Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH

EPIDEMIOLOGI LANJUT

DIARE

Oleh
Muhammad Ridho Fadlillah
2311018002

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
DIARE
A. Pendahuluan
Menurut WHO, diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan tiga atau lebih tinja encer
dalam periode 24 jam, atau peningkatan frekuensi buang air besar yang melebihi normal bagi
individu. Hal ini sering disertai dengan gejala seperti kram perut, mual, muntah, dan demam
(WHO, 2005) .
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pencernaan yang menjadi
masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Menurut WHO dan UNICEF, terjadi sekitar 2
milyar kasus diare dan 1,9 juta anak balita meninggal karena diare di seluruh dunia setiap tahun.
Dari semua kematian tersebut, 78% terjadi di negara berkembang, terutama di wilayah Afrika dan
Asia Tenggara. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyebutkan prevalensi diare untuk semua
kelompok umur sebesar 8 % dan angka prevalensi untuk balita sebesar 12,3 %, sementara pada
bayi, prevalensi diare sebesar 10,6%. Sementara pada Sample Registration System tahun 2018,
diare tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian pada neonatus sebesar 7% dan pada
bayi usia 28 hari sebesar 6%. Data dari Komdat Kesmas periode Januari - November 2021, diare
menyebabkan kematian pada postneonatal sebesar 14%. Data terbaru dari hasil Survei Status
Gizi Indonesia tahun 2020, prevalensi diare di berada ada pada angka 9,8%. Diare sangat erat
kaitannya dengan terjadinya kasus stunting. Kejadian diare berulang pada bayi dan balita dapat
menyebabkan stunting. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia 2020, Penyakit infeksi
khususnya diare menjadi penyumbang kematian pada kelompok anak usia 29 hari - 11 bulan.
Sama seperti tahun sebelumnya, pada tahun 2020, diare masih menjadi masalah utama yang
meyebabkan 14,5% kematian. Pada kelompok anak balita (12 – 59 balita), kematian akibat diare
sebesar 4,55% (Kementerian Kesehatan RI, 2022) .
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 menunjukkan
bahwa prevalensi kasus diare sebesar 6,14% dari 17.490 responden yang diwawancara.
Prevalensi Kasus diare yg diperiksa oleh tanga kesehatan atau gejala yg pernah dialami ART
sebesar 5,77 % dari 835 responden dengan confidence interval 95% dengan rentang kepercayaan
4,11%-8,06% (Kementerian Kesehatan RI, 2018) .
Tabel 1. Prevalensi diare menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Timur, Riskesdas 2018

Berdasarkan database yang disediakan oleh Pemerintah Kota Bontang, diketahui bahwa
terjadi penurunan angka kejadian diare dari tahun 2017 sampai dengan 2021. Pada tahun 2017
terdapat 2.927 kasus, pada tahun 2018 terdapat 2.374 kasus, pada tahun 2019 terdapat 1.992
kasus, pada tahun 2020 terdapat 1.624 kasus dan pada tahun 2021 terdapat 1.246 kasus
(Data Kota Bontang, 2021)
.
Tabel 2. Angka Kejadian Diare di Kota Bontang
Jumlah Kasus Per Kecamatan
No Tahun Bontang Bontang Bontang Jumlah
Utara Selatan Barat
1 2017 1264 1446 217 2927
2 2018 1029 406 939 2374
3 2019 989 699 304 1992
4 2020 700 543 381 1624
5 2021 607 471 168 1246
Jumlah 4589 3565 2009 10163

Epidemiologi diare mencakup pemahaman tentang bagaimana penyakit ini menyebar, siapa
yang paling rentan, dan apa yang dapat dilakukan untuk mengendalikan penyebarannya. Oleh
sebab itu, maka penting untuk diketahui bagaimana epidemiologi penyakit diare untuk dapat
dilakukan pencegahan sehingga dapat menurunkan angka kejadian seperti data yang tersaji pada
latar belakang di atas.

B. Pembahasan
Pada Riskesdas 2018, berikut prevalensi diare menurut karakteristik responden.
Tabel 3. Prevalensi diare menurut Karakteristik Provinsi Kalimantan Timur, Riskesdas 2018
1. Kelompok umur (tahun)
Prevalensi diare menurut kelompok umur menunjukkan angka 10,67%, tertinggi
dibandingkan dengan kategori kelompok umur lainnya. Hasil penelitian
(Maidartati & Anggraeni, 2017)
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan
kejadian diare pada balita usia 1-5 tahun adalah faktor gizi, faktor makanan, faktor sosial
ekonomi pendidikan orangtua, penghasilan orangtua, dan faktor lingkungan.
2. Jenis Kelamin
Prevalensi diare menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki sebesar 6,57% lebih
banyak terkena diare dibandingkan perempuan sebesar 5,67%. Hasil penelitian
(Ibrahim & Sartika, 2021)
menunjukkan bahwa adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian
diare, ditemukan sebanyak 44,3% laki-laki dan 25% perempuan mengalami diare. hal ini di
karenakan aktivitas lelaki lebih banyak kontak dengan tanah dan diluar kelas dibandingkan
dengan perempuan. Secara teori juga dijelaskan bahwa anak laki-laki lebih banyak diberi
kebebasan untuk berkeliaraan di luar rumah dan bekerja bersama ayah dibandingkan anak
perempuan.
3. Pendidikan
Prevalensi diare menurut pendidikan menunjukkan bahwa responden tamat D1/D2/D3/PT
memiliki angka sebesar 4,55%, paling kecil dibandingkan dengan kategori pendidikan lainnya.
Hasil penelitian (Supernova, 2022)menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara
pendidikan ibu dengan kejadian diare pada balita.
4. Pekerjaan
Prevalensi diare menurut pekerjaan menunjukkan angka yang variatif. Penelitian yang
dilakukan oleh (Fitriani et al., 2021)
sejalan dengan (Ibrahim & Sartika, 2021)
, bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan kejadian diare. Sedangkan menurut (Supernova, 2022)
terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian diare pada balita. Sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih mendalam mengenai hal tersebut.
5. Tempat tinggal
Prevalensi diare menurut tempat tinggal menunjukkan bahwa responden yang tinggal
diperdesaan 7,57% terkena diare, lebih besar dibandingkan prevalensi responden yang tinggal
diperkotaan sebesar 5,44%. Hasil penelitian (Fauziah et al., 2016) menunjukkan bahwa secara
statistic terdapat perbedaan penyediaan air bersih, jamban keluarga dan pengolahan sampah
yang mana ketiga point tersebut salah satu faktor risiko penyebab diare.
Terbatasnya penelitian ilmiah yang terpublikasi mengenai diare di Kota Bontang dapat menjadi
pertimbangan untuk menganalisa lebih mendalam hal-hal yang dapat menurunkan angka kejadian
diare. Penelitian yang berhubungan di tulis oleh (Vidyabsari & Hamdan, 2018) menyimpulkan
bahwa Adan hubungan hygiene sanitasi pengelolaan air minum isi ulang di sarana DAM dan
di Rumah Tangga dengan diare serta keberadaan E. coli dalam air minum isi ulang dengan diare
pada balita di Kelurahan Berbas Pantai.

C. Penutup
Dalam mengakhiri eksplorasi epidemiologi diare secara umum di Provinsi Kalimantan Timur
dan singkat di Kota Bontang, kita melihat bahwa penyakit ini tetap menjadi tantangan serius dalam
hal kesehatan masyarakat. Memahami faktor-faktor risiko dan epidemiologi diare, kita dapat
melangkah maju menuju solusi yang lebih efektif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan
meningkatkan kualitas hidup warga.
DAFTAR PUSTAKA
Data Kota Bontang. (2021). Jumlah Penderita Diare Per Kecamatan Kota Bontang Tahun 2017 – 2021.

Fauziah, A., Ahmad, L. O. A. I., & Tina, L. (2016). STUDI KOMPARATIF DETERMINAN KEJADIAN DIARE
DI WILAYAH PESISIR (PUSKESMAS ABELI) DAN PERKOTAAN (PUSKESMAS LEPO-LEPO) TAHUN
2016.
Fitriani, N., Darmawan, A., & Puspasari, A. (2021). ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA DIARE PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBI. MEDIC, 4.
Ibrahim, I., & Sartika, R. A. D. (2021). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Siswa
Sekolah Dasar di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Indonesian Journal of Public Health
Nutrition, 2(1). https://doi.org/10.7454/ijphn.v2i1.5338
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Provinsi Kalimantan Timur RISKESDAS 2018.
Kementerian Kesehatan RI. (2022). Rencana Aksi Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun
2020-2024.
Maidartati, & Anggraeni, R. D. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita
(Studi Kasus: Puskesmas Babakansari). Jurnal Keperawatan BSI, V.
Supernova, F. (2022). HUBUNGAN ANTARA SOSIAL EKONOMI DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BALITA YANG DATANG BEROBAT DI PUSKESMAS MAHA PRANA LUBUK
LINGGAU. Indonesian Journal of Health and Medical, 1.
Vidyabsari, & Hamdan, Y. L. (2018). HUBUNGAN HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN AIR MINUM ISI
ULANGDENGAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA. JurnalIlmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES
Kendal, 8.
WHO. (2005). The Treatment of Diarrhoea: A manual for physicians and other senior health workers.
Https:/Www.Who.Int/Maternal_child_adolescent/Documents/9241593180/En/.

Anda mungkin juga menyukai