Anda di halaman 1dari 4

HASIL ANALISIS PENGUKURAN DATA STUNTING TINGKAT KECAMATAN

SANGIA WAMBULU

Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting

Perkembangan sebaran Prevalensi stunting selama 3 tahun terkahir


mengalami penurunan dan peningkatan. Untuk tahun 2020 sebesar 18.1%
mengalami peningkatan ditahun 2021 sebesar 8% sehingga menjadi 26.0%, akan
tetapi pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar 5% menjadi 21,15.
Indikator kinerja gizi masyarakat untuk tahun 2022 untuk stunting adalah
sebesar 18.4%,

1. Kecamatan Sangia Wambulu

Grafik presentase stunting berdasarkan wilayah kecamatan Sangia Wambulu tahun


2020, 2021 dan 2022.

Sumber data : Bulan penimbangan Agustus tahun 2020, 2021dan 2022

Berdasarkan grafik diatas, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi


stunting di Kecamatan Sangia Wambulu dari tahun 2020 sebesar 18.1% menjadi
26.0% di tahun 2021, akan tetapi pada tahun 2022 mengalami penurunan
sebesar 5% menjadi 21,15%. Peningkatan prevalensi stunting yang sangat
singnifikan ini, dipengaruhi oleh beberapa factor determinan yaitu factor
tentang kepemilikan kartu BPJS sebagian Kelurahan belum memiliki kartu BPJS
dan perilaku merokok yang masih tinggi serta ada beberapa memiliki riwayat
Kehamilan dengan ibu yang KEK. Untuk sarana Air Bersih, Jamban Sehat,
kecacingan, imunisasi dan penyakit penyerta tidak mempengaruhi kejadian
stunting di kecamatan Sangia Wambulu karena semuanya tidak bermasalah,
walaupun demikian kegiatan penyuluhan baik itu tenaga sanitasi, imunisasi dan
tenaga kesehatan lainnya tetap memberikan edukasi kepada masyarakat
terutama anak yang mengalami stunting.

Data Sunting
No Kelurahan
Tahun 2020 Tahun 2021 Tahun 2022
    Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tolandona 26 20,5 30 22,2 25 17,7
Tolandona 9
20
2 Mataneo 17,0 37,0 16 31,4
3 Baruta Lestari 13 27,1 11 24,4 6 12,2
4 Baruta 7 17,1 9 25,7 9 22,0
5 Doda Bahari 5 9,1 11 25,6 14 29,2
6 Baruta Analalaki 5 13,2 10 26,3 7 18,9

Dari data diatas terlihat bahwa data Stunting per Desa untuk tahun 2022 masih terdapat
4 Desa yang angka stunting nya melebihi target nasional yaitu Desa Tolandona
Matanaeo, Desa Baruta, Desa Doda Bahari, dan Desa Baruta Analalaki.

Faktor determinan yang memerlukan perhatian

Faktor yang masih menjadi kendala dalam penurunan stunting, masih banyak
yang belum memiliki kartu kepesertaan BPJS, yaitu dari 77 anak yang mengalami
stunting, sebanyak 53 (68%) tidak memiliki kartu kepesertaan JKN. sebagai
contoh untuk Desa Tolandona Matanaeo dari 16 anak yang stunting hanya 3
orang (18,75%) yang memiliki kartu BPJS, begitupun dengan Desa Doda bahari
dari 14 anak yang stunting hanya 3 (21,4%) yang memiliki kartu, berarti ada
78,5% yang tidak memiliki Kartu BPJS. Faktor determinan lainnya adalah
tingginya keluarga yang merokok pada anak-anak yang mengalami stunting .
(100%), pola asuh dan factor ekonomi.

Perilaku kunci rumah tangga 1000 HPK yang masih bermasalah

Dinas kesehatan dan puskesmas telah melakukan pemantuan dan evaluasi serta
analisa masalah hingga pada rumah tangga 1000 HPK di desa, Data tahun 2022
menunjukkan sebesar 79% bayi 0-6 bulan mendapatkan asi eksklusif, Sebanyak
10,4% ibu hamil dengan riwayat KEK, dan sebanyak 1,16% ibu hamil menderita
anemia. Data ini lebih rendah dari target Indikator Kinerja Gizi tahun 2022 yang
artinya ketiga indicator tersebut tidak bermasalah atau mencapai target.
Meskipun demikian hal ini masih membutuhkan pembinaan secara konvergensi
dan berkelanjutan. Pada tahun 2022, jumlah ibu hamil KEK telah mendapatkan
PMT (100%). Dengan adanya penanganan dan pendampingan ibu hamil
Kekurangan energi kronik tersebut diharapkan dapat menekan terjadinya
stunting dan BBLR dari ibu hamil KEK dan anemia yang ada.
Kelompok sasaran beresiko

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah


Remaja Putri, calon pengantin, ibu Hamil, ibu menyusui dan baduta. Remaja
puteri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya,
sehingga saat hamil bisa menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat
sehingga bayi yang dikandungnya dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas.
Remaja putri perlu perhatian khusus karena mereka adalah cikal bakal calon ibu
dengan segala permasalahan remaja mulai dari gaya hidup, pola makan yang
sering salah karena banyak mengkonsumsi makanan instan dan lebih dari 50%
tidak mengkonsumsi tablet tambah Darah yang diberikan oleh Puskesmas.

Penutup

Pemerintah Kecamatan Sangia Wambulu masih sangat mengharapkan dukungan


lintas sektor dan pihak di luar pemerintah untuk berkonvergensi/terpadu dalam
mempercepat penurunan stunting di Kecamatan Sangia Wambulu seperti dengan
adanya PT Japfa untuk 2 kelurahan dengan subsidi telur bagi anak2 stunting
selama 1 tahun, semoga tahun berikutnya bias mendapatkan subsidi untuk
kelurahan-kelurahan lainnya yang ada di wilayah Puskesmas Sangia Wambulu.
Demikian juga, pemerintah kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Sangia
Wambulu, diharapkan adanya alokasi dana untuk kelurahan untuk penanganan
stunting, serta membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait dan
senantiasa berpartisipasi aktif dalam membina masyarakatnya.

Perlunya dukungan dari lintas sektor dalam mendukung upaya pemerintah


dalam hal meningkatkan derajat kesehatan kelompok sasaran beresiko yaitu
remaja dengan membantau memantau minum Tablet Tambah Darah bagi remaja
putri (dinas Pendidikan) dan membantu menurunkan perkawinan usia Dini
(dibawah umur) dalam hal ini Kemenag karena tentu saja secara langsung
maupun tidak langsung dapat menyumbang tingginya angka BBLR,KEK pada ibu
Hamil dan prevalensi stunting.

Anda mungkin juga menyukai