Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN

TENTANG

KEPEDUDUKAN KALTIM

OLEH

IMAM IMAM SYAFI’I

1
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KUATAI KATRANEGARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Ketika era globalisasi dan informasi belum sepenuhnya diantisipasi,

Indonesia harus menghadapi krisis ekonomi dan reformasi yang berlanjut

dengan berbagai tuntutan seperti otonomi, demokratisasi, dan perlindungan

hak-hak asasi manusia. Berbagai hal itu saling terkait satu dengan lainnya.

Tuntutan seperti itu pun merupakan hal yang wajar. Sayangnya, masalah-

masalah besar itu tidak bisa dipecahkan segera dan serempak, bahkan

fakta-fakta yang ada menunjukkan bahwa satu permasalahan pun seringkali

tidak dapat dipecahkan dengan memuaskan. Karenanya, masalah yang

dihadapi Indonesia sekarang menjadi sangat kompleks dan berlarut-larut.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Apakah kaitan antara perubahan-perubahan itu dengan kebijakan

kependudukan?

2
Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya dilihat dulu lingkup

permasalahan kependudukan. Pada satu sisi, permasalahan tu berputar pada

masalah pokok demografis, yaitu fertilitas (kelahiran), morbiditas (kesakitan),

mortalitas (kematian), dan mobilitas (migrasi). Secara sepintas, terutama bagi

orang awam, permasalahan ini tampak sederhana. Namun, bila menyadari

bahwa permasalahan kependudukan tidak mengkaji individu per individu,

masalah yang sesungguhnya tidak pernah sederhana. Oleh karena itu, pada

sisi lain, permasalahan kependudukan bisa melebar ke berbagai

permasalahan sosial ekonomi lain. Ketenagakerjaan dan kemiskinan, sebagai

contoh, adalah dua isu yang sangat erat dan sering dianggap sebagai

bagian dari permasalahan kependudukan. Karenanya, tidak mengherankan

bila Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merasa ikut

bertanggung jawab dengan masalah kemiskinan dan lembaga ini mempunyai

program pengentasan keluarga miskin. Jumlah penduduk ini setiap tahunnya

mengalami peningkatan dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 2,77% sejak

tahun 2000-2005

Dikaitkan dengan kondisi kependudukan di daerah ini terdapat

permasalahan mendasar yaitu, distribusi penduduk yang tidak merata dimana

proporsi penduduk yang tinggal di daerah Perkotaan/Pesisir sebesar 53,35%

dan yang tinggal di daerah Pedalaman sebesar 46,65%.Data tahun 2004 di

Propinsi Kaltim menunjukkan bahwa penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke

atas) mencapai 1.923.749 orang, dimana angkatan kerja berjumlah 1.245.466

orang dan yang mencari pekerjaan sebanyak 31.962 orang. Sedangkan yang

3
belum mendapat pekerjaan atau pengangguran terbuka sebanyak 86.608

orang atau sebanyak 7,22 persen

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.DATA KEPENDUDUKAN KABUPATEN /KOTA DI KALTIM

Jumlah (buah)
No Kabupaten/Kota
Kecamatan Kelurahan Desa

1 Samarinda 6 42 -

2 Balikpapan 5 27 -

3 Bontang 3 15 -

4 Tarakan 4 20 -

5 Kutai Kartanegara 18 - 218

6 Kutai Barat 21 - 223

7 Kutai Timur 11 - 136

8 Berau 11 - 102

9 Bulungan 13 - 93

10 Nunukan 7 - 218

11 Malinau 9 - 97

12 Pasir 10 - 116

5
Panajam Paser
13 4 - 46
Utara

Total 122 - 1347

2.2. PROFIL KEPENDUDUKAN DAN KB DI KALTIM

 Berdasarkan hasil sensus Penduduk Tahun 2000 jumlah penduduk

Kalimantan Timur sebanyak 2.455.120 jiwa, dengan ratio jenis kelamin

sebesar 109,7, yang berarti penduduk perempuan lebih sedikit

daripada penduduk laki-laki. Kemudian tahun 2005 hasil sensus

meningkat menjadi 2.848.798 jiwa atau dalam kurun waktu 5 tahun

bertambah sebanyak 393.678 jiwa atau rata-rata pertahun sebanyak

78.735 jiwa. Penambahan penduduk 78.735 pertahun ini cukup besar

apalagi kalau pelaksanaan program KB tidak berhasil jumlah ini

semakin besar. Diperkirakan setiap tahun karena keberhasilan KB

kelahiran tercegah diperkirakan antara 54.000 - 60.000

pertahun.Penghematan karena kelahiran tercegah ini akan memberikan

kontribusi terhadap beban ketergantungan di Propinsi Kalimantan

Timur. Kelahiran tercegah ini merupakan Bonus Demografi untuk

daerah ini, dan kondisi ini memungkinkan terjadinya " The Window

6
Opportunity " karena keluarga akan mempunyai peluang kesempatan

akibat tidak terlalu terbebani dengan kesibukan melahirkan dan

merawat anak, sebagaimana kalau keluarga tersebut tidak ber KB, dan

peluang ibu-ibu untuk memasuki pasar kerja juga lebihh terbuka.

 Tren beban ketergantungan penduduk ( Dependency Ratio ) terjadi

penurunan jika paada tahun 2000 berkisar 48,32 atau 48,32 %

penduduk tidak pproduktif ditanggung oleh 51,68 % penduduk

produktif, pada tahun 2005 beban ketergantungan terjadi penurunan

menjadi 0.47 atau 47 % penduduk tidak produktif ditanggung oleh 53

% penduduk produktif. Kondisi ini mencerminkan beban pemerintah

dan masyarakat semakin ringan. Sehingga akan memberikan peluang

bagi masyarakat untuk melakukan tabungan dalam rangka akumulasi

kapital untuk pengembangan kualitas hidup masyarakat.

 Hasil SDKI 2002 menunjukkan median lama sekolah sebesar 8,7 untuk

laki-laki dan 6,7 untuk perempuan, kemudian pada tahun 2007 terjadi

peningkatan yaitu untuk laki-laki 9,6 dan perempuan 7,2 ini berarti

terjadi peningkatan kualitas hidup penduduk. Hal ini tentu karena

terjadi pergeseran pola pikir masyarakat karena anaknya tidak terlalu

banyak mmemberikan kesempatan bagi keluarga untuk meningkatkan

pendidik anaknya.

2.3.FERTILITAS dan KB PROVINSI KALTIM

7
 .Angka Fertilitas total ( TFR ) di Kalimantan Timur tahun 2002-2003

sebesar 2,8 perwanita , kemudian sedikit menurun pada tahun 2007

menjadi 2,7 perwanita atau sedikit diatas rata-rata nasional sebesar

2,6 per wanita.

 Apabila semua kelahiran yang tidak diinginkan itu bisa dicegah melalui

ketersediaan kontrasepsi dan jangkauan pelayanan semakin diperluas

cakupannya pada daerah perbatasan, terpencil, dan tertinggal dapat

dilakukan pelayanan KB secara berkesinambungan, maka TFR yang

diinginkan 2009 sebesar 2,4 perwanita akan dapat dicapai.

 Median selang kelahiran di Propinsi Kalimantan Timur sebesar 51,8

bulan, kenyataan ini sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan

fertilitas, karena jarak kelahiran sudah berada diatas 3 tahun atau

mendekati 5 tahun, yang kenyataan ini merupakan keberhasilan

program KB dalam memberikan informasi kepada mmasyarakat tentang

pentingnya mengatur jarak kelahiran antara anak yang satu terhadap

anak yang berikutnya.

 Median Usia kawin pertama pada wanita usia 25 - 29 tahun adalah

20,1 tahun.Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2002-2003

yaitu 19,8 tahun. Data di atas menunjukkan kesadaran terhadap upaya

pendewasaan usia perkawinan di Kalimantan Timur sudah seperti yang

dianjurkan dalam program KB. Yaitu usia baik untuk menikah bagi

perempuan sebaiknya 20 tahun

8
 Kehamilan usia remaja ( 15 - 19 ) tahun sebesar 9,9 % . Dari 9,9

persen sudah menjadi ibu 7,7 % dan sedang hamil anak pertama 2,2

%.

 99,6 % wanita berstatus kawin mengetahui suatu alat KB, dengan

semakin tingginya pengetahuan wanita terhadap kontrasepsi aakan

berpeluang terhadap peningkatan kesertaan ber KB bagi pasangan

usia subur ( PUS ).

 Penggunaan semua metode kontrasepsi meningkat yaitu tahun 2002-

2003 sebesar 56.2 % naik menjadi 59,3 % pada tahun 2007, ini akan

berpengaruh pula terhadap upaya penurunan fertilitas di Kalimantan

Timur.

 Persentase terbesar peserta KB di Kalimanytan Timur yaitu peserta KB

Pil dan Suntik, untuk itu upaya memberikan informasi terhadap

kontrasepsi rasional, efektif, efesien ( REE ) perlu terus ditingkatkan.

 Unmetneed di Propinsi Kalimantan Timur sebesar 7,1 % pada tahun

2002-2003 sedikit meningkat tahun 2007 menjadi 7,7 %. Dari 7,7 %

terdiri 3,9 penjarangan dan 3,8 % pembatasan. Kalau 3,8 % yang

merupakan pembatasan kelahiran ini bisa dilayani oleh provider, maka

akan besar pengaruhnya terhadap tingkat kesertaan masyarakat

terhadap pprogram KB. Sehingga tingkat kelahiranpun dapat diturunkan

dan angka kematian bayi dan ibu melahirkan dapat diturunkan.

 Penggunaan semua metode kontrasepsi meningkat yaitu tahun 2002-

2003 sebesar 56.2 % naik menjadi 59,3 % pada tahun 2007, ini akan

9
berpengaruh pula terhadap upaya penurunan fertilitas di Kalimantan

Timur.

 Persentase terbesar peserta KB di Kalimanytan Timur yaitu peserta KB

Pil dan Suntik, untuk itu upaya memberikan informasi terhadap

kontrasepsi rasional, efektif, efesien ( REE ) perlu terus ditingkatkan.

 Unmetneed di Propinsi Kalimantan Timur sebesar 7,1 % pada tahun

2002-2003 sedikit meningkat tahun 2007 menjadi 7,7 %. Dari 7,7 %

terdiri 3,9 penjarangan dan 3,8 % pembatasan. Kalau 3,8 % yang

merupakan pembatasan kelahiran ini bisa dilayani oleh provider, maka

akan besar pengaruhnya terhadap tingkat kesertaan masyarakat

terhadap pprogram KB. Sehingga tingkat kelahiranpun dapat diturunkan

dan angka kematian bayi dan ibu melahirkan dapat diturunkan.

2.3.KALTIM TUJUAN MIGRASI

Kaltim dikenal sebagai provinsi kaya sumber daya alam (SDA). Bagi

banyak orang di luar Kaltim, kekayaan SDA itu bisa jadi magnet yang

diharapkan membawa kemakmuran. Dengan potensi alam yang berlimpah

serta laju pertumbuhan ekonomi yang cenderung positif, penduduk pendatang

dalam skala tertentu tidak dapat dielakkan masuk ke provinsi yang memiliki

14 kabupaten/kota ini.

Perkembangan satu daerah harus diakui sangat dipengaruhi kehadiran

penduduk pendatang. Pembangunan, industrialisasi dan pertumbuhan

ekonomi akan sangat ditentukan oleh kehadiran para pendatang. Namun

10
tidak dapat dipungkiri maraknya perpindahan penduduk dari desa ke kota

tanpa disertai modal keterampilan yang memadai sangat mungkin

menimbulkan masalah yang kompleks, diantaranya kemiskinan dan

kriminalitas. "Bertolak dari gambaran tersebut, Balitbangda Kaltim telah

melakukan kegiatan riset singkat yang akan memberikan data/informasi dan

solusi akademis dan teknis untuk dipertimbangkan dalam penetapan

kebijakan Pemprov Kaltim, dalam hal manajemen kependudukan," kata

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim,"

Syahrumsyah Asri, Rabu (10/2).

Masalah kependudukan, lanjut Syahrumsyah memerlukan penanganan

serius, sebab ketidaksiapan pemerintah daerah mengatur arus penduduk

pendatang, baik secara peraturan maupun ketidaksiapan dari sisi layanan

publik, infrastruktur dan lapangan pekerjaan tidak akan mendukung

percepatan pembangunan, justru sebaliknya menciptakan permasalahan

sosial. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat penduduk

pendatang provinsi Kaltim dari pada 2000 hingga 2025 diproyeksikan

mencapai 75,9 persen. Kondisi ini harus mendapat perhatian serius dari

pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Baik dari segi distribusi dan

tataguna lahan maupun tata ruang serta manajemen sumber daya

manusianya, sebab penduduk pendatang yang tidak terkendali akan

berdampak langsung terhadap kepadatan penduduk, persaingan kerja dengan

masyarakat lokal, tata ruang, pemukiman, penyediaan pangan, kelestarian

11
lingkungan, sosial-budaya, keamanan, dan sejumlah permasalahan sosial

lain.

Ruang lingkup kajian Balitbangda meliputi Balikpapan, Samarinda dan

Kutai Kartanegara. Ketiga daerah ini dipilih karena dianggap mewakili

sebaran penduduk pendatang di Kaltim. "Rekomendasi yang dihasilkan

antara lain manajemen kependudukan Kota Balikpapan perlu dijadikan

rujukan bagi kabupaten/kota lain di Kaltim. Kemudian diperlukan Peraturan

Daerah khusus Kaltim terkait manajemen kependudukan secara keseluruhan,"

demikian Syahsrumsyah Asri. (sul/hmsprov)

BAB III

PENUTUP

3.1. Reorientasi Kebijakan Kependudukan

12
kualitas, dan jumlah barang dan jasa yang akan mereka produksi

amat ditentukan oleh pemahaman mereka terhadap informasi demografis dan

kependudukan yang mereka peroleh. Pembangunan berwawasan

kependudukan hanya mungkin dikembangkan kalau sistim informasi

kependudukan yang berorientasi pada pengguna bisa dikembangkan.

Sayangnya, data-data kependudukan ini sekarang masih sangat terbatas.

Akurasinya juga sering dipertanyakan. Data-data yang terbatas, pada

umumnya, adalah data-data yang ada pada Badan Statistik Nasional.

Kualitas data-data dari lembaga ini sangat tinggi, tetapi karena terbatas pada

periode tertentu, seperti sensus, sementara dinamika kehidupan sangat cepat

berubah, sebagai dasar dalam menyusun\ kebijakan sering kurang sesuai.

Sementara itu, data yang lebih actual seperti data keluarga sejahtera yang

dikelola BKKBN dan registrasi penduduk sangat rendah kualitasnya

(Faturochman & Dwiyanto, 1998; aturochman dkk., 1998; Tukiran dkk.,

1989).

berkaitan dengan isu di atas, masalah kelembagaan dalam

penyusunan kebijakan dan pelaksanaan program-program kependudukan

hingga sekarang belum jelas pengaturannya. Kantor Menteri Negara

Kependudukan yang sebelumnya berdiri sendiri, pada awal Pemerintahan

Presiden Abdurahman Wahid lembaga ini digabung menjadi satu dengan

Kementrian Transmigrasi, dan sekarang tidak tidak jelas keberadaaannya.

Perubahan ini tentu memiliki implikasi yang tidak sederhana terhadap

orientasi dan arah kebijakan kependudukan. Perubahan struktur seperti ini

13
mencerminkan kurang pekanya pemerintah pusat terhadap masalah

kependudukan. Sementara masalah transmigrasi dianggap masih dianggap

penting,

REFERENSI

BPS KALTIM

14

Anda mungkin juga menyukai