Anda di halaman 1dari 4

HASIL ANALISIS PENGUKURAN DATA STUNTING TINGKAT KECAMATAN

TURIKALE

Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting

Perkembangan sebaran Prevalensi stunting selama 3 tahun terkahir


mengalami penurunan dan peningkatan. Untuk tahun 2020 sebesar 14.1%
mengalami penurunan ditahun 2021 sebesar 4% sehingga menjadi 10.1%, akan
tetapi pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 8.4% menjadi 18.56.
Indikator kinerja gizi masyarakat untuk tahun 2022 untuk stunting adalah
sebesar 18.4%,

1. Kecamatan Turikale

Grafik presentase stunting berdasarkan wilayah kecamatan Turikale tahun 2020 dan
2021

Sumber data : Bulan penimbangan Agustus tahun 2020, 2021dan 2022

Berdasarkan grafik diatas, menunjukkan bahwa terjadi penurunan prevalensi


stunting di Kecamatan Turikale dari 14.1% tahun 2020 menjadi 10.1% tahun
2021, namun pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 18,56%
Peningkatan prevalensi stunting yang sangat singnifikan ini, dipengaruhi oleh
beberapa factor determinan yaitu factor tentang kepemilikan kartu BPJS
sebagian Kelurahan belum memiliki kartu BPJS dan perilaku merokok yang
masih tinggi serta ada beberapa memiliki riwayat Kehamilan dengan ibu yang
KEK. Untuk sarana Air Bersih, Jamban Sehat, kecacingan, imunisasi dan penyakit
penyerta tidak mempengaruhi kejadian stunting di kecamatan Turikale karena
semuanya tidak bermasalah, walaupun demikian kegiatan penyuluhan baik itu
tenaga sanitasi, imunisasi dan tenaga kesehatan lainnya tetap memberikan
edukasi kepada masyarakat terutama anak yang mengalami stunting.

Data Sunting
No Kelurahan
Tahun Tahun 2021 Tahun 2022
    2020 Jumlah % Jumlah %
1 Taroada 4,4 20 3,3 54 9,17
2 Adatongeng 21,3 35 6,1 61 10,17
3 Pettuadae 23,3 14 8 141 29,68
4 Boribellaya 23 102 18,6 52 10,95
5 Raya 20,9 79 21,9 65 20
6 Turikale 3,6 50 8,5 101 20,57
7 Alliritengae 2,8 35 7,6 156 35,45
  puskesmas 14,1 335 10,1 630 18,56

Dari data diatas terlihat bahwa data Stunting untuk tahun 2022 mencapai target
nasional namun ada beberapa kelurahan yang berada diatas target Nasional yaitu
walaupun secara puskesmas sudah sesuai target tetapi ada beberapa kelurahan
yang melebihi target yaitu kelurahan Alliritengae (35.4%), Kelurahan Pettuadae
(29.6%) dan kelurahan Turikale (20.57%)

Faktor determinan yang memerlukan perhatian

Faktor yang masih menjadi kendala dalam penurunan stunting, masih banyak
yang belum memiliki kartu kepesertaan BPJS, yaitu dari 630 anak yang
mengalami stunting, sebanyak 140 (22.2%) tidak memiliki kartu kepesertaan
JKN. sebagai contoh untuk kelurahan Boribellaya dari 52 anak yang stunting
hanya 6 orang (11,5%) yang memiliki kartu BPJS, begitupun dengan kelurahan
Raya dari 65 anak yang stunting hanya 14 (21,5%) yang memiliki kartu, berarti
ada 78,5% yang tidak memiliki Kartu BPJS. Faktor determinan lainnya adalah
tingginya keluarga yang merokok pada anak-anak yang mengalami stunting yaitu
sebanyak 171 (27,1%)sebagai contoh untuk kelurahan Boribellaya dari 52 anak,
terdapat 47 (90.3%) yang merokok.Faktor determinan lainnya adalah adanya
riwayat KEK pada ibu hamil sebesar 10 orang atau 1,58%

Perilaku kunci rumah tangga 1000 HPK yang masih bermasalah

Dinas kesehatan dan puskesmas telah melakukan pemantuan dan evaluasi serta
analisa masalah hingga pada rumah tangga 1000 HPK di desa, Data tahun 2022
menunjukkan sebesar 65,99% bayi 0-6 bulan mendapatkan asi eksklusif,
Sebanyak 21.9% ibu hamil dengan riwayat KEK, dan sebanyak 9,4% ibu hamil
menderita anemia. Hal ini masih membutuhkan intervensi dan pembinaan
secara konvergensi dan berkelanjutan. Pada tahun 2022, jumlah ibu hamil KEK
telah mendapatkan PMT (100%). Dengan adanya penanganan dan
pendampingan ibu hamil Kekurangan energi kronik tersebut diharapkan dapat
menekan terjadinya stunting dan BBLR dari ibu hamil KEK dan anemia yang ada.

Kelompok sasaran beresiko

Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian antara lain adalah


Remaja Putri, calon pengantin, ibu Hamil, ibu menyusui dan baduta. Remaja
puteri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia idealnya,
sehingga saat hamil bisa menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat
sehingga bayi yang dikandungnya dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas.
Remaja putri perlu perhatian khusus karena mereka adalah cikal bakal calon ibu
dengan segala permasalahan remaja mulai dari gaya hidup, pola makan yang
sering salah karena banyak mengkonsumsi makanan instan dan lebih dari 50%
tidak mengkonsumsi tablet tambah Darah yang diberikan oleh Puskesmas.

Penutup

Pemerintah Kecamatan Turikale masih sangat mengharapkan dukungan lintas


sektor dan pihak di luar pemerintah untuk berkonvergensi/terpadu dalam
mempercepat penurunan stunting di Kecamatan Turikale seperti dengan adanya
PT Japfa untuk 2 kelurahan dengan subsidi telur bagi anak2 stunting selama 1
tahun, semoga tahun berikutnya bias mendapatkan subsidi untuk kelurahan-
kelurahan lainnya yang ada di wilayah Puskesmas Turikale. Demikian juga,
pemerintah kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Turikale, diharapkan
adanya alokasi dana untuk kelurahan untuk penanganan stunting, serta
membangun kerjasama dengan berbagai pihak terkait dan senantiasa
berpartisipasi aktif dalam membina masyarakatnya.

Perlunya dukungan dari lintas sektor dalam mendukung upaya pemerintah


dalam hal meningkatkan derajat kesehatan kelompok sasaran beresiko yaitu
remaja dengan membantau memantau minum Tablet Tambah Darah bagi remaja
putri (dinas Pendidikan) dan membantu menurunkan perkawinan usia Dini
(dibawah umur) dalam hal ini Kemenag karena tentu saja secara langsung
maupun tidak langsung dapat menyumbang tingginya angka BBLR,KEK pada ibu
Hamil dan prevalensi stunting.

Anda mungkin juga menyukai