Anda di halaman 1dari 6

Hakikat Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW

(disajikan di Mesjid Agung Al Makmur, 18-12-2015 )

Hari Ini Tgl. 6 Rabiul Awal 1437 H dan insya Allah


Tgl. 24 Desember 2015 berlaku libur Nasional karena berkenaan
dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Rabiul awal
dan sudah menjadi ke biasaan masyarakat Aceh bahwa batas waktu
yang digunakan untuk memperingati maulid Nabi sampai tiga bula
yaitu : bulan Rabi-‘ul ula, Rabi-‘ul Tsani dan Jumadil Ula.

Sejarah mencatat bahwa peringatan Maulid pertama sekali di


laksanakan oleh sultan Shalahuddin Al-Aiyubi untuk menggalang
kembali persatuan dan kekuatan umat yang sudah dikalahkan oleh
kaum kristiani dalam perang salib. Kenyataan menunjukkkan peringatan
maulid tersebut dapat menghipnotis kembali kekuatan ummat sehingga
bisa mengalahkan dan menghacurkan kembali kaum shalibiyah yang
sudah menduduki dan menguasai wilayah Islam pada waktu itu,
termasuk palestina yang terdapat Mesjid Aqsa sebagai salah satu
tempat suci ummat Islam.

Kalau kita kondisikan dengan situasi kita sekarang ini pertayaan


yang akan timbul, apakah peringatan maulid masih perlu kita
laksanakan ? sebelum kita memberikan jawabannya mari kita melihat
sebuah Hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Abu daud.

ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّه علَي ِه وسلَّم ي‬


َ ‫اُأْلم ُم َأ ْن تَ َد‬
‫اعى َعلَْي ُك ْم َك َما‬ َ ‫ك‬ ُ ‫وش‬ُ َ َ َ َْ ُ َ ُ ‫قَ َال َر ُس‬
َ َ‫ص َعتِ َها َف َق َال قَاِئ ٌل َو ِم ْن قِلَّ ٍة حَنْ ُن َي ْو َمِئ ٍذ ق‬
‫ال بَ ْل َأْنتُ ْم‬ ْ َ‫اعى اَأْل َكلَةُ ِإىَل ق‬
َ ‫تَ َد‬
‫ص ُدو ِر َع ُد ِّو ُك ْم‬ ِ
ُ ‫السْي ِل َولََيْنَز َع َّن اللَّهُ م ْن‬ َّ ‫َي ْو َمِئ ٍذ َكثِريٌ َولَ ِكنَّ ُك ْم غُثَاءٌ َكغُثَ ِاء‬
‫ول اللَّ ِه‬
َ ‫ال قَاِئ ٌل يَا َر ُس‬َ ‫الْ َم َهابَةَ ِمْن ُك ْم َولََي ْق ِذفَ َّن اللَّهُ يِف ُقلُوبِ ُك ْم الْ َو ْه َن َف َق‬
‫الد ْنيَا َو َكَر ِاهيَةُ الْ َم ْو ِت‬
ُّ ‫ب‬ ُّ ‫َو َما الْ َو ْه ُن قَ َال ُح‬
Pernyataan Rasulullah tersebut menunjukkan kepada fenomena
adanya persekongkolan Internasional, Ummat waktu itu menjadi
sesuap makanan yang mudah ditelan oleh siapa saja yang lapar dan
rakus. Keadaan ini dibenarkan oleh realitas yang kita alami dewasa ini.
Barat dan Timur, golongan kanan dan kiri, ahli kitab dan Atheis, semua
bersatu padu, bersekongkol menyerang ummat Islam. Khatib
terbanyang kembali bagaimana Palestina yang sampai sekarang terus
dibiarkan konflik baik di dalam maupun dari luar yaitu Israel, Konflik
Timur Tengah yang begitu kuat saat ini, Irak, Siria dan Yaman begitu
menyayat hati, jutaan manusia berbondong-bondong menyusup ke
negara Eropa untuk mendapatkan tempat yang damai dan aman untuk
kehidupan mereka. Mereka adalah orang yg seiman dengan kita dan
meminta perlindungan bukan kepada sesama muslim.

Padahal kita tahu firman Allah surat al anfal ayat 73:

Kekacaun dan kerusakan yang ditimbulkan oleh musuh-musuh


islam sudah sangat jelas. Mereka melakukan fitnah dan propraganda
dan dengan kecanggihan teknologi komunikasi yang mereka kuasai,
mereka mampu membentuk opini public untuk menyudutkan kaum
muslimin, sehingga kita degan mudah dicap sebagai teroris,ISIS dan
lain-lain stigma negative, Sehingga mereka tidak segan-segan
mengunakan kekerasan senjata.

Mendengar perkataan Rasul bahwa Kekuatan ummat ada


yang keropos, rapuh dan tidak mempunyai keuatan, seorang sahabat
bertanya:

‫ال قَاِئ ٌل َو ِم ْن قِلَّ ٍة حَنْ ُن َي ْو َمِئ ٍذ‬


َ ‫َف َق‬
Dari segi kuatitas kita ramai, bahkan hingga saat ini sudah lebih
sepertiga penduduk bumi dari jumlah tujuh milyar orangpenduduk bumi
pada saat ini. tetapi dari segi kwalitas jauh ketinggalan dalam segala
bidang.
Ketinggalan dibidang pertahanan dan keamanan ditandai
dengan rawannya intervensi dari luar.

Dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi kemundurannya


ditandai dengan kurangnya teori-teori dan penemuan-penemuan yang
dilakukan oleh sarjana muslim dewasa ini. Dan sangat sedikit sarjana-
sarjana kita yang yang mendapatkan Nobel (prestasi tertinggi dalam
bidasng IPTEK, perdamaian dan ekonomi)

Ketinggalan dalam bidang ekonomi, kita mengambil contoh


bagaimana bangsa kita yang penduduknya merupakan ummat Islam
terbesar didunia kebanyakan penduduknya hidup dibawah garis
kemiskinan. Padahal sumber daya alam kita melimpah ruah. Dansangat
tergantung pada bantuan luar. kita semua tau orang-orang yang kita
harapkan bantuannya itu, banyak yang tidak senang dengan kemajuan
dakwah kita. sebagaimana tergambar dalam Firman Allah dalam surat
Al Baqarah ayat 120 :

Dibidang akhlak kita sangat mudah di profokasi, diadu


dombasatu sama lainnya termasuk dalam bidang ibadah yang kita
lakukan sehari-hari apalagi dibidang mu’amalah.

karena ketinggalan dan kemunduran tersebut maka gambaran


yang paling tepat diberikan Rasul kepada ummat Islam adalah

َّ ‫َولَ ِكنَّ ُك ْم غُثَاءٌ َكغُثَ ِاء‬


‫السْي ِل‬
“bagaikan buih air bah” yang bersifat ringan, terapung, tidak
bersatu dan bergerak tanpa arah. Yang lebih menyakitkan lagi sering
timbul diantara kita rasa curiga, fitnah-memfitnah, mengolok kawan
sendiri, dengki kepada orang lain. “Tayue jak dikeu ditoh geuntet dan
tayue jak dilikot di cumeucet” dan lain sebagainnya yang
menyebabkan kemundurun kita.
Kembali kepada lanjutan Hadist Rasulullah mengatakan:

‫ص ُدو ِر َع ُد ِّو ُك ْم الْ َم َهابَةَ ِمْن ُك ْم َولََي ْق ِذفَ َّن اللَّهُ يِف ُقلُوبِ ُك ْم الْ َو ْه َن‬ ِ
ُ ‫َولََيْنَز َع َّن اللَّهُ م ْن‬
Adapun sebab-sebab ummat kurang disegani dan kurang
berwibawa dalam kancah percaturan politik Internasional adalah karena
kurang berani mengambil resiko, sebagaimana dikemukakan rasul
dalam lanjutan Hadist :

‫ الْ َم ْو ِت‬$ُ‫الد ْنيَا َو َكَر ِاهيَة‬


ُّ ‫ب‬ُّ ‫ول اللَّ ِه َو َما الْ َو ْه ُن قَ َال ُح‬
َ ‫ال قَاِئ ٌل يَا َر ُس‬
َ ‫َف َق‬
Potongan terakhir dari Hadist yang kita bacakan ini justru
menunjukan kapada bahaya dan menjelaskan akar penyakit yang di
indap pada ummat Islam, yaitu penyakit mental dan moral. Ini
merupakan masalah yang mendasar bukan sekedar penyakit ekonomi
dan materi. Persoalan ini merupkan biang penyakit dan sumber yang
sangat berbahaya.

Itulah WAHN yang sudah menyatu dalam jiwa masyarakat kita,


yaitu cinta dunia dan takut mati serta takut mangambil resiko. Yang
lebih mementingkan duniawi baik dalam bentuk harta maupun tahta,
itulah yang dinamakan dengan penyakit hedonisme yang merasuki
kehidupan kita pada saat ini.
Hadirin kaum Muslimin yang dirahmati Allah !!

Kita tidak boleh pesimis dengan ramalan Nabi Muhammad Saw.


Dalam Hadist diatas yang telah dibuktikan kebenaranya oleh realita
kehidupan kita. karena dalam Hadist yang lain Rasul bersabda :

Realita tersebut merupakan tantangan bagi kita yang perlu kita robah,
sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ar Ra’du ayat 11 :

ۗ‫ِإ َّن‬ َ‫بَِأْن ُف ِس ِه ْم َما يُغَِّيروا َحىَّت ٰ بَِق ْوٍم َما يُغَِّير اَل اللَّه‬
ُ ُ
Atas dasar ayat ini, kita selalu merujuk kepada kejayaan masa
lalu. Bukan hanya sekedar konpensasi jiwa ataupun untuk menutupi
kekurangan, akan tetapi sebagai pembangkit semangat bagi kita untuk
meraih kembali kejayaan yang pernah diraih oleh nenek moyang kita.
Kita perlu melihat keberhasilan dunia Islam memainkan
perannya dalam percaturan politik Internasional zaman lalu.

Keunggualan dalam bidang pertahanan dan keamanan dimulai


dengan keberhasilan Rasul dan sahabatnya mendundukkan dua
imperium dunia waktu itu Romawi dan Pesia. Kemudian diikuti oleh
kerhasilan Dinasti Umaiyah dan Abbasiyah, sampai dengan kehebatan
kerajaan Turki Usmani yang sudah menguasai sebagian besar Eropa
pada saat itu.

Kita juga masih ingat bagaimana wibawanya kerajaan Aceh


Darussalam pada sekitar abad XVI M, sehingga Belanda yang sudah
menguasai Hampir semua wilayah Indonesia, karena takutnya, mereka
terpaksa membuat perjanjian damai dengan kerajaan Aceh yang
dikenal dalam sejarah “ Traktat Sumatera”

Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kita sudah


pernah melahirkan simbul-simbul pengetahuan yang diakui dunia.
Tercatatlah nama Al-Jabar sebagai bapak Matematika, Ibnu Sina
sebagai bapak Kedokteran, Al-farabi dan Al-Kindy sebagai bapak nya
ilmu filsafat, dimana tulisan-tulisan mereka semua menjadi rujukan para
Ahli dewasa ini.

Begitu juga dalam bidang ekonomi, kita tidak pernah


mengorbankan harga diri kita demi sesuap nasi, seperti yang kita
rasakan sekarang.

Akhirnya jawaban yang tepat untuk pertanyaan, apakah


peringatan Maulid Nabi Masih diperlukan? Adalah lebih dari perlu.
Namun bentuknya perlu kita modifikasikan dan kita kembangkan sesuai
dengan tuntutan perjuangan yang semakin komplek. Bukan hanya
sekedar bermegah-megah pada makanan yang kita keluarkan tetapi
yang lebih penting sejauh mana dengan peringatan maulid tersebut bisa
memberdayakan kembali perjuangan sebagaimana yang pernah
dilakukan oleh Shalahuddin Alaiyubi lebih dari IX abad yang lalu. Tidak
ada cara lain bagi kita kecuali mengimplementasikan kembali nilai-nilai
kepribadian dalam kehidupan Rasul dalam kehidupan kita sehari-hari
disertai dengan menyusun Shaf kembali dan menyatukan langkah
sesuai dengan perkataan Ahli Hikmah:

Anda mungkin juga menyukai