Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Status Gizi Dengan Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien

Post
Apendektomi

Di Susun Oleh :

I Gusti Nyoman Ariasa

P00313018013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN GIZI
TAHUN 2021
BAGIAN III
INTERVENSI GIZI

 Jenis diet : tinggi kalori dan protein


 Bentuk makanan : biasa
 Cara pemberian : oral
 Tujuan diet :
 Menurunkan hipermetabolisme, menurunkan panas & rasa sakit
 Mencegah renjatan: resusitasi cairan & elektrolit
 Mencegah penurunan fungsi ginjal: cegah penurunan volume plasma & cegah
overhidrasi.
 Memperkecil katabolisme protein jaringan: dg mengurangi imbang nitrogen negatif &
asupan energi non protein adekuat.
 Mengoreksi hiperglikemia karena stres: cegah overfeeding karbohidrat sederhana
 Merangsang proses penyembuhan luka: skin graft.
 Mencegah infeksi t.u pd 2-3 mgg pasca luka
 Prinsip dan syarat diet :
1. Kebutuhan protein
 20-25% total kalori atau 2-3 g/kgBB (Molnar & Stinnett)
 1 g N per 100 – 150 kcal (Snelling)
 Untul luas luka bakar >30% dianjurkan 1 g N per 100 kcal.
 Untuk anak-anak 1 g N per 130 kcal atau 50% diatas RDA atau 2,5 – 3
g/kgBB
2. Kebutuhan lemak
 Membatasi lemak 20 – 25%
 Pemberian lemak yg tinggi tanpa memper-hatikan komposisi lemak dpt
menyebabkan penurunan respon imun dan peningkatan ke-rentanan
terhadap infeksi
 Pemberian omega 3 dpt meningkatkan respon imun.
 MCT lebih mudah teroksidasi
3. Kebutuhan karbohidrat
 Pada pemberian TPN dianjurkan membatasi pemberian glucosa 5 – 7
mg/kgBB/menit, kelebihannya tdk dioksidasi ttp diubah menjadi lemak.
 Lipogenesis menyebabkan kenaikan konsumsi O2 dan produksi CO2,
memicu hiperglikemia, dan diuresis osmotik.
 Untuk makanan oral pemberian karbohidrat 60 – 70% dari total kalori
4. Kebutuhan vitamin
 Vitamin C dianjurkan 2 x 500 mg perhari, untuk sintesis kolagen dan
meningkatkan fungsi imun.
 Vitamin A dianjurkan suplemen 5000 IU per 100 kcal nutrisi enteral,
untuk fungsi imun dan epitelisasi.
 Suplemen Calsium kadang-kadang diperlu-kan pada luka bakar > 30%

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 227


 Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan :
1. Makanan yang dianjurkan
 Sumber karbohidrat : beras, singkong, terigu, kentang, singkong
 Sumber hewani : daging, ikan, dan putih telur
 Sumber nabati : Semua kacang-kacangan tanpa garam dapur
 Sayur : semua sayuran segar
 Buah : semua buah-buahan segar
2. Makanan yang tidak dianjurkan
 Daging berlemak, seperti sosis, daging babi, daging domba, dan daging sapi
utuh
 Susu atau produk olahan susu , seperti yougurt, keju, mentega, dan es krim
 Minuman beralkohol

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 228


MENU SEHARI PASIEN :
Protein (g)
Energi Lemak HA
Waktu Menu Bahan Makanan Berat
(Kcal) Hewani Nabati (g) (g)
MAKAN PAGI
nasi Beras giling 100 360.0 0.0 6.8 0.7 78.9
ayam kecap Daging Ayam Sayap 50 74.0 7.0 0.0 4.9 0.0
Kecap 5 2.3 0.0 0.3 0.1 0.5
Minyak kelapa 2 17.4 0.0 0.0 2.0 0.0
pepes tahu tahu 30 20.4 0.0 2.3 1.4 0.5
tumis kangkung kangkung 50 14.5 0.0 1.5 0.2 2.7
buncis 50 17.5 0.0 1.2 0.1 3.9
buah Semangka 100 28.0 0.0 0.5 0.2 6.9

Snack Pagi roti bakar Roti putih 150 372.0 0.0 12.0 1.8 75.0

jus mangga Mangga harumanis 150 69.0 0.0 0.6 0.3 17.9
Susu skim 15 5.4 0.5 0.0 0.0 0.8

Makan Siang nasi Beras merah tumbuk 100 359.0 0.0 7.5 0.9 77.6
ikan tim Ikan Bawal 50 42.0 7.4 0.0 1.2 0.0
tempe goreng Tempe kedele murni 50 74.5 0.0 9.2 2.0 6.4
Minyak kelapa 5 43.5 0.0 0.1 4.9 0.0
sop kacang merah Kacang merah 50 168.0 0.0 11.6 0.9 29.8
Wortel 25 10.5 0.0 0.3 0.1 2.3
Jagung segar kuning 25 35.0 0.0 1.2 0.3 8.3
buah Pepaya 75 34.5 0.0 0.4 0.0 9.2

Sanck Sore ubi jalar kukus Ubi jalar merah 100 123.0 0.0 1.8 0.7 27.9
Susu Dancow Coklat 20 86.5 2.6 0.0 2.3 14.2

Makan Malam nasi Beras merah tumbuk 100 359.0 0.0 7.5 0.9 77.6
ayam ungkep Ikan Kakap 50 42.0 9.1 0.0 0.4 0.0
tahu goreng Tahu 50 34.0 0.0 3.9 2.3 0.8
Minyak kelapa 5 43.5 0.0 0.1 4.9 0.0
sayur bening Wortel 50 21.0 0.0 0.6 0.2 4.7
Kacang panjang 30 13.2 0.0 0.8 0.1 2.3
Sawi 20 4.4 0.0 0.5 0.1 0.8
buah Jeruk manis 100 45.0 0.0 0.9 0.2 11.2
26.6 71.4
TOTAL 2519.0 98.0 33.7 459.8

Hubungan Status Gizi Dengan Proses Penyembuhan Luka Pada Pasien


Post
Apendektomi

Andi SiswandiI, Mardheni Wulandari2, Mizar Erianto3, Azahrah Mawaddah4*

I PENDAHULUAN

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 229


-Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, andi niiiii@yahoo.com
-Departement Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, mardheniw@gmail.com
'Dcpartcmcnt Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati, mizar.erianto@gmail.com
-Fakultas Kedokteran,Universitas Malahayati, mawaddahazahrah@gmail.com

ABSTRAK
Apendisitis merupakan bagian dari kasus kegawatan yang sering terjadi pada area abdomen. Apendisitis adalah
suatu penyakit prototype yang berlangsung melalui peradangan akibat obstruksi dan iskemia dengan gejala
utamanya adalah nyeri yang mencerminkan dari keadaan penyakit. Apendisitis memerlukan tindakan bedah
apendektomi untuk mengurangi resiko perforasi. Tindakan bedah pendektomi merupakan salah satu jenis luka yaitu
luka insisi. Waktu penyembuhan luka dapat ditentukan dengan membedakan dari jenis luka akut ataupun kronis.
Apendektomi yang tidak mengalami infeksi pasca pembedahan termasuk kategori dari luka akut, secara fisiologis
luka akut akan sembuh ± 0-21 hari. Akan tetapi, jika pemberian gizi tidak terpenuhi dengan baik maka akan
menghambat proses penyembuhan luka. Faktor yang dapat mempengaruhi proses penyembuhan luka salah satunya
adalah status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan proses penyembuhan
luka pada pasien post apendektomi di RSUD.Dr.H. Abdoel muluk Bandar Lampung. Penelitian ini merupakan
penlitian analitik observasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah Occidental
sampling. Data dianalisis menggunakan uji Chi-scptare. Dari uji Chi-cpiare didapatkan hubungan status gizi dengan
proses penyembuhan luka yang bermakna (p<0.05) yaitu diperoleh nilai p=0.004,dan diperoleh nilai (OR=10.5)
dapat dikatakan bahwa status gizi cukup 10.5 kali lebih besar mengalami penyembuhan luka baik jika
dibandingkan dengan status gizi kurang. Terdapat hubungan antara status gizi dengan proses penyembuhan luka
pada pasien post apendektomi.

Kata kunci: Status Gizi, Penyembuhan Luka, Post Apendektomi

ABSTRACT
Appendicitis is part of the emergency cases that often occur in the abdominal area. Appendicitis is a prototype
disease that takes place through inflammation due to obstruction and ischemia with the main svmptoms which is
pain that reflects the State of the disease. Appendicitis requires surgical appendectomv to reduce the risk of
perforation. Apendectomy surgery is one type of wound that is an incision wound. The time of wound healing can be
determined by the distinguishing between types of acute or chronic wounds. Appendectomv that does not have a
post-surgical infection is categorized as an acute wound, physiologically the acute wound will heal ± 0-21 days.
However, if the provision of nutrition is not fulfilled properly i t will be almost the wound healing process. One
fiactor that can influence the wound healing process is nutritional status. This study aim to determine the correlation
of nutritional status with the wound healing process of post-appendectomy patients in RSUD Dr. H. Abdoel
Moeloek, Bandar Lampung. This study used observational analytic with cross sectional approach. The sampling
technique used was Occidental sampling. The data were analyzed by using Chi-square test. From the Chi-square test
found a relationship of nutritional status with a significant wound healing process (p <0.05) which is obtained p =
0.004, and the value obtained (OR = 10.5) can be said that adequate nutritional status is 10.5 times more likely to
experience good wound healing when compared to undernourished nutritional status. There is a correlation
between nutritional status and wound healing process in post-appendectomy patients.

Keywords: Nutritional Status, Wound Healing,Post Appendectomv

^Korespondensi Author: Azahrah Mawaddah Noviska, Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati,


mawaddahazahrah@gmail.com, 081213215822
prototype yang berlangsung melalui Angka kejadian apendisitis cukup
peradangan tinggi
akibat obstruksi dan iskemia dengan gejala di dunia. Berdasarkan World Health
utamanya adalah nyeri yang mencerminkan Organisation tahun 2010, angka mortalitas
dari akibat apendisitis adalah 21.000 jiwa, di mana
keadaan penyakit.1 populasi laki-laki lebih banyak dibandingkan
Apendisitis merupakan bagian dari
kasus kegawatan yang sering terjadi pada area
abdomen. Apendisitis adalah suatu penyakit

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 230


perempuan. Angka mortalitas appendicitis sebagian jaringan tubuh yang diakibatkan
sekitar 12.000 jiwa pada lakilaki dan sekitar potongan bersih menggunakan benda tajam
10.000 jiwa pada perempuan. Di Amerika yang
Serikat terdapat 70.000 kasus appendicitis biasa dibuat oleh ahli bedah untuk prosedur
setiap operasi.3 Didalam pasca pembedahan,
tahnnya. Kejadian appendicitis di Amerika penanganan yang kurang baik rentan akan
memiliki insiden 12 kasus per 10.000 anak teijadi infeksi. Penanganan yang baik didalam
pertahunya antara kelahiran sampai umur 4 melakukan manajemen luka akan mengurangi
tahun. Kejadian appendicitis meningkat 25 resiko komplikasi, dan apabila teijadi infeksi
kasus maka akan menyebabkan masa perawatan yang
per 10.000 anak pertahunnya antara umur 10- lebih lama, sehingga biaya perawatan di rumah
17 sakit menjadi lebih tinggi.6
tahun di Amerika Serikat. Insidensi apendisitis Luka adalah terputusnya kontinuitas
di Indonesia pun masih menjadi penyokong struktur anatomi jaringan tubuh yang bervariasi
terbesar untuk pasien operasi setiap tahunnya, mulai dari yang paling sederhana seperti
sebesar 596.132 orang dengan presentase lapisan
3,36% epitel dari kulit, sampai lapisan yang lebih
dilaporkan menderita apendisitis pada tahun dalam seperti jaringan subkutis, lemak dan otot
2009, dan meningkat menjadi 621.435 dengan balikan tulang beserta struktur lainnya seperti
presentase 3,53% di tahun 2010. 2 Apendisitis tendon, pembuluh darah dan syaraf, sebagai
dapat ditemukan pada semua umur. Pada anak akibat dari trauma atau ruda paksa atau trauma
kurang dari satu tahun kasusnya sangat jarang dari luar.7 Waktu penyembuhan luka dapat
dilaporkan dan paling sering teijadi pada usia ditentukan dengan membedakan dari jenis luka
antara 10 sampai 20 tahun.Kejadian apendisitis akut ataupun kronis. Apendektomi yang tidak
pada lelaki dan perempuan umumnya mengalami infeksi pasca pembedahan
sebanding. termasuk
Pasien dengan usia yang lebih dari 60 tahun kategori dari luka akut, secara fisiologis luka
dilaporkan sebanyak 50% meninggal akibat akut akan sembuh ± 0-21 hari. Akan tetapi,
apendisitis.Insiden apendisitis di Bandar jika
Lampung terbilang cukup tinggi. Berdasarkan pemberian nutrisi tidak terpenuhi dengan baik
data yang diperoleh didapatkan bahwa pasien maka akan menghambat proses penyembuhan
apendisitis tercatat sebanyak 495 orang. Pasien luka.8
tersebut terdiri dari pasien rawat jalan Faktor yang dapat mempengaruhi
sebanyak proses
306 orang dan yang di rawat inap sebanyak penyembuhan luka salah satunya adalah status
189 gizi. Penilaian luka didasarkan pada
orang pada tahun 2010.3 pemeriksaan klinis pada pasien dan dinilai
Apendisitis memiliki potensi untuk pada
teijadinya komplikasi parah jika tidak segera fase inflamasi dan fase proliferasi. Pada fase
diobati, seperti perforasi atau sepsis dan inflamasi teijadi kemerahan, suhu terasa hangat
bahkan disekitar luka, rasa nyeri,dan pembengkakan.
dapat menyebabkan kematian. Dalam hal ini Pada fase proliferasi luka mulai merapat,
perlu dilakukan tindakan pembedahan sebagai tegangan pada luka mulai berkurang, oedema
terapi apendisitis, yang disebut juga berkurang, warna kemerahan pada luka
apendektomi.4 Tindakan bedah apendektomi berkurang, suhu teraba normal di sekitar
merupakan salah satu contoh dari jenis luka luka,nyeri pada luka berkurang dan luka terasa
yaitu luka insisi dimana luka insisi merupakan gatal. Luka dikatakan sembuh ttertunda bila
hilang, rusak, atau terputusnya kontuinuitas terdapat eksudat dan tanda-tanda infeksi,

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 231


terdapat diskointuinitas jaringan,luka berbau, proses penyembuhan luka post apendektomi di
luka basah, dan jahitan yang masih terbuka.5 RSUD Prof. Dr. Aloei saboe Kota Gorontalo”
Menurut Rusjiyanto yang tarkait yang dilakukan oleh Yusuf, dari hasil analisis
dengan menunjukan adanya hubungan bermakna
proses penyembuhan luka pasca operasi, salah antara
satunya adalah penelitian tentang “Pengaruh status nutrisi dengan proses penyembuhan luka
Pemberian Suplemen Seng (Zn) Dan Vitamin post operasi apendektomi dimana orang
C dengan
Terhadap Kecepatan Penyembuhan Luka Pasca nutrisi kurang yang mengalami luka tidak
Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah sembuh sebanyak 88.2% lebih besar
Kabupaten Sukohaijo" dari data yang dibandingkan orang yang mengalami luka
diperolehlebih dari 50% pasien bedah yang sembuh dengan nutrisi kurang sebanyak 14.3%
dirawat lebih artinya pasien dengan nutrisi yang kurang
dari seminggu menderita anemia, mal nutrisi mempunyai kemungkinan untuk mengalami
ataupun defisiensi vitamin. Perbaikan status luka
gizi tidak sembuh dibandingkan pasien dengan
pada pasien dengan kasus pembedahan nutrisi yang baik.11
sangatlah penting untuk mempercepat proses Dari berbagai uraian di atas, maka
penyembuhan luka operasi dan penyakit penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dasarnya sendiri. Salah satu faktor penyebab tentang “Hubungan Status Gizi Dengan Proses
adanya pennasalahan tersebut diantaranya Penyembuhan Luka Pada Pasien Post
karena pasien-pasien bedah di rumah sakit Apendektomi di RSUD. Dr. H. Abdoel muluk
merupakan pasien yang rentan mal nutrisi, oleh Bandar Lampung”. Permasalahan dalam
karena itu pemberian nutrisi yang tepat pada penelitian ini adalah Apakah ada hubungan
pasien rawat inap di rumah sakit akan antara status gizi dengan proses penyembuhan
meningkatkan outcome klinik menuju luka pada pasien post apendektomi di RSUD.
kesembuhan.9 Dr. H. Abdoel muluk Bandar Lampung.
Berdasarkan penelitian tentang Tujuan
“faktor- penelitian ini adalah Mengetahui hubungan
faktor yang berhubungan dengan status gizi dengan proses penyembuhan luka
penyembuhan pada pasien post apendektomi di RSUD. Dr. H.
luka post operasi laparotomi di ruang rawat Abdoel muluk Bandar Lampung.
inap
RSUD Tugurejo Semarang” yang dilakukan II. METODE
oleh Nurwahyuningati, dari hasil analisis Jenis penelitian adalah penelitian
menunjukan adanya hubungan antara status dalam
gizi bentuk analitik observasi yaitu penelitian yang
dengan penyembuhan luka dimana pada didasarkan pada pengamatan sekelompok
seorang tertentu dalam jangka waktu tertentu.
dengan status gizi kurang dan mengalami luka Rancangan
sembuh lama sebanyak 78,6% lebih besar dalam penelitian ini adalah dengan
dibandingkan dengan status gizi baik dan menggunakan rancangan cross sectional.
Penelitian ini di lakukan di RSUD Dr. Abdul
mengalami luka sembuh lama.10
Moeloek Bandar Lampung pada bulan Januari
Pada beberapa penelitian yang terkait
-
dengan proses penyembuhan luka pasca
Februari 2020. Sampel yang dipakai dalam
operasi,
penelitian ini diambil berdasarkan kriteria
salah satunya adalah Penelitian tentang
inklusi dan eklusi yaitu, kriteria inklusinya
“Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 232


adalah pasien yang di diagnosis apendisitis
akut
dan akan dilakukan open apendiktomi, pasien
yang bersedia menjadi responden dan kriteria
eklusinya adalah pasien yang melakukan post
apendektomi perlaparotomi, pasien dengan
komplikasi, pasien post open apendektomi
dengan penyakit penyerta seperti, diabetes
melitus, gangguan pembekuan darah.
Cara pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan Teknik accidental
sampling. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pengumpulan data primer, yang artinya data
diperoleh secara langsung pada saat penelitian
dengan lembar observasi untuk variabel
dependen proses penyembuhan luka post
apendiktomi, yaitu dengan cara peneliti yang
mengobservasi proses penyembuhan luka yang
dimulai pada hari ke 3 post operasi
apendiktomi
di RSUD Dr. H. Abdoel Muluk lembar
observasi yang dibuat sendiri oleh peneliti
berdasarkan kriteria penyembuhan luka
menurut
Smeltzer dan Bare. Dan data sekunder
diperoleh
dari rekam medis untuk melihat IMT.
Terdapat 3 tahapan dalam proses
pelaksana, yaitu 1).Tahap pertama: peneliti
terlebih dahulu melihat data pasien untu

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 233


ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan p-ISSN 2721-
Vol. 1. No. 3, Mei 2020. hlm. 226- 4516
232 e-ISSN 2715-
4432
menghitung IMT, 2).Tahap kedua: peneliti Tabel 2. Memperlihatkan distribusi
mengisi lembar observasi luka pada saat pasien frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
ganti perban hari ke-3, 3).Tahap ketiga: Peneliti pada pasien post apendektomi dengan kasus
melakukan analisis data univariat Analisis yang terbanyak pada pasien laki-laki beijumlah 19
bersifat univariat untuk melihat distribusi orang (63.3%) dan terendah pada pasien
frekuensi dari seluruh faktor yang terdapat perempuan beijumlah 11 orang (36.7%).
dalam variabel masing-masing, baik variabel
bebas maupun variabel terikat, untuk Tabel 3. Hubungan Status Gizi dengan Proses
mendapatkan gambaran jawaban responden dan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post
menjelaskan karakteristik masing-masing Apendektomi di
variabel dan analisis bivariat digunakan untuk RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
melihat hubungan antara variabel independent Lampung
dengan variabel dependen. Pada penelitian ini Penyembuhan Luka PR
p-
Status Total (95%
peneliti menggunakan uji bivariat yaitu Uji Chi- Kurang baik Baik value
Gizi Cl)
Square. N % N % N %
Gizi 10.5
9 75 3 25 12 100
III. HASIL DAN PEMBAHASAN kurang n fifi/i (1.889
Responden dalam penelitian ini adalah Gizi 4 22.2 14 77.8 18 100
Lebih 58.359)
pasien post operasi apendektomi di RSUD Dr.
Total 13 43.3 17 56.7 30 100
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung sejak
Januari sampai Februari 2020. Responden yang Tabel 3 dapat disimpulkan
dipakai dalam penelitian ini berjumlah 18 orang diketahui bahwa dari bahwa
diambil berdasarkan teknik Occidental sampling. hasil ada hubungan
Tabel 1 menunjukan distribusi frekuensi penelitian bermakna antara
usia pada pasien post apendektomi di RSUD Dr. didapatkan dari 12 status gizi
H.Abdul Moeloek Bandar Lampung beijumlah responden dengan dengan proses
30 pasien (100%) dengan kasus terbanyak pada status gizi kurang penyembuhan luka
pasien berusia <30 tahun beijumlah 20 orang ada sebanyak 9 pada pasien
(666.7)>30 tahun beijumlah 10 orang (33.3%). responden post operasi
(75%) yang apendektomi (Ha
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Pasien mengalami diterima dan H0
Post Apendektomi di RSUD Dr. H. Abdul penyembuhan luka ditolak). Dari nilai
Moeloek Bandar Lampung kurang baik, PR dengan
Persentase sedangkan dari 18 pendekatan odds
Usia Frekuensi
(%) responden ratio (PR=Prevalensi
<30 tahun 20 66.7 dengan status gizi Ratio) dapat
lebih ada sebanyak dikatakan
>30 tahun 10 33.3
14
Jumlah 30 100 responden (77.8%)
yang mengalami
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin penyembuhan luka
Pasien Post Apendektomi di RSUD Dr. H. baik.
Abdul Moeloek Bandar Lampung Berdasarkan
Jenis uji statistik diperoleh
Kelamin Frekuensi Persentase(%)
nilai
Laki-Laki 19 63.3 p value = 0..004
Perempuan 36.7 (PR=10.5) dan (95%
11
CI=
Jumlah 30 100 1.889-58.359), maka

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 234


ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan p-ISSN 2721-
Vol. 1. No. 3, Mei 2020. hlm. 226- 4516
232 e-ISSN 2715-
4432
bahwa dengan status gizi zat gizi yang sempurna
status gizi lebih kurang ada sebanyak dibutuhkan yaitu protein yang
berisiko 10.5 kali 9 tidak cukup akan mengandung asam
lebih responden (75%) mempengaruhi amino
besar mengalami yang mengalami proses esensial lengkap.
penyembuhan penyembuhan penyembuhan luka, Sedangkan protein
luka baik jika luka kurang baik, menaikkan kepekaan nabati
dibandingkan sedangkan dari 18 terhadap infeksi, merupakan jenis
dengan status responden menyumbang protein tidak
gizi kurang. dengan status gizi peningkatan sempurna karena
Dari hasil lebih ada sebanyak insiden komplikasi tidak mengandung
analisis menunjukan 14 dan akan asam amino esensial
bahwa responden (77.8%) mengakibatkan atau
terdapat hubungan yang mengalami perawatan yang lebih kandungan asam
status gizi dengan penyembuhan luka lama. Status gizi amino esensialnya
proses baik. Dari hasil kurang, sangat
penyembuhan luka. analisis teijadi bila tubuh rendah sehingga
Dari perhitungan diperoleh nilai PR mengalami dinilai tidak dapat
yang dengan pendekatan kekurangan satu menjamin
terlampir, didapatkan odds ratio atau lebih zat-zat berbagai keperluan
nilai p-value sebesar (PR=Prevalensi gizi esensial secara pertumbuhan dan
0.004 Ratio) memiliki tenis mempertahankan
yang artinya p-value kecenderungan menerus dalam kehidupan berbagai
<0.05 maka H0 berisiko 10.5 kali waktu yang lama. jaringan
ditolak dan lebih besar status Kekurangan pada tubuh. Protein
Ha diterima yang gizi lebih gizi terutama protein hewani antara lain
berarti terdapat mengalami sangat berpengamh terdapat
hubungan penyembuhan luka terhadap proses pada telur, daging,
antar kedua variabel. baik jika penyembuhan luka. ikan, udang, susu,
Hal tersebut sesuai dibandingkan Protein dan keju.
dengan dengan status gizi diperlukan untuk Sedangkan protein
teori yang kurang. penyembuhan luka nabati banyak
menyebutkan, Status gizi dan untuk terkandung
apabila status gizi merupakan salah membangun kembali dalam tahu, tempe,
pasien baik makan satu faktor berbagai jaringan kacang-kacangan,
penyembuhan luka yang berpengaruh tubuh jagung
juga akan langsung terhadap yang mengalami dan lain-lain.13 Status
baik. keadaan pembahan setelah gizi orang dewasa
Diketahui kesehatan seseorang menjalani dapat
bahwa hasil analisis yang dipengaruhi tindakan ditentukan dengan
hubungan antara oleh pembedahan. Indeks Massa Tubuh
status gizi dengan konsumsi makanan Sumber protein (IMT)
proses yang tidak sesuai dapat atau Body Mass
penyembuhan luka dengan diperoleh dari Index (BMI),
pada pasien post kebutuhan tubuh protein hewani dan khususnya yang
apendektomi baik kuantitas protein nabati. berkaitan dengan
diperoleh dari 12 maupun Protein hewani kekurangan dan
responden kualitasnya. Apabila merupakan protein kelebihan

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 235


ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan p-ISSN 2721-
Vol. 1. No. 3, Mei 2020. hlm. 226- 4516
232 e-ISSN 2715-
4432
berat badan. Masalah jaringan adiposa Malnutrisi Hal ini
kekurangan dan tidak adekuat.10 dapat mempengaruhi sesuai dengan teori
kelebihan Secara beberapa area dari Dilla yang
gizi pada dewasa (di fisiologis pada proses menyatakan bahwa
atas 18 tahun) pasien post penyembuhan. salah satu faktor
merupakan operasi teijadi Kekurangan protein yang
masa penting, karena peningkatan menurunkan sintesa mempengaruhi
selain mempunyai ekspenditur untuk dari penyembuhan luka
resiko energi dan kolagendan leukosit. adalah
penyakit tertentu, perbaikan, Ketika luka malnutrisi dan
juga dapat meningkatnya terinfeksi, obesitas.14 Juga
mempengaruhi kebutuhan respon inflamasi sesuai dengan
produktifitas untuk homeostasis, berlangsung lama hasil penelitian
keijanya. IMT pemulihan. Hasil dan Nurwahyuningati
dipercayai dapat positif penyembuhan luka yang
menjadi indikator pembedahan sangat terlambat. Pada menunjukan adanya
atau tergantung pada orang-orang hubungan yang
menggambarkan mekanisme yang gemuk signifikan
kadar imun yang adekuat penyembuhan luka antara status gizi
adipositas dalam dan penyembuhan lambat karena dengan
tubuh seseorang. luka. suplai darah jaringan penyembuhan luka,
Lemak Keduanya adipose tidak dirnana pada status
memiliki peran bergantung dari adekuat dan gizi kurang sebanyak
penting dalam peningkatan sintesis jaringan lemak lebih 78.6%
struktur dan protein baru, yang sulit menyatu, dan yang mengalami
fungsi membran sel. secara signifikan lama penyembuhan luka
Peran asam lemak membatasi untuk sembuh.11 lama
dalam keseimbangan Jaringan lemak dibandingkan
penyembuhan luka nitrogen dan kekurangan dengan yang
masiih belum begitu keseimbangan persediaan darah berstatus gizi lebih.1''
I
dimengerti, tetapi energi. Semi-starvasi yang adekuat untuk
diketahui bahwa akan teijadi dalam menahan
lemak beberapa hari bukan infeksi bakteri dan I
berperan untuk beberapa minggu, mengirimkan nutrisi KESIMPULAN
sintesis sel tubuh. jika dan DAN SARAN
Kekurangan intake tidak elemen-elemen Gambaran
lemak tubuh dapat memenuhi seluler untuk Distribusi
menunda kebutuhan, penyembuhan. Responden Pada
penyembuhan luka khususnya Apabila jaringan Pasien Post
akan tetapi pasien protein dan energi.12 yang rasak tersebut Apendektomi di
yang gemuk atau tidak RSUD. Dr. H.
kelebihan segera mendapatkan Abdul Moeloek
lemak dalam nutrisi yang Bandar Lampung.
tubuh/jaringan dapat dibutuhkan Diketahui
meningkatkan maka proses dari seluruh sampel,
resiko infeksi pada penyembuhan luka banyak ditemukan
luka karena suplai juga akan pada
darah terhambat. 9 pasien post
apendektomi usia

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 236


ARTERI: Jurnal Ilmu Kesehatan p-ISSN 2721-
Vol. 1. No. 3, Mei 2020. hlm. 226- 4516
232 e-ISSN 2715-
4432
yang dapat yang belum dapat Epidemiologi. Luka
menentukan faktor- diteliti treatment and Post Operasi
faktor yang pada kesempatan outeomes- Sectio Caesarea
mempengaruhi kali ini. analysis of 16544 (SC). Jurnal
consecutive Ilmiah
proses penyembuhan
cascs. World J Kesehatan
luka post V. UCAPAN
Gastrointest Surg. Keperawatan.201
operasi apendektomi TERIMAKASIH 2016;8(10): 1; 7(1).
Peneliti 693-699. 7. Primadina N,
<30 tahun mengucapkan terima https://doi: Basori A,
sebanyak 20 sampel kasih 10.4240/wj Perdanakusuma
(66.7%). Dan pada kepada semua pihak gs.v8.i 10. DS.
jenis yang berperan dalam 4. Akbar MF. Proses
Kelamin banyak pelaksanaan Mutmainah N Penyembuhan
ditemukan pada penelitian ini. Evaluasi Luka Ditinjau
pasien post Penggunaan Dari Aspek
terutama kepada
apendektomi jenis Antibiotik Mekanisme
RSUD Dr. H. Abdul
kelamin laki-laki Profilaksis Seluler Dan
Moeloek yang telah Operasi Molekuler.
sebanyak mendukung Apendisitis Pada Qanun
19 sampel (63.3%). pelaksanaan Pasien Dewasa Medika-Medical
Dapat disimpulkan penelitian. Di RSUD Dr. Journal Faculty
bahwa Moewardi Tahun of Medicine
ada hubungan antara REFERENSI 2017 (Skripsi). Muhammadiyah
status gizi dengan 1. Zamzahar, Zarni. Surakarta:Univer Surabaya.
proses Eliza Anas. sitas 2019;3( 1):31-43.
penyembuhan luka Pengaruh Teknik Muhamadiyah 8. Hasibuan MTD.
pada pasien post Relaksasi Nafas Surakarta Hubungan Status
apendektomi di Dalam dan ;2017. Nutrisi
RSUD. Dr. H. Abdul Masase Terhadap 5. Sugiartanti MF, dengan Waktu
Penurunan Skala Oesman D.Elfiah Penyembuhan
Moeloek
Nyeri Pasien U. Pengarah Luka pada Pasien
Bandar Lampung,
Pasca Kadar Albumin Post
Status gizi lebih 10.5
Apcndiktomi di Seram terhadap Apendiktomi di
kali Ruang Bedah Penyembuhan Rumah Sakit
lebih besar RSUD Dr. M. Luka pada Pasien Kota
mengalami Zein Painan. Pascaoperasi Medan. Jurnal
penyembuhan luka NERS Jurnal Laparotomi dan Ilmiah
baik Keperawatan. Lumbotomi di Keperawatan
jika dibandingkan 2012;8(2); 138- RSD dr. Imelda.
dengan status gizi 146. Soebandi Jember. 2018;4(l):427-
kurang. 2. Depkes.RI. Jurnal 430.
Pedoman praktis Pustaka
Saran untuk
memantau status Kesehatan.
peneliti selanjutnya 2018;6(3 ):383-
gizi orang
diperlukan penelitian 386.
dewasa. Jakarta
multicenter dalam Depkes RI. 6. Puspitasari
jumlah 2011;1- HABasiran,
populasi yang lebih 10. Sumarsih T.
luas dengan tempat 3. Cercsoli M. Faktor-
penelitian yang Zucchi A. Allievi faktor yang
berbeda dan N. et al. Acute mempengaruhi
appcndicitis: Penyembuhan
penelitian primer

PUSLITBANG Sinergis Asa Professional, Jember 237


9. Rusjianto. Pengaruh Pemberian Suplemen Seng
(Zn) Dan Vitamin C Terhadap Kecepatan
Penyembuhan Luka Pasca Bedah di Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo.
Jurnal Kedokteran Indonesia. 2009;1(1).
10. Nurwahyuninati D, Aini F, Siswanto Y. Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penyembuhan Luka Post Operasi Laparotomi di
Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang
(Skripsi). Semarang:STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran;2016.
11. Yusuf NA. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka Post
Appendectomy Di Rsud Prof. Dr. Aloei Saboe
Kota Gorontalo (Skripsi). Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo;2014.
12. Elisa. Hubungan Antara Status Gizi Terhadap
Proses Penyembuhan Luka Post Section Caesar
Di Ruang Dewi Kunti RSUD Kota Semarang.
Jurnal Keperawatan Maternitas. 2014;1(2):20-
26.
13. Said S, Taslim NA, Bahar B. Gizi dan
Penyembuhan Luka. Jakarta: EGC;2013.
14. Elnovriza D, Bachtiar H, Yenrina. Faktor-faktor
Yang Berrhubungan dengan Tingkat Asupan
Zat Gizi Mahasiswa Universitas Andalas yang
berdomisili di Asrama Mahasiswa
(Skripsi).Padang: Universitas Andalas;2010.
15. Hartiningtyaswati S. Hubungan Perilaku
Pantang Makan dengan Lama Penyembuhan
Luka Perineum pada Ibu Nifas di Kecamatan
Srengat Kabupaten Blitar (Skripsi). Surakarta:
Universitas Sebelas Maret;2010.

Anda mungkin juga menyukai