Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Status gizi ibu hamil pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang di kandungnya. Untuk kesehatan ibu
selama kehamilan maupun pertumbuhan dan aktifitas diferensiasi janin, maka ibu
dalam keadaan hamil harus cukup mendapatkan makanan bagi dirinya sendiri
maupun bagi janinnya. Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi,
karena itu kebutuhan gizi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan.
Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin, pertambahan besarnya organ kandungan, dan pertumbuhan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu, sehingga kekurangan zat gizi tertentu saat
hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna (Lubis, 2013). Masa
kehamilan adalah masa dimana seorang wanita memerlukan berbagai zat zigi yang
jauh lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam keadaan biasa (Depkes RI,
2007).
Kekurangan energi kronik (KEK) merupakan kondisi yang disebabkan karena
adanya ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Seorang ibu hamil dikatakan kekurangan
energi kronis (KEK), jika hasil dari pengukuran LILA berada < 23,5 cm. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Pratwi, 2015) ibu hamil yang memiliki lingkar
lengan atas (LILA) < 23,5 cm berisiko 2 kali untuk melahirkan BBLR. Sedangkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Hidayati, Hadi & Susilo, 2014) menyatakan
bahwa ibu hamil yang mengalami KEK berisiko melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar dibandingkan ibu hamil yang tidak
KEK.
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil
ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih tinggi
dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan meningkatnya
metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat
selama hamil. penyebab dari KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab
langsung dan tidak langsung (Sediaoetama, 2014). Penyebab langsung terdiri dari
asupan makanan atau pola konsumsi, infeksi, makanan pantangan. Penyebab tidak
langsung terdiri dari hambatan utilitas zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena
penyakit infeksi atau infeksi cacing, ekonomi yang kurang, pengetahuan, pendidikan
umum dan pendidikan gizi kurang, produksi pangan yang kurang mencukupi
kubutuhan, kondisi hygiene yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu banyak,
usia ibu, usia menikah, penghasilan rendah, perdagangan dan distribusi yang tidak
lancar dan tidak merata, jarak kehamilan.

1.2 Tujuan
a) Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor penyebab kekurangan
energi kronis (KEK) pada ibu hamil UPTD Puskesmas Kandai kelurahan Kandai
kecamatan Kendari.
b) Diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan rencana tindak lanjut (RTL) untuk
mencegah dan menanggulangi kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
di UPTD Puskesmas Kandai kelurahan Kandai kecamatan Kendari.
BAB II
TINJAUAN KASUS

ASUHAN GIZI PADA IBU HAMIL


KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK)

Assesment Gizi
A. Identitas Responden I
Nama Ibu : Ny. Arni Wijaya
Umur : 20 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Kampung Salo / RT 01/RW 02
Pekerjaan : Ibu rumah tangga (IRT)
Pendidikan : SMU
Umur kehamilan : 6 bulan

Nama Suami : Tn. Aldi


Umur : 19 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Kampung Salo / RT 01/RW 02
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMU
Pendapatan : Rp. 5.000.000,-/bulan

Dari hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu Arni dari bulan Juli,
Agustus dan September berturut-turut 23 cm, 23,5 cm dan 23 cm dimana hasil
pengukuran LILA ibu Arni berada < 23,5 cm, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ibu Arni mengalami kekurangan energi kronis (KEK).
Faktor- faktor penyebab ibu Arni mengalami KEK yaitu karena PMT yang
diberikan dari puskesmas tidak di habiskan semua melainkan di bagi-bagikan
kepada anak-anak yang berada di lingkungan sekitar rumah beliau. Selain itu,
cara pengolahan makanan sehari-hari seperti cara pengolahan ikan, dimana
setiap memasak ikan dilakukan dengan cara menggoreng, selain menggoreng
juga dilakukan dengan menambahkan asam jawa ketika memasaknya. Di tingkat
rumah tangga proses pemasakan dengan cara menggoreng termasuk yang paling
sering dilakukan. Suhu yang digunakan ketika menggoreng biasanya mencapai
160 ℃, oleh karena itu sebagian zat gizi diperkirakan akan rusak , diantaranya
vitamin dan protein. Penurunan mineral berkisar antara 5-40% terutama kalsium,
yodium, seng, selenium dan zat besi (Khomsan, 2002).

B. Identitas Responden II
Nama Ibu : Ny. Ika Novitasari
Umur : 24 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Kampung Salo / RT 01/RW 02
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMP
Umur kehamilan : 6 bulan

Nama Suami : Tn. Yuda Rahmat


Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Alamat : Kelurahan Kampung Salo / RT 01/RW 02
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMU
Pendapatan : Rp. 3-5 juta/bulan

Dari hasil pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu Ika dari bulan Juli,
Agustus dan September masing-masing 19,5 cm, 21 cm dan 21,5 cm dimana
hasil pengukuran LILA ibu Ika berada < 23,5 cm, sehingga dapat disimpulkan
bahwa ibu Ika mengalami kekurangan energi kronis (KEK).
Faktor-faktor penyebab ibu Ika mengalami kekurangan energi kronis
(KEK), karena biscuit yang diberikan dari puskesmas tidak dihabiskan sendiri
melainkan diberikan kepada anaknya. Selain itu, tablet tambah darah (TTD)
yang diberikan dari puskesmas tidak dihabiskan. Hal ini dikarenakan ibu Ika
sering pergi kerumah ibunya sehingga tablet tambah darahnya sering lupa di
bawa.
Selain itu, faktor pola makan juga berpengaruh terjadinya KEK pada ibu
hamil seperti pola makan yang dilakukan oleh ibu Ika dimana pola konsumsi
sumber karbohidrat tidak teratur seperti nasi dalam sehari bisa 1-2 kali bahkan
bisa hanya 1 kali dalam sehari. Selain sumber KH, ibu Ika juga sering
mengkonsumsi ikan (sebagai sumber protein) yang diolah dengan cara digoreng
dan sebelum digoreng ikan diberikan rendaman perasan jeruk nipis. Namun,
perlu diketahui bahwa penambahan air perasan jeruk nipis pada ikan segar dapat
mempercepat kerja enzim pada pemecahan protein menjadi gugus peptida yang
berantai pendek atau asam amino yang mudah larut didalam air (Petalia P,
2016).
Protein yang terdenaturasi akan menyebabkan kelarutan berkurang. Asam
atau basa akan memecah ikatan ion intramolekul yang menyebabkan koagulasi
protein. Semakin lama protein bereaksi dengan asam maupun basa kemungkinan
besar ikatan peptida terhidrolisis sehingga struktur primer protein menjadi rusak
(Triyono, 2010).

Anda mungkin juga menyukai