil dari segala golongan dan
lapisan masyarakat (Indonesia).Ada yang dari bagian barat, tengah,

32
maupun timur. Mereka bekerja sama saling bahu-membahu dalam satu
keinginan bersama, yakni terwujudnya Negara Indonesia yang
merdeka. Oleh karena itu dalam segala kejadian dan peristiwa
perumusan Pancasila ini akan selalu tercermin nilai persatuan dan
kesatuan.
 Nilai Anti Penjajahan
Segala kegiatan dan peristiwa perumusan dasar negara Indonesia
didasari oleh semangat anti penjajahan. Selain itu, tentu ada keinginan
yang kuat bangsa Indonesia mewujudkan negara merdeka. Karena itu
secara langsung atau tidak langsung berbagai macam hal dalam
peristiwa perumusan dasar negara Pancasila mencerminkan nilai anti
penjajahan.(Abdullah, n.d.)

DAFTAR PUSTAKA
1. Drs.H Burhanuddin Salam.(1996 cetakan ketiga edisi revisi).Filsafat
pancasilais.Jakarta :Rineka cipta)
2. https://www.romadecade.org/sejarah-pancasila/#!
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Lahirnya_Pancasila
4. https://maritimtours.com/sejarah-lahirnya-pancasila.html
5. https://www.kompasiana.com/leonjyz/5ca21b489715941f5912a542/p
erumusan-teks-proklamasi-kemerdekaan-indonesia?page=all
6. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peristiwa%2BRengasdengklo
k.jpg
7. P.R.S Mani. (1989). Jejak revolusi 1945 Sebuah kesaksian
sejarah.jakarta : Pt.temprint)
8. http://www.donisetyawan.com/kronologi-proklamasi-indonesia/
9. https://www.slideshare.net/majid66abdullah/nilai-nilai-pancasila-dan-
proses-perumusan-pancasila
10. http://www.latarbelakang.com/2013/12/nilai-nilai-juang-dalam-
proses.html
11. http://jagosejarah.blogspot.com/2014/09/peristiwa-
rengasdengklok.html
12. S.H, Dr. Muhammad Ridhwan Indra S.H dan Sphian
Marthabaya.(1987). Peristiwa-Peristiwa Disekitar Proklamasi 17-08-
1945.Jakarta : Sinar Grafika
13. https://www.ilmusiana.com/2015/07/sejarah-perumusan-teks-
proklamasi.html
14. http://www.jurnal-sejarah.com/id3/2322-2219/Proklamasi-
Kemerdekaan-Indonesia_29407_jurnal-sejarah.html

33
15. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33981/1/D
ARSITA-FAH.pdf
16. https://www.academia.edu/22174679/Perumusan_Teks_dan_Pelaksa
naan_Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia

PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP

Jangan
Nabila
Menyerah
1. Nurhaliza 0895358989700
Sebelum
Lisdiani
Mencoba

Nanda Arif Hiduik Baraka


2. 082385594570
Arrasyid Mati Baiman

Nur Fazri Jadi Diri


3. 087845655536
Khoeriah Sendiri

Kerja Cerdas
Shindi
Kerja Keras
4. Nurfajriana 083821003757
Kerja Tuntas
Alfasiwi
Kerja Iklhas

34
BAB 4
KELOMPOK 4
FILSAFAT PANCASILA

KELOMPOK 4
Anggota
Muhammad Ruri Hizbullah : 1199220054
Nurali Fakhrurrozi 1199220063
Rahmah Fitria Dewi : 1199220067
Rifani Annisa Mawardini : 1199220072

PEMBAHASAN FILSAFAT PANCASILA


SCOR BOOK
79
(9 Sitasi)

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar negara berkembang melalui suatu proses yang


cukup panjang. Pada awalnya bersumber dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia yaitu dalam adat-istiadat, serta dalam agama-agama sebagai
pandangan hidup bangsa.
Fundamental untuk menjadi warga negara yang baik itu adalah sikap
moral yang didasarkan atas landasan filsafah negara Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Untuk menjadi warga negara yang baik, kita dituntut
untuk mengerti dan memahami tentang isi dan makna yang terkandung dalam
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, atau dengan kata lain untuk menjadi
warga negara yang baik dengan sikap moral dan perilaku berdasarkan falsafah
negara dan Undang-Undang Dasar kita.
Secara umum, mengajarkan atau memberikan pedoman tentang
bagaimana menjadi warga negara yang baik, misalnya dengan pergaulan
masyarakat dan dalam hubungan warga negara dengan negaranya, yaitu

35
dengan mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dengan dasar falsafah
Pancasila dan dengan mematuhi peraturan yang ada dengan rasa kesadaan
yang tinggi sebagai warga negara yang baik. Begitu pun untuk menjadi warga
negara yang baik yaitu diwujudkan dengan sikap moral yang terpuji dan
mematuhi semua peraturan negara yang berlaku dalam masyarakat.
Seluruh bangsa Indonesia haruslah mempunyai perilaku politik dan
sikap moral yang sama dengan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Mungkin hal tersebut disebabkan karena kurang
mengerti dan pahamnya tentang Pancasila, belum meratanya orang yang
memahami tentang Pancasila serta dugaan bahwa belum sempurnanya
pelaksanaan Pancasila menurut hakikatnya.
Demi untuk tegaknya Pancasila, maka seharusnya semua warga negara
Indonesia bersikap moral dan berperilaku politik sesuai yang digariskan dalam
Pancasila.

II. Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut dengan filsafat ?


2. Bagaimana susunan Pancasila yang bersifat organis, hierarkis, dan
pyramidal itu?
3. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara?
4. Apa yang disebut Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi
NKRI?
5. Apa dasar ontology, eopistemology, dan aksiologi?

III. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dan memahami pengertian filsafat


2. Susunan Pancasila yang bersifat organis, hierarkis, dan pyramidal
3. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia
4. Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi NKRI
5. Dasar ontologi, epistemology, dan aksiologi

BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Filsafat

36
I.I Pengertian Umum Pancasila
Kata filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari kata phylos dan
sophos, yang berarti philosophia. Philos berarti cinta atau teman, sophos
berarti bijaksana, berarti philoshopia/filsafat berarti kebijaksanaan atau
pengetahuan. Seseorang ahli fikir disebut phylosof. Kata ini mula-mula
dimulai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberi kebenaran orang yang mencintai
pengetahuan bijkasana, karena itu yang mencarinya orang yang mencintai
kebenaran. Tentang mencinta kebenaran adalah karekteristik daripada setiap
filosof dahulu sampai dengan sekarang. Di dalam mencari kebenaran
kebijaksaan itu filosof mempergunakan cara dengan berfikir sedalam-
dalamnya (merenung). Hasil filsfat (berfikir sedalam-dalamnya) disebut
filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berfikir yang sedalam-dalamnya
diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atua setidak-tidaknya
mendekati kesempurnaan. Fiosof ulung Prof.Dr.M.J Langeveld dalam buku
Opwegnaar wijsgrig denken (menurut pemikiran filsafat), berpendapat bahwa
kita memasuki filsafat manakala kita memikirkan pernyataan apapun juga
secara radikal, yakni dari dasar sampai kepada konsekuensinya yang terakhir
secara sistematis, yakni dalam penutupan yang logis dalam urutan dan salin
hubungan yang bertanggung jawab apa yang terbentuk dalam keseluruhan
penuturan dan uraian secara filsafat. Dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya. Karena itulah dalam melaksanakan pembangunan
misalnya. Kita tidak dapat begitu saja menontoh atau meniru model yang
dilakukan oleh bangsa lain tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan
kebutuhan bangsa itu sendiri.
Suatu corak yang pembangunan yang barangkali baik dan memuaskan
suatu bangsa belum tentu baik pula atau memuaskan bagi bangsa yang lain,
karena itu pandangan hidup suatu bangsa yang merupakan maslah yang sangat
asasi bagi kekokohan, dan kelestarian suatu bangsa.(Salam, 1988)

I.II Pengertian Filsafat Menurut Para Filosof


a. Menurut Plato, “Filafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran asli”
b. Aristoteles mengartikan filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang tergabung di dalamnya metafisika, logika,
retorika, ekonomi, politik, dan estetika.

37
c. Bernard Russel mengartikan filsafat sebagai “the attent to answer
ultimate question critically”
d. William James mengartikan filsafat sebagai “a collective name for
question which have not answered to the satisfication of all that have
asked them”
e. Sedangkan Al-Farabi memaknai filsafat sebagai pengetahuan tentang
hakikat sebagai yang sebenarnya.
f. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai pengetahuan pengetahuan
yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup
didalamnya : apa yang diketahui (matafisika), apa yang seharusnya
diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa itu
manusia (antropologi)

I.III Pengertian Filsaat menurut Beberapa Penulis Buku Filsafat


A. Prof. IR Poedjawijatna dalam bukunya Pembimbing ke Arah Alam
Filsafat, mengartikan filsafat sebagai : “ingin mengerti dengan
mendalam atau cinta padakebenaran”
B. Hasbullah Bakry dalam bukunya Sistematika Filsafat, mengartikan
filsafat sebagai “sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesautu
secara mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengetahuan bagaimana hakikatnya,
sejauh yang dapat dicapai manusia, dan bagaimana sikap manusia itu
seharusnya setelah mencapai pengetahuan”.
C. WH Kilpatrick penulis buku Filophy of Education mengartikan filsafat
sebagai “point of you” atau “the out look of life” dan lebih lengkap
sebagai “critical study of the conflicting values of life to find of as best
as possible how to manage life in the face of these conflict”.

I.IV Pengertian Filsafat menurut Kamus


A. Dalam Encyclopaedia of Britannica ditulis filsafat sebagai “derived
from the composite Greek noun phioshopia means the love of pursuit
wisdom”
B. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat diartikan
sebagai pengeyahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai
segala yang ada, sebab, akal, dan hukumnya. (Soegiono dan Tamsil
Muis, 2012)

38
II. Susunan Pancasila yang Bersifat Organis, Hierarki, dan
Pyramidal
Pancasila merupakan suatu ideologi yang dianut oleh negara Indonesia
sebagai pandangan dan pedoman bagi bangsa Indonesia. {ancasila ii telah
terbentuk sejak Indoneisa merdeka yang disusun oleh presiden pertama
sekaligus proklamator negara Indonesia yaitu alm.Ir. Soekarno.
Pancasila sendiri berasal dari kata sansakerta yaitu “panca” yang dalam
Bahasa Indonesia bermakna lima dan “syila” yang bermakna batu sendi atau
alas atau dasar, dari dua kata itulah Pancasila tersusun. Pancasila memiliki arti
lima dasar, yaitu meliputi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setiap sila berasal dari Pancasila ini memiliki arti sendiri pada arti
silanya yaitu sila ke-1 memiliki arti bahwa setiap rakyat Indonesia wajib
beragama karna sejak dahulu Indonesia telah mengenal agama dan dalam
agama pasti diajarkan hal-hal baik yang berkaitan dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sila ke-2 memiliki arti setiap rakyat Indonesia wajib
mempunyai adab atau bias diartikan sebagai sifat menghargai dalam berbagai
hal antara sesame makhluk hidup. Sila ke-3 memilki arti setiap rakat Indonesia
wajib mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia. Sila ke-4 memilki arti
setiap suatu permaslahan yang dialami bangsa wajib diselesaikan dengan
kepala dingin menggunakan cara bermusyawarah yang menghasilkan solusi
yang biss menguntungkan pihak-pihak terlibat dan tidak menggunakan cara
kekerasan. Sila ke-5 memiliki arti setiap rakyat Indonesia mndapatkan
perlakuan yang adil dan seadil-adilnya.
Hal yang dimaksud dengan Pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk
pyramidal adalah dalam Pancasila ini berarti memiliki hubungan antar
kelompok sila yang ada dalam Pancasila yang bersifat erat. Hirarkis memili
arti pengelompokan atau penggolongan.

39
Pancasila
terdiri dari 5
sila itu saling
berkaitan
yang tak
dapat
terpisahkan :
 Sila
pertama
menjelaskan
bahwa sila
pertama itu
meliputi dan
menjamin isi
sila 2,3,4,
dan 5 artinya dalam setiap hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
dan penyelengaraan negara harus dijiwai nilai-nilai ketuhana yang
Maha Esa.
 Sila kedua tertulis kemanusiaan yang adil dan beradab diliputi sila
ke 1 dan isinya meliputi sila 3,4, dan 5, dalam sila ini terkandung
makna bahwa sangat menjungjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal
yang berkaitan dengan kehidua berbangsa dan bernegara harus
mencerminkan bahwa negara ini memppunyai peraturan yang
menjungjung tinggi harkat dan mertabat manusia.
 Sila ketiga tertulis persatuan Indoensia yang diliputi dan dijiwai
sila 1, 2 yang meliputi dan menjiwai isi dari sila 4,dan 5, sila ini
mempunyai makna manisuia sebagai makhluk sosial wajib
mengutamakan persatuan negara Indonesia yang disetiap daerah
memiliki kebudayaan-kebudayaan maupun beragama yang
berbeda.
 Sila keempat diliputi dan dijiwai sila 1,2,3 yang meliputi dan
menjiwai sila ke 5. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indoenesia
ini ada karena rakyat, maka dari itu rakyat berhak mengatur
kemana jalannya negara ini.
 Sila kelima yang bertuliskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia itu diliputi dan dijiwai oleh isi sila 1,2,3, dan 4. Sila ini
mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan
40
bersosialisasi bagi rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang
perbedaan-perbedaan yang ada. (Mondir, n.d.)

III. Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia

Falsafah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah anggapan,


gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau
masyarakat. Sebagai falsafah hidup atau pandangan hidup, Pancasila
mengandung wawasan dengan hakikat, asal tujuan, nilai, dan arti dunia
seisinya, khususnya manusia dan kehidupannya, baik secara perorangan
maupun sosial.
Dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Muh.
Yamin (1962) menyebut bahwa : “Ajaran Pancasila adalah tersusun secara
harmonis dalam suatu sistem filsafah”
Menurut Hegal, hakikat filsafatnya adalah suatu sinthese fikiran yamg
lahir daripada antithese fikian. Dari pertentangan fikiran lahirlah perpaduan
pendapat yang harmonis. Ajaran Pancasila adalah satu sinthese negara yang
lahir daripada satu antithese.
Dalam Kamus Besar Indonesia, abtithese/antithesis adalah paduan atau
campurann berbagai pengertian atau hal sehingga merupakan kesatuan yang
selaras. (Rosalia, n.d.)
Isi arti Pancasila sebagai dasar filsafat Negara adalah sama dan mutlak
bagi seluruh bangsa dan diseluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat
bagi pro dan kontra. Isi ini perlu diketemukan dengan penelitian ilmiah.
Sebagaimana telah diuraikan dalam pembicaraan yang dimuka,
Pancasila sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara kita, yang
merupakan cita-cira bangsa Indonesia, mempunyai isi yang abstrak, umum,
universil, tetap tidak berubah. Dan karena demikian adalah sama dan mutlak
bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah, dalam seluruh waktu dalam
Negara kita Republik Indonesia yang diproklamasikan kemerdekaannya pada
17 Agustus 1945.
Yang perlu kita perhatikan benar-benar ialah tentang kesamaan, yang
tidak dapat berubah dari isi Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar
filsafat Negara, buat siapa saja, dimana saja, dan kapan saja. Isi dari sesuatu
hal yang demikian itu dinamakan mutlak, karena harus ada, jika tidak ada,
hanya lalu menjadi tidak ada.
Kedua yang perlu kita perhatikan, bahwa sebenernya yang demikian
itu adalah suatu hal yang biasa kita hadapi dan kita jalankan, kita alami sehari-

41
hari didalam Bahasa kita, didalam kita mempergunakan kata-kata. Kalua tidak
demikian halnya, kita tidak dapat menyebut banyak hal dengan satu kata, dan
kita tidak dapat mengerti atau menangkap maksud orang lain yang
mengucapkan suatu kata tertentu.
Mungkin lalu timbul pertanyaan, mengapa kalau memang hal yang
biasa, perlu dijelaskan dan perlu begitu special diperhatikan. Karena anehnya
menurut kenyataan yang suda-sudah, hal yang begitu biasa itu tidak cukup
dilihat, malahan mungkin dpat dikatakan sama sekali tidak dilihat dalam
Pancasila.
Sebab ternyata, kalau orang mempersoalkan Pancasila, banyak yang
melulu menekankan kepada hal-hal yang berlainan, yang dilihat dalam
Pancasila sebagai isinya, dan tidak atau sedikit sekali dilihat atau menjadi
perhatian isinya yang mutlak, yang sama buat siapa saja dan dimana saja serta
kapan saja itu. Sedangkan inilah sebenarnya isi yang paling pokok dan paling
penting serta yang melulu menjadi soal mengenai Pancasila sebagai dasar
filssfat atau dasar kerohanian Negara.
Kalau ini telah dimengerti dan telah disadari, dan isinya yang sama dan
mutlak itu diketahui, maka sudah tidak lagi ada persoalan apa-apa tentang
Pancasila sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara, tidak ada lagi
tempat dan seharusnya tidak ada tempat bagi pertentangan pro dan kontra.
Persis seperti tiap-tiap kata yang kita pergunakan sebagai contoh didalam
uraian yang lalu.
Dan isi inilah yang perlu diketemukan dengan penelitian ilmiah,
seperti telah dijalankan dan ada hasilnya pada Universitas Gajah Mada.
Mengapa didalam ilmu pengetahuan harus diketemukannya itu.
Pertanyaannya kembali ialah mengapa suatu hal yang biasa terjadi setiap hari,
seperti yang kita pakai sebagai contoh dalam uraian yang lalu, yaitu jatuhnya
segala barang dari atas kebawah, inti sari yang pokok tidak lain daripada
diketemukannya itu didalam Ilmu pengetahuan, secara ilmiah diketemukan
hukum daya penarikan bumi. Dan pernyataan yang demikian itu dapat
ditambah yang tak terbatas banyaknya mengenai hal-hal yang sehari-hari,
lebih-lebih mengenai hal-hal yang tak sehari-hari dan yang penting-penting,
apabila soalnya untuk mendapatkan inti sarinya, yang mutlak serta tetap tidak
berubah. Ambilah sembarang kata dari Bahasa kita, dan cobalah mengatakan
apa isi artinya yang pokok, umumnya sekiranya orang tidak dapat, paling
sedikit orang harus mencarinya dalam kamus, dan penyesunan kamus itu
tergolong dalam penelitian secara ilmiah.
Sila-sila Pancasila sebagai dasar filsafat Negara berlandasan pada
adanya Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai kenyataan, dan

42
mengandung arti mutlak; bahwa sifat-sifat serta keadaan segala suatu hal
kenegaraan bagi Negara Republik Indonesia harus sesuai dengan hakikat
Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Melanjutkan pembicaraan, kita memperingatkan kepada diri sendiri
lebih dahulu, bahwa seperti kita katakan didalam uraian yang sudah, isi arti
kata yang abstrak itu hanya terdapat dalam pikiran atau angan-angan.
Begitulah juga isi arti daripada Pancasila yang abstrak itu hanya terdapat
dalam pikiran atau angan-angan, justru karena Pancasila itu merupakan cita-
cita bangsa, yang menjadi dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara.
Meskipun demikian tidak berarti hanya tinggal didalam pikiran atau angan-
angan saja, tidak. Akan tetapi ada hubungannya dengan hal-hal yang ada
didalam keadaan senyatanya, ada hubungannya dengn hal-hal sungguh-
sungguh ada.
Begitulah sila-sila daripada Pancasila itu berhubungan dengan hal-hal
yang didalam peristilahan sila-sila itu dimaksud dalam kata-kata dasar Tuhan,
manusia, satu, rakyat. Dan adil. Semuanya saja didalam Pancasila merupakan
hal-hal yang ada atau terdapat didalam kenyataan, yang menjadi landasan dari
Pancasila. Bagi Pancasila, bagi bangsa Indonesia, bagi Negara Indonesia
semuanya itu benar-benar ada atau terdapat dalam keadaan senyatanya.
Sehingga tidak lagi menejadi soal tentang hal ada atau tidak adanya. Adakah
Tuhan, adakah manusia, adakah satu, adakah rakyat, adakah adil, itu
semuanya, karena Pancasila, tidak ada dan seharusnya tidak lagi dapat
diajukan sebagai pertanyaan-pertanyaan. Ini adalah suatu hal yang penting,
suatu kepastian yang terkandung didalam Pancasila. Paling banter kita
meminta pertanggung jawab bagi sendiri sebagai penyadaran diri, tidak lagi
sebagai pembuktian, tentang kebenaran daripada hal tadi yang tersimpul
didalamnya sebagai landasan itu, dan ini akan kita bicarakan pula kemudian.
Jadi yang sekarang perlu kita tegaskan ialah, bahwa yang tercantum
didalam Pancasila bukan hal-hal itu sendiri, akan tetapi kesesuaian dengan hal-
hal itu,yang adanya sebagai realita sudah menjadi kepastian yang diluar
persoalan.
Hubungan yang bagaimana dengan Tuhan, dengan manusia, dengan
satu, dengan rakyat, dan dengan adil, yang terkandung dalam Pancasila? Bagi
jawaban atas pertanyaan ini, kita memperingatkan kepada diri sendiri dahulu,
bahwa istilah-istilah yang pokok dari sila-sila yang empat mengandung
awalan-akhiran ke dan an, kan yang satu mengandung awalan-akhiran per dan
an, yaitu persatuan dalam sila persatuan Indonesia. Awalan-akhiran ke dan an,
artinya yang tepat bagi Pancasila ialah yang menyatakan, yang didalam tata-
bahsa disebut “sifat abstrakkan seberapa jauh mengenai awlan-akhiran per dan

43
an artinya dan keadaan abstrak”, mislnya kebesaran dan keamanan, sedang
yang tepat bagi Pancasila ialah yang menyatakan “peristiwa atau yaitu ke-
Tuhanan, kamanusiaan, kerakyatan, dan keadilan, sedang hasil perbuatan”,
misalnya perjanjian.
Apabila kita peruntukkan kepada Pancasila, maka kita mendapatkan
arti dan inti sila yang pertama, ke-Tuhanan, ialah sifat-sifat dan keadaan yang
sesuai dengan hakikat Tuhan, arti dari sila inti sila yang kedua, kemanusiaan,
ialah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat manusia, arti dari inti
sila yang ketiga, persatuan, ialah usaha untuk membikin satu, rakyat yang
ketiga, persatuan, ialah usaha yang berhasil sehingga terwujud kesatuan, jadi
sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat satu; arti dari inti sila yang
keempat, kerakyatan, ialah sifat-sifat dari keadaan yang sesuai dengan hakikat
rakyat arti dari inti sila yang kelima, keadilan, ialah sifat-sifat dan keadaan
yang sesuai dengan hakikat daripada adil.
Mengenai sila persatuan Indonesia dapat dikatakan labih lanjut, bahwa
persatuan itu adalah kesatuan sebarapa jauh dilihat atau dihubungkan dengan
terjadinya, seberapa jauh merupakan hasil daripada perbuatan menyatukan,
yang hasilnya berupa kesatuan, kesatuan dalam sudut dinamikanya, jadi yang
terpenting bukannya proses terjadinya persatuan, akan tetapi hasilnya yang
berupa kesatuan. Maka dengan demikian kesudahannya yang tercantum
didalam sila persatuan Indonesia tidak lain daripada yang terkandung didalam
sila lain-lainnya, yaitu sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat
daripada satu. (Notonagoro, 1995)
Dalam filsafat Pancasila disebutkan bahwa ada 3 tingkatan nilai, yaitu
:
1. Nilai dasar, yaitu nilai yang mendasari nilai instrumental, nilai dasar
adalah azas-azas yang kita terima dengan dalil yang bersifat sedikit banyak
mutlak. Dan diterima sebagi sesuatu yang benar dan tidak perlu
dipertanyakan lagi.
2. Nilai instrumental, yaitu sebagai nilai pelaksanaan umum dari nilai dasar.
Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya
akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme Lembaga negara.
Dapat mengikuti perkembangan zaman, baik negeri maupun luar negeri
dan dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dll.
3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat
Indonesia.(Teresa, Angelina dan Prihatini, n.d.)

44
IV. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi NKRI

Pancasila yang dikukuhkan dalam siding I dari BPPK pada tanggal 1


Juni 1945 adalah dikandung untuk dijadikan dasar bagi negara Indonesia
merdeka. Adapun dasar itu haruslah berupa suatu filsafat yang menyimpulkan
kehidupan dan cita-cita bangsa dan negara Indoneisa yang merdeka. Di atas
dasar itulah akan didirikan Gedung Republik Indonesia sebagai perwujudan
Kemerdekaan politik yang menuju kapada kemerdekaan ekonomi, sosial, dan
kebudayaan.
Landasan atau dasar itu haruslah kuat dan kokoh agar gedung yang
berdiri diatasnya akan tegak sentosa untuk selama-lamanya. Landasan itu
harus pula tahan uji terhadap serangan-serangan baik dari dalam maupun luar.
Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai
sebagai dasar Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian
pada tanggal 8 Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam
Pembukaan UUD RI, Undang-Undang Dasar yang menjadi sumber
ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur pokok yang kuat yang menjadi
landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar peraturan dasar itu tahan
uji sepanjang masa.
Peraturan selanjutnya yang disusun untuk mengatasi dan menyakurkan
persoalan-persoalan yang timbul sehubungan dengan penyelenggaraan dan
perkembangan negara harus didasarkan atas dan berpedoman pada UUD.
Peraturan-peraturan yang bersumber pada UUD itu disebut peraturan-
peraturan organik yang menjadi pelaksanaan UUD.
Oleh karena itu Pancasila tercantum dalam UUD 1945 dan bahkan
menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi sebagai dasar
negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea ke IV Pembukaan UUD
1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-undang, peraturan pemerintah sebagai
pengganti Undang-Undang. Peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan
peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya) yang dikeluarkan oleh negara dan
pemerintah Republik Indonesia haruslah pula sejiwa dan sejalan dengan
Pancasila (dijiwai oleh dasar negara Pancasila). Isi dan tujuan dari peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia tidak boleh menyimpang dari jiwa
Pancasila. Bahkan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 diegaskan,
bahwa Pancasila itu adalah sumber dari segala sumber hukum (sumber hukum

45
formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat jurisprudensi, hakim, ilmu
pengetahuan hukum).
Disinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang
ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan
pemerintah Indonesia. Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa
Indonesia berdiri diatas fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni
Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan
dari luar negri.
Dasar negara kita berakar dari sifat-sifat dan cita-cita bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan daripada kepribadian bangsa
Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi dapat diterima oleh
bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal akan
mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia secara kekal dan abadi. (Mezi, n.d.)

V. Dasar Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi


Sebagai sebuah filsafat, didalam Pancasila terkandung sebuah
pemikiran yang menjadikannya inti utama dari sebuah ideologi. Pancasila
sebagai sebuah filsafat merupakan cerminan sebuah pemikiran yang kritis dan
rasional tentang kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat Pancasila ditunjukkan
untuk semua orang dan bukan hanya untuk bangsa Indonesia saja, sebab
didalamnya terkandung konsep kehidupan yang luas dan tidak terbatas.
Didalam filsafat Pancasila ada sudut pandang yang mendasarinya, diantaranya
sebagai berikut. (“Pancasila sebagai Filsafat Bangsa Indonesia,” n.d.)

 Ontologi

Secara ontologi, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai


upaya untuk mengetahui hakikat dasar Pancasila. Menurut Notonegoro,
hakikat dasar ontology Pancasila adalah manusia. Mengapa? Karena
manusia merupakan subjek hukum pokok sila-sila Pancasila.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkesatuan Indonesia, berkerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

46
perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya
adalah manusia (Kaelan, 2005)
Jadi, secara ontology, hakikat dasar keberadaan sila-sila Pancasila
adalah manusia. Untuk hal ini Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologi
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga, dan jiwa,
jasmani dan rohani, juga sebagai makhluk individu dan sosial serta kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Maha Esa. Oleh
karena itu, secara hierarkis sila pertama, Ketuhanana Yang Maha Esa,
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (Kaelan, 2005)
Selanjutnya, Pancsila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan
serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhlik
sosial, serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, juga
sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya adalah segala aspek dalam
penyelenggaraan negera diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan
suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat
kodrat manusia yang monodualis tersebut.
Kemudian, seluruh nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan
jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai
Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara tujuan dan
kewajiban negara dan warga negara, sisitem hukum negara, moral negara, dan
segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.

 Kajian Epistemologi

Kajian epistemologi filsafat Pancasila dimaksudkan sebagai upaya


untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sisitem pengetahuan. Hal ini
dimungkinkan karena epistemologi merupakan bidang filsafat yang
membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang ilmu). Kajian
epistemology Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologinya.
Oleh karena itu, dasar epistemologi Pancasila sangat berkaitan erat dengan
konsep dasarnya tentang hakikat manusia.
Epistemologi Pancasila sebagai suatu objek kajian pengetahuan pada
hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan Pancasila dan susunan
pengetahuan Pancasila. Sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah

47
dipahai bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.
Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles, nilai-nilai tersebut merupakan
kausa materialis Pancasila.

 Kajian Aksiologi

Kajian aksiologi filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas tentang


nilai praksis atau manfaat suatu pengetahuan tentang Pancasila. Karena sila-
sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki kesatuan dasar aksiologi,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan
suatu kesatuan. Selanjutnya, aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita
membahas tentang filsafat nilai Pancasila. Itulah nilai dalam kajian filsafat
dipakai untuk merujuk pada ungkapan abstrak yang juga bisa diartikan
sebagai, “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness), dan kata kerja
yang artinya sesuatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan
penilaian (Frankena, 229)
Di dalam Dictionary of Sociology and Related Sciences dikemukakan
bahwa nilai adalah sesuatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu
benda untuk memuaskan manusia. Sifat tersebut menarik minat seseorang atau
kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang
melekat pada suatu objek. Sesuatu itu mengandung nilai, artinya ada sifat atau
kualitas yang melekat pada sesuatu itu, misalnya bunga itu indah; perbuatan
itu baik. Indah dan baik merupakan sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuatu bunga dan perbuatan. Dengam demikian, nilai itu sebenarnya adalah
suatu kenyataan yang tersembunyi yang di balik kenyataan-kenyataan yang
lainnya. Nilai itu adanya karena ada kenyataan-kenyataan lain sebagai
pembawa nilai.
Terdapat berbagai macam teori tentang nilai dan hal ini sangat
tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam
menentukan pengertian nilai. Kalangan materialis memandang bahwa hakikat
nilai yang tertinggi adalah nilai material, sementara kalangan hedonis
berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah nilai kenikmatan. Namun,
dari berbagai pandangan tentang nilai, dapat dikelompokan pada dua macam
sudut pandang, yaitu pertama, sesuatu itu bernilai karena berkaitan dengan
subjek pemberi nilai, yakni manusia. Hal ini bersifat subjektif. Sudut pandang
yang kedua, yaitu pandangan yang menyatakan pada hakikatnya sesuatu yang
melekat pada ditinya sendiri memang bernilai. Hal ini merupakan pandangan
dar paham objektivisme.

48
Menurut Notonagoro, nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai
kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan
vital. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian
itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan hormonisseperti nilai
material, vital, kebenaran, keindahan atau estetis, kebaikan atau moral,
ataupun kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik-hierarkis,
dimana dila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa mrnjadi basis semua
dila Pancasila (Darmodiharjo 1978).
Secara aksiologi, bangsa Indonesia merupakan pendukung nila-nilai
Pancasila (subriber of values Pancasila). Bangsa Indoneisa merupakan
bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan, bepersatuan, berekerakyatan,
berkeadilan soaial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang
menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.
Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai sesuayu yang
benilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia. Kalua pengakuan, penerimaan,atau penghargaan itu telah
menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatn manusia dan bangsa
Indoensia, bangsa Indonesia dalam ini sekaligus merupakan pengembannya
dalam sikap, tinglaj laku, dan perbuatna manusia Indonesia.

VI. Kesimpulan

Filsafat Pancasila adalah hasil berfikir pemikiran yang sedalam-


dalamnya dari bangsa Indonesia yang oleh bangsa Indonesia yang dianggap,
dipercaya, dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai)
yang paling benar, paling adil paling bijaksana, paling baik, dan paling sesuai
bagi bangsa Indonesia.
Kalua dibedakan antara filsafat yang religious dan non-religius, maka
filsafat Pancasila tergolong filsafat yang religius. Ini berarti bawa filsafat
Pancasila dalam hal kebijaksanaan dan kebenaran mengenal adanya kebenaran
mutlak yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa (kebenaran Religius) dan
sekaligus mengakui keterbatasan kemampuan manusia, termasuk kemampuan
berfikirnya.

DAFTAR PUSTAKA

49
1. Salam, Burhanuddin. 1988. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta:PT.Bina
Aksara
2. Soegiono dan Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan Teori dan
Praktek. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya Offset
3. https://vandome-athoullah.blogspot.com/2011/06/pancasila-bersifat-
hierarkis-dan.html?m=1
4. Notonagoro. 1995. Pancasila Sebagai Ilmiah Populer. Jakarta:Bukit
Aksara
5. https://www.slideshare.net/mobile/Zeninuramelia/pancasila-sebagai-
falsafah-ideologi-dan-dasar-negara-ri
6. https://www.academia.edu/38707515/PANCASILA_SEBAGAI_FIL
SAFAT_DAN_IDEOLOGI_NASIONAL
7. https://maziyyatulqudsiyah.blogspot.com/2016/12/pancasila-sebagai-
nilai-fundamental.html?m=1
8. Herdiawanto, Heri dan Jumanta Handayana. 2010. Cerdas, Kritis, dan
Aktif Berkewarganegara. Jakarta:Erlangga
9. https://gruppkn.com/pancasila-sebagai-filsafat

ANGGOTA KELOMPOK 4

Nama : Muhammad Ruri


Hizbullah
NIM : 1199220054
Motto : Sesuai Situasi dan
Kondisi

50
Nama : NIM : 1199220063
Motto : My Life My
Adventure

Nama : Rahmah Fitria Dewi


NIM : 1199220067
Motto : Niatkan segala
sesuatu karna Allah, bilatidak diniatkan
karena Allah, maka tidak ada yang namanya
ikhlas.

Nama : Rifani Annisa


Mawardini
NIM : 1199220072
Motto : ‫خيرالناس أنفعهم للناس‬

51
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

KELOMPOK 5
KELAS EKONOMI SYARIAH B

No Nama NIM No Nama NIM


Muhamad Guntur 119922004 Riska Nurul
1. 3. 1199220074
Mahardika 8 Asifa
Suptiansyah
119922006
2. Nuranisa 4. Mileana 1199220087
4
Suryapanunggal
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
B. Pancasila sebagai Sistem Etika
C. Pancasila sebagai Etika Politik
D. Etika Politik Indonesia

SCOR BOOK
81
(11 Sitasi)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika

Secara Etimologis Etika berasal dari bahasa yunani yaitu “Ethos”


yang berarti watak kesusilaan atau adat. Istilah ini identik dengan
moral yang berasal dari bahasa latin, “Mos” yang jamaknya “mores”
yang berarti adat atau cara hidup.(Dr.H. Syahriel Syarbaini, 2015)

Pengertian Etika menurut para ahli :


1. Soergarda Poerbakawatja
Etika adalah suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan, serta
pijakan kepada suatu tindakan manusia.

2. H. A. Mustafa

52
Etika adalah ilmu yang menyelidiki terhadap suatu perilaku yang
baik dan yang buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia
sejauh apa yang diketahui oleh pikiran manusia.

3. K. Bertens
Etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi
umat manusia secara baik, secara individual atau kelompok dalam
mengatur semua tingkah lakunya.

4. DR. James J. Spillane SJ


Etika adalah memperhatikan suatu tingkah laku manusia didalam
mengambil keputusan yang berhubungan dengan moral. Etika lebih
mengarah ke penggunaan akal budi dengan objektivitas guna
menentukan benar atau salahnya tingkah laku seseorang terhadap
lainnya.

5. Drs. H. Burhanudin Salam


Etika adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang membicarakan
perihal suatu nilai-nilai serta norma yang dapat menentukan suatu
perilaku manusia dalam kehidupannya.

6. W. J. S Poerwadarminto
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku atau
perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang
sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.(Studio, n.d.)

Ciri-ciri Etika :
a) Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang
menyaksikan.
b) Etika sifatnya absolut atau mutlak.
c) Etika terdapat cara pandang dari sisi batin seseorang yang
memilih perilaku baik maupun buruk.
d) Etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku
seseorang baik maupun buruk.

Jenis-jenis Etika :
1) Etika Filosofis
Etika filosofis adalah suatu etika yang menguraikan pokok-
pokok etika atau moral dari aktivitas berfikir yang dilakukan
oleh seseorang, maka etika adalah bagian dari filsafat.

53
2) Etika Teologis
Etika Teologis adalah etika yang mengajarkan nilai-nilai atau
norma baik maupun buruk berdasarkan agama atau adat istiadat.

3) Etika Sosiologis
Etika Sosiologis memberi keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan masyarakat, etika ini lebih membicarakan tentang
kehidupan seseorang dalam hubungan dengan satu orang ke
yang lain.(Anonim, 2019)

B. Pancasila Sebagai Sistem Etika

Ditinjau dari pengertian di atas bahwa etika merupakan


penilaian terhadap sesuatu hal baik atau buruk. Etika ini sangat penting
dalam kehidupan manusia dalam menjalani kehidupannya supaya
terciptanya kehidupan yang damai dan harmonis. Terkhusus di
Indonesia memiliki satu simbol yang menjadi acuan untuk beretika
dalam menjalankan kehidupan selaku warga negara Indonesia. Bisa
dikatakan pancasila bagi rakyat Indonesia yaitu sebagai sebuah sistem
yang mengatur kehidupan beretika selaku warga negara yang baik.
Sedangkan dalam bentuk jamaknya etika dalam bahasa Yunani “ta
etha” artinya adat kebiasaan.(Bertens, 2011) Adapun pengertian
sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “systema” yang berarti :

1. Keseluruhan yang tersusuan dari sekian banyak bagian,


2. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau
komponen secara teratur.

Dengan demikian, kata “systema” berarti sehimpunan bagian


atau komponen yang saling berhubungan secara teratur, integral, dan
merupakan satu keseluruhan. Dalam perkembangannya istilah itu
mengalami pembiasaan sehingga memliki banyak arti, bergantung
pada objek cakupan pembicaraanya. Setiap definisi mewujudkan
gagasan dari sekelompok objek atau unsur yang berada dalam
hubungan sturuktural dan karakteristiknya masing-masing yang satu
dan lainnya berinteraksi pada dasar karakteristik tertentu.(Dr. Sahya
Anggara, 2013)

Pancasila merupakan dasar negara, kiblat dan tolak ukur kita


dalam meninjau dan mengatur segala nilai yang berlaku didalam
negara Indonesia. Lima sila inilah yang menjadi pokok dan dasar nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat Indonesia. Seperti pada sila ketiga

54
yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, ini merupakan sebuah dasar
bahwa rakyat Indonesia meski memiliki beragam adat dan budaya
tidak semestinya untuk berselisih dengan budaya lainnya yang berbeda
dengan budaya tertentu. Sila ini juga menjadi pengingat bagi rakyat
Indonesia bahwa dahulu para leluhur kita meski terpisah oleh lautan
dan terhalang oleh pegunungan, nenek moyang kita mampu berkumpul
dan menyuarakan kesatuan mereka sebagai bangsa Indonesia.

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh 2 ciri yang bersifat


unik, yaitu struktur secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal,
ia ditandai dengan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan
perbedaaan suku bangsa, agama, adat serta kedaerahan. Adapun secara
vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya
perbedaan tingkatan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang terlihat
cukup tajam. Perbedaan suku bangsa, agama, adat dan kedaerahan
seringkali disebut sebagai ciri masyarakat Indonesia yang bersifat
majemuk, istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Furnival untuk
menggambarkan masyarakat pada zaman penjajahan
Belanda.(Nasikun, 1995)

Sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,


pluralitas yang terjadi di golongan pribumi saat itu memperoleh arti
yang lebih penting daripada apa yang dikemukakan oleh Furnival yang
terbatas berupa pembedaan antara golongan-golongan Eropa,
Tionghoa, dan Pribumi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kemajemukan sehingga terciptalah pluralitas di golongan Pribumi atau
masyarakat Indonesia, yaitu:

1) Faktor Geografis Wilayah Indonesia


Indonesia yang wilayahnya sangat luas dengan banyaknya
pulau terhampar yang dipisah-pisahkan oleh lautan. Ini
tentunya melatarbelakangi adanya perbedaan suku, bahasa,
adat, dan budaya di setiap pulau dan daerahnya.
2) Faktor Letak Indonesia
Letak Indonesia yang berada diantara Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik sangat mempengaruhi terciptanya
pluralitas terkhususnya dalam beragama. Karena letak
Indonesia yang menjadi jalur perlintasan perdagangan
dunia melalui laut. Maka sudah sejak lama masyarakat
Indonesia memperoleh berbagai pengaruh kebudayaan
bangsa lain dari para pedagang asing saat itu.(Nasikun,
1995)

55
Dengan bermacam-macam adat budaya bahkan agama yang
ada di Indonesia tentunya diperlukan sebuah simbol sebagai kiblat dan
dasar rukunnya bangsa ini. Karena tidak menutup kemungkinan dalam
kemajemukan masyarakat Indonesia ini terjadi sebuah gesekan antar
satu golongan dengan golongan lainnya yang mengakibatkan rusaknya
persatuan bangsa ini.

Maka lahirnya Pancasila sebagai dasar negara ini tidak semata-


mata hanya sebagai formalitas saja, melainkan sebagai sebuah sistem
yang mengatur nilai-nilai bangsa ini supaya terciptanya kondisi
masyarakat yang rukun dan makmur. Sungguh ironi sekali jika melihat
kondisi Indonesia saat ini banyak sekali kerusuhan antar golongan
yang mengakibatkan stabilitas di negeri ini terganggu. Bisa jadi
kerusuhan yang banyak bermunculan saat ini adalah representasi dari
mulai lunturnya nilai-nilai Pancasila di dalam dada setiap warga negara
Indonesia.

C. Pancasila Sebagai Etika Politik

1. Pengertian Etika Politik

Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma yang


mengukur betul-salahnya tindakan manusia. Dengan demikian,
etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban
manusia sebagai manusia dan bukan hanya sebagai warga negara,
hukum yang berlaku dan lain sebagainya.(Haryanto, 2014)

Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada


penyediaan alat-alat teoritis untuk memertanyakan dan menjelaskan
legitimasi politik secara bertanggung jawab. Jadi tidak berdasarkan
emosi, prasangka dan apriori, melainkan secara rasional, objektif
dan argumentatif. Etika politik tidak langsung mencampuri politik
praktis. Tugas etika politik membantu agar pembahasan masalah-
masalah ideologis dapat dijalankan secara objektif. Dapat
memberikan patokan orientasi dan pegangan normatif bagi mereka
yang memang mau menilai kualitas taatanan dan kehidupan politik
dengan tolak ukur martabat manusia atau memertanyakan legitimasi
moral sebagai keputusan politik. Suatu keputusan bersifat politis

56
apabila diambil dengan memerhatikan kepentingan masyarakat dan
keseluruhan.

Pembahasan utama etika politik adalah hukum dan kekuaasaan,


hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif,
kekuasaan negara sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif
sesuai dengan struktur ganda kemampuan manusia (makhluk
individu dan sosial). Hukum dan kekuasaan sebenarnya tidak dapat
dipisahkan, hukum tanpa kekuasaan tidak dapat berbuat apa-apa,
sifatnya normatif belaka, hukum tidak memiliki kemampuan untuk
bertindak. Sedangkan negara tanpa hukum adalah buta. Negara
yang memakai kekuasaan diluar hukum sama dengan manusia yang
berbuat tanpa pengertian.

Prinsip etika politik yang menjadi titik acuan orientasi moral


bagi suatu negara adalah adanya cita-cita the rule of law, partisipasi
demokratis masyarakat, jaminan hak-hak asasi manusia menurut
kekhasan paham kemanusiaan dan struktur sosial budaya
masyarakat masing-masing dan keadilan sosial.(Dr. H. Syahriel
Syarbaini, 2015)

2. Legitimasi Kekuasaan

Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi kekuasaan


yang dapat dirumuskan dengan suatu pertanyaan, yaitu dengan
moral apa seseorang atau kelompok orang memegang dan
menggunakan kekuasaan yang mereka miliki?

Dalam etika politik, kekuatan batin penguasa terpancar sebagai


wibawa ke dalam masyarakat, sehingga rakyat dapat merasakannya.
Wibawa penguasa itu bukan hanya suatu yang psikis atau mistik,
melainkan ditunjang oleh kemampuanya untuk mengerahkan
kekuatan fisik. Ia dapat mengatur dan mengorganisir orang banyak
dan memastikan kemampuannya itu dengan ancaman atau
sanksinya terhadap mereka yang membangkang.

Kewibawaan penguasa yang paling meyakinkan adalah


keselarasan sosial, yaitu tidak terjadi keresahan dalam masyarakat.
Segala bentuk kritik, ketidakpuasan, tantangan, perlawaan, dan
kekacauan merupakan tanda bahwa masyarakat resah. Sebaliknya,
keselarasan akan tampak apabila masyarakat merasa tenang,
tentram, dan sejahtera. Budi luhur penguasa tampak dalam cara ia

57
menjalankan pemerintahannya. Sesuai dengan sifat dan hakikat
kekuasaan sendiri dengan cara pemakaiannya yang halus.
Kehalusan pemerintahan diharapkan dapat mencapai keadaan
sejahtera, adil, dan tenteram dalam masyarakat, tanpa perlu
memakai cara-cara kasar.

Legitimasi kekuasaan, meliputi:


a. Legitimasi etis, yaitu pembenaran atau pengabsahan
wewenang negara (kekuasaan negara) berdasarkan prinsip-
prinsip moral.
b. Legitimasi legalitas, yaitu keabsahan kekuasaan itu
berkaitan dengan fungsi-fungsi kekuasaan negara dan
menuntut agar fungsi-fungsi kekuasaan negara dan
menunut agar fungsi-fungsi itu diperoleh dan dilakukan
sesuai dengan hukum yang berlaku.

3. Legitimasi Moral dalam Kekuasaan

Legitimasi etis mempersoalkan keabsahan kekuasaan politik


dari segi norma-norma moral. Tujuannya adalah agar kekuasaan itu
mengarahkan kekuasaan kepemakaian kebijakan dan cara-cara yang
semakin sesuai dengan tuntutan-tuntutan kemanusiaan yang adil dan
beradab. Moralitas kekuasaan lebih banyak ditentukan oleh nilai-nilai
yang kebenarannya diyakini masyarakat.

4. Nilai-nilai Pancasila sebagai Sumber Etika Politik

Nilai etika dalam pancasila bisa menjabarkan sebagai berikut :

1. Nilai Ketuhanan yang Maha Esa


Pada prinsipnya mengandung makna bahwa negara kita adalah
negara yang monoteisme artinya bangsa indonesia harus
memeluk salah satu agama atau aliran kepercayaan yang
diyakininya dan dapat menjalankan ibadahnya dengan baik.
Negara melindungi kehidupan bangsa indonesia dalam
menjalankan ibadahnya masing-masing.

2. Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang monopluralis yaitu
manusia yang memiliki susunan kodrat, sifat kodrat, dan
kedudukan kodrat. Manusia sebagai mahluk jiwa raga, sosial
individu, dan pribadi Tuhan Yang Maha Esa. Konsekuensi dari

58
nilai kemanusiaan ini seluruh bangsa indonesia haruslah
menjunjung tinggi nilai tersebut tanpa meninggalkan sila-sila
yang lain.

3. Nilai Persatuan Indonesia


Sila ini mengandung arti bahwa bangsa indonesia menjunjung
tinggi persatuan dan kesatuan dengan mengutamakan
kepentingan bersama dibanding dengan kepentingan golongan.
Nilai persatuan harus mampu mewujudkan perbedaan yang ada
menjadi persatuan dan kesatuan.

4. Nilai Kerakyataan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan Perwakilan
Kerakyatan menjadi ciri khas bagi pancasila. Nilai kerakyatan
ini diwujudkan dalam berbagai segi kehidupan, terutama dalam
kehidupan politik. Kehidupan politk yang berlandaskan
kerakyatan akan lebih mengutamakan kepentingan rakyat
dibandingkan kepentingan pribadi atau golongan. Bukan
berdasar egoisme dan idividu tetapi berdasarkan kepentingan
bersama.

5. Nilai Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan yang dimaksud adalah masyarakat indonesia memiliki
hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan. Hal
ini berarti rakyat berkewajiban mengadakan keadilan. Keadilan
akan terwujud apabila seluruh masyarakyat berperan dan
terlibat didalamnya untuk bersama-sama menciptakan keadilan.
(Dr. Iriyanto Widisuseno, 2007)
Nilai-nilai pancasila tersebut menjadi pedoman dan
landasan kehidupan politik di Indonesia. Etika berkaitan dengan
nilai, norma, dan moral. Moral para penyelenggara negara akan
lebih baik apabila mentaati seluruh peraturan yang berlaku di
dalam masyatakat maupun negara.
Etika politik mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia
sebagai manusia dan bukan sebagai warga negara terhadap bangsa. Etika
politik membantu agar pembahasan masalah-masalah politik dan kenegaraan
dapat dijalankan secara objektif. Hukum dan kekuasaan merupakan
pembahasan utama etika politik.(Wibisono, 2002) Etika politik bangsa
Indonesia mendasarkan diri pada pancasila sebagai dasar negara:
1. Etika politik yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa

59
Perilaku para penyelenggara negara seharusnya berdasar pada rasa
takut terhadap Tuhan yang Maha Esa. Tanggung jawab terhadap
tugasnya bukan hanya menjadi kewajiban untuk
memertanggungjawabkan kepada manusia tetapi pada kehidupan
nanti.

2. Etika politik berdasarkan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Rasa tanggung jawab terhadap tugasnya hanya diperuntukan pada
masyarakat. Artinya, tugas yang disandangkannya untuk kepentingan
masyarakat Indonesia bukan untuk kepentingan pribadi/golongan.

3. Etika politik yang berdasarkan Persatuan Indonesia


Artinya perilaku para penyelenggara hanya untuk mewujudkan
persatuan dan kesatuan bukan perpecahan mengingat bangsa Indonesia
terdiri dari berbagai perbedaan dan perbedaan itu dimunculkan untuk
mewujudkan persatuan.

4. Etika politik yang berdasarkan Kerakyatan yang Dipimpin Oleh


Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Demokrasi yang menjadi inti dari perkembangan sila ini. Demokrasi
yang dilaksanakan dengan baik akan menjadikan kehidupan politik di
Indonesia lebih baik pula.

5. Etika politik yang berdasarkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat


Indonesia
Tindakan dan perilaku para penyelenggara negara harus bisa
mewujudkan keadilan bagi bangsa indonesia. Artinya semua lapisan
masyarakat ikut menikmati keadilan itu. Penguasa tidak memihak satu
masyarakat tertentu. Semua diperlakukan dan memiliki hak yang sama
untuk mendapatkan keadilan.(Suseno, 2003)

D. Etika Politik Indonesia

Sesuai dengan Tap. MPR No.VI/MPR/2001, Pengertian dari


etika kehidupan berbangsa dinyatakan dengan rumusan yang
bersumber dari ajaran agama yang bersifat universal, dan nilai-nilai
budaya bangsa yang terjamin dalam pancasila sebagai acuan dalam
berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa.

Sebagai negara yang berdasarkan ideologi pancasila, tentunya


setiap kegiatan serta pengambilan keputusan baik dalam kehidupan

60
bermasyarakat maupun bernegara harus berlandaskan dengan
pancasila. Pancasila juga merupakan sumber moralitas terutama dalam
hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta sebagai
kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.

Namun seiring berjalannya waktu ketidakjelasan terjadi di


berbagai tindakan politik saat ini. Fungsi pelindung rakyat tidak
berjalan sesuai komitmen, banyaknya penyimpangan-penyimpangan
sosial yang dilakukan pejabat serta aparat pemerintah menjadikan
keadaan politik semakin kacau. Politik dan etika terpisah seperti
minyak dan air. Jika duduk dalam kekuasaan, aparat pemerintah
cenderung menumpuk dan menggunakan kekuasaan itu dengan
semena-mena. Jadi, sebaik apapun seseorang sebelum duduk dalam
posisi kekuasaan , sekali ia berkuasa akan tergoda hawa kekuasaan
yang cenderung mendorong melakukan tindak penyimpangan.
Akibatnya, kebijakan dasar kehidupan bangsa seperti keberadaban,
responsibilitas, keadilan dan integritas runtuh.

Di era sekarang politik tidak jarang keluar dari norma dan


cenderung tidak beretika. Ambisi untuk menempati jabatan tertinggi
dan mensejahterakan diri sendiri tentu menjadi alasan utama. Banyak
rakyat beranggapan bahwa politik di indonesia adalah sesuatu hal yang
mementingkan dan merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala
cara. Pemerintah indonesia pun tidak mampu menjalankan fungsinya
sebagai wakil rakyat. Hal ini ditunjukan oleh sebagian rakyat yang
mengeluh, karena hidup mereka belum dapat disejahterakan oleh
negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu sendiri menjadi
buruk, dikarenakan pemerintah indonesia yang tidak menjalankan
kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik. Bagi mereka politik
hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan. Kebijakan
yang dikeluarkan pun mencederai rasa keadilan publik karena di saat
yang sama kemiskinan masih mengharu biru di indonesia.

Setidaknya ada 5 realita politik indonesia yang sering keluar


dari etika :

1. Money Public
Money Politik merupakan bentuk pemberian atau janji menyuap
seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk
memilih supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada
saat pemilihan umum. Politik uang adalah sebuah bentuk
pelanggaran kampanye.

61
2. Black Campaign/ kampanye hitam
Black Campaign atau kampanye hitam biasanya menggunakan
metode rayuan yang merusak, sindiran atau kabar palsu yang
tersebar mengenai sasaran kepada kandidat atau calon yang menjadi
lawan politiknya kepada masyarakat agar menimbulkan persepsi
yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik.

3. Nepotisme
Nepotisme adalah sikap memihak, lebih memilih saudara atau
teman akrab ketimbang berdasarkan kemampuan atau kualitas
seseorang. Kasus ini biasanya terjadi dalam perekrutan jabatan atau
karyawan baru di pemerintahan maupun masyarakat.

4. Golput/Golongan putih
Golput atau golongan putih yang dalam bahasa inggrisnya adalah
abstain yang berarti tindakan untuk tidak memilih menggunakan
suaranya dalam pemilihan umum. Ada anggapan bahwa golput
merupakan gambaran warga atau komunitas tertentu dinilai kurang
berani mengambil keputusan, atau tidak dapat menilai secara politis
keputusan yang tebaik dalam menemukan pilihan. Golput
merupakan hak setiap warga negara dan merupakan pilihan
siapapun, tapi jelas bukan pilihan yang bertanggung jawab, juga
melanggar etika politik yang ada.

5. Korupsi
Korupsi merupakan kasus yang paling tinggi jumlahnya di
indonesia. Hampir di setiap intansi pasti memiliki kasus korupsi
yang tidak sedikit. Saat seseorang berada dalam jabatan tinggi dan
mempunyai kendali akan suatu hal terutama uang, pasti mudah
sekali melakukan tindakan korupsi.

Ada dasar yang fundamental dalam memfungsikan sistem politik


yang memadai. Beberapa saran penerapan etika politik di Indonesia,
adalah sebagai berikut :
a) Membuat Masyarakat Menjadi Kritis.
Franklyn Haiman (1958) mensyaratkan adanya peningkatan
kapasitas rasional manusia. Upaya persuasi seperti kampanye
politik, komunikasi pemerintah, periklanan, dan lain-lain, adalah

62
suatu teknik untuk mempengaruhi penerima dengan
menghilangkan proses berfikir sadarnya dan menanamkan
sugesti atau penekanan pada kesadaran, agar menghasilkan
perilaku otomatis yang tidak reflektif.
Habermas (1967) mengatakan bahwa bahasa juga merupakan
sarana dominasi dan kekuasaan. Monopoli pada pilihan kata,
terutama karena akses ruang publik lebih terbuka pada politisi,
menimbulkan peluang penyimpangan kepentingan.
Upaya penggerakan logika instant ini tidak etis. Intinya, seorang
politisi yang berusaha diterima pandangannya secara tidak kritis,
dia juga dapat dipandang sebagai pelanggar etika politik yang
ideal. Jadi manusia harus diajar berfikir, menganalisa dan
mengevaluasi informasi dengan rasio dan mampu mengontrol
emosinya. Dengan demikian dapat menghasilkan suatu
pemikiran terbaik dengan analisa kritis.
b) Mengembangkan Kebiasaan Meneliti.
Pihak masyarakat (melalui LSM), media massa, perguruan
tinggi, politisi atau penguasa, sebaiknya mengembangkan
kebiasaan meneliti. Peningkatan rasionalitas pada masyarakat
selayaknya dibarengi dengan kemauan politisi dalam bersikap
adil ketika memilih dan menampilkan fakta dan data secara
terbuka.
Pengetahuan tentang realitas sebaiknya mencerminkan
kenyataan real yang dibutuhkan. Informasi yang ditampilkan
adalah informasi yang paling relevan dan selengkap mungkin
memfasilitasi kemampuan rasional publik. Dan data yang
dibutuhkan masyarakat, tidak boleh diselewengkan atau
disembunyikan. Ketika banyak pihak terbiasa meneliti dan
terekspos oleh data, penyelewengan data akan berkurang.
Keterbukaan akses informasi ini, memfasilitasi masyarakat,
mengamati politisi dalam membuat keputusan yang akurat.
c) Kepentingan Umum daripada Pribadi atau Golongan
Hendaknya mengembangkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi atau golongan. Motif pribadi atau golongan,

63
atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kolektif oleh
publik, sungguh suatu tindakan tercela.
Pertanyaan yang dapat diangkat adalah: ”Apakah saya
melupakan amanah yang telah diberikan oleh khalayak pada
saya?” Ajakan suci ini memang membutuhkan gerakan hati dari
politisi. Dan hati adalah ranah personal dari seorang individu.
Namun, masyarakat memiliki hak sebagai eksekutor, ada atau
tidak adanya politisi tersebut duduk di singasana politik. Meski
butuh waktu lima tahunan.
d) Menghormati Perbedaan
Politik juga dapat dilaksanakan dengan menghormati perbedaan
pendapat dan argumen. Meski diperlukan adanya kerjasama dan
kompromi, nilai dasar hati nurani, perlu menjadi batasan
pembuatan kebijakan.

Menurut Wallace, ”Kita tidak perlu mengorbankan prinsip demi


kompromi. Kita harus lebih suka menghadapi konflik daripada
menerima penentraman” Ini penting. Karena secara budaya,
Indonesia adalah negara kolektifis yang kerap mementingkan
harmonisasi.

e) Penerapan Hukum
Penerapan etika politik sebaiknya didasari hukum. Masyarakat
terdiri dari kelompok-kelompok yang mungkin sekali
mempunyai kepentingan berlawanan. Politisi, dibantu oleh
pengawasan masyarakat, sebaiknya mampu memfasilitasi dan
mengatur kepentingan-kepentingan kelompok dengan
membangun institusi-institusi yang adil.
Pengeksklusifan pada suatu kelompok dapat membuahkan
keberuntungan bagi yang satu dan kemalangan bagi yang lain.
Pengelolaan hukum dengan prosedur yang baik, dapat
mengontrol dan menghindarkan semaksimal mungkin
penyalahgunaan. Keadilan tidak diserahkan kepada politisi, tapi
dipercayakan kepada prosedur yang memungkinkan
pembentukan sistem hukum yang menjamin pelaksanaan

64
keadilan. Jadi ketika politisi melakukan pelanggaran, prosedur
hukum secara otomatis dan transparan, dapat diberlakukan pada
politisi, tanpa adanya rekayasa.
f) Mengurangi Privasi
Satu upaya pelaksanaan etika politik, menurut Dennis F
Thompson (1987), adalah dengan mengurangi privasi pejabat
negara. Menurutnya, para pejabat sesungguhnya bukan warga
negara biasa. Mereka memiliki kekuasaan atas warga negara, dan
bagaimanapun, mereka merupakan representasi dari warga
negara. Perbedaan-perbedaan signifikan antara pejabat negara
dan warga negara membuat berkurangnya wilayah kehidupan
pribadi (privacy) para pejabat negara. Karenanya, privacy
pejabat negara tidak harus dijaga, bila perlu dikorbankan untuk
menjaga keutuhan demokrasi dan menjaga kepercayaan warga
negara. Kebijakan-kebijakan politik yang diambil, sebesar dan
atau seluas apa pun, sedikit banyak, berpengaruh bagi kehidupan
warga negara
Jadi layaklah bila masyarakat tahu secara detail, mengenai
kehidupan pejabat-pejabat negara. Pengetahuan tersebut
merupakan bagian dari garansi dan kontrol publik yang membuat
warga negara menaruh kepercayaan pada pejabat negara yang
telah dipilihnya. Warga negara harus punya keyakinan bahwa
pejabat negara yang dipilihnya benar-benar memiliki fisik yang
sehat dan pribadi yang jujur. Meski orang mungkin berubah,
namun perlu ada jaminan awal bahwa politisi tersebut berpotensi
untuk tidak mempergunakan kekuasaan dan kewenangan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya.
g) Beriman
Penerapan etika politik dapat berjalan dengan mulus, bila semua
pihak menyandarkan keyakinan pada agama. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, hendaklah menjadi jiwa dalam kehidupan tiap
individu. Etika dan moral politisi akan rusak ketika tidak
dihubungkannya agama dengan politik. Padahal, keduanya
adalah satu kesatuan integral bagai jiwa dan raga.
Iman, adalah percaya pada Tuhan. Bila politisi mempercayakan
diri pada Tuhan sebagai pemilik dirinya, tempat kembalinya,

65
pengatur manusia, pemberi amanah, penguasa keputusan hidup
dan tempat berawal dan berakhirnya segala sesuatu, diharapkan
politisi memiliki arahan yang terbenar.
h) Terbukanya Ruang Publik
Perlu diperbanyak ruang publik yang memberi kesempatan
politisi dan masyarakat saling berkomunikasi.
Terbukanya kesempatan berbagi antartokoh, politisi, media,
akademisi, birokrat, mahasiswa dan masyarakat lainnya memberi
penyegaran-penyegaran edukatif pada semua pihak. Selain itu
mengurangi prasangka atau peluang terjadinya pelanggaran etika
politik.
Adanya ruang publik juga diharapkan: 1) dapat memberi ruang
terbuka pada peningkatan rasional dan daya kritis publik. 2)
mempersiapkan calon politisi untuk menjadi politisi beretika, 3)
mengingatkan politisi untuk beretika.
Semua pihak akan diuntungkan. Politisi yang beretika,
diuntungkan dengan adanya masyarakat yang terdidik.
Masyarakat juga diuntungkan, dengan politisi yang beretika.
Pada masyarakat yang tidak terpelajar atau terbelakang, maka
politisi yang tidak beretika masih tetap ada. Ongkos sosial juga
tinggi, diantaranya: banyaknya intrik, masyarakat dikorbankan,
kemajuan Indonesia juga tidak signifikan.

66
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. (2019). Pengertian Etika, Ciri-ciri, dan Jenis-jenis Etika


Secara Umum. Retrieved September 3, 2019, from
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-etika.html#
2. Bertens, K. (2011). Etika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
3. Dr. H. Syahriel Syarbaini, M. A. (2015). Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.
4. Dr. Iriyanto Widisuseno, M. H. dkk. (2007). Buku Ajar Pendidikan
Pancasila. Semarang: Universitas Dipenogoro.
5. Dr. Sahya Anggara, M. S. (2013). Sistem Politik Indonesia. Bandung:
CV. PUSTAKA SETIA.
6. Dr.H. Syahriel Syarbaini, M. A. (2015). Pendidikan Pancasila di
Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia Indonesia.
7. Haryanto, M. (2014). Etika Politik di Indonesia. Retrieved September
15, 2019, from 08-12-2014 website:
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/etika-politik-di-Indonesia/.
8. Nasikun, D. (1995). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
9. Studio, A. (n.d.). Pengertian Etika, Ciri dan Jenis Secara Umum
Menurut Para Ahli. Retrieved September 10, 2019, from 2019 website:
https://pendidikan.id/pengertian-etika-ciri-dan-jenis-secara-umum-
menurut-para-ahli/
10. Suseno, F. M. (2003). Etika Politik. Jakarta: Gramedia.
11. Wibisono, P. D. K. (2002). Etika Politik dalam Perspektif Pendidikan
Pancasila. Seminar FKDP.

67
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP

Muhamad
Man jadda wa
1. Guntur 085211138459
jada
Mahardika

Be better than
2. Nuranisa you were 081370380455
yesterday

Riska Nurul Fastabiqul


3. 08997001735
Asifa khoirot

Suptiansyah
Dharma sakti
4. Mileana 0895358137455
wibawa Panji
Suryapanunggal

68
BAB 6
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
KELOMPOK 6
EKONOMI SYARIAH B/19
NO Nama NIM NO Nama NIM
1 Raply Rapiyudin 1199220069 3 Siti Fauzah R 1199220084
2 Salma Hanifah 1199220077 4 Yusuf Alfiansyah 1199220093
PEMBAHASAN
c. Pengertian dan makna ideology
d. Macam-macam ideology
e. Pancasila sebagai ideology
f. Peranan dan fungsi ideology pancasila bagi bangsa indonesia

SCOR BOOK

80
(Sitasi 10)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN MAKNA IDEOLOGI


1. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata eidos dan logos.
Ideologi berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran
sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Secara luas
ideologi digunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai
dasar dan keyakinan yang akan dijungjung tinggi sebagai pedoman
normatif(ideologi terbuka). Dalam artian sempit ideologi adalah
gagasan/teori menyeluruh mengenai makna hidup dan nilai yang
menentukan bagaimana manusia harus hidup dan
bertindak(ideology tertutup).
Ideologi bisa diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori/ilmu yang
diyakini kebenarannya, disusun secara sistematik dan diberi
petunjuk pelaksanaan dalam menanggapi dan menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat berbangsa dan
bernegara (bahan penataran bp-7 pusat,1993), adanya keterikatan

69
ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan suatu bangsa
dengan bangsa lainnya. (Dr. H. Syahrial Syarbaini, 2014)
Ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
keprcayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut
bidang politik, sosial, kebudayaan dan keagamaan.(Kaelan, 2010)
Lain halnya dengan Mubyarto, ia mengartikan bahwa ideologi
ialah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau satu bangsa yang menjadi pegangan
dan pedoman karya (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan
masyarakat atau bangsa.(Mubyarto, 1991)
Ideologi berada satu
tingkat dari filsafat, filsafat digerakan oleh kecintaan kepada
kebenaran dan tanpa pamrih, ideologi digerakan oleh tekad
mengubah keadaan yang tidak diinginkan, menuju ke keadaan
yang diinginkan. Dan sudah ada suatu komitmen, oleh karena
itu,ideologi merupakan wawasan yang hendak diwujudkan, maka
ideologi selalu berkonotasi politik. Politik, yang bias
diterjemahkan sebagai kebijakan, menyangkut asas dan dasar
untuk mewujudkan ideologi kedalam kenyataan. Di dalam ideologi
orang tidak mempermasalahkan nilai kebenaran internalnya. Dan
dipandang sebagai belief system, sedangkan filsafat, ilmu ataupun
teologi merupakan pemikiran yan bersifat refleksif,kritis dan
sistematik, dimana pertimbangan utama adalah kebenaran
pemikiran. Karena perbedaan ideologi disebut sebagi suatu system
pemikiran yang bersifat tertutup(pranarka, 1985:372)
Dalam perkembangan ideologi mempunyai arti berbeda:
5. Weltan schuung : pengetahuan yg mengandung pemikiran-
pemikiran besar, cita-cita,mengenai
sejarah,manusi,masyarakat Negara (science of ideas)
6. Sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran
internal dan kenyataan empiris, ditujukan dan tumbuh berdasar
kepentingan tertentu(cenderung bersifat tertutup)
7. Belief system : berbeda dengan ilmu,filsafat atau teologi
2. Makna Ideologi
a. Pancasila sebagai seperangkat idea tau gagasan yang sistematis
b. Pancasila sebagai pedoman cara hidup
c. Pancasila sebagai cita-cita yang hendak dicapai
d. Pancasila sebagai prinsip yang dipegang teguh

Keempat poin di atas menunjukkan bahwa pancasila sebagai sebuah


ideology memiliki makna yang fundamental bagi kelompok yang memegang

70
teguhnya, yakni masyarakat Indonesia. Makna tersebut tentu saja tidak bias
diwujudkan tanpa penerapan pada wilayah praktis, seperti perumusan
kebijakan dan aturan. Bila pancasila tidak dipraktikkan, maka maknanya
hilang.

B. MACAM-MACAM IDEOLOGI
Terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara. Terdapat dua
macam watak ideologi yakni:
1. Ideologi terbuka
2. Ideologi tertutup

1. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti
perkembangan jaman dan bersifat dinamis atau merupakan suatu
sistem pemikiran terbuka yang merupakan hasil konsensus dari
masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak dipaksakan
dari luar melainkan digali dan diambil dari suatu kekayaan, rohani,
moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan
penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-
politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan
prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita
yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan
harus disepakati secara demokratis. Dengan sendirinya ideologi
terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya
dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan.
Ideologi macam ini memiliki ciri:
1. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat
(falsafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang
melainkan kesepakatan masyarakat.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
konsensus masyarakat. Ideologi terbuka tidak diciptakan, melainkan
ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh karena itu ideologi terbuka
itu adalah milik seluruh rakyat; masyarakat dapat menemukan dirinya
kembali di dalamnya.
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat
sendiri, ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan
dalam kehidupan mereka.

71
3. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru
dapat dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan kembali
mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
Keterbukaan ideologi bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senentiasa berkambang
seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman.
4. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab
masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha
hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
5. Ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa bersifat aktual, dinamis, antisifasif dan
senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.
6. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat
yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

2. Ideologi Tertutup
Ideologi Tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau
filsafat yang menentukan tujuan – tujuan dan norma – norma politik
dan sosial yang ditetapkan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang
sudah jadi dan harus dipatuhi.Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak
boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral yang lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat
dirubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu
ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain
Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis
berarti mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan
apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.
ideologi tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh
masyarakat yang di atur oleh masyarakat elit tertentu atau kelompok
masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara
yang totaliter. bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek
kehidupan.
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Ideologi
macam ini memiliki ciri:

72
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar
untuk mengubah masyarakat.
2. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara,
ideologinya itu akan dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai,
norma-norma, dan berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah
sesuai dengan ideologi tersebut.
3. Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang
kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat
berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan, sebab kedua
bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi
perilaku masyarakat.
4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan
5. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan
berdasarkan nilai – nilai atau prinsip – prinsip moral yang lain.
6. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing – masing orang
untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri.
7. Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan
kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
8. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diubah atau
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial dan isinya juga tidak
hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan
operasional yang keras, mutlak dan total.(Shiro-chan, 2017)

C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

Bagi bangsa dan Negara indonesia, ideologi yang paling tepat


ialah pancasila. Setiap bangsa mempunyai etos atau suasana
kejiwaan yang menjadi karakteristik utama bangsa itu termasuk
bangsa indonesia. Etos itu kemudian dinyatakan dalam bentuk
berbagai perwujudan seperti jati diri, kepribadian, ideologi dan
seterusnya. Perwujudan di zaman modern ini adalah dalam bentuk
perumusan formal yang sisteematik yang kemudian menghasilkan
ideologi. Berkenaan dengan bangsa Indonesia, pancasila dapat
dipandang sebagai perwujudan etos nasional dalam bentuk
perumusan formal, sehingga sangat lazim dan semestinya
pancasila disebut sebagai ideologi nasional.(Ibrahim, 2010)
Berdasarkan paparan diatas dapat dikemukakan bahwa
ideologi bangsa indonesia ialah sila-sila pancasila, sebagai hasil
rumusan para pendiri bangsa tentang etos dan suasana kejiwaan
bangsa indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa memiliki

73
fungsi sebagai nilai-nilai dasar bersama dimana segenap tingkah
laku rakyat dan Negara harus mengacu kepadanya.
Sebagai sebuah ideologi, pancasila adalah sebuah gagasan
yang berorientasi futuristik yang berisi keyakinan yang jelas yang
membawa komitmen untuk diwujudkan atau berorientasi pada
tindakan. ideologi mempunyai peranan sebagai pernyataan
kepentingan bangsa dan sekaligus sebagai alat pengekang jika
nilai-nilai dirasakan akan terancam. Peranan pancasila untuk
kepentingan bangsa merupakan suatu identitas nasional bangsa
indonesia yang ditandai dengan karakter bersamanya. Selain itu
pancasila juga mempunyai peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam hal sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara bagi bangsa indonesia di manapun mereka berada.
Sebagai pandangan hidup bangsa indonesia, maka pancasila
dipergunakan sebagai pandangan hidup sehari-hari dan digunakan
sebagai petunjuk arah semua kegiatan didalam semua bidang.
Dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan norma-
norma kehidupan.(Afrani, 1996)

Empat tipe ideologi (bp-7 pusat,1991:384)


e) Ideologi konservatif : ideologi yang memelihara keadaan yg
ada(status quo)
f) Kontra ideologi : melegitimasikan penyimpangan yang ada dalam
masyarakat sebagai yang sesuai dan dianggao baik
g) Ideologi revormis : berkehendak mengubah keadaan
h) Ideologi revolusionar : ideologi yang bertujuan mengubah seluruh
sistem nilai masyarakat itu.
Ideologi komunis yang pernah bersifat revolusioner sebelum berkuasa,
menjadi sangat konservatif setelah para pendukung berkuasa dalam
perjalanan sejarah, pancasila merupakan ideologi yang mengandung
sifat revormis dan revolusier.
Istilah ideologi, seperti ideologi Negara,ideologi bangsa dan ideologi
nasional.
6. Ideologi negara: khusus berkaitan dengan pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan Negara
7. Ideologi nasional: mencakup ideologi Negara dan ideologi yang
berhubungan dengan pandangan hidup bangsa. Ideologi
nasionalnya tercermin atau terkandung dalam pembukaan uud
1945.

74
Ideologi nasional bangsa Indonesia adalah pembukaan UUD 1945
adalah sebuah ideologi perjuangan
Pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai ideologi yang
memuat ajaran,doktrin,teori dan atau ilmu tentang cita-cita(ide) bangsa
Indonesia yang diyakini kebenarannya da disusun secara sistematis
serta diberi petunjuk pelaksaannya (bp-7 pusat, 1993).
Pancasila sebagai ideologi nasional diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai
sejarah,manusia,masyarakat, hukum dan Negara Indonesia, yang
bersumber dari kebudayaan Indonesia.

D. PERANAN DAN FUNGSI IDEOLOGI PANCASILA BAGI


BANGSA INDONESIA
Dilihat dari kegunaannya ideologi dapat memberikan
stabilitas arah dalam hidup berkelompok dan memberikan
dinamika gerak menuju tujuan masyarakat atau bangsa. Dalam
hubungan ini dapat dilihat fungsi penting ideologi antara lain
adalah untuk membentuk identitas kelompok atau bangsa dan
fungsi mempersatukan.
Identitas nasional menunjukkan kesamaan didalam suatu
objek pada suatu waktu, ketetapan suatu pola khas didalam periode
tertentu. Dengan kesamaan pola perilaku dan gagasan yang
dimiliki suatu kelompok bangsa menggambarkan karakter bangsa
tersebut dan dijadikan sebagai identitas kelompok atau identitas
nasional.
Dalam fungsi pemersatuan dilakukan dengan merelativir
keseragaman atau keanekaragaman, karena ideologi dapat
mempersatukan orang-orang yang berbeda dan menciptakan tata
nilai lebih tinggi. Ideologi juga berfungsi untuk mengatasi berbagai
konflik dan ketegangan sosial menjadi solidarity making dengan
mengangkat berbagai perbedaan kedalam tata nilai lebih
tinggi.(Smith, 2003)
7. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia: Hal ini berarti,
Pancasila mendorong dan memfasilitasi menyediakan gerak atau
dinamika, serta membimbing ke Arah tujuan guna mewujudkan
masyarakat Pancasila. Pancasila sebagai bangsa yang lahir
bersamaan dengan bangsa Indonesia.
8. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia: Hal ini berarti,
Pancasila dan mendukung dalam bangsa Indonesia yang dapat
75
dibedakan dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku,
dan amal tindakan bangsa Indonesia.
9. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia: Pancasila
bekerja dan memberikan landasan bagi pemerintah negara atau
penyelenggara negara. Pancasila sebagai dasar negara dalam
Pembukaan UUD NRI (Negara Republik Indonesia) Tahun 1945
Alinea IV dan sebagai landasan konstitusional.
10. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara: DI
dalam Pasal 2 UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan “Pancasila
merupakan sumber segala hukum negara”. Penempatan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum sesuai dengan
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 Aline IV. Menempatkan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus dasar
filosofis negara sehingga setiap materi memuat peraturan-
undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
11. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur: Pancasila sebagai perjanjian
luhur berarti pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI (sebagai wakil
seluruh rakyat Indonesia) yang membentuk negara dasar Pancasila
secara konstitusional dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
12. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia:
Pancasila yang dirumuskan dan terkandung dalam Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945, Aliansi II dan IV. Cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia, hal tersebut lalu dijabarkan ke dalam tujuan
pembangunan nasional. Dengan kata lain, Pembukaan UUD NRI
Tahun1945 merupakan penuangan jiwa proklamasi, yaitu
Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila juga merupakan tujuan dan
tujuan bangsa Indonesia.
13. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia: Dalam hal
ini Pancasila disebut dengan cara hidup, weltanschauung,
pandangan dunia, pegangan hidup, pedoman hidup, dan petunjuk
hidup. Dalam hal ini, Pancasila digunakan sebagai petunjuk sehari-
hari. Seharusnya, Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian, Pancasila digunakan sebagai penunjuk
Arah semua kegiatan atau kegiatan hidup dan semua kegiatan
seperti terpancar pada sila. Pancasila yang disediakan dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
14. Pancasila Sebagai Pembangunan Moral: Hal ini mengandung
maksud nilai-nilai luhur Pancasila (norma-norma yang
ditambahkan dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945)
digunakan untuk mengukur dalam pembangunan nasional, baik

76
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,
serta dalam evaluasiasinya.
15. Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila: Pancasila
di samping sebagai dasar negara juga merupakan tujuan nasional.
Tujuan ini dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional.
Dengan perkataan lain, untuk mewujudkan nilai-nilai luhur
Pancasila harus dilaksanakan pembangunan nasional di semua
bidang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

Jadi, fungsi utama Pancasila adalah sebagai dasar negara yang sesuai
dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dan pada hakikatnya
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.(Wkaward,
2016)
Menurut (Juremi, 2006) ideologi mempunyai peranan
yang sangat penting bagi bangsa indonesia yaitu sebagai berikut:
a. Mempunyai peran sebgai citra jati diri bangsa, dimana indonesia
sebagai kelompok sosial yang besar, mempunyai kebutuhan untuk
memiliki citra jati dirinya.
b. Mempunyai peran sebagai akan penemu keyakinan dan kebenaran
dalam perjuangan bersama.
c. Mempunyai peran sebagai penghubung antara satu generasi dengan
generasi lainnya, antar pendiri bangsa dan generasi penerus. Sehingga
generasi penrus akan terus melanjutkan perjuangan generasi
pendahulunya untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
d. Mempunyai peran sebagai hukum dasar, dalam artian sebagai
pedoman utama dalam pembuatan aturan perundang-undangan.
Pancasila mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga
stabilitas bangsa, karena pancasilamerupakan landasan bagi bangsa
indonesia untuk berpijak dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila berfungsi baik dalam menggambarkan tujuan NKRI maupun
dalam proses pencapaian tujuan NKRI. Hal ini berarti tujuan negara
yang dirumuskan sebagai “melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”, mutlak harus sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila.
Secara historis fungsi dan peran Pancasila, mengalami tahapan-
tahapan dan setiap tahapan masing-masing mencerminkan lingkup
permasalahan yang berbeda, sehingga menuntut visi yang khas pula.
Menurut (Tjarsono, 2013) fungsi pancasila berdasarkan
tahapan nya antara lain sebagai berikut:

77
a. Pancasila sebagai ideologi pemersatu
b. Pancasila sebagai ideologi pembangunan
c. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Berdasarkan tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pancasila mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting bagi
bangsa indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa menjadikan
pijakan bagi bangsa indonesia dalam mengambil tindakan serta
merupakan filter terhadap perubahan zaman, sehingga tetap menjaga
nilai-nilai dasar yang ada pada masyarakat indonesia.
.

DAFTAR PUSAKA

1. Afrani, R. N. (1996). Demokrasi Indonesia Kontemporer. Jakarta: PT.


Raja Grafindo Persada.
2. Dr. H. Syahrial Syarbaini, M. A. (2014). Pendidikan Pancasila. Ghalia
Indonesia.
3. Ibrahim, A. (2010). Perspektif Futuristik Pancasila Sebagai Asas atau
Ideologi dalam UU Keormasan. Konstitusi, III No 2.
4. Juremi, R. A. (2006). Penerapan Ideologi dan Konstitusi Negara
Indonesia Dewasa Ini. IV No 2.
5. Kaelan. (2010). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
6. Mubyarto. (1991). Pancasila Sebagai Ideologi. Jakarta: BP-7 Pusat.
7. Shiro-chan. (2017). Ciri dan Fungsi Pancasila. Retrieved September
12, 2019, from
https://ilmuusekolah.blogspot.com/2017/02/pengertian-ciri-ciri-
fungsi-danjenis.html?m=1
8. Smith, A. D. (2003). Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta:
Erlangga.
9. Tjarsono, I. (2013). Demokrasi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
Solusi Heterogenitas. Transnasional, IV no 2.
10. Wkaward. (2016). Peranan dan Fungsi Pancasila. Retrieved from
https://humanitor.wordpress.com/2016/11/10/fungsi-dan-peran-
pancasila/

78
PROFIL PENULIS

No Nama Foto Motto No.hp


1 Raply Rapiyudin Khalif tu’raf 0895351678020

2 Salma Hanifah Fastabiqul 08157172106


khairoth

3 Siti Fauzah R Life is never 081394820634


flat

4 Yusuf Alfiansyah Terus 085695554187


melangkah

79
BAB 7
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN ISLAM
KELOMPOK 7
EKONOMI SYARIAH 1 B
NO NAMA NIM

1 Rifqi Naufal 1199220073

2 Sri Wahyuni 1199220086

3 Wida Ningsih 1199220091

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila dan Agama Islam

B. Hubungan Pancasila dan Agama Islam

C. Relevansi Ayat Qur'an dengan Pancasila


SCOR BOOK

81
(Sitasi 11)

DESKRIPSI PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila dan Agama Islam

Pengertian Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang
menjadi landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam
mengatur pemerintahan negara Indonesia yang mengutamakan semua
komponen di seluruh wilayah Indonesia.

80
Secara Etimologi, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta India
(Kasta Brahmana), yaitu kata “Panca” yang artinya Lima, dan “Sila” yang
artinya Dasar. Sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah Lima Dasar.

Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia agar kita mempunyai
pondasi yang kuat dalam menjalankan pemerintahan. Artinya, dengan adanya
Pancasila maka Indonesia memiliki dasar atau pondasi dalam bernegara
sehingga tidak mudah dipengaruhi dan dijajah oleh bangsa lain.

Dasar negara Indonesia tersebut dilambangkan dengan Garuda dimana


terdapat gambar bintang, rantai, pohon beringain, kepala banteng, padi dan
kapas, yang mencerminkan arti dari 5 sila Pancasila. Kemudian lambang
negara Indonesia ini disebut dengan Garuda Pancasila.

Pancasila ialah sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah
negara (dasar filsafat negara atau philosophische grondslag) dari negara,
ideologi negara (staatsidee). Dalam hal tersebut Pancasila dipergunakan
sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara

Pengertian Islam ISLAM adalah agama yang diturunkan Allah


SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul terakhir untuk
menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.

Islam (Arab: al-islām, ‫اإلسالم‬, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama
yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia,
menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama
Kristen. (Wikipedia).
Pengertian Islam secara Harfiyah
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang
bermakna dasar “selamat” (Salama).
Pengertian Islam Menurut Bahasa
Kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam
merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.

81
‫اإلسالم مصدر من أسلم يسلم إسالما‬

Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam
memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Islam berasal dari kata ‘salm’ (‫س ْلم‬
َّ ‫ )ال‬yang berarti damai.

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya


dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. 8 : 61).

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.

"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. 49 : 9).

Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan
kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena


sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar
Maha Kuasa menolong mereka itu.” (QS. 22 : 39)

ْ َ ‫ )أ‬yang berarti menyerah.


2. Islam Berasal dari kata ‘aslama’ (‫سلَ َم‬
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang
yang secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang
Allah perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna
penyerahan ini,

82
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk


menyerahkan seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya.

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. 6 : 162)

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.” (QS. 3 : 83)

3. Islam Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total


kepada Allah.

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.” (QS. 37 : 26)

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT.

Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah
seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan,
kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya
kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang
bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena
Allah dan menggunakan manhaj Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara


keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. 2 : 208)

83
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya.

4. Berasal dari kata ‘saliim’ (‫س ِل ْيم‬


َ ) yang berarti bersih dan suci.

“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”


(QS. 26 : 89)

“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS.
37: 84)

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih,
yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan
kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di
dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT
mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk
mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.

“Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu


hendak menyulitkan kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk
membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. 5 : 6)

5. Berasal dari ‘salam’ (‫سالَم‬


َ ) yang berarti selamat dan sejahtera.
Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan
meminta ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik
kepadaku.” (QS. 19 : 47)

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa


umat manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan
kesejahteraan dan juga keselamatan pada setiap insan.

Pengertian Islam Menurut Istilah


Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan
pedoman hidup dan juga sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat
membimbing umat manusia ke jalan yang lurus, menuju ke kebahagiaan dunia
dan akhirat.’

84
1. Islam sebagai wahyu ilahi

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. 53 : 3-4)

2. Diturunkan kepada nabi dan rasul (khususnya Rasulullah SAW)

“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub,
dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi
dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara
mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS. 3 : 84)

3. Islam sebagai Pedoman Hidup

“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.”
(QS. 45 : 20):

4. Mencakup hukum-hukum Allah dalam Al-Qur’an dan sunnah


Rasulullah SAW

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa


yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.
Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan
musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah
hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. 5 : 49-50)

5. Membimbing manusia ke jalan yang lurus.


Allah berfirman (QS. 6 : 153)
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.”

85
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun


perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan
kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan" (QS. 16 : 97).
B. Hubungan Pancasila dan Agama Islam
Islam dan Pancasila sebuah Landasan Ideologi Diskursus Islam dan
Pancasila sebagai sebuah ideologi di indonesia menarik untuk dikaji, untuk itu
dalam bagian ini akan diulas serta dianalisis sila-sila Pancasila dalam kaitan
dengan Islam melalui ayat-ayat Quran. Quran digunakan sebagai pisau analisis
dalam tulisan ini karena ia adalah sumber acuan tertinggi dalam ranah hukum
Islam. Ideologi Islam selalu mengacu kepada hukum tertingginya yang
digunakan pula sebagai Grun-dnorm dalam konsep hukum Islam.
Mengkaitkan keduanya dengan membedah sila serta ayat memiliki tujuan
untuk melihat titik taut selain itu juga dikaji apakah terdapat benturan filosofis
diantara kedua-nya. Walau tulisan ini tidak berfokus pada sisi sejarah,
melainkan pada sisi nilai filosofis akan tetapi sudut pandang sejarah juga
masih digunakan untuk melihat kerangka fikir ideologis pembentuk ideologi
negara Pancasila. (dikutip dari jurnal “Islam dan Ideologi sebuah dialektika)

Kalau kita menengok kembali perdebatan tentang Pancasila sebagai Dasar


Negara NKRI di sidang Konstituante 1957, tampak jelas bahwa keberatan
kaum agama lain terhadap klaim keunggulan Islam sebagai Dasar Negara
adalah Islam dalam sejarahnya di dunia maupun di Indonesia masih
mengandung ketidakadilan dalam artian demokrasi modern. Prof Mr. R.A.
Soehardi dari partai Katholik dan perwakilan dari kaum nasionalis seperti
Soedjatmoko dan sebaginya serta wakil agama lain dalam sidang tersebut
dengan tegas menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila yang ada seperti yang
dijabarkan oleh pendiri Bangsa ada di setiap agama termasuk Islam maupun
Katholik dan sebagainya. Oleh karenanya, Pancasila lebih luas dan universal
dari pada pandangan Islam yang meletakkan umat agama lain dalam status
dibawahnya (dzimmi, pen). Ada ketidakadilan yang signifikan dalam

86
menempatkan status dzimmi bagi bangsa yang didirikan diatas pengorbanan
semua kaum yang ingin menjadi satu bangsa dalam satu tatanan kenegaraan,
NKRI. Keberatan lainnya adalah bahwa fakta sejarah yang memperlihatkan
bahwa penguasa dan kaum intelektual Islam zaman dahulu di dunia maupun
di Indonesia hingga kini selalu dalam perbedaan dalam menginterpretasi dan
memaknai (shariat) Islam. Bila direfleksikan pada kondisi sekarang ini, dunia
Islam seperti Iran dan Pakistan misalnya penuh dengan pertentangan ideologi
Islam yang bahkan menyeret umat Islam pada perpecahan yang berdarah antar
sesama Muslim dan lebih senang melupakan makna dan tujuan berbangsa dan
bernegara. Hal ini karena politik Islam selama ini lebih cenderung pada politik
ideologi daripada politik kebangsaan dan kebernegaraan. Politik shariat Islam
boleh jadi hingga kini masih berkutat pada politik interpretasi ideologi
(teologis). Berdakwah politis untuk mencapai satu shariat Islam sepertinya
jauh dari pada kenyataan, dan ini akan berakibat fatal karena nafsu syahwat
kekuasaan politik lebih dominan dan menarik daripada niat untuk membangun
kehidupan yang rahmatan lil alamin dalam satu bangsa dan negara.
Umat Islam dan umat agama lainnya di Indonesia dalam kebangsaan yang
tunggal ini sebenarnya lebih memungkinkan untuk bekerjasama dalam
membangun bangsa, lepas dari keterpurukkan ekonomi maupun sosial, dan
filsafat Pancasila disini bisa menjadi kalimat al sawaauntuk semua golongan.
Hal inilah yang sebenarnya menjadi ‘kesepakatan’ bersama dalam rekap
laporan Komisi I Konstituante Tentang Dasar Negara 1957. Nilai dan falsafah
Pancasila bagi dasar negara Indonesia tidak diragukan lagi ada di setiap agama
yang menjunjung keadilan dan kemanusiaan. Sesuatu dasar neagra yang
memuat semua hal yang merupakan kepribadian luhur bangsa Indonesia,
dijiwai semangat revolusi 17 Agustus 1945 yang menjamin hak asasi manusia
dan menjamin berlakunya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang
menjadikan musyawarah sebagai dasar segala perundingan dan penyelesaian
mengenai segala persoalan kenegaraan, menjamin kebebasan beragama dan
beribadat dan berisikan sendi-sendi perikemanusiaan dan kebangsaan yang
luas .

87
Terpuruknya suatu bangsa yang memiliki pandangan yang luhur seperti
Indonesia kini bukanlah kesalahan dan kegagalan dari dasar negaranya
Pancasila. Bahkan fakta sosial bahwa banyak umat agama yang terpuruk
bukan berarti agama itu salah atau gagal. Pandangan bijak seperti ini
sebenarnya telah diucapkan oleh para wakil Komisi I di sidang Konstituante
ini. Kiranya pernyataan ini adalah pernyataan bijak yang abadi. Islam atau
agama apapun dalam sejarah bangsa dan negara di dunia ini banyak yang
mengalami kegagalan dan kehancuran, hal ini dikarenakan penguasa saat itu
tidaklah demokratis dan menjunjung keadilan bagi terciptanya kesejahteraan
rakyatnya. Hal itu diperparah oleh elite penguasa dan agama yang korup,
mementingkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Pancasila juga
mengalami hal itu terutama sejak (dan bila) penguasa melupakan tujuan dari
pancasila itu sendiri yakni menciptakan keadilan sosial dan ekonomi bagi
seluruh rakyatnya. Jadi bukan salah Pancasila apalagi Agama bila suatu
bangsa terpuruk, namun lebih daripada itu semua dalah kesalahan elite
penguasa dan agama yang rakus pada kekuasaan dan kemakmuran diri sendiri.
Namun demikian, dibanding dengan agama yang selalu eksklusif sifatnya,
Pancasila dengan nilai demokratisnya lebih menjanjikan bagi suatu
kebangsaan yang multi-segalanya seperti Indonesia ini.
Akan tetapi, bukan berarti dasar negara tidak boleh diganti (dengan suatu
agama misalnya) seperti yang diingatkan oleh Soedjamoko di Sidang
Konstituante ini. Sebab bila rakyat semua berkehendak untuk dirubah maka
sah lah dasar negara yang disepakatinya nanti. Walaupun demikian,
Soedjatmoko mengingatkan bahwa tujuan dasar negara itu adalah untuk
menciptakan keadilan, kemanusiaan, dan kemakmuran sebesar-besarnya bagi
seluruh bangsa. Hal yang hanya bisa diciptakan dalam mekanisme demokrasi
modern. Disinilah arti daripada demokrasi modern bagi semua agama yang
memiliki naluri eksklusifitas bisa direkonstruksi demi tujuan yang lebih mulia
yakni kemanusiaan yang adil dan beradab dalam mencapai kesejahteraan
sosial dan ekonomi serta politik yang seluas-luasnya. Demokrasi bukan berarti
kesempatan bagi sekelompok elite agama untuk memaksakan kehendaknya
seperti halnya tampak dalam kasus akhir-akhir ini di Indonesia lewat

88
Islamisasi Perda maupun RUUP yang sepihak tanpa adanya musyawarah dan
rasa keadilan.
Meskipun begitu, nilai etik dan moral pada Pancasila sesungguhnya berasal
dari nilai-nilai tradisi dan agama itu sendiri yang tentu saja musti
disempurnakan dengan imbangan nilai-nilai kemanusiaan modern seperti
yang dimaktub dalam deklarasi HAM. Doktrin Agama yang tumbuh dalam
ruang dan waktu sejarah tertentu jelas mengalami dislokasi dengan rasa
budaya dan kemanusiaan yang ada, apalagi agama yang datang dari satu
daerah ke daerah lain. Dislokalitas dan temporalitas agama jelas terkandung
didalamya suatu nilai budaya tertentu -misal Islam dan Arab atau Kristen dan
Barat. Negoisasi dan akulturasi yang terjadi di ruang dan waktu sejarah
selanjutnya juga ikut mewarnai sosok agama tersebut hingga tercipta simbiosis
semacam Islam Jawa atau Kristen Batak. Nilai-nilai modern ini sebenarnya
tumbuh dari pengalaman manusia dalam mencari dan mamaknai keadilan dan
kemanusiaan akibat perjumpaan antar dan inter agama dan budaya. Pancasila
yang tumbuh dari kepribadian bangsa inilah (yakni agama yang memiliki nilai
demokrasi modern) yang akan mampu membawa manusia menjalani dan
mengekspresikan agamanya menjadi lebih dewasa. Beragama dalam bingkai
keindonesiaan berarti mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan berpancasila
dalam segala tindakan etik dan moral kita sejatinya buah dari religiusitas
beragama yang dewasa dan modern. Celakanya agama modern sekarang lebih
berorientasi pada masa lalu yang dianggap otentik dan murni, mirip dengan
Pancasila di Zaman Orba yang memfosilkan Pancasila itu sendiri.
(https://edudetik.blogspot.com/2014/03/makalah-hubungan-antara-islam-
dan.html)
Mengaitkan ide kebangsaan dan keislaman menjadi menarik setidaknya
disebabkan oleh beberapa hal :
Pertama, bahwa nilai moral Islam telah membentuk dan menjadi roh yang
mengisi nilai tauhid Pancasila. Gagasan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah lahir dari ruang hampa tanpa makna. Ia lahir dari suatu konsep tauhid
yang murni Islam yang memandang Allah sebagai titik awal berangkat,
berkreasi membangun bangasa. Nilai tauhid itu menjadi roh utama yang
membentuk sila-sila selanjutnya dalam falsafah bangsa Pancasila. Fondasi
tauhid yang menjadi dasar bangunan Islam telah pula diletakkan oleh para
Bapa Bangsa sebagai fondasi kukuh sebuah rumah bernama Indonesia.
Kedua, bahwa Wacana Keislaman dengan tauhid sebagai fondasi berbangsa
melalui Pancasila dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami pasang surut.

89
Banyaknya pihak yang berupaya memisahkan bahkan membenturkan nilai-
nilai tauhid dengan Pacasila, dengan kata lain Islam versus Pancasila. Islam di
sisi lain berhadapan dengan Pancasila di sisi lain berhadapan untuk siap saling
menerkam dan menikam. Untuk itu perlu kembali kita mendudukkannya pada
proporsi relasi yang sesungguhnya untuk melihat relasi kontrukstif Islam
dalam Falsafah Pancasila.
Islam menurut Soekarno adalah anti pada kekafiran yang datang dari luar
bangsa Indonesia, yang secara langsung telah melahirkan suatu semangat
nasionalisme. Islam menurutnya tidak memusuhi semangat nasionalisme,
justru melahirkan nasionalisme itu sendiri. Soekarno menyitir QS. Al- Hujurat
(49) ayat 13 dan QS. Ali Imraan (3) ayat 129 yang menurutnya adalah
kekuatan penolak kapitalisme sekaligus menunjukkan adanya satu persatuan
dan kesatuan bangsa.
C. Relevansi Ayat Qur’an dengan Pancasila
1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Nilai Ke-tuhanan Yang Maha Esa jelas mengadopsi konsep bertuhan Islam,
hal ini begitu jelas dan tegas Tuhan berfirman dalam Quran yaitu surat Al-
Ikhlas;
‫ص َمد لَ ْم َي ِلدْ َولَ ْم ي ُْولَد َولَ ْم َي ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا ا َ َحد‬ ‫ّٰللاُ ا َ َح ٌۚد َ ه‬
َّ ‫ّٰللاُ ال‬ ‫قُ ْل ه َُو ه‬
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat
meminta segala sesuatu, (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Peletakan Sila pertama Pancasila dengan Ketuha-nan yang Maha Esa sebagai
landasan ideologi negara merupakan kemenangan para ideolog muslim
Indonesia. Nilai Pancasila telah mengadopsi ideologi utama Islam yaitu
Tauhid. Tauhid adalah dasar utama dalam sokoguru bangunan ajaran Islam.
Ideologi Islam yang berazaskan Tauhid telah diterapkan oleh para Bapak
Pendiri Bangsa dengan meletakkannya pada Sila pertama Pancasila. Ayat
Quran sebagai basis Tauhid umat Islam terdapat dalam banyak ayat Quran,
dan salah satu yang menegaskan nilai Tauhid adalah Quran Surah AlIkhlas.
Surah Al-Ikhlas diakui sebagai inti dari ajaran Islam, yaitu Pengakuan atas
Keesaan Tuhan. Nilai ini kemudian diletak-kan dalam basis utama fondasi
filosofi bangsa yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sila Kedua (Kemanusian Yang Adil dan Beradab)

90
Nilai kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila menunjukkan sebuah kesadaran
sikap penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan tanpa memandang suku,
agama, bangsa dan negara. Kemanusiaan melampaui batas negara, ia adalah
sikap untuk dengan sadar menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Nilai
kemanusiaan menolak sikap chauvinisme yang mementingkan kebenaran
dirinya dibandingkan manusia yang lain. Penghargaan atas manusia ini
menuntut sikap perilaku manusia yang adil. Adil terhadap dirinya, adil
terhadap manusia lainnya, karena adil adalah sifat Tuhan. Dalam konteks
kemanusiaan yang adil juga beradab, maka Islam juga turut memasukkan
nilai-nilai dasarnyanya yaitu sifat adil yang merupakan sifat utama Allah Swt
yang wajib diteladani oleh manusia. Sifat beradab merupakan lawan dari sifat
zalim, dan sifat adil serta beradab terdapat secara tegas di dalam Quran Surah
an-Nahl [16]:90:

َ َّ ‫ان بِ ْالعَد ِْل يَأ ْ ُم ُر‬


۞ ‫ّٰللا إِ َّن‬ ِ ْ ‫َاء َع ِن َويَ ْن َهى ْالقُ ْربَى ذِي َوإِيت َِاء َو‬
ِ ‫اإل ْح َس‬ ِ ‫ظ ُك ْم ٌۚۚ َو ْالبَ ْغي ِ َو ْال ُم ْنك َِر ْالفَ ْحش‬
ُ ‫لَعَلَّ ُك ْم يَ ِع‬
َ‫تَذَ َّك ُرون‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”
3. Sila Ketiga (Persatuan Indonesia)
Agar tidak terjadi perpecahan, bangsa ini “harus bersatu”, tidak
memperebutkan sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa
lain di dunia. Adanya ketentraman, kedamaian, dan kerukunan dalam hidup
ini, memungkinkan bangsa ini dapat beribadah dengan tenang dan khusuk
menyembah Pencipta(Tuhan). Di dalam Al-Qur’an juga dijelaskan dalam
surat Al-Hujurat ayat 13 yang isinya:
‫ّٰللا أَتْقَا ُك ْم ٌۚ ِإ َّن‬
ِ َّ َ‫ارفُوا ٌۚ ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬ ُ ‫اس ِإنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َج َع ْلنَا ُك ْم‬
َ ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلت َ َع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫ّٰللا َع ِليم َخبِير‬ َ َّ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
4. Sila keempat (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan)

91
Heterogenitas masyarakat atau rakyat Indonesia dengan beragam aspirasi dan
kepentingan, telah menempatkan penyelesaian secara musyawarah menjadi
sangat penting, terutama dalam meemelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Bertolak dari pemikiran ini, dengan mempertimbangkan kemajemukan dari
bangsa Indonesia dan menempatkan kedaulatan berada di tangan rakyat, maka
dirumuskan sila keempat, yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam ‘Permusyawaratan’ Perwakilan.” Dari rakyat
diputuskan oleh rakyat dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dan
dikembalikan kepada rakyat untuk ditaati (democracy). Dalam Al-Qur’an
dijelaskan dalam surat Asy-Syura ayat 38 yang isinya:
َ‫ورى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُ ْن ِفقُون‬
َ ‫ش‬ُ ‫ص َالة َ َوأ َ ْم ُرهُ ْم‬
َّ ‫َوالَّذِينَ ا ْست َ َجابُوا ِل َربِ ِه ْم َوأَقَا ُموا ال‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.”
5. Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan di muka bumi adalah sebagai
“khalifah” atau pemimpin yang bertugas mengelola alam dengan segala isinya
sehingga berada dalam kehidupan yang aman, tenteram, dan damai, yang
memungkinkan manusia melaksanakan kewajibannya dengan khusyuk dalam
menyembah dan mencintai Tuhan (pencipta). Khalifah/pemimpin yang
memiliki kemampuan dan kemauan untuk secara musyawarah, terhadap
beragam macam kebutuha manusia, baik kebutuhan sebagai makhluk individu
maupun sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini, diperlukan pemimpin yang
mampu dan mau mengambil putusan yang dapat diterima oleh semua pihak
dengan keputusan yang seadil-adilnyatanpa keberpihakan. Dalam Al-Qur’an
juga dijelaskan pada surat An-Nahl ayat 90 yang isinya:
ُ ‫َاء َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ ٌۚ يَ ِع‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم‬ ِ ‫ان َوإِيت َِاء ذِي ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش‬ ِ ْ ‫ّٰللا يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو‬
ِ ‫اإل ْح َس‬ َ َّ ‫إِ َّن‬
َّ َ َ
َ‫“ تذك ُرون‬Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”

92
DAFTAR PUSTAKA

1. Anshari, H. E. S. (1980). Kuliah Al-Islam. Bandung: Pustaka


Perpustakaan Salman ITB.
2. Baqi, M. F. A. (2017). Shahih Bukhari - Muslim. PT Elex Media
Komputindo.
3. Fuad, F. (2012). Islam Dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialektika. Lex
Jurnalica, 9(3), 164–170.
4. Hammudah, A. (2011). Islam In Focus. American Trust Publications.
5. Pancasila ialah sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar
falsafah negara (dasar filsafat negara atau philosophische grondslag)
dari negara, ideologi negara (staatsidee). Dalam hal tersebut Pancasila
dipergunakan sebagai dasar untuk mengatur p. (n.d.). Retrieved
September 23, 2019, from
https://www.gurupendidikan.co.id/pancasila-sebagai-dasar-negara/
6. Pengertian Pancasila. (n.d.). Retrieved September 19, 2019, from
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-pancasila.html
7. Razak, N. (1989). Dienul Islam. PT. Al-Ma’arif.
8. Suryadinata, E. (n.d.). Pendidikan Kewarganegaraan dan Demokrasi
Kebangsaan. ALQA.
9. Syaikh Imam Al-Hafiz, I. A. F. I. I. K. dkk. (2015). Tafsir Ibnu Katsir
& Jalalin; Samudera Al-Fatihah; Al-Ikhlas, Al-Falaq, & An-Naas.
Shahih.
10. Wasitaatmadja, D. F. F. (2018). Falsafah Pancasila Epistomologi
Keislaman Kebangsaan. Prenadamedia Group.
11. (Anshari, 1980; Baqi, 2017; Fuad, 2012; Hammudah, 2011; “Pancasila ialah
sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah negara
(dasar filsafat negara atau philosophische grondslag) dari negara, ideologi
negara (staatsidee). Dalam hal tersebut Pancasila dipergunakan sebagai
dasar untuk mengatur p,” n.d.; “Pengertian Pancasila,” n.d.; Razak, 1989;
Suryadinata, n.d.; Syaikh Imam Al-Hafiz, 2015; Wasitaatmadja, 2018)

93
PROFIL PENULIS
N NAMA FOTO MOTTO NO HAPE
O
1 RIFQI MENJADI 0896618316
NAUFAL KAPITALI 72
HANIF S ATAU
DITINDA
S
KAPITALI
S
2 SRI ANTARA +62 896
WAHYU ADA DAN 6810 3004
NI TIADA

3 WIDA JUJUR +62 889


NINGSIH 7105 7835

94
BAB 10
NILAI – NILAI PANCASILA DALAM UUD 1945
KELOMPOK 8
EKONOMI SYARI’AH B/1

No Nama NIM No Nama NIM


Muhammad Kamal 119922005
1 3 Sani Roudhoh 1199220079
Ath - Thaariq 0
119922005 Syaiba Lingga
2 Muhamad Somad 4 1199220088
1 Pane
PEMBAHASAN
A. Pengertian UUD
B. Penegrtian Konstitusi
C. Struktur Pemerintahan Berdasarkan UUD 1945
D. Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945
E. HAM Menurut UUD 1945

SCOR BOOK

74
(Sitasi 4)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN

A. Pengertian UUD
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 I
dinyatakan bahwa: “ Undang-undang Dasar suatu negara ialah hanya
sebagian dari hukumnya dasar negara itu. Undang-undang Dasar ialah
hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang
dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara meskipun tidak tertulis”.(Artonang, 2015)
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata
Undang-Undang Dasar menurut UUD 1945, mempunyai pengertian

95
yang lebih sempit daripada pengertian hukum dasar, Karena yang
dimaksud Undang-undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis,
sedangkan pengertiann hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang
tidak tertulis.(Artonang, 2015)
Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang
terdiri dari Pembukaan dan Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan).
Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat
terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-Pasal Undang-Undang
Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72
Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA
dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan
kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945
merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan
bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan.(Artonang, 2015)

B. Pengertian Konstitusi
Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah
lain yaitu Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris
constitution atau dari bahasa Belanda Constitutie. Kata konstitusi
mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-undang dasar karena
pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi konstitusi yang tertulis
saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak
tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.(Artonang, 2015)

C. Struktur Pemerintahan Berdasarkan UUD 1945


Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945,
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia
adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah
republik.(Buleleng, 2014)
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik,
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara
dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat
1 yang berbunyi, “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian, sistem

96
pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial.(Buleleng, 2014)

Sistem pemerintahan Indonesia dari masa ke masa


Secara garis besar sejarah Indonesia terbagi atas tiga masa, yaitu
masa Orde lama, masa Orde baru, dan masa reformasi.

1. Sistem pemerintahan Indonesia masa orde lama


Masa pemerintahan orde lama berjalan dari tahun 1945
hingga tahun 1968 di bawah kepemimpinan presiden
Soekarno. Penyebutan masa “orde lama” merupakan istilah
yang diciptakan pada masa orde baru. Sebenarnya
Soekarno tidak begitu menyukai istilah “orde lama” ini. Ia
lebih suka menyebut masa kepemimpinannya dengan
istilah “orde revolusi”. Pada tanggal 18 agustus 1945,
Indonesia mengesahkan UUD 1945 sebagai dasar Negara.
Sebenarnya di bawah UUD 1945 telah tercantum bahwa
Indonesia menggunakan system pemerintahan
presidensial.namun setelah tiga bulan terjadi
penyimpangan terhadap UUD 1945.
Penyimpangan itu adalah mengenai pembentukan
kabinet parlementer dengan Sultan Syahrir sebagai perdana
menteri. Sehingga pada masa ini, dipengaruhi oleh
Belanda, Indonesia menggunakan system parlementer.
Masa parlementer berakhir ketika dikeluarkannya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959.(Buleleng, 2014)

2. Sistem pemerintahan masa orde baru


Istilah “orde baru” di pakai untuk memisahkan
kekuasaan era Soekrno (orde lama) dengan masa
kekuasaan era Soeharto. Era orde baru juga digunakan
untuk menandai setelah masa baru setelah ditumpasnya
pemberontakan PKI tahun 1965. Pada masa orde baru,
awalnya demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan.
Namun, dalam perkembangannya kehidupan demokrasi era
orde baru tidak jauh berbeda dengan demokrasi terpimpin.
Sistem pemerintahan presidential juga terlihat
ditonjolkan.kemudian soeharto menetapkan demokrasi
pancasila sebagai sistem pemerintahan
Indonesia.(Buleleng, 2014)

3. Sistem pemeritahan masa reformasi

97
Era reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan
soeharto pada tahun 1998 hingga sekarang. Pada era
reformasi, pelaksnaan system pemerintahan demokrasi
pancasila diterapkan sesuai dengan asa demokrasi yang
berlandaskan pancasila. Pada era ini, pemerintahan
memberikan ruang gerak kepada partai politik dan DPR
untuk turut serta mengawasi pemerintahan secara
kritis.(Buleleng, 2014)

4. Masa sekarang
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih
dalam masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem
pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan
Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju
sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu 2004.(Buleleng, 2014)

Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas.


Wilayah negara terbagi dalam beberapa provinsi.
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
satu paket.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab
kepada presiden.
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota
dewan merupakan anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif
dan kekuasaan mengawasi jalannya pemerintahan.
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan
peradilan dibawahnya.

D. Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945


Arti Batang Tubuh UUD 1945 ialah peraturan Negara yang memuat
ketentuan ketentuan pokok dan menjadi salah satu sumber daripada

98
perundang-undangan lainnya yang kemudian dikeluarkan oleh negara
itu.(Faqyh, 2011)

Isi Batang Tubuh UUD 1945


Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari:
1. 16 Bab
2. 37 Pasal, terbagi 5 bagian antara lain:
a. Bentuk dan Kedaulatan Negara = pasal 1
b. Lembaga Tertinggi Negara = pasal 2, 3
c. Lembaga Tinggi Negara = pasal 4-15, 16, 18, 19-22
d. Unsur-Unsur Kesejahteraan Negara = pasal 23, 29, 31-
37Unsur-Unsur Pemerintahan Negara = pasal 17, 24,
25, 26-28, 30
3. 4 pasal Aturan Peralihan
4. 2 Ayat Aturan Tambahan

Nilai-Nilai Instrumental dalam Batang Tubuh UUD:


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pada Pasal 29:
a. Negara Berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing untuk
beribadat meurut agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab


Pada Pasal 26:
a. Yang menjadi warga Negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga
Negara.
b. penduduk ialah warga Negara Indonesia yang
bertempat tinggal di Indonesia
c. hal-hal yang mengenai warga Negara dan penduduk
diatur dengan undang-undang.

Pada Pasal 27:


a. Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan peerintahan dan wajib mejunjung
hukum dan pemerintahan itu tidak ada kecualinya.
b. tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

99
c. setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan hukum.

Pada Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan Undang-Undang.

E. HAM Menurut UUD 1945


Sebagaimana telah berhasil dirumuskan dalam naskah Perubahan
Kedua UUD 1945, ketentuan mengenai hak asasi manusia telah
mendapatkan jaminan konstitusional yang sangat kuat dalam UUD.
Sebagian besar materi UUD ini sebenarnya berasal dari rumusan
undang-undang yang telah disahkan sebelumnya, yaitu UU tentang hak
asasi manusia. (Asshiddiqie, 2010)
Jika dirumuskan kembali, maka materi yang sudah diadopsikan
kedalam rumusan UUD 1945 mencakup 27 materi, yakni sebagai
berikut.
1) Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya. Berasal dari Pasal 28A Perubahan
Kedua UUD 1945.
2) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan
keturunan melalui perkawinan yang sah. Berasal dari Pasal 28B
ayat (1) Perubahan Kedua.
3) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Berasal dari Pasal 28B ayat (2) Perubahan Kedua
4) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan
perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu. Berasal dari Pasal 28I ayat (2) Perubahan Kedua.
5) Setiap orang bebas memeluk agama dan berbeda menurut
agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Berasal dari Pasal 28E ayat (1) Perubahan Kedua.
6) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.
Berasal dari Pasal 28E ayat (2) Perubahan Kedua.
7) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat. Berasal dari Pasal 28E ayat (3)
Perubahan Kedua.

100
8) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Berasal dari
Pasal 28F Perubahan Kedua.
9) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. Berasal dari Pasal 28G ayat
(1) Perubahan Kedua.
10) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berrhak memperoleh suaka politik dari negara lain. Berasal dari
Pasal 28G ayat (2) Perubahan Kedua.
11) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berasal dari Pasal
28H ayat (1) Perubahan Kedua.
12) Setiap berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan. Berasal dari Pasal 28H ayat
(2) Perubahan Kedua.
13) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Berasal dari Pasal 28H ayat (3) Perubahan Kedua.
14) Setiapa orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak
milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapa pun. Berasal dari Pasal 28H ayat (4)
Perubahan Kedua.
15) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia. Berasal dari Pasal 28C ayat
(1) Perubahan Kedua.
16) Setiapa orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya. Berasal dari Pasal 28C
ayat (2) Perubahan Kedua.

101
17) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Berasal dari Pasal 28D ayat (1) Perubahan
Kedua.
18) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Berasal
dari Pasal 28D ayat (2) Perubahan Kedua.
19) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan Berasal dari
Pasal 28E ayat (4) Perubahan Kedua.
20) Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat megurangi hak
setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut ats dasr hukum yang
berlaku surut. Berasal dari Pasal 28I ayat (1) Perubahan Kedua.
21) Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak
masyarakat tradisional selaras dengan perkembangan zaman
pada tingkat peradaban bangsa. Berasal dari Pasal 28I ayat (3).
22) Negara menjunjung tinggi nilai –nilai etika dan moral
kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan
menjalankan ajaran agamanya. Berasal dari Pasal 29 ayat (2)
UUD 1945.
23) Perlindungan, pemajuan,penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Berasal dari Pasal 28I ayat (4) Perubahan Kedua.
24) Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis,
maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang – undangan. Berasal
dari Pasal 28I ayat (5) Perubahan Kedua.
25) Untuk menjamin pelaksanaan Pasal 4 ayat (5) diatas, dibentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat independen
menurut ketentuan yang diatur dengan undang – undang.
26) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
27) Dalam menjalankan has dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang –
undang dengan maksud semata – mata menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

102
pertimbangan moral, nilai – nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarkat demokratis. Berasal
dari Pasal 28J Perubahan Kedua.
(Asshiddiqie, 2010)

DAFTAR PUSTAKA

1. Artonang. (2015). Pengertian UUD. Retrieved from


https://artonang.blogspot.com/2015/10/pengertian-fungsi-dan-
kedudukan-uud-1945.html
2. Asshiddiqie, J. (2010). Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia
(2nd ed.). Jakarta: Sinar Grafika.
3. Buleleng, website resmi pemerintah. (2014). Sistem Pemerintahan
Indonesia. Retrieved from
https://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/sistem-pemerintahan-
indonesia-20
4. Faqyh. (2011). Batang Tubuh Undang - Undang Dasar 1945. Retrieved
from https://sahabat-ima.blogspot.com/2011/12/batang-tubuh-
undang-undang-dasar-1945.html

103
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP

Tahan Emosi
Muhammad
Anggerkeun Kawani,
1. Kamal Ath – 089668837703
Moal Kumeok Memeh
Thaariq
Dipacok

Menjadi Insan Ynag


2. Muhamad Somad Berilmu Amaliah Dan 083890161208
Beramal Ilmiah

089537236511
3. Sani Roudhoh Life A Choice
6

Jadilah Yang Terbaik


Syaiba Lingga
4. Dimanapun Kamu 081320984405
Pane
Berada

104
BAB IX
REALISASI PANCASILA
KELOMPOK 9
EKONOMI SYARI’AH B

No Nama NIM No Nama NIM


1. Nabila Choirunnisa 1199220056 3. Rizka H B 1199220075
2. Reza Aulia 1199220071 4. Salsabilaa F 119922078
PEMBAHASAN
A. REALISASI PANCASILA OBJEKTIF
B. PENJABARAN PANCASILA OBJEKTIF
C. REALISASI PANCASILA SUBJEKTIF
D. INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
E. REALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
F. PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN PANCASILA
G. SOSIALISASI DAN PEMBUDAYAAN PANCASILA

XOR BOOK

80
(10 Sotaso)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN

A. REALISASI PANCASILA OBJEKTIF


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) realisasi adalah
proses menjadikan nyata atau pelaksanaan yang nyata. (KBBI, n.d.)
Sedangkan pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima
dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan)
Undang-Undang Dasar 1945.

105
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila
yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan
Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila. (Wikipedia, n.d.)
Realisasi serta pengamalan pancasila yang objektif yaitu realisasi serta
implementasi nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan
negara, terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai dalam
praktik penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
Dalam implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif
adalah merupakan perwujudan nilai-nilai pancasila dalam kedudukannya
sebagai dasar negara republik Indonesia, yaitu realisasi kongkritnya
merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum)
Indonesia. Oleh karena itu implementasi pancasila yang objektif ini
berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan
norma-norma kenegaraan.
Dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945, yang termuat dalam
Lembaran Negara Berita Republik Indonesia tahun II No.7 dinyatakan
bahwa, dalam pelaksanaan kehidupan kenegaraan ‘negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab’. Hal ini berarti mengandung suatu konsekuensi logis bahwa
Undang-Undang Dasar 1945 harus mengandung isi yang mewajibkan
kepada pemerintah dan para penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusian yang luhur memegang teguh cita-cita moral yang luhur.
Hal ini dapat diartikan bahwa pelaksanaan pancasila yang subjektif itu
dapat terlaksana dengan baik manakala tercapainya suatu keseimbangan
kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk sinergi dalam suatu bentuk
kehidupan keharmonisan yang mewujudkan bentuk kehidupan yang
memiliki keseimbangan kesadaran wajib hukum dengan kesadaran wajib
moral.
Realisasi dan pengamalan pancasila secara objektif berkaitan dengan
pemenuhan wajib hukum yang memiliki norma-norma yang tertuang dalam
suatu sistem hukum positif. Hal ini dimaksudkan agar memiliki daya
imperative secara yuridis.Walaupun aktualisasi objektif tertuang dalam
suatu sistem peraturan perundang-undangan namun dalam implementasi
pelaksanaan pancasila secara optimal justru realisasi subjektif yang
memiliki kekuatan daya imperative moral merupakan suatu prasyarat bagi
keberhasilan pelaksanaan pancasila secara objektif. Dengan perkataan lain
aktualisasi secara objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana
didukung oleh aktualisasi atau pelaksanaan pancasila secara subjektif.
Realisasi Pancasila yang Objektif yaitu realisasi serta implementasi
nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara terutama

106
dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai pancasila dalam praksis
penyelenggaraan negara dan peraturan perundang undangan di Indonesia
berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, dengan norma-norma
kenegaraan. Realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk
norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam
bidang Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang
kenegaraan lainnya. Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan Indonesia dan sistem hukum positif.
Contohnya: dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum
Indonesia, asas politik dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya
didasarkan pada dasar falsafah negara (Pancasila)
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan
atas serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara,
yakninya Pancasila, diantaranya:
1. Garis-garis Besar Haluan Negara.
2. Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
3. Pemerintahan.
4. Politik dalam negeri dan luar negeri.
5. Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
6. Kesejahteraan.
7. Kebudayaan.
8. Pendidikan dan lain sebagainya. (Ayu Wulandari, 2016)

B. PENJABARAN PANCASILA OBJEKTIF


Pengertian penjabaran pancasila yang objektif adalah pelaksanaan
dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik
di bidang legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dan terutama realisasinya
dalam bentuk peraturan perundang-undangan negara Indonesia, hal itu
antara lain sebagai berikut.
1. Tafsir Undang-Undang Dasar 1945, harus dilihat dari sudut dasar
filsafat negara pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945 alenia IV. Hal ini mengandung arti bahwa pancasila
sebagai sumber atas, norma dan derivasi segala aspek penyelenggaraan
negara. Konsekuensinya dalam penilaian atau pengujian terhadap
suatu peraturan perundang-undangan, maka pancasila sebagai batu uji
dalam menentukan suatu peraturan perundangan itu bermakna, adil
atau tidak.
2. Pelaksanaan Undang -Undang Dasar 1945 dalam undang-undang
harus mengingat dasar-dasar filsafat negara Indonesia.

107
3. Tanpa mengurangi sifat-sifat undang-undang yang tidak dapat
diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-
unsur yang terndung dalam filsafat negara.
4. Interpretasi pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan
menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan dibawah undang-
undang dan keputusan-keputusan administrasi dari semua tingkat
penguasa negara, mulai dari pemerintah pusat sampai dengan alat-alat
perlengkapan negara di daerah, keputusan-keputusan pengadilan serta
alat perlengkapannya begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan aspek
kenegaraan lainnya.
5. Dengan demikian seluruh hidup kenegaran dan tertib hukum Indonesia
didasarkan atas dan diliputi oleh asas kerohanian pancasila. Hal ini
termasuk pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945 juga
didasarkan atas asas kerohanian pancasila. Bahkan yang terlebih
penting lagi adalah dalam realisasi pelaksanaan kongkritnya yaitu
dalam setiap penentuan kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara
lain.
a. Bentuk dan hukum kedaulatan dalam Negara.
b. Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
c. Sistem Demokrasi.
d. Pemerintahan dari Pusat sampai Daerah.
e. Politik dalam dan luar negri.
f. Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
g. Kesejahteraan.
h. Kebudayaan.
i. Pendidikan, dan lain sebagainya (Notonagoro, 1971:43, 44).
j. Tujuan negara.
k. Reformasi dan segala pelaksanaannnya.
l. Pembangunan Nasional dan lain pelaksanaan kenegaraan. (Kita,
2018)

C. REALISASI PANCASILA SUBJEKTIF


Realisasi yang subjektif yaitu pelaksanaan pancasila pada setiap
individu, perseorangan termasuk pada penyelenggaraan negara dalam
hidup bersama yaitu berbangsa dan bernegara. Pelaksanaan pancasila yang
subjektif itu dapat terlaksana dengan baik manakala tercapainya suatu
keseimbangan kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk sinergi dalam
suatu bentuk keharmonisan yang mewujudkan bentuk kehidupan yang
memiliki keseimbangan kesadaran wajib hukum dengan kesadaran wajib
moral. (S, 2016)

108
Aktualisasi pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap
pribadi perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiapa
penduduk, setiapa penguasa dan setiap orang indonesia. Aktualaisasi
pancasial yang subjektif ini lebih penting karena realisasi yang subjektif
merupakan persyaratan bagi aktualisasi pancasiala yang sangat barkaitan
dengan kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisaikan
pancasila. Dalam pengertian inilah pelaksanaan pancasila yang subjektif
yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib
hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral. Sehingga dengan
demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib untuk
melaksanakan pancasial bukanlah hanya akan menimbulkan akibat hukum
namun yang terlebih penting lagi akan menimbulak akibat moral. Dalam
pengertian inilah maka fenomena kongkrit yang ada pada seseorang yang
berkaitan dengan sikap dan tingkah laku seseorang dalam realisasi
pancasila yang bersifat subjektif disebut moral pancasila. Maka aktulaisasi
pancasila yang bersifat subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi
objektif, yaitu berkaitan dengan norma-norma moral.
Dalam aktualisasi pancasila yang bersifat subjektif bila mana nilai-
nilai pancasila telah di pahami, diresapi dan dihayati olah seseorang maka
seseorang itu telah memiliki moral pandangan hidup. Dan bila mana hal
ini berlangsung secara terus-menerus sehingga nilai-nilai pancasila terlah
melekat dalam hati sanubari bangsa indonesia, maka kondisi yang
demikian ini disebut dengan kepribadian pancasila. Hal ini dikarenakan
bangsa indonesia telah memeiliki suatu ciri khas (nilai-nilai pancasila,
sikap dan karakter) sehingga membedakan bangsa indonesia dengan
bangsa lain.
Dalam pengalaman pancasila perlu di usahakan adanya suatu kondisi
individu akan adanya kesadaran untuk merealisasikan pancasila.
Kesadaran adalah hasil perbuatan akal, yaitu pengalaman tentang keadaan-
keadaan yang ada pada diri manusia sendiri. Jadi keadaan-keadaan inilah
yang menjadikan objek dari kesadaran dan berupa segala sesuatu yang
bakat menjadi sumber pangalaman manusia. Aktualisasi serta pengalaman
itu bersifat jasmaniah maupun rokhhaniah, dari kehendak manusia.
(Satrianugroho, 2017)

D. INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA


Realisasi nilai nilai pancasila dasar filsafat negara Indonesia, perlu
secara berangsur-angsur dengan jalan pendidikan baik disekolah maupun
dalam masyarakat dan keluarga sehingga diperoleh hal-hal sebagai
berikut.
1. Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang benar pancasila, baik aspek
nilai, norma maupun aspek praksisnya. Hal ini harus disesuaikan

109
dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan individu.Bagi kalangan
intelektual pengetahuan pengetahuan itu meliputi aktualisasi
pengetahuan biasa (sehari-hari), pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan
filsafat tentang pancasila.Hal ini sangat penting terutama bagi para
calon pemimpin bangsa dan calon ilmuwan. Dalam proses
transformasi pengetahuan ini diperlakukan waktu yang cukup dan
berkeseimbangan, sehingga pengetahuan itu benar-benar dapat
tertanam dalam setiap individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka
dapat dipastikan bahwa pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar
filsafat negara hanya dalam tingkat-tingkat yang sangat pragmatis, dan
hal ini sangat berbahaya terhadap ketahanan ideologi generasi penerus
bangsa.
2. Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam
dan diri sendiri.
3. Ketaatan, yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib
lahir dan batin, lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun
wajib batin dari diri sendiri.
4. Kemampuan kehendak, yang cukup kuat sebagai pendorong untuk
melakukan perbuatan, berdasar nilai-nilai pancasila.Watak dan hati
nurani, agar orang selalu mawas diri, yaitu:
a. Dengan menilai diri sendiri apakah dirinya berbuat baik atau buruk
dalam melaksanakan pancasila dan memberi sangsi batin yang
berwujud evaluasi kepada diri sendiri, atau sebelum melakukan
perbuatan membuat pedoman pancasila berupa perintah, larangan,
anjuran, atau membiarkan untuk berbuat/tidak berbuat yang
ditaatinya sendiri juga.
b. Apabila telah melaksanakan maka akan diperoleh suatu kesiapan
pribadi untuk mengaktualisasikan pancasila, yang selanjutnya akan
merupakan suatu keyakinan tentang kebenaran.
c. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideologi yang
berdasarkan keyakinan atas kebenaran pancasila, sehingga dirinya
akan merupakan sumber kemampuan, untuk memelihara,
mengembangkan, mengamalkan, mewariskan, merealisasikan
pancasila dalam segala aspek kehidupan.
d. Jika setiap orang Indonesia telah memiliki kondisi yang demikian
keadaannya maka setiap orang Indonesia akan berkepribadian
berwatak dan berhati nurani pancasila sehingga akan terjemala
negara dan masyarakat pancasila.

Pada dasarnya ada dua bentuk realisasinya yaitu bersifat statis


dan bersifat dinamis. Statis dalam pengertian intinya atau
esensinya (yaitu nilai- nilai yang bersifat rohaniah dan universal)

110
sehingga ciri khas, karakter yang bersifat tetap dan tidak berubah.
Bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa
bersifat dinamis inovatif, sesuai dengan dinamika masyarakat,
perubahan, serta konteks lingkungannya. Misalnya dalam konteks
lingkungan kenegaraan, sosial, politik, hukum kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, hankam, kehidupan keagamaan, LSM,
organisasi masa, seni, bahkan lingkungan dunia IT, internet dan
konteks lingkungan masyarakat lainnya.
Strategi dan metode, proses internalisasi harus diikuti dengan
strategi serta metode relevan dan memadai. Hal ini berdasarkan
realitas objektif, bahwa subjek dan objek internalisasi dan
aktualisasi itu adalah manusia dalam lingkungan masyarakat,
bangsa dan negara. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan
aktualisasi harus ditetapkan strategi yang relevan serta metode
yang efektif. (Darwantara, 2015)

E. REALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Merupakan butir sila pertama dari sila ke-5 sila yang ada dalam
pancasila. Sila pertama ini merupakan induk sila-sila kedua, tiga,
empat, lima dimana sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjadi
dasar bagi seluruh umat beragama di Indonesia dalam menjalankan
aktivitas kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat,
beribadah, bersosialisasi, dan dalam aspek kehidupan lainnya.
Dalam sila ini bangsa Indonesia mengaku adanya Tuhan Sang
Pencipta dan mengakui bahwa seluruh alam semesta ini adalah
ciptaan-Nya. Realisasinya adalah sebagai berikut.
a. Beriman dan bertaqwa yaitu secara sadar patuh melaksanakan
perintah Tuhan. Setiap umat harus mempelajari agama dan
mengamalkannya.
b. Saling menghormati dan bekerja sama dengan pemeluk agama
lain tanpa adanya sekat atau batas agama.
c. Saling menghormati dan bertoleransi dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
d. Tidak memaksa suatu agama kepada pemeluk agama lain.

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Butir kedua dari Pancasila yang mengandung pengertian
bahwa seluruh manusia merupakan makhluk yang beradab dan
memiliki keadilan yang setara dimata Tuhan. Yang intinya seluruh

111
manusia itu sama derajatnya baik si miskin maupun si kaya, yang
berpangkat maupun tidak mereka tetap sama. Realisasinya adalah
sebagai berikut.
a. Mengakui persamaan hak, derajat, dan kewajiban antar sesama
manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Seperti gemar mengikuti
kegiatan donor darah, menyantuni anak yatim, dan lain-lain.
f. Berani membela kebenaran dan keadilan.
g. Mentaati hukum dan tidak diskriminatif.

3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga dari Pancasila yang mengandung makna bahwa
Indonesia ini adalah negara persatuan dan menjunjung tinggi nlai
kesatuan. Ini dibuktikan dengan kehidupan diseluruh penjuru
Indonesia mulai dari sabang sampai merauke yang beraneka ragam
suku, budaya, ras, dan agamanya tetapi tetap mengakui bahwa
mereka adalah satu yaitu bangsa Indonesia, yang terkenal dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika “walaupun berbeda-beda tetapi
tetap satu jua”. Realisasinya adalah sebagai berikut.
a. Menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
b. Rela berkorban demi bangsa dan Negara: bekerja keras, tidak
KKN.
c. Cinta tanah air indonesia : meningkatkan prestasi di segala
bidang.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia: percaya diri sebagai orang
Indonesia.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan
Dalam sebuah kehidupan bermasyarakat, pasti terjadi banyak
perbedaan-perbedaan yang mencolok dalam setiap aspek
kehidupan, hal ini dikarenakan tidak ada manusia di dunia ini yang
sama. Untuk itu sila ke empat Pancasila ini menjelaskan tentang
budaya demokrasi, bahwa perbedaan itu hal yang wajar dan tidak
perlu diperdebatkan dan setiap warga negara Indonesia berhak dan
diberi kebebasan dalam menyampaikan pendapatnya baik pribadi
maupun dimuka umum. Bahkan kebanyakan orang mengatakan
bahwa yang membuat indah itu adalah perbedaan, tanpa berbedaan

112
itu dunia ini akan terasa monoton. Realisasinya adalah sebagai
berikut.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat diatas
kepentingan pribadi.
b. Tidak memaksa kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan budaya musyawarah mufakat dalam setiap
keputusan bersama.
d. Menghormati setiap pendapat yang ada, dengan prinsip bahwa
perbedaan pendapat itu wajar.
e. Aktif dalam musyawarah, memberikan hak suara, dan
mengawasi wakil rakyat.

5. Keadilan Sosial bagi Selruh Rakyat Indonesia


Seluruh manusia di dunia ini memiliki keadilan yang sama
tanpa membedakan status sosial atau ukuran apapun. Di Indonesia
seluruh keadilan rakyat dijiwai oleh sila kelima Pancasila “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang berarti seluruh rakyat
indonesia memiliki keadilan dan derajat yang sama baik dimata
pemerintah maupun di depan hukum. Realisasinya adalah sebagai
berikut.
a. Menjunjung tinggi keadilan.
b. Bersikap adil terhadap sesama (tidak pilih kasih).
c. Menolong sesama manusia yang membutuhkan (tidak egois dan
tidak individualis).
d. Menghargai karya orang lain (idak membajak dan membeli
produk bajakan).
e. Bekerja keras (tidak pasrah dengan takdir Tuhan).
f. Menghargai orang lain dengan tidak menghalangi orang lain
untuk hidup lebih baik.
g. Tidak merusak prasarana umum dan menjaga kebersihan di
tempat umum.
Dari uraian nilai-nilai kelima butir Pancasila itu kita dapa
melihat betapa apik dan luhur nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Sehingga sangat disayangkan apabila nilai-nilai itu
hanya menjadi wacana belaka dan tidak terealisasikan sebagaimana
mestinya dalam kehidupan sehari-hari karena kurangnya kesadaran
dan sikap mejiwai Pancasila yang kurang. Nilai-nilai tersebut
mungkin bisa merasuk ke dalam hati dan jiwa setiap rakyat
Indonesia apabila nilai-nilai itu telah tertanam sejak dini mulai dari
setiap individu hidup di tengah keluarga, bersekolah, dan berada di
tengah-tengah masyarakat. (Mambat, n.d.)

113
F. PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN PANCASILA
Bilamana kita rinci pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai
pada tingkat mentalitas, kepribadian dan ketahanan ideologis adalah
sebagai berikut.
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan
yang lengkap, dan jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila.
Kemudian diserapkan dan dihayati sehingga menjadi suatu
kesadaran yaitu orang selalu dalam keadaan mengetahui keadaan
diri sendiri, memahami, serta memiliki pengetahuan pancasila.
2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya
suatu ketaatan yaitu suatu kesediaan yang harus senantiasa ada
untuk merealisasikan Pancasila.
3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiaasaan
untuk melakukan perbuatan mengaktualisasikan pancasila dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bidang kenegaraan maupun
dalam bidang kemasyarakatan.
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu
terselenggaranya kesatuan lahir batin, kesatuan akal, rasa,
kehendak sikap dan perbuatan mentalitas ini melalui.

Berdasarkan tingkatan dan proses pembentukan kepribadian


tersebut, maka memiliki pengetahuan tentang pancasila menjadi suatu
hal yang sangat vital. Oleh karena itu ditenggelamkannya pancasila
dalam reformasi yang berlangsung hamper 15 tahun berakibat
hilangnya estafet pewarisan nilai-nilai pancasila pada generasi penerus
bangsa. Akibatnya generasi penerus dewasa ini dalam keadaan
kekosongan identitas dan pengetahuan tentang nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri sebagai suatu kepribadian bangsa. Oleh karena itu
dewasa ini proses pembentukan kepribadian berdasarkan nilai-nilai
Pancasila harus dilakukan secara serius, terutama oleh kalangan elit
negara. (Juwita, 2016)

G. SOSIALISASI dan PEMBUDAYAAN PANCASILA


1. Pembudayaan Pancasila melalui Pendidikan Formal
Pembudayaan Pancasila melalui lembaga pendidikan formal,
bagaimanapun juga, sebagai sarana yang paling efektif, karena
pendidikanlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan
perilaku manusia. Dalam penelitian ini juga ditemukan data bahwa
Guru di dalam mentransfer pengetahuan kepada anak didiknya,
tentunya harus menggunakan media yang bervariatif: pelajaran di
kelas, pelajaran di lapangan, memutar film yang kesemuanya untuk
mengurangi rasa kejenuhan. Karena dalam kejenuhan orang sulit

114
untuk diajak mengingat, menghafal apalagi untuk berpikir. Jadi
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan formal lah sebagai sarana,
cara, wahana, metode yang paling memungkinkan untuk
penanaman nilai-nilai Pancasila.

2. Pembudayaan Pancasila melalui di Luar Pendidikan Formal


Generasi muda sekarang sangat akrab dengan teknologi
komunikasi: internet dan handphone. Banyak sekali keuntungan
positif yang diperoleh dengan pemakaian dua alat komunikasi
tersebut: informasi dapat diakses dengan mudah kapan saja dan di
mana saja. Namun alat tetaplah alat, yang penting adalah “the man
behind the gun”, sarana tetaplah sebagai sarana seandainya pun
dapat menjadi tujuan hanyalah tujuan antara, bukan tujuan akhir.
Internet dan handphone dengan segala fungsinya, tidak diragukan,
dapat digunakan sebagai sarana yang efektif bagi pembudayaan
nilai-nilai Pancasila bagi generasi muda.

3. Pembudayaan Pancasila melalui Media-Media


Dalam penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan pada
pembudayaan Pancasila baik di desa maupun di kota. Artinya
bahwa generasi muda di desa dan kota memiliki kecenderungan,
pemahaman, dan akses yang sama “mudah” terhadap teknologi.
Dari hasil penelitian diperoleh data pemanfaatan media sebagai
berikut.

a. Media Massa
Sebagian besar data menunjukkan bahwa media pembudayaan
Pancasila melalui media elektronik, yang paling diinginkan
adalah melalui televisi dengan bentuk yang bermacam-macam
seperti: Program dengan kemasan serius, santai dan hiburan,
advertorial: Iklan yang kreatif, iklan layanan masyarakat yang
disesuaikan dengan isyu-isyu kepemudaan. Meski demikian ada
pula yang mengusulkan agar pembudayaan pancasila juga
melalui media Cetak.
b. Media Budaya
Pemanfaatan media budaya juga bisa dijadikan alternatif
pembudayaan misalnya dengan menumpang pada budaya-
budaya lokal yang sedang dipertunjukkan, kesenian namun
semuanya harus dibuat simple dan sesuai dengan minat generasi
muda saat ini, melalui lagu semisal Garuda di dadaku.
c. Media Agama

115
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius,
untuk itu media/lembaga keagamaan bisa dimaksimalkan.
Contohnya adalah kunjungan ke pesantren/gereja moderat, Jika
di Bali ada Megibung, metirta yadav (sembahyang di tempat
suci).
d. Internet
Internet merupakan salah satu media pembudayaan yang paling
favorit dibandingkan dengan media yang lain. Disamping itu di
internet pun banyak alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan,
misalnya: (1) Menggunakan social media seperti YM, Facebook,
Twitter, blog; (2) Game online seperti “revolution” atau game-
game simple seperti yahoo games, google chrome, facebook, dan
lain-lain. Game ini muatannya bisa diganti dengan nilai-nilai
Pancasila sehingga tidak membosankan dan mudah dicerna.
e. Komunitas
Keberadaan komunitas/kelompok masyarakat juga bisa
dijadikan alternatif pembudayaan. Misalnya organisasi pemuda,
pramuka, kelompok hobi, semuanya dapat digunakan sebagai
sarana penanaman nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.
Bahkan ada yang mengutarakan perlu diadakan penataran
Pancasila pada ormas pemuda yang ada.
f. Media Lokal
Potensi lokal yang sangat beragam yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia juga layak mendapatkan perhatian. Ada
beberapa jalan yang bisa ditempuh yakni dengan
merekonstruksi/menggali cerita rakyat/dongeng/mitos-mitos
nusantara, lalu menarik benang merahnya pada nilai-nilai
Pancasila, menggunakan bahasa dan nilai-nilai lokal lebih cocok
untuk pembudayaan Pancasila, kegiatan bakti sosial.
g. Lingkungan Komunikasi
Beberapa temuan penting yang menyangkut gambaran
lingkungan komunikasi yang dapat mempengaruhi persepsi dan
penerimaan generasi muda terhadap Pancasila, sebagai berikut.

1) Generasi muda memandang bahwa lingkungan komunikasi


berperan penting untuk menentukan keberhasilan materi dan
metode pembudayaan nilai Pancasila. Pilihan materi dan
metode yang digunakan haruslah dikaitkan dengan konteks
realitas lingkungan kehidupan dan penghidupan generasi
muda.
2) Generasi muda memiliki persepsi bahwa lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat sering menjadi referensi

116
yang efektif bagi mereka untuk mengadopsi nilai-nilai,
termasuk kemungkinan nilai Pancasila.
3) Terlepas dari daerah tempat tinggalnya, generasi muda
cenderung menghindari lingkungan yang mengungkung
atau mendikte; sebaliknya atmosfer kebebasan untuk
memberikan interpretasi atas nilai bersama menjadi tuntutan
di dalam proses pembudayaan Pancasila.
4) Lingkungan yang mampu memproduksi dan mereproduksi
keteladanan menjadi harapan sekaligus tuntutan generasi
muda untuk menarik minat dan kesetiaan mereka
menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
5) Lingkungan primer (keluarga), sekunder (sekolah) dan
tersier (masyarakat) memainkan peran penting di dalam
proses pembudayaan Pancasila.
6) Lingkungan komunikasi yang efektif untuk membudayakan
nilai Pancasila harus mampu memadukan fungsi-fungsi
pendidikan pada tiga pilar (keluarga-sekolah-masyarakat),
yang didukung oleh kebijakan, keteladanan, dan kejujuran.
7) Lingkungan komunikasi tidak steril dari pengaruh
globalisasi dan teknologisasi yang secara dramatis
mengubah gaya hidup. (Cibermarket, 2012)

117
DAFTAR PUSTAKA

1. Ayu Wulandari. (2016). Pancasila yang Objektif. Retrieved September


18, 2019, from Jumat, 23 Desember website:
http://ayuwldr.blogspot.com/2016/12/realisasi-pancasila.html
2. Cibermarket. (2012). Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila.
Retrieved September 18, 2019, from 05 Januari website:
https://heroidyel.wordpress.com/2012/01/05/pembudayaan-pancasila-
pembangunan-karakter-bangsa/
3. Darwantara, G. (2015). Realisasi Pancasila. Retrieved September 18,
2019, from 11 Desember website:
https://ganggadarwantara.wordpress.com/2015/12/11/realisasi-
pancasila/
4. Juwita, M. (2016). Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila.
Retrieved September 18, 2019, from Rabu, 14 Desember website:
http://merlinjuwita.blogspot.com/2016/12/proses-pembentukan-
kepribadian-pancasila.html
5. KBBI. (n.d.). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Retrieved September
18, 2019, from
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/realisasi.html
6. Kita, C. (2018). Penjabaran Realisasi Pancasila Objektif. Retrieved
September 18, 2019, from Minggu, 22 April website:
http://vdylaras.blogspot.com/2018/04/realisasi-pancasila.html
7. Mambat, C. K. (n.d.). Realisasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam
Kehidupan Sehari-Hari. Retrieved September 18, 2019, from
https://www.academia.edu/35332386/Realisasi_Pancasila_yang_Obje
ktif
8. S, R. L. F. (2016). Realisasi Pancasila Subjektif. Retrieved September
18, 2019, from Rabu, 07 Desember website:
http://ratularasblogadress.blogspot.com/2016/12/pengertian-realisasi-
pancasila.html?=1
9. Satrianugroho. (2017). Realisasi Pancasila Subjektif. Retrieved
September 18, 2019, from Desember website:
http://junsatu.blogspot.com/2017/12/realisasi-pancasila.html
10. Wikipedia. (n.d.). pancasila menurut web. Retrieved September 18,
2019, from https://id.m.wikipedia.org/wiki/pancasila

118
PROFIL PENULIS

No. Nama Moto No. HP


1. Nabila CH Keep trying. 087878189253
2. Reza Aulia Keinginan adalah sumber 081380768306
penderitaan.
3. Rizka H B Bermanfaat bagi orang lain. 085941204027
4. Salsabilaa F Slow but Sure. 081290035948

119
BAB SEPULUH
KONSEP BHINEKA TUNGGAL IKA
KELOMPOK SEPULUH
EKONOMI SYARIAH B

No Nama NIM
1 Rohaeni 1199220076
2 Sayyaf muhammad Robbani 1199220080
3 Widya Ningrum Rachmawati 1199220092
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bhineka Tunggal Ika


Dasar Hukum Lambang Negara
B. Bhineka Tunggal Ika
Bhineka Tunggal Ika sebagai local
C. wisdom

D. Makna Filosofis Bhineka Tunggal Ika


SCOR BOOK

86
(Sitasi 16)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bhineka Tunggal Ika

Secara etimologi atau asal-usul bahasa, kata-kata Bhinneka Tunggal


Ika berasal dari bahasa Jawa Kuno yang bila dipisahkan menjadi Bhinneka =
beragam atau beraneka, Tungga = satu, dan Ika = itu. Artinya, secara harfiah,
jika diartikan menjadi beraneka satu itu. Maknanya, bisa dikatakan bahwa
beraneka ragam tetapi masih satu jua. Semboyan ini diambil dari kitab atau
kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular, yang hidup pada masa Kerajaan
majapahit sekitar abad ke-14 M.

Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia,
dengan keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam
suku, bahasa daerah, ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat
Indonesia menjadi terpecah-belah. Melalui semboyan ini, Indonesia bisa

120
dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Bitar, 2019)

Menurut para ahli sejarah ,motto “Bhineka Tunggal Ika” pertama kali
dijumpai dalam naskah kitab Sutasoma . Naskah ini ditulis oleh Mpu Tantular
saat Raja Hayam Wuruk ,penguasa kerajaan Majapahit (1350-1389) .
Potongan pernyataan Bhineka Tunggal Ika dipetik oleh Prof.Muh.Yamin dan
disahkan sebagai semboyan Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1950 .

Dalam naskah aslinya ,kalimat Bhineka Tunggal Ika terungkap melalui


pernyataan “Hyang Budha Tanpahi siwa raja dewa....mangka jinatwa lawan
sinatatwa tunggal ,bhineka tunggal ika tanhana dharma mangrwa” .artinya
,”Hyang Budha tiada bedanya dengan Siwa, raja para dewa.....karena hakikat
jina (Budha) dan Siwa adalah satu ,berbeda-beda namun satu ,tiada kebenaran
bermuka dua. (Solihin, 2011)

Sedangkan pada sumber lain Bhineka tunggal ika diartikan sebagai


prinsip bersatu dalam perbedaan (unity in diversity) . Yang dimaksudkan
dengan bersatu dalam perbedaan adalah kesetiaan warga masyarakat pada
suatu lembaga yang disebut negara ,atau pemerintahan yang mereka pandang
dan yakini mendatangkan kehidupan yang lebih manusiawi tetapi tanpa
menghilangkan keterikatan kepada suku bangsa ,adat istiadat ,ras ,atau agama
. (Asep Sahid Gatara & Drs. H. Subhan Sofhian, 2012)

Dan pada sumber lain yang diartikan oleh seorang penulis , “Bhineka
Tunggal Ika” harus diartikan sebagai keragaman dalam yang satu dan
kesatuan dalam yang beragam di dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia
Indonesia ,baik sebagai individu ,sebagai anggota masyarakat ataupun
warganegara . Hal ini mengandung suatu pemikiran bahwa
kebhinekatunggalikaan itu harus terwujud dalam tataran berpikir ,berwacana
dan berbuat ,di mana ketiga tataran ini merupakan satu kesatuan aksi yang tak
dapat dipisahkan satu sama lainnya . (Oentoro, 2010)

Dalam bahasan lain mengenai “Bhinneka Tunggal Ika” dijelaskan


bahwasannya sebuah semboyan dalam huruf latin dengan Bahasa Jawa Kuno
yang mempunyai arti ”Walaupun berbeda beda tetapi tetap satu” . Kalimat ini
pernah dipakai oleh seorang pujangga Indonesia yang terkenal Empu Tantular
,dalam arti di antara puspa ragam adalah persatuan . (Oentoro, 2010)

Dalam buku karangan Muh.Yamin yang berjudul 6000 tahun sang


merah putih (1954) menyatakan bahwa semboyan itu dinamai seloka Tantular
karena tertulis dengan huruf yang aksaranya 17 itu berasal dari pujangga

121
Tantular yang mengarang kitab Sutasoma ,menurut Muh.Yamin pun arti
seloka tersebut adalah walaupun berbeda beda ataupun berlainan agama
,keyakinan dan tinjauan tetapi tinggal bersatu . (Hidayat, 2018)

Dalam seloka Mpu Tantular secara lengkap adalah “Bhineka Tunggal


Ika ,Tanhana Dharma Mangwa” yang memiliki arti “berbedalah itu ,tetapi
satulah itu ; dan didalam peraturan undang undang tidak adalah diskriminasi
atau dualisme .”

Dalam penelusuran lambang Negara dengan semboyan Bhineka


Tunggal Ika yang memberikan penegasan ,bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah
merupakan jati diri kebangsaan Indonesia yang tepat untuk menyatukan
perbedaan . (Salam, 1996)

Bhineka Tunggal Ika, diterjemahkan sebagai “berbeda-beda itu satu


itu“. Artinya, bahwa didalam realitas kehidupan yang amat beragam, yang
ditandai oleh perbedaan-perbedaan lahiriyah, akan tetapi tetap mampu
membangun suasana rukun untuk menunjukkan satu tujuan hidup bersama
dalam satu kesatuan Republik Indonesia. Kesatuan disini merupakan hasil
konsesus atau kesepakatan bersama dari segenap komponen bangsa Indonesia
mengatasi kerawanan-kerawanan sebagai akibat sifat-sifat yang melekat pada
keberagaman itu. (Pengantar, 2018)

Bhineka Tunggal Ika dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia


terlahir sebagai bangsa majemuk, yang multikultularis. Aneka ragam budaya
dalam wujud adat istiadat, bahasa daerah, bahkan agama dan kepercayaan
yang dianut masyarakat menjadi ciri yang mewarnai kehidupan bangsa, yang
tersebar seluruh bentang wilayah kepulauan nusantara menjadikan bangsa ini
sebagai satu-satunya bangsa dengan tingkat keunikan tertinggi.

Bhineka Tunggal Ika, berarti “berbeda-beda tetapi satu tujuan”. Dalam


konteks ke Indonesian, kata-kata itu memiliki makna yang sangat mendalam.
Negara Indonesia terdiri atas pulau-pulau yang dihuni oleh berbagai suku
bangsa dengan adat istiadat dan bahasanya sendiri-sendiri. Bangsa Indonesia
juga menganut berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Dengan realita itu menunjukkan bahwa kehidupan di Indonesia begitu
beragam, terdapat berbagai perbedaan diantara yang satu dengan yang lain.
Namun kenyataannya, Indonesia merupakan negara kesatuan, satu nusa dan
satu bangsa, dan menjunjung satu bahasa persatuan, Indonesia. (“In Reply:
BEHAVIOUR THERAPY,” 1965)

122
Hakikat dan peran Bhineka Tunggal Ika pada hakikatnya Bhineka
Tunggal Ika pertama, sebagai bentuk perbedaan yang terikat didalam satu
keutuhan (ketunggalan), yang dalam hal ini menunjukkan keberadaan bangsa
Indonesia. Kedua, bahwa unsur-unsur lokal memiliki peranan penting didalam
adilnya membentuk bangsa yang besar. Lebih jauh menunjukkan betapa
pentingnya memelihara dan terus memajukkan nilai-nilai atau kearifan lokal
itu agar dapat dijadikan kekuatan moral bangsa.

Adapun peran yang diharapkan dari semboyan Bhineka Tunggal Ika


adalah menggugah kesadaran masyarakat luas untuk membangun bersama tata
kehidupan baru yang menunjukkan semangat saling memahami,
menghormati, serta dapat menerima segala bentuk perbedaan yang ada, demi
terwujudnya suasana kehidupan bermasyarakat yang tentram dan damai.
(Pengantar, 2018)

B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhineka Tunggal Ika

Bhineka tunggal ika sebagaimana terkandung dalam lambang Negara


Garuda Pancasila ,bersama sama dengan bendera Negara Merah Putih .
Bahasa Negara dan Lagu kebangsaan Indonesia Raya ,merupakan jati diri dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia . Keempat simbol tersebut
merupakan cerminan dan manifestasi kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia di dalam tata pergaulan dengan negara negara lain dalam
masyarakat internasional serta merupakan cerminan kemandirian dan
eksistensi negara Indonesia yang merdeka ,bersatu ,berdaulat ,adil dan
makmur .

Dengan demikian lambang negara ,beserta bendera negara ,serta bahasa


persatuan serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekedar pengakuan
atas Indonesia sebagai bangsa dan negara ,melainkan menjadi simbol atau
lambang negara yang dihormati dan dibanggakan oleh seluruh warga negara
Indonesia .Lambang negara ,bendera,bahasa serta Lagu kebangsaan Indonesia
menjadi kekuatan yang sanggup menghimpun serpihan sejarah Nusantara
yang beragam sebagai bangsa besar Bangsa Indonesia yang hidup dalam
negara kesatuan Republik Indonesia .
Dalam hubungan dengan Lambang Negara Garuda Pancasila yang di
dalamnya termuat seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 .Dalam Pasal 36A
disebut bahwa Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan

123
Bhinneka Tunggal Ika .Pasal tersebut merupakan dasar yuridis konstitusional
sekaligus merupakan pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan
resmi oleh Negara tentang penggunaan simbol simbol tersebut sebagai jati diri
bangsa dan dari identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Dalam perjalanan sejarah bangsa dan Negara Republik Indonesia dasar
hukum lambang negara dan penggunannya diatur dalam Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia yang kemudian diatur dalam Peraturan
Pemerintah yang merupakan produk hukum berdasarkan amanat Undang
Undang Dsara sementara tahun 1950 .
Adapun dasar hukum lambang negara beserta penggunannya dalam
sejarah dinamika bangsa dan Negara Indonesia diatur dalam berbagai
peraturan hukum serta perundang undangan sebagai berikut .
Peraturan perundang undangan yang mengatur tentang Lambang
Negara, bendera ,serta lagu kebangsaan antara lain :
1. Kitab undang undang hukum pidana (KUHP) yang mengatur tentang
kejahatan (tindak pidana) yang mneggunakan Bendera Merah Putih
,penodaan terhadap Bendera Negara Sahabat ,penodaan terhadap
Bendera Merah Putih dan Lambang Negara Garuda Pancasila ;serta
penggunaan bendera Merah Putih oleh mereka yang tidak memiliki
hak menggunakannya seperti terdapat pada pasal 52a ;pasal 142a
;pasal 154a ;dan pasal 473 .
2. Peraturan pemerintah nomor 66 tahun 1951 tentang lambang negara

(PROF .DR .KAELAN, 2014)

Dalam pasal 36A Undang undang dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945 disebut bahwa lambang Negara ialah Garuda Pancasila
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika . (UUD 1945 dan Perubahannya, n.d.)
Undang undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Dan
ketetapan MPRI BAB XV PASAL 36A Lambang Negara ialah Garuda
Pancasila dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika . (sekertariat jenderal MPR
RI, 2016)

Undang undang RI Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera


,Bahasa ,Lambang negara ,dan Lagu Kebangsaan Bagian kesatu ,umum
,pasal 46 Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda
Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan ,perisai berupa

124
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda ,dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkram oleh Garuda .
(PROF .DR .KAELAN, 2014)

Pasal 52a dalam kitab KUHP dinyatakan “Bilamana pada waktu


melakukan kejahatan digunakan bendera kebangsaan Republik Indonesia
,pidana untuk kejahatan tersebut dapat ditambah sepertiga . (R.Soesilo, 1995)

Pada pasal 142a dalam kitab KUHP dinyatakan “Barangsiapa


menodai bendera kebangsaan negara sahabat diancam dengan pidana penjara
paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat puluh ribu
lima ratus rupiah . (Press, 2012)

Pada pasal 154a dalam kitab KUHP dinyatakan “Barangsiapa


menodai bendera kebangsaan Republik Indonesia dan lambang Negara
Republik Indonesia ,diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau pidana denda paling banyak empat puluh lima ribu rupiah . (Dr.Andi
Hamzah, n.d.)

Pada pasal 473 dalam kitab KUHP dinyatakan “Seorang nahkoda


kapal yang memakai bendera Indonesia ,padahal diketahuinya bahwa dia tidak
berhak untuk itu ,diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah .
(R.Soesilo, 1995)

Hal ini menyatakan ,bahwa Lambang Negara Republik Indonesia


secara tegas dilindungi oleh Pemerintah melalui Undang Undang yang telah
ditetapkan .Dan hal hal yang mengenai penodaan ataupun penyalahgunaan
Lambang yang tersirat dalam Bendera Negara ,akan dikenakan sanksi sesuai
dengan apa yang tertera dalam Pasal Pasal yang dijelaskan .

C. Bhinneka Tunggal Ika sebagai Local wisdom Bangsa Indonesia

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia Lambang Negara Republik


Indonesia Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika
dituangkan dalam Peraturan Pemerintah no.66 tahun 1951 ,yang disusun oleh
Panitia Negara yang diangkat oleh pemerintah dan duduk di dalamnya adalah
Mr.Muhammad Yamin .

125
Nama lambang Negara Garuda Pancasila ,karena wujud lambang yang
dipergunakan adalah burung garuda ,dan di dalamnya (ada tameng) memuat
lambang sila sila Pancasila dan disertai seloka semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ,dan seloka itu tersurat di bawahnya . Jadi dalam lambang negara Indonesia
itu terdapat unsur Gambar burung garuda , simbol sila sila Pancasila dan
seloka Bhinneka Tunggal Ika .

Burung garuda adalah merupakan kekayaan satwa nusantara ,sebagai


salah satu jenis burung bahkan terdapat secara luas di tanah bangsa serumpun
dan memiliki kesamaan kebudayaan yaitu madagaskar dan malagsi , dan satwa
itu dahulu diistilahkan dengan nama Vurumahery yang berarti burung sakti .

Garuda adalah termasuk jenis burung yang besar dan kuat dan mampu
terbang tinggi , yang melambangkan bangsa (Indonesia) yang besar dan kuat .
Sebagai seekor satwa , burung garuda mampu terbang tinggi , dan hal ini
melukiskan cita cita bangsa Indonesia di tengah tengah masyarakat
Internasional .

Burung garuda juga lambang pembangun dan pemelihara , hal ini dapat
ditafsirkan dari sejarah nenek moyang bangsa indonesia dahulu ada yang
menganut agama Hindu dan garuda adalah wahana (kendaraan) Dewa Wishnu
yaitu dewa pembangun dan Pemelihara dan dalam cerita wayang di Jawa
terjelma dalam Bhatara Kresna tokoh yang bijaksana . Bahkan Raja Airlangga
menggunakan lencana Garuda-mukha yang terkandung dalam kitab
Marowangsa . demikian pula kerajaan Kedah juga menggunakan lambang
Garuda Garagasi sebagai lambang pemelihara (Ismaun, 1975: 119)

Seloka Bhinneka Tunggal Ika yang melambangkan realitas bangsa dan


negara Indonesia yang tersusun dari berbagai unsur rakyat (bangsa) yang
terdiri atas berbagai macam , suku , adat istiadat , golongan , kebudayaan dan
agama , wilayah yang terdiri atas beribu ribu pulau menyatu menjadi bangsa
dan negara Indonesia . Secara filologis istilah seloka itu diambil dari bahasa
Jawa kuno , berasal dari zaman kerajaan Keprabuan Majapahit yang zaman
keemasannya di bawah kekuasaan Prabu Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah
Mada (1350-1364) . Pada zaman kerajaan Majapahit tersebut hidup berbagai
agama dan aliran antara lain Hindu dengan berbagai macam aliran dan
sektenya , serta agama Budha dengan berbagai aliran dan sektenya , serta
berbagai macam tradisi yang tampak dalam Tantrayana dan upacara Crada
(yaitu upacara dalam menghormati nenek moyang yang telah meninggal)
kemudian bercampur yang disebut dengan ‘syncritisme’ .

126
Bebagai unsur agama yang berbeda tersebut hidup dalam suatu
kerajaan di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit dan di bawah satu Hukum
Negara (Dharma) dan hidup rukun dan damai dengan penuh toleransi antara
umat berbagai agama . Sebagaiman di ditemukan dalam peninggalan sejarah
bahwa Agama Hindu aliran Ciwa dipimpin oleh Dharmadyaksaring kacaiwan
(Kepala urusan Agama Ciwa) , agama Budha dipimpin oleh
Dharmadyaksaring Kasogatan (Kepala urusan Agama Budha) yang pernah
dijabat oleh ayah dari empu prapanca sendiri .

Jiak dilakukan kajian melalui filsafat analisa bahasa (suatu metode


analisis terhadap makna penggunaan ungkapan bahasa era kontemporer di
Eropa) , seloka Bhinneka Tunggal Ika itu pada hakikatnya merupakan suatu
frase . Secara linguistis makna struktural seloka itu adalah ‘beda itu , satu itu’
. Secara morfologi kata ‘Bhinneka’ berasal dari kata polimorfemis yaitu
‘bhinna’ dan ‘Ika’ . Kata ‘Bhina’ berasal dari bahasa Sansakerta ‘Bhid’ , yang
dapat diterjemahkan menjadi ‘beda’ . Dalam proses linguistis karena
digabungkan dengan morfem ‘Ika’ maka menjadi ‘bhinna’ . ‘Ika’ artinya itu ,
‘bhinneka’ artinya beda itu , sedangkan ‘tunggal ika’ artinya satu itu .

Oleh karena itu jikalau diterjemahkan secara bebas maka , makna


‘Bhinneka Tunggal Ika’ , Tan Hana Dharma Mangrwa , adalah : meskipun
berbeda beda akan tetapi satu jua . Tidak ada hukum yang mendua (dualisme)
. (PROF .DR .KAELAN, 2014)

Mengonstruksi nilai-nilai kearifan lokal (Local Wisdom) dalam


pembelajaran muatan lokal sebagai upaya memperkokoh kohesi sosial (studi
deskriptif budaya niolilieta masyarakat adat pulau Wetang kabupaten Maluku
Barat Daya, Provinsi Maluku) :
Abstrak : Nilai-nilai budaya yang berkembang dalam kehidupan masyarakat
akhir-akhir ini mengalami degradasi dan mulai dilupakan dalam kehidupan
bermasyarakat seiring dengan perkembangan zaman namun disisi lain nilai-
nilai budaya lokal yang merupakan warisan masa lalu pada beberapa daerah
sangat cocok dikembangkan dalam menghadapi era grobalisasi dewasa ini.
Salah satunya adalah nilai budaya Niolilieta yang telah teruji mampu
menjadikan masyarakat Pulau Wetang hidup harmonis. (Ufie, 2017)

127
D. Makna Filosofis Bhinneka Tunggal Ika

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup


panjang . Sejak zaman kerajaan kerajaan Sriwijaya , Majapahit , serta dijajah
p;eh bangsa asing selama tig asetengah abad . Unsur masyarakat yang
membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa ,
berbagai macam adat istiadat kebudayaan dan agama , serta berdiam dalam
suatu wilayah yang terdiri atas beribu ribu pulau . Oleh karena itu keadaan
yang beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk
dipertentangkan , melainkan perbedaan itu justru merupakan suatu daya
penarik kearah suatu kerjasama persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesis
dan sinergi yang positif , sehingga keanekaragaman itu justru terwujud dalam
suatu kerjasama yang luhur .

Sintesis persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan dalam


suatu asas kerokhanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama
yaitu Pancasila . Oleh karena itu prinsip prinsip nasionalisme Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dalah bersifat ‘majemuk tunggal’ . Adapun unsur unsur
yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah sebagai berikut :

a) Kesatuan sejarah : bngsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu


proses sejarah , yaitu sejak zaman prasejarah , zaman Sriwijaya ,
zaman Majapahit kemudian datang penjajah , tercetus Sumpah Pemuda
1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka
pada tanggal 17 Agustus 1945 , dalam suatu wilayah Negara Republik
Indonesia .
b) Kesatuan Nasib : yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki
kesamaan nasib yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah
abad dan memperjuangkan demi kemerdekaan secara bersama dan
akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia Tuhan Yang
Maha Esa tentang kemerdekaan .
c) Kesatuan kebudayaan : walaupun bangsa Indonesia memiliki
keanekaragaman kebudayaan , namun keseluruhannya itu merupakan
satu kebudayaan yaitu kebudayaan nasional Indonesia . Jadi
kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan berkembang diatas akar
akar kebudayaan daerah yang menyusunnya .
d) Kesatuan wilayah : bangsa ini hidup dari mencari penghidupan dalam
wilayah Ibu Pertiwi , yaitu satu tumpah darah Indonesia .
e) Kesatuan asas kerokhanian : bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki
kesamaan cita cita , kesamaan pandangan hidup dan filsafat yang

128
berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu
pandangan hidup Pancasila (Notonagoro, 1975: 106)

Oleh karena itu bangsa Indonesia dalam membentuk suatu negara


bukan merupakan proses kausalitas manusia sebagai makhluk individu yang
bebas , melainkan suatu proses kehendak bersama untuk membentuk suatu
bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia . Dalam pengertian
inilah maka Negara Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu negara
kebangsaan dan bukannya negara liberal . Oleh karena itu esensi Negara
kesatuan bukanlah merupakan suatu proses persatuan individu dalam free fight
dan penindasan , melainkan suatu persatuan yang didasarkan atas kehendak
bersama dalam mewujudkan suatu kesejahteraan bersama .

Sebagaimana dijelaskan di atas esensi negara kesataun adalah terletak


pada pandangan ontologis tentang hakikat manusia sebagai pendukung negara
. Menurut paham negara kesatuan negara bukan terbentuk secara organis dan
individu individu sebagaimana diajarkan oleh Hobbes , Locke dan pemikir
indvidualis lainnya , melainkan negara terbentuk atas dasar kodrat manusia
sebagai individu dan makhluk sosial (Notonagoro, 1975) . Hakikat negara
persatuan bahwa negara adalah masyarakat itu sendiri .

Masyarakat pada hakikatnya mewakili diri pada penyelenggaraan


negara , menata dan mengatur diriny dalam negara dalam mencapi suatu
tujuan hidupnya . Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat
sebagai suatu objek yang berada di luar negara , melainkan sebagai sumber
genetik dari dirinya . Masyarakat sebagai suatu unsur dalam negara yang
tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam masyarakat untuk
terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan
saling menerima antar warganya . Sebagai suatu totalitas , masyarakat
memiliki suatu kesatuan tidak hanya dalam arti lahiriah , melainkan juga
dalam arti batiniah , atau kesatuan idea yang menjadi fondamen dalam
kehidupan kebangsaan (Besar, 1991 : 83) .

Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari


negara bagian (federasi) , melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur
unsur negara yang bersifat fundamental . Demikian juga negara kesatuan
bukanlah suatu kesatuan individu individu sebagaimana diajarkan paham
individualisme liberalisme , sebab menurut paham negara kesatuan bahwa
manusia adalah individu sekaligus juga makhluk sosial . Oleh karena itu sifat
kodrat manusia individu makhluk sosial sebagai basis ontologis (dasar

129
fundamental) negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa .

Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat ,


negara tidak memihak pada salah satu golongan , negara bekerja demi
kepentingan seluruh rakyat . Konsep negara yang demikian adalah merupakan
konsekuensi logis dari faham “negara adalah masyarakat itu sendiri” , dan
faham bahwa antara negara dan masyaralat terdapat relasi hierarki neo genetik
. Masyarakat adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada
di dalamnya .

Masyarakat mengorganisasikan diri dalam bentuk suatu negara .


Dengan demikian negara adalah produk dari interaksi antar golongan yang ada
dalam masyarakat . Sebagai produk yang demikian maka “logic in itself”
bahwa negara mengatasi segenap golongan yang ada dalam masyarakat
(Besar, 1991 : 84) .

Nilai filosofis persatuan , dalam kehidupan kenegaraan dan


kebangsaan menjadi kunci kemajuan suatu bangsa . Bagi bangsa Indonesia
yang kausa materalisnya berbagai etnis , glongan , ras , agama serta primordial
lainnya di nusantara secara moral menentukan kesepakatan untuk membentuk
suatu bangsa , yaitu bangsa Indonesia . Semangat moralitas bangsa itu oleh
founding fathers kita diungkapkan dalam suatu seloka , yang merupakan
simbol semiotis moralitas bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika .

Hal ini mengandung nilai nilai etis bahwa :

1. setiap manusia apapun ras , etnis , golongan , agama adalah sebagai


makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila I) .
2. pada hakikatnya sama berdasarkan harkat dan martabat manusia yang
beradab (sila II) .
3. Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus
mendasarkan pada kesadaran telah memiliki kesamaan pandangan
untuk mempersatukan diri dalam sebagai suatu bangsa yaitu bangsa
Indonesia (sila III) .
4. Memiliki kebebasan disertai tanggungjawab dalam hidup bersama
(sila IV) .
5. Untuk mewujudkan cita cita bersama yaitu kesejahteraan seluruh
rakyat warga bangsa Indonesia (sila V) . (PROF .DR .KAELAN, 2014)

130
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika
mengandung makna : mendorong makin kukuhnya persatuan Indonesia ;
mendorong timbulnya kesadaran tentang pentingnya pergaulan demi
kukuhnya persatuan dan kesatuan ; tidak saling menghina , mencemooh , atau
saling menjelekkan diantara sesama bangsa ; saling menghormati dan saling
mencintai antar sesama ; meningkatkan identitas dan kebanggan sebagai
bangsa Indonesia ; dan meningkatkan nilai kegontongroyongan dan solidaritas
. (Salam, 1996)

Seloka Bhineka Tunggal Ika yang tertera didalam lambang negara itu
memberikan makna tersirat dan tersurat . Namun kedua makna itu dapat
dirangkum menjadi sebuah universalitas bahwa Bangsa Indonesia menghargai
akan kemajemukan , sehingga kemajemukan itu bukanlah ancaman tetapi
dijadikan sarana mempersatukan dengan tetap menghargai kemajemukan
bangsa . (Lestari, n.d.)

Pluralitas dan heterogenitas yang tercermin pada masyarakat Indonesia


diikat dalam prinsip persatuan dan kesatuan bangsa yang kita kenal dengan
semboyan “Bhineka Tunggal Ika” . Yang mengandung makna meskipun
Indonesia berbhineka , tetapi terintegrasi dalam kesatuan . (Lestari, n.d.)

131
DAFTAR PUSTAKA

1. Asep Sahid Gatara, F. M. S., & Drs. H. Subhan Sofhian, M. P. (2012).


Pendidikan Kewarganegaraan (Kedua). Bandung: FOKUSMEDIA.
2. Bitar. (2019). Bhineka Tunggal Ika : Pengertian, Fungsi, Dan Makna
Serta Sejarahnya Lengkap. Retrieved from
https://www.gurupendidikan.co.id/bhineka-tunggal-ika/
3. Dr.Andi Hamzah, S. . (n.d.). KUHP & KUHAP (ketujuh be). Jakarta:
PT Asdi Mahasatya.
4. Hidayat, S. (2018). Bhinneka tunggal ika. (November).
5. In Reply: BEHAVIOUR THERAPY. (1965). The British Journal of
Psychiatry, 111(479), 1009–1010.
https://doi.org/10.1192/bjp.111.479.1009-a
6. Lestari, G. (n.d.). BHINNEKHA TUNGGAL IKA : KHASANAH
MULTIKULTURAL.
7. Oentoro, J. (2010). INDONESIA SATU ,INDONESIA BEDA
,INDONESIA BISA (J. Oentoro, ed.). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
8. Pengantar, K. (2018). NILAI-NILAI BHINEKA TUNGGAL IKA
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT , BERBANGSA DAN
BERNEGARA Oleh I Wayan Latra , S . Ag , M . Si . UPT
PENDIDIKAN PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA Oý
Swastyastu Oý Úàntiá , Úàntiá , Úàntiá , Oý.
9. Press, T. G. (2012). KUHP & KUHAP. Surabaya: Grahamedia Press.
10. PROF .DR .KAELAN, M. . (2014). Pendidikan Pancasila (edisi refo).
Yogyakarta: PARADIGMA.
11. R.Soesilo. (1995). Kitab Undang Undang HUKUM PIDANA (KUHP).
bogor: POLITEA.
12. Salam, D. H. B. (1996). FILSAFAT PANCASILAISME (Revisi).
Jakarta: PT Rineka CIPTA.
13. sekertariat jenderal MPR RI. (2016). Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPR RI. Jakarta:
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
14. Solihin, A. (2011). PENGERTIAN BHINEKA TUNGGAL IKA.
Retrieved from
https://visiuniversal.blogspot.com/2014/09/pengertian-bhineka-
tunggal-ika.html
15. Ufie, A. (2017). Mengonstruksi Nilai-nilai Kearifan Lokal (Local
Wisdom) dalam Pembelajaran Muatan Lokal sebagai Upaya
Memperkokoh Kohesi Sosial (Studi Deskriptif Budaya Niolilieta
Masyarakat Adat Pulau Wetang Kabupaten Maluku Barat Daya,
Propinsi Maluku). Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran (JPP), 23(2),

132
079–089. Retrieved from
http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-
pembelajaran/article/view/10157
16. UUD 1945 dan Perubahannya. (n.d.).

PROFIL PENULIS

No Nama Foto Motto No HP

Aku bisa karena


1 Rohaeni terpaksa dan 082112632086
dipaksa

Saya mendengar
2 Sayyaf dan saya taat 081282632173
Muhammad
Robbani

133
Apapun masalah
dan rintangan
3 Widya nya jangan 082266795343
Ningrum pernah
Rachmawati mengeluh

134
BAB XI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
KELOMPOK 11
I/EKONOMI SYARIAH /B

No Nama NIM No Nama NIM


1. M. Zaky Anwar 1199220055 3. Rizki Kusnandi 1199220094
2. Nadine Latifatul A 1199220058 4. Shafa Raisya F 1199220081
PEMBAHASAN
A. Definisi Paradigma
B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional
1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD
HANKAM
3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang Politik
4. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
5. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

SCOR BOOK

80
(Sitasi 10)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Definisi Paradigma

Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu


pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia
ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Minn dalam bukunya yang berjudul The
Structure of Scientific Revolution (1970: 49). Inti sari pengertian paradigma
adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoretis yang umum
(merupakan suatu sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum,
metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan
sifat, ciri, serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri(Dr.asep sulaiman, 2012)
Dalam masalah yang populer ini istilah ‘Paradigma’ berkembang menjadi
terminology yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai. kerangka
pikir,orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari suatu

135
perkembangan. Perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk
dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam pendidikan.

B. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Nasional


Secara filosofis hakikat kedudukan pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala
aspek pembangunan nasional kita harus mendasarkan pada hakikat nilai-nilai
sila-sila pancasila. Oleh karena itu hakikat nilai sila-sila pancasila
mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung
pokok sil-sila pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok Negara. Hal itu
berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa pancasila dasar Negara dan
Negara adalah organisasi ( persekutuan hidup manusia ).oleh karena itu
pembangunan nasional sebagai upaya peraktis untuk mewujudkan tujuan
tersebut maka pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigm hakikat
manusia “monopluralis”tersebut(prof.dr.kaelan, 2010)
Pancasila dibuat sebagia dasar Negara melalui perjuangan dan
pengorbanan yang sangat besar, hal ini menjadikan pancasila memiliki nilai
historis yang sangat dalam dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Cita cita para pejuang bangsa Indonesia dituangkan ke pancasila menjadikan
dasar Negara yang sangat kokoh dan kuat. Kita semua tau pancasial itu adalah
sumbar dari semua sumber hukum.
Ketentuan paradigma menurut kamus besarbahasa Indonesia
(dekdikbud1990) memiliki beberapa pengertian yaitu:
1. Daftar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang kedatangan
konjugasi dan deklinasi kata tersebut
2. Model dalam teori ilmu pengetahuan
3. Karakter berfikir
Ketentuan ilmiah itulah berkembang di tunjukan kepada bidang bidang
seumur hidup lainya menjadi terminologidari suatu perkembangan dan
pembanguna yang mengandung konotasi pengertian kerangka berfikir, sumber
nilai, melintasi, arah. Intisari dari paradigma adalah suatu asumsi asumsi dasar
dan asumsi asumsi teoritis yang umum(merupakan suatu yang bernilai), jadi
merupakan sumber hukum hukum, metode penerapan dalam ilmu
pengetahuan jadi sangat menetukansifat, ciri juga karakter ilmupengetahuan
itu sendiri.
Pancasila sebagai paradigma berbicara itu panacasila sebagai acuan,
mengacu referensi berfikir, pola acuan berfikir, atau jelas atau jelasnya sebagai
sitem nilai yang di buat sejauh landasan, sejauh cara dan sekaligus arah tujuan
yang menyandangnya :
1. Pengembangan ilmu pengetahuan
2. Pengembangan hukum
3. Supernasi hukum dalam prespektif pengembangan HAM

136
4. Pengembangan social politik
5. Pengembangan ekonomi
6. Pengembangan budaya bangsa
7. Pembangunan pertahanan
8. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia sebagai titik titk tolak sungguh
asal mula pancasila

1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek

Pancasila yang sila-silanya merupakan suatu kesatuan yang sistematis


haruslah menjadi sistern etika dalm pengembangan iptek, sila ketuhanan yang
maha esa mengkomplementasikan ilmu pengetahuan,mencipta perimbangan
antara rasional dan irasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
ini iptek tidak hanya memikirkan apa yang di temukan, di buktikan dan di
ciptakan tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah
merugikan manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan
melestarikan. Sila ini menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai
pusatnya melainkan sebagai bagian yang sistemik darin alam yang di olahnya
(T.jacob1986(dr. h. mahpudin noor, 2019)
Sila kemanusiaan yang adil dan beradab memberikan dasar-dasar
moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan Iptek haruslah bersifat
beradab. Iptek adalah sebagai hasil budaya manusia yang beradab dan
bermoral.
Sila persatuan Indonesia, mengkomplementasikan universalia dan
internasionalisme (kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain. Pengembangan
diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk di dalamnya
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,mendasari pengembangan iptek secara
demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk
mengembangkan iptek(prof. dr. juhaya s. pradja, 2018)
Sila keadilan social bagi seluruh rakyat. Mengkomplementasikan
pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya
dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia
yang lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan Negara serta manusia
dengan alam lingkungannya.
Kesimpulannya bahwa pada hakikatnya sila-sila pancasila harus
merupakan sumber nilai. Kerangka piker serta basis moralitas bagi
pengembangan iptek.

137
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD
HANKAM

Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu realisasi praksis untuk


mencapai tujuan bangsa. Adapun pembangunan dirinci dalam berbagai macam
bidang antara lain POLEKSOSBUD HANKAM. Dalam bidang kenegaraan
penjabaran pembangunan dituangkan dalam GBHN yang dirinci dalam bidang
bidang operasional serta target pencapaiannya.
Pembangunan yang merupakan realisasi praksis dalam Negara untuk
mencapai tujuan seluruh warga harus mendasarkan pada hakikat manusia
sebagai subjek pelaksan sekaligus tujuan pembangunan. Hakikat manusia
adalah “monopluralis” artimya meliputi berbagai unsur yaitu rohani dan
jasmani, individu makhluk social: serta manusia sebagai pribadi makhluk
Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu hakikat manusia merupakan sumber
nilai bagi pengembangan POLEKSOSBUD HANKAM. Atau lebih dikenal
sebagai membangun martabat manusia.

3. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Bidang politik


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasarkan pada
dasar ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa
manusia adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik
dalam Negara harus benar benar untuk merealisasikan tujuan demi harkat dan
martabat manusia.
Dalam sistem politik negara harus mendasarkan pada tuntutan hak
dasar kemanusiaan yang ada di dalam istilah ilmu hukum dan kenegaraan
disebut hak asasi manusia. Hal ini sebagai perwujudan ha katas martabat
kemanusiaan sehingga system politik Negara harus mampu menciptakan
sisitem yang menjamin atas hak hak tersebut. Dalam menciptakan system yang
menjamin atas hak-hak tersebut(prof. dr. mr. drs. notonagoro, 1995)
Dalam sistem politik Negara harus mendasarkan pada kekuasaan yang
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu makhluk social
yang disebut rakyat. Oleh karena itu kekuasaan Negara harus berdasarkan
kekuasaan rakyat bukannya kekuasaan perseorangan atau kelompok.
Sebagai sistem kerangka acuan berfikir pola acuan berfikir jelasnya
sebagai sitem nilai yang di jadikan kerangka landasan kerangka cara dan
sekaligus kerangka arah / tujuan bagi yang menyandangnya. Manusia
Indonesia selaku warga Negara Indonesia di tempatkan sebagai subjek
ataupun pelaku politik bukan sekedar objek politik. Manusia maka
pembangunan politik atau dapat meningkatkan martabat manusia.

138
4. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Dalam dunia ilmu ekonomi boleh dikatakan jarang ditemukan pakar


ekonomi yang mendasarkan pemikiran tentang pengembangan ekonomi atas
dasar moralitas kemanusiaan dan ketuhanan. Sehingga lazimnya
pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas, dan akhirnya yang
kuatlah yang menang. Hal ini sebagai implikasi dari pengembangan ilmu
ekonomi pada pada akhir menumbuhkan ekonomi kapitalis. Atas kenyataan
objektif inilah maka di eropa pada awal ke 19 munculah pemikiran sebagai
implikasi dari perkembangan ekonomi tersebut yaitu sosialisme dan
komunisme yang memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh
kaum kapitalis. oleh karena itu kiranya sangat penting bahkan untuk mendesak
untuk di kembangkan system ekonomi yang mendasarkan sisitem moralitas
humanistic, ekonomi yang berkemanusiaan(mr. kh hamid, 2013)
Atas dasar kenyataan tersebut maka Mubyarto kemudian mengembangkan
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistik yang mendasarkan pada
tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan
hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Maka sistem ekonomi Indonesia mendasarkan
atas kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan ekonomi tidak bisa
dipisahkan dengan moral kemanusiaan.{1}
Sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih membahas kepada sila
keempat pancasila: sementara pengembangan ekonomi membahas pada
pembangunan system ekonomi Indonesia . dengan demikian sub judul
menunjuk pada pembangunan ekonomi kerakyatan atau pembangunan
demokrasi ekonomi atau pembangunan system ekonomi Indonesia atau
system ekonomi pancasila .
Ekonomi kerakyatan akan mampu mengembangkan program-program
kongkrit pemerintah daerah di zaman otonomi daerah yang lebih mandiri dan
lebih memperwujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah

5. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Budaya

Dalam pembangunan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya di


dasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh rakyat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai sosial budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah
Indonesia saat ini terjadi berbagai macam gejolak yang sangat
memprihatinkan antar lain amuk masa yang cenderung anarkis, bentrok antara

139
kelompok masyarakat dengan yang lainnya yang muaranya adalah pada
masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan aspek sosial budaya pada masa
reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dalam
prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila
kedua Pancasila yaitu ‘’Kemanusiaan yang adil dan beradab’’. Dalam rangka
pengembangan sosial budaya, Pancasila merupakan sumber normatif bagi
peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka
kesadaran Pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1) universalisasi, yaitu
melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur, dan (2)
transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, dan
kebebasan spiritual {2}. Dengan demikian maka proses humanisasi universal
akan dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok
social tertentu sehingga menciptakan sistem social budaya yang beradab.

2 contoh pancasila dalam pembangunan sosial budaya:

1. Pembangunan sosial budaya yang bermartabat

Pembangunan sosial budaya di Indonesia harus memaki paradigm


pancasila, agar meningkatkan harkat dan martabatmanusia. Indonesia akan
berbudaya dan beradab, serta tidak menghasilkan sifat yang biadab, kejam
brutal dan bersifat merusak manusia atau sama lain maupun hal lainnya. Oleh
sebab itu, pancasila sebagai ilmu pengetahuan akan berperan untuk
pembangunan manusia sehingga meningkatakan derajt kemanusiaannya. Dan
pada akhirnya akan akan bias mengembangkan dirinya dari tingkat homo
menjadi tingkat human(ufthi a maingak, 2012)
2. Pembangunan mempertahankan keberagamaan

Berangkat dari keberagamaan yang ada di Indonesia, pembangunan


social budaya harus memakai paradigma pancasila sehingga tercapainya rasa
persatuan sebagai bangsa akan terwujud. Sebagai mulainya harus memberi
pengakuan terhadap keberadaan budaya dan kehidupan sosial dari tiap
sukunya, tidak dilakukan penyeragaman akan membuat mereka merasa bisa
hidup di Negara kesatuan republik Indonesia. Sehingga sesuai fungsi toleransi
dalam kehidupan berbangsa tidak akan menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasidan ketidakadilan sosial. Contoh pancasila sebagai
pradigma dalam garis besar berarti harus bisa menghormati hak budaya
masyarakat komunal yang multikultur sehingga bisa dilibatkan di samping hak

140
Negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara dan hak asasi
individu. Sehingga semuanya bisa saling bersinergi(pandji setjo m.pd, 2009)
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi

Ketika gelombang gerakan reformasi melanda Indonesia maka seluruh


aturan main dalam wacana politik mengalami keruntuhan. Terutama praktek
praktek elit politik yang di hinggapi penyakit KKN. Bangsa Indonesia ingin
mengadakan suatu perubahan, yaitu menata masyarakat madani yang
sejahtera, masyarakat yang bermartabat kemanusiaan yang menghargai hak
menghargai hak;hak asasi manusia, masyarakat yang demokratis yang
bermoral religious serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Reformasi pada prinsipnya adalah suatu gerakan untuk mengembalikan
kepada dasar nilai nilai sebagainya yang di cita citakan bangsa Indonesia.
Tanpa landasan ideologis yang jelas maka gerakan reformasi akan mengarah
kepada anarkisme, disintregasi bangsa dan akhirnya jatuh pada kehanacuran
bangsa dan Negara Indonesia. Sebagai mana yang telah terjadi uni soviet dan
Yugoslavia.
Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu kerangka
structural tertentu ( dalam hal ini UUD) sebagai kerangaka acuan reformasi.
Reformasi pada prinsipinya gerkan untuk mengadakan suatu perubahan untuk
mengembalikan pada suatu structural yang ada karena adanya suatu
penyimpangan. Maka reformasi akan mengembalikan pada dasar serta system
Negara demokrasi, bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat sebagaimana
terkandung dalam pasal 1 ayat 2.
Perubahan yang dilakukan dalam reformasi harus mengarah kepada suatu
kondisi kehidupan rakyat yang lebih baik dalam segala aspeknya antara lain
di bidang politik, ekonomi social, budaya serta kehidupan keagamaan.
Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etika sebagai manusia
yang berketuhanan yang maha esa, serta terjaminnya persatuan dan kesatuan
bangsa.
Makna reformasi banyak di salah artikan sehingga gerakan masyarakat
yang melakukan perubahan atas nama gerakan reformasi juga tidak sesuai
dengan pengertian reformasi. Hal ini terbukti dengan maraknya gerakan
masyarakat yang mengatas namakan reformasi, melakukan kegiatan yang
tidak sesuai dengan reformasi, misalnya pemaksaan kehendak dengan
menduduki kantor instansi atau lembaga baik negri maupun swasta, memaksa
untuk mengganti pejabat dalam suatu instansi melakukan perusaknya, bahkan
yang paling memperihatinkan adalah melakukan pengerahan massa dengan
merusak toko toko, pusat perekonomian, kantor instansi pemerintah, dan lain-
lain.

141
1. Gerakan Reformasi

Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini bangsa Indonesia
menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia
tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terutama
praktek-praktek pemerintahan di bawah orde baru hanya membawa
kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk, system
ekonomi menjadi kapitalistik di mana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya
berada pada sebagian kecil penguasa dan konglomerat.
Terlebih lagi merajalelanya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pada
hampir seluruh instansi serta lembaga pemerintahan, serta penyalahgunaan
kekuasaan dan wewenang di kalangan para pejabat dan pelaksana
pemerintahan Negara membawa rakyat semakin menderita.
Para wakil-wakil rakyat yang seharusnya membawa amanat rakyat dalam
kenyataannya tidak dapat berfungsi secara demokratis, DPR serta MPR
menjadi mandul karena sendi-sendi demokrasi telah dijangkiti penyakit
nepotisme. Sistem politik dikembangkan kea rah sistem ‘’Birokratik
Otoritarian’’ dan suatu sistem ‘’Korporatik’’ {3}.

a. Gerakan Reformasi dan Ideologi Pancasila

Makna ‘Reformasi’ secara etimologis berasal dari kata ‘reformation’


dengan akar kata ‘reform’ yang secara semantic bermakna ‘make or become
better by removing or putting right what is bad or wrong’ (Oxford Advanced
Learner’s Divtionary of Current English, 1980, dalam Wibisono,1998:1{4}.
Secara harfiah reformasi memiliki makna : suatu gerakan untuk memformat
ulang, menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal
yang dicita-citakan rakyat (Riswanda, 1998) {5}(gianto, 2019)
b. Pancasila sebagai Sunber Nilai Perubahan Hukum
Sebagai paradigm dalam pembaharuan tatanan hukum Pancasila itu dapat
dipandang sebagai ‘’Cita-cita hukum’’ yang berkedudukan sebagai
Staatsfundamentalnorm dalam Negara Indonesia. Sebagai cita-cita hukum
Pancasila dapat memenuhi fungsi konstitutif maupun fungsi regulative.
Dengan fungsi regulatifnya Pancasila menentukan dasar suatu tata hukum
yang memberi arti dan makna bagi hukum itu sendiri sehingga tanpa dasar
yang diberikan oleh Pancasila maka hukum akan kehilangan arti dan
maknanya sebagai hukum itu sendiri. Sebagai Staatsfundamentalnorm
Pancasila merupakan pangkal tolak derivasi (sumber penjabaran) dari tertib
huum di Indonesia termasuk UUD 1945. Dalam pengertian inilah menurut

142
istilah ilmu hukum disebut sebagai sumber dari segala peraturan perundang-
undangan di Indonesia. (Mahfud,1999:59) {6}
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, (1) sumber formal hukum,
yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum,
yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya Undang-undang, Permen,
Perda; dan (2) sumber material hukum, yaitu suatu sumber hukum yang
menentukan materi atau isi suatu norma hukum (Darmodiharjo, 1996:206).
{7}
Dalam susunan yang hierarkhis Pancasila menjamin keserasian atau
tiadanya kontradiksi antara berbagai peraturan perundang-undangan baik
secara vertical maupun horizontal. Ini mengandung konsekuensi jikalauterjadi
ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum dengan norma hukum
lainnya yang secara hierarkhis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai
sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionalitas (unconstitutionality) dan
ketidaklegalan (illegality) dan karenanya norma hukum yang lebih rendah itu
batal demi hukum (Mahfud,1999:59) {8
Selain sumber nilai yang terkandung dalam Pancasila reformasi dan
pembaharuan hukum juga harus bersumber pada kenyataan empiris yang ada
dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi yang
dikehendakinya. Menurut Johan Galtung suatu perubahan serta
pengembangan secara ilmiah harus mempertimbangkan tiga unsur (1) nilai,
(2) teori (norma), dan (3) fakta atau realitas empiris (Galtung, 1980:30-333(dr.
ujang charda s,sh. m.h., 2018)

143
DAFTAR PUSTAKA

1. dr. h. mahpudin noor, m. si. (2019). pancasila ( m. s. dr. beni ahmad


saebeni, ed.). bandung: cv pustaka setia.
2. dr. ujang charda s,sh. m.h., m. i. . (2018). pendidikan pancasila.
jakrata: rajawali press.
3. Dr.asep sulaiman. (2012). pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan (irfan fadillah, ed.).
4. gianto. (2019). pendidikan filsafat pancasila (sunanik, ed.). ponorogo:
uwais inspirasi indonesia.
5. mr. kh hamid, M. a. (2013). pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan (drs. anas solehudin m.pd, ed.). bandung: pustaka
setia.
6. pandji setjo m.pd. (2009). pendidikan pancasila. jakarta: cikal sakti.
7. prof. dr. juhaya s. pradja, m. . (2018). pendidikan pancasila ( mag
suparman, ed.). bandung: sega arsy.
8. prof. dr. mr. drs. notonagoro. (1995). pancasila secara ilmiah
poepuler. jakarta: bumi aksara.
9. prof.dr.kaelan, ms. (2010). pendidikan pancasila. yogyakarta:
paradigma yogyakarta.
10. ufthi a maingak. (2012). pancasila sebagai paradigma sosial budaya.

144
PROFIL PENULIS

No Nama Foto Moto No. HP


.
1. M Belajarlah karena 082169294307
Zaky tiada orang yang
Anwar lahir dalam keadaan
berilmu/pintar

2. Nadine salah satu faktor 082113912331


L terpenting
kesuksesan adalah
hubungan baik
dengan allah

3. Rizki masalah kan terasa 085265877658


Kusnan ringan dengan
di bersabar dan
berlapang dada

145
4. Shafa jadilah mawar 082219651091
Raisya berduri bukan
untuk menyakiti
tetapi untuk
melindungi diri

146
BAB XIV
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI
PERWUJUDAN PANCASILA
KELOMPOK 12
EKONOMI SYARIAH B

No Nama NIM No Nama NIM


Muhammad Khadafi 119922005 Tita Mulyani 1199220090
1 3
1
Muhammad Rivan 119922005 Raisanti Az-
2 4 1199220068
Pamungkas 3 Zahra Hidayat
PEMBAHASAN
A. Hakikat Negara
B. NKRI adalah Negara Kebangsaan
C. Hubungan Individu dan Negara
D. Hubungan Masyarakat dan Negara
E. NKRI Sebagai Nilai-nilai Perwujudan Pancasila

SCOR BOOK

83
(13 Sitasi)

DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Hakikat Negara
Secara Umum Hakikat Negara - Sejak kata "negara" diterima
sebagai pengertian yang menunjukkan organisasi bangsa yang bersifat
teritorial (kewilayahan) dan mempunyai kekuasaan tertinggi, yang perlu
ada untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dan mencapai tujuan
bersama, sejak itu pula kata "negara" ditafsirkan dalam berbagai antara
lain sebagai berikut :
 "Negara" dipakai dalam arti penguasa, yaitu orang yang melakukan
kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal
dalam suatu wilayah tertentu
 "Negara" dipakai dalam arti persekutuan rakyat, yaitu suatu bangsa
yang hidup di suatu daerah, dengan dibawah kekuasaan tertinggi
menurut kaidah-kaidah hukum yang sama.

147
Dari penafsiran diatas dapat diketahui bahwa pengertian negara
dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti formal dan material.
 Dalam arti formal, pengertian negara adalah suatu organisasi
kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat. Negara dalam
pengertian diartikan seagai pemerintah (staat-overheid).
Karakteristik negara formal adalah kewenangan pemerintah untuk
menjalankan paksaan fisik secara legal.
 Dalam arti material, pengertian negara adalah suatu masyarakat
(staat-gemenschaap) atau negara sebagai persekutuan hidup.(Rijal,
2018)

A.1. Pengertian Negara Menurut Para Ahli


 Harold J. Laski : Negara adalah suatu masyarakat yang
diintegrasikan karena memiliki wewenang yang bersifat
memaksa yang secara sah lebih tinggi daripada indidvidu
atau kelompok-kelompok yang ada dalam negara
tersebut, untuk mencapai tujuan bersama.
 Aristoteles : Suatu persekutuan dari keluarga dan desa
untuk mencapai kehidupan yang sebaik-baiknya.
 Plato : Suatu organisasi kekuasaan manusia dan
merupakan sarana untuk tercapainya tujuan bersama.
 Max Weber : Suatu masyarakat yang mempunyai sebuah
monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik yang telah
berlaku dalam wilayah tertentu.
 John Locke : Sebuah badan atau organisasi hasil dari
perjanjian yang diputuskan masyarakat.
 Karl Marx : Alat kelas yang berkuasa untuk menindas
atau mengeksploitasi kelas yang
lainnya.(ZonaReferensi.com, 2018)
 Robert Maclver : Asosiasi yang menyelenggarakan
ketertiban di dalam suatu masyarakat, dalam suatu
wilayah berdasarkan suatu sistem hukum yang
diselenggarakan oleh suatu pemerintah dan untuk
maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.(Mclver,
1966)

A.2. Unsur-Unsur Negara


 Wilayah
 Rakyat
 Pemerintahan

148
 Kedaulatan.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan kesaktian


Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus menerus
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara
negara serta setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan,
baik di pusat maupun di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
arti Pancasila sebenarnya dan untuk mengetahui implementasi nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pancasila sebagai dasar
Negara dan mendasarkan diri pada hakikat nilai kemanusiaan
monopluralis maka pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan
pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok
negara.Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis
moralitas pertahanan dan keamanan negara.Oleh karena itu pertahanan
dan keamanan negara harus mengimplementasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila pancasila.Dan akhirnya agar benar-benar
negara meletakan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu negara
hukum dan bukannya suatu negara yang berdasarkan atas
kekuasaan.(Aminullah, 2007)
B. NKRI Adalah Negara Kebangsaan
Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia didunia adalah
sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa yang memiliki sifat kudrat sebagai
makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk
sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Oleh karena itu dalam
upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya secara sempurna
maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah
tertentu serta memiliki suatu tujuan tertentu. Dalam pengertian inilah maka
manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut sebagai
bangsa, dan bangsa yang hidup adalah wilayah yang memiliki tujuan
tertentu maka disebut sebagai negara.
Menurut Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya
suatu bangsa dalam panggung politik Internasional, yaitu suatu bangsa
yang modern yang memiliki kemerdekaan dan kebebasan, berlangsung
melalui tiga fase, yaitu zaman kebangsaan Sriwijaya, negara kebangsaan
Majapahit. Kedua zaman negara kebangsaan tersebut adalah merupakan
kebangsaan lama dan kemudian pada gilirannya masyarakat Indonesia
membentuk suatu Nationals Staate, atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu
negara kebangsaan Indonesia modern menurut susunan kekeluargaan
berdasar atas ketuhanan yang Maha Esa serta kemanusiaan.

149
Negara Indonesia adalah merupakan suatu perwujudan kehidupan
bersama suatu bangsa yang tersusun atas berbagai elemen, yaitu etnis,
suku, ras, golongan, budaya, kelompok, maupun agama. Hal ini
berdasarkan keyakinan bahwa hakikat manusia menurut bangsa Indonesia
adalah selain sebagai individu syang memiliki kebebasan, juga sebagai
makhluk sosial (warga masyarakat) yang memiliki tanggung jawab.
 Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa pada hakikatnya
memiliki sifat kodrat, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Oleh Karena itu bangsa pada hakikatnya adalah merupakan suatu
penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam merealisasikan
harkat dan martabat kemanusiaannya.
Oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia sebagai suatu pernyataan
hak kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Maka dalam
pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “… Kemerdekaan adalah
hak segala bangsa” pernyataan tersebut merupakan suatu pernyataan
universal hak kodrat manusia sebagai bangsa, manusia dalam
merealisasikan sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.
 Teori Kebangsaan
Dalam tumbuh berkembangnya bangsa atau juga disebut sebagai
‘Nation’, terdapat berbagai teori besar yang merupakan bahan
kompirasi bagi proses pendirian negara Indonesia, untuk mewujudkan
suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Teori-teori
kebangsaan tersebut ialah sebagai berikut :
Teori Hans Kohn : Hans kohn mengemukakan teorinya tentang
bangsa, yang dikatakannya bahwa bangsa yaitu terbentuk karena
persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara, dan
kewarganegaraan.
Teori Ernest Reman : Hakikat bangsa atau wation ditinjau secara
ilmiah oleh seorang ahli dari Academmic Francaise, paris pada tahun
1962. Ia mengatakan kajian ilmiah tentang bangsa berdasarkan
psikologi etnis. Setelah mengadakan tinjauan historis tentang
pertumbuhan masyarakat manusia zaman purba, zaman pertengahan,
sampai abad XIX tentang bentuk-bentuk pengarahan hidup beserta
timbul tenggelamnya berbagai bangsa, akhirnya beliau sampai pada
penegasan tentang prinsip-prinsip bangsa.
Ernest Reman menegaskan bahwa faktor-faktor yang membentuk jiwa
bangsa adalah sebagai berikut :
a. Kejayaan dan kemuliaan dimasa lampau
b. Suatu keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang dan dimasa
yang akan datang.

150
c. Penderitaan-penderitaan bersama
d. ‘Le Capital Social’ (suatu modal sosial) bagi pembentukan dan
pembinaan paham kebangsaan.
e. Persetujuan bersama pada masa sekarang
f. Keinginan untuk hidup bersama dengan kesediaan untuk :
g. Berani memberikan suatu pengorbanan.
h. Pemungutan suara setiap saat.(Ismaun, 1981)
Teori Geopolitik Frederrick Ratzel : Suatu teori kebangsaan yang
baru mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan
bangsa yang dikembangkan oleh Frederrick Ratzel dalam bukunya
yang berjudul “Political Geography” (1987) menyatakan bahwa negara
adalah merupakan organisme yang hidup. Agara suatu bangsa itu hidup
subur dan kuat maka memerlukan suatu ruangan untuk hidup, dalam
bahasa Jerman disebut “Lebensraum”.(Polak, 1960)
 Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang, sejak zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit, serta
dijajah oleh bangsa asing selama tiga setengah abad. Unsur masyarakat
yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku
bangsa, adat istiadat, kebudayaan, dan agama serta berdiam daslam
suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau.(Prof. Dr. Kaelan,
2014)

Sejak reformasi bergulir di Indonesia, terdapat dua kecenderungan


yang berkembang dalam masyarakat. Pada satu sisi, masyarakat berharap
bahwa penegakan demokrasi di segala bidang dapat ditegakkan, tetapi di
sisi lain, sebagai akibat dari euphoria politik, masyarakat cenderung keluar
dari koridor ketatanegaraan dan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan
karakter masyarakat yang berakal dan beradab. Kecenderungan yang kedua
ini muncul karena pilar-pilar bangsa- Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia- telah dinafikan
bahkan dilupakan. Tulisan ini mengkaji upaya penegakan empat pilar
bangsa sebagai suatu strategi dalam menjaga keutuhan NKRI. Dalam upaya
tersebut, langkah utama yang harus dilakukan adalah merevitalisasi secara
epistemologis Pancasila lewat kajian-kajian ilmiah di dunia pendidikan.
Selain dari itu, konsepsi dan makna dari empat pilar kebangsaan tersebut
harus juga diperkenalkan dan dikembangkan dalam wacana publik. Melalui
langkah-langkah ini, kristalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam pilar-
pilar kebangsaan tersebut dapat diwujudkan tanpa melalui proses
pemaksaan dan penggunaan hegemoni kekuasaan.(Irham, 2017)

C. Hubungan Antara Individu dan Negara

151
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk jasmani rohani, makhluk
pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk seosial yang merupakan sifat dasar
dari totalitas manusia dalam negara. Relasi yang mengacu kearah
terbentuknya kebersamaan yang bersifat totalitas hanyalah relasi yang
ekuivalensi, yaitu disatu sisi mengandung kemiripan atau kesamaan.
Kondisi tergantung oada yang lain menunjukan bahwa manusia
bukanlah makhluk total individu dan juga total sosial. Tanpa memiliki
martabat, manusia tidak mampu melakukan interaksi. Ikatan individu
dalam negara bukanlah bersifat totalitas integralistik melainkan sifat
atomis. Maka konsekuensinya negara merupakan suatu kontrak antar
individu yang disebut ‘kontrak sosial’. Maka negara pada hakikatnya
merupakan alat dari individu untuk menjamin dan melindungi hak serta
kepentingannya.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang baru saja
membangun demokrasi setelah keluar dari otoritarianisme orde baru pada
tahun 1998. meski demikian hingga kini banyak kalangan berpendapat
bahwa Indonesia masih dalam tahap “Demokratisasi”.
Artinya demokrasi yang kini coba kita bangun belum benar-benar berdiri
dengan mantap. Masih banyak hal yang perlu dibangun, bukan hanya
berkaitan dengan sistem politik, tetapi juga budaya, hukum, dan
perangkat-perangkat lain yang penting bagi tumbuhnya demokrasi dan
masyarakat madani.Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya sudah
banyak dibahas atau bahkan dicoba diterapkan di Indonesia. Pada awal
kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan negara-masyarakat telah
diatur dalam UUD 1945. Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya
pemerintahan yang segenap tumpah darah Indonesia, mewujudkan
kesejahteraan umum dan ikut serta dalam perdamaian dunia. Semua itu
merupakan gagasan-gagasan dasar yang melandasi kehidupan negara yang
demokratis.(Raha, 2019)

D. Hubungan Masyarakat dan Negara


Membicarakan hubungan antara negara dan masyarakat pada
hakikatnya adalah membicarakan suatu hubungan kekuasaan, ialah antara
yang berkuasa dan yang dikuasai. Dalam banyak pembicaraan, negara
yang terpersonifikasi dalam rupa para pejabat penyelenggara kekuasaan
negara, baik yang berkedudukan dalam jajaran yang sipil maupun yang
militer – itulah yang sering diidentifikasi sebagai sang penguasa.
Sementara itu, yang sering kali hendak diidentifikasi sebagai pihak yang
dikuasai tidaklah lain daripada ‘masyarakat’ , atau tepatnya para warga
masyarakat.(Soetandyo Wignjosoebroto, 2018)

152
Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan
sehingga negara adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri
dalam negara, dengan kewibawaannya dan ia angkat untuk menata dang
mengatur dirinya dalam mencapai kesejahteraan bersama dalam
hidupnya.(Prof. Dr. Kaelan, 2014)
Hubungan antara masyarakat dan negara adalah hierarkhis
neogenetik. Masyarakat sebagai suatu totalitas adalah merupakan produk
dari interaksi antara segenap golongan yang ada dalam suatu kebersamaan
hidup. Baik kelahirannya maupun kelanjutan eksistensinya, masyarakat itu
tergantung dari golongan-golongan yang melahirkannya. Inilah yang
merupakan ciri pokok dari realsi neogenetik sehingga relasi-relasi antara
masyarakat dan antara warganya yang berwujud golongan-golongan itu
adalah saling ketergantungan. Hal inilah yang merupakan manifestasi
makhluk sosial dalam realisasi terwujudnya persekutuan hidup bersama
yang disebut negara secara integral.
Negara mengatasi segala golongan yang ada dalam masyarakat.
Negara tidak memihak pada salah satu golongan, negara bekerja demi
kepentingan seluruh rakyat. Hal ini sebagai konsekuensi bahwa negara
pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu negara
untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat. Demikian pula
negara tidak boleh menjadi ‘totalitarianisme’, karena negara merupakan
hasil interaksi saling memberi dan saling ketergantungan, oleh karena itu
totalitarian akan mematikan eksistensi negara itu sendiri.
Sebagai suatu fenomena yang telah dan sedang merubah dunia,
globalisasi mempengaruhi sebahagian besar hidup kita, secara sedar
ataupun tidak, mahu tidak mahu. Dalam era globalisasi, isu-isu budaya dan
identiti bangsa, serta isu perpaduan dalam negara menghadapi pelbagai
cabaran. Antara cabaran yang paling utama ialah bagaimana globalisasi
akan mempengaruhi budaya saintifik dan teknologi di negara kita ini.
Apakah dengan globalisasi kita akan bergerak dari masyarakat pengguna
teknologi, kepada masyarakat penyumbang peradaban dan teknologi
sebagaimana yang dicita-citakan dalam 9 cabaran Wawasan 2020
menerusi ucapan Tun Dr. Mahathir Mohamad yang bertajuk “The Way
Forward” pada tahun 1991.(Azhar & Hamid, 2020)
E. NKRI Sebagai Nilai-nilai Perwujudan Pancasila
Menurut para pendiri bangsa yang merumuskan Pancasila, menyadari
bahwa Indonesia memiliki ribuan pulau, ratusan bahasa, suku, dengan
tradisi budayanya yang beragam. Untuk itu, diperlukan landasan
bernegara yang bisa diterima semua pihak. Dengan demikian, Pancasila
selain menjadi dasar dan falsafah negara satu-satunya sekaligus alat
pemersatu bangsa. Selain itu, Pancasila juga menjadi “roh” penggerak
bangsa Indonesia dalam menapaki setiap tantangan zaman.

153
Dalam menghadapi tantangan ini, nilai-nilai ideal yang terkandung
dalam kelima sila Pancasila harus menjadi realitas bangsa. Sebagai
penggagas Pancasila, Soekarno sendiri pernah mengatakan, Pancasila
baru akan menjadi realitas dengan “perjuangan, perjuangan, dan sekali
lagi perjuangan.” Perjuangan itu akan berlanjut terus dalam Indonesia
merdeka sebagai sebuah bangsa. “Nanti kita bersama-sama sebagai
bangsa yang bersatu padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang
kita cita-citakan dalam Pancasila”.
Untuk itu, Pancasila adalah ruang yang hidup dan dinamis dalam
merespon tantangan zaman. Sebagai ruang hidup, Pancasila mempunyai
sejarah dan proses penerimaan yang dinamis di antara warga negara.
Proses dinamis yang menyejarah ini akan terus berlangsung selama NKRI
berdiri kokoh di negeri ini.
Pancasila juga dapat di anggap sebagai konsensus bangsa untuk
memperjuangkan lima agenda pokok visi kebangsaan. Di mana nilai-nilai
fundamental yang positif dari ideologi modern diakomodasi seperti
keadilan sosial, HAM, kesetaraan, persatuan bangsa, demokrasi, serta
paham religiusitas.
Dalam konteks ini, Pancasila dapat dikatakan kristalisasi semua ideologi
bagi panduan bangsa Indonesia melintasi tantangan zaman. Sementara
upaya menuju nilai ideal kelima sila Pancasila adalah sebuah proses
sejarah panjang bangsa Indonesia yang terus berlangsung sampai hari ini.
Karena itu, Pancasila terus berproses secara dialektis antara manusia
Indonesia dan ide Pancasila di setiap kurun zaman.
Dalam sila pertama Pancasila adalah nilai nilai Ke-Tuhanan sebagai
sumber etika dan spiritualitas kehidupan bernegara. Sebagai negara yang
dihuni multiagama dan keyakinan, negara harus melindungi dan
mengambil jarak yang sama terhadap semua agama/ keyakinan. Nilai-
nilai sila kedua Pancasila adalah “prinsip kebangsaan” yang mengarah
pada persaudaraan dunia. Keluar, bangsa Indonesia akan ikut dalam
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Ke dalam, bangsa Indonesia mengakui dan memuliakan hak-hak
dasar warga negaranya. Sila ketiga dari Pancasila menyatakan bahwa
Indonesia adalah negara persatuan kebangsaan yang mengatasi paham
golongan dan perseorangan. Persatuan dari kebinekaan masyarakat
Indonesia, yang memberi ruang hidup bagi aneka perbedaan agama/
keyakinan, budaya, bahasa, dan suku bangsa. Pada sila keempat Pancasila
dapat dianggap sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Dalam prinsip
musyawarah mufakat keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas
atau kekuatan minoritas elite politik dan pengusaha. Sementara sila
kelima Pancasila dapat dibaca bahwa bila empat sila dijalankan akan

154
melahirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(neraca.co.id,
2019)
Buku yang ditulis oleh para ahli ini (Moerdiono, Soerjanto
Poespowardojo, A. Hamid S. Attamimi, Padmo Wahjono, M.
Sastrapratedja, Abdrahman Wahid, Selo Sumardjan, Alfian, Mochtar
Kusumaatmadja, Mubyarto, Sri Edi Swasono, Bintoro Tjokroamidjojo,
Saafroedin Bahar) yang disuntinmg oleh Oetojo Oesman dan Alfian
dengan judul Pancasila sebagai Ideologi dalam bermasyaraka, berbangsa
dan bernegara mempunyai 14 bab dan 2 lampiran. Dalam buku “Pancasila
sebagai Ideologi dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”
membahas tentang Pengertian Pancasila sebagai Ideologi dalam lingkup
luas, penjabaran Tiga tahapan kesadaran ideologis pancasila itu adalah
pancasila sebagai ideologi persatuan, pancasila sebagai ideologi
pembangunan, dan pancasila sebagai ideologi terbuka, dalam rangka
menempatkan pancasila sebagai cita hukum dalam kehidupan hukum
bangsa indonesia, menguraikan berturut-turut mengenai : hukum dan
kedudukannya dalam negara republik indonesia, undang-undang dasar
1945 dan pancasila, ketetapan M.P.R.S no. XX/MPRS/1966dan
pancasila, Para ahli dan pancasila, peranan cita hukum pancasila dalam
kehidupan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis dan mengoperasikan
pancasila dan norma fundamental negara pancasila dalam pembentukan
perundang-undangan. Buku ini juga membahas tentang pancasila dalam
hubungan ketatanegaraan, jabatan serta organisasi di indonesia, Relevansi
pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik bangsa kita antara lain
terletak pada kualitas yang terkandung dalam dirinya. Disamping itu
relevansinya juga terletak pada posisi komparatifnya. Buku ini tidak
mempersoalkan karakteristik pancasila sebagai ideologi dan tidak
mengemukakan persoalan-persoalan pokok apa yang harus diperhatikan
apabila kita mau membawa pancasila kedalam pergaulan indonesia
dengan dunia internasional. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
ideologi pancasila dalam kehidupan ekonomi, birokrasi/aparatur
pemerintahan, dan kehidupan pertahanan keamanan. Kelebihan buku ini
adalah Penjelasan yang sudah rinci, disertai dengan contoh-contoh
penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Juga buku ini ditulis oleh para ahli dan keabsahannya bisa
dipertanggung jawabkan. Kekurangan dalam buku ini adalah bahasa yang
sulit untuk dimengerti dan terlalu bertele-tele menyebabkan pembaca sulit
untuk memahaminya. Buku ini layak dibaca untuk para mahasiswa untuk
menambah pengetahuan mengenai Pancasila sebagai Ideologi dalam
Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.(Anonymous, 1988)

NKRI adalah Negara kebangsaan yang berpersatuan

155
Hakikat Negara persatuan adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada
hakikatnya mewakili diri pada penyelenggaraan Negara, menata dan mengatur
dirinya dalam Negara dalam mencapai suatu tujuan hidupnya. Sebagai suatu
totalitas masyarakat memiliki suatu kesatuan tidak hanya dalam arti lahiriah,
melainkan juga dalam arti batiniah, atau kesatuan idea yang menjadi fondamen
dalam kehidupan kebangsaan (besar 1995:83)
Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari Negara
bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur unsur
Negara yang bersifat fundamental. Unsur unsur yang membentuk Negara
meskipun berbeda beda, beraneka ragam, suku bangsa, kebudayaan, agama,
maupun golongan, namun merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan
bersama yang disebut Negara. Kesatuan dalam perbedaan itu bukanlah berarti
semua unsur negara melarutkan diri dalam Negara, melaikan persatuan dalam
persamaan untuk mencapai tujuan bersama, dalam meningkatkan
kesejahteraan dan harkat serta martabat kemanusiaannya. Demikian juga
Negara kesatuan bukanlah suatu kesatuan individu individu sebagaimana
diajarkan paham individualisme-liberlisme, sebab menurut paham Negara
kesatuan bahwa manusia adalah individu sekaligus juga makhluk sosial. Oleh
karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis
ontologis Negara kesatuan itu adalah kodrat yang diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan
menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang kausa
materialisnya berbagai etnis, golongan, ras, agama serta primordial lainnya di
nusantara secara moral menentukan kesepakatan untuk membentuk suatu
bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Semangat moralitas bangsa itu oleh founding
fathers kita diungkapkan dalam suatu seloka, yang merupakan simbol semiotis
moralitas bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini mengandung nilai nilai
etis bahwa setiap manusia apapun ras, entis, agama adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (sila I), pada hakikatnya sama berdasarkan harkat dan
martabat manusia yang beradab (sila II).
Pandangan filiosofis menurut Pancasila bahwa sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu yang memiliki ciri khas, kepribadian, namun
demikian juga sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa pada hakikatnya adalah sama, dalam pengertian hakikat sifat kodrat
manusia, dan manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, untuk
melakukan suatu interaksi sosial yang baik. Oleh karena itu manusia

156
membentuk suatu persekutuan hidup, untuk merealisasikan seluruh cita cita
bersama manusia lainnya, hubungan itu disebut Negara. Berbagai macam
suku, kelompok, kebudayaan maupun agama meskipun bawan kodratnya
memiliki perbedaan namun membentuk suatu ikatan persatuan demi tujuan
yang lebih mulia yaitu kesejahteraan hidup masyarakat bersama.
Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus
mendasarkan pada kesadaran moralitas multicultural. Dewasa ini fakta
menunjukan moral multikultural kita semakin pudar terutama dalam proses
demokrasi.
Pasca penerapan otonomi daerah yang kurang mengakomodir ‘Bhinneka
Tunggal Ika’ yang merupakan esensi Negara kesatuan, dan nilai nilai
Pancasila yang merupakan core philosophy Negara Kesatuan Republik
Indonesia, banyak dirasakan nasionalisme Indonesia semakin pudar.
Oleh Karena itu lunturmya nasionalisme kita terutama dikalangan generasi
muda antara lain sebagai akibat pengaruh global yang sangat kuat sementara
upaya untuk melakukan revitalisasi tidak memadai. Konsep pemikiran
nasionalisme para pendiri Negara yang tertuang dalam pancasial, merupakan
karya yang khas yang secara antropologis merupakan ‘local genius’ bangsa
Indonesia (Ayatrohaedi, 1986). Pemikiran tentang kenegaraan dan
kebangsaan yang dikembangkan oleh para pendiri Republik ini merupakan
suatu hasil proses pemikiran eklektis inkorporasi, menurut istilah
Notonagoro. Oleh karena itu karya besar bangsa ini setingkat dengan
pemikiran besar dunia lainnya seperti, liberalisme, sosialisme, komunisme,
pragmatisme, sekularisme, serta paham besar lainnya.
NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan.
Negara menurut filsafat Pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Hakikat
rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu
dan hidup dalam suatu wilayah Negara. Oleh karena itu harus seusai dengan
hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal mula
kekuasaan Negara. Namun demikian pemahaman demokrasi itu hanya secara
harpiah. Demokrasi hanya dipahami sebagai suatu kebebasan individu dalam
Negara. Atau bahkan kadang perspektif demokrasi hanya dipahami pada taraf
praksis, misalnya pemilu bahkan langsung dan bebas.
Untuk memahami perspektif demokrasi penting dipahami pandangan Torres
yang membahas bahwa demokrasi dipahami dalam dua aspek yaitu formal
democracy dan substantive democracy. Formal democracy diartikan sebagai

157
suatu sistem pemerintahan. Adapun substantive democracy menunjuk pada
proses demokrasi, yang diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi.
Pertama, protektif demokrasi yang menunjuk pada rumusan Jeremy Bentham
dan James Mille, yang ditandai oleh…de hegemony of market economic atau
kekuasaan ekonomi pasar, dimana proses pemilihan umum dilakukan secara
regular sebagai upaya untuk memajukan pasar dari tirani Negara.
Kedua, develop mental demokrasi yang ditandai oleh konsepsi, konsepsi
manusia sebagai manusia yang mampu mengembangakan kekuasaan dan
kemampuannya.
Ketiga, penyeimbang nilai partisipasi dan apatisme, karena apatisme
dikalangan mayoritas warga Negara menjadi fungsional bagi demokrasi,
karena partisipasi yang intensif dipandang tidak efisien bagi individu yang
rasional.
Keempat, keterkaitan antara perubahan dan ketidakseimbangan sosial.
Berdasarkan teori dan konsep pemikiran demokrasi dan praksis demokrasi,
maka seharusnya dipahami dalam perspektif yang komprehensif, yaitu
meliputi aspek filosofis (landasan substansial demokrasi), aspek normatif
(menyangkut bagaimana norma norma sebagai asas dan aturan dalam
demokrasi), aspek praksis (pelaksanaan demokrasi yang berdasarkan norma
peraturan perundangan yang berlaku dan moralitas masyarakat bangsa).
Bentuk bentuk demokrasi
Sistem presidensial : system yang menekankan pentingnya pemilihan presiden
secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara
langsung dari rakyat.
System parlementer : system ini menerapkan model hubungan yang menyatu
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Adapun system demokrasi yang mendasarkan pada prinsip filosofi Negara :
1. Demokrasi perwakilan liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia sebagai makhluk individu yang bebas.
2. Demokrasi satu partai dan komunisme
Menurut system demokrasi ini masyarakat tersusun atas komunitas
komunitas yang terkecil. Komunitas yang paling kecil yang akan

158
memilih wakil wakil untuk unit unit administrative yang besar
misalnya distrik atau kota, unit administrative yang lebih besar akan
memilih calon calon administratif yang lebih besar lagi. Susunan ini
dikenal dengan struktur ‘piramida’.
3. Demokrasi deliberative
Dalam pelaksanaan demokrasi ini tidak hanya didasarkan atas prinsip
kuantitas matematis belaka, melainkan dalam berbagai aspek
ditentukan dengan musyawarah, dengan berbagai pertimbangan akan
tetapi tetap paradigmanya demi kesejahteraan rakyat.
Sebagai suatu Negara berkeadilan sosial maka Negara Indonesia yang
berdasarkan pancasila sebagai suatu Negara kebangsaan, bertujuan untuk
melindungi segenap warganya. Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat
bangsa dan Negara harus terwujud keadilan sosial, yang meliputi tiga hal yaitu
:
1. Keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu Negara terhadap
warganya
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya
untuk mentaati peraturan perundangan
3. Keadilan komutatif (keadilan antar sesame warga Negara), yaitu
hubungan keadilan antara warga satu dengan warga lainya secara
timbal balik (notonagoro, 1975).

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu Negara
kebangsaan harus berdasarkan hukum. Sehingga sebagai suatu Negara hukum
harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu :
1. Pengakuan dan perlindungan atas HAM
2. Peradilan yang bebas
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.

Berdasarkan asas keadilan sebagai mana terkandung dalam sila ke lima


pancasila, seharusnya tidak meninggalkan hakikat Negara persatuan
‘bhinneka tungga ika’, karena praktek otonomi daerah yang tidak
mendasarkan pada prinsip Negara persatuan menimbulkan disparitas
dibidang ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayaan. Prinsipnya berdasarkan
sila kelima pancsila, prinsip demokrasi melalui otonomi daerah harus tetap
diarahkan pada tujuan pokok Negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat dan
tetap melatakan pada prinsip persatuan.(Prof. Dr. Kaelan, 2014)

159
NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa.

Dasar ontologis negara kebangsaan indonesia yang berdasarkan


pancasila adalah hakikat manusia “monopluralis”. Manusia secara filosofis
memiliki unsur ‘susunan kodrat’ jasmani (raga) dan rohani (jiwa), sifat kodrat
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta ‘kedudukan kodrat’
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa serta sebagai makhluk pribadi
penjelmaan hakikat manusia ‘monopluralis’ tersebut dalam suatu persekuruan
hidup yang disebut bangsa dan negara. Negara tersebut adalah suatu negara
kebangsaan yang integralistik dan ber-Ketuhanan yang Maha Esa
(Notonagoro, 1975).
Sesuai dengan makna negara kebangsaan indonesia yang berdasarkan
Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara maka
memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan serta religiusitas. Dalam pengertian
inilah maka negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara Kebangsaan yang
ber-Ketuhanan Yang Maha Esa . landasan pokok sebagai pangkal tolak paham
tersebut adalah Tuhan adalah sebagai Sang Pencipta segala sesuatu (kausa
prima). Kodrat alam semesta, keselarasan antara mikro kosmos dan makro
kosmos, keteraturan segala ciptaan, kesatuan saling hubungan dan saling
ketergantungan antara satu dengan lainnya, atau dengan lain perkataan
kesatuan integral, pada hakikatnya adalah merupakan kodrat ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa (Parieta, 1995:274). Oleh karena itu setiap individu yang
hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan, maka bangsa dan
negara sebagai totalitas yang integral Berketuhanan, demikian pula setiap
warganya ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada negara
Kebangsaan Indonesia, yaitu bukan merupakan negara sekuler yang
memisahkan antara agama dengan negara demikian juga bukan merupakan
negara agama yaitu negara yang mendasarkan atas agama tertentu. Negara
kebangsaan Indonesia adalah negara yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa
menurut atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu Negara
Kebangsaan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan , dengan
segala hak dan kewajibannya.
Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama
adalah merupakan suatu keyakinan bathin yang tercermin dalam hati sanubari
dan tidak dapat dipaksakan. Dengan perkataan lain, negara menjamin
kemerdekaan setiap penduduk untuk memeluk agama dan beribadah menurut
agama dan kepercayaannya masing-masing, Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2).
Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah merupakan hak asasi
manusia yang paling mutlak, hak dan kebebasan itu merupakan suatu pilihan

160
pribadi masing-masing manusia yang disertai tanggung jawab pribadi. Setiap
umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan meningkatkan
kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib
memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya
dan pada penyelenggara negara khususnya, berdasarkan nilai-nilai pancasila.

Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah ‘Ketuhanan


Yang Maha Esa’. Oleh karena sebagai dasar negara maka sila tersebut
merupakan sumber nilai, dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraaan negara, baik yang bersifat material maupun spiritual. Hal
ini mengandung konsekuensi bahwa nilai-nilai Ketuhanan harus dijabarkan
dalam realisasi penyelenggaraan negara dalam arti material anatar lai, bentuk
negara, tujuan negara, tertib hukum dan sistem negara. Adapun yang bersifat
spiritual antara lain moral agama dan moral penyelenggara negara.
Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila ‘Ketuhanan Yang
Maha Esa’ merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita untuk
menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara.
Dengan dasar sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, maka politik negara
mendapat dasar moral yang kuat, memimpin kerohanian aah jalan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudraan (Hatta, Panitia Lima, 1984).
Hakikat ‘Ketuhanan Yag Maha Esa’ secara ilmiah filosofis
mengandung makna terdapat kesesuaian hubungan sebab-akibat antara Tuhan,
manusia dengan negara. Hubungan tersebut baik bersifat langsung maupun
tidak langsung. Adapun manusia diciptakan oleh Tuhan karena manusia
adalah sebagai makhluk Tuhan (Kaelan dalam Ensiklopedi Pancasila, 1995:
110-115).
Dalam kaitan dengan hukum tertib Indinesia maka secara material nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, Esa harus merupakan sumber bahan dan sumber
nilai bagi hukum positif di Indonesia. Dalam pengertian ini dalam Pembukaan
UUD 1945 terdapat nilai-nilai hukum Tuhan (Alinea III), hukum Kodrat
(Alinea I), dan hukum Etis (Alinea III). Nilai-nilai hukum tersebut merupakan
nilai bagi setiap perumusan dan produk hukum positif di Indonesia (Kaelan
dalam Ensiklopedi Pancasila 1995: 116).

a. Hubungan Negara dengan Agama


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan
hidup bersama sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai

161
makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar
kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara
sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan
dengan manusia lain dalam mencapai tujuan bersama.

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila


Menurut pancasila negara adalah berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hail ini termuat dalam penjelasan Pembukaan UUD 1945 yaitu
pokok pikiran keempat. Bila mana dirinci hubungan negara
dengan agama menurut pancasila adalah sebagai berikut:
1. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Setiap warga memiliki hak asasi untuk memeluk dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-masing
3. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekulerisme karena
hakikatnya manusia berkedudukan kodrat sebagai makhluk
Tuhan
4. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan
agama dan antar pemeluk agama
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama, karena
ketaqwaan itu bukan hasil paksaan bagi siapapun
6. Harus memberikan toleransi kepada orang lain dalam
menjalankan agama dalam negara
7. Segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa terutama norma-norma
8. Negara pada hakikatnya adalah merupakan “.... Berkat
Rahmat Allah Yang Maha Esa” (Bandingkan dengan
Notonagoro, 1975)

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham


Theokrasi

Menurut paham theokrasi bahwa antara negara dengan


agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama,
pemecahan dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan,
segala tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
didasarkan atas firman-firman Tuhan. Dengan demikian agama
menguasai masyarakat politis (Hekeun dalam Suhadi, 1998:
114). Dalam praktek kenegaraan terdapat dua macam
pengertian negara menurut Theokrasi, yaitu:
1. Negara Theokrasi Langsung

162
Dalam sistem negara theokrasi langsung kekuasaan adalah
langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara
didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan yang
memerintah adalah Tuhan (Kusnadi, 1995: 60)
2. Negara Theokrasi Tidak Langsung
Berbeda dengan sistem negara theokrasi langsung, dalam
negara theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang
memerintah dalam negara, malinkan Kepala Negara atau
Raja yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Kepala
Negara atau Raja memerintah atas kehendak Tuhan,
sehingga kekuasaan dalam negara merupakan karunia dari
Tuhan (Kusnadi, 1995: 63)

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekulerisme


Dalam sekulerisme membedakan dan memisahkan
anatara agama degan negara. Oleh karena itu dalam suatu
negara yang berpaham sekulerisme bentuk, sistem serta segala
aspek kenegaraaan tidak ada hubungannya dengan agama.
Sekulerisme berpandangan bahwa negara adalah masalah-
masalah keduniawian hubungan manusia dengan manusia,
adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut
hubungan manusia denagn Tuhan. Walaupun dalam negara
sekuler membedakan antara negara dengan agama, namun
lazimnya warga negara diberikan kebebasan dalam memeluk
agama masing-masing.

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham


Liberalisme

Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada


kebebasan individu. Negara adalah merupakan alat aatu sarana
individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasan individu. Paham liberalisme dalam
pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh paham rasionalisme
yang mendasarkan atas kebenaran rasio, materialisme yang
mendasarkan atas hakikat materialisme yang mendasar atas
kebebasan individu (Poespowardoyo, 1989: 185)
Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk
mmeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya masing-masing. Nmaun dalam negara liberal juga
diberi kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau

163
atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan warganya
untuk menilai dan mengkritik agama misalnya tentang Nabi,
Rasul, Kitab Suci bahkan Tuhan sekalipun.
Nilai-nilai dalam negara dibedakan dan dipisahkan
dengan negara, kepurusan dan ketentuan kenegaraan terutama
peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
keepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.
Walaupun ketentuan tersebut bertentangan dengan norma-
norma agama.

 Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham


Komunisme

Paham komunisme dalam memandang hakikat


hubungan negara dengan agama mendasarkan pada pandangan
filosofis materialisme dialektis dan materialsme historis.
Hakikat kenyataan tertinggi menurut paham komunisme adalah
materi. Namun materi menurut komunisme berada pada
ketegangan intern secara dinamis bergerak dari keadaan (tesis)
ke keadaan lain (antitesis) kemudian menyatukan (sintesis) ke
tingkat yang lebih tinggi. Selanjutnya sejarah bagaimana
berlangsungnya suatu proses sangat ditentukan oleh fenomena-
fenomena dasar yaitu, dengan suatu kegiatan-kegiatan yang
paling material yaitu fenomena-fenomena ekonomis. Dalam
pengertian inilah menurut Komunisme yang dipelopori olrh K.
Marx, menyatakan bahwa manusia adalah merupakan suatu
hakikat yang menciptakan dirinya sendiri dengan
menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat
menentukan dalam perubahan sosial, politik, ekonomi,
kebudayaan bahkan agama. Dalam pengertian ini maka
komunisme berpaham atheis, karena manusia ditentukan oleh
dirinya sendiri.
Agama menurut komunisme adalah suatu kesadaran
diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan masyarakat
negara. Agama menurut komunisme juga adalah realisasi
fanatis makhluk manusia, keluhan makhluk tertindas. Oleh
karena itu menurut komunisme Mrxis, agama adalah
merupakan candu masyarakat (Marx dalam Louis Leahy,
1992: 97-98)
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat
atheis bahkan antitheis, melarang dan menekan kehidupan
agama. Karena nilai yang tetinggi dalam negara adalah materi

164
sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.(Prof. Dr.
Kaelan, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

1. Aminullah. (2007). Inplementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam


Kehidupan. PKPSM IKIP Mataram. https://doi.org/ISSN 2355-6358
2. Anonymous. (1988). Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. Тер. Арх.
3. Azhar, M., & Hamid, A. (2020). Globalisasi dan hubungan etnik.
Hubungan Etnik Di Malaysia: Perspektif Teori Dan Praktik.
4. Irham, M. A. (2017). PENGAMANAN PILAR BANGSA DAN
MASA DEPAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
KALAM. https://doi.org/10.24042/klm.v6i1.398
5. Ismaun. (1981). Pendidikan Pancasila (Paradigma). Yogyakarta.
6. Mclver, R. M. (1966). The Modern State (Oxford Pap). Oxford.
7. neraca.co.id. (2019). Pancasila Harga Mati NKRI. Retrieved
September 20, 2019, from 20 September 2019 website:
http://www.neraca.co.id/article/85761/pancasila-harga-mati-nkri
8. Polak. (1960). Pendidikan Pancasila (Paradigma). Yogyakarta.
9. Prof. Dr. Kaelan, M. S. (2014). Pendidikan Pancasila (Paradigma).
Yogyakarta.
10. Raha, S. (2019). DEMOKRASI PANCASILA. Academia.
11. Rijal. (2018). Hakikat Negara dan Unsur Unsur Negara. Retrieved
from https://www.rijal09.com/2018/04/hakikat-dan-unsur-unsur-
negara.html
12. Soetandyo Wignjosoebroto. (2018). Hubungan Masyarakat dan
Negara.
13. ZonaReferensi.com. (2018). Pengertian Negara menurut para ahli.
Retrieved from https://www.zonareferensi.com/pengertian-negara/

165
PROFIL PENULIS
N Nama Foto Moto No. HP
o.
Bermimpi, 08974137402
Berjuang, dan
Berdoa
Muhammad
1.
Khadafi

Kesempatan 089664509111
bukanlah hal
yang kebetulan,
Muhammad Rivan kita yang
2.
Pamungkas menciptakan

If you think can, 082119381627


yes you can.

3. Tita Mulyani

Make your 083898762733


Parents proud,
Raisanti Az-Zahra your enemies
4. jealous, your ex
Hidayat
regret and
yourself happy

166

Anda mungkin juga menyukai