Anda di halaman 1dari 9

Sur'atul Istijabah

Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabbmu, dan mendapatkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang bertaqwa. (Q.S Ali Imron : 133) Labbaik ! Suara itu menggemuruh, mengalir lintas kurun dan abad, tiada henti. Membahana dari lembah yang tiada bertanaman, dekat rumah tua itu (Al Baitul Atiq, Q.S Al Hajj : 29,33), rumah suci Nya, tempat segala keamanan dan kemerdekaan, memenuhi telaga hati yang bening dalam kilau yang memancarkan wibawa abadi. Gaungnya menggema, menjadi saksi atas keaslian ajaran harfiah samhah yang kokoh terhadap perubahan-perubahan naif oleh tangan dan otak kerdil yang selalu gagal, namun terus saja merasa mampu mengubah, menyaingi atau menambah keasliannya. Labbaik, judul roman panjang kehidupan yang seakan dimonopoli tiga elit manusia : Al Khalil Ibrahim, Adz Dzabih Ismail dan Ummu Ismail alaihissalam, dalam ujian berat yang mereka jalani. Pesan itu tak bisa difahami oleh mereka yang melihat adanya kekuatan azam pada para hamba tersebut serta rasul-rasul Ulul Azmi, lalu berkomentar : Memang hebat kekuatan jiwa mereka. Tetapi bukankah mereka nabi-nabi dan isteri-isteri nabi, lalu siapakah kita ? Apakah para nabi bukan manusia, yang punya selera dan hasrat dunia? Tidakkah mereka pantas menjadi teladan, sementara begitu besar hajat mereka kepada kehidupan dan kesenangan, tetapi lebih memprioritaskan Allah, Rabbnya ? Ada pass-word yang hilang dari memori kaum yang malang ini : ikhlas, yakin, taat, tawakal, optimis, kecintaan beramal, pandangan jauh kedepan dan fauriyatul istijabah (respon kilat) terhadap semua seruan Nya. ( Warisan Sang Murabbi, Ustadz Rahmat Abdullah rahimahullah) Respon yang luar biasa dari seorang Abu Dujana ketika bertanya kepada Rasulullah. Wahai Rasulullah, apa yang akan aku dapatkan dari jihad bersamamu? Rasulullah menjawab : Syurga. Lalu seketika ia pun merespon : Kalau begitu aku akan berperang sampai aku syahid dengan luka di sini . Kata Abu Dujana sambil menunjuk ke lehernya. Rasulullah berkata kepada : Engkau akan mendapatinya, karena engkau jujur kepada Allah. Dengan segera ia merangsek ke dalam barisan Uhud dan mengatakan, Sesungguhnya aku mencium wanginya syurga di balik Uhud ! Dan benar, ketika para syuhada Uhud dimakamkan, para sahabat mendapati tubuh Abu Dujana penuh dengan 70 luka pedang, dan luka panah persis seperti yang dia tunjukkan. Ketaatan yang luar biasa pun, telah kita pelajari dari kisah sahabat dalam perang Khaibar. Perang yang paling lama dan melelahkan. Dipuncak kelelahan, ketika pasukan Muslim berhasil menguasai benteng Ash Shab bin Muadz, benteng yang paling kaya dengan sumber makanan dan senjata. Di sana mereka telah memasak seekor himar untuk mengisi perut mereka yang lapar berhari-hari. Di saat telah siap disajikan, tiba-tiba datang wahyu tentang pengharaman himar. Apa yang kemudian terjadi? Seketika kuali yang berisi harum daging himar dibalik dan tumpahlah isinya. Tak ada permohonan toleransi atau pembantahan. Nyaris diluar ketaatan kita yang didominasi logika. Mungkin jika kita menjadi meraka akan mengatakan, Mengapa wahyu itu tidak turun sebelumnya ? Tentunya tak akan membuat kecewa perut yang telah keroncongan berhari-hari itu. Itulah ketaatan dan kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul Nya. Tak mengenal logika. Imam Syahid Hasan Al Banna mengatakan : Dapat kugambarkan profil mujahid sejati dalam diri seseorang yang siap mengambil bekal dan memenuhi perlengkapannya. Seluruh dirinya (seluruh sudut jiwa dan hatinya) didominasi pemikiran seputar perjuangan. Ia dalam pemikiran

yang selalu, perhatian yang besar dan kesiapan yang senantiasa. Keimanan mujahid yang terejawantah dalam kesigapannya melaksanakan kebaikan, tugas dan kewajibannya, adalah refleksi dari jiwa yang bertanggung jawab, yang akan mampu menghindari penyesalan, kerugian dan penderitaan. Ia pun bersegera menuntut ihsan dan itqonul amal sehingga membuahkan natijah yang kongkret. Dalam era kontemporer, suratul istijabah itu seakan menguap. Bisa dilihat dari jumlah peminat tatsqif kader, kajian ilmiah mahasiswa, bedah buku, atau aksi turu ke jalan. Seharusnya layar HP polychrome mendadak buram ketika mendapat jawaban sms, afwan ana tidak bisa hadir, ada kuliahada urusan ke sini.ada blablabla.. Entahlah, berbicara hajat, urusan, kepentingan, semua kita, bahkan para nabi dan para sahabat punya banyak kepentingan. Namun, Allah dan Rasul Nya lebih utama. Kiranya cukuplah kisah Kaab bin Malik menjadi teguran dan pelajaran untuk kita semua yang mengaku aktivis Islam. Lantas apa sebenarnya yang melunturkan kekuatan suratul istijabah itu ? Seharusnya, introspeksi jiwa menjadi kebiasaan, hingga kita dapat mengevaluasi beberapa hal : 1. Keimanan. Keimanan yang dalam sangat mempengaruhi kekuatan surah. Kita masih ingat peristiwa turunnya surat Al Baqarah ayat 286-287 yang membuat para sahabat menangis dan ketakutan. Bahwa syahadat yang menumbuhkan keimanan menuntut konsekuensi yang tidak mudah. Lalu, bagaimana kita pun ingat kaum Hawariyyin yang berkata : Nahnu ansharullah. Ketika nabi Isa as bertanya kepada mereka : Siapakah yang akan menjadi penolongku menegakkan diinullah ? Dan suratul istijabah adalah buah dari keimanan. Akankah keimanan kita mampu menggerakkan lisan kita untuk mengatakan dengan tegas : NAHNU ANSHARULLAH ! 2. Pemahaman Pemahaman yang benar dan mendalam terhadap wahyu (Alquran) adalah kunci kedua setelah keimanan. Ia (fahm) adalah rukun pertama sebelum menghidupkan ikhlas untuk menegakkan sebuah amal. Tak ada amal tanpa keikhlasan dan tak ada keikhlasan tanpa pemahaman. Seorang dai tidak mungkin dapat mendistribusikan nilai-nilai Islam kepada orang lain, jika ia sendiri tidak memahaminya. Selama seseorang tidak memahami prinsip yang diyakininya, ia tidak akan bisa berinteraksi dengan prinsip tersebut dan ruh yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, Rasulullah selalu mendorong para sahabat untuk memberikan pemahaman kepada orang-orang yang baru masuk Islam. Beliau mengatakan kepada mereka : Berilah pemahaman pada saudaramu dalam urusan agama ini. Bacakan dan ajarkanlah Alquran kepadanya. ( Hadist riwayat Ath Thabarani). Kisah yang mengharukan dari seorang Tsabit bin Qais dari Hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, ketika turun surat Al Hujurat ayat 2. Wahai orang-orang yang beriman ! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi . Seketika Tsabit ketakutan dan tak mau keluar rumah, seraya menangis dan mengatakan, Celakalah aku. Aku ahli neraka. Anas bin Malik kemudian mengadukan hal ini kepada Rasulullah, maka Rasulullah mengatakan, Bahkan sesungguhnya dia adalah ahli syurga. Luar biasa, hassasiyah jundi Rasulullah, sampai takut akan uqubat karena merasa telah melanggar aturan Nya. Seperti yang kita ketahui bahwa Tsabit adalah sahabat Rasulullah yang bersuara lantang dan keras. Namun bukan hal tersebut yang dimaksudkan surat ke-49 itu. Dengan lembut dan santun Allah tabaraka taala menyampaikan dalam surat Al Anfal ayat 24 : Wahai orang-orang yang beriman ! Penuhilah seruan Allah dan Rasul Nya, apabila dia menyeru kepadamu sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada Nyalah kamu akan

dikumpulkan. Asy Syahid Sayyid Quthb mengatakan : Suratul istijabah adalah tindakan pemenuhan fitrah yang bersih untuk memenuhi seruan dawah yang haq dan lurus. Di sana ada kejujuran, kelapangan, kekuatan semangat, pengetahuan yang benar dan sambutan akan cetusan qalbu yang hebat atas kebenaran yang nyata. 3. Marifat yang hidup terhadap kebenaran dawah Pemetaan fikrah yang tidak didukung realitas harokah atau ilmu pengetahuan yang tidak didukung oleh amal akan melahirkan marifah mayyitah. Dan, dawah ini mengharuskan adanya marifah hayyitah dalam diri kader-kadernya. Sehingga idealisme sebuah fikrah dapat dengan mudah didefinisikan dalam tataran realitas. Sirah dawah Rasulullah, sekali lagi membuka ingatan akan kecerdasan dan keberanian seorang Mushab bin Umair, seorang duta dawah pertama dan tunggal untuk Yatsrib. Kecerdasannya dalam menyampaikan dawah Islam, begitu mampu mengalir dalam setiap aliran darah Saad bin Muadz, pemimpin suku Khazraj. Sehingga Saad berkata kepada kaumnya : Wahai Bani Abdil-Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di tengah kalian ? Mereka menjawab : Engkau adalah pemimpin kami dan orang yang paling jitu pendapatnya serta nasihatnya yang paling kami percaya. Saad melanjutkan : Siapapun di antara kalian, laki-laki maupun wanita tidak boleh berbicara denganku kecuali jika kalian beriman kepada Allah dan Rasul Nya. Hingga sore harinya, tak seorang pun di antara mereka melainkan telah menjadi muslim dan muslimah, kecuali satu orang saja, yaitu Al Ushairim, yang menangguhkan keimanannya hingga perang Uhud. Pada saat perang Uhud itu dia masuk Islam, lalu ikut berperang dan terbunuh sebagai syahid. Padahal belum sati kalipun bersujud kepada Allah. Untuknya Rasulullah bersabda : Dia mengerjakan yang sedikit namun mendapat pahala yang melimpah. 4. Tertanamnya hakikat kehidupan akhirat dalam hati dan amal sehingga akan terjaga dalam penjagaan Allah ( riayah rabbaniyah). Tertanamnya pemahaman yang syumul tentang hakikat kehidupan, seperti yang Allah serukan dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56 bahwa tidaklah jin dan manusia diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah. Ayat ini menyingkap berbagai sisi dan sudut konseptual dan tujuan yang semuanya tercakup oleh hakikat yang besar ini, yang dianggap sebagai batu fondasi di mana kehidupan berdiri. Sisi pertama dari hakikat ini ialah bahwa di sana terdapat tujuan tertentu dari keberadaan jin dan manusia, yang tercermin pada tugas. Barangsiapa melaksanakan dan menunaikan tugas itu, berarti dia telah merealisasikan tujuan keberadaannya. Dan barangsiapa menyepelekannya atau membangkangnya, berarti dia telah menghancurkan tujuan keberadaannya. Sehingga jadilah ia tanpa fungsi, tanpa tujuan dan tidak memiliki makna utama yang menjadi sumber nilainya yang pertama. Jika demikian, berarti dia telah melepaskan diri dari prinsip yang telah melahirkannya ke alam nyata. Sebuah prinsip yang di dalamnya terdapat sebuah hakikat yang begitu besar. Hakikat yang menjelaskan tugas peribadatan yang lebih luas dan komprehensif. Tidak sekedar pelaksanaan simbol-simbol. Itulah tugas besar kekhalifahan di bumi dan itulah karya alam manusia ini Q.S Al Baqarah : 30). Dan tugas besar ini termasuk dalam konsep ibadah, yang hakikatnya tercermin pada dua masalah pokok, yaitu mengokohkan konsep penghambaan kepada Allah di dalam diri, dan menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh gerak hati, gerak anggota badan dan gerak kehidupan. 5. Fahmu qadhaya ummat dan memiliki ruhul masuliyah Pemahaman akan tugas kekhalifahan yang menuntut perbaikan, tak akan niscaya apabila apatis

terhadap kondisi. Sekali lagi, hassasiyah positif dalam diri kader adalah wajib, karena ia adalah modal awal untuk kemudian ia mampu memahami realitas yang harus dirubah. Dan ruhul masuliyah yang akan mampu mengarahkan gerak perubahan sehingga managable, ihsan dan itqon fii al amal. 6. Keyakinan bahwa kebersamaan bersama Rasulullah, shadiqin, syuhada dan solihin di syurga ditentukan oleh sejauh mana kita mengikuti mereka dalam sigap pada setiap panggilan jihad dan dawah. Wallahualam. Faqir Ila Allah Syahidah Lamno Maraji : Warisan Sang Murabbi (Alm. Ustadz Rahmat Abdullah) Tafsir Fii Dzilalil Quran Sayyid Quthb Sirah Nabawiyah Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimun 1

Suratul Istijabah (Respons Yang Segera)


February 21st, 2011 Abu Islah No Comments

Editor: mj_hanim Kesetiaan seorang pekerja kepada atasannya diukur dengan kecepatannya melaksanakan perintah dan menjauhi larangan atasan tersebut. Demikian juga dalam hubungan interaksi seorang manusia dengan Allah Azza Wa Jalla. Dalam hubungannya dengan Allah seorang muslim bagaikan seorang pekerja terhadap Tuannya. Bahkan Allah melebihi Tuan mana pun di permukaan bumi ini, Dia memberikan kemudahan kepada hamba-Nya dengan pelbagai kenikmatan hidup yang tidak dapat dibalas dengan harga semahal apapun. Oleh itu, sebagai hamba, manusia yang beriman kepada Allah wajib sesegera mungkin merespon apa saja yang Allah perintahkan sekuat kemampuannya. Manakala ia dilarang atau diharamkan terhadap sesuatu maka dengan cepat dia harus menghentikannya. Sikap demikian itu disebut Suratul Istijabah (Respon yang cepat). Respon yang tinggi dan cepat dari seorang muslim terhadap perintah dan laranganNya ini merupakan buah keimanannya kepada Allah, Malaikat, Kitab, dan Rasul-rasul-Nya. Keimanan yang benar dan mendalam merupakan modal utama dari istijabah, sebagaimana dinyatakan di dalam Al Quranul Karim: Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan, Kami dengar dan kami taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. (QS. Al Baqarah, 2:285) Sikap saman wa thoatan diturunkan. Pasalnya, dalam ayat tersebut Allah menyatakan bahawa Dia akan menghisab amal manusia baik yang tampak maupun tersembunyi dan Dia akan mengampuni atau mengazab manusia sesuai dengan kehendak-Nya, (mendengar dan taat) merupakan tuntutan iman. Dengan kata lain, iman seseorang tidak dapat dianggap benar dan lurus sebelum melahirkan sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. Iman sejati membawa orang beriman pada perjanjian yang mengikat dengan Allah untuk melaksanakan syariat-Nya di muka

bumi. Sebagai contoh, ayat dalam Surat Al Baqarah di atas, sebelumnya didahului dengan firman Allah ayat 284 yang membuat para sahabat Nabi menangis ketika ayat tersebut diturunkan: Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, nescaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyeksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al Baqarah, 2:284) Para sahabat Nabi menangis membaca ayat ini kerana merasa betapa jiwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk sentiasa bersih dari noda dan dosa. Namun di sisi lain mereka siap menerima ketentuan Allah dalam ayat ini. Lantaran itu mereka bertanya kepada Nabi Muhammad dan mendapat jawapan dengan turunnya ayat 285-286. Allah memuji kesiapan mereka untuk mendengar dan taat kerana keimanan mereka kepada Allah yang memiliki langit dan bumi. Ketika seorang muslim bersyahadat, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya dia melakukan jual beli dengan Allah. Dia sebagai pihak penjual dan Allah sebagai Pembeli. Syahadat kita adalah baiah yang wajib direalisasikan dalam hidup keseharian. Seorang pedagang yang baik tidak akan memberikan barang dagangan yang buruk, palsu atau pun rendah kualitinya. Apalagi pembelinya adalah Allah Azza Wa Jalla yang memberikan harga yang mahal yaitu syurga. Firman Allah: Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan alQuran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah, 9:111) Disebabkan harga tinggi (syurga) yang diberikan Allah inilah maka orang-orang beriman bersegera memberikan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam hal ini kualiti tertinggi dari pencapaian iman seseorang adalah kesediaan memberikan nyawa di jalan Allah. Oleh itu dinyatakan bahwa mereka siap berperang membunuh atau terbunuh. Atas janji yang demikian Allah menuntut orang-orang beriman untuk sentiasa memiliki komitmen terhadap perjanjian ini. Dan ingatlah kurnia Allah kepadamu dan perjanjian-Nya yang telah diikat-Nya dengan kamu, ketika kamu mengatakan: Kami dengar dan kami taati. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui isi hati(mu). (QS. Al Maidah, 5:7) Pelajaran Dari Al Qur-an dan Sunnah Al Quranul Karim dipenuhi ibroh bukan sekadar cerita tetapi merupakan contoh teladan dan pelajaran yang penting bagi setiap insan beriman untuk meningkatkan kualiti imannya kepada Allah. Salah satu kisah yang popular dalam menunjukkan suratul istijabah suatu kaum di masa lalu adalah kisah para hawariy yang merupakan sahabat dekat Nabi Isa Alaihis Salam. Mereka memiliki kepekaan yang tinggi dalam memberikan reaksi terhadap peristiwa yang terjadi pada

masyarakatnya. Manakala Bani Israil mengingkari kerasulannya, Nabi Isa segera bertanya kepada para hawariy. Mereka segera pula memberikan jawapan yang menunjukkan kesiapan bekerjasama dengan pemimpinnya. Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah? Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri. (QS. Ali Imraan, 3:52) Nyata sekali bahawa iman kepada Allah dan penyerahan diri kepada syariat-Nya menjadikan para hawariy merespons dengan segera. Selain itu suratul istijabah menunjukkan pemahaman yang mendalam kepada wahyu yang diturunkan, mengikuti petunjuk Rasul, dan mempunyai semangat serta cita-cita yang tinggi. Perhatikan kelanjutan ayat berikut ini mempunyai kepekaan yang tinggi untuk segera merespon seruan dari pemimpin mereka. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan telah kami ikuti rasul, oleh itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah). (QS. Ali Imraan, 3:53) Dalam kisah hidup Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam kita juga menemukan kecepatan reaksi para sahabat Rasulullah ketika mereka menerima seruan Nabi. Hal ini kerana mereka ingin mengikuti keteladanan para hawariy Isa dalam menolong agama Allah: Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putera Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia:Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?. Pengikut-pengikut yang setia itu berkata:Kamilah penolong penolong agama Allah!, lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. As Shof, 61:14) Kecepatan merespon perintah pemimpin sangat penting dalam gerakan dakwah Islam. Ini dicontohkan sahabat, diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a katanya: Ketika ayat ini diturunkan: (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara kamu melebihi suara Nabi) hingga ke akhir ayat 2 surat al-Hujurat. Tsabit bin Qais sedang duduk di rumahnya dan berkata: Aku ini termasuk ahli Neraka! Beliau bersembunyi dari Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi Wa Sallam sehingga baginda bertanya kepada Saad bin Muaz, Wahai Abu Amru, bagaimanakah keadaan Tsabit? Adakah dia sakit? Saad menjawab, Keadaannya seperti biasa dan aku tidak mendengar berita yang menyatakan dia sakit. Lalu Saad pun menziarahinya dan memberitahu kepadanya tentang percakapan beliau dengan Rasulullah. Tsabit berkata, Ayat ini diturunkan, sedangkan kamu semua mengetahui bahawa aku adalah orang yang paling nyaring suaranya, melebihi suara Rasulullah. Kalau begitu aku ini termasuk ahli Neraka. Maka Saad menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shollallahu

Alaihi Wa Sallam. Maka Rasulullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam pun bersabda, Bahkan dia termasuk dari kalangan ahli Syurga. Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS. Al Anfaal, 8:24) Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (iaitu): Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. (QS. Ali Imraan, 3:193)
KESEGERAAN MEMENUHI PERINTAH ALLAH 2. Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. [makna surat al-anfaal (8):2] Assalaamu'alaikum wr.wb Keimanan merupakan ni'mat tertinggi bagi manusia yang dianugerahkan Allah. Ia adalah motivator penggerak yang mengendalikan perbuatan, perkataan dan getaran hati, bahkan termasuk khayalan manusia itu sendiri. Bila terjadi adanya kerusakan pada keimanan seseorang, maka akan mempengaruhi segala geraknya. Keimanan yang berintikan kalimah Laa Ilaaha IllaLlooh adalah kalimah yang memiliki konsekuensi, sarat dengan nilai-nilai. Ia adalah nyawa bagi segala 'amal manusia, seorang kafir tidak akan diterima 'amal'amalnya tanpa terlebih dulu mengakui kalimah tersebut plus beberapa syarat lainnya, ia adalah kalimat pembeda antara seorang kafir dan seorang muslim. Seseorang yang mengakui dan memahami secara benar, jelas dan menyeluruh akan makna kalimah tersebut, akan selalu berhati hati dalam kehidupannya, akan selalu ingin sekali untuk merealisasikan ajaran-ajarannya, bahkan ia sangat takut, kalau-kalau ada tindakan tindakannya yang melanggar kalimah tersebut. Pengenalan yang mendalam akan Robb-nya sangat dituntut dari seorang muslim. Pengenalan ini akan mengantarkan kepada ma'rifah yang shohih (tepat, benar dan jelas) terhadap Allah SWT,sehingga akan muncul sikap untuk mencintaiNya (mahabbah) yang akan menentukan pula bagaimana sikap sur'atul istijabah (kesegeraan memenuhi perintah Allah SWT) darinya, semakin tinggi tingkat mahabbahnya, maka semakin bersegera pula ia menyambut seruanNya. Bila kita lihat pribadi-pribadi yang dibentuk oleh Rasulullooh SAW, maka kita dapat melihat banyak sekali sahabat yang selalu bersegera di dalam mencari rahmat Allah ini. Dikisahkan dari Anas bin Malik ra:" Kami tidak mempunyai khamr selain

perasan anggur yang kalian beri nama sari anggur. Sesungguhnya aku memberi minum Abu Thalhah, fulan dan fulan ketika seorang laki-laki datang lalu berkata:"apakah berita telah sampai pada kalian?" Mereka bertanya:"Apakah itu?" Orang itu menjawab:"khmar telah diharamkan."Mereka berkata:"Alirkan kendi ini, hai Anas!" Mereka tidak menanyakan tentang khamr dan tidak pula meminumnya lagi sejak itu. Dan masih banyak lagi kisah-kisah nyata dari para sahabat yang patut kita renungkan dalam-dalam. Mari kita berdo'a, mudah-mudahan kita diberikan olehNya rasa kehalusan bercinta sehingga kita dapat meningkatkan rasa cinta kita kepadaNya dan akan menjadikan kita bersegera di dalam menyambut seruanNya. Apalah artinya kebencian seluruh makhluq di muka bumi ini jika kami mendapatkan cintaMu yaa ALlah. Wassalaamu'alaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai