Anda di halaman 1dari 3

1.

Persentase Balita Underweight (BB Kurang dan Sangat Kurang)

Underweight adalah banyaknya balita yang berat badannya kurang dan sangat kurang
pada tahun tertentu dengan

adalah banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu dengan penyebab
kematian yang terkait dengan gangguan kehamilan atau penangganannya selama kehamilan,
melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan). Jumlah Kematian Ibu berguna untuk
menggambarkan tingkat perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan, dan tingkat pelayanan kesehatan. Kematian ibu dipengaruhi dari berbagai faktor
, baik faktor dalam sistem pelayanan kesehatan maupun faktor diluar kesehatan yang
mempengaruhi pelayanan kesehatan yang diberikan.
Realisasi capaian kinerja dengan indikator kematian ibu pada tahun 2020 adalah 10
kematian ibu hamil atau 193,82 % dari target yang telah ditentukan sehingga pada tahun ini target
untuk indikator sasaran kematian ibu lebih banyak dibanding tahun 2019 sebanyak 5 orang dan
dikategorikan kurang baik. Indikator ini merupakan upaya menekan angka kejadian kematian ibu,
sehingga semakin rendah kejadian maka kinerjanya semakin baik. Persentase target dan realisasi
indikator sasaran jumlah kematian ibu dapat dilihat sebagai berikut :

2. Persentase Balita Stunting (Pendek dan Sangat Pendek)

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis
terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di
masa dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya
2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya.
Prevalensi stunting beberapa tahun terakhir menunjukkan adanya penurunan, akan tetapi
prevalensi stunting Kabupaten Bima masih berada diatas target nasional, sehingga penanganan
stunting perlu diintensifkan lagi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan
angka stunting Kabupaten Bima adalah 32,01% atau sekitar 3 dari 10 balita menderita stunting.
Saat ini program penurunan stunting merupakan fokus utama pemerintah Pusat sampai
Daerah bahkan di tingkat Global. Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak
ditemukan dinegara berkembang, termasuk Indonesia. Berdasarakan data tahunan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bima diketahui bahwa angka stunting di kabupaten bima mengalami
penurunan yaitu sebanyak 36,2% pada tahun 2017 menjadi 32,01% pada tahun 2018.
Keberhasilan ini dapat diraih dengan upaya bersama pemerintah daerah kabupaten bima bersama
dengan dinas kesehatan dan OPD terkait seperti dinas social, catatan sipil, pihak kecamatan dan
pihak desa. Persentase target dan realisasi indikator stuntiing dapat dilihat sebagai berikut :
40
36.6
35
35 33
32.01 32.01
31
30

25 23.9

20

15 13.39

10

0
2017 2018 2019 2020

Target Capaian

3. Persentase Balita Wasting (Gizi Kurang dan Gizi Buruk)

Persoalan kurang gizi dalam pembangunan manusia masih dianggap sebagai masalah utama
dalam tatanan masyarakat dunia. Menurut standar WHO, situasi masalah gizi di Indonesia sudah
melampaui ambang batas normal, yaitu underweight <5%. Masalah gizi disebabkan oleh berbagai
faktor yaitu:
a. asupan gizi dan penyakit infeksi, sanitasi lingkungan
b. akses dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
c. konsumsi tablet tambah darah, tingkat kemiskinan, imunisasi yang tidak lengkap
d. ketidakstabilan politik dan pertumbuhan ekonomi yang lambat turut berkontribusi
dalam peningkatan masalah kurang gizi
e. Acosta dan Haddad menyatakan bahwa koordinasi penyelenggaraan kebijakan yang
baik dapat membantu menyukseskan penurunan masalah gizi pada balita.

Berdasarakan data tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima diketahui bahwa prevalensi
wasting di kabupaten bima mengalami penurunan dimana seperti yang terlihat pada grafik
dibawah ini:

Chart Title
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
2018 2019 2020

Wasting Underweight
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERCAPAINYA , TERPENUHINYA ATAU
MELEBIHI TARGET INDIKATOR KINERJA :
Beberapa faktor determinan penyebab masalah gizi di Kabupaten Bima
berdasarkan hasil verifikasi lapangan data lonceng pada aplikasi ePPGBM, antara
lain :
1. Kepemilikan Kartu JKN/BPJS (47,3% memiliki kartu JKN/BPJS)
2. Akses Air Bersih tingkat Rumah Tangga (98,7% rumah tangga memiliki akses
terhadap air bersih)
3. Riwayat Balita menderita cacing (35,6% balita memiliki riwayat kecacingan)
4. Kepemilikan Jamban Sehat (96,3% rumah tangga memiliki jamban sehat)
5. Riwayat Immunisasi Dasar Lengkap ( 80,3% balita mendapat immunisasi dasar
lengkap)
6. Keluarga Merokok (93,2% keluarga memiliki perilaku merokok)
7. Riwayat KEK pada ibu hamil (28,9% ibu hamil memiliki riwayat KEK)
8. Riwayat Penyakit Penyerta (11,7% balita memiliki riwayat penyakit penyerta)

IMPLIKASI YANG TIMBUL TERHADAP CAPAIAN PRORAM RENSTRA


PERANGKAT DAERAH:
Ujung tombak implementasi program upaya penanggulangan masalah gizi
ada ditangan TPG Puskesmas sampai kader posyandu. Untuk itu program
penanggulangann masalah gizi perlu disosialisasikan secara intensif sampai ke
tingkat posyandu sehingga konsep dan tujuan dari program yang dilaksanakan
sesuai dengan yang diinginkan oleh pemerintah daerah, salah satunya program
penanggulangan balita gizi kurang melalui kegiatan Kelas Gizi.

Pelaksanaan kelas gizi yang menghabiskan anggaran milyaran rupiah dalam


implementasinya masih ditemukan perlakuan yang tidak sesuai dengan petunjuk
tekhnis. Hal ini menunjukkan bahwa tidak samanya pemahaman dan
implementasi di lapangan dengan konsep dasar program tersebut.

Anda mungkin juga menyukai