Baca Juga:
Penjelasan Iman dan Hakikat Keimanan Bagian 4 - Kitab At-Taudhih
Wal Bayan Li Syajaratil Iman (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr)
Jadi tidak ragu lagi, kita memiliki patokan dalam menilai. Bukan hanya sekedar
keindahan berkata-kata atau kerasanya lontaran suara,
tetapi manhaj ahlussunnah wal jama’ah diukur dengan bagaimana mereka selalu
merujuk kepada pemahaman para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum
ajma’in serta para ulama yang mengikuti mereka dengan kebaikan. Alhamdulillah
pembahasan ini sudah kita selesaikan.
Pada kajian ini kita melangkah pada pembahasan berikutnya. Pembahasan yang
kedua ini membahas tentang menampakkan secara terang-terangan
pemahaman salaf. Memperkenalkan kepada masyarakat, kepada kaum muslimin.
Karena semua orang berhak untuk mengetahui kebenaran Islam. Islam yang dibawa
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terang benderang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Baca Juga:
Bagaimana Kiat Meraih Cinta Allah 'Azza wa Jalla
Jadi perlu dijelaskan kepada masyarakat. Apalagi dizaman ketika masyarakat sudah
banyak tertipu dengan slogan-slogan yang mengatasnamakan Islam padahal jauh
dari petunjuk Islam yang sebenarnya. Inilah pentingnya apa yang disebutkan dalam
pembahasan ini. Menjelaskan secara terang-terangan pemahaman salaf serta
penjelasan tentang bagaimana sikap mereka dalam menyikapi orang-orang yang
berbuat bid’ah. Ini semua dalam rangka menjaga kemurnian agama, iman dan juga
kaum muslimin secara keseluruhan.
Pembahasan manhaj atau metode pemahaman yang benar ini menyangkut masalah
jalan yang diridhoi oleh Allah. Yang itu hanya satu-satunya jalan sedangkan jalan
yang lain merupakan jalan yang menyimpang.
Mungkin sebagian dari kita berfikir bahwa kita sudah mengikuti manhaj salaf, tetapi
kenapa pembahasan ini masih terus dibahas? Karena mengulang pembahasan ini
adalah untuk meyakinkan hati kita dan juga untuk menjaga keistiqomahan hati kita
diatas kebenaran. Dasar dari istiqomah dan hakikat dari taqwa yang sesungguhnya
bermula dari hati. Dan untuk urusan hati, manusia tidak bisa mengarahkannya kalau
bukan karena kehendak Allah dan pertolongan dariNya. Allah subhanahu wa
ta’alaberfirman:
Baca Juga:
Mengimani Mukjizat Para Nabi - Kitab Al-Ibanah (Ustadz Dr.
Muhammad Nur Ihsan, M.A.)