Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak

dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan

perkembangan biologis dan psikologis (Hidayati dan Farid, 2016). Menurut

World Health Organization (WHO) tahun 2018, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah

(BKKBN, 2021).

Pada remaja putri, pubertas ditandai dengan permulaan menstruasi

(menarche). Pada permulaan usia menarche, biasanya diikuti dengan menstruasi

yang tidak teratur. Menstruasi merupakan proses fisiologis pelepasan

endometrium yang banyak terdapat pembuluh darah, peristiwa ini terjadi setiap 1

bulan sekali. Namun ada beberapa masalah yang dialami saat siklus menstruasi,

salah satunya adalah premenstrual sindrom ( Gnanasambanthan, S. & Datta, S.,

2019).

Premenstrual Sindrom (PMS) adalah ketidaknyamanan atau gejala-gejala

fisik dan mental yang menyebabkan adanya rasa nyeri, pada wanita yang

mengalami gejala ini memiliki perubahan fisik, psikologi, dan perilaku, masalah

hubungan sosial dan yang menganggu aktivitas sehari-hari. Ketidaknyamanan

dapat dirasakan wanita selama 7 -10 hari sebelum menstruasi dan umumnya

selesai pada hari ke 3 menstruasi. Wanita dapat mengalami gejala fisik dan

1
2

emosional ringan selama 1 minggu sebelum terjadinya menstruasi, hal ini dialami

hingga 80%–90% wanita (Gnanasambanthan, S. & Datta, S., 2019).

Penyebab premenstrual syndrome (PMS) belum diketahui secara pasti,

namun ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa Premenstrual Syndrome

disebabkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara

hormon estrogen dan hormon progesteron. Penyebab lainnya yang memungkinkan

terjadi berhubungan dengan kekurangan zat-zat gizi pada wanita. Salah satu faktor

resiko terjadinya PMS adalah status gizi, status gizi berhubungan dengan adanya

lemak di dalam tubuh. Kadar lemak tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi

produksi hormon estrogen, hal ini menyebabkan produksi hormon estrogen

menjadi tidak seimbang sehingga menyebabkan premenstrual sindrom (PMS)

(Gnanasambanthan, S. & Datta, S., 2019).

Berdasarkan hasil penelitian Prihatanti, N.R. (2022) Hubungan antara

status gizi dengan peningkatan kejadian Premenstrual Syndrome (PMS) pada

mahasiswi Jurusan kebidanan Poltekkes Banjarmasin. Hasil penelitian

menyatakan terdapat hubungan antara status gizi dengan peningkatan kejadian

PMS pada mahasiswi jurusan kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2021 bahwa

prevalensi PMS yang dilaporkan pada mahasiswi bervariasi pada beberapa negara

seperti, 33,82% di Cina, 37% di Etiopia, 39,9% di Taiwan, 39,4%- 56,9% di Iran,

65% di Mesir, 72,1%–91,8% di Turki, 79% di Jepang, 80% di Pakistan, 89,5% di

Korea Selatan, dan 80,2% -92,3% di Yordania. Angka prevalensi PMS di

Indonesia pada tahun 2019 sebesar 75% dari populasi wanita usia reproduksi
3

tahun 2020 sebesar 79% dari populasi wanita usia reproduksi, tahun 2021

mencapai 85% dari populasi wanita usia reproduksi yang terdiri dari 60-75%

mengalami PMS sedang dan berat (BKKBN, 2021).

Tabel 1
Jumlah Wanita Usia Subur di Sulawesi Tenggara dan Konawe Utara

Jumlah Wanita Usia Subur


Tahun
Sulawesi Tenggara Konawe Utara
2017 3.771.203 152.745
2018 3.772.684 154.389
2019 3.778.021 159.214
2020 3.779.136 159.992
2021 3.801.214 160.058
Sumber: Dinkes Sultra (2021)

Tabel 1 menyatakan bahwa jumlah wanita usia subur terjadi peningkatan dari

tahun ke tahun. Jumlah wanita usia subur di Sulawesi Tenggara tahun 2017

sebanyak 3.771.203 jiwa meningkat menjadi 3.801.214 jiwa pada tahun 2021.

Jumlah wanita usia subur di Konawe Utara tahun 2017 sebanyak 152.745 jiwa

meningkat menjadi 160.058 jiwa pada tahun 2021.

Angka prevalensi premenstrual sindrom pada wanita usia reproduksi di

Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir dimana angka

prevalensi premenstrual sindrom pada tahun 2017 sebesar 50% meningkat

menjadi 75% (BKKBN Sultra, 2021). Angka prevalensi premenstrual sindrom

pada wanita usia reproduksi di Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2
Angka Prevalensi Premenstrual Sindrom Pada Wanita Usia Reproduksi di
Sulawesi Tenggara

Tahun Angka Prevalensi (%)


2017 50
2018 51
2019 61
4

2020 69
2021 75
Sumber: BKKBN Sultra (2021)

Angka prevalensi premenstrual sindrom pada wanita usia reproduksi di

Konawe Utara mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir dimana angka

prevalensi premenstrual sindrom pada tahun 2017 sebesar 39% meningkat

menjadi 68% (BKKBN Konawe Utara, 2021). Angka prevalensi premenstrual

sindrom pada wanita usia reproduksi di Konawe Utara dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3
Angka Prevalensi Premenstrual Sindrom Pada Wanita Usia Reproduksi di
Konawe Utara

Tahun Angka Prevalensi (%)


2017 39
2018 42
2019 48
2020 52
2021 68
Sumber: BKKBN Konawe Utara (2021)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara dapat diketahui bahwa prevalensi status gizi dalam kategori sangat

kurus pada remaja di Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 sebanyak 3,0% dan

meningkat pada tahun 2021 menjadi 6,4%. Prevalensi status gizi dalam kategori

normal pada remaja di Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 sebanyak 94,2% dan

menurun pada tahun 2021 menjadi 88,9%. Prevalensi status gizi dalam kategori

gemuk pada remaja di Sulawesi Tenggara pada tahun 2017 sebanyak 2,8% dan

meningkat pada tahun 2021 menjadi 4,7% (Dinkes Sultra, 2021). Angka

prevalensi status gizi pada remaja di Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Angka Prevalensi Status Gizi Pada Remaja di Sulawesi Tenggara
5

Angka Prevalensi (%)


Tahun
Sangat Kurus Normal Gemuk
2017 3,0 94,2 2,8
2018 3,6 93,2 3,2
2019 4,9 91,5 3,6
2020 5,7 90,2 4,1
2021 6,4 88,9 4,7
Sumber: Dinkes Sultra (2021)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Konawe Utara dapat

diketahui bahwa prevalensi status gizi dalam kategori sangat kurus pada remaja di

Konawe Utara pada tahun 2017 sebanyak 2,7% dan meningkat pada tahun 2021

menjadi 4,2%. Prevalensi status gizi dalam kategori normal pada remaja di

Konawe Utara pada tahun 2017 sebanyak 95,4% dan menurun pada tahun 2021

menjadi 92,3%. Prevalensi status gizi dalam kategori gemuk pada remaja di

Konawe Utara pada tahun 2017 sebanyak 2,1% dan meningkat pada tahun 2021

menjadi 3,5% (Dinkes Konawe Utara, 2021). Angka prevalensi status gizi pada

remaja di Konawe Utara dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5
Angka Prevalensi Status Gizi Pada Remaja di Konawe Utara

Angka Prevalensi (%)


Tahun
Sangat Kurus Normal Gemuk
2017 2,7 95,2 2,1
2018 3,0 94,4 2,6
2019 3,4 93,7 2,9
2020 3,9 92,9 3,2
2021 4,2 92,3 3,5
Sumber: Dinkes Konawe Utara (2021)

Hasil survey awal yang dilakukan melalui wawancara terhadap 20 siswi

remaja putri di SMPN 1 Sawa, bahwa siswi yang mengalami premenstrual

sindrom (PMS) diantaranya memiliki bentuk tubuh overweight. Gejala yang


6

sering dialami adalah penyakit pinggul, nyeri payudara terutama perubahan

suasana hati yang tiba-tiba berubah.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Premenstrual Sindrom Pada Remaja

Putri di SMPN 1 Sawa”.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada pengaruh status

gizi terhadap kejadian premenstrual sindrom di SMPN 1 Sawa ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status gizi

terhadap kejadian premenstrual sindrom di SMPN 1 Sawa.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Remaja

Agar remaja dapat mengetahui status gizinya masing-masing dan

dapat melakukan koreksi terhadap status gizi yang dianggap kurang

atau lebih dari batas normal.

1.4.2 Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Dapat mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian premenstrual

sindrom sehingga dapat melakukan kegiatan penyuluhan dalam

rangka penanganan PMS.

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan

dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.


7

1.5 Ruang Lingkup Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah status gizi remaja putri. Populasi

dalam penelitian ini adalah siswi SMPN 1 SAWA. Penelitian ini merupakan jenis

penelitian observasional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh status gizi

terhadap kejadian premenstrual syndrome pada siswi SMPN 1 SAWA. Jenis data

adalah data primer. Data diperoleh dari kuesioner mengenai PMS dan penentuan

IMT menggunakan timbangan berat badan dan tinggi badan.

1.6 Organisasi

Proposal penelitian Pengaruh Status Gizi Terhadap Kejadian Premenstrual

Syndrome Pada Remaja Putri di SMPN 1 SAWA.

Pembimbing 1 : Wa Ode Sri Kamba Wuna, SST., M.Keb

Pembimbing 2 : Sulfianti A. Yusuf, SST., MH.Kes

Anda mungkin juga menyukai