EPIDEMIOLOGI LANJUT
DIARE
Oleh
Muhammad Ridho Fadlillah
2311018002
Berdasarkan database yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bontang, diketahui bahwa
terjadi penurunan angka kejadian diare dari tahun 2017 sampai dengan 2021. Pada tahun 2017
terdapat 2.927 kasus, pada tahun 2018 terdapat 2.374 kasus, pada tahun 2019 terdapat 1.992
kasus, pada tahun 2020 terdapat 1.624 kasus dan pada tahun 2021 terdapat 1.246 kasus
(Data Kota Bontang, 2021)
.
Tabel 2. Angka Kejadian Diare di Kota Bontang
Jumlah Kasus Per Kecamatan
No Tahun Bontang Bontang Bontang Jumlah
Utara Selatan Barat
1 2017 1264 1446 217 2927
2 2018 1029 406 939 2374
3 2019 989 699 304 1992
4 2020 700 543 381 1624
5 2021 607 471 168 1246
Jumlah 4589 3565 2009 10163
Epidemiologi diare mencakup pemahaman tentang bagaimana penyakit ini menyebar, siapa
yang paling rentan, dan apa yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyebarannya. Oleh
sebab itu, maka penting untuk diketahui bagaimana epidemiologi penyakit diare untuk dapat
dilakukan pencegahan sehingga dapat menurunkan angka kejadian seperti data yang tersaji pada
latar belakang di atas.
B. Pembahasan
Pada Riskesdas 2018, berikut prevalensi diare menurut karakteristik responden.
Tabel 3. Prevalensi diare menurut Karakteristik Provinsi Kalimantan Timur, Riskesdas 2018
1. Kelompok umur (tahun)
Prevalensi diare menurut kelompok umur menunjukkan angka 10,67%, tertinggi
dibandingkan dengan kategori kelompok umur lainnya. Hasil penelitian
(Maidartati & Anggraeni, 2017)
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan
kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun adalah faktor gizi, faktor makanan, faktor sosial
ekonomi pendidikan orangtua, penghasilan orangtua, dan faktor lingkungan.
2. Jenis Kelamin
Prevalensi diare menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebesar 6,57% lebih
banyak terkena diare dibandingkan perempuan sebesar 5,67%. Hasil penelitian
(Ibrahim & Sartika, 2021)
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
diare, ditemukan sebanyak 44,3% laki-laki dan 25% perempuan mengalami diare. hal ini di
karenakan aktivitas lelaki lebih banyak kontak dengan tanah dan diluar kelas dibandingkan
dengan perempuan. Secara teori juga dijelaskan bahwa anak laki-laki lebih banyak diberi
kebebasan untuk berkeliaraan di luar rumah dan bekerja bersama ayah dibandingkan anak
perempuan.
3. Pendidikan
Prevalensi diare menurut pendidikan menunjukkan bahwa responden tamat D1/D2/D3/PT
memiliki angka sebesar 4,55%, paling kecil dibandingkan dengan kategori pendidikan lainnya.
Hasil penelitian (Supernova, 2022)menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara
pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita.
4. Pekerjaan
Prevalensi diare menurut pekerjaan menunjukkan angka yang variatif. Penelitian yang
dilakukan oleh (Fitriani et al., 2021)
sejalan dengan (Ibrahim & Sartika, 2021)
, bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan kejadian diare. Sedangkan menurut (Supernova, 2022)
terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian diare pada balita. Sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai hal tersebut.
5. Tempat tinggal
Prevalensi diare menurut tempat tinggal menunjukkan bahwa responden yang tinggal
diperdesaan 7,57% terkena diare, lebih besar dibandingkan prevalensi responden yang tinggal
diperkotaan sebesar 5,44%. Hasil penelitian (Fauziah et al., 2016) menunjukkan bahwa secara
statistic terdapat perbedaan penyediaan air bersih, jamban keluarga dan pengolahan sampah
yang mana ketiga point tersebut salah satu faktor risiko penyebab diare.
Terbatasnya penelitian ilmiah yang terpublikasi mengenai diare di Kota Bontang dapat menjadi
pertimbangan untuk menganalisa lebih mendalam hal-hal yang dapat menurunkan angka kejadian
diare. Penelitian yang berhubungan di tulis oleh (Vidyabsari & Hamdan, 2018) menyimpulkan
bahwa Adan hubungan hygiene sanitasi pengelolaan air minum isi ulang di sarana DAM dan
di Rumah Tangga dengan diare serta keberadaan E. coli dalam air minum isi ulang dengan diare
pada balita di Kelurahan Berbas Pantai.
C. Penutup
Dalam mengakhiri eksplorasi epidemiologi diare secara umum di Provinsi Kalimantan Timur
dan singkat di Kota Bontang, kita melihat bahwa penyakit ini tetap menjadi tantangan serius dalam
hal kesehatan masyarakat. Memahami faktor-faktor risiko dan epidemiologi diare, kita dapat
melangkah maju menuju solusi yang lebih efektif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan
meningkatkan kualitas hidup warga.
DAFTAR PUSTAKA
Data Kota Bontang. (2021). Jumlah Penderita Diare Per Kecamatan Kota Bontang Tahun 2017 – 2021.
Fauziah, A., Ahmad, L. O. A. I., & Tina, L. (2016). STUDI KOMPARATIF DETERMINAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH PESISIR (PUSKESMAS ABELI) DAN PERKOTAAN (PUSKESMAS LEPO-LEPO) TAHUN
2016.
Fitriani, N., Darmawan, A., & Puspasari, A. (2021). ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIARE PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI. MEDIC, 4.
Ibrahim, I., & Sartika, R. A. D. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Indonesian Journal of Public Health
Nutrition, 2(1). https://doi.org/10.7454/ijphn.v2i1.5338
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Provinsi Kalimantan Timur RISKESDAS 2018.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun
2020-2024.
Maidartati, & Anggraeni, R. D. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
(Studi Kasus: Puskesmas Babakansari). Jurnal Keperawatan BSI, V.
Supernova, F. (2022). HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA YANG DATANG BEROBAT DI PUSKESMAS MAHA PRANA LUBUK
LINGGAU. Indonesian Journal of Health and Medical, 1.
Vidyabsari, & Hamdan, Y. L. (2018). HUBUNGAN HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN AIR MINUM ISI
ULANGDENGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA. JurnalIlmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES
Kendal, 8.
WHO. (2005). The Treatment of Diarrhoea: A manual for physicians and other senior health workers.
Https:/Www.Who.Int/Maternal_child_adolescent/Documents/9241593180/En/.