Anda di halaman 1dari 3

FORM 7.

Hasil Pengukuran data stunting per kecamatan

Berdasarkan data e PPGBM Tahun 2019 sampai dengan bulan Agustus 2021, prevalensi balita
stunting per kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut :

Prevalensi Balita Stunting berdasarkan Kecamatan


Kabupaten Bangka Tahun 2019-2021
14
12
10
8
%

6
4
2
0
Sungailia Riau Puding Merawa Mendo
Pemali Bakam Belinyu Kab
t Silip Besar ng Barat
2019 7,43 1,52 8,43 10,12 4,03 1,66 5,27 11,76 5,95
2020 0,65 1,29 3,24 3,07 1,66 1,24 2,38 3,31 1,96
2021 0,98 0,96 2,56 1,19 1,18 1,05 2,38 3,86 1,68

Berdasarkan data 3 tahun terakhir terjadi penurunan balita stunting di Kabupaten Bangka yaitu
5,05% pada tahun 2019 menjadi 1,96% pada tahun 2020 dan 1,68% pada tahun 2021. Pada
tahun 2019 terdapat 876 balita stunting dari 17.336 balita yang diukur antropometri atau jumlah
balita yang dientry sebanyak 22.377 atau sebanyak 73,3% ( diunduh tanggal 23 Februari 2020).
Untuk bulan Agustus tahun 2020 jumlah balita stunting sebanyak 551 dari 28.061 balita yang
diukur atau sebesar 1.96% dengan persen entry 91,45%. (diunduh tanggal 14 oktober 2020).
Sedangkan pada penimbangan bulan Agustus 2021 terdapat sebanyak 452 balita stunting atau
1,68% dari 26.915 balita diukur dengan persen entry sebesar 94,5% (diunduh tanggal 03
Oktober 2021). Data ePPGBM diambil sebagai data prevalensi stunting dikarenakan data ini
berdasarkan By name by address dan bisa diambil secara realtime hanya kelemahannya data
ini akan akurat atau valid jika balita yang dientry total coverage atau minimal 80% dari jumlah
sasaran balita.

Dari table prevalensi balita stunting per kecamatan, prevalensi stunting tertinggi ada di
Kecamatan Mendo Barat (3.86%) dan terendah di Kecamatan Pemali (0.96%). Ada dua
kecamatan yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu Sungailiat dan Mendo
Barat.
A. Faktor Determinan yang harus Diperhatikan

Berdasarkan Faktor determinan yang harus diperhatikan per kecamatan dapat diketahui
Kecamatan yang mempunyai faktor determinan penyebab stunting terbanyak adalah
Kecamatan Mendo Barat dimana balita yang tidak punya JKN/BPJS sebanyak 59 anak. Tidak
mempunyai air bersih sebanyak 3 anak, balita yang kecacingan 1 anak. Tidak mempunyai
jamban sebanyak 9 anak, tidak imunisasi 21 anak, angota keluarga merokok sebanyak 87
orang. Ibu balita punya riwayat KEK sebanyak 7 orang dan balita stunting yang mempunyai
penyakit penyerta 1 orang.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibawah ini

Tabel Faktor Determinan Per Kecamatan Kabupaten Bangka Tahun 2021

Faktor Determinan
Jamban Merokok Riwayat Ibu Penyakit
JKN / BPJS Air Bersih Kecacingan Imunisasi
No Puskesmas Sehat (Keluarga) Hamil Penyerta
Tidak Tidak Tidak NON Tidak
Ya Tidak Ada Ya Tidak Ada Ya Tidak Ada KEK Ada
Ada Ada Ada KEK Ada
JUMLAH 176 118 292 3 3 218 284 10 263 27 212 65 13 263 2 295
1 PETALING 58 59 112 3 1 61 107 9 92 21 87 20 7 96 1 116
2 PENAGAN 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
4 BATU RUSA 28 31 59 0 0 59 59 0 54 5 45 13 0 59 1 58
4 PUDING BESAR 14 0 16 0 0 16 16 0 16 0 13 1 0 16 0 16
5 SUNGAI LIAT 9 0 9 0 0 3 8 0 9 0 2 1 0 4 0 9
6 KENANGA 20 1 21 0 0 21 19 1 20 0 15 6 0 20 0 21
7 SINAR BARU 7 5 12 0 0 12 12 0 12 0 10 2 2 10 0 12
8 PEMALI 25 0 25 0 2 23 25 0 25 0 10 15 1 24 0 25
9 BAKAM 6 8 14 0 0 2 14 0 12 1 8 6 2 12 0 14
10 BELINYU 2 0 3 0 0 3 3 0 3 0 3 0 0 3 0 3
11 GUNUNG MUDA 3 14 17 0 0 17 17 0 17 0 17 0 1 16 0 17
12 RIAU SLIP 3 0 3 0 0 0 3 0 2 0 2 0 0 2 0 3

Kecamatan dengan factor determinan yang tidak mempunyai JKN atau BPJS tertinggi
adalah Kecamatan Mendo Barat, balita yang tidak imunisasi lengkap terbanyak di Kecamatan
Mendo Barat, anggota rumah tangga yang merokok terbanyak di Kecamatan Mendo Barat, ibu
balita KEK saat hamil terbanyak di Kecamatan Mendo Barat.

B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang Bermasalah


Dari semua factor determinan yang perlu perhatian adalah anggota keluarga yang
merokok. Perilaku kunci rumah tangga 1000 HPK yang bermasalah adalah penyuluhan PHBS
dengan pendekatan komunikasi antar pribadi (KAP) kepada rumah tangga dengan konseling
dan penyuluhan bahaya merokok dan dampak merokok pada balita akibat orangtua atau
anggota keluarga ada yang merokok di rumah tangga yang mempunyai bumil dan balita.

Pendekatan juga dapat dilakukan dengan kunjungan rumah terintegrasi dengan PIS-PK
dengan memberikan edukasi dan konseling dampak stunting yang disebabkan resiko terpapar
asap merokok dan tidak akan mendapat bantuan PBI jika ada anggota rumah tangga yang
merokok.

C. Kelompok Sasaran berisiko

Sasaran berisiko jika terdapat anggota keluarga yang merokok adalah kelompok rentan yaitu
ibu hamil, ibu menyusui dan balita jika terpapar asap rokok maka berisiko terhadap gangguan
pernafasan atas (ISPA) dan akan menghambat pertumbyuhan dan perkembangan balita
apabila terus menerus sakit. Ditambah lagi jika balita tidak diimunisasi dan tidak mempunyai
JKN untuk berobat akan menghambat penyembuhan dan tidak dapat dirujuk jika ditemukan
penyakit penyerta.

Anda mungkin juga menyukai