Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menopause merupakan suatu periode terhentinya menstruasi secara

permanen akibat berkurang atau hilangnya aktivitas ovarium. Menurut World

Health Organization (WHO) tahun 2010 bahwa jumlah wanita menopause di Asia

pada tahun 2025 di perkirakan akan melonjak dari 107 juta menjadi 373 juta jiwa.

Data dari World Health Organization (WHO) menyatakan pada tahun 2030

jumlah perempuan di seluruh dunia yang memasuki masa menopause di

perkirakan mencapai 1,2 miliar orang. Di Indonesia, pada tahun 2025

diperkirakan akan ada 60 juta perempuan menopause. Pada tahun 2016 di

Indonesia mencapai 14 juta perempuan menopause atau 7,4% dari total populasi

yang ada (Sari dan Ishak, 2020). Jumlah wanita pre menopause di dunia pada

mencapai 415 juta jiwa (WHO, 2021).

Tabel 1.1
Jumlah Ibu Premenopause di Sulawesi Tenggara

Tahun WUS Ibu Persentase


Premenopause (%)
2017 3.771.203 1.488.498 39,5
2018 3.772.684 1.489.357 39,5
2019 3.778.021 1.494.318 39,6
2020 3.779.136 1.498.786 39,7
2021 3.801.214 1.550.248 40,8

1
2

Tabel 1.2
Jumlah Ibu Premenopause di Konawe

Tahun WUS Ibu Persentase


Premenopause (%)
2017 152.745 52.972 34,6
2018 154.389 54.015 34,9
2019 159.214 56.153 35,2
2020 159.992 59.975 37,4
2021 160.058 60.067 37,5

Tabel 1.3
Jumlah Ibu Premenopause di Sawa

Tahun WUS 8bu Persentase


Premenopause (%)
2017 121 45 37,2
2018 129 51 39,5
2019 137 59 43,1
2020 135 65 48,1
2021 140 78 55,7

Sebelum memasuki fase menopause, seorang wanita akan memasuki masa

premenopause. Premenopause merupakan masa peralihan dari masa subur menuju

masa tidak adanya pembuahan. Sebagian besar wanita mulai memasuki masa

premenopause pada usia empat puluh tahunan dan puncaknya tercapai pada usia

lima puluh tahun yaitu terjadinya masa menopause (Suryoprajogo, 2019).

Sebagian wanita seringkali belum mengetahui bahwa dirinya telah

memasuki masa premenopause (Proverawati, 2016). Perubahan fisiologis yang

dialami wanita menopause berupa perubahan pada organ reproduksi yaitu

perubahan pada tuba fallopi, serviks, vagina, dasar panggul, perineum dan anus,

vesica urinaria, kelenjar payudara. Adapun perubahan pada organ di luar

reproduksi yaitu adipositas penimbunan lemak, hipertensi, kolesterol tinggi,


3

perkapuran dinding pembuluh darah, pertumbuhan rambut-rambut halus, keropos

tulang) (Sukarni, 2013).

Tanda dan gejala yang sering dialami oleh wanita yaitu rasa panas (hot

flushes), jantung berdebar, gangguan tidur, sakit kepala, cepat Lelah, kesemutan,

berat badan bertambah, nyeri tulang dan otot, perasan sedih, cemas, mood

berubah-ubah, konsentrasi berkurang, merasa tidak berdaya, merasa tidak

berharga (Suryoprajogo, 2019).

Gejala premenopause terjadi akibat menurunnya kadar estrogen tersebut

menimbulkan gejala yang sangat mengganggu aktivitas kehidupan para wanita,

bahkan mengancam kebahagiaan rumah tangga, masalah yang muncul yaitu

hilangnya masa kesuburan dan meningkatnya perubahan yang menyebabkan

kecemasan dan kekhawatiran pada wanita. Masalah yang timbul akibat

premenopause ini disebut dengan sindrom pre menopause. Masalah yang terjadi

berupa masalah fisik maupun psikologis (Baziad, 2013).

Adanya perubahan hormon dan keluhan-keluhan pada wanita pada masa

menopause tersebut akan mempengaruhi ketidaknyamanan wanita (Ramadhani,

2019). Perubahan-perubahan yang terjadi secara fisik, psikis maupun seksual akan

menyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause menjadi cemas dan

khawatir. Kecemasan yang dialaminya sering dihubungkan dengan kekhawatiran

dalam menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi

(Nurpatminingsih, 2016).

Perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause dapat menimbulkan

sikap yang berbeda-beda, diantaranya yaitu adanya suatu krisis yang


4

dimanifestikan dalam symptom psikologi sepeerti depresi, mudah marah, mudah

curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur, karena sangat

bingung dan gelisah. Banyak wanita yang mengalami menopause menjadi seorang

yang mudah mengalami rasa cemas (Suparni dan Trisnawati, 2014).

Kecemasan ini timbul sebagai akibat seringnya kekhawatiran yang

menghantui dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah

dikhawatirkannya. Salah satu faktor yang menyebabkan wanita premenopause

merasa cemas adalah ketidaktahuan wanita tersebut akan tanda/ciri-ciri dari

menopause padahal dia sudah memasuki fase itu (Lubis, 2013).

Umumnya wanita yang tidak mendapat informasi yang benar akan

mengalami kecemasan menjelang berakhirnya era reproduksi yang berarti

berhentinya nafsu seksual dan fisik (Proverawati, 2016). Kecemasan yang

berlebihan dapat menimbulkan dampak buruk bagi tubuh. Rasa yang berlebihan

itulah yang memacu organ tubuh tidak stabil. Tentunya hal ini membuat wanita

menopause merasa terganggu dalam menjalankan kegiatan sehari-hari (Suparni

dan Trisnawati, 2014).

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak negatif akibat

kecemasan pada masa menopause yaitu dengan melakukan meditasi, mengelola

tingkat kecemasan, tertawa, teknik relaksasi dan menambah pengetahuan

(Mulyani, 2012). Penambahan pengetahuan para ibu yang berusia 45-50 tahun

dapat mengurangi kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause.

Untuk itu tenaga kesehatan diharapkan dapat membantu mengatasi kecemasan ibu

menghadapai menopause dengan memberikan penyuluhan. Penyuluhan tersebut


5

bisa berupa penyuluhan mengenai tanda, gejala, faktor, perubahan-perubahan fisik

maupun psikologi sehingga dalam menghadapi masa menopause sehingga tidak

menimbulkan rasa cemas yang berlebihan.

Studi awal yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawa Kabupaten

Konawe Utara diperoleh data jumlah ibu premenopause sebanyak 78 orang. Hasil

wawancara pada 10 ibu premenopause diperoleh data ibu yang mengetahui

tentang tanda dan gejala menopause sebnayak 2 orang sedangkan 8 orang tidak

mengetahui tanda dan gejala menopause. Berdasarkan latar belakang tersebut

maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan pengetahuan tentang

tanda dan gejala menopause dengan kecemasan ibu premenopause di Wilayah

Kerja Puskesmas Sawa Kabupaten Konawe Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah apakah ada hubungan pengetahuan tentang tanda dan gejala menopause

dengan kecemasan ibu premenopause di Wilayah Kerja Puskesmas Sawa

Kabupaten Konawe Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang tanda dan gejala

menopause dengan kecemasan ibu premenopause di Wilayah Kerja Puskesmas

Sawa Kabupaten Konawe Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


6

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang tanda dan gejala

menopause.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Ibu Premenopause

Agar ibu dapat mengetahui tanda dan gejala menopause sehingga

dapat mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi menopause.

b. Manfaat Bagi Puskesmas / Instansi Kesehatan

Dapat hubungan pengetahuan tentang tanda dan gejala menopause

dengan kecemasan ibu premenopause di Puskesmas Sawa

Kabupaten Konawe Utara.

c. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan

perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai