Anda di halaman 1dari 6

PERJANJIAN KERJA ENUMERATOR

STUDI STATUS GIZI INDONESIA (SSGI) TAHUN 2021


KOORDINATOR WILAYAH IV

NOMOR HK.03.01/2/1514/2021
Pada hari ini, Senin tanggal Dua Puluh Satu bulan Juni, tahun Dua Ribu
Dua Puluh Satu telah dilaksanakan Perjanjian Kerja antara:

1. Nama : Akhmad Saikhu, M.Sc.PH


NIP : 196805251992031004
Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/IVb
Jabatan : Kepala Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU
2. Nama : Fatimah
NIK/NIP : 6213086112980001
Tempat/tanggal lahir : Turan Amis, 21 Desember
1998
Alamat (sesuai KTP) : Turan Amis, RT 01, Raren
Batuah, Bar-Tim
Alamat (sesuai surat domisili dari RT) : Turan Amis, RT 01, Raren
Batuah, Bar-Tim

Instansi Asal : UPTD Puskesmas Unsum


Alamat Instansi : Jl. Negara Ampah Muara
Teweh Km.16, Desa Unsum
Nomor Telepon seluler : 081251857626
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA yang jika sendiri-sendiri disebut


PIHAK atau jika bersama-sama disebut PARA PIHAK, menyatakan setuju
dan sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja Studi Status Gizi
Indonesia (SSGI) Tahun 2021 yang selanjutnya disebut Perjanjian,
dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal-Pasal sebagai
berikut:

Pasal 1
Perjanjian ini dibuat dengan tujuan PIHAK KESATU memberikan tugas
pelaksanaan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 kepada
1
PIHAK KEDUA, dan PIHAK KEDUA menerima tugas tersebut dengan
penuh tanggung jawab dan menyelesaikan sesuai dengan ketentuan yang
telah diatur oleh PIHAK KESATU.

Pasal 2
(1) PIHAK KESATU memberi tugas kepada PIHAK KEDUA sebagai
Enumerator Kabupaten/Kota pada kegiatan Studi Status Gizi
Indonesia Tahun 2021 di Kabupaten Barito Timur
(2) PIHAK KEDUA bertugas di bawah pengawasan Koordinator Wilayah
IV

Pasal 3
Perjanjian ini dilaksanakan sejak tanggal ditandatangani sampai dengan
31 Agustus 2021.

Pasal 4
(1) Selama jangka waktu Perjanjian, PIHAK KEDUA wajib
melaksanakan tugas dengan uraian sebagai berikut:
a. mengikuti Workshop Enumerator secara penuh;
b. melakukan pengumpulan data sesuai dengan pedoman
pengumpulan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI);
c. membuat catatan harian kegiatan sebagai laporan kegiatan
pengumpulan data; dan
d. memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
laporan akhir Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021
diselesaikan.

(2) Selama jangka waktu Perjanjian, PIHAK KEDUA wajib memenuhi


ketentuan umum sebagai berikut:
a. mematuhi serta menaati seluruh tata tertib dan ketentuan yang
ditetapkan oleh PIHAK KESATU;
b. melampirkan surat keterangan sehat dari dokter pemerintah;
c. menjaga kerahasiaan data dan/atau informasi hasil SSGI Tahun
2021;
d. memiliki bukti kepesertaan jaminan kesehatan dari Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan atau asuransi
kesehatan lainnya;
e. melakukan pemeriksaan COVID-19 berupa swab test sebelum,
pada pertengahan waktu dan/atau setelah pengumpulan data
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh PIHAK KESATU;
dan
2
f. dalam hal PIHAK KEDUA dinyatakan terkonfirmasi positif
COVID-19/hasil swab test positif sebagaimana dimaksud dalam
huruf e maka wajib mengikuti protokol penanganan pasien
Covid-19 sesuai kebijakan dari tim Satuan Tugas di wilayah
setempat.

Pasal 5
(1) Selama jangka waktu Perjanjian, PIHAK KEDUA berhak
mendapatkan:
a. uang transport lokal pada saat mengikuti rekruitmen
enumerator;
b. uang harian dalam kota lebih dari 8 (delapan) jam selama hari
penugasan dari PIHAK KESATU untuk kegiatan Workshop
Enumerator, sesuai Satuan Biaya Masukan (SBM) Tahun
Anggaran 2021;
c. uang transport lokal pada saat mengikuti Workshop Enumerator;
d. uang harian dalam kota lebih dari 8 (delapan) jam selama
pengumpulan data sesuai dengan Satuan Biaya Masukan (SBM)
Tahun Anggaran 2021;
e. uang transport lokal berangkat dari tempat kedudukan ke
kabupaten/kota lokasi penugasan pengumpulan data sesuai
dengan Satuan Biaya Masukan (SBM) Tahun Anggaran 2021;
f. uang transport lokal pulang dari kabupaten/kota lokasi
penugasan pengumpulan data ke tempat kedudukan sesuai
dengan Satuan Biaya Masukan (SBM) Tahun Anggaran 2021;
g. uang penginapan selama hari penugasan dari PIHAK KESATU
untuk kegiatan Workshop Enumerator sebesar 30% (tiga puluh
persen) dari Satuan Biaya Masukan (SBM) Tahun Anggaran
2021;
h. penggantian biaya pemeriksaan swab test Covid-19 sebelum,
pertengahan waktu dan sesudah penugasan ke lapangan sesuai
dengan ketentuan dari PIHAK KESATU;
i. sertifikat sebagai enumerator ; dan
j. menerima pembiayaan dari PIHAK KESATU sesuai uraian
sebagaimana tercantum pada huruf a sampai dengan h apabila
dalam masa pelaksanaan tugasnya, PIHAK KEDUA terkonfirmasi
positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan swab test positif.
(2) PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut untuk diberikan hak-hak lain
selain yang telah diatur dalam Perjanjian ini.
(3) PIHAK KESATU berkewajiban:

3
a. membayarkan biaya-biaya sebagaimana tercantum pada ayat (1),
dalam rangka penyelesaian seluruh tugas PIHAK KEDUA sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja ini;
b. mengimplementasikan lebih lanjut terkait uraian hak PIHAK
KEDUA sesuai dengan kebijakan pembiayaan dari PIHAK
KESATU; dan
c. wajib memberikan pembiayaan kepada PIHAK KEDUA sesuai
uraian sebagaimana tercantum pada ayat (1) apabila dalam
masa pelaksanaan tugas pengumpulan data, PIHAK KEDUA
terkonfirmasi positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan swab
test.

Pasal 6
(1) PIHAK KESATU wajib mengevaluasi kinerja PIHAK KEDUA melalui
Penanggung Jawab Kabupaten/ Kota dalam melaksanakan tugas
sebagai enumerator sesuai dengan target kinerja sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4.
(2) Apabila berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), PIHAK KEDUA terbukti melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan dalam Perjanjian ini, akan dikenakan sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemutusan perjanjian oleh PIHAK KESATU; dan/atau
c. dimasukan ke dalam daftar hitam pada kegiatan riset yang
dilaksanakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
selanjutnya.
(3) Hasil evaluasi PIHAK KESATU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat final dan PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan keberatan
dan tidak akan menuntut ganti rugi dalam bentuk apapun.

Pasal 7
(1) Selama jangka waktu Perjanjian, PIHAK KEDUA tidak dapat:
a. mengundurkan diri sebelum berakhirnya jangka waktu
Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; dan
b. memberikan dan/atau memperbanyak data dan/atau informasi
hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2021 untuk
kepentingan diri sendiri maupun kepada pihak lain.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) tidak
berlaku, apabila PIHAK KEDUA mengalami sakit berat, kecelakaan
yang mengakibatkan cacat berat, meninggal, terkonfirmasi positif
COVID-19 atau hal-hal lain yang mengakibatkan tidak dapat
menjalankan kewajibannya, yang dibuktikan dengan keterangan
4
dari dokter Pemerintah/pihak yang berwenang yang ditunjuk oleh
PIHAK KESATU.
(3) Dalam hal PIHAK KEDUA:
a. mengundurkan diri sebelum Perjanjian ini berakhir; dan/atau
b. melakukan pelanggaran disiplin yang mengakibatkan
diberhentikan atau mengundurkan diri sebelum Perjanjian ini
berakhir;
akan dikenakan sanksi berupa dimasukan ke dalam daftar hitam
pada kegiatan riset yang dilaksanakan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan selanjutnya.

Pasal 8
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Perjanjian ini akan diatur lebih
lanjut berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK dan akan dituangkan
secara tertulis dalam Perjanjian tersendiri yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini.

Pasal 9
(1) Force majeur (keadaan memaksa) adalah suatu keadaan diluar
kehendak, kemampuan dan kekuasaan masing-masing pihak yang
dapat menghambat atau menghentikan pelaksanaan perjanjian ini
secara langsung yaitu bencana alam, bencana sosial dan perubahan
peraturan perundang-undangan di bidang ekonomi dan moneter
yang secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan Perjanjian ini.
(2) Dalam hal terjadi force majeur (keadaan memaksa) yang
mengakibatkan salah satu pihak atau PARA PIHAK tidak dapat
memenuhi kewajibannya sesuai Perjanjian Kerja ini maka segala
akibat akan diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat.
(3) Dalam hal terjadi force majeur (keadaan memaksa) pihak yang
mengalami force majeur (keadaan memaksa) harus memberitahukan
kepada pihak lainnya secara lisan secepatnya dan secara tertulis
disertai bukti yang layak dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh)
kali 24 jam.
(4) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) kali 24 jam sejak diterimanya
pemberitahuan tersebut tidak ada tanggapan dari pihak yang
menerima pemberitahuan maka adanya force majeur (keadaan
memaksa) tersebut dianggap telah disetujui.

Pasal 10
(1) Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini akan diselesaikan
terlebih dahulu secara musyawarah dan mufakat oleh PARA PIHAK.
5
(2) Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tidak berhasil mencapai mufakat, PARA PIHAK sepakat
untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan tersebut sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11
(1) Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK dengan
penuh kesadaran tanpa adanya unsur paksaan dari pihak
manapun.
(2) Perjanjian ini dibuat pada hari dan tanggal tersebut di atas dalam
rangkap 2 (dua) asli, bermaterai cukup, mempunyai kekuatan
hukum yang sama dan mengikat PARA PIHAK.
(3) Perjanjian ini mulai berlaku pada tanggal ditandatangani oleh PARA
PIHAK.

PIHAK KEDUA PIHAK KESATU

Fatimah Akhmad Saikhu, M.Sc.PH

Anda mungkin juga menyukai