Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ajria Nafisah

Kelas : VIII - A

Akhlaqul Karimah
Oleh : Muhammad Zuhri

Alhamdulillahiladzi hadza nalihadza wama kunna linahtadiya laula anhadzanalloh,


laqodja adrusulurobbina bilhaq wanudzu antil kumuljannatu uritstumuha bimakuntum
ta’malun. Asyhadu alla ilahailalloh waasyhadu anna muhammadarosulullahi
sollallohualaihi wasalam, wa’ala alihi waasyhabihi amma ba’dhu.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kita bisa berkumpul di ruangan ini dengan sehat
dan sentosa, shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada second love
kita Nabi Muhammad S.A.W beserta keluarganya, para sahabatnya dan pengikutnya
sampai hari akhir.

Jamaah yang dimuliakan Allah SWT dalam kesempatan ini saya akan
menyampaikan tentang “akhlaqul karimah”.

Apa yang di sebut akhlaqul karimah atau budi pekerti luhur bukanlah sopan santun,
unggah ungguh atau basa-basi sebagaimana sering dituntut oleh generasi tua
terhadap generasi muda, dimana setiap etnis telah mewarisi caranya sendiri dari
leluhur mereka.

Hadist Nabi SAW: "Aku telah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" dan
sabda Tuhan ynag di tujukan kepada Muhammad SAW: "Sesungguhnya engkau
benar-benar memiliki akhlak yang luhur, menunjukkan bahwa ajaran Islam telah
memiliki kriteria tersendiri tentang akhlak yang mulia.

Sesuai dengan sifat ajaran Islam yang universal, maka tawaran tersebut pastilah
akan memberikan alternatif terhadap dualisme moral yang ada (Moral barat adan
moral timur) yang akan menjadi kendala bagi terwujudnya Umatan wahidatan (
masyarakat global) di kelak kemudian hari.

Menurut pandangan Islam seseorang bisa di sebut berakhlak luhur manakala dia
berada dalam kondisi yang seimbang. Artinya pribadi tersebut telah sanggup berdiri
diantara Allah dan semestanya, di antara yang idel dan real, atau di antara dimensi
keharusan dan dimensi kenyataan.

"Demikianlah telah Kami jadikan kamu suatu umat yang seimbang, supaya kamu
menjadi saksi atas manusia dan Rosul (mewakili Allah) menjadi saksi atas kalian.(Al-
Baqoroh : 143)

Bila kita renungkan dan berani bersifat jujur, kita pasti akan sampai pada kesimpulan
bahwa kondisi mampu berdiri d tengah-tengah antara dua hal yang tak dapat di
pertemukan merupakan satu-satunya kondisi yang memiliki kemungkinan. Namun
resikonya ia dibebani oleh dua tanggung jawab sekaligus, yaitu tanggung jawab ke
atas dan tanggung jawab ke bawah.

Ketika pribadi yang demikian menghadap kepada Allah, ia bertanggung jawab untuk
menyampakan tuntutan dan harapan umat manusia kepadaNya. Dan ketika ia
berhadapan dengan manusia ia bertanggung jawab menyampaikan pesan dan
perintah Allah kepada mereka. Maka sekaligus ia akan menjadi wakil Allah di depan
manusia dan menjadi wakil umat manusia di depan Allah.

Itulah kondisi pribadi Rasulullah SAW yang telah kita sepakati sebagai Uswatun
Khasanah (fugur teladan yang akurat). Betapa besar dan beratnya tanggung jawab
umat Muhammad SAW (umat setelah rosululloh SAW hadir) dapatlah kita
bayangkan.

Apakah di dalam berdo'a dan shalat-shalat kita di depan Allah kita telah benar-benar
membawa harapan umat, dan didalam pergaulan kita dengan sesama manusia telah
menyampaikan pesan dan perintah Allah sebagai mana mestinya, atau belum .
Kalau belum berarti kita belum menyandang akhlaqul karimah.

“ Unzur ma qila wala tanzur man Qola “

Pandanglah pembicaraan jangan pandang siapa pembicaranya.

Wabillahi taufik wal hidaya Wassalamu’ Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai