Anda di halaman 1dari 5

Analisis Data Pengukuran Stunting

Tingkat Kabupaten Trenggalek

Perkembangan Sebaran Prevalensi Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) akibat kekurangan gizi
kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan, yang terlihat dari panjang atau tinggi badan di bawah
standar anak seumurnya (Kementerian Kesehatan, 2018). Persentase stunting di Indonesia, berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar Tahun 2013, mencapai 37,2% atau sekitar 9 juta anak balita. Dengan kata lain, 1 dari 3 anak
balita Indonesia mengalami stunting.
Hasil Bulan Penimbanga Balita menunjukkan persentase stunting tahun 2018 sebesar 14,9%, menurun
pada tahun 2019 menjadi 13,4% dan tahun 2020 menjadi 11,4%. Hal tersebut berkat adanya konvergensi
program untuk penanganan stunting sebagaimana telah dibahas dalam Perubahan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2016-2021 yang dimuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Trenggalek Nomor 4 Tahun
2018.
Adapun Strategi Pencegahan dan Penanganan Stunting di Kabupaten Trenggalek melalui berbagai langkah
sebagai berikut :
1. Penguatan Komitmen Daerah :

a. Memasukkan Indikator % Balita Stunting dalan Indikator,


b. Sasaran RPJMD, Penyusunan Regulasi Daerah Strategi Pencegahan dan Penanganan Stunting,
c. Penyusunan Tim Koordinasi Pencegahan dan Penanganan Stunting,
d. Permasalahan stunting menjadi isu strategis pembangunan daerah.

2. Penguatan Data dan Informasi :

a. Penyusunan data base Stunting,


b. Input Data Pelaksanaan 8 Aksi Konvergensi Stunting tepat waktu,
c. Penyusunan Jurnal dan Profil Stunting Kabupaten,
d. Pemanfaatan data dalam penyusunan inovasi daerah.

3. Sinkronisasi Perencanaan dan Monev Program

a. Sinkronisasi dengan tahapan perencanaan pembangunan daerah,


b. Alokasi Dana Desa untuk pencegahan dan penanganan stunting,
c. Alokasi BKK Desa untuk Desa Lokus Prioritas.

4. Koordinasi Antar Stakeholder Memperkuat koordinasi antar Stakeholder ABCGM (Akademisi, Business,
Community, Government, dan Media) melalui pembahasan strategi program secara bersama sejak
dini dan penyusunan program antar instansi/pelaku secara terpadu dan tepat sasaran.

Untuk memastikan konvergensi percepatan pencegahan stunting tercapai secara efektif dan efisien, perlu
dilakukan 8 (delapan) Aksi Konvergensi dengan menentukan sekaligus pihak yang bertanggungjawab sebagai
koordinator pelaksanaannya. 8 Aksi yang dilaksanakan tersebut meliputi :
1. Aksi ke 1 : Analisis Situasi
2. Aksi ke 2 : Penyusunan Rencana Kegiatan
3. Aksi ke 3 : Rembuk Stunting
4. Aksi ke 4 : Peraturan Bupati/ Walikota tentang Peran Desa
5. Aksi ke 5 : Pembinaan Kader Pembangunan Manusia
6. Aksi ke 6 : Sistem Manajemen Data
7. Aksi ke 7 : Pengukuran dan Publikasi Data Stunting
8. Aksi ke 8 : Review Kinerja Tahunan

Berdasarkan analisa situasi yang telah dilaksanakan didapatkan kondisi eksisting yang ada di Kabupaten
Trenggalek yaitu :
DATA STUNTING
(Bulan Timbang /e-PPGBM)
Tahun 2019 Tahun 2020
Februari 2019 Agustus 2019 Februari 2020 Agustus 2020 Katerangan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Target < 24%
5458 14,4 % 4957 13,4% 4902 13,1 % 4111 11,4 %
Realisasi 11,4%

1. Cakupan layanan yang belum mencapai target:


a. Kehadiran di posyandu (rasio yang datang terhadap total sasaran)
b. Ibu Hamil-K4
2. Belum efektifnya konsolidasi perencanaan desa dan daerah serta pelaporan konvergensi pencegahan
stunting
3. Terbatasnya kapasitas dan dukungan operasional Kader Pembangunan Manusia (KPM) karena pergantian
Kader.
4. Terdapat kendala pemenuhan data layanan pada beberapa indikator:
a. Anak usia 2-6 tahun terdaftar (peserta didik) di PAUD, khususnya RA, TPQ, dsb di bawah Kemenag
b. Rumah tangga peserta JKN/Jamkesda, data tersedia berbasis jiwa di BPJS
5. Desa kelurahan ODF
a. Tahun 2015: 44,59 % ODF (70 Desa/Kel)
b. Tahun 2016: 58,60 % ODF (92 Desa/Kel)
c. Tahun 2017 : 78,98 % ODF (124 Desa/Kel)
d. Tahun 2018 : 85,35 % ODF (134 Desa/Kel)
e. Tahun 2019 : 100 % ODF (157 Desa /Kel)
6. Cakupan RT yang menggunakan sumber air minum layak : 84,34%
7. Ketersediaan air bersih : 77,06%
8. Angka pernikahan dini : 20,77 %

Untuk menentukan sasaran dan target layanan intervensi, maka perlu analisa terkait data layanan (20 data
intervensi), untuk perbaikan dan sasaran intervensi di tahun mendatang. Dari analisa data persebuaran stunting di
Kabupaten Trenggalek, didapatkan bahwa jumlah daerah lokus dengan kategori merah (persentase stunting >20%)
mengalami penurunan dari 25 desa/kelurahan menjadi 21 desa/kelurahan sebagaimana dilihat dalam tabel di
bawah ini :
Dasar Penetapan Desa/Kelurahan
Desa/ Kel
Tahun Merah Jingga Kuning Hijau Prioritas
Prioritas
Nomor
10 2019
SURAT KEMENDAGRI DIRJEN BANGDA
25 2020 25 47 59 26 TANGGAL 17 JULI 2019 NOMOR
440/3294/BANGDA
BA REMBUG STUNTING TANGGAL 16
21 2021 21 52 58 26 MARET 2020, NOMOR
440/2385/406.010/2020
Sumber: (Bulan Penimbangan Balita Tahun 2018,
2019, dan 2020)
Sedangkan untuk data layanan baik intervensi spesifik maupun sensitif pada tahun 2019 sebagai bahan
pertimbangan untuk peningkatan layanan intervensi di tahun 2020 dan 2021 dapat dilihat sebagaimana tabel di
bawah ini :

Dari data di atas didapati bahwa 4 Cakupan Layanan Sensitif Terendah antara lain Cakupan desa
menerapkan KRPL/PPL, Cakupan rumah tangga peserta JKN/Jamkesda, Cakupan anak usia 2-6 tahun terdaftar
(peserta didik) di PAUD, dan Cakupan rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak. Sedangkan 2 Cakupan
Layanan Spesifik Terendah yaitu Cakupan keluarga yang mengikuti Bina Keluarga Balita dan Cakupan kelas ibu
hamil (ibu mengikuti konseling gizi dan kesehatan).

Pada Tahun 2019, Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek telah mengadakan Rembug Stunting dengan
menetapkan 25 lokus desa/kelurahan untuk intervensi spesifik dan sensitif untuk tahun 2020 dan pada tahun
2020 ini dalam pelaksanaan Rembug Stunting Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek telah menetapkan 21
lokus desa/kelurahan untuk intervensi tahun 2021.
% Prevalensi % Prevalensi
No Kecamatan Puskesmas Desa No Kecamatan Puskesmas Desa
STUNTING STUNTING
1 DONGKO PANDEAN Petung 37,82
1 Bendungan Bendungan BOTOPUTIH 32,48
2 PANGGUL PANGGUL Karangtengah 36,49
2 Bendungan Bendungan DOMPYONG 30,46
3 MUNJUNGAN MUNJUNGAN Karangturi 31,97
3 Suruh Suruh GAMPING 28,03
4 TUGU PUCANGANAK Gading 30,00
4 Bendungan Bendungan SRABAH 27,86
5 TUGU PUCANGANAK Pucanganak 29,75
5 Bendungan Bendungan SENGON 25,96
6 BENDUNGAN BENDUNGAN Botoputih 28,33
7 SURUH SURUH Nglebo 27,88 6 Suruh Suruh NGLEBO 25,62
8 BENDUNGAN BENDUNGAN Surenlor 27,84 7 Trenggalek Trenggalek TAMANAN 25,61
8 Dongko Pandean CAKUL 24,94
9 SURUH SURUH Mlinjon 26,89
9 Panggul Bodag SAWAHAN 24,45
10 SURUH SURUH Gamping 26,50
10 Dongko Pandean SALAMWATES 24,22
11 DONGKO PANDEAN Watuagung 26,43
11 Bendungan Bendungan SUMURUP 23,44
12 DURENAN BARUHARJO Karanganom 25,37
12 Bendungan Bendungan SURENLOR 23,27
13 TUGU PUCANGANAK Duren 25,17
13 Bendungan Bendungan DEPOK 23,27
14 BENDUNGAN BENDUNGAN Srabah 24,83
14 Suruh Suruh MLINJON 22,99
15 SURUH SURUH Puru 24,22
16 PANGGUL PANGGUL Terbis 23,63 15 Trenggalek Rejowinangun DAWUHAN 22,78
16 Panggul Panggul KARANGTENGAH 22,37
17 TRENGGALEK REJOWINANGUN Parakan 23,50
17 Tugu Pucanganak NGLINGGIS 21,31
18 SURUH SURUH Suruh 23,14
18 Panggul Bodag TANGKIL 21,15
19 WATULIMO WATULIMO Margomulyo 22,65
20 TUGU PUCANGANAK Nglinggis 22,40 19 Trenggalek Trenggalek SAMBIREJO 20,74
20 Suruh Suruh PURU 20,39
21 TUGU PUCANGANAK Jambu 22,32
21 Tugu Pucanganak GADING 20,00
22 TUGU PUCANGANAK Tegaren 21,95
23 KARANGAN KARANGAN Kayen 21,79
24 DONGKO PANDEAN Salamwates 21,74
25 TRENGGALEK TRENGGALEK Tamanan 21,74

Berikut adalah Grafik dan Peta sebaran stunting di Kabupaten Trenggalek :


Grafik :Persentase Stunting berdasarkan wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Trenggalek Tahun 2018, 2019, dan 2020

Grafik :Persentase Stunting berdasarkan wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten


Trenggalek Tahun 2018, 2019, dan 2020
30,00

20,00
14,98
13,37
10,00 11,40

0,00

AGT 2018 AGT 2019 AGT 2020


Sumber: (Bulan Penimbangan Balita Tahun 2018, 2019, dan 2020)
Dari grafik dan peta di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase balita Stunting di
Kabupaten Trenggalek, termasuk penurunan persentase balita stunting di wilayah kerja Puskesmas. Hal
ini menunjukkan bahwa, adanya konvergensi program dan intervensi upaya percepatan pencegahan
stunting telah mampu menurunkan persentase balita stunting di Kabupaten Trenggalek.

Pemerintah Kabupaten Trenggalek guna menurunkan angka stunting melalui perbaikan gizi di
masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), antara lain dengan semakin gencarnya sosialisasi ASI-
Eksklusif, pemberian TTD Rematri, pendidikan gizi untuk ibu hamil, pemberian TTD untuk ibu hamil,
IMD, Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA), pemberian mikro nutrien (taburia), Sosialisasi
GEMARIKAN, pemanfaatan Pekarangan Pangan Lesari, program penyehatan lingkungan, penyediaan
sarana dan prasarana air bersih dan sanitasi.

A. Faktor Determinan Yang Memerlukan Perhatian


Faktor determinan yang masih menjadi kendala dalam perbaikan status gizi (stunting) balita
khususnya baduta, adalah akses air bersih, jamban, Pemberian ASI Eksklusif, Pola Asuh dan perilaku
merokok. Beberapa wilayah mengalami kesulitan dalam akses air bersih dan jamban yang mana hal tersebut
selain dari segi ketersediaan jamban ataupun air bersih utamanya air bersih yang layak dan aman, dan ada
beberapa daerah yang mana hal tersebut merupakan perilaku yang sulit untuk diubah. Remaja Putri telah
mendapatkan intervensi berupa pemberian Tablet Tambah Darah baik remaja yang ada di sekolah maupun di
Pondok Pesantren dan Posyandu Remaja. Namun, ada sebaagian remaja putri yang masih belum mau
mengkonsumsi TTD secara teratur meskipun telah mendapatkannya karena kurangnya motivasi diri ataupun
minat remaja putri tersebut untuk megkonsumsi TTD tersebut.

B. Perilaku Kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang Masih Bermasalah


Perilaku Kunci Rumah Tangga 1000 HPK yang masih bermasalah antara lain Pola Asuh Balita, Pola
Konsumsi Ibu hamil dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat masih membutuhkan intervensi dan
pembinaan. Pada Tahun 2020 Ibu Hamil Anemia dan Kurang Energi Kronis telah mendapatkan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) yang didampingi terkait Pola Makan, Pola Hidup, Pemeriksaan Kehamilan
(10T). Hal tersebut menunjukkan dengan adanya pendampingan dapat menekan terjadinya stunting dan
BBLR dari ibu hamil Kurang Energi Kronis dan Anemia yang ada.

C. Kelompok Sasaran Berisiko


Kelompok beresiko yang perlu mendapatkan perhatian anatara lain Calon Pengantin, Ibu hamil, Bayi,
dan Usia Bawah Dua tahun (Baduta). Remaja Putri perlu disiapkan untuk menjadi calon pengantin pada usia
idealnya, sehingga saat hamil dapat menjadi ibu hamil yang sehat dan berperilaku sehat, sehingga bayi yang
dikandungpun dapat lahir dengan selamat, sehat dan cerdas. Bayi yang telah dilahirakan tersebut berhak
untuk mendapatkan ASI eksklusif dan Pemberian Makan Bayi dan Anak yang sesuai sehingga pertumbuhan
otaknya dapat optimal dan meningkatkan IPM Kabupaten Trenggalek di masa depan.
Pada masa Pandemi Covid, untuk mengawal Pelaksanaan Intervensi Stunting sesuai dengan
Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 47 Tahun 2020 Tentang Percepatan Pencegahan Stunting Terintegrasi
dan Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 19 Tahun 2018 Tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal
Usul Dan Kewenangan Lokal Berskala DesaTim Koordinasi / Kelompok Kerja Percepatan Penururnan Stunting
Kabupaten melaksanakan pendampingan terkait perencanaan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dana
dari BKK (Bantuan Keuangan Khusus) Stunting untuk intervensi tahun berjalan (2020). Kegiatan tersebut
dilaksanakan sesuai protokol kesehatan yang berlaku di Kabupaten Trenggalek.

Selama masa pandemi COVID-19 Kabupaten Trenggalek juga melaksanakan pembinaan Kader
Pembangunan Manusia pada tanggal 19 - 20 Oktober 2020 berupa Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dalam
Rangka Penurunan Stunting bagi Kader Pembangunan Manusia (KPM) yang di dalamnya membahas
mengenai Evaluasi Pelaksanaan eHDW (Human Development Worker), Sinkronisasi Data eHDW dengan data
(ePPGBM) Pencatatan & Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat Secara Elektronik, Optimalisasi eHDW dalam
Advokasi Pemerintah Desa.

Sistem manajemen data stunting selama masa pandemi covid dilakukan secara online pada link
spreadsheet yang dapat diisi, diupdate dan diakses oleh stakeholder yang berkepentingan. Adapun
kebutuhan data terkait pelaksanaan aksi khususnya aksi 5 juga diupdate bersama dalam link yang sama.
Pengukuran status gizi baik berat badan maupun tinggi badan dilakukan sesuai dengan Pedoman Pelayanan
Balita di Posyandu pada Masa Pandemi Covid dan Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana (Dnkes PPKB) yang kemudian direkap pada hasil Bulan Penimbangan
Balita dan dientry pada aplikasi EPPGBM. Adapun prasarana dalam mendukung pelaksanaan Posyandu baik
yang dilakukan secara buka posyandu, janji temu, maupun kunjungan mendapatkan dukungan sepenuhnya
dari pihak Desa dan Puskesmas setempat. Sedangkan kebutuhan data lain terkait stunting khususnya data
lintas sektor, didapatkan pula dari pengisian link spreadsheet Aksi Konvergensi Stunting Kabupaten
Trenggalek Tahun 2020.
Data Balita Stunting by name by address dimanfaatkan tidak hanya oleh Dinas Kesehatan PPKB,
tetapi juga seluruh stakeholder. Sebagaimana contoh, Dinas Perikanan (untuk menentukan sasaran penerima
manfaat Kolega/Kolam lele keluarga), Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Anak ( untuk menentukan
sasaran penerima PKH, dan pembinaan masyarakat melalui program SEPEDA KEREN (Sekolah Perempuan
Disabilitas, Anak dan Kelompok Rentan Lainnya), Dinas PKPLH (untuk menentukan sasaran penerima
PAMSIMAS/Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat dan Stimulan Jamban), dan lain
sebagainya.
Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek sangat mengharapkan dukungan dari berbagai sektor
untuk tetap menjaga solidaritas dan bekerja bersama menangani dan mencegah bertambahnya balita
stunting di Kabupaten Trenggalek melalui Konvergensi Pencegahan Stunting yang akan dilaksanakan
setiapkali sebelum Musrenbang.

Anda mungkin juga menyukai