BUKU PANCASILA
Tebal : 166
Tahun Cetak : Desember 2019
Penyusun : Tim Keluarga Besar ES B/ Angkatan 2019
Editor :
Sidik Ramdhan
Suptiansyah Mileana Suryapanunggal
Desain Cover : Raply Rapiyudin
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karuni-Nya sehingga Buku Pancasila ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Buku Pancasila ini merupakan hasil karya mahasiswa/i semester 1
(kelas B / angkatan 2019) jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Buku ini merupakan hasil
dari presentasi kelompok 1 sampai dengan 12.
Buku ini memuat materi-materi yang berkaitan dengan pancasila yang
sebelumnya kami muat dalam bentuk makalah sebagai bahan presentasi dari
12 kelompok. Hingga kemudian atas saran dan masukan dari Dosen kami
agar menggabungkan makalah-makalah dari tiap kelompok untuk disusun
menjadi sebuah buku.
Alhamdulillah atas izin Allah dan usaha yang maksimal, serta
kerjasama antar kelompok, buku ini dapat tersusun sesuai dengan apa yang
kami harapkan.
Terimakasih kami sampaikan kepada Dosen pengampu, Bpk. Mahlil
Nurul Ihsan M.Pd., karena telah memberikan bimbingan dan banyak
motivasi kepada kami. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada
Tim Penyusun dan beberapa pihak terkait atas bantuan dan kerjasamanya.
Semoga apa yang kita semua lakukan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal
jariyyah yang bermanfaat untuk banyak orang.
ii
DAFTAR ISI
Profil Buku ...............................................................................................i
Kata Pengantar .........................................................................................ii
Daftar Isi ..................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................1
Pancasila Pada Masa Kerjaan ..................................................................1
BAB II ......................................................................................................11
Pancasila Masa Penjajahan ......................................................................11
BAB III ....................................................................................................25
Pancasila Masa Kemerdekaan..................................................................25
BAB IV ....................................................................................................35
Filsafat Pancasila .....................................................................................35
BAB V .....................................................................................................52
Etika Politik Pancasila .............................................................................52
BAB VI ....................................................................................................69
Ideologi Pancasila ....................................................................................69
BAB VII ...................................................................................................80
Hubungan Pancasila dan Agama Islam....................................................80
BAB VIII .................................................................................................95
Nilai-Nilai Pancasila dalam UUD 1945 ...................................................95
BAB IX ....................................................................................................105
Realiasi Pancasila.....................................................................................105
BAB X ....................................................................................................120
Bhineka Tunggal Ika ................................................................................120
BAB XI ....................................................................................................135
Paradigma Pancasila ................................................................................135
BAB XII ...................................................................................................147
Pancasila Perwujudan Negara ..................................................................147
iii
BAB 1
PANCASILA PADA KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN INDONESIA
MASA KERAJAAN
KELOMPOK 1
KELAS EKONOMI SYARIAH B
SCOR BOOK
78
(Sitasi 8)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Kerajaan Kutai
1
besarnya bahkan bisa dibilang jika wilayahnya meliputi hampir semua wilayah
di Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai ditemukan berdasarkan prasasti yang
tertulis di atas tujuh yupa sekitar tahun 1879 sampai 1940 di hulu Sungai
Mahakam itu. Prasasti yang ditemukan ditulis dengan menggunakan huruf
Pallawa serta bahasa Sansekerta.
B. Kerajaan Majapahit
Kerajaan di Indonesia yang berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M.
kerajaan ini mencapai puncak kejayaan nya dan menjadi kemaharajaan raja
yang menguasai wilayah yang luas pada masa kekuasaan Hayam wuruk.
Kerajaan ini menjadi kerajaan yang terakhir yang menguasai nusantara
Nilai Ketuhanan Pada Kerjaan Majapahit
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk agama rakyat Majapahit secara
keseluruhan adalah agama Hindu. Agama Hindu mempunyai dua sifat khusus
Trimurti dan Kitab suci Purana. Adanya Trimurti sebagai kesatuan 3 dewa
2
tertinggi yaitu Brahma adalah Dewa pencipta, Wisnu adalah Dewa
pemelihara, dan Siwa adalah Dewa pembinasaan. Kitab suci Purana isinya
berbagai macam cerita kuno yang dikumpulkan dari cerita-cerita yang hidup
dikalangan rakyat mengenai kehidupan para dewa, tentang penciptaan dunia.
Dari penjelasan di atas maka nilai persatuan pada masa kerajaan Majapahit
sangat dijunjung tinggi. Walaupun sebagian besar rakyat menganut agama
3
Hindu-Budha mereka tetap menerima adanya komunitas selain sesama agama.
Tak hanya itu saja Sang Mahapati Gajah Mada juga memiliki cita -- cita untuk
mempersatukan nusantara dengan sumpahnya yaitu Sumpah Palapa.
4
habis,” jelas arsitek dan arkeolog, Osrifoel Oesman dalam diskusi Omah-
Desa-Kuto Majapahit Trowulan, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa
(11/7).
Sepeninggal Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mulai
meredup. Sebelum menjadi semakin lemah akibat menguatnya kekuatan Islam
Demak, pertentangan di tengah keluarga kerajaan telah lebih dulu membuat
Majapahit goyah.
Osrifoel, yang akrab dipanggil Ipul, menjelaskan bahwa sumber tradisi
menyebut Majapahit runtuh tahun 1478 pada masa pemerintahan
Girindrawarddhana akibat serangan kerajaan Islam Demak. Tahun itu
berdasarkan candrasengkala Serat Kanda yang menyebut sirna ilang
kertaning bumi yang berarti 1400 saka atau 1478 M. Padahal, setelah itu masih
ada bukti-bukti sejarah yang menunjukkan Majapahit masih ada.
Dalam Masa Akhir Majapahit, arkeolog dan epigraf, Hasan Djafar
menyebutkan adanya prasasti-prasasti dari Raja Girindrawarddhana. Pada
masa pemerintahan Girindrawarddhana antara 1408-1433 saka juga masih ada
kegiatan pembangunan tempat suci bercorak Hindu di lereng Gunung
Penanggungan. Hasan menafsirkan bahwa apa yang disimpulkan dalam
candrasengkala itu lebih menunjukkan peristiwa gugurnya Bhre Krtabhumi di
Kedaton akibat serangan Girindrawarddhana.
Soal kapan runtuhnya Majapahit, petunjuk lain bisa diambil dari berita
Antonio Pigafetta, seorang penjelajah Venesia, Italia. Pigafetta menyebut Pati
Unus sebagai Raja Majapahit yang sangat berkuasa ketika masih hidup. Pati
Unus meninggal pada 1521. “Kami berpendapat antara tahun 1518-1521, kira-
kira pada 1519, Pati Unus telah menguasai Kerajaan Majapahit,” tulis Djafar.
Dengan dikuasainya Majapahit oleh Pati Unus, kerajaan itu telah hilang
kedaulatannya. Maka, tahun 1519 bisa dianggap sebagai saat keruntuhan
Majapahit yang sebenarnya. Meski begitu, penyebab keruntuhannya dapat
dipandang bukan hanya akibat serangan Demak tapi adanya perebutan
kekuasaan antara keluarga raja.
Djafar berpendapat tindakan Pati Unus, sebagai penguasa Demak, dapat
dipandang sebagai perjuangan seorang penguasa daerah untuk menguasai
Majapahit. Sebab, Demak merupakan salah satu daerah kekuasaan Majapahit.
Para penguasanya, menurut Babad Tanah Jawa dan Serat Kanda, adalah
keturunan Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V.
Raden Patah, pendiri Kerajaan Islam Demak, adalah anak Prabu Brawijaya,
raja terakhir Majapahit. Oleh karena itu, serangan Pati Unus, anak Raden
Patah, dapat dianggap sebagai upaya keturunan raja Majapahit merebut
haknya atas takhta kerajaan.
5
“Ini menimbulkan polemik Islam menyerang Hindu, padahal didahului
perebutan kekuasaan,” ujar Osrifoel.
Selain perebutan kekuasaan, faktor agama tak bisa dikesampingkan sebagai
pendorong runtuhnya kerajaan besar itu. Meski menjadi bagian dari
Majapahit, namun Demak telah sepenuhnya berlandaskan Islam. Hal ini yang
juga mendorong Demak untuk berusaha lepas dari pengaruh Majapahit yang
“kafir”.
(Putri Herdahita Risa, 2019)
C. Kerajaan Airlangga
Airlangga memiliki dua orang adik, yaitu Marakata (menjadi raja Bali
sepeninggal ayah mereka) dan Anak Wungsu (naik takhta sepeninggal
Marakata). Dalam berbagai prasasti yang dikeluarkannya, Airlangga
mengakui sebagai keturunan dari Mpu Sindok dari Wangsa Isyana dari
kerajaan Medang Mataram di Jawa Tengah. (de Casparis, n.d.)
Raja Airlangga membuat bangunan keagamaan dan asrama, dan raja ini
memiliki sikap toleransi dalam beragama. Agama yang diakui oleh kerajaan
adalah agama Budha , agama Wisnu dan agama Syiwa yang hidup
berdampingan secara damai. Menurut prasasti Kelagen, Raja Airlangga telah
mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola dan
Champa hal ini menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan. Demikian pula
Airlangga mengalami penggemblengan lahir dan batin di hutan dan tahun
1019 para pengikutnya, rakyat dan para Brahmana bermusyawarah dan
memutuskan untuk memohon Airlangga bersedia menjadi raja, meneruskan
tradisi istana, sebagai nilai-nilai sila keempat. Demikian pula menurut prasasti
Kelagen, pada tahun 1037, raja Airlangga memerintahkan untuk membuat
tanggul dan waduk demi kesejahteraan rakyat yang merupakan nilai-nilai sila
kelima.(Mahandita Alexandra, n.d.)
Akhir Hayat
6
Tidak diketahui dengan pasti kapan Airlangga meninggal. Prasasti
Sumengka (1059) peninggalan Kerajaan Janggala hanya menyebutkan, Resi
Aji Paduka Mpungku dimakamkan di tirtha atau pemandian. Kolam
pemandian yang paling sesuai dengan berita prasasti Sumengka adalah Candi
Belahan di lereng Gunung Penanggungan. Pada kolam tersebut ditemukan
arca Wisnu disertai dua dewi. Berdasarkan prasasti Pucangan (1041) diketahui
Airlangga adalah penganut Hindu Wisnu yang taat. Maka, ketiga patung
tersebut dapat diperkirakan sebagai lambang Airlangga dengan dua istrinya,
yaitu ibu Sri Samarawijaya dan ibu Mapanji Garasakan.
Pada Candi Belahan ditemukan angka tahun 1049. Tidak diketahui dengan
pasti apakah tahun itu adalah tahun kematian Airlangga, ataukah tahun
pembangunan candi pemandian tersebut. (de Casparis, n.d.)
D. Kerajaan Sriwijaya
7
Nilai sila keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan Semenanjung Melayu.
Niai sila kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangan makmur.(Fadillah nur ega, 2018)
Apa saja faktor penyebab kemunduran kerajaan ini? Inilah faktor penyebab
kemunduran kerajaan ini secara umum.
(hisham, n.d.)
8
DAFTAR PUSTAKA
1. de Casparis, J. G. (n.d.). Airlangga. Retrieved from wikimedia website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Airlangga
2. Fadillah nur ega. (2018). No Title. Retrieved from Kompasiana.com
website:
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf3a2ddaeebe122
a304f9a8/pancasila-dalam-konteks-sejarah?page=all
3. hisham. (n.d.). Faktor Penyebab Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.
Retrieved from https://hisham.id/2018/08/6-penyebab-runtuhnya-
kerajaan-sriwijaya.html
4. Juanita, R. (2018). Menelusur Nilai Pancasila pada Zaman Kerajaan
Majapahit dan Mengimplementasikan di Masa Kini. Retrieved from
Kompasiana.com website:
https://www.kompasiana.com/juanita96752/5b0bd8fecaf7db03cf0bb5
d5/menelusur-nilai-pancasila-pada-zaman-kerajaan-majapahit-dan-
mengimplementasikan-pada-masa-kini?page=all
5. Mahandita Alexandra. (n.d.). Pancasila dalam Kajian Sejarah.
Retrieved from alexa website:
https://alexandramahandita.wordpress.com/2014/11/03/pancasila-
dalam-kajian-sejarah/
6. Pedia, W. (n.d.). Kerajaan Kutai. Retrieved from Media wiki website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kutai
7. Putri Herdahita Risa. (2019). Penyebab Lain Keruntuhan Majapahit
Majapahit runtuh bukan hanya karena serangan kerajaan Islam Demak.
Retrieved from Historia.id PT. Global Visi Media. website:
https://historia.id/kuno/articles/penyebab-lain-keruntuhan-majapahit-
DEZ1x
8. Sugikshare. (2019). Nilai Nilai Pancasila Pada Masa Kerajaan.
Retrieved from Blogger.com website:
http://sugikshare.blogspot.com/2013/10/nilai-nilai-pancasila-pada-
masa-kerajaan.html
9
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP
Aset terbsesar
SIDIK
ini adalah 081224741821
1. RAMDHAN A
TEMAN
NANDA ILFA
087772565522
2. N
Aku tidak
sebaik yang kau
ucapkan, Tapi
TIARA
4. aku juga tidak 082125186476
FADILAH
seburuk apa
yang terlintas di
hatimu
10
BAB II
KELOMPOK 2
SEJARARAH PANCASILA PADA MASA KERAJAAN
SCOR BOOK
82
(Sitasi 12)
11
formal oleh para pejuang kemerdekaan menjadi dasar negara republik
Indonesia. (Ega Nur Fadilah, 2018)
Secara historis, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar negara Indonesia. Nilai-nilai Pancasila tidak lain digali dari bangsa
Indonesia sendiri. Oleh karena itu, berdasarkan fakta obyektif, secara historis
kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai Pancasila.
Atas alasan historis inilah, maka sangat penting bagi para penerus
bangsa terutama bagi para pelajar untuk mengkaji, memahami dan
mengembangkan wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang
dimilikinya sendiri. Ini adalah tanggung jawab kita bersama sebagai warga
negara Indonesia. (ericksevensix, 2019)
A. Latarbelakang Penjajahan di Indonesia
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang melimpah, terutama
rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh negara-negara di luar
Indonesia menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke Indonesia. Bangsa
Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu mulai memasuki Indonesia,
yaitu Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda.
Bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba memperebutkan kemakmuran
bumi Indonesia ini. Sejak itu, mulailah lembaran hitam sejarah Indonesia
dengan penjajahan Eropa, khususnya Belanda. Pada zaman penjajahan ini
apa yang telah dicapai bangsa Indonesia pada zaman kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit menjadi hilang, persatuan dihancurkan, kemakmuran
lenyap, wilayah diinjak-injak oleh penjajah.
Setelah majapahit runtuh pada permulaan abad XVI maka agama islam
berkembang dengan pesat. Bersamaan dengan itu, berkembang pula
kerajaan-kerajaan islam, seperti kerajaaan Demak, dan mulailah
berdatangan orang-orang Eropa dinusantara. Mereka itu antara lain orang
portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin
mencari pusat tanaman rempah. Bangsa Eropa yang pertama datang ke
Indonesia untuk berdagang adalah orang-orang Portugis. Namun lama-
kelamaan bangsa Portugis mulai menunjukan peranannya dalam bidang
perdagangan yang meningkat menjadi praktik penjajahan, misalnya Malaka
sejak tahun 1511 telah dikuasai oleh Portugis. (Dr.Asep Sulaiman, 2015)
Masuknya bangsa Eropa ke Indonesia disebabkan faktor kelemahan
di dalam negeri sendiri dengan pudarnya nilai-nilai nasionalisme akibat
perselisihan dan perang saudara.
Adanya penjajahan juga membuat perlawanan dari rakyat indonesia di
berbagai wilayah nusantara, namun karena tidak adanya kesatuan dan
12
persatuan di antara mereka maka perlawanan tersebut senantiasa sia-
sia.(Gustiana, 2004)
13
Belanda pada awalnya menguasai daerah-daerah yang strategis dan
kaya akan rempah-rempah pada abad ke XVII dan nampaknya
semakin memperkuat kedudukannya dengan didukung oleh
kekuatan militer. Pada abad itu sejarah mencatat bahwa Belanda
berusah dengan keras untuk memperkuat dan mengintensifkan
kekuasaanya di seluruh Indonesia. Mereka ingin membulatkan
hegemoninya sampai kepelosok-pelosok nusantara kita. Melihat
praktek-praktek penjajahna Belanda tersebut maka meledaklah
perlawanan rakyat di berbagai wilayah nusantara, antara lain :
Patimura di Maluku, Baharudin di Palembang, Imam Bonjol di
Minangkabau dan masih banyak perlawanan rakyat di berbagai
nusantara. Dorongan akan cinta tanah air menimbulkan semangat
untuk melawan penindasan dari bangsa Belanda, namun sekali lagi
karena tidak adanya kesatuan dan persatuan dantara mereka dalam
perlawanan melawan penjajah, maka perlawanan tersebut
senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.
(PROF.DR.KAELAN, 2008)
Karena praktek VOC penuh dengan paksaan sehingga mendapatkan
perlawanan dari rakyat dan kerajaan-kerajaan. Penghisapan mulai
memuncak ketika belanda menerapkan system monopoli melalui
tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban
terhadap rakyat. (HMJ KA, 2019)
Belanda memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat untuk
mengumpulkan kekayaan demi penuhnya kas negeri Belanda
sendiri. Di tengah kerakusan pemerintah Belanda tersebut,
bangakitlah kaum liberal di negeri Belanda yang menentang sistem
Tanam Paksa yang kejam itu dan mengusulkan sistem ekonomi
liberal, sehingga membuka jalan bagi modal-modal partikulir yang
sedang kehausan tampat berusaha mencari keuntungan. Hal inilah
yang semakin memberi peluang luasnya ladang penghisapan
penjajah, yang bukan hanya di bidang pertanian, melainkan juga di
bidang pertambangan seperti minyak, timah, batu bara, dll. Rakyat
Indonesia menjadi abdi dan kuli pemodal-pemodal asing itu untuk
sesuap nasi. Rakyat menderita kemiskinan di tengah-tengah
kekayaan alamnya sendiri. Penderitaan rakyat memukul hati nurani
beberapa humanis Belanda, sehingga mereka menganjurkan adanya
politik etika di Indonesia. Politik ini sejenis politik “Hutang Budi”
dengan memberi irigasi, emigrasi dan edukasi. Politik yang
kedengarannya manis ini, tetap menguntungkan kaum kapitalis
yang sedang berkiprah di Indonesia. (ericksevensix, 2019)
16
XVIII (1645), Sultan Ageng Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten
(1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung Surapati dan
Trunojoyo di Jatim (1670), Ibnu Iskandar di Minangkabau
(1680), dll.
17
1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908
merupakan pelopor pergerakan nasional, yang dipelopori
oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dengan Budi Utomo.
Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan
kekuatan sendiri.
2. setelah itu munculah Sarekat Dagang Islam(1909),
kemudian diganti dengan Sarekat Islam(1911)di bawah
H.O.S. Cokroaminoto, Indische Partij(1913),yang dipimpin
oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Deker,
Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro
3. pada tahun 1927 munculah Partai Nasional Indonesia (PNI)
yang dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo,
Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah perjuangan bangsa
Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada
tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai
penggerak kebangkitan nasional yang menyatakan satu
bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia
Raya.
Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang
bermunculan saat itu.
18
berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan
bahasa satu yaitu Indonesia.
Melalui sumpah ini makin tegaslah apa yang diinginkan
bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan
bangsa. Oleh karena itu, diperlukan adanya persatuan
sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak
sebagai tali pengikat persatuan ini adalah Bahasa
Indonesia.
Sebagai realisasi perjuangan bangsa Indonesia, pada
tahun 1930 berdirilah Partai Indonesia yang disingkat
dengan Partindo sebagai pengganti dari PNI yang
dibubarkan. Kemudian golongan Demokrat yang terdiri
atasa Moh. Hatta dan Sutan Syahrir mendirikan PNI
baru, dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus
dicapai dengan kekuatan sendiri.
Sumpah Pemuda merupakan salah satu tonggak yang
penting dalam perjalanan sejarah perjuangan bangsa
Indonesia untuk mencapai persatuan nasional.[18]
Pernyataan lahirnya bangsa Indonesia diambil dari ikrar
para pemuda Indonesia, dalam sidang pleno ke-3 Kongres
Pemuda Indonesia II, 28 Oktober 1928, di gedung
Indonesisch Clubgebouw di jalan Keramat Raya 106
Jakarta. Kongres pemuda II, yang dipelopori oleh Muh.
Yamin, Kuntjoro Purbopranoto, dan Wongsonegoro,
diselenggarakan oleh organisasi-organisasi pemuda
Indonesia: Jong Java, Jong Soematra (Pemuda Sumatera),
Pemuda Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond,
Jong Celebes, Pemuda Kaum Betawi, dan Perhimpunan
Pelajar-pelajar Indonesia.
Dari kongres itu, para pemuda Indonesia
mengumandangkan sumpah yang berisi pengakuan akan
adanya bangsa, tanah air dan bahasa yang satu, yaitu
Indonesia. Sumpah Pemuda menunjukkan tekad pemuda
Indonesia untuk bersatu dan tidak mau terpecah-pecah. Tali
pengikat persatuan itu adalah bahasa Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, sebagai wujud persartuan,
para pemuda indonesia menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya bersama komponisnya, Wage Rudolf
Soepratman. Selain itu, sebagai pengungkapan keinginan
membentuk suatu bangsa yang merdeka, bendera
19
kebangsaan, Merah Putih dikibarkan untuk pertama
kalinya.
Dari ikrar Sumpah Pemuda tercermin nilai-nilai yang
nantinya terdapat dalam Pancasila. Nilai-nilai itu adalah:
kemanusiaan (menghargai bahwa mereka saling
menghormati), persatuan (ikrar bahwa mereka satu nusa
dan satu bangsa), demokrasi (mengakui bahwa mereka
mempunyai hak dan kewajiban yang sama, memikirkan
nasib tanah air dan bangsanya), dan keadilan (menuntut
haknya untuk mendirikan negara merdeka yang telah
direbut Belanda). Nilai-nilai itu harus dimengerti dalam
konteks waktu itu, yakni keinginan membentuk suatu
bangsa yang merdeka.
Perjuangan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik,
dengan di bomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Kemudian
pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia
menghalau penjajah Belanda. Peristiwa penyarahan Indonesia
dari Belanda kepada Jepang terjadi di Kalijati Jawa Tengah
tanggal 8 Maret 1942.
Jepang mempropagandakan kehadirannya di Indonesia untuk
membebaskan Indonesia dari cengkraman Belanda. Oleh
karena itu, Jepang memperbolehkan pengibaran bendera
merah putih serta menyanyikan lagu Indonesia Raya. Akan
tetapi, hal itu hanya tipu muslihat agar rakyat Indonesia mau
membantu Jepang untuk menghancurkan Belanda.
Kemudian Indonesia mendapatkan penderitaan dan
penindasan yang luar biasa. Kemerdekaan Indonesia semakin
merasa menjauh, bahkan tidak ada tanda-tandanya sama
sekali. Kekecewaan rakyat Indonesia ini menyebabkan
adanya perlawanan-perlawanan terhadap Jepang, seperti
pemberontakan Peta di Blitsr.
Kemudian Jepang membujuk bangsa Indonesia agar
mendapat bantuan dari rakyat Indonesia. Mereka
mengumumkan janji kedua berupa kemerdekaan tanpa syarat
yang disampaika seminggu sebelum Jepang menyerah.
Bangsa Indonesia diperkenankan memperjuangkan
kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar berani
mendirikan negara Indonesia meredeka di hadapan musuh
Jepang.
20
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara
sangat erat kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Pancasila sebagai
jati diri bangsa mengandung nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya nilai-nilai ini telah
dimiliki bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala.
Dengan menjadikan Pancasila sebagai landasan dan pandangan
hidup, diharapkan tujuan pendidikan Pancasila akan dapat terwujud.
Masyarakat Indonesia yang memahami Pancasila dengan baik, mereka
tidak hanya mengetahui makna Pancasila, mereka juga harus
menjalankannya dengan baik.
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan
telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjuangan
bangsa Indonesia, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain,
dengan diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, dengan tetap berakar
pada kepribadian bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri. Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam
barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah
dan kebudayaannya yang tua, melalui gemilangnya kerajaan-kerajaan di
Indonesia, kemudian mengalami masa penjajahan tiga setengah abad,
sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajajahan itu sendiri.
B. Saran
21
dasar negara akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam
hubungannya dengan kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk
itu, perlu usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus serta terpadu
demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahlan Latif Widiyanto. (2012). PANCASILA DALAM KONTEKS
SEJARAH PERJUANGAN BANGSA. Retrieved from
https://dahlanlatifwidiyanto.wordpress.com/2012/02/21/pancasila-
dalam-konteks-sejarah-perjuangan-bangsa/
2. Dik Rushcomp. (2017). PANCASILA PADA MASA BELANDA.
Retrieved from
https://www.academia.edu/35015496/MAKALAH_PANCASILA_P
ADA_MASA_BELANDA.docx
3. Dr.Asep Sulaiman, M. P. (2015). PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN (T. Redaksi, Ed.). Bandung: CV Arfino Raya.
4. Ega Nur Fadilah. (2018). Pancasila dalam Konteks Sejarah. Retrieved
from
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf3a2ddaeebe122
a304f9a8/pancasila-dalam-konteks-sejarah?page=all
5. ericksevensix. (2019). PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA INDONESIA. Retrieved from
https://sevensixchanel.wordpress.com/2019/03/01/pancasila-dalam-
konteks-sejarah-perjuangan-bangsa-indonesia/
6. Gustiana, A. (2004). PANCASILA DALAM KONTEK SEJARAH
PERJUANGAN. Retrieved from
https://agaunpur.wordpress.com/pengetahuan/pancasila/pancasila-
dalam-kontek-sejarah-perjuangan/
7. HMJ KA. (2019). Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan
Bangsa Indonesia. Retrieved from
http://hmjkapnm.blogspot.com/2017/08/pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html
8. Muchji., H. A., Drs. MM. Gatot Subiyakto, S. H., Herru Mugimin, S.
H., Raharja, M., & Sangabakti, D. M. S. (2007). PENDIDIKAN
PANCASILA. Jakarta: Universitas Gunadarma.
9. Nur Pratiwi. (2014). Pancasila dalam penjajahan, zaman proklamasi
dan kemerdekaan. Retrieved from
https://www.slideshare.net/EqhaHangiRaqueL/pancasila-dalam-
penjajahan-zaman-proklamasi-dan-kemerdekaan
10. PROF.DR.KAELAN, M. S. (2008). PENDIDIKAN PANCASILA.
Yogyakarta: PARADIGMA.
22
11. Ratna Wahyu. (2013). PANCASILA DALAM KONTEKS ZAMAN
PENJAJAHAN. Retrieved from
https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/05/makalah-pancasila-
dalam-konteks-zaman-penjajahan/
12. Syahrial, S. (2014). PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH
PERJUANGAAN BANGSA INDONESIA. Retrieved from
http://teknikarsitekturug.blogspot.com/2014/10/pancasila-dalam-
konteks-sejarah.html
PROFIL PENULIS
23
4. Sofiyani Nurul Jadilah 089673533662
Azizah seperti
bunga yang
memberikan
keharuman
bahkan
kepada
tangan yang
telah
merusak nya
24
BAB V
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN
INDONESIA MASA KEMERDEKAAN
KELOMPOK 3
EKONOMI SYARIAAH-B SEMESTER 1
SCOR BOOK
86
(Sitasi 16)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Sejarah kelahiran pancasila
Sejarah Pancasila ini berawal dari pemberian janji kemerdekaan
kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang.Perdana Menteri
Jepang saat itu adalah Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944.Pada
tanggal 29 April 1945 Pemerintah Jepang membentuk BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).(“Sejarah
Pancasila,” n.d.)
Tujuan pembentukan BPUPKI adalah untuk mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia Merdeka.
1. Awalnya BPUPKI memiliki anggota 70 orang (62 orang Indonesia
dan 8 orang anggota istimewa bangsa Jepang yang tidak berhak
berbicara, hanya mengamati). Kemudian ditambah dengan 6 orang
Indonesia pada sidang kedua.
2. Sidang BPUPKI yang dilaksanakan pada kurun waktu 29 mei 1945
hingga 1 Juni 1945 belum menetapkan ketiga usulan rumusan dasar
negara tersebut menjadi sebuah dasar dalam negara Indonesia.
Pada saat itu pula dibentuk panitia yang beranggotakan sembilan
25
orang yang dikenal dengan sebutan ‘Pantia Sembilan’ dengan
anggotanya sebagai berikut :
1. Paham Persatuan.
2. Perhubungan Negara dan Agama.
3. Sistem Badan Permusyawaratan.
4. Sosialisasi Negara.
5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia Timar Raya.(“Sejarah
Pancasila,” n.d.)
1. kebangsaan Indonesia
2. internasionalisme atau peri-kemanusiaan
26
3. persatuan dan kesatuan
4. kesejahteraan social
5. ketuhanan yang Maha Esa.(Salam, 1996)
27
Kronologi Peristiwa Rengasdengklok
Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok selama satu hari penuh.
Usaha dan rencana para pemuda untuk menekan kedua pemimpin
bangsa Indonesia itu agar cepat-cepat memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan tentara Jepang tidak
dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa Rengasdengklok tersebut
tampaknya kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang besar
sehingga para pemuda merasa segan untuk mendekatinya, apalagi
melakukan penekanan. Namun, melalui pembicaraan antara
Shodanco Singgih dengan Soekarno, menyatakan bahwa Soekarno
bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia setelah
kembali ke Jakarta. Peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan pernyataan Soekarno itu, pada tengah hari Shodanco
Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan berita proklamasi
kemerdekaan yang akan disampaikan oleh Soekarno kepada kawan-
kawannya dan para pemimpin pemuda. Sementara itu, di Jakarta
sedang terjadi perundingan antara Achmad Subardjo (mewakili
golongan tua) dengan Wikana (mewakili golongan muda).Dari
perundingan itu tercapai kata sepakat, bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Di samping
itu, Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah kediamannya
dijadikan sebagai tempat perundingan dan bahkan ia bersedia
menjamin keselamatan para pemimpin bangsa Indonesia
itu.(“Peristiwa Rengasdengklok,” n.d.)
Akhir Peristiwa Rengasdengklok
Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan
Laksamana Tadashi Maeda itu, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan
Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke
Rengasdengidok, Achmad Subardjo memberikan jaminan dengan
taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya
pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi Peta Cudanco
Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta beserta
rombongan untuk kembali ke Jakarta.Rombongan tersebut tiba di
Jakarta pada pukul 17.30 WIB. Itulah sejarah singkat peristiwa
Rengasdengklok yang terjadi sebelum proklamasi kemerdekaan
setelah peristiwa Rengasdengklok, rombongan Ir. Soekarno segera
kembali ke Jakarta sekitar pukul 23.00 WIB pada 16 Agustus 1945.
Semula tempat yang dituju adalah Hotel des Indes (Duta Indonesia).
Namun, tidak jadi karena pihak hotel tidak mengizinkan kegiatan apa
pun selepas pukul 22.30 WIB. Di hotel yang terletak di Jalan Gajah
28
Mada ini, pada pagi sebelumnya juga telah direncanakan pertemuan
anggota PPKI, tetapi pihak Jepang melarangnya.Dalam keadaan
demikian, Achmad Soebardjo membawa rombongan menuju rumah
Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1.Setelah tiba di Jl. Imam
Bonjol No. 1, Soekarno dan Moh.Hatta lalu diantarkan Laksamana
Maeda menemui Gunseikan (Kepala Pemerintahan Militer Jepang)
Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto.Akan tetapi, Gunseikan menolak
menerima Soekarno - Hatta pada tengah malam. Dengan ditemani oleh
Maeda, Shigetada Nishijima, Tomegoro Yoshizumi, dan Miyoshi
sebagai penterjemah, mereka pergi menemui Somubuco (Direktur/
Kepala Departemen Umum Pemerintah Militer Jepang) Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura. Tujuannya untuk menjajaki sikapnya
terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia(S.H, 1987)
Pada pertemuan tersebut tidak dicapai kata sepakat antara Soekarno -
Hatta di satu pihak dengan Nishimura di lain pihak. Soekarno - Hatta
bertekad untuk melangsungkan rapat PPKI pada pagi hari tanggal 16
Agustus 1945 Rapat PPKI itu tidak jadi diadakan karena mereka
dibawa ke Rengasdengklok.Mereka menekankan kepada Nishimura
bahwa Jenderal Besar Terauchi telah menyerahkan pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia kepada PPKI.Di lain pihak,
Nishimura menegaskan garis kebijaksanaan Panglima Tentara ke-XVI
di Jawa, bahwa dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku
ketentuan bahwa tentara Jepang tidak diperbolehkan lagi
mengubah status quo.
Berdasarkan garis kebijaksanaan itu, Nishimura melarang Soekarno
- Hatta untuk mengadakan rapat PPKI dalam rangkan pelaksanaan
Proklamasi Kemerdekaan. Sampailah Soekarno - Hatta pada
kesimpulan bahwa tidak ada gunanya lagi membicarakan soal
kemerdekaan Indonesia dengan pihak Jepang.Mereka hanya berharap
pihak Jepang supaya tidak menghalang-halangi pelaksanaan
Proklamasi oleh rakyat Indonesia sendiri.(“Sejarah Perumusan Teks
Proklamasi,” 2015)
Proses Perumusan Teks Proklamasi
Setelah pertemuan itu, Soekarno dan Hatta kembali ke rumah
Maeda.Di rumah Maeda telah hadir, para anggota PPKI, para pemimpin
pemuda, para pemimpin pergerakan dan beberapa anggota Chuo Sangi In
yang ada di Jakarta.Setelah berbicara sebentar dengan Soekarno,
Moh.Hatta, dan Achmad Soebardjo, maka kemudian Laksamana Maeda
minta diri untuk beristirahat dan mempersilahkan para pemimpin
Indonesia berunding di rumahnya.Para tokoh nasionalis berkumpul di
rumah Maeda untuk merumuskan teks proklamasi.Kemudian di ruang
29
makan Maeda dirumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Ketika peristiwa bersejarah itu berlangsung Maeda tidak hadir, tetapi
Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama Sukarni, Sudiro,
dan B. M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Achmad Soebardjo
membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.(Reza,
n.d.)
Soekarno pertama kali menuliskan kata pernyataan Proklamasi sebagai
judul pada pukul 03.00 WIB. Achmad Soebardjo menyampaikan kalimat
"Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan
Indonesia". Moh. Hatta menambahkan kalimat: "Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya". Soekarno
menuliskan: Jakarta, 17 - 8 - 05 Wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai
penutup.Acara perumusan naskah proklamasi berjalan dengan lancar,
kalimat pertama merupakan buah pemikiran dari Ahmad Subardjo, dan
kalimat terakhir merupakan sebuah pemikiran dari Moh.Hatta, sebagai
hasil perundinganmereka bertiga, di peroleh rumusan proklamasi
yang ditulis oleh Soekarno tulisan tersebut seperti gambar dibawah ini.
30
ditandatangani dua orang tokoh, yakni Soekarno dan Moh. Hatta, atas nama
bangsa Indonesia. Usul Sukarni diterima.Dengan beberapa perubahan yang
telah disetujui, maka konsep itu kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik
untuk diketik. Perubahan dalam naskah Proklamasi terdiri dari:
Kata tempoh diubah mendai tempo
Kata-kata "wakil-wakil bangsa Indonesia" pada bagian akhir naskah
diubah menjadi "atas nama bangsa Indonesia".
Perubahan penulisan tanggal, yaitu "Djakarta, 17-8-05" menjadi
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05.Tahun 05 merupakan singkatan dari
tahun Jepang (Sumera), yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun
1945 Masehi.
Pertemuan dini hari itu menghasilkan naskah Proklamasi.Agar seluruh
rakyat Indonesia mengetahuinya, naskah itu harus disebarluaskan.
Timbullah persoalan tentang cara penyebaran naskah tersebut ke seluruh
Indonesia. Sukarni mengusulkan agar naskah tersebut dibacakan di
Lapangan Ikada, yang telah dipersiapkan bagi berkumpulnya masyarakat
Jakarta untuk mendengar pembacaan naskah Proklamasi.Namun,
Soekarno tidak setuju karena lapangan Ikada merupakan tempat umum
yang dapat memancing bentrokan antara rakyat dengan militer Jepang.Ia
sendiri mengusulkan agar Proklamasi dilakukan di rumahnya di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56. Usul tersebut disetujui dan naskah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dibacakannya bersama Hatta di tempat itu pada
hari Jumat tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.
Soekarno didampingi Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Bertempat di rumah Soekarno,
Jl Pegangsaan Timur 56, Soekarno membacakan teks proklamasi yang
menandakan bahwa bangsa Indonesia menjadi sebuah merdeka.(Leon,
2019)
C. Nilai-nilai perumusan pancasila
NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASA PRA SEJARAH
Pada zaman Pra sejarah, berbagai suku bangsa Indonesia telah
mengenal unsur-unsur pembentuk Pancasila. Nilai-nilai Pancasila
yang Nampak pada masa Pra Sejarah, dapat dibuktikan dengan adanya:
1. Nilai Religi
Adanya kerangka mayat
Alat-Alat untuk aktivitas religi
Pemujaan kepada roh
31
2. Nilai Peri Kemanusiaan
Penghargaan kemanusiaan
Bersosialisasi
3. Nilai Kesatuan
Bahasa Indonesia sebagai rumpun bahasa Austronesia
4. Nilai Musyawarah
Kehidupan bercocok tanam
Kehidupan berkelompok
5. Nilai Keadilan Sosial
Perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran(“Nilai Nilai Juang
Dalam Proses Perumusan Pancasila,” 2013)
NILAI – NILAI PANCASILA DALAM ZAMAN KERAJAAN
HINDU-BUDHA
Nilai – Nilai Pancasila Dalam Zaman Kerajaan Hindu-Budha Istilah
Pancasila pertama di temukan dalam buku “ Sutasoma ” karya Mpu
Tantular pada zaman kerajaan Majapahit. Pancasila diartikan sebagai
perintah kesusilaan yang berjumlah lima dan berisi larangan. Isi
larangannya :
1. Melakukan kekerasan
2. Mencuri
3. Berjiwa dengki
4. Berbohong
5. Mabuk karena miras
Nilai Kemandirian
Kamu barangkali sepakat, bahwa dibalik proses peristiwa perumusan
Pancasila sebagai dasar negara adalah mewujudkan cita-cita bersama.
Cita-cita apa? Tidak lain untuk menjadi bangsa dan negara merdeka
yang dapat menentukan nasib sendiri. Oleh karena itu, di antara nilai
penting dari proses perumusan Pancasila adalah nilai kemandirian.
Nilai Inisiatif
Inisiatif artinya pintar memanfaatkan peluang, berani tampil, menjadi
pelopor untuk berperan dengan aktif menyampaikan segala gagasan,
pendapat, dan pandangan yang dimilikinya dan sejenisnya. Semua
tokoh pendahulu kita, termasuk yang tergabung tim perumusan
Pancasila merupakan orang-orang yang berinisiatif tinggi. Barangkali
kita sepakat, bahwa tanpa daya inisiatif yang tinggi dari para tokoh
pendahulu kita ini, negara Indonesia merdeka dengan dasar negara
Pancasila akan mustahil terwujud.
Nilai Persatuan dan Kesatuan
Para perumus Pancasila merupakan wakil dari segala golongan dan
lapisan masyarakat (Indonesia).Ada yang dari bagian barat, tengah,
32
maupun timur. Mereka bekerja sama saling bahu-membahu dalam satu
keinginan bersama, yakni terwujudnya Negara Indonesia yang
merdeka. Oleh karena itu dalam segala kejadian dan peristiwa
perumusan Pancasila ini akan selalu tercermin nilai persatuan dan
kesatuan.
Nilai Anti Penjajahan
Segala kegiatan dan peristiwa perumusan dasar negara Indonesia
didasari oleh semangat anti penjajahan. Selain itu, tentu ada keinginan
yang kuat bangsa Indonesia mewujudkan negara merdeka. Karena itu
secara langsung atau tidak langsung berbagai macam hal dalam
peristiwa perumusan dasar negara Pancasila mencerminkan nilai anti
penjajahan.(Abdullah, n.d.)
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs.H Burhanuddin Salam.(1996 cetakan ketiga edisi revisi).Filsafat
pancasilais.Jakarta :Rineka cipta)
2. https://www.romadecade.org/sejarah-pancasila/#!
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Lahirnya_Pancasila
4. https://maritimtours.com/sejarah-lahirnya-pancasila.html
5. https://www.kompasiana.com/leonjyz/5ca21b489715941f5912a542/p
erumusan-teks-proklamasi-kemerdekaan-indonesia?page=all
6. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Peristiwa%2BRengasdengklo
k.jpg
7. P.R.S Mani. (1989). Jejak revolusi 1945 Sebuah kesaksian
sejarah.jakarta : Pt.temprint)
8. http://www.donisetyawan.com/kronologi-proklamasi-indonesia/
9. https://www.slideshare.net/majid66abdullah/nilai-nilai-pancasila-dan-
proses-perumusan-pancasila
10. http://www.latarbelakang.com/2013/12/nilai-nilai-juang-dalam-
proses.html
11. http://jagosejarah.blogspot.com/2014/09/peristiwa-
rengasdengklok.html
12. S.H, Dr. Muhammad Ridhwan Indra S.H dan Sphian
Marthabaya.(1987). Peristiwa-Peristiwa Disekitar Proklamasi 17-08-
1945.Jakarta : Sinar Grafika
13. https://www.ilmusiana.com/2015/07/sejarah-perumusan-teks-
proklamasi.html
14. http://www.jurnal-sejarah.com/id3/2322-2219/Proklamasi-
Kemerdekaan-Indonesia_29407_jurnal-sejarah.html
33
15. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33981/1/D
ARSITA-FAH.pdf
16. https://www.academia.edu/22174679/Perumusan_Teks_dan_Pelaksa
naan_Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP
Jangan
Nabila
Menyerah
1. Nurhaliza 0895358989700
Sebelum
Lisdiani
Mencoba
Kerja Cerdas
Shindi
Kerja Keras
4. Nurfajriana 083821003757
Kerja Tuntas
Alfasiwi
Kerja Iklhas
34
BAB 4
KELOMPOK 4
FILSAFAT PANCASILA
KELOMPOK 4
Anggota
Muhammad Ruri Hizbullah : 1199220054
Nurali Fakhrurrozi 1199220063
Rahmah Fitria Dewi : 1199220067
Rifani Annisa Mawardini : 1199220072
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
35
dengan mengajarkan bagaimana cara bertingkah laku dengan dasar falsafah
Pancasila dan dengan mematuhi peraturan yang ada dengan rasa kesadaan
yang tinggi sebagai warga negara yang baik. Begitu pun untuk menjadi warga
negara yang baik yaitu diwujudkan dengan sikap moral yang terpuji dan
mematuhi semua peraturan negara yang berlaku dalam masyarakat.
Seluruh bangsa Indonesia haruslah mempunyai perilaku politik dan
sikap moral yang sama dengan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Mungkin hal tersebut disebabkan karena kurang
mengerti dan pahamnya tentang Pancasila, belum meratanya orang yang
memahami tentang Pancasila serta dugaan bahwa belum sempurnanya
pelaksanaan Pancasila menurut hakikatnya.
Demi untuk tegaknya Pancasila, maka seharusnya semua warga negara
Indonesia bersikap moral dan berperilaku politik sesuai yang digariskan dalam
Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian Filsafat
36
I.I Pengertian Umum Pancasila
Kata filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari kata phylos dan
sophos, yang berarti philosophia. Philos berarti cinta atau teman, sophos
berarti bijaksana, berarti philoshopia/filsafat berarti kebijaksanaan atau
pengetahuan. Seseorang ahli fikir disebut phylosof. Kata ini mula-mula
dimulai oleh Herakleitos.
Pengetahuan bijaksana memberi kebenaran orang yang mencintai
pengetahuan bijkasana, karena itu yang mencarinya orang yang mencintai
kebenaran. Tentang mencinta kebenaran adalah karekteristik daripada setiap
filosof dahulu sampai dengan sekarang. Di dalam mencari kebenaran
kebijaksaan itu filosof mempergunakan cara dengan berfikir sedalam-
dalamnya (merenung). Hasil filsfat (berfikir sedalam-dalamnya) disebut
filsafat atau falsafah. Filsafat sebagai hasil berfikir yang sedalam-dalamnya
diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atua setidak-tidaknya
mendekati kesempurnaan. Fiosof ulung Prof.Dr.M.J Langeveld dalam buku
Opwegnaar wijsgrig denken (menurut pemikiran filsafat), berpendapat bahwa
kita memasuki filsafat manakala kita memikirkan pernyataan apapun juga
secara radikal, yakni dari dasar sampai kepada konsekuensinya yang terakhir
secara sistematis, yakni dalam penutupan yang logis dalam urutan dan salin
hubungan yang bertanggung jawab apa yang terbentuk dalam keseluruhan
penuturan dan uraian secara filsafat. Dan menimbulkan tekad pada bangsa itu
untuk mewujudkannya. Karena itulah dalam melaksanakan pembangunan
misalnya. Kita tidak dapat begitu saja menontoh atau meniru model yang
dilakukan oleh bangsa lain tanpa menyesuaikan dengan pandangan hidup dan
kebutuhan bangsa itu sendiri.
Suatu corak yang pembangunan yang barangkali baik dan memuaskan
suatu bangsa belum tentu baik pula atau memuaskan bagi bangsa yang lain,
karena itu pandangan hidup suatu bangsa yang merupakan maslah yang sangat
asasi bagi kekokohan, dan kelestarian suatu bangsa.(Salam, 1988)
37
c. Bernard Russel mengartikan filsafat sebagai “the attent to answer
ultimate question critically”
d. William James mengartikan filsafat sebagai “a collective name for
question which have not answered to the satisfication of all that have
asked them”
e. Sedangkan Al-Farabi memaknai filsafat sebagai pengetahuan tentang
hakikat sebagai yang sebenarnya.
f. Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai pengetahuan pengetahuan
yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang tercakup
didalamnya : apa yang diketahui (matafisika), apa yang seharusnya
diketahui (etika), sampai di mana harapan kita (agama), apa itu
manusia (antropologi)
38
II. Susunan Pancasila yang Bersifat Organis, Hierarki, dan
Pyramidal
Pancasila merupakan suatu ideologi yang dianut oleh negara Indonesia
sebagai pandangan dan pedoman bagi bangsa Indonesia. {ancasila ii telah
terbentuk sejak Indoneisa merdeka yang disusun oleh presiden pertama
sekaligus proklamator negara Indonesia yaitu alm.Ir. Soekarno.
Pancasila sendiri berasal dari kata sansakerta yaitu “panca” yang dalam
Bahasa Indonesia bermakna lima dan “syila” yang bermakna batu sendi atau
alas atau dasar, dari dua kata itulah Pancasila tersusun. Pancasila memiliki arti
lima dasar, yaitu meliputi :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dan
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Setiap sila berasal dari Pancasila ini memiliki arti sendiri pada arti
silanya yaitu sila ke-1 memiliki arti bahwa setiap rakyat Indonesia wajib
beragama karna sejak dahulu Indonesia telah mengenal agama dan dalam
agama pasti diajarkan hal-hal baik yang berkaitan dengan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sila ke-2 memiliki arti setiap rakyat Indonesia wajib
mempunyai adab atau bias diartikan sebagai sifat menghargai dalam berbagai
hal antara sesame makhluk hidup. Sila ke-3 memilki arti setiap rakat Indonesia
wajib mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia. Sila ke-4 memilki arti
setiap suatu permaslahan yang dialami bangsa wajib diselesaikan dengan
kepala dingin menggunakan cara bermusyawarah yang menghasilkan solusi
yang biss menguntungkan pihak-pihak terlibat dan tidak menggunakan cara
kekerasan. Sila ke-5 memiliki arti setiap rakyat Indonesia mndapatkan
perlakuan yang adil dan seadil-adilnya.
Hal yang dimaksud dengan Pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk
pyramidal adalah dalam Pancasila ini berarti memiliki hubungan antar
kelompok sila yang ada dalam Pancasila yang bersifat erat. Hirarkis memili
arti pengelompokan atau penggolongan.
39
Pancasila
terdiri dari 5
sila itu saling
berkaitan
yang tak
dapat
terpisahkan :
Sila
pertama
menjelaskan
bahwa sila
pertama itu
meliputi dan
menjamin isi
sila 2,3,4,
dan 5 artinya dalam setiap hal yang berkaitan dengan pelaksanaan
dan penyelengaraan negara harus dijiwai nilai-nilai ketuhana yang
Maha Esa.
Sila kedua tertulis kemanusiaan yang adil dan beradab diliputi sila
ke 1 dan isinya meliputi sila 3,4, dan 5, dalam sila ini terkandung
makna bahwa sangat menjungjung tinggi harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal
yang berkaitan dengan kehidua berbangsa dan bernegara harus
mencerminkan bahwa negara ini memppunyai peraturan yang
menjungjung tinggi harkat dan mertabat manusia.
Sila ketiga tertulis persatuan Indoensia yang diliputi dan dijiwai
sila 1, 2 yang meliputi dan menjiwai isi dari sila 4,dan 5, sila ini
mempunyai makna manisuia sebagai makhluk sosial wajib
mengutamakan persatuan negara Indonesia yang disetiap daerah
memiliki kebudayaan-kebudayaan maupun beragama yang
berbeda.
Sila keempat diliputi dan dijiwai sila 1,2,3 yang meliputi dan
menjiwai sila ke 5. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indoenesia
ini ada karena rakyat, maka dari itu rakyat berhak mengatur
kemana jalannya negara ini.
Sila kelima yang bertuliskan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia itu diliputi dan dijiwai oleh isi sila 1,2,3, dan 4. Sila ini
mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan
40
bersosialisasi bagi rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang
perbedaan-perbedaan yang ada. (Mondir, n.d.)
41
hari didalam Bahasa kita, didalam kita mempergunakan kata-kata. Kalua tidak
demikian halnya, kita tidak dapat menyebut banyak hal dengan satu kata, dan
kita tidak dapat mengerti atau menangkap maksud orang lain yang
mengucapkan suatu kata tertentu.
Mungkin lalu timbul pertanyaan, mengapa kalau memang hal yang
biasa, perlu dijelaskan dan perlu begitu special diperhatikan. Karena anehnya
menurut kenyataan yang suda-sudah, hal yang begitu biasa itu tidak cukup
dilihat, malahan mungkin dpat dikatakan sama sekali tidak dilihat dalam
Pancasila.
Sebab ternyata, kalau orang mempersoalkan Pancasila, banyak yang
melulu menekankan kepada hal-hal yang berlainan, yang dilihat dalam
Pancasila sebagai isinya, dan tidak atau sedikit sekali dilihat atau menjadi
perhatian isinya yang mutlak, yang sama buat siapa saja dan dimana saja serta
kapan saja itu. Sedangkan inilah sebenarnya isi yang paling pokok dan paling
penting serta yang melulu menjadi soal mengenai Pancasila sebagai dasar
filssfat atau dasar kerohanian Negara.
Kalau ini telah dimengerti dan telah disadari, dan isinya yang sama dan
mutlak itu diketahui, maka sudah tidak lagi ada persoalan apa-apa tentang
Pancasila sebagai dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara, tidak ada lagi
tempat dan seharusnya tidak ada tempat bagi pertentangan pro dan kontra.
Persis seperti tiap-tiap kata yang kita pergunakan sebagai contoh didalam
uraian yang lalu.
Dan isi inilah yang perlu diketemukan dengan penelitian ilmiah,
seperti telah dijalankan dan ada hasilnya pada Universitas Gajah Mada.
Mengapa didalam ilmu pengetahuan harus diketemukannya itu.
Pertanyaannya kembali ialah mengapa suatu hal yang biasa terjadi setiap hari,
seperti yang kita pakai sebagai contoh dalam uraian yang lalu, yaitu jatuhnya
segala barang dari atas kebawah, inti sari yang pokok tidak lain daripada
diketemukannya itu didalam Ilmu pengetahuan, secara ilmiah diketemukan
hukum daya penarikan bumi. Dan pernyataan yang demikian itu dapat
ditambah yang tak terbatas banyaknya mengenai hal-hal yang sehari-hari,
lebih-lebih mengenai hal-hal yang tak sehari-hari dan yang penting-penting,
apabila soalnya untuk mendapatkan inti sarinya, yang mutlak serta tetap tidak
berubah. Ambilah sembarang kata dari Bahasa kita, dan cobalah mengatakan
apa isi artinya yang pokok, umumnya sekiranya orang tidak dapat, paling
sedikit orang harus mencarinya dalam kamus, dan penyesunan kamus itu
tergolong dalam penelitian secara ilmiah.
Sila-sila Pancasila sebagai dasar filsafat Negara berlandasan pada
adanya Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai kenyataan, dan
42
mengandung arti mutlak; bahwa sifat-sifat serta keadaan segala suatu hal
kenegaraan bagi Negara Republik Indonesia harus sesuai dengan hakikat
Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Melanjutkan pembicaraan, kita memperingatkan kepada diri sendiri
lebih dahulu, bahwa seperti kita katakan didalam uraian yang sudah, isi arti
kata yang abstrak itu hanya terdapat dalam pikiran atau angan-angan.
Begitulah juga isi arti daripada Pancasila yang abstrak itu hanya terdapat
dalam pikiran atau angan-angan, justru karena Pancasila itu merupakan cita-
cita bangsa, yang menjadi dasar filsafat atau dasar kerohanian Negara.
Meskipun demikian tidak berarti hanya tinggal didalam pikiran atau angan-
angan saja, tidak. Akan tetapi ada hubungannya dengan hal-hal yang ada
didalam keadaan senyatanya, ada hubungannya dengn hal-hal sungguh-
sungguh ada.
Begitulah sila-sila daripada Pancasila itu berhubungan dengan hal-hal
yang didalam peristilahan sila-sila itu dimaksud dalam kata-kata dasar Tuhan,
manusia, satu, rakyat. Dan adil. Semuanya saja didalam Pancasila merupakan
hal-hal yang ada atau terdapat didalam kenyataan, yang menjadi landasan dari
Pancasila. Bagi Pancasila, bagi bangsa Indonesia, bagi Negara Indonesia
semuanya itu benar-benar ada atau terdapat dalam keadaan senyatanya.
Sehingga tidak lagi menejadi soal tentang hal ada atau tidak adanya. Adakah
Tuhan, adakah manusia, adakah satu, adakah rakyat, adakah adil, itu
semuanya, karena Pancasila, tidak ada dan seharusnya tidak lagi dapat
diajukan sebagai pertanyaan-pertanyaan. Ini adalah suatu hal yang penting,
suatu kepastian yang terkandung didalam Pancasila. Paling banter kita
meminta pertanggung jawab bagi sendiri sebagai penyadaran diri, tidak lagi
sebagai pembuktian, tentang kebenaran daripada hal tadi yang tersimpul
didalamnya sebagai landasan itu, dan ini akan kita bicarakan pula kemudian.
Jadi yang sekarang perlu kita tegaskan ialah, bahwa yang tercantum
didalam Pancasila bukan hal-hal itu sendiri, akan tetapi kesesuaian dengan hal-
hal itu,yang adanya sebagai realita sudah menjadi kepastian yang diluar
persoalan.
Hubungan yang bagaimana dengan Tuhan, dengan manusia, dengan
satu, dengan rakyat, dan dengan adil, yang terkandung dalam Pancasila? Bagi
jawaban atas pertanyaan ini, kita memperingatkan kepada diri sendiri dahulu,
bahwa istilah-istilah yang pokok dari sila-sila yang empat mengandung
awalan-akhiran ke dan an, kan yang satu mengandung awalan-akhiran per dan
an, yaitu persatuan dalam sila persatuan Indonesia. Awalan-akhiran ke dan an,
artinya yang tepat bagi Pancasila ialah yang menyatakan, yang didalam tata-
bahsa disebut “sifat abstrakkan seberapa jauh mengenai awlan-akhiran per dan
43
an artinya dan keadaan abstrak”, mislnya kebesaran dan keamanan, sedang
yang tepat bagi Pancasila ialah yang menyatakan “peristiwa atau yaitu ke-
Tuhanan, kamanusiaan, kerakyatan, dan keadilan, sedang hasil perbuatan”,
misalnya perjanjian.
Apabila kita peruntukkan kepada Pancasila, maka kita mendapatkan
arti dan inti sila yang pertama, ke-Tuhanan, ialah sifat-sifat dan keadaan yang
sesuai dengan hakikat Tuhan, arti dari sila inti sila yang kedua, kemanusiaan,
ialah sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat manusia, arti dari inti
sila yang ketiga, persatuan, ialah usaha untuk membikin satu, rakyat yang
ketiga, persatuan, ialah usaha yang berhasil sehingga terwujud kesatuan, jadi
sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat satu; arti dari inti sila yang
keempat, kerakyatan, ialah sifat-sifat dari keadaan yang sesuai dengan hakikat
rakyat arti dari inti sila yang kelima, keadilan, ialah sifat-sifat dan keadaan
yang sesuai dengan hakikat daripada adil.
Mengenai sila persatuan Indonesia dapat dikatakan labih lanjut, bahwa
persatuan itu adalah kesatuan sebarapa jauh dilihat atau dihubungkan dengan
terjadinya, seberapa jauh merupakan hasil daripada perbuatan menyatukan,
yang hasilnya berupa kesatuan, kesatuan dalam sudut dinamikanya, jadi yang
terpenting bukannya proses terjadinya persatuan, akan tetapi hasilnya yang
berupa kesatuan. Maka dengan demikian kesudahannya yang tercantum
didalam sila persatuan Indonesia tidak lain daripada yang terkandung didalam
sila lain-lainnya, yaitu sifat-sifat dan keadaan yang sesuai dengan hakikat
daripada satu. (Notonagoro, 1995)
Dalam filsafat Pancasila disebutkan bahwa ada 3 tingkatan nilai, yaitu
:
1. Nilai dasar, yaitu nilai yang mendasari nilai instrumental, nilai dasar
adalah azas-azas yang kita terima dengan dalil yang bersifat sedikit banyak
mutlak. Dan diterima sebagi sesuatu yang benar dan tidak perlu
dipertanyakan lagi.
2. Nilai instrumental, yaitu sebagai nilai pelaksanaan umum dari nilai dasar.
Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya
akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme Lembaga negara.
Dapat mengikuti perkembangan zaman, baik negeri maupun luar negeri
dan dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dll.
3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan. Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai
dasar dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat
Indonesia.(Teresa, Angelina dan Prihatini, n.d.)
44
IV. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi NKRI
45
formal, undang-undang, kebiasaan, traktaat jurisprudensi, hakim, ilmu
pengetahuan hukum).
Disinilah tampak titik persamaan dan tujuan antara jalan yang
ditempuh oleh masyarakat dan penyusun peraturan-peraturan oleh negara dan
pemerintah Indonesia. Adalah suatu hal yang membanggakan bahwa
Indonesia berdiri diatas fundamen yang kuat, dasar yang kokoh, yakni
Pancasila dasar yang kuat itu bukanlah meniru suatu model yang didatangkan
dari luar negri.
Dasar negara kita berakar dari sifat-sifat dan cita-cita bangsa
Indonesia, Pancasila adalah penjelmaan daripada kepribadian bangsa
Indonesia, yang hidup di tanah air kita sejak dahulu hingga sekarang.
Pancasila mengandung unsur-unsur yang luhur yang tidak hanya
memuaskan bangsa Indonesia sebagai dasar negara, tetapi dapat diterima oleh
bangsa-bangsa lain sebagai dasar hidupnya. Pancasila bersifat universal akan
mempengaruhi hidup dan kehidupan bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia secara kekal dan abadi. (Mezi, n.d.)
Ontologi
46
perwakilan, berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pada hakikatnya
adalah manusia (Kaelan, 2005)
Jadi, secara ontology, hakikat dasar keberadaan sila-sila Pancasila
adalah manusia. Untuk hal ini Notonagoro lebih lanjut mengemukakan bahwa
manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologi
memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga, dan jiwa,
jasmani dan rohani, juga sebagai makhluk individu dan sosial serta kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Maha Esa. Oleh
karena itu, secara hierarkis sila pertama, Ketuhanana Yang Maha Esa,
mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. (Kaelan, 2005)
Selanjutnya, Pancsila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia
memiliki susunan lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan
serta mempunyai sifat dasar kesatuan yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat monodualis, sebagai makhluk individu sekaligus juga sebagai makhlik
sosial, serta kedudukannya sebagai makhluk pribadi yang berdiri sendiri, juga
sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Konsekuensinya adalah segala aspek dalam
penyelenggaraan negera diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan
suatu kesatuan yang utuh yang memiliki sifat dasar yang mutlak berupa sifat
kodrat manusia yang monodualis tersebut.
Kemudian, seluruh nilai Pancasila tersebut menjadi dasar rangka dan
jiwa bagi bangsa Indonesia. Hal ini berarti bahwa setiap aspek
penyelenggaraan negara harus dijabarkan dan bersumberkan pada nilai-nilai
Pancasila, seperti bentuk negara, sifat negara, tujuan negara tujuan dan
kewajiban negara dan warga negara, sisitem hukum negara, moral negara, dan
segala aspek penyelenggaraan negara lainnya.
Kajian Epistemologi
47
dipahai bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.
Merujuk pada pemikiran filsafat Aristoteles, nilai-nilai tersebut merupakan
kausa materialis Pancasila.
Kajian Aksiologi
48
Menurut Notonagoro, nilai-nilai Pancasila itu termasuk nilai
kerohanian, tetapi nilai-nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan
vital. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian
itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap dan hormonisseperti nilai
material, vital, kebenaran, keindahan atau estetis, kebaikan atau moral,
ataupun kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik-hierarkis,
dimana dila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa mrnjadi basis semua
dila Pancasila (Darmodiharjo 1978).
Secara aksiologi, bangsa Indonesia merupakan pendukung nila-nilai
Pancasila (subriber of values Pancasila). Bangsa Indoneisa merupakan
bangsa yang berketuhanan, berkemanusiaan, bepersatuan, berekerakyatan,
berkeadilan soaial. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia itulah yang
menghargai, mengakui, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.
Pengakuan, penghargaan, dan penerimaan Pancasila sebagai sesuayu yang
benilai itu akan tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia. Kalua pengakuan, penerimaan,atau penghargaan itu telah
menggejala dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatn manusia dan bangsa
Indoensia, bangsa Indonesia dalam ini sekaligus merupakan pengembannya
dalam sikap, tinglaj laku, dan perbuatna manusia Indonesia.
VI. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
49
1. Salam, Burhanuddin. 1988. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta:PT.Bina
Aksara
2. Soegiono dan Tamsil Muis. 2012. Filsafat Pendidikan Teori dan
Praktek. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya Offset
3. https://vandome-athoullah.blogspot.com/2011/06/pancasila-bersifat-
hierarkis-dan.html?m=1
4. Notonagoro. 1995. Pancasila Sebagai Ilmiah Populer. Jakarta:Bukit
Aksara
5. https://www.slideshare.net/mobile/Zeninuramelia/pancasila-sebagai-
falsafah-ideologi-dan-dasar-negara-ri
6. https://www.academia.edu/38707515/PANCASILA_SEBAGAI_FIL
SAFAT_DAN_IDEOLOGI_NASIONAL
7. https://maziyyatulqudsiyah.blogspot.com/2016/12/pancasila-sebagai-
nilai-fundamental.html?m=1
8. Herdiawanto, Heri dan Jumanta Handayana. 2010. Cerdas, Kritis, dan
Aktif Berkewarganegara. Jakarta:Erlangga
9. https://gruppkn.com/pancasila-sebagai-filsafat
ANGGOTA KELOMPOK 4
50
Nama : NIM : 1199220063
Motto : My Life My
Adventure
51
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
KELOMPOK 5
KELAS EKONOMI SYARIAH B
SCOR BOOK
81
(11 Sitasi)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
2. H. A. Mustafa
52
Etika adalah ilmu yang menyelidiki terhadap suatu perilaku yang
baik dan yang buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia
sejauh apa yang diketahui oleh pikiran manusia.
3. K. Bertens
Etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi suatu acuan bagi
umat manusia secara baik, secara individual atau kelompok dalam
mengatur semua tingkah lakunya.
6. W. J. S Poerwadarminto
Etika adalah ilmu pengetahuan tentang suatu perilaku atau
perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan buruknya yang
sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.(Studio, n.d.)
Ciri-ciri Etika :
a) Etika tetap berlaku meskipun tidak ada orang lain yang
menyaksikan.
b) Etika sifatnya absolut atau mutlak.
c) Etika terdapat cara pandang dari sisi batin seseorang yang
memilih perilaku baik maupun buruk.
d) Etika sangat berkaitan dengan perbuatan atau perilaku
seseorang baik maupun buruk.
Jenis-jenis Etika :
1) Etika Filosofis
Etika filosofis adalah suatu etika yang menguraikan pokok-
pokok etika atau moral dari aktivitas berfikir yang dilakukan
oleh seseorang, maka etika adalah bagian dari filsafat.
53
2) Etika Teologis
Etika Teologis adalah etika yang mengajarkan nilai-nilai atau
norma baik maupun buruk berdasarkan agama atau adat istiadat.
3) Etika Sosiologis
Etika Sosiologis memberi keselamatan dan kesejahteraan
kehidupan masyarakat, etika ini lebih membicarakan tentang
kehidupan seseorang dalam hubungan dengan satu orang ke
yang lain.(Anonim, 2019)
54
yang berbunyi “Persatuan Indonesia”, ini merupakan sebuah dasar
bahwa rakyat Indonesia meski memiliki beragam adat dan budaya
tidak semestinya untuk berselisih dengan budaya lainnya yang berbeda
dengan budaya tertentu. Sila ini juga menjadi pengingat bagi rakyat
Indonesia bahwa dahulu para leluhur kita meski terpisah oleh lautan
dan terhalang oleh pegunungan, nenek moyang kita mampu berkumpul
dan menyuarakan kesatuan mereka sebagai bangsa Indonesia.
55
Dengan bermacam-macam adat budaya bahkan agama yang
ada di Indonesia tentunya diperlukan sebuah simbol sebagai kiblat dan
dasar rukunnya bangsa ini. Karena tidak menutup kemungkinan dalam
kemajemukan masyarakat Indonesia ini terjadi sebuah gesekan antar
satu golongan dengan golongan lainnya yang mengakibatkan rusaknya
persatuan bangsa ini.
56
apabila diambil dengan memerhatikan kepentingan masyarakat dan
keseluruhan.
2. Legitimasi Kekuasaan
57
menjalankan pemerintahannya. Sesuai dengan sifat dan hakikat
kekuasaan sendiri dengan cara pemakaiannya yang halus.
Kehalusan pemerintahan diharapkan dapat mencapai keadaan
sejahtera, adil, dan tenteram dalam masyarakat, tanpa perlu
memakai cara-cara kasar.
58
nilai kemanusiaan ini seluruh bangsa indonesia haruslah
menjunjung tinggi nilai tersebut tanpa meninggalkan sila-sila
yang lain.
59
Perilaku para penyelenggara negara seharusnya berdasar pada rasa
takut terhadap Tuhan yang Maha Esa. Tanggung jawab terhadap
tugasnya bukan hanya menjadi kewajiban untuk
memertanggungjawabkan kepada manusia tetapi pada kehidupan
nanti.
60
bermasyarakat maupun bernegara harus berlandaskan dengan
pancasila. Pancasila juga merupakan sumber moralitas terutama dalam
hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, hukum, serta sebagai
kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
1. Money Public
Money Politik merupakan bentuk pemberian atau janji menyuap
seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk
memilih supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada
saat pemilihan umum. Politik uang adalah sebuah bentuk
pelanggaran kampanye.
61
2. Black Campaign/ kampanye hitam
Black Campaign atau kampanye hitam biasanya menggunakan
metode rayuan yang merusak, sindiran atau kabar palsu yang
tersebar mengenai sasaran kepada kandidat atau calon yang menjadi
lawan politiknya kepada masyarakat agar menimbulkan persepsi
yang dianggap tidak etis terutama dalam hal kebijakan publik.
3. Nepotisme
Nepotisme adalah sikap memihak, lebih memilih saudara atau
teman akrab ketimbang berdasarkan kemampuan atau kualitas
seseorang. Kasus ini biasanya terjadi dalam perekrutan jabatan atau
karyawan baru di pemerintahan maupun masyarakat.
4. Golput/Golongan putih
Golput atau golongan putih yang dalam bahasa inggrisnya adalah
abstain yang berarti tindakan untuk tidak memilih menggunakan
suaranya dalam pemilihan umum. Ada anggapan bahwa golput
merupakan gambaran warga atau komunitas tertentu dinilai kurang
berani mengambil keputusan, atau tidak dapat menilai secara politis
keputusan yang tebaik dalam menemukan pilihan. Golput
merupakan hak setiap warga negara dan merupakan pilihan
siapapun, tapi jelas bukan pilihan yang bertanggung jawab, juga
melanggar etika politik yang ada.
5. Korupsi
Korupsi merupakan kasus yang paling tinggi jumlahnya di
indonesia. Hampir di setiap intansi pasti memiliki kasus korupsi
yang tidak sedikit. Saat seseorang berada dalam jabatan tinggi dan
mempunyai kendali akan suatu hal terutama uang, pasti mudah
sekali melakukan tindakan korupsi.
62
suatu teknik untuk mempengaruhi penerima dengan
menghilangkan proses berfikir sadarnya dan menanamkan
sugesti atau penekanan pada kesadaran, agar menghasilkan
perilaku otomatis yang tidak reflektif.
Habermas (1967) mengatakan bahwa bahasa juga merupakan
sarana dominasi dan kekuasaan. Monopoli pada pilihan kata,
terutama karena akses ruang publik lebih terbuka pada politisi,
menimbulkan peluang penyimpangan kepentingan.
Upaya penggerakan logika instant ini tidak etis. Intinya, seorang
politisi yang berusaha diterima pandangannya secara tidak kritis,
dia juga dapat dipandang sebagai pelanggar etika politik yang
ideal. Jadi manusia harus diajar berfikir, menganalisa dan
mengevaluasi informasi dengan rasio dan mampu mengontrol
emosinya. Dengan demikian dapat menghasilkan suatu
pemikiran terbaik dengan analisa kritis.
b) Mengembangkan Kebiasaan Meneliti.
Pihak masyarakat (melalui LSM), media massa, perguruan
tinggi, politisi atau penguasa, sebaiknya mengembangkan
kebiasaan meneliti. Peningkatan rasionalitas pada masyarakat
selayaknya dibarengi dengan kemauan politisi dalam bersikap
adil ketika memilih dan menampilkan fakta dan data secara
terbuka.
Pengetahuan tentang realitas sebaiknya mencerminkan
kenyataan real yang dibutuhkan. Informasi yang ditampilkan
adalah informasi yang paling relevan dan selengkap mungkin
memfasilitasi kemampuan rasional publik. Dan data yang
dibutuhkan masyarakat, tidak boleh diselewengkan atau
disembunyikan. Ketika banyak pihak terbiasa meneliti dan
terekspos oleh data, penyelewengan data akan berkurang.
Keterbukaan akses informasi ini, memfasilitasi masyarakat,
mengamati politisi dalam membuat keputusan yang akurat.
c) Kepentingan Umum daripada Pribadi atau Golongan
Hendaknya mengembangkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadi atau golongan. Motif pribadi atau golongan,
63
atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kolektif oleh
publik, sungguh suatu tindakan tercela.
Pertanyaan yang dapat diangkat adalah: ”Apakah saya
melupakan amanah yang telah diberikan oleh khalayak pada
saya?” Ajakan suci ini memang membutuhkan gerakan hati dari
politisi. Dan hati adalah ranah personal dari seorang individu.
Namun, masyarakat memiliki hak sebagai eksekutor, ada atau
tidak adanya politisi tersebut duduk di singasana politik. Meski
butuh waktu lima tahunan.
d) Menghormati Perbedaan
Politik juga dapat dilaksanakan dengan menghormati perbedaan
pendapat dan argumen. Meski diperlukan adanya kerjasama dan
kompromi, nilai dasar hati nurani, perlu menjadi batasan
pembuatan kebijakan.
e) Penerapan Hukum
Penerapan etika politik sebaiknya didasari hukum. Masyarakat
terdiri dari kelompok-kelompok yang mungkin sekali
mempunyai kepentingan berlawanan. Politisi, dibantu oleh
pengawasan masyarakat, sebaiknya mampu memfasilitasi dan
mengatur kepentingan-kepentingan kelompok dengan
membangun institusi-institusi yang adil.
Pengeksklusifan pada suatu kelompok dapat membuahkan
keberuntungan bagi yang satu dan kemalangan bagi yang lain.
Pengelolaan hukum dengan prosedur yang baik, dapat
mengontrol dan menghindarkan semaksimal mungkin
penyalahgunaan. Keadilan tidak diserahkan kepada politisi, tapi
dipercayakan kepada prosedur yang memungkinkan
pembentukan sistem hukum yang menjamin pelaksanaan
64
keadilan. Jadi ketika politisi melakukan pelanggaran, prosedur
hukum secara otomatis dan transparan, dapat diberlakukan pada
politisi, tanpa adanya rekayasa.
f) Mengurangi Privasi
Satu upaya pelaksanaan etika politik, menurut Dennis F
Thompson (1987), adalah dengan mengurangi privasi pejabat
negara. Menurutnya, para pejabat sesungguhnya bukan warga
negara biasa. Mereka memiliki kekuasaan atas warga negara, dan
bagaimanapun, mereka merupakan representasi dari warga
negara. Perbedaan-perbedaan signifikan antara pejabat negara
dan warga negara membuat berkurangnya wilayah kehidupan
pribadi (privacy) para pejabat negara. Karenanya, privacy
pejabat negara tidak harus dijaga, bila perlu dikorbankan untuk
menjaga keutuhan demokrasi dan menjaga kepercayaan warga
negara. Kebijakan-kebijakan politik yang diambil, sebesar dan
atau seluas apa pun, sedikit banyak, berpengaruh bagi kehidupan
warga negara
Jadi layaklah bila masyarakat tahu secara detail, mengenai
kehidupan pejabat-pejabat negara. Pengetahuan tersebut
merupakan bagian dari garansi dan kontrol publik yang membuat
warga negara menaruh kepercayaan pada pejabat negara yang
telah dipilihnya. Warga negara harus punya keyakinan bahwa
pejabat negara yang dipilihnya benar-benar memiliki fisik yang
sehat dan pribadi yang jujur. Meski orang mungkin berubah,
namun perlu ada jaminan awal bahwa politisi tersebut berpotensi
untuk tidak mempergunakan kekuasaan dan kewenangan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya.
g) Beriman
Penerapan etika politik dapat berjalan dengan mulus, bila semua
pihak menyandarkan keyakinan pada agama. Sila Ketuhanan
Yang Maha Esa, hendaklah menjadi jiwa dalam kehidupan tiap
individu. Etika dan moral politisi akan rusak ketika tidak
dihubungkannya agama dengan politik. Padahal, keduanya
adalah satu kesatuan integral bagai jiwa dan raga.
Iman, adalah percaya pada Tuhan. Bila politisi mempercayakan
diri pada Tuhan sebagai pemilik dirinya, tempat kembalinya,
65
pengatur manusia, pemberi amanah, penguasa keputusan hidup
dan tempat berawal dan berakhirnya segala sesuatu, diharapkan
politisi memiliki arahan yang terbenar.
h) Terbukanya Ruang Publik
Perlu diperbanyak ruang publik yang memberi kesempatan
politisi dan masyarakat saling berkomunikasi.
Terbukanya kesempatan berbagi antartokoh, politisi, media,
akademisi, birokrat, mahasiswa dan masyarakat lainnya memberi
penyegaran-penyegaran edukatif pada semua pihak. Selain itu
mengurangi prasangka atau peluang terjadinya pelanggaran etika
politik.
Adanya ruang publik juga diharapkan: 1) dapat memberi ruang
terbuka pada peningkatan rasional dan daya kritis publik. 2)
mempersiapkan calon politisi untuk menjadi politisi beretika, 3)
mengingatkan politisi untuk beretika.
Semua pihak akan diuntungkan. Politisi yang beretika,
diuntungkan dengan adanya masyarakat yang terdidik.
Masyarakat juga diuntungkan, dengan politisi yang beretika.
Pada masyarakat yang tidak terpelajar atau terbelakang, maka
politisi yang tidak beretika masih tetap ada. Ongkos sosial juga
tinggi, diantaranya: banyaknya intrik, masyarakat dikorbankan,
kemajuan Indonesia juga tidak signifikan.
66
DAFTAR PUSTAKA
67
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP
Muhamad
Man jadda wa
1. Guntur 085211138459
jada
Mahardika
Be better than
2. Nuranisa you were 081370380455
yesterday
Suptiansyah
Dharma sakti
4. Mileana 0895358137455
wibawa Panji
Suryapanunggal
68
BAB 6
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
KELOMPOK 6
EKONOMI SYARIAH B/19
NO Nama NIM NO Nama NIM
1 Raply Rapiyudin 1199220069 3 Siti Fauzah R 1199220084
2 Salma Hanifah 1199220077 4 Yusuf Alfiansyah 1199220093
PEMBAHASAN
c. Pengertian dan makna ideology
d. Macam-macam ideology
e. Pancasila sebagai ideology
f. Peranan dan fungsi ideology pancasila bagi bangsa indonesia
SCOR BOOK
80
(Sitasi 10)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
69
ideologi dengan pandangan hidup akan membedakan suatu bangsa
dengan bangsa lainnya. (Dr. H. Syahrial Syarbaini, 2014)
Ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-
keprcayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut
bidang politik, sosial, kebudayaan dan keagamaan.(Kaelan, 2010)
Lain halnya dengan Mubyarto, ia mengartikan bahwa ideologi
ialah sejumlah doktrin, kepercayaan dan simbol-simbol
sekelompok masyarakat atau satu bangsa yang menjadi pegangan
dan pedoman karya (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan
masyarakat atau bangsa.(Mubyarto, 1991)
Ideologi berada satu
tingkat dari filsafat, filsafat digerakan oleh kecintaan kepada
kebenaran dan tanpa pamrih, ideologi digerakan oleh tekad
mengubah keadaan yang tidak diinginkan, menuju ke keadaan
yang diinginkan. Dan sudah ada suatu komitmen, oleh karena
itu,ideologi merupakan wawasan yang hendak diwujudkan, maka
ideologi selalu berkonotasi politik. Politik, yang bias
diterjemahkan sebagai kebijakan, menyangkut asas dan dasar
untuk mewujudkan ideologi kedalam kenyataan. Di dalam ideologi
orang tidak mempermasalahkan nilai kebenaran internalnya. Dan
dipandang sebagai belief system, sedangkan filsafat, ilmu ataupun
teologi merupakan pemikiran yan bersifat refleksif,kritis dan
sistematik, dimana pertimbangan utama adalah kebenaran
pemikiran. Karena perbedaan ideologi disebut sebagi suatu system
pemikiran yang bersifat tertutup(pranarka, 1985:372)
Dalam perkembangan ideologi mempunyai arti berbeda:
5. Weltan schuung : pengetahuan yg mengandung pemikiran-
pemikiran besar, cita-cita,mengenai
sejarah,manusi,masyarakat Negara (science of ideas)
6. Sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran
internal dan kenyataan empiris, ditujukan dan tumbuh berdasar
kepentingan tertentu(cenderung bersifat tertutup)
7. Belief system : berbeda dengan ilmu,filsafat atau teologi
2. Makna Ideologi
a. Pancasila sebagai seperangkat idea tau gagasan yang sistematis
b. Pancasila sebagai pedoman cara hidup
c. Pancasila sebagai cita-cita yang hendak dicapai
d. Pancasila sebagai prinsip yang dipegang teguh
70
teguhnya, yakni masyarakat Indonesia. Makna tersebut tentu saja tidak bias
diwujudkan tanpa penerapan pada wilayah praktis, seperti perumusan
kebijakan dan aturan. Bila pancasila tidak dipraktikkan, maka maknanya
hilang.
B. MACAM-MACAM IDEOLOGI
Terdapat dua tipe ideologi sebagai ideologi suatu negara. Terdapat dua
macam watak ideologi yakni:
1. Ideologi terbuka
2. Ideologi tertutup
1. Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu mengikuti
perkembangan jaman dan bersifat dinamis atau merupakan suatu
sistem pemikiran terbuka yang merupakan hasil konsensus dari
masyarakat itu sendiri, nilai-nilai dari cita-citanya tidak dipaksakan
dari luar melainkan digali dan diambil dari suatu kekayaan, rohani,
moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Ideologi terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan
penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-
politik selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan nilai dan
prinsip moral yang berkembang di masyarakat. Operasional cita-cita
yang akan dicapai tidak dapat ditentukan secara apriori, melainkan
harus disepakati secara demokratis. Dengan sendirinya ideologi
terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat dipakai
melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya
dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan.
Ideologi macam ini memiliki ciri:
1. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat
(falsafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang
melainkan kesepakatan masyarakat.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
konsensus masyarakat. Ideologi terbuka tidak diciptakan, melainkan
ditemukan dalam masyarakat sendiri. Oleh karena itu ideologi terbuka
itu adalah milik seluruh rakyat; masyarakat dapat menemukan dirinya
kembali di dalamnya.
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat
sendiri, ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan
dalam kehidupan mereka.
71
3. Isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru
dapat dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan kembali
mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
Keterbukaan ideologi bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar yang
terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan wawasannya lebih
kongkrit, sehingga memiliki kemampuan yang reformatif untuk
memecahkan masalah-masalah aktual yang senentiasa berkambang
seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan iptek dan zaman.
4. Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab
masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha
hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
5. Ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat
reformatif, dinamis dan terbuka.
Hal ini dimaksudkan bahwa bersifat aktual, dinamis, antisifasif dan
senentiasa mampu menyelesaikan dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat.
6. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat
yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
2. Ideologi Tertutup
Ideologi Tertutup adalah ajaran atau pandangan dunia atau
filsafat yang menentukan tujuan – tujuan dan norma – norma politik
dan sosial yang ditetapkan sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang
sudah jadi dan harus dipatuhi.Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak
boleh dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip
moral yang lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat
dirubah atau dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu
ideologi ini tidak mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain
Ideologi tertutup bersifat Dogmatis dan Apriori, dogmatis
berarti mempercayai suatu keadaan tanpa data yang valid, sedangkan
apriori , yaitu berprasangka terlebih dahulu akan suatu keadaan.
ideologi tertutup tersebut dipaksakan berlaku dan dipatuhi oleh
masyarakat yang di atur oleh masyarakat elit tertentu atau kelompok
masyarakat, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara
yang totaliter. bersifat totaliter berarti menyangkut seluruh aspek
kehidupan.
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Ideologi
macam ini memiliki ciri:
72
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar
untuk mengubah masyarakat.
2. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara,
ideologinya itu akan dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai,
norma-norma, dan berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah
sesuai dengan ideologi tersebut.
3. Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang
kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat
berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan, sebab kedua
bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi
perilaku masyarakat.
4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan
5. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh dipermasalahkan
berdasarkan nilai – nilai atau prinsip – prinsip moral yang lain.
6. Ideologi tertutup tidak mengakui hak masing – masing orang
untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri.
7. Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan
kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
8. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diubah atau
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial dan isinya juga tidak
hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan
operasional yang keras, mutlak dan total.(Shiro-chan, 2017)
73
fungsi sebagai nilai-nilai dasar bersama dimana segenap tingkah
laku rakyat dan Negara harus mengacu kepadanya.
Sebagai sebuah ideologi, pancasila adalah sebuah gagasan
yang berorientasi futuristik yang berisi keyakinan yang jelas yang
membawa komitmen untuk diwujudkan atau berorientasi pada
tindakan. ideologi mempunyai peranan sebagai pernyataan
kepentingan bangsa dan sekaligus sebagai alat pengekang jika
nilai-nilai dirasakan akan terancam. Peranan pancasila untuk
kepentingan bangsa merupakan suatu identitas nasional bangsa
indonesia yang ditandai dengan karakter bersamanya. Selain itu
pancasila juga mempunyai peranan sebagai pedoman dan
pegangan dalam hal sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara bagi bangsa indonesia di manapun mereka berada.
Sebagai pandangan hidup bangsa indonesia, maka pancasila
dipergunakan sebagai pandangan hidup sehari-hari dan digunakan
sebagai petunjuk arah semua kegiatan didalam semua bidang.
Dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan norma-
norma kehidupan.(Afrani, 1996)
74
Ideologi nasional bangsa Indonesia adalah pembukaan UUD 1945
adalah sebuah ideologi perjuangan
Pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai ideologi yang
memuat ajaran,doktrin,teori dan atau ilmu tentang cita-cita(ide) bangsa
Indonesia yang diyakini kebenarannya da disusun secara sistematis
serta diberi petunjuk pelaksaannya (bp-7 pusat, 1993).
Pancasila sebagai ideologi nasional diartikan sebagai suatu pemikiran
yang memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai
sejarah,manusia,masyarakat, hukum dan Negara Indonesia, yang
bersumber dari kebudayaan Indonesia.
76
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,
serta dalam evaluasiasinya.
15. Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila: Pancasila
di samping sebagai dasar negara juga merupakan tujuan nasional.
Tujuan ini dapat diwujudkan melalui pembangunan nasional.
Dengan perkataan lain, untuk mewujudkan nilai-nilai luhur
Pancasila harus dilaksanakan pembangunan nasional di semua
bidang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
Jadi, fungsi utama Pancasila adalah sebagai dasar negara yang sesuai
dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, dan pada hakikatnya
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.(Wkaward,
2016)
Menurut (Juremi, 2006) ideologi mempunyai peranan
yang sangat penting bagi bangsa indonesia yaitu sebagai berikut:
a. Mempunyai peran sebgai citra jati diri bangsa, dimana indonesia
sebagai kelompok sosial yang besar, mempunyai kebutuhan untuk
memiliki citra jati dirinya.
b. Mempunyai peran sebagai akan penemu keyakinan dan kebenaran
dalam perjuangan bersama.
c. Mempunyai peran sebagai penghubung antara satu generasi dengan
generasi lainnya, antar pendiri bangsa dan generasi penerus. Sehingga
generasi penrus akan terus melanjutkan perjuangan generasi
pendahulunya untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
d. Mempunyai peran sebagai hukum dasar, dalam artian sebagai
pedoman utama dalam pembuatan aturan perundang-undangan.
Pancasila mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjaga
stabilitas bangsa, karena pancasilamerupakan landasan bagi bangsa
indonesia untuk berpijak dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Pancasila berfungsi baik dalam menggambarkan tujuan NKRI maupun
dalam proses pencapaian tujuan NKRI. Hal ini berarti tujuan negara
yang dirumuskan sebagai “melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”, mutlak harus sesuai dengan semangat dan nilai-nilai Pancasila.
Secara historis fungsi dan peran Pancasila, mengalami tahapan-
tahapan dan setiap tahapan masing-masing mencerminkan lingkup
permasalahan yang berbeda, sehingga menuntut visi yang khas pula.
Menurut (Tjarsono, 2013) fungsi pancasila berdasarkan
tahapan nya antara lain sebagai berikut:
77
a. Pancasila sebagai ideologi pemersatu
b. Pancasila sebagai ideologi pembangunan
c. Pancasila sebagai ideologi terbuka
Berdasarkan tahapan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pancasila mempunyai peran dan fungsi yang sangat penting bagi
bangsa indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa menjadikan
pijakan bagi bangsa indonesia dalam mengambil tindakan serta
merupakan filter terhadap perubahan zaman, sehingga tetap menjaga
nilai-nilai dasar yang ada pada masyarakat indonesia.
.
DAFTAR PUSAKA
78
PROFIL PENULIS
79
BAB 7
HUBUNGAN PANCASILA DENGAN ISLAM
KELOMPOK 7
EKONOMI SYARIAH 1 B
NO NAMA NIM
PEMBAHASAN
81
(Sitasi 11)
DESKRIPSI PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila dan Agama Islam
Pengertian Pancasila adalah suatu ideologi dan dasar negara Indonesia yang
menjadi landasan dari segala keputusan bangsa dan mencerminkan
kepribadian bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila adalah dasar dalam
mengatur pemerintahan negara Indonesia yang mengutamakan semua
komponen di seluruh wilayah Indonesia.
80
Secara Etimologi, kata “Pancasila” berasal dari bahasa Sansekerta India
(Kasta Brahmana), yaitu kata “Panca” yang artinya Lima, dan “Sila” yang
artinya Dasar. Sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah Lima Dasar.
Pancasila dicetuskan oleh para pendiri bangsa Indonesia agar kita mempunyai
pondasi yang kuat dalam menjalankan pemerintahan. Artinya, dengan adanya
Pancasila maka Indonesia memiliki dasar atau pondasi dalam bernegara
sehingga tidak mudah dipengaruhi dan dijajah oleh bangsa lain.
Pancasila ialah sebagai dasar negara sering juga disebut dengan dasar falsafah
negara (dasar filsafat negara atau philosophische grondslag) dari negara,
ideologi negara (staatsidee). Dalam hal tersebut Pancasila dipergunakan
sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara
Islam (Arab: al-islām, اإلسالم, "berserah diri kepada Tuhan") adalah agama
yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT.
Dengan lebih dari satu seperempat miliar orang pengikut di seluruh dunia,
menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama
Kristen. (Wikipedia).
Pengertian Islam secara Harfiyah
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang
bermakna dasar “selamat” (Salama).
Pengertian Islam Menurut Bahasa
Kata Islam berasal dari kata aslama yang berakar dari kata salama. Kata Islam
merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari kata aslama ini.
81
اإلسالم مصدر من أسلم يسلم إسالما
Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam
memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah:
1. Islam berasal dari kata ‘salm’ (س ْلم
َّ )الyang berarti damai.
Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka
damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu
berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang
berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika
golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. 49 : 9).
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat
menjunjung tinggi perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan
kaum muslimin berperang jika mereka diperangi oleh para musuh-musuhnya.
82
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,
dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim
menjadi kesayanganNya.” (QS. 4 : 125)
Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik
yang ada di bumi maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya
kepada Allah SWT, dengan mengikuti sunnatullah-Nya.
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal
kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik
dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan.” (QS. 3 : 83)
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena
sebagai seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total
menyerahkan seluruh jiwa dan raga serta harta atau apapun yang kita miliki,
hanya kepada Allah SWT.
Dimensi atau bentuk-bentuk penyerahan diri secara total kepada Allah adalah
seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran, tingkah laku, pekerjaan,
kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya hanya
kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang
bersinggungan dengan orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan,
sosial, kebudayaan dan lain sebagainya, semuanya dilakukan hanya karena
Allah dan menggunakan manhaj Allah.
83
Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada
Allah dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi
segala yang dilarang-Nya.
“(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci.” (QS.
37: 84)
Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih,
yang mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan
kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di
dunia maupun di akhirat. Karena pada hakekatnya, ketika Allah SWT
mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan utamanya untuk
mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.
84
1. Islam sebagai wahyu ilahi
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. 53 : 3-4)
“Katakanlah: “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan
kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub,
dan anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi
dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara
mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami menyerahkan diri.” (QS. 3 : 84)
“Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang meyakini.”
(QS. 45 : 20):
85
6. Menuju kebahagiaan dunia dan akhirat
86
menempatkan status dzimmi bagi bangsa yang didirikan diatas pengorbanan
semua kaum yang ingin menjadi satu bangsa dalam satu tatanan kenegaraan,
NKRI. Keberatan lainnya adalah bahwa fakta sejarah yang memperlihatkan
bahwa penguasa dan kaum intelektual Islam zaman dahulu di dunia maupun
di Indonesia hingga kini selalu dalam perbedaan dalam menginterpretasi dan
memaknai (shariat) Islam. Bila direfleksikan pada kondisi sekarang ini, dunia
Islam seperti Iran dan Pakistan misalnya penuh dengan pertentangan ideologi
Islam yang bahkan menyeret umat Islam pada perpecahan yang berdarah antar
sesama Muslim dan lebih senang melupakan makna dan tujuan berbangsa dan
bernegara. Hal ini karena politik Islam selama ini lebih cenderung pada politik
ideologi daripada politik kebangsaan dan kebernegaraan. Politik shariat Islam
boleh jadi hingga kini masih berkutat pada politik interpretasi ideologi
(teologis). Berdakwah politis untuk mencapai satu shariat Islam sepertinya
jauh dari pada kenyataan, dan ini akan berakibat fatal karena nafsu syahwat
kekuasaan politik lebih dominan dan menarik daripada niat untuk membangun
kehidupan yang rahmatan lil alamin dalam satu bangsa dan negara.
Umat Islam dan umat agama lainnya di Indonesia dalam kebangsaan yang
tunggal ini sebenarnya lebih memungkinkan untuk bekerjasama dalam
membangun bangsa, lepas dari keterpurukkan ekonomi maupun sosial, dan
filsafat Pancasila disini bisa menjadi kalimat al sawaauntuk semua golongan.
Hal inilah yang sebenarnya menjadi ‘kesepakatan’ bersama dalam rekap
laporan Komisi I Konstituante Tentang Dasar Negara 1957. Nilai dan falsafah
Pancasila bagi dasar negara Indonesia tidak diragukan lagi ada di setiap agama
yang menjunjung keadilan dan kemanusiaan. Sesuatu dasar neagra yang
memuat semua hal yang merupakan kepribadian luhur bangsa Indonesia,
dijiwai semangat revolusi 17 Agustus 1945 yang menjamin hak asasi manusia
dan menjamin berlakunya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, yang
menjadikan musyawarah sebagai dasar segala perundingan dan penyelesaian
mengenai segala persoalan kenegaraan, menjamin kebebasan beragama dan
beribadat dan berisikan sendi-sendi perikemanusiaan dan kebangsaan yang
luas .
87
Terpuruknya suatu bangsa yang memiliki pandangan yang luhur seperti
Indonesia kini bukanlah kesalahan dan kegagalan dari dasar negaranya
Pancasila. Bahkan fakta sosial bahwa banyak umat agama yang terpuruk
bukan berarti agama itu salah atau gagal. Pandangan bijak seperti ini
sebenarnya telah diucapkan oleh para wakil Komisi I di sidang Konstituante
ini. Kiranya pernyataan ini adalah pernyataan bijak yang abadi. Islam atau
agama apapun dalam sejarah bangsa dan negara di dunia ini banyak yang
mengalami kegagalan dan kehancuran, hal ini dikarenakan penguasa saat itu
tidaklah demokratis dan menjunjung keadilan bagi terciptanya kesejahteraan
rakyatnya. Hal itu diperparah oleh elite penguasa dan agama yang korup,
mementingkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya. Pancasila juga
mengalami hal itu terutama sejak (dan bila) penguasa melupakan tujuan dari
pancasila itu sendiri yakni menciptakan keadilan sosial dan ekonomi bagi
seluruh rakyatnya. Jadi bukan salah Pancasila apalagi Agama bila suatu
bangsa terpuruk, namun lebih daripada itu semua dalah kesalahan elite
penguasa dan agama yang rakus pada kekuasaan dan kemakmuran diri sendiri.
Namun demikian, dibanding dengan agama yang selalu eksklusif sifatnya,
Pancasila dengan nilai demokratisnya lebih menjanjikan bagi suatu
kebangsaan yang multi-segalanya seperti Indonesia ini.
Akan tetapi, bukan berarti dasar negara tidak boleh diganti (dengan suatu
agama misalnya) seperti yang diingatkan oleh Soedjamoko di Sidang
Konstituante ini. Sebab bila rakyat semua berkehendak untuk dirubah maka
sah lah dasar negara yang disepakatinya nanti. Walaupun demikian,
Soedjatmoko mengingatkan bahwa tujuan dasar negara itu adalah untuk
menciptakan keadilan, kemanusiaan, dan kemakmuran sebesar-besarnya bagi
seluruh bangsa. Hal yang hanya bisa diciptakan dalam mekanisme demokrasi
modern. Disinilah arti daripada demokrasi modern bagi semua agama yang
memiliki naluri eksklusifitas bisa direkonstruksi demi tujuan yang lebih mulia
yakni kemanusiaan yang adil dan beradab dalam mencapai kesejahteraan
sosial dan ekonomi serta politik yang seluas-luasnya. Demokrasi bukan berarti
kesempatan bagi sekelompok elite agama untuk memaksakan kehendaknya
seperti halnya tampak dalam kasus akhir-akhir ini di Indonesia lewat
88
Islamisasi Perda maupun RUUP yang sepihak tanpa adanya musyawarah dan
rasa keadilan.
Meskipun begitu, nilai etik dan moral pada Pancasila sesungguhnya berasal
dari nilai-nilai tradisi dan agama itu sendiri yang tentu saja musti
disempurnakan dengan imbangan nilai-nilai kemanusiaan modern seperti
yang dimaktub dalam deklarasi HAM. Doktrin Agama yang tumbuh dalam
ruang dan waktu sejarah tertentu jelas mengalami dislokasi dengan rasa
budaya dan kemanusiaan yang ada, apalagi agama yang datang dari satu
daerah ke daerah lain. Dislokalitas dan temporalitas agama jelas terkandung
didalamya suatu nilai budaya tertentu -misal Islam dan Arab atau Kristen dan
Barat. Negoisasi dan akulturasi yang terjadi di ruang dan waktu sejarah
selanjutnya juga ikut mewarnai sosok agama tersebut hingga tercipta simbiosis
semacam Islam Jawa atau Kristen Batak. Nilai-nilai modern ini sebenarnya
tumbuh dari pengalaman manusia dalam mencari dan mamaknai keadilan dan
kemanusiaan akibat perjumpaan antar dan inter agama dan budaya. Pancasila
yang tumbuh dari kepribadian bangsa inilah (yakni agama yang memiliki nilai
demokrasi modern) yang akan mampu membawa manusia menjalani dan
mengekspresikan agamanya menjadi lebih dewasa. Beragama dalam bingkai
keindonesiaan berarti mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan berpancasila
dalam segala tindakan etik dan moral kita sejatinya buah dari religiusitas
beragama yang dewasa dan modern. Celakanya agama modern sekarang lebih
berorientasi pada masa lalu yang dianggap otentik dan murni, mirip dengan
Pancasila di Zaman Orba yang memfosilkan Pancasila itu sendiri.
(https://edudetik.blogspot.com/2014/03/makalah-hubungan-antara-islam-
dan.html)
Mengaitkan ide kebangsaan dan keislaman menjadi menarik setidaknya
disebabkan oleh beberapa hal :
Pertama, bahwa nilai moral Islam telah membentuk dan menjadi roh yang
mengisi nilai tauhid Pancasila. Gagasan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
bukanlah lahir dari ruang hampa tanpa makna. Ia lahir dari suatu konsep tauhid
yang murni Islam yang memandang Allah sebagai titik awal berangkat,
berkreasi membangun bangasa. Nilai tauhid itu menjadi roh utama yang
membentuk sila-sila selanjutnya dalam falsafah bangsa Pancasila. Fondasi
tauhid yang menjadi dasar bangunan Islam telah pula diletakkan oleh para
Bapa Bangsa sebagai fondasi kukuh sebuah rumah bernama Indonesia.
Kedua, bahwa Wacana Keislaman dengan tauhid sebagai fondasi berbangsa
melalui Pancasila dalam perjalanan sejarahnya telah mengalami pasang surut.
89
Banyaknya pihak yang berupaya memisahkan bahkan membenturkan nilai-
nilai tauhid dengan Pacasila, dengan kata lain Islam versus Pancasila. Islam di
sisi lain berhadapan dengan Pancasila di sisi lain berhadapan untuk siap saling
menerkam dan menikam. Untuk itu perlu kembali kita mendudukkannya pada
proporsi relasi yang sesungguhnya untuk melihat relasi kontrukstif Islam
dalam Falsafah Pancasila.
Islam menurut Soekarno adalah anti pada kekafiran yang datang dari luar
bangsa Indonesia, yang secara langsung telah melahirkan suatu semangat
nasionalisme. Islam menurutnya tidak memusuhi semangat nasionalisme,
justru melahirkan nasionalisme itu sendiri. Soekarno menyitir QS. Al- Hujurat
(49) ayat 13 dan QS. Ali Imraan (3) ayat 129 yang menurutnya adalah
kekuatan penolak kapitalisme sekaligus menunjukkan adanya satu persatuan
dan kesatuan bangsa.
C. Relevansi Ayat Qur’an dengan Pancasila
1. Sila Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Nilai Ke-tuhanan Yang Maha Esa jelas mengadopsi konsep bertuhan Islam,
hal ini begitu jelas dan tegas Tuhan berfirman dalam Quran yaitu surat Al-
Ikhlas;
ص َمد لَ ْم َي ِلدْ َولَ ْم ي ُْولَد َولَ ْم َي ُك ْن لَّهٗ ُكفُ ًوا ا َ َحد ّٰللاُ ا َ َح ٌۚد َ ه
َّ ّٰللاُ ال قُ ْل ه َُو ه
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah tempat
meminta segala sesuatu, (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.”
Peletakan Sila pertama Pancasila dengan Ketuha-nan yang Maha Esa sebagai
landasan ideologi negara merupakan kemenangan para ideolog muslim
Indonesia. Nilai Pancasila telah mengadopsi ideologi utama Islam yaitu
Tauhid. Tauhid adalah dasar utama dalam sokoguru bangunan ajaran Islam.
Ideologi Islam yang berazaskan Tauhid telah diterapkan oleh para Bapak
Pendiri Bangsa dengan meletakkannya pada Sila pertama Pancasila. Ayat
Quran sebagai basis Tauhid umat Islam terdapat dalam banyak ayat Quran,
dan salah satu yang menegaskan nilai Tauhid adalah Quran Surah AlIkhlas.
Surah Al-Ikhlas diakui sebagai inti dari ajaran Islam, yaitu Pengakuan atas
Keesaan Tuhan. Nilai ini kemudian diletak-kan dalam basis utama fondasi
filosofi bangsa yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
2. Sila Kedua (Kemanusian Yang Adil dan Beradab)
90
Nilai kemanusiaan dalam sila kedua Pancasila menunjukkan sebuah kesadaran
sikap penghargaan atas nilai-nilai kemanusiaan tanpa memandang suku,
agama, bangsa dan negara. Kemanusiaan melampaui batas negara, ia adalah
sikap untuk dengan sadar menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Nilai
kemanusiaan menolak sikap chauvinisme yang mementingkan kebenaran
dirinya dibandingkan manusia yang lain. Penghargaan atas manusia ini
menuntut sikap perilaku manusia yang adil. Adil terhadap dirinya, adil
terhadap manusia lainnya, karena adil adalah sifat Tuhan. Dalam konteks
kemanusiaan yang adil juga beradab, maka Islam juga turut memasukkan
nilai-nilai dasarnyanya yaitu sifat adil yang merupakan sifat utama Allah Swt
yang wajib diteladani oleh manusia. Sifat beradab merupakan lawan dari sifat
zalim, dan sifat adil serta beradab terdapat secara tegas di dalam Quran Surah
an-Nahl [16]:90:
91
Heterogenitas masyarakat atau rakyat Indonesia dengan beragam aspirasi dan
kepentingan, telah menempatkan penyelesaian secara musyawarah menjadi
sangat penting, terutama dalam meemelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Bertolak dari pemikiran ini, dengan mempertimbangkan kemajemukan dari
bangsa Indonesia dan menempatkan kedaulatan berada di tangan rakyat, maka
dirumuskan sila keempat, yaitu “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam ‘Permusyawaratan’ Perwakilan.” Dari rakyat
diputuskan oleh rakyat dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dan
dikembalikan kepada rakyat untuk ditaati (democracy). Dalam Al-Qur’an
dijelaskan dalam surat Asy-Syura ayat 38 yang isinya:
َورى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُ ْن ِفقُون
َ شُ ص َالة َ َوأ َ ْم ُرهُ ْم
َّ َوالَّذِينَ ا ْست َ َجابُوا ِل َربِ ِه ْم َوأَقَا ُموا ال
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami
berikan kepada mereka.”
5. Sila Kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Pada hakikatnya manusia diciptakan Tuhan di muka bumi adalah sebagai
“khalifah” atau pemimpin yang bertugas mengelola alam dengan segala isinya
sehingga berada dalam kehidupan yang aman, tenteram, dan damai, yang
memungkinkan manusia melaksanakan kewajibannya dengan khusyuk dalam
menyembah dan mencintai Tuhan (pencipta). Khalifah/pemimpin yang
memiliki kemampuan dan kemauan untuk secara musyawarah, terhadap
beragam macam kebutuha manusia, baik kebutuhan sebagai makhluk individu
maupun sebagai makhluk sosial. Dalam hal ini, diperlukan pemimpin yang
mampu dan mau mengambil putusan yang dapat diterima oleh semua pihak
dengan keputusan yang seadil-adilnyatanpa keberpihakan. Dalam Al-Qur’an
juga dijelaskan pada surat An-Nahl ayat 90 yang isinya:
ُ َاء َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي ِ ٌۚ يَ ِع
ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ِ ان َوإِيت َِاء ذِي ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى َع ِن ْالفَحْ ش ِ ْ ّٰللا يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَدْ ِل َو
ِ اإل ْح َس َ َّ إِ َّن
َّ َ َ
َ“ تذك ُرونSesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.”
92
DAFTAR PUSTAKA
93
PROFIL PENULIS
N NAMA FOTO MOTTO NO HAPE
O
1 RIFQI MENJADI 0896618316
NAUFAL KAPITALI 72
HANIF S ATAU
DITINDA
S
KAPITALI
S
2 SRI ANTARA +62 896
WAHYU ADA DAN 6810 3004
NI TIADA
94
BAB 10
NILAI – NILAI PANCASILA DALAM UUD 1945
KELOMPOK 8
EKONOMI SYARI’AH B/1
SCOR BOOK
74
(Sitasi 4)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Pengertian UUD
Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945 I
dinyatakan bahwa: “ Undang-undang Dasar suatu negara ialah hanya
sebagian dari hukumnya dasar negara itu. Undang-undang Dasar ialah
hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang
dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan Negara meskipun tidak tertulis, ialah aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan
Negara meskipun tidak tertulis”.(Artonang, 2015)
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, pengertian kata
Undang-Undang Dasar menurut UUD 1945, mempunyai pengertian
95
yang lebih sempit daripada pengertian hukum dasar, Karena yang
dimaksud Undang-undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis,
sedangkan pengertiann hukum dasar mencakup juga hukum dasar yang
tidak tertulis.(Artonang, 2015)
Undang-Undang Dasar 1945 adalah keseluruhan naskah yang
terdiri dari Pembukaan dan Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan).
Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat
terdapat rumusan dari Pancasila, dan Pasal-Pasal Undang-Undang
Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai dengan Bab XVI) dan 72
Pasal (Pasal 1 sampai dengan pasal 37), ditambah dengan 3 Pasal
Aturan Peralihan dan 2 pasal Aturan Tambahan. Bab IV tentang DPA
dihapus, dalam amandemen keempat penjelasan tidak lagi merupakan
kesatuan UUD 1945. Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945
merupakan satu kebulatan yang utuh, dengan kata lain merupakan
bagian-bagian yang satu sama lainnya tidak dapat
dipisahkan.(Artonang, 2015)
B. Pengertian Konstitusi
Di samping istilah undang-undang dasar, dipergunakan juga istilah
lain yaitu Konstitusi. Istilah konstitusi berasal dari bahasa inggris
constitution atau dari bahasa Belanda Constitutie. Kata konstitusi
mempunyai pengertian yang lebih luas dari Undang-undang dasar karena
pengertian Undang-undang Dasar hanya meliputi konstitusi yang tertulis
saja, selain itu masih terdapat konstitusi yang tidak tertulis, yang tidak
tercakup dalam pengertian Undang-undang Dasar.(Artonang, 2015)
96
pemerintahan di Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial.(Buleleng, 2014)
97
Era reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan
soeharto pada tahun 1998 hingga sekarang. Pada era
reformasi, pelaksnaan system pemerintahan demokrasi
pancasila diterapkan sesuai dengan asa demokrasi yang
berlandaskan pancasila. Pada era ini, pemerintahan
memberikan ruang gerak kepada partai politik dan DPR
untuk turut serta mengawasi pemerintahan secara
kritis.(Buleleng, 2014)
4. Masa sekarang
Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih
dalam masa transisi. Sebelum diberlakukannya sistem
pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil
amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan
Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan
beberapa perubahan seiring dengan adanya transisi menuju
sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya
Pemilu 2004.(Buleleng, 2014)
98
perundang-undangan lainnya yang kemudian dikeluarkan oleh negara
itu.(Faqyh, 2011)
99
c. setiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan hukum.
Pada Pasal 28
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan Undang-Undang.
100
8) Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Berasal dari
Pasal 28F Perubahan Kedua.
9) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. Berasal dari Pasal 28G ayat
(1) Perubahan Kedua.
10) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau
perlakuan yang merendahkan derajat martabat manusia dan
berrhak memperoleh suaka politik dari negara lain. Berasal dari
Pasal 28G ayat (2) Perubahan Kedua.
11) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Berasal dari Pasal
28H ayat (1) Perubahan Kedua.
12) Setiap berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus
untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan. Berasal dari Pasal 28H ayat
(2) Perubahan Kedua.
13) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Berasal dari Pasal 28H ayat (3) Perubahan Kedua.
14) Setiapa orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak
milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-
wenang oleh siapa pun. Berasal dari Pasal 28H ayat (4)
Perubahan Kedua.
15) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi,
seni, dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan
demi kesejahteraan umat manusia. Berasal dari Pasal 28C ayat
(1) Perubahan Kedua.
16) Setiapa orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun
masyarakat, bangsa, dan negaranya. Berasal dari Pasal 28C
ayat (2) Perubahan Kedua.
101
17) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum. Berasal dari Pasal 28D ayat (1) Perubahan
Kedua.
18) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Berasal
dari Pasal 28D ayat (2) Perubahan Kedua.
19) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan Berasal dari
Pasal 28E ayat (4) Perubahan Kedua.
20) Negara, dalam keadaan apapun, tidak dapat megurangi hak
setiap orang untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran, dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan
hukum, dan hak untuk tidak dituntut ats dasr hukum yang
berlaku surut. Berasal dari Pasal 28I ayat (1) Perubahan Kedua.
21) Negara menjamin penghormatan atas identitas budaya dan hak
masyarakat tradisional selaras dengan perkembangan zaman
pada tingkat peradaban bangsa. Berasal dari Pasal 28I ayat (3).
22) Negara menjunjung tinggi nilai –nilai etika dan moral
kemanusiaan yang diajarkan oleh setiap agama, dan menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk dan
menjalankan ajaran agamanya. Berasal dari Pasal 29 ayat (2)
UUD 1945.
23) Perlindungan, pemajuan,penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Berasal dari Pasal 28I ayat (4) Perubahan Kedua.
24) Untuk memajukan, menegakkan dan melindungi hak asasi
manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis,
maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur dan
dituangkan dalam peraturan perundang – undangan. Berasal
dari Pasal 28I ayat (5) Perubahan Kedua.
25) Untuk menjamin pelaksanaan Pasal 4 ayat (5) diatas, dibentuk
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang bersifat independen
menurut ketentuan yang diatur dengan undang – undang.
26) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain
dalam tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
27) Dalam menjalankan has dan kebebasannya, setiap orang wajib
tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang –
undang dengan maksud semata – mata menjamin pengakuan
serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan
untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
102
pertimbangan moral, nilai – nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarkat demokratis. Berasal
dari Pasal 28J Perubahan Kedua.
(Asshiddiqie, 2010)
DAFTAR PUSTAKA
103
PROFIL PENULIS
No. Nama Foto Moto No. HP
Tahan Emosi
Muhammad
Anggerkeun Kawani,
1. Kamal Ath – 089668837703
Moal Kumeok Memeh
Thaariq
Dipacok
089537236511
3. Sani Roudhoh Life A Choice
6
104
BAB IX
REALISASI PANCASILA
KELOMPOK 9
EKONOMI SYARI’AH B
XOR BOOK
80
(10 Sotaso)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
105
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila
yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan
Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila. (Wikipedia, n.d.)
Realisasi serta pengamalan pancasila yang objektif yaitu realisasi serta
implementasi nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan
negara, terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai dalam
praktik penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-undangan di
Indonesia.
Dalam implementasi penjabaran pancasila yang bersifat objektif
adalah merupakan perwujudan nilai-nilai pancasila dalam kedudukannya
sebagai dasar negara republik Indonesia, yaitu realisasi kongkritnya
merupakan sumber dari segala sumber hukum (sumber tertib hukum)
Indonesia. Oleh karena itu implementasi pancasila yang objektif ini
berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, secara lebih luas dengan
norma-norma kenegaraan.
Dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945, yang termuat dalam
Lembaran Negara Berita Republik Indonesia tahun II No.7 dinyatakan
bahwa, dalam pelaksanaan kehidupan kenegaraan ‘negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab’. Hal ini berarti mengandung suatu konsekuensi logis bahwa
Undang-Undang Dasar 1945 harus mengandung isi yang mewajibkan
kepada pemerintah dan para penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusian yang luhur memegang teguh cita-cita moral yang luhur.
Hal ini dapat diartikan bahwa pelaksanaan pancasila yang subjektif itu
dapat terlaksana dengan baik manakala tercapainya suatu keseimbangan
kerohanian yang mewujudkan suatu bentuk sinergi dalam suatu bentuk
kehidupan keharmonisan yang mewujudkan bentuk kehidupan yang
memiliki keseimbangan kesadaran wajib hukum dengan kesadaran wajib
moral.
Realisasi dan pengamalan pancasila secara objektif berkaitan dengan
pemenuhan wajib hukum yang memiliki norma-norma yang tertuang dalam
suatu sistem hukum positif. Hal ini dimaksudkan agar memiliki daya
imperative secara yuridis.Walaupun aktualisasi objektif tertuang dalam
suatu sistem peraturan perundang-undangan namun dalam implementasi
pelaksanaan pancasila secara optimal justru realisasi subjektif yang
memiliki kekuatan daya imperative moral merupakan suatu prasyarat bagi
keberhasilan pelaksanaan pancasila secara objektif. Dengan perkataan lain
aktualisasi secara objektif itu akan berhasil secara optimal bilamana
didukung oleh aktualisasi atau pelaksanaan pancasila secara subjektif.
Realisasi Pancasila yang Objektif yaitu realisasi serta implementasi
nilai-nilai pancasila dalam segala aspek penyelenggaraan negara terutama
106
dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai pancasila dalam praksis
penyelenggaraan negara dan peraturan perundang undangan di Indonesia
berkaitan dengan norma-norma hukum dan moral, dengan norma-norma
kenegaraan. Realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk
norma-norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam
bidang Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang
kenegaraan lainnya. Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan Indonesia dan sistem hukum positif.
Contohnya: dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum
Indonesia, asas politik dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya
didasarkan pada dasar falsafah negara (Pancasila)
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan
atas serta diliputi oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara,
yakninya Pancasila, diantaranya:
1. Garis-garis Besar Haluan Negara.
2. Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
3. Pemerintahan.
4. Politik dalam negeri dan luar negeri.
5. Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
6. Kesejahteraan.
7. Kebudayaan.
8. Pendidikan dan lain sebagainya. (Ayu Wulandari, 2016)
107
3. Tanpa mengurangi sifat-sifat undang-undang yang tidak dapat
diganggu gugat, interpretasi pelaksanaannya harus mengingat unsur-
unsur yang terndung dalam filsafat negara.
4. Interpretasi pelaksanaan undang-undang harus lengkap dan
menyeluruh, meliputi seluruh perundang-undangan dibawah undang-
undang dan keputusan-keputusan administrasi dari semua tingkat
penguasa negara, mulai dari pemerintah pusat sampai dengan alat-alat
perlengkapan negara di daerah, keputusan-keputusan pengadilan serta
alat perlengkapannya begitu juga meliputi usaha kenegaraan dan aspek
kenegaraan lainnya.
5. Dengan demikian seluruh hidup kenegaran dan tertib hukum Indonesia
didasarkan atas dan diliputi oleh asas kerohanian pancasila. Hal ini
termasuk pokok kaidah negara serta pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945 juga
didasarkan atas asas kerohanian pancasila. Bahkan yang terlebih
penting lagi adalah dalam realisasi pelaksanaan kongkritnya yaitu
dalam setiap penentuan kebijaksanaan di bidang kenegaraan antara
lain.
a. Bentuk dan hukum kedaulatan dalam Negara.
b. Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
c. Sistem Demokrasi.
d. Pemerintahan dari Pusat sampai Daerah.
e. Politik dalam dan luar negri.
f. Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
g. Kesejahteraan.
h. Kebudayaan.
i. Pendidikan, dan lain sebagainya (Notonagoro, 1971:43, 44).
j. Tujuan negara.
k. Reformasi dan segala pelaksanaannnya.
l. Pembangunan Nasional dan lain pelaksanaan kenegaraan. (Kita,
2018)
108
Aktualisasi pancasila yang subjektif adalah pelaksanaan pada setiap
pribadi perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiapa
penduduk, setiapa penguasa dan setiap orang indonesia. Aktualaisasi
pancasial yang subjektif ini lebih penting karena realisasi yang subjektif
merupakan persyaratan bagi aktualisasi pancasiala yang sangat barkaitan
dengan kesadaran, ketaatan serta kesiapan individu untuk merealisaikan
pancasila. Dalam pengertian inilah pelaksanaan pancasila yang subjektif
yang mewujudkan suatu bentuk kehidupan dimana kesadaran wajib
hukum, telah terpadu menjadi kesadaran wajib moral. Sehingga dengan
demikian suatu perbuatan yang tidak memenuhi wajib untuk
melaksanakan pancasial bukanlah hanya akan menimbulkan akibat hukum
namun yang terlebih penting lagi akan menimbulak akibat moral. Dalam
pengertian inilah maka fenomena kongkrit yang ada pada seseorang yang
berkaitan dengan sikap dan tingkah laku seseorang dalam realisasi
pancasila yang bersifat subjektif disebut moral pancasila. Maka aktulaisasi
pancasila yang bersifat subjektif ini lebih berkaitan dengan kondisi
objektif, yaitu berkaitan dengan norma-norma moral.
Dalam aktualisasi pancasila yang bersifat subjektif bila mana nilai-
nilai pancasila telah di pahami, diresapi dan dihayati olah seseorang maka
seseorang itu telah memiliki moral pandangan hidup. Dan bila mana hal
ini berlangsung secara terus-menerus sehingga nilai-nilai pancasila terlah
melekat dalam hati sanubari bangsa indonesia, maka kondisi yang
demikian ini disebut dengan kepribadian pancasila. Hal ini dikarenakan
bangsa indonesia telah memeiliki suatu ciri khas (nilai-nilai pancasila,
sikap dan karakter) sehingga membedakan bangsa indonesia dengan
bangsa lain.
Dalam pengalaman pancasila perlu di usahakan adanya suatu kondisi
individu akan adanya kesadaran untuk merealisasikan pancasila.
Kesadaran adalah hasil perbuatan akal, yaitu pengalaman tentang keadaan-
keadaan yang ada pada diri manusia sendiri. Jadi keadaan-keadaan inilah
yang menjadikan objek dari kesadaran dan berupa segala sesuatu yang
bakat menjadi sumber pangalaman manusia. Aktualisasi serta pengalaman
itu bersifat jasmaniah maupun rokhhaniah, dari kehendak manusia.
(Satrianugroho, 2017)
109
dengan tingkat pengetahuan dan kemampuan individu.Bagi kalangan
intelektual pengetahuan pengetahuan itu meliputi aktualisasi
pengetahuan biasa (sehari-hari), pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan
filsafat tentang pancasila.Hal ini sangat penting terutama bagi para
calon pemimpin bangsa dan calon ilmuwan. Dalam proses
transformasi pengetahuan ini diperlakukan waktu yang cukup dan
berkeseimbangan, sehingga pengetahuan itu benar-benar dapat
tertanam dalam setiap individu. Tanpa pendidikan yang cukup maka
dapat dipastikan bahwa pemahaman tentang ideologi bangsa dan dasar
filsafat negara hanya dalam tingkat-tingkat yang sangat pragmatis, dan
hal ini sangat berbahaya terhadap ketahanan ideologi generasi penerus
bangsa.
2. Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam
dan diri sendiri.
3. Ketaatan, yaitu selalu dalam keadaan kesediaan untuk memenuhi wajib
lahir dan batin, lahir berasal dari luar misalnya pemerintah, adapun
wajib batin dari diri sendiri.
4. Kemampuan kehendak, yang cukup kuat sebagai pendorong untuk
melakukan perbuatan, berdasar nilai-nilai pancasila.Watak dan hati
nurani, agar orang selalu mawas diri, yaitu:
a. Dengan menilai diri sendiri apakah dirinya berbuat baik atau buruk
dalam melaksanakan pancasila dan memberi sangsi batin yang
berwujud evaluasi kepada diri sendiri, atau sebelum melakukan
perbuatan membuat pedoman pancasila berupa perintah, larangan,
anjuran, atau membiarkan untuk berbuat/tidak berbuat yang
ditaatinya sendiri juga.
b. Apabila telah melaksanakan maka akan diperoleh suatu kesiapan
pribadi untuk mengaktualisasikan pancasila, yang selanjutnya akan
merupakan suatu keyakinan tentang kebenaran.
c. Dengan demikian akan memiliki suatu ketahanan ideologi yang
berdasarkan keyakinan atas kebenaran pancasila, sehingga dirinya
akan merupakan sumber kemampuan, untuk memelihara,
mengembangkan, mengamalkan, mewariskan, merealisasikan
pancasila dalam segala aspek kehidupan.
d. Jika setiap orang Indonesia telah memiliki kondisi yang demikian
keadaannya maka setiap orang Indonesia akan berkepribadian
berwatak dan berhati nurani pancasila sehingga akan terjemala
negara dan masyarakat pancasila.
110
sehingga ciri khas, karakter yang bersifat tetap dan tidak berubah.
Bersifat dinamis dalam arti bahwa aktualisasinya senantiasa
bersifat dinamis inovatif, sesuai dengan dinamika masyarakat,
perubahan, serta konteks lingkungannya. Misalnya dalam konteks
lingkungan kenegaraan, sosial, politik, hukum kebudayaan,
pendidikan, ekonomi, hankam, kehidupan keagamaan, LSM,
organisasi masa, seni, bahkan lingkungan dunia IT, internet dan
konteks lingkungan masyarakat lainnya.
Strategi dan metode, proses internalisasi harus diikuti dengan
strategi serta metode relevan dan memadai. Hal ini berdasarkan
realitas objektif, bahwa subjek dan objek internalisasi dan
aktualisasi itu adalah manusia dalam lingkungan masyarakat,
bangsa dan negara. Oleh karena itu dalam proses internalisasi dan
aktualisasi harus ditetapkan strategi yang relevan serta metode
yang efektif. (Darwantara, 2015)
111
manusia itu sama derajatnya baik si miskin maupun si kaya, yang
berpangkat maupun tidak mereka tetap sama. Realisasinya adalah
sebagai berikut.
a. Mengakui persamaan hak, derajat, dan kewajiban antar sesama
manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Seperti gemar mengikuti
kegiatan donor darah, menyantuni anak yatim, dan lain-lain.
f. Berani membela kebenaran dan keadilan.
g. Mentaati hukum dan tidak diskriminatif.
3. Persatuan Indonesia
Sila ketiga dari Pancasila yang mengandung makna bahwa
Indonesia ini adalah negara persatuan dan menjunjung tinggi nlai
kesatuan. Ini dibuktikan dengan kehidupan diseluruh penjuru
Indonesia mulai dari sabang sampai merauke yang beraneka ragam
suku, budaya, ras, dan agamanya tetapi tetap mengakui bahwa
mereka adalah satu yaitu bangsa Indonesia, yang terkenal dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika “walaupun berbeda-beda tetapi
tetap satu jua”. Realisasinya adalah sebagai berikut.
a. Menjaga persatuan dan kesatuan NKRI.
b. Rela berkorban demi bangsa dan Negara: bekerja keras, tidak
KKN.
c. Cinta tanah air indonesia : meningkatkan prestasi di segala
bidang.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia: percaya diri sebagai orang
Indonesia.
112
itu dunia ini akan terasa monoton. Realisasinya adalah sebagai
berikut.
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat diatas
kepentingan pribadi.
b. Tidak memaksa kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan budaya musyawarah mufakat dalam setiap
keputusan bersama.
d. Menghormati setiap pendapat yang ada, dengan prinsip bahwa
perbedaan pendapat itu wajar.
e. Aktif dalam musyawarah, memberikan hak suara, dan
mengawasi wakil rakyat.
113
F. PROSES PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN PANCASILA
Bilamana kita rinci pemahaman dan aktualisasi Pancasila sampai
pada tingkat mentalitas, kepribadian dan ketahanan ideologis adalah
sebagai berikut.
1. Proses penghayatan diawali dengan memiliki tentang pengetahuan
yang lengkap, dan jelas tentang kebaikan dan kebenaran Pancasila.
Kemudian diserapkan dan dihayati sehingga menjadi suatu
kesadaran yaitu orang selalu dalam keadaan mengetahui keadaan
diri sendiri, memahami, serta memiliki pengetahuan pancasila.
2. Kemudian ditingkatkan ke dalam hati sanubari sampai adanya
suatu ketaatan yaitu suatu kesediaan yang harus senantiasa ada
untuk merealisasikan Pancasila.
3. Kemudian disusul dengan adanya kemampuan dan kebiaasaan
untuk melakukan perbuatan mengaktualisasikan pancasila dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam bidang kenegaraan maupun
dalam bidang kemasyarakatan.
4. Kemudian ditingkatkan menjadi mentalitas, yaitu selalu
terselenggaranya kesatuan lahir batin, kesatuan akal, rasa,
kehendak sikap dan perbuatan mentalitas ini melalui.
114
untuk diajak mengingat, menghafal apalagi untuk berpikir. Jadi
dapat disimpulkan bahwa Pendidikan formal lah sebagai sarana,
cara, wahana, metode yang paling memungkinkan untuk
penanaman nilai-nilai Pancasila.
a. Media Massa
Sebagian besar data menunjukkan bahwa media pembudayaan
Pancasila melalui media elektronik, yang paling diinginkan
adalah melalui televisi dengan bentuk yang bermacam-macam
seperti: Program dengan kemasan serius, santai dan hiburan,
advertorial: Iklan yang kreatif, iklan layanan masyarakat yang
disesuaikan dengan isyu-isyu kepemudaan. Meski demikian ada
pula yang mengusulkan agar pembudayaan pancasila juga
melalui media Cetak.
b. Media Budaya
Pemanfaatan media budaya juga bisa dijadikan alternatif
pembudayaan misalnya dengan menumpang pada budaya-
budaya lokal yang sedang dipertunjukkan, kesenian namun
semuanya harus dibuat simple dan sesuai dengan minat generasi
muda saat ini, melalui lagu semisal Garuda di dadaku.
c. Media Agama
115
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius,
untuk itu media/lembaga keagamaan bisa dimaksimalkan.
Contohnya adalah kunjungan ke pesantren/gereja moderat, Jika
di Bali ada Megibung, metirta yadav (sembahyang di tempat
suci).
d. Internet
Internet merupakan salah satu media pembudayaan yang paling
favorit dibandingkan dengan media yang lain. Disamping itu di
internet pun banyak alternatif pilihan yang bisa dimanfaatkan,
misalnya: (1) Menggunakan social media seperti YM, Facebook,
Twitter, blog; (2) Game online seperti “revolution” atau game-
game simple seperti yahoo games, google chrome, facebook, dan
lain-lain. Game ini muatannya bisa diganti dengan nilai-nilai
Pancasila sehingga tidak membosankan dan mudah dicerna.
e. Komunitas
Keberadaan komunitas/kelompok masyarakat juga bisa
dijadikan alternatif pembudayaan. Misalnya organisasi pemuda,
pramuka, kelompok hobi, semuanya dapat digunakan sebagai
sarana penanaman nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda.
Bahkan ada yang mengutarakan perlu diadakan penataran
Pancasila pada ormas pemuda yang ada.
f. Media Lokal
Potensi lokal yang sangat beragam yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia juga layak mendapatkan perhatian. Ada
beberapa jalan yang bisa ditempuh yakni dengan
merekonstruksi/menggali cerita rakyat/dongeng/mitos-mitos
nusantara, lalu menarik benang merahnya pada nilai-nilai
Pancasila, menggunakan bahasa dan nilai-nilai lokal lebih cocok
untuk pembudayaan Pancasila, kegiatan bakti sosial.
g. Lingkungan Komunikasi
Beberapa temuan penting yang menyangkut gambaran
lingkungan komunikasi yang dapat mempengaruhi persepsi dan
penerimaan generasi muda terhadap Pancasila, sebagai berikut.
116
yang efektif bagi mereka untuk mengadopsi nilai-nilai,
termasuk kemungkinan nilai Pancasila.
3) Terlepas dari daerah tempat tinggalnya, generasi muda
cenderung menghindari lingkungan yang mengungkung
atau mendikte; sebaliknya atmosfer kebebasan untuk
memberikan interpretasi atas nilai bersama menjadi tuntutan
di dalam proses pembudayaan Pancasila.
4) Lingkungan yang mampu memproduksi dan mereproduksi
keteladanan menjadi harapan sekaligus tuntutan generasi
muda untuk menarik minat dan kesetiaan mereka
menjalankan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
5) Lingkungan primer (keluarga), sekunder (sekolah) dan
tersier (masyarakat) memainkan peran penting di dalam
proses pembudayaan Pancasila.
6) Lingkungan komunikasi yang efektif untuk membudayakan
nilai Pancasila harus mampu memadukan fungsi-fungsi
pendidikan pada tiga pilar (keluarga-sekolah-masyarakat),
yang didukung oleh kebijakan, keteladanan, dan kejujuran.
7) Lingkungan komunikasi tidak steril dari pengaruh
globalisasi dan teknologisasi yang secara dramatis
mengubah gaya hidup. (Cibermarket, 2012)
117
DAFTAR PUSTAKA
118
PROFIL PENULIS
119
BAB SEPULUH
KONSEP BHINEKA TUNGGAL IKA
KELOMPOK SEPULUH
EKONOMI SYARIAH B
No Nama NIM
1 Rohaeni 1199220076
2 Sayyaf muhammad Robbani 1199220080
3 Widya Ningrum Rachmawati 1199220092
PEMBAHASAN
86
(Sitasi 16)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
Hal ini menunjukkan persatuan dan kesatuan yang terjadi diwilayah Indonesia,
dengan keberagaman penduduk Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam
suku, bahasa daerah, ras, agama, dan kepercayaan, lantas tidak membuat
Indonesia menjadi terpecah-belah. Melalui semboyan ini, Indonesia bisa
120
dipersatukan dan semua keberagaman tersebut menjadi satu bagian dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Bitar, 2019)
Menurut para ahli sejarah ,motto “Bhineka Tunggal Ika” pertama kali
dijumpai dalam naskah kitab Sutasoma . Naskah ini ditulis oleh Mpu Tantular
saat Raja Hayam Wuruk ,penguasa kerajaan Majapahit (1350-1389) .
Potongan pernyataan Bhineka Tunggal Ika dipetik oleh Prof.Muh.Yamin dan
disahkan sebagai semboyan Negara Republik Indonesia tanggal 17 Agustus
1950 .
Dan pada sumber lain yang diartikan oleh seorang penulis , “Bhineka
Tunggal Ika” harus diartikan sebagai keragaman dalam yang satu dan
kesatuan dalam yang beragam di dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia
Indonesia ,baik sebagai individu ,sebagai anggota masyarakat ataupun
warganegara . Hal ini mengandung suatu pemikiran bahwa
kebhinekatunggalikaan itu harus terwujud dalam tataran berpikir ,berwacana
dan berbuat ,di mana ketiga tataran ini merupakan satu kesatuan aksi yang tak
dapat dipisahkan satu sama lainnya . (Oentoro, 2010)
121
Tantular yang mengarang kitab Sutasoma ,menurut Muh.Yamin pun arti
seloka tersebut adalah walaupun berbeda beda ataupun berlainan agama
,keyakinan dan tinjauan tetapi tinggal bersatu . (Hidayat, 2018)
122
Hakikat dan peran Bhineka Tunggal Ika pada hakikatnya Bhineka
Tunggal Ika pertama, sebagai bentuk perbedaan yang terikat didalam satu
keutuhan (ketunggalan), yang dalam hal ini menunjukkan keberadaan bangsa
Indonesia. Kedua, bahwa unsur-unsur lokal memiliki peranan penting didalam
adilnya membentuk bangsa yang besar. Lebih jauh menunjukkan betapa
pentingnya memelihara dan terus memajukkan nilai-nilai atau kearifan lokal
itu agar dapat dijadikan kekuatan moral bangsa.
123
Bhinneka Tunggal Ika .Pasal tersebut merupakan dasar yuridis konstitusional
sekaligus merupakan pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan
resmi oleh Negara tentang penggunaan simbol simbol tersebut sebagai jati diri
bangsa dan dari identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia .
Dalam perjalanan sejarah bangsa dan Negara Republik Indonesia dasar
hukum lambang negara dan penggunannya diatur dalam Undang Undang
Dasar Negara Republik Indonesia yang kemudian diatur dalam Peraturan
Pemerintah yang merupakan produk hukum berdasarkan amanat Undang
Undang Dsara sementara tahun 1950 .
Adapun dasar hukum lambang negara beserta penggunannya dalam
sejarah dinamika bangsa dan Negara Indonesia diatur dalam berbagai
peraturan hukum serta perundang undangan sebagai berikut .
Peraturan perundang undangan yang mengatur tentang Lambang
Negara, bendera ,serta lagu kebangsaan antara lain :
1. Kitab undang undang hukum pidana (KUHP) yang mengatur tentang
kejahatan (tindak pidana) yang mneggunakan Bendera Merah Putih
,penodaan terhadap Bendera Negara Sahabat ,penodaan terhadap
Bendera Merah Putih dan Lambang Negara Garuda Pancasila ;serta
penggunaan bendera Merah Putih oleh mereka yang tidak memiliki
hak menggunakannya seperti terdapat pada pasal 52a ;pasal 142a
;pasal 154a ;dan pasal 473 .
2. Peraturan pemerintah nomor 66 tahun 1951 tentang lambang negara
124
jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda ,dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkram oleh Garuda .
(PROF .DR .KAELAN, 2014)
125
Nama lambang Negara Garuda Pancasila ,karena wujud lambang yang
dipergunakan adalah burung garuda ,dan di dalamnya (ada tameng) memuat
lambang sila sila Pancasila dan disertai seloka semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ,dan seloka itu tersurat di bawahnya . Jadi dalam lambang negara Indonesia
itu terdapat unsur Gambar burung garuda , simbol sila sila Pancasila dan
seloka Bhinneka Tunggal Ika .
Garuda adalah termasuk jenis burung yang besar dan kuat dan mampu
terbang tinggi , yang melambangkan bangsa (Indonesia) yang besar dan kuat .
Sebagai seekor satwa , burung garuda mampu terbang tinggi , dan hal ini
melukiskan cita cita bangsa Indonesia di tengah tengah masyarakat
Internasional .
Burung garuda juga lambang pembangun dan pemelihara , hal ini dapat
ditafsirkan dari sejarah nenek moyang bangsa indonesia dahulu ada yang
menganut agama Hindu dan garuda adalah wahana (kendaraan) Dewa Wishnu
yaitu dewa pembangun dan Pemelihara dan dalam cerita wayang di Jawa
terjelma dalam Bhatara Kresna tokoh yang bijaksana . Bahkan Raja Airlangga
menggunakan lencana Garuda-mukha yang terkandung dalam kitab
Marowangsa . demikian pula kerajaan Kedah juga menggunakan lambang
Garuda Garagasi sebagai lambang pemelihara (Ismaun, 1975: 119)
126
Bebagai unsur agama yang berbeda tersebut hidup dalam suatu
kerajaan di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit dan di bawah satu Hukum
Negara (Dharma) dan hidup rukun dan damai dengan penuh toleransi antara
umat berbagai agama . Sebagaiman di ditemukan dalam peninggalan sejarah
bahwa Agama Hindu aliran Ciwa dipimpin oleh Dharmadyaksaring kacaiwan
(Kepala urusan Agama Ciwa) , agama Budha dipimpin oleh
Dharmadyaksaring Kasogatan (Kepala urusan Agama Budha) yang pernah
dijabat oleh ayah dari empu prapanca sendiri .
127
D. Makna Filosofis Bhinneka Tunggal Ika
128
berakar dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu
pandangan hidup Pancasila (Notonagoro, 1975: 106)
129
fundamental) negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan
oleh Tuhan Yang Maha Esa .
130
Dalam sumber lain dijelaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika
mengandung makna : mendorong makin kukuhnya persatuan Indonesia ;
mendorong timbulnya kesadaran tentang pentingnya pergaulan demi
kukuhnya persatuan dan kesatuan ; tidak saling menghina , mencemooh , atau
saling menjelekkan diantara sesama bangsa ; saling menghormati dan saling
mencintai antar sesama ; meningkatkan identitas dan kebanggan sebagai
bangsa Indonesia ; dan meningkatkan nilai kegontongroyongan dan solidaritas
. (Salam, 1996)
Seloka Bhineka Tunggal Ika yang tertera didalam lambang negara itu
memberikan makna tersirat dan tersurat . Namun kedua makna itu dapat
dirangkum menjadi sebuah universalitas bahwa Bangsa Indonesia menghargai
akan kemajemukan , sehingga kemajemukan itu bukanlah ancaman tetapi
dijadikan sarana mempersatukan dengan tetap menghargai kemajemukan
bangsa . (Lestari, n.d.)
131
DAFTAR PUSTAKA
132
079–089. Retrieved from
http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-
pembelajaran/article/view/10157
16. UUD 1945 dan Perubahannya. (n.d.).
PROFIL PENULIS
Saya mendengar
2 Sayyaf dan saya taat 081282632173
Muhammad
Robbani
133
Apapun masalah
dan rintangan
3 Widya nya jangan 082266795343
Ningrum pernah
Rachmawati mengeluh
134
BAB XI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM
BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
KELOMPOK 11
I/EKONOMI SYARIAH /B
SCOR BOOK
80
(Sitasi 10)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Definisi Paradigma
135
perkembangan. Perubahan serta proses dalam suatu bidang tertentu termasuk
dalam bidang pembangunan, reformasi maupun dalam pendidikan.
136
4. Pengembangan social politik
5. Pengembangan ekonomi
6. Pengembangan budaya bangsa
7. Pembangunan pertahanan
8. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia sebagai titik titk tolak sungguh
asal mula pancasila
137
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan POLEKSOSBUD
HANKAM
138
4. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi
139
kelompok masyarakat dengan yang lainnya yang muaranya adalah pada
masalah politik.
Oleh karena itu dalam pengembangan aspek sosial budaya pada masa
reformasi dewasa ini kita harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa
Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Dalam
prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai
Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila
kedua Pancasila yaitu ‘’Kemanusiaan yang adil dan beradab’’. Dalam rangka
pengembangan sosial budaya, Pancasila merupakan sumber normatif bagi
peningkatan humanisasi dalam bidang sosial budaya. Sebagai kerangka
kesadaran Pancasila dapat merupakan dorongan untuk (1) universalisasi, yaitu
melepaskan simbol-simbol dari keterkaitan struktur, dan (2)
transendentalisasi, yaitu meningkatkan derajat kemerdekaan manusia, dan
kebebasan spiritual {2}. Dengan demikian maka proses humanisasi universal
akan dehumanisasi serta aktualisasi nilai hanya demi kepentingan kelompok
social tertentu sehingga menciptakan sistem social budaya yang beradab.
140
Negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara dan hak asasi
individu. Sehingga semuanya bisa saling bersinergi(pandji setjo m.pd, 2009)
C. Pancasila sebagai Paradigma Reformasi
141
1. Gerakan Reformasi
Pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini bangsa Indonesia
menghadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi Asia terutama Asia
tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terutama
praktek-praktek pemerintahan di bawah orde baru hanya membawa
kebahagiaan semu, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk, system
ekonomi menjadi kapitalistik di mana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya
berada pada sebagian kecil penguasa dan konglomerat.
Terlebih lagi merajalelanya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pada
hampir seluruh instansi serta lembaga pemerintahan, serta penyalahgunaan
kekuasaan dan wewenang di kalangan para pejabat dan pelaksana
pemerintahan Negara membawa rakyat semakin menderita.
Para wakil-wakil rakyat yang seharusnya membawa amanat rakyat dalam
kenyataannya tidak dapat berfungsi secara demokratis, DPR serta MPR
menjadi mandul karena sendi-sendi demokrasi telah dijangkiti penyakit
nepotisme. Sistem politik dikembangkan kea rah sistem ‘’Birokratik
Otoritarian’’ dan suatu sistem ‘’Korporatik’’ {3}.
142
istilah ilmu hukum disebut sebagai sumber dari segala peraturan perundang-
undangan di Indonesia. (Mahfud,1999:59) {6}
Sumber hukum meliputi dua macam pengertian, (1) sumber formal hukum,
yaitu sumber hukum ditinjau dari bentuk dan tata cara penyusunan hukum,
yang mengikat terhadap komunitasnya, misalnya Undang-undang, Permen,
Perda; dan (2) sumber material hukum, yaitu suatu sumber hukum yang
menentukan materi atau isi suatu norma hukum (Darmodiharjo, 1996:206).
{7}
Dalam susunan yang hierarkhis Pancasila menjamin keserasian atau
tiadanya kontradiksi antara berbagai peraturan perundang-undangan baik
secara vertical maupun horizontal. Ini mengandung konsekuensi jikalauterjadi
ketidakserasian atau pertentangan satu norma hukum dengan norma hukum
lainnya yang secara hierarkhis lebih tinggi apalagi dengan Pancasila sebagai
sumbernya, berarti terjadi inkonstitusionalitas (unconstitutionality) dan
ketidaklegalan (illegality) dan karenanya norma hukum yang lebih rendah itu
batal demi hukum (Mahfud,1999:59) {8
Selain sumber nilai yang terkandung dalam Pancasila reformasi dan
pembaharuan hukum juga harus bersumber pada kenyataan empiris yang ada
dalam masyarakat terutama dalam wujud aspirasi-aspirasi yang
dikehendakinya. Menurut Johan Galtung suatu perubahan serta
pengembangan secara ilmiah harus mempertimbangkan tiga unsur (1) nilai,
(2) teori (norma), dan (3) fakta atau realitas empiris (Galtung, 1980:30-333(dr.
ujang charda s,sh. m.h., 2018)
143
DAFTAR PUSTAKA
144
PROFIL PENULIS
145
4. Shafa jadilah mawar 082219651091
Raisya berduri bukan
untuk menyakiti
tetapi untuk
melindungi diri
146
BAB XIV
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI
PERWUJUDAN PANCASILA
KELOMPOK 12
EKONOMI SYARIAH B
SCOR BOOK
83
(13 Sitasi)
DESKRIPSI
PEMBAHASAN
A. Hakikat Negara
Secara Umum Hakikat Negara - Sejak kata "negara" diterima
sebagai pengertian yang menunjukkan organisasi bangsa yang bersifat
teritorial (kewilayahan) dan mempunyai kekuasaan tertinggi, yang perlu
ada untuk menyelenggarakan kepentingan bersama dan mencapai tujuan
bersama, sejak itu pula kata "negara" ditafsirkan dalam berbagai antara
lain sebagai berikut :
"Negara" dipakai dalam arti penguasa, yaitu orang yang melakukan
kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal
dalam suatu wilayah tertentu
"Negara" dipakai dalam arti persekutuan rakyat, yaitu suatu bangsa
yang hidup di suatu daerah, dengan dibawah kekuasaan tertinggi
menurut kaidah-kaidah hukum yang sama.
147
Dari penafsiran diatas dapat diketahui bahwa pengertian negara
dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti formal dan material.
Dalam arti formal, pengertian negara adalah suatu organisasi
kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat. Negara dalam
pengertian diartikan seagai pemerintah (staat-overheid).
Karakteristik negara formal adalah kewenangan pemerintah untuk
menjalankan paksaan fisik secara legal.
Dalam arti material, pengertian negara adalah suatu masyarakat
(staat-gemenschaap) atau negara sebagai persekutuan hidup.(Rijal,
2018)
148
Kedaulatan.
149
Negara Indonesia adalah merupakan suatu perwujudan kehidupan
bersama suatu bangsa yang tersusun atas berbagai elemen, yaitu etnis,
suku, ras, golongan, budaya, kelompok, maupun agama. Hal ini
berdasarkan keyakinan bahwa hakikat manusia menurut bangsa Indonesia
adalah selain sebagai individu syang memiliki kebebasan, juga sebagai
makhluk sosial (warga masyarakat) yang memiliki tanggung jawab.
Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa pada hakikatnya
memiliki sifat kodrat, sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Oleh Karena itu bangsa pada hakikatnya adalah merupakan suatu
penjelmaan dari sifat kodrat manusia tersebut dalam merealisasikan
harkat dan martabat kemanusiaannya.
Oleh karena itu deklarasi bangsa Indonesia sebagai suatu pernyataan
hak kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Maka dalam
pembukaan UUD 1945 dinyatakan bahwa “… Kemerdekaan adalah
hak segala bangsa” pernyataan tersebut merupakan suatu pernyataan
universal hak kodrat manusia sebagai bangsa, manusia dalam
merealisasikan sifat kodratnya sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial.
Teori Kebangsaan
Dalam tumbuh berkembangnya bangsa atau juga disebut sebagai
‘Nation’, terdapat berbagai teori besar yang merupakan bahan
kompirasi bagi proses pendirian negara Indonesia, untuk mewujudkan
suatu bangsa yang memiliki sifat dan karakter tersendiri. Teori-teori
kebangsaan tersebut ialah sebagai berikut :
Teori Hans Kohn : Hans kohn mengemukakan teorinya tentang
bangsa, yang dikatakannya bahwa bangsa yaitu terbentuk karena
persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara, dan
kewarganegaraan.
Teori Ernest Reman : Hakikat bangsa atau wation ditinjau secara
ilmiah oleh seorang ahli dari Academmic Francaise, paris pada tahun
1962. Ia mengatakan kajian ilmiah tentang bangsa berdasarkan
psikologi etnis. Setelah mengadakan tinjauan historis tentang
pertumbuhan masyarakat manusia zaman purba, zaman pertengahan,
sampai abad XIX tentang bentuk-bentuk pengarahan hidup beserta
timbul tenggelamnya berbagai bangsa, akhirnya beliau sampai pada
penegasan tentang prinsip-prinsip bangsa.
Ernest Reman menegaskan bahwa faktor-faktor yang membentuk jiwa
bangsa adalah sebagai berikut :
a. Kejayaan dan kemuliaan dimasa lampau
b. Suatu keinginan hidup bersama baik dimasa sekarang dan dimasa
yang akan datang.
150
c. Penderitaan-penderitaan bersama
d. ‘Le Capital Social’ (suatu modal sosial) bagi pembentukan dan
pembinaan paham kebangsaan.
e. Persetujuan bersama pada masa sekarang
f. Keinginan untuk hidup bersama dengan kesediaan untuk :
g. Berani memberikan suatu pengorbanan.
h. Pemungutan suara setiap saat.(Ismaun, 1981)
Teori Geopolitik Frederrick Ratzel : Suatu teori kebangsaan yang
baru mengungkapkan hubungan antara wilayah geografi dengan
bangsa yang dikembangkan oleh Frederrick Ratzel dalam bukunya
yang berjudul “Political Geography” (1987) menyatakan bahwa negara
adalah merupakan organisme yang hidup. Agara suatu bangsa itu hidup
subur dan kuat maka memerlukan suatu ruangan untuk hidup, dalam
bahasa Jerman disebut “Lebensraum”.(Polak, 1960)
Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang, sejak zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit, serta
dijajah oleh bangsa asing selama tiga setengah abad. Unsur masyarakat
yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku
bangsa, adat istiadat, kebudayaan, dan agama serta berdiam daslam
suatu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau.(Prof. Dr. Kaelan,
2014)
151
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk jasmani rohani, makhluk
pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sifat kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk seosial yang merupakan sifat dasar
dari totalitas manusia dalam negara. Relasi yang mengacu kearah
terbentuknya kebersamaan yang bersifat totalitas hanyalah relasi yang
ekuivalensi, yaitu disatu sisi mengandung kemiripan atau kesamaan.
Kondisi tergantung oada yang lain menunjukan bahwa manusia
bukanlah makhluk total individu dan juga total sosial. Tanpa memiliki
martabat, manusia tidak mampu melakukan interaksi. Ikatan individu
dalam negara bukanlah bersifat totalitas integralistik melainkan sifat
atomis. Maka konsekuensinya negara merupakan suatu kontrak antar
individu yang disebut ‘kontrak sosial’. Maka negara pada hakikatnya
merupakan alat dari individu untuk menjamin dan melindungi hak serta
kepentingannya.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang baru saja
membangun demokrasi setelah keluar dari otoritarianisme orde baru pada
tahun 1998. meski demikian hingga kini banyak kalangan berpendapat
bahwa Indonesia masih dalam tahap “Demokratisasi”.
Artinya demokrasi yang kini coba kita bangun belum benar-benar berdiri
dengan mantap. Masih banyak hal yang perlu dibangun, bukan hanya
berkaitan dengan sistem politik, tetapi juga budaya, hukum, dan
perangkat-perangkat lain yang penting bagi tumbuhnya demokrasi dan
masyarakat madani.Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya sudah
banyak dibahas atau bahkan dicoba diterapkan di Indonesia. Pada awal
kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan negara-masyarakat telah
diatur dalam UUD 1945. Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya
pemerintahan yang segenap tumpah darah Indonesia, mewujudkan
kesejahteraan umum dan ikut serta dalam perdamaian dunia. Semua itu
merupakan gagasan-gagasan dasar yang melandasi kehidupan negara yang
demokratis.(Raha, 2019)
152
Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan
sehingga negara adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri
dalam negara, dengan kewibawaannya dan ia angkat untuk menata dang
mengatur dirinya dalam mencapai kesejahteraan bersama dalam
hidupnya.(Prof. Dr. Kaelan, 2014)
Hubungan antara masyarakat dan negara adalah hierarkhis
neogenetik. Masyarakat sebagai suatu totalitas adalah merupakan produk
dari interaksi antara segenap golongan yang ada dalam suatu kebersamaan
hidup. Baik kelahirannya maupun kelanjutan eksistensinya, masyarakat itu
tergantung dari golongan-golongan yang melahirkannya. Inilah yang
merupakan ciri pokok dari realsi neogenetik sehingga relasi-relasi antara
masyarakat dan antara warganya yang berwujud golongan-golongan itu
adalah saling ketergantungan. Hal inilah yang merupakan manifestasi
makhluk sosial dalam realisasi terwujudnya persekutuan hidup bersama
yang disebut negara secara integral.
Negara mengatasi segala golongan yang ada dalam masyarakat.
Negara tidak memihak pada salah satu golongan, negara bekerja demi
kepentingan seluruh rakyat. Hal ini sebagai konsekuensi bahwa negara
pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh karena itu negara
untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat. Demikian pula
negara tidak boleh menjadi ‘totalitarianisme’, karena negara merupakan
hasil interaksi saling memberi dan saling ketergantungan, oleh karena itu
totalitarian akan mematikan eksistensi negara itu sendiri.
Sebagai suatu fenomena yang telah dan sedang merubah dunia,
globalisasi mempengaruhi sebahagian besar hidup kita, secara sedar
ataupun tidak, mahu tidak mahu. Dalam era globalisasi, isu-isu budaya dan
identiti bangsa, serta isu perpaduan dalam negara menghadapi pelbagai
cabaran. Antara cabaran yang paling utama ialah bagaimana globalisasi
akan mempengaruhi budaya saintifik dan teknologi di negara kita ini.
Apakah dengan globalisasi kita akan bergerak dari masyarakat pengguna
teknologi, kepada masyarakat penyumbang peradaban dan teknologi
sebagaimana yang dicita-citakan dalam 9 cabaran Wawasan 2020
menerusi ucapan Tun Dr. Mahathir Mohamad yang bertajuk “The Way
Forward” pada tahun 1991.(Azhar & Hamid, 2020)
E. NKRI Sebagai Nilai-nilai Perwujudan Pancasila
Menurut para pendiri bangsa yang merumuskan Pancasila, menyadari
bahwa Indonesia memiliki ribuan pulau, ratusan bahasa, suku, dengan
tradisi budayanya yang beragam. Untuk itu, diperlukan landasan
bernegara yang bisa diterima semua pihak. Dengan demikian, Pancasila
selain menjadi dasar dan falsafah negara satu-satunya sekaligus alat
pemersatu bangsa. Selain itu, Pancasila juga menjadi “roh” penggerak
bangsa Indonesia dalam menapaki setiap tantangan zaman.
153
Dalam menghadapi tantangan ini, nilai-nilai ideal yang terkandung
dalam kelima sila Pancasila harus menjadi realitas bangsa. Sebagai
penggagas Pancasila, Soekarno sendiri pernah mengatakan, Pancasila
baru akan menjadi realitas dengan “perjuangan, perjuangan, dan sekali
lagi perjuangan.” Perjuangan itu akan berlanjut terus dalam Indonesia
merdeka sebagai sebuah bangsa. “Nanti kita bersama-sama sebagai
bangsa yang bersatu padu, berjuang terus menyelenggarakan apa yang
kita cita-citakan dalam Pancasila”.
Untuk itu, Pancasila adalah ruang yang hidup dan dinamis dalam
merespon tantangan zaman. Sebagai ruang hidup, Pancasila mempunyai
sejarah dan proses penerimaan yang dinamis di antara warga negara.
Proses dinamis yang menyejarah ini akan terus berlangsung selama NKRI
berdiri kokoh di negeri ini.
Pancasila juga dapat di anggap sebagai konsensus bangsa untuk
memperjuangkan lima agenda pokok visi kebangsaan. Di mana nilai-nilai
fundamental yang positif dari ideologi modern diakomodasi seperti
keadilan sosial, HAM, kesetaraan, persatuan bangsa, demokrasi, serta
paham religiusitas.
Dalam konteks ini, Pancasila dapat dikatakan kristalisasi semua ideologi
bagi panduan bangsa Indonesia melintasi tantangan zaman. Sementara
upaya menuju nilai ideal kelima sila Pancasila adalah sebuah proses
sejarah panjang bangsa Indonesia yang terus berlangsung sampai hari ini.
Karena itu, Pancasila terus berproses secara dialektis antara manusia
Indonesia dan ide Pancasila di setiap kurun zaman.
Dalam sila pertama Pancasila adalah nilai nilai Ke-Tuhanan sebagai
sumber etika dan spiritualitas kehidupan bernegara. Sebagai negara yang
dihuni multiagama dan keyakinan, negara harus melindungi dan
mengambil jarak yang sama terhadap semua agama/ keyakinan. Nilai-
nilai sila kedua Pancasila adalah “prinsip kebangsaan” yang mengarah
pada persaudaraan dunia. Keluar, bangsa Indonesia akan ikut dalam
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Ke dalam, bangsa Indonesia mengakui dan memuliakan hak-hak
dasar warga negaranya. Sila ketiga dari Pancasila menyatakan bahwa
Indonesia adalah negara persatuan kebangsaan yang mengatasi paham
golongan dan perseorangan. Persatuan dari kebinekaan masyarakat
Indonesia, yang memberi ruang hidup bagi aneka perbedaan agama/
keyakinan, budaya, bahasa, dan suku bangsa. Pada sila keempat Pancasila
dapat dianggap sebagai perwujudan kedaulatan rakyat. Dalam prinsip
musyawarah mufakat keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas
atau kekuatan minoritas elite politik dan pengusaha. Sementara sila
kelima Pancasila dapat dibaca bahwa bila empat sila dijalankan akan
154
melahirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.(neraca.co.id,
2019)
Buku yang ditulis oleh para ahli ini (Moerdiono, Soerjanto
Poespowardojo, A. Hamid S. Attamimi, Padmo Wahjono, M.
Sastrapratedja, Abdrahman Wahid, Selo Sumardjan, Alfian, Mochtar
Kusumaatmadja, Mubyarto, Sri Edi Swasono, Bintoro Tjokroamidjojo,
Saafroedin Bahar) yang disuntinmg oleh Oetojo Oesman dan Alfian
dengan judul Pancasila sebagai Ideologi dalam bermasyaraka, berbangsa
dan bernegara mempunyai 14 bab dan 2 lampiran. Dalam buku “Pancasila
sebagai Ideologi dalam Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara”
membahas tentang Pengertian Pancasila sebagai Ideologi dalam lingkup
luas, penjabaran Tiga tahapan kesadaran ideologis pancasila itu adalah
pancasila sebagai ideologi persatuan, pancasila sebagai ideologi
pembangunan, dan pancasila sebagai ideologi terbuka, dalam rangka
menempatkan pancasila sebagai cita hukum dalam kehidupan hukum
bangsa indonesia, menguraikan berturut-turut mengenai : hukum dan
kedudukannya dalam negara republik indonesia, undang-undang dasar
1945 dan pancasila, ketetapan M.P.R.S no. XX/MPRS/1966dan
pancasila, Para ahli dan pancasila, peranan cita hukum pancasila dalam
kehidupan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis dan mengoperasikan
pancasila dan norma fundamental negara pancasila dalam pembentukan
perundang-undangan. Buku ini juga membahas tentang pancasila dalam
hubungan ketatanegaraan, jabatan serta organisasi di indonesia, Relevansi
pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik bangsa kita antara lain
terletak pada kualitas yang terkandung dalam dirinya. Disamping itu
relevansinya juga terletak pada posisi komparatifnya. Buku ini tidak
mempersoalkan karakteristik pancasila sebagai ideologi dan tidak
mengemukakan persoalan-persoalan pokok apa yang harus diperhatikan
apabila kita mau membawa pancasila kedalam pergaulan indonesia
dengan dunia internasional. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan
ideologi pancasila dalam kehidupan ekonomi, birokrasi/aparatur
pemerintahan, dan kehidupan pertahanan keamanan. Kelebihan buku ini
adalah Penjelasan yang sudah rinci, disertai dengan contoh-contoh
penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Juga buku ini ditulis oleh para ahli dan keabsahannya bisa
dipertanggung jawabkan. Kekurangan dalam buku ini adalah bahasa yang
sulit untuk dimengerti dan terlalu bertele-tele menyebabkan pembaca sulit
untuk memahaminya. Buku ini layak dibaca untuk para mahasiswa untuk
menambah pengetahuan mengenai Pancasila sebagai Ideologi dalam
Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.(Anonymous, 1988)
155
Hakikat Negara persatuan adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada
hakikatnya mewakili diri pada penyelenggaraan Negara, menata dan mengatur
dirinya dalam Negara dalam mencapai suatu tujuan hidupnya. Sebagai suatu
totalitas masyarakat memiliki suatu kesatuan tidak hanya dalam arti lahiriah,
melainkan juga dalam arti batiniah, atau kesatuan idea yang menjadi fondamen
dalam kehidupan kebangsaan (besar 1995:83)
Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari Negara
bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur unsur
Negara yang bersifat fundamental. Unsur unsur yang membentuk Negara
meskipun berbeda beda, beraneka ragam, suku bangsa, kebudayaan, agama,
maupun golongan, namun merupakan suatu kesatuan dalam kehidupan
bersama yang disebut Negara. Kesatuan dalam perbedaan itu bukanlah berarti
semua unsur negara melarutkan diri dalam Negara, melaikan persatuan dalam
persamaan untuk mencapai tujuan bersama, dalam meningkatkan
kesejahteraan dan harkat serta martabat kemanusiaannya. Demikian juga
Negara kesatuan bukanlah suatu kesatuan individu individu sebagaimana
diajarkan paham individualisme-liberlisme, sebab menurut paham Negara
kesatuan bahwa manusia adalah individu sekaligus juga makhluk sosial. Oleh
karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial sebagai basis
ontologis Negara kesatuan itu adalah kodrat yang diberikan oleh Tuhan Yang
Maha Esa.
Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan
menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia yang kausa
materialisnya berbagai etnis, golongan, ras, agama serta primordial lainnya di
nusantara secara moral menentukan kesepakatan untuk membentuk suatu
bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Semangat moralitas bangsa itu oleh founding
fathers kita diungkapkan dalam suatu seloka, yang merupakan simbol semiotis
moralitas bangsa yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini mengandung nilai nilai
etis bahwa setiap manusia apapun ras, entis, agama adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (sila I), pada hakikatnya sama berdasarkan harkat dan
martabat manusia yang beradab (sila II).
Pandangan filiosofis menurut Pancasila bahwa sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu yang memiliki ciri khas, kepribadian, namun
demikian juga sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang
Maha Esa pada hakikatnya adalah sama, dalam pengertian hakikat sifat kodrat
manusia, dan manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, untuk
melakukan suatu interaksi sosial yang baik. Oleh karena itu manusia
156
membentuk suatu persekutuan hidup, untuk merealisasikan seluruh cita cita
bersama manusia lainnya, hubungan itu disebut Negara. Berbagai macam
suku, kelompok, kebudayaan maupun agama meskipun bawan kodratnya
memiliki perbedaan namun membentuk suatu ikatan persatuan demi tujuan
yang lebih mulia yaitu kesejahteraan hidup masyarakat bersama.
Oleh karena itu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus
mendasarkan pada kesadaran moralitas multicultural. Dewasa ini fakta
menunjukan moral multikultural kita semakin pudar terutama dalam proses
demokrasi.
Pasca penerapan otonomi daerah yang kurang mengakomodir ‘Bhinneka
Tunggal Ika’ yang merupakan esensi Negara kesatuan, dan nilai nilai
Pancasila yang merupakan core philosophy Negara Kesatuan Republik
Indonesia, banyak dirasakan nasionalisme Indonesia semakin pudar.
Oleh Karena itu lunturmya nasionalisme kita terutama dikalangan generasi
muda antara lain sebagai akibat pengaruh global yang sangat kuat sementara
upaya untuk melakukan revitalisasi tidak memadai. Konsep pemikiran
nasionalisme para pendiri Negara yang tertuang dalam pancasial, merupakan
karya yang khas yang secara antropologis merupakan ‘local genius’ bangsa
Indonesia (Ayatrohaedi, 1986). Pemikiran tentang kenegaraan dan
kebangsaan yang dikembangkan oleh para pendiri Republik ini merupakan
suatu hasil proses pemikiran eklektis inkorporasi, menurut istilah
Notonagoro. Oleh karena itu karya besar bangsa ini setingkat dengan
pemikiran besar dunia lainnya seperti, liberalisme, sosialisme, komunisme,
pragmatisme, sekularisme, serta paham besar lainnya.
NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan.
Negara menurut filsafat Pancasila adalah dari oleh dan untuk rakyat. Hakikat
rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu
dan hidup dalam suatu wilayah Negara. Oleh karena itu harus seusai dengan
hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal mula
kekuasaan Negara. Namun demikian pemahaman demokrasi itu hanya secara
harpiah. Demokrasi hanya dipahami sebagai suatu kebebasan individu dalam
Negara. Atau bahkan kadang perspektif demokrasi hanya dipahami pada taraf
praksis, misalnya pemilu bahkan langsung dan bebas.
Untuk memahami perspektif demokrasi penting dipahami pandangan Torres
yang membahas bahwa demokrasi dipahami dalam dua aspek yaitu formal
democracy dan substantive democracy. Formal democracy diartikan sebagai
157
suatu sistem pemerintahan. Adapun substantive democracy menunjuk pada
proses demokrasi, yang diidentifikasi dalam empat bentuk demokrasi.
Pertama, protektif demokrasi yang menunjuk pada rumusan Jeremy Bentham
dan James Mille, yang ditandai oleh…de hegemony of market economic atau
kekuasaan ekonomi pasar, dimana proses pemilihan umum dilakukan secara
regular sebagai upaya untuk memajukan pasar dari tirani Negara.
Kedua, develop mental demokrasi yang ditandai oleh konsepsi, konsepsi
manusia sebagai manusia yang mampu mengembangakan kekuasaan dan
kemampuannya.
Ketiga, penyeimbang nilai partisipasi dan apatisme, karena apatisme
dikalangan mayoritas warga Negara menjadi fungsional bagi demokrasi,
karena partisipasi yang intensif dipandang tidak efisien bagi individu yang
rasional.
Keempat, keterkaitan antara perubahan dan ketidakseimbangan sosial.
Berdasarkan teori dan konsep pemikiran demokrasi dan praksis demokrasi,
maka seharusnya dipahami dalam perspektif yang komprehensif, yaitu
meliputi aspek filosofis (landasan substansial demokrasi), aspek normatif
(menyangkut bagaimana norma norma sebagai asas dan aturan dalam
demokrasi), aspek praksis (pelaksanaan demokrasi yang berdasarkan norma
peraturan perundangan yang berlaku dan moralitas masyarakat bangsa).
Bentuk bentuk demokrasi
Sistem presidensial : system yang menekankan pentingnya pemilihan presiden
secara langsung, sehingga presiden terpilih mendapatkan mandat secara
langsung dari rakyat.
System parlementer : system ini menerapkan model hubungan yang menyatu
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Adapun system demokrasi yang mendasarkan pada prinsip filosofi Negara :
1. Demokrasi perwakilan liberal
Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaraan bahwa
manusia sebagai makhluk individu yang bebas.
2. Demokrasi satu partai dan komunisme
Menurut system demokrasi ini masyarakat tersusun atas komunitas
komunitas yang terkecil. Komunitas yang paling kecil yang akan
158
memilih wakil wakil untuk unit unit administrative yang besar
misalnya distrik atau kota, unit administrative yang lebih besar akan
memilih calon calon administratif yang lebih besar lagi. Susunan ini
dikenal dengan struktur ‘piramida’.
3. Demokrasi deliberative
Dalam pelaksanaan demokrasi ini tidak hanya didasarkan atas prinsip
kuantitas matematis belaka, melainkan dalam berbagai aspek
ditentukan dengan musyawarah, dengan berbagai pertimbangan akan
tetapi tetap paradigmanya demi kesejahteraan rakyat.
Sebagai suatu Negara berkeadilan sosial maka Negara Indonesia yang
berdasarkan pancasila sebagai suatu Negara kebangsaan, bertujuan untuk
melindungi segenap warganya. Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat
bangsa dan Negara harus terwujud keadilan sosial, yang meliputi tiga hal yaitu
:
1. Keadilan distributif (keadilan membagi), yaitu Negara terhadap
warganya
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu warga terhadap negaranya
untuk mentaati peraturan perundangan
3. Keadilan komutatif (keadilan antar sesame warga Negara), yaitu
hubungan keadilan antara warga satu dengan warga lainya secara
timbal balik (notonagoro, 1975).
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu Negara
kebangsaan harus berdasarkan hukum. Sehingga sebagai suatu Negara hukum
harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu :
1. Pengakuan dan perlindungan atas HAM
2. Peradilan yang bebas
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
159
NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa.
160
pribadi masing-masing manusia yang disertai tanggung jawab pribadi. Setiap
umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan meningkatkan
kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib
memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya
dan pada penyelenggara negara khususnya, berdasarkan nilai-nilai pancasila.
161
makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu sifat dasar
kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara, sehingga negara
sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam hubungan
dengan manusia lain dalam mencapai tujuan bersama.
162
Dalam sistem negara theokrasi langsung kekuasaan adalah
langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara
didunia ini adalah atas kehendak Tuhan dan yang
memerintah adalah Tuhan (Kusnadi, 1995: 60)
2. Negara Theokrasi Tidak Langsung
Berbeda dengan sistem negara theokrasi langsung, dalam
negara theokrasi tidak langsung bukan Tuhan sendiri yang
memerintah dalam negara, malinkan Kepala Negara atau
Raja yang memiliki otoritas atas nama Tuhan. Kepala
Negara atau Raja memerintah atas kehendak Tuhan,
sehingga kekuasaan dalam negara merupakan karunia dari
Tuhan (Kusnadi, 1995: 63)
163
atheis, bahkan negara liberal memberi kebebasan warganya
untuk menilai dan mengkritik agama misalnya tentang Nabi,
Rasul, Kitab Suci bahkan Tuhan sekalipun.
Nilai-nilai dalam negara dibedakan dan dipisahkan
dengan negara, kepurusan dan ketentuan kenegaraan terutama
peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
keepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.
Walaupun ketentuan tersebut bertentangan dengan norma-
norma agama.
164
sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.(Prof. Dr.
Kaelan, 2014)
DAFTAR PUSTAKA
165
PROFIL PENULIS
N Nama Foto Moto No. HP
o.
Bermimpi, 08974137402
Berjuang, dan
Berdoa
Muhammad
1.
Khadafi
Kesempatan 089664509111
bukanlah hal
yang kebetulan,
Muhammad Rivan kita yang
2.
Pamungkas menciptakan
3. Tita Mulyani
166