Anda di halaman 1dari 33

Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 8

BAB II

2 PROGRAM PERBAIKAN GIZI KABUPATEN BIMA


TAHUN 2020

A. Indikator Kinerja dan Target Pembinaan Gizi Tahun 2016 - 2021


Untuk mengetahui keberhasilan program perbaikan gizi di suatu daerah
perlu ditetapkan indikator atau parameter objektif yang dapat dipahamai dan
diterima oleh semua pihak. Diharapkan dengan adanya indikator tersebut
menjadi tolak ukur keberhasilan suatu program dan dapat pula digunakan untuk
membandingkan keberhasilan suatu program antar wilayah (Desa, Puskesmas
ataupun Kecamatan). Secara Nasional, berdasarkan Rencana Aksi Pembinaan
Gizi Masyarakat telah menetapkan 8 indikator kinerja dan target pembinaan gizi
tahun 2014-2019, indikator kinerja pembinaan gizi tertuang dalam indikator
standard pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan, yaitu (1) 100% Balita Gizi
Buruk mendapat perawatan ; dan (2) 100% Balita Gizi Kurang usia 6-24 bulan
dari keluarga miskin mendapat MP-ASI. Selain itu, ditingkat propinsi NTB,
indikator kinerja program gizi tertuang dalam peraturan gubernur NTB dan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Gizi.
Rencana kerja pembinaan gizi masyarakat 2018 sebagai periode
pertengahan RPJMN 2015-2019 merupakan upaya percepatan pencapaian
sasaran Rencana Strategis (Renstra) melalui penajaman prioritas dan strategi
penggerakan yang dikembangkan berdasarkan kecenderungan capaian dan
hambatan pelaksanaan pembinaan gizi selama ini.
Sedangkan ditingkat Kabupaten/Kota, berdasarkan RPJMD Kabupaten
Bima Tahun 2016-2021, indikator kinerja dan target kegiatan pembinaan gizi
Kabupaten Bima tertuang dalam Renstra Kabupaten Bima Tahun 2016-2021
sebagai berikut :
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 9

Tabel 2.1. Indikator Kinerja Dan Target Kegiatan Pembinaan Gizi Kabupaten Bima
Tahun 2016 – 2021
Target (%)
No Indikator Kinerja Nasional
2016 2017 2018 2019 2020 2021
1 Persentase kasus balita gizi 100 100 100 100 100 100 100
buruk yang mendapat
perawatan
2 Persentase balita yang 78 82 82 84 85 88 88
ditimbang berat badannya
3 Persentase bayi usia kurang dari 55 60 65 70 75 80 80
6 bulan mendapat ASI Ekslusif
4 Persentase rumah tangga 40 50 60 70 80 84,5 84,5
mengonsumsi garam
beryodium
5 Persentase balita 6-59 bulan 95 95 95 95 95 95,6 95,6
menapat kapsul Vitamin A
6 Persentase ibu hamil yang 85 90 95 98 98 98 98
medapat Tablet Tambah Darah
(TTD) minimal 90 Tablet
selama masa kehamilan
7 Persentase ibu hamil kurang 10 20 30 40 50 57 57
energi kronik (KEK) yang
mendapat makanan tambahan
8 Persentase balita kurus yang 75 80 85 88 90 92,5 92,5
mendapat makanan tambahan
9 Persentase remaja putri 15 20 25 30 35 45 45
mendapat TTD
10 Persentase ibu nifas mendapat 90 90 90 90 90 91 91
kapsul vitamin A
11 Persentase bayi yang baru lahir 80 82 85 88 90 95 95
mendapat IMD
12 Persentase bayi dengan berat 9,11 8,19 8,16 8,3 8,0 7,5 7,5
badan lahir rendah (BB<2500
gram)
13 Persentase balita mempunyai 80 82 84 86 90 92 92
buk KIA/KMS
14 Persentase balita di timbang 70 75 80 82 85 87 87
yang naik berat badannya.
15 Persentase balita di timbang 30 25 20 18 15 12 12
yang tidak naik berat badannya
(T)
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 10

16 Persentase balita di timbang 4,2 4 3,8 3,6 3,5 3,1 3,1


yang tidak naik berat badannya
2 kali berturut-turut (2T)
17 Persentase balita di bawah garis 2,6 2,5 2,3 2,1 2 1,8 1,8
merah (BGM)
18 Persentase ibu hamil anemia 65 60 55 50 40 30 30
19 Persentase stunting pada balita 37 35 33 31 29 29 29

B. Pencapaian Kinerja Penanggulangan Gizi Kab. Bima Tahun 2020


Secara umum, pencapaian indikator pembinaan gizi di Kabupaten Bima
tahun 2020 diuraikan pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Pencapaian Indikator Pembinaan Gizi Kabupaten Bima Tahun 2020
Capaian (%) Target (%) GAP Ket.
No Indikator Kinerja
2019 2020 2019 2020 2019 2020
1 % kasus balita gizi buruk
100 100 100 100 0 0
yang mendapat perawatan
2 % balita yang ditimbang berat
78,89 77,48 84 85 -5,11 -7,52
badannya (D/S Riil)
3 % bayi usia kurang dari 6
78,06 87,0 70 75 8,06 12,0
bulan mendapat ASI Ekslusif
4 % rumah tangga
mengonsumsi garam 22,7 43,2 70 80 -47,3 38,8
beryodium
5 % balita 6-59 bulan menapat
97,1 98,7 95 95 2,1 3,7
kapsul Vitamin A
6 % ibu hamil yang medapat
Tablet Tambah Darah (TTD)
92,47 88,3 98 98 5,53 9,7
minimal 90 Tablet selama
masa kehamilan
7 % ibu hamil kurang energi
kronik (KEK) yang mendapat 51,1 60,63 40 50 11,1 10,63
makanan tambahan
8 % balita kurus yang mendapat
50 63,7 88 90 -38 -33,7
makanan tambahan
9 % remaja putri mendapat TTD 30 35
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 11

10 % ibu nifas mendapat kapsul


95,38 89,87 90 90 5,38 -0,13
vitamin A
11 % bayi yang baru lahir
57,99 84,65 88 90 -11,1 -5,35
mendapat IMD
12 % bayi dengan berat badan
2,58 2,05 8,3 8,0 -5,8 -5,9
lahir rendah (BB<2500 gram)
13 % balita mempunyai buku
57,99 97,9 86 90 -9 7,9
KIA/KMS
14 % balita di timbang yang naik
73,5 72,7 82 85 -8,5 12,3
berat badannya.
15 % balita di timbang yang
2,37 10,32 18 15 -15,6 -4,68
tidak naik berat badannya (T)
16 % balita di timbang yang
tidak naik berat badannya 2 4,79 3,4 3,6 3,5 1,19 -0,1
kali berturut-turut (2T)
17 % balita di bawah garis
2,37 1,9 2,1 2 0,27 -0,1
merah (BGM)
18 Persentase ibu hamil anemia 0,5 7,1 50 40 -45 -32,9
19 Persentase stunting pada
32,01 23,9 31 29 1,01 -5,1
balita

Berikut diuraikan cakupan pencapaian program perbaikan gizi di Kabupaten


Bima selama 3 tahun terakhir (2018 s/d 2020). Secara garis besar seperti pada
tabel berikut :
Tabel 2.3 Pencapaian Indikator Kinerja Program Perbaikan Gizi Berdasarkan
Puskesmas Kabupaten Bima Tahun 2020
Jumlah Sasaran
Pencapaian
(S)
No. Puskesmas
Vit.A Fe3 AE Vit.A
Pryks Riil D N BGM
Bufas Bumil Kom Balita
1. Sape 5285 3.707 2.799 2.369 19 968 1.035 323
2. Lambu 935 859 561 327 8 214 203 172
3. Wawo 5774 4.058 2.780 1.262 30 976 1.017 964
4. Langgudu 3350 2.480 1.907 1.436 59 567 577 353
5. Woha 5894 4.046 2.941 2.503 82 1.041 1.098 917
6. Monta 1345 1.095 821 605 15 273 276 340
7. Parado 1365 1.299 1.111 678 26 280 291 221
8. Belo 2960 2.452 1.840 1.390 27 539 550 304
9. Palibelo 1820 1.696 1.393 1.089 28 382 379 82
10. Donggo 2440 1.634 1.061 771 41 424 441 300
11. Ambalawi 780 715 596 483 16 156 156 112
12. Wera 540 628 490 339 15 152 156 118
13. Sanggar 6729 5.724 4.312 3.232 55 1.154 1.162 919
14. Tambora 4165 3.250 2.602 1.887 94 850 882 251
15. Bolo 2780 2.464 1.889 1.405 19 536 595 553
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 12

Madapangg
16.
a
445 550 457 352 23 105 100 128
17. Pai 1855 1.468 1.211 878 26 315 320 229
18. Ngali 2275 1.889 1.572 1.453 55 463 479 330
19. Lambitu 1770 1.604 1.315 1.020 19 408 402 332
20. Soromandi 1360 1.429 1.108 692 8 333 316 156
21. Langgudu T 690 720 535 437 10 161 164 116
Total Kabupaten 54.555 43.768 33.300 24.608 676 10.297 10.599 7220

1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Berdasarkan Hasil pelacakan kasus gizi buruk selama tahun 2020
ditemukan kasus baru sebanyak 17 kasus, 4 kasus diantaranya meninggal dunia.
Jumlah tersebut menyebar di 9 Puskesmas (dari 21 Puskesmas yang ada di
wilayah Kabupaten Bima). Untuk lebih jelasnya, data Kasus Gizi Buruk dan
meninggal di masing-masing Puskesmas selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4. Jumlah Kasus Gizi Buruk Kab. Bima Tahun 2018 s/d 2020
Jumlah Kasus Gizi Buruk
No. Puskesmas 2018 2019 2020
N Mati N Mati N Mati
1. Monta - 1 2 1
2. Parado - - 4
3. Bolo 4 3 4 2
4. Madapangga 4 1 1 2
5. Woha - 6 1 1 1
6. Belo 1 - -
7. Ngali - 2 -
8. Palibelo 1 - -
9. Wawo 1 - -
10. Langgudu - 2 -
11. Langgudu Timur - 1 -
12. Lambitu - - -
13. Sape 11 1 2
14. Lambu 2 2 1
15. Wera 1 2 1
16. Pai - - -
17. Ambalawi - 3 1 1
18. Donggo 1 2 -
19. Soromandi - - -
20. Sanggar - 1 -
21 Tambora 1 - -
Kabupaten 27 2 28 1 17 4
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 13

CFR 7,4% 3,5% 23,5%

Dari Tabel diatas terlihat bahwa selama tahun 2020, jumlah kasus gizi
buruk yang dilaporkan oleh Puskesmas wilayah Kabupaten Bima adalah
sebanyak 17 kasus, mengalami penurunan secara signifikan dari tahun 2018
yang melaporkan 27 kasus. Puskesmas yang terbanyak melaporkan kasus gizi
buruk adalah Puskesmas Bolo dan Parado masing-masing sebanyak 4 kasus.
Puskesmas Bolo pada 3 tahun terakhir termasuk yang sering menemukan dan
merawat kasus gizi buruk yaitu rata-rata 4 kasus per tahun. Lonjakan yang
signifikan terjadi pada wilayah puskesmas Parado dimana pada tahun ini
melaporkan 4 kasus setelah sebelumnya tidak pernah melaporkan adanya kasus
gizi buruk. Sedangkan Puskesmas Lambu yang pada tahun-tahun sebelumnya
banyak melaporkan kasus gizi buruk, selama tahun 2020 hanya 1 laporan kasus
gizi yang dirawat. Begitu juga dengan Puskesmas Woha yang pada tahun 2016
terdapat 6 laporan kasus yang dirawat, pada tahun 2020 hanya melaporkan 1
kasus gizi yang ditemukan dan dirawat.
Tabel diatas juga menunjukkan bahwa jumlah kasus gizi buruk yang
meninggal tahun 2018-2019 masing-masing 2 dan 1 kasus. Pada tahun 2020
terdapat kasus gizi buruk yang meninggal sebanyak 4 (empat) kasus dengan
angka CFR (Case Fatality Rate) mencapai 23,5%. Berikut grafik jumlah kasus
gizi buruk dan kasus meninggal selama 3 (tiga) tahun terakhir :

Kasus Column1

27 28

17

4
2 1

2018 2019 2020

Grafik 2.1. Jumlah Kasus Gizi Buruk dan Kasus Meninggal Tahun 2018 s/d 2020
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 14

Penyebab terjadinya kematian gizi buruk pada umumnya karena penyakit


penyerta yang diderita oleh balita tersebut. Berdasarkan Audit Kematian, dari 2
kasus gizi buruk yang dilaporkan meninggal disebabkan karena penyakit
penyertanya berupa Demam, Diare dan Gangguan akibat kekurangan Yodium.
Salah satu indikator SPM (Standar Pelayanan Minimal) Program
Perbaikan Gizi menargetkan bahwa kasus gizi buruk yang ditangani dengan
tatalaksana yang tepat adalah harus 100%. Dari 27 kasus gizi buruk selama
tahun 2018 semuanya sudah ditangani baik di Puskesmas maupun RSUD Bima
dan RSU Sondosia. Untuk penanganan gizi buruk yang optimal telah diefektifkan
kembali Panti Pemulihan Gizi (TFC) pada 5 Puskesmas, yaitu Puskesmas Sape,
Woha, Wera, Langgudu dan Bolo. Bagi Puskesmas lain diharapkan merujuk
kasus gizi buruk di wilayahnya ke Puskesmas TFC terdekat. Selama kasus gizi
buruk tersebut ditemukan dan ditangani baik di Puskesmas maupun di Rumah
Sakit, ada peningkatan dari status gizi burke gizi kurang bahkan gizi baik.
Untuk meningkatkan kapasitas petugas dalam hal penanganan kasus gizi
buruk, sejak tahun 2006 sampai dengan sekarang telah dilakukan pertemuan
Audit Kasus Gizi Buruk melibatkan Dokter Spesialis Anak, Dokter Umum dan tim
asuhan gizi Puskesmas lainnya (petugas gizi, perawat/bidan).
Mulai Tahun 2011 Dinas Kesehatan Propinsi NTB telah melatih Tim
Asuhan Gizi Puskesmas TFC Sape dan Bolo (Dokter, Perawat dan Tenaga
Pelaksana Gizi) tentang Penatalaksanaan Gizi anak Gizi Buruk di sarana
kesehatan (RSU dan TFC) serta di Tahun 2012 dilanjutkan dengan Puskesmas
Woha dan Langgudu, terakhir untuk Tim Asuhan Gizi Puskesmas TFC Wera
pada Tahun 2013. Penanganan Gizi Buruk di Puskesmas TFC tersebut di atas
relatif lebih baik dibandingkan Puskesmas non TFC.

2. Balita yang datang dan ditimbang berat badannya (D/S)


Perbandingan antara jumlah balita yang datang menimbang di posyandu
(D) dengan jumlah balita yang ada (S) digunakan sebagai Indikator Tingkat
Partisipasi Masyarakat. Semakin tinggi prosentase D/S menunjukkan tingginya
partisipasi dan kepedulian masyarakat untuk datang dan menimbang balitanya di
posyandu, begitu juga sebaliknya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
membawa balita ke posyandu antara lain pemberian PMT Penyuluhan (biasanya
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 15

berupa bubur kacang ijo dan menu lainnya) secara rutin setiap bulannya yang
bersumber dari Dana BOK Puskesmas. Selain itu juga meningkatkan kerjasama
dengan semua lintas sektor dan lintas program mulai dari tingkat kabupaten
sampai tingkat desa/dusun disamping penyuluhan yang terus menerus dilakukan
oleh petugas kesehatan tentang pentingnya mengetahui perkembangan berat
badan anak setiap bulan. Untuk meningkatkan semangat kader posyandu juga
diberikan insentif setiap bulannya dengan harapan kader sebagai mitra kerja di
lapangan lebih giat lagi mengajak masyarakat untuk membawa balitanya ke
posyandu setiap sekali dalam sebulan.

Upaya lainnya yang dilakukan oleh Puskesmas untuk meningkatkan


cakupan D/S antara lain pemutaran film di posyandu, pembagian garam
beryodium, pemberian door prize, penimbangan di sore hari dan sweeping
sasaran. Uraian Pencapaian D/S per puskesmas selama 3 tahun terakhir
disajkan dalam Tabel berikut :
Tabel 2.5 Perbandingan Pencapaian Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S) Per
Puskesmas Tahun 2018 s.d Tahun 2020
% Pencapaian D/S
No. Puskesmas 2018 2019 2020
D % D % D %
1. Monta 2.647 85,13 2.862 79,61
2. Parado 844 74,83 538 62,05
3. Bolo 2.718 73,04 2.953 74,46
4. Madapangga 1.877 77,58 1.868 76,68
5. Woha 3.283 65,9 3.364 83,56
6. Belo 682 70,14 867 79,18
7. Ngali 1.134 74,76 1.187 91,17
8. Palibelo 2.307 89,09 1.118 45,28
9. Wawo 1.422 83,06 1.434 83,03
10. Langgudu 1.516 85,22 1.194 76,78
11. Langgudu Timur 538 76,24 607 84,07
12. Lambitu 590 92,74 509 80,16
13. Sape 4.953 83,93 4.717 81,50
14. Lambu 2.364 79,93 2.592 80,77
15. Wera 2.059 73,71 1.886 72,26
16. Pai 507 89,4 414 72,63
17. Ambalawi 1.330 77,17 1.169 82,73
18. Donggo 2.020 84,76 1.358 74,82
19. Soromandi 1.593 82,4 1.354 85,00
20. Sanggar 1.112 72,39 1.087 84,13
21. Tambora 388 80,15 539 76,89
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 16

Kabupaten 35.884 74,02 33.617 77,48

Berdasarkan Uraian Pencapaian D/S diatas terlihat bahwa tingkat


partisipasi masyarakat membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang masih
rendah. Pencapaian D/S Kabupaten Bima selama 3 tahun terakhir masih pada
kisaran 74%-78% (Riil). Pencapaian tersebut masih jauh dari target minimal SPM
Tahun 2020 sebesar 85%. Dalam bentuk grafik, pencapaian indikator D/S
ditampilkan berikut :

D/S
78.89
79
78 76.35
77
76
74.02
75
74
73
72
71
2018 2019 2020

D/S

Grafik 2.2 Pencapaian Indikator D/S Tingkat Kabupaten Bima 2018-2020


Begitu juga dengan pencapaian disetiap Puskesmas. Dari 21 Puskesmas
yang ada, hanya 2 Puskesmas yang mampu melebihi target, yaitu Puskesmas
Ngali (91,17%) dan Soromandi (85,0%). 8 Puskesmas yang hampir mencapai
target (diatas 80%) yaitu Puskesmas Sanggar (84,13%), Langgudu Timur
(84,07%), Woha (83,56%), Wawo (83,03%), Ambalawi (82,7%), Sape (81,5%),
Lambu (80,7%) dan Lambitu (80,16%).
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 17

% D/S Tahun 2020


91.17

83.56 84.07 84.13 85.00


81.50 82.73 83.03
79.18 79.61 80.16 80.77 77.48
76.68 76.78 76.89
74.46 74.82
72.26 72.63

62.05

45.28

a i a a a e i a r r i li .
elo do er Pa Bolo ggo ngg udu bor Belo ont bitu mbu Sap law awo oh imu gga and ga Kab
la ib Para W n a g m a a
b W W u Sa om T n N
P Do ap ang Tam M La L
ad L Am gu
d
So
r
M ng
La

Grafik 2..3. Grafik Pencapaian D/S Puskesmas Tahun 2020


Permasalahan utama yang menjadi penyebab rendahnya tingkat
partisipasi ini adalah kondisi global dan nasional terkait Pandemi Corona Virus
Deasseas (Covid) 19 yang membatasi kegiatan sosial kemasyarakatan dan
berkumpul. Selain itu yang disampaikan oleh petugas di Puskesmas adalah
adanya kebiasaan penduduk pada musim tanam dan panen meninggalkan
tempat tinggal dalam beberapa bulan sehingga berimbas pada berkurangnya
jumlah balita yang hadir pada saat kegiatan posyandu dibuka. Selain itu
dikarenakan jumlah sasaran proyeksi yang terlalu besar bila dibandingkan
dengan jumlah sasaran yang sebenarnya.

3. Bayi Usia kurang dari 6 Bulan Mendapat ASI Eksklusif


Pada tingkat Puskesmas dan Kabupaten, pelaporan kegiatan ASI
Eksklusif termasuk laporan bulanan, sedangkan untuk pelaporan ke Kemenkes
(data surveilans gizi) termasuk laporan semesteran yang disampaikan setiap
bulan Februari dan Agustus. Pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan ASI
Eksklusif dilaporkan oleh Program Kesehatan Ibu dan Anak karena berhubungan
dengan ibu melahirkan. Berikut ditampilkan tabel pencapaian ASI Eksklusif 0-6
bulan per Puskesmas tahun 2018-2020.
Prosentase capaian bayi yang mendapat ASI Eksklusif 0-6 bulan
diperoleh dari penjumlahan pencapaian bulan Februari dan Agustus.
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 18

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pencapaian ASI Eksklusif 0-6 bulan
tingkat Kabupaten Bima tahun 2018 mencapai 78,06%, meningkat secara
siginifikan pada tahun 2020 menjadi 83,3% jauh diatas target 75%.

Asi E
83.3
84
83
82 80.21
81
80 78.06
79
78
77
76
75
2018 2019 2020

Grafik 2..4. Grafik Pencapaian Asi Eksklusif Kabupaten Bima Tahun 2020

Tabel 2.6 Pencapaian ASI Eksklusif 0-6 bulan Per Puskesmas Tahun 2018-2020
% Pencapaian AE Komulatif
No. Puskesmas 2018 2019 2020
AE Kom % AE Kom % AE Kom %
1. Monta 1087 82,72 323 90,5
2. Parado 198 37,50 172 97,7
3. Bolo 61 59,80 964 86,9
4. Madapangga 242 85,21 353 95,1
5. Woha 774 77,71 917 88,1
6. Belo 484 74,46 340 88,8
7. Ngali 157 91,81 221 75,9
8. Palibelo 211 81,78 304 83,7
9. Wawo 431 86,72 82 62,6
10. Langgudu 391 78,20 300 71,6
11. Langgudu Timur 433 90,59 112 93,3
12. Lambitu 453 80,46 118 86,8
13. Sape 206 82,73 919 80,1
14. Lambu 167 100,00 251 51,9
15. Wera 546 62,19 553 91,4
16. Pai 542 91,86 128 87,1
17. Ambalawi 120 96,77 229 96,2
18. Donggo 247 99,60 330 85,5
19. Soromandi 74 67,27 332 81,2
20. Sanggar 126 62,07 156 80,4
21. Tambora 114 82,01 116 74,4
Kabupaten 7.064 78.06 7220 83,3
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 19

4. Rumah Tangga Mengkonsumsi Garam Beryodium


Prosentase Konsumsi garam beryodium di masyarakat menjadi indikator
tingkat kesadaran masyarakat dalam upaya penanggulangan masalah
Gangguang Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). Kejadian GAKY muncul karena
tubuh kekurangan Iodium secara terus menerus dalam jangka waktu lama.
Dampak kekurangan Iodium tidak hanya gondok dan kretinisme saja, tetapi yang
lebih dari itu adalah berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia secara
luas meliputi tumbuh kembang termasuk perkembangan otak sehingga terjadi
penurunan potensi tingkat kecerdasan.
Untuk jangka panjang, penanggulangan GAKI dilakukan melalui upaya
Universal Salt Iodization (USI) yaitu fortifikasi iodium dalam garam konsumsi.
Pemantauan GAKI dilakukan melalui Ekskresi Iodium dalam Urine (EIU) sebagai
refleksi asupan Iodium antara lain dari konsumsi garam beriodium di rumah
tangga.
Selama ini, informasi tentang konsumsi garam beriodium tingkat rumah
tangga diperoleh dari BPS hasil SUSENAS yang hanya menggambarkan tingkat
konsumsi rumah tangga sampai tingkat Kab/Kota. Selain itu, juga tersedia data
tingkat desa dari kegiatan pemantauan garam beryodium tingkat masyarakat
yang dilaksanakan 2 kali setahun (termasuk PSG Kadarzi) dan Data Riskesdas
2013. Semua data tersebut diharapkan saling melengkapi untuk tujuan intervensi
yang spesifik.
Berdasarkan hasil PSG Kadarzi, prosentase rumah tangga yang
mengkonsumsi garam beryodium tahun 2012 hanya mencapai 38,59% sedikit
meningkat pada tahun 2013 sebesar 39,28% dan menurun lagi pada tahun 2014
yang hanya mencapai 33,39%. Sedangkan berdasarkan hasil Riskesdas 2013,
prosentase rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium mencapai
49,9%. Prosentase Rumah Tangga mengkonsumsi garam beryodium hasil PSG
hanya menggambarkan cakupan Kabupaten karena secara rutin hanya diperoleh
dari hasil PSG yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi di semua
wilayah NTB. Sedangkan gambaran cakupan per puskesmas tidak ada karena
tidak semua Puskesmas melaksanakan pemantauan garam beryodium di
wilayahnya.
Di Kabupaten Bima, upaya penanggulangan masalah GAKI
mengutamakan kegiatan promosi garam beryodium yaitu dengan menjamin
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 20

garam yang dikonsumsi oleh manusia maupun ternak adalah garam beryodium
melalui penyusunan dan penerbitan Peraturan Daerah nomor 03 tahun 2009
tentang pengendalian peredaran garam non yodium di Kabupaten Bima.

5. Ibu Hamil Mendapat TTD Minimal 90 Tablet Selama hamil


Upaya yang dilakukan untuk mengatasi anemia pada ibu hamil adalah
terfokus pada pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil.
Berdasarkan capaian tahun 2020 yang sudah 88,3 % dari target 98 %,
hal ini menunjukan adanya peningkatan capaian dari tahun ketahun. Pencapaian
ini tidak terlepas dari peran petugas di lapangan ( tingkat Puskesmas ) dimana
pendistribusian Fe (Fe1 dan Fe3) pada ibu hamil dilakukan oleh bidan/bidan desa
bekerjasama dengan Petugas Gizi yang diberikan pada saat ibu hamil melakukan
kontak/pemeriksaan dengan bidan, yaitu pada saat kunjungan pertama (K1 Ibu
Hamil) untuk pemberian Fe1 dan kunjungan keempat (K4 ibu hamil) untuk
pemberian Fe3. Sehingga data cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil
yang dilaporkan oleh program gizi divalidasi dengan laporan K1 dan K4 ibu hamil
yang dilaporkan oleh bidan. Rincian cakupan distribusi Fe1 dan Fe3 Ibu hamil
tahun 2020 disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2.7 Pencapaian Fe1 dan Fe3 Per Puskesmas Tahun 2020
Dari Data Puskesmas
CAKUPAN BUMIL DAPAT (%)
JUMLAH BUMIL YANG DAPAT
N Nama JML JML
O Puskesmas Fe-1 Fe-3 Fe-1 Fe-3
BUMIL BUMIL
THN BLN BLN BLN BLN BLN
KOM KOM KOM KOM
INI INI INI INI
1 Monta 1.117 93 81 1.115 86 .035 87,02 99,82 92,39 92,66
2 Parado 206 17 23 233 14 203 133,98 113,11 81,55 98,54
3 Bolo 1.216 101 88 1.141 81 1.017 86,84 93,83 79,93 83,63
4 Madapangga 707 59 60 637 47 577 101,84 90,10 79,77 81,61
5 Woha 1.279 107 122 1.148 128 1.098 114,46 89,76 120,09 85,85
6 Belo 296 25 23 283 24 276 93,24 95,61 97,30 93,24
7 Ngali 300 25 24 296 26 291 96,00 98,67 104,00 97,00
8 Palibelo 707 59 49 590 45 550 83,17 83,45 76,38 77,79
9 Wawo 400 33 26 410 31 379 78,00 102,50 93,00 94,75
10 Langgudu 560 47 44 472 57 441 94,29 84,29 122,14 78,75
11 Langgudu Tmr 172 14 20 192 22 156 139,53 111,63 153,49 90,70
12 Lambitu 119 10 9 151 12 156 90,76 126,89 121,01 131,09
13 Sape 1.435 120 89 1.292 92 1.162 74,43 90,03 76,93 80,98
14 Lambu 972 81 85 949 77 882 104,94 97,63 95,06 90,74
15 Wera 685 57 49 633 59 595 85,84 92,41 103,36 86,86
16 Pai 98 8 11 114 8 100 134,69 116,33 97,96 102,04
17 Ambalawi 408 34 29 369 20 320 85,29 90,44 58,82 78,43
18 Donggo 487 41 44 534 36 479 108,42 109,65 88,71 98,36
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 21

19 Soromandi 389 32 27 398 27 402 83,29 102,31 83,29 103,34


20 Sanggar 299 25 30 391 40 316 120,40 130,77 160,54 105,69
21 Tambora 152 13 7 178 8 164 55,26 117,11 63,16 107,89
11.52 10.59
JUMLAH 12.004 1000 940 6
940 9
93,97 96,02 93,97 88,30

6. Ibu Hamil KEK Mendapat Makanan Tambahan


Program PMT dilaksanakan sebagai bentuk intervensi gizi dengan tujuan
untuk mempertahankan dan meningkatkan status gizi, khususnya pada kelompok
resiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil yang menderita KEK.
Ibu hamil merupakan kelompok yang rentan mengalami masalah
kesehatan diantaranya kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil banyak
terjadi di negara-negara  berkembang yang  meliputi kurang energi kronis (KEK) 
maupun kekurangan zat gizi mikro. Ibu hamil dengan KEK dapat berpengaruh
terhadap proses pertumbuhan janin serta dapat menyebabkan keguguran, bayi
berat lahir rendah (BBLR), kematian neonatal, anemia pada bayi dan asfiksia
intra partum. Bayi yang lahir dalam kondisi BBLR mempunyai risiko gangguan
pada pertumbuhan dan perkembangannya serta mengalami kekurangan gizi.
Masalah gizi dan kesehatan dapat ditanggulangi lebih efektif jika
dilaksanakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Salah satu upaya
penanggulangan masalah gizi yaitu dengan Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan (PMT-P) pada balita dan ibu hamil yang bermasalah gizi kurang,
buruk, kurus, Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Energi Kronis (KEK).
PMT-P yang diberikan bersumber dana dari ADD Desa, APBD I dan APBD II
yaitu dalam bentuk biskuit, bahan pangan lokal, formula, dsb. Makanan tambahan
yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
ibu dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat yang pada akhirnya
berdampak pada peningkatan gizi balita dan ibu hamil. Pemberian PMT-P pada
balita dan ibu hamil dilaksanakan oleh petugas gizi dan kader yang dilakukan
setiap saat selama Makanan Tambahan tersebut ada.

Tabel 2.8. Pencapaian Ibu Hamil KEK dapat PMT Per Puskesmas Tahun 2020
Jumlah Ibu Hamil KEK Ibu Hamil KEK dapat PMT
N
Puskesmas Ibu
o Kumulatif Kom. %
Hamil
1 Monta 1.117 114 103 90,35
2 Parado 206 71 59 83,10
3 Bolo 1.216 151 166 109,93
4 Madapangga 707 117 58 49,57
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 22

5 Woha 1.279 137 225 164,23


6 Belo 296 31 10 32,26
7 Ngali 300 23 15 65,22
8 Palibelo 707 136 5 3,68
9 Wawo 400 118 63 53,39
10 Langgudu 560 63 65 103,17
11 Langgudu Timur 172 42 39 92,86
12 Lambitu 119 49 30 61,22
13 Sape 1.435 308 120 38,96
14 Lambu 972 136 23 16,91
15 Wera 685 90 29 32,22
16 Pai 98 31 29 93,55
17 Ambalawi 408 65 36 55,38
18 Donggo 487 75 37 49,33
19 Soromandi 389 81 2 2,47
20 Sanggar 299 99 14 14,14
21 Tambora 152 19 58 305,26
Kabupaten 12.004 1956 1186 60,63

Dari data di atas juga bisa lihat ada beberapa puskesmas yang
cakupannya jauh di bawah target yaitu Puskesmas Palibelo 3,68 % dan
Puskesmas Soromandi 2,42 %. hal ini disebakan oleh sasaran Bumil KEK nya
sedikit.
Ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah khususnya dinas
Kesehatan kabupaten bima dalam menurunkan resiko pada ibu hamil KEK
adalah dengan terus melakukan pemberian makanan tambahan secara
langsung oleh Puskesmas dan Dinas kesehatan serta memberikan pemahaman
terkait pentingnya menjaga pola makan saat hamil. dari upaya yang telah
dilakukan bisa di lihat cakupannya bisa meningkat melebihi target yang di capai
yaitu tahun 2020 cakupan 60,63% dari target 50 %, walaupun melebihi target
bukan berarti upaya pemberian PMT Bumil tidak dii prioritaskan lagi justru untuk
menekankan angka bayi BBLR, Bumil Anemi, dan angka stunting adalah dengan
tetap memberikan PMT Bumil KEK, dan melaksanakan program Kelas Ibu hamil
KEK dengan sumber dana BOK, dana DAU dan dana Desa, dimana
pelaksanaannya selama 12 hari kerja dengan sasaran perkelasnya 15 orang
Bumil KEK

7. Balita Kurus Mendapat Makanan Tambahan


Dalam juknis Kemenkes RI 2017 tentang Pemberian makanan tambahan
dijelaskan bahwa Makanan Tambahan Balita adalah suplementasi gizi berupa
makanan tambahan dalam bentuk biskuit dengan formulasi khusus dan
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 23

difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang diberikan kepada bayi dan anak
balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus. Bagi bayi dan anak berumur 6-24
bulan, makanan tambahan ini digunakan bersama Makanan Pendamping Air
Susu ibu (MP-ASI).
Pemberian PMT ditujukan untuk mengatasi penyebab langsung terjadinya
gizi buruk. Sedangkan untuk jangka panjang, dibutuhkan suatu program berupa
kegiatan yang secara tidak langsung dapat mengatasi akar masalah dari
penyebab tersebut. Kegiatan tersebut meliputi usaha peningkatan pendapatan
keluarga, pemanfaatan pekarangan, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,
penyediaan sumber daya yang mendukung penyelanggaraan pelayanan
kesehatan dan gizi.
Program PMT dilaksanakan sebagai bentuk intervensi gizi dengan tujuan
untuk mempertahankan dan meningkatkan status 8 gizi, khususnya pada
kelompok resiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil yang menderita KEK
Tahun 2018, Kabupaten Bima menerima pengriman Makanan Tambahan
Balita Kurus dan Makanan Tambahan Ibu Hamil KEK yang berasal dari Buffer
Stock Dinas Kesehatan Propinsi NTB. Berikut diuraikan alokasi Makanan
Tambahan berdasarkan Puskesmas wilayah Kabupaten Bima Tahun 2020.

Tabel 2.9 Alokasi Makanan Tambahan Balita Kurus Berdasarkan Puskesmas


Tahun 2020
Jumlah
No. Puskesmas Balita Kurus Balita MT %
Kurus
dapat MT (Kg)
1. Sape
2. Lambu
3. Wawo
4. Langgudu
5. Woha
6. Monta
7. Parado
8. Belo
9. Palibelo
10. Donggo
11. Ambalawi
12. Wera
13. Sanggar
14. Tambora
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 24

15. Bolo
16. Madapangga
17. Pai
18. Ngali
19. Lambitu
20. Soromandi
21. Langgudu Timur
Kabupaten

Tabel diatas menjelaskan bahwa cakupan pemberian MT pada balita


Kurus adalah hanya mencapai 2%. Target pemberian MT pada Balita Kurus
adalah 100%.
Penanganan balita gizi kurang/Kurus di Kabupaten Bima selain diberikan
MT Biskuit juga ditangani melalui kegiatan Kelas Gizi yang sudah dilaksanakan
sejak tahun 2011. Sehingga bisa dipastikan semua balita gizi kurang (100%)
tetap mendapatkan penanganan karena balita gizi kurang yang tidak mendapat
MP-ASI ditangani melalui kegiatan Kelas Gizi tersebut.
Kelas Gizi merupakan suatu wadah untuk melakukan intervensi Program
Pendidikan dan Pelatihan Gizi (P3G). Pelaksanaan kelas gizi mengintegrasikan
pendidikan gizi berupa peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan gizi
dengan peningkatan keterampilan ibu melalui praktek pengolahan makanan
anak. Dengan demikian diharapkan setelah pelaksanaan kelas gizi berakhir, ibu
balita memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang gizi balita
sehingga bisa mengimplementasikan hal tersebut dalam mengasuh balita
dirumah masing-masing.
Berawal dari pendataan balita pada program PDBK (Penanggulangan
Daerah Bermasalah Kesehatan) pada akhir tahun 2011, ditemukan kasus balita
gizi kurang sebanyak 9.300 balita. Setelah dilakukan advokasi ke pihak eksekutif
dan legislatif, mulai tahun 2012 Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bima
mendapat dukungan dana melalui APBD II Kabupaten Bima dan Dana BOK
untuk penanganan balita gizi kurang melalui kelas gizi.
Sejak tahun 2013, jumlah kelas gizi yang dibuka terus bertambah. Pada
tahun 2013 kelas gizi yang dibuka melalui dana APBD II adalah sebanyak 267
kelas dengan jumlah balita yang diintervensi sebanyak 4.806 balita. Sedangkan
melalui dana BOK, jumlah kelas gizi yang dibuka adalah sebanyak 160 kelas
dengan jumlah balita yang ditangani sebanyak 2.198 balita, sehingga total balita
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 25

yang ditangani melalui kelas gizi selama tahun 2013 adalah sebanyak 7.004
balita.
Pada tahun 2014 jumlah kelas gizi yang dibuka melalui dana APBD II
Kabupaten Bima TA. 2014 adalah 300 kelas dengan jumlah balita yang ditangani
sebanyak 5.400 balita. Melalui dana BOK, jumlah kelas gizi yang dibuka adalah
sebanyak 60 kelas dengan jumlah balita yang ditangani sebanyak 900 balita
sehingga total balita yang ditangani melalui kelas gizi selama tahun 2014 adalah
sebanyak 6.300 balita.
Selama tahun 2017 hanya dibuka 93 kelas gizi dengan jumlah balita yang
ditangani sebanyak 1.116 balita. Jumlah tersebut belum termasuk pelaksanaann
kelas gizi yang difasilitasi oleh PNPM GSC yang dilaksanakan pada 10
Puskesmas. Untuk lebih jelasnya, berikut ditampilkan profil pelaksanaan kelas
gizi di masing-masing puskesmas wilayah Kabupaten Bima Tahun 2017.
Sementara itu pada tahun 2018 dibuka dari Dana Alokasi Khusus
sebanyak 85 kelas gizi dengan jumlah kelas gizi yang di tangani adalah
sebanyak 850 kelas. Jumlah tersebut belum termasuk dengan alokasi kelas gizi
dari anggaran Biaya Operasional Khusus dari masing-masing puskesmas.
Demikian juga selama tahun 2020, pelaksanaan kelas gizi balita tetap
dianggarkan melalui BOK Stunting dan BOK Puskesmas walaupun pola
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi pandemic covid-19 dimana Kelas
Gizi langsung berupa paket PMT. Berikut profil pelaksanaan Kelas Gizi/PMT
Balita tahun 2020 :

Tabel. 2.10 Profil Pelaksanaan Kelas Gizi/PMT BOK Puskesmas TA. 2020
Kelas Gizi Balita Kelas Gizi bumil KEK
No. Puskesmas Jml
Jml Kelas Jml Balita Jml Bumil
Kelas
1. Monta 16 240 11 110
2. Parado 10 100 1 10
3. Bolo 6 210 6 210
4. Madapangga 10 150 5 50
5. Woha 28 420 5 75
6. Belo 14 140 0 0
7. Ngali 7 84 4 40
8. Palibelo 20 300 3 30
9. Wawo 9 135 13 130
10. Langgudu 15 225 6 60
11. Langgudu Timur 4 60 10 120
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 26

12. Lambitu 6 90 4 40
13. Sape 17 255 16 240
14. Lambu 15 225 4 60
15. Wera 27 405 10 100
16. Pai 6 90 1 12
17. Ambalawi 8 96 0 0
18. Donggo 10 150 5 50
19. Soromandi 7 105 1 10
20. Sanggar 6 90 6 60
21 Tambora 6 72 0 0
Jumlah 247 3642 11 1407

Pelaksanaan kelas gizi diharapkan mampu meningkatkan berat badan


dan status gizi balita dari status gizi buruk/kurang menjadi status gizi baik
walaupun pelaksanaan kelas gizi hanya dibuka 12 hari. Peningkatan berat badan
balita bervariasi antara 100 – 500 gram/12 hari, demikian juga dengan
peningkatan status gizi balitanya.

8. Remaja Puteri Mendapat TTD


Berdasarkan laporan cakupan pemberian tablet tambah darah ( TTD )
pada remaja putri tahun 2020 ( Desember 2020 ), bisa dilihat bahwa cakupan
kabupaten adalah 27,87 % bila di bandingkan dengan target capaian 2020 yaitu
35%. Hal ini menunjukan bahwa cakupan masih belum mencapai target sehingga
masih perlu dan harus di evaluasi terkait cara pemberian dan sasaran riilnya,
walaupun secara umum kita ketahui bersama bahwa ada kendala terkait
pemberian tablet tambah darah ( TTD ) remaja pada bulan maret sampai juni
dengan regulasi Protokol covid-19 yang menyebakan sasaran remaja putri ( anak
sekolah ) diliburkan sehingga pemberian tablet tambah darah pada remaja tidak
maksimal dan mempengaruhi cakupan totall kabupaten. Berikut grafik
pencapaian distribusi TTD Remaja Putri Tahun 2020 :
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 27

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
ri ri et ril ei ni li s r r r r et
ua r ua ar Ap M Ju Ju stu be obe be be arg
n b M u em t m m T
Ja Pe Ag pt Ok pe se
Se No De

Grafik 2.5 Cakupan Remaja Putri dapat TTD Tahun 2020


Upaya yang telah dilakukalan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bima
selama tahun 2020 adalah dengan tetap intens berkoordinasi dengan Puskesmas
dan pihak sekolah untuk terus mensosialisasikan dan terlibat langsung dalam
pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja sehingga capaian / cakupan
tahun berikutnya ( tahun 2021 ) bisa mencapai target yaitu 45%.

9. Balita ditimbang naik berat badannya (N/D)


Perbandingan antara jumlah balita yang naik berat badannya (N) dengan
jumlah balita yang datang menimbang (D) digunakan sebagai Indikator
Keberhasilan Program. Semakin tinggi angka cakupan balita yang naik berat
badannya menunjukkan keberhasilan program kesehatan yang dilaksanakan oleh
suatu daerah. Tabel berikut menguraikan pencapaian N/D setiap Puskesmas.

Tabel 2.11 Pencapaian N/D Per Puskesmas Tahun 2018 – 2020

% Pencapaian N/D
No. Puskesmas 2018 2019 2020
N % N % N %
1. Monta 2.184 67,1 2.369 84,65
2. Parado 421 63,8 327 58,32
3. Bolo 1.891 65,5 1.262 45,38
4. Madapangga 1.263 67,9 1.436 75,29
5. Woha 2.536 81,5 2.503 85,12
6. Belo 467 71,1 605 73,74
7. Ngali 589 63 678 61,06
8. Palibelo 1.721 75 1.390 75,56
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 28

9. Wawo 1.045 80,5 1.089 78,20


10. Langgudu 1.079 70,7 771 72,68
11. Langgudu Timur 394 78,3 483 81,03
12. Lambitu 357 64,9 339 69,04
13. Sape 4.006 83,2 3.232 74,94
14. Lambu 1.878 71,2 1.887 72,50
15. Wera 1.206 66,1 1.405 74,39
16. Pai 421 80,4 352 77,04
17. Ambalawi 1.151 85,6 878 72,57
18. Donggo 1.315 81,8 1.453 92,48
19. Soromandi 793 60,7 1.020 77,54
20. Sanggar 763 65,8 692 62,41
21. Tambora 536 84,8 437 81,68
Kabupaten 26.014 73,5 24.608 73,90

Tabel diatas menjelaskan bahwa pencapaian N/D Kabupaten Bima selama


3 tahun terakhir hanya berkisar pada angka 73-79% dan antara 52-89% untuk
tingkat Puskesmas walaupun mampu memenuhi target minimal sebesar 75%.
Untuk pencapaian N/D setiap Puskesmas, hampir semua Puskesmas (13
Puskesmas) mengalami penurunan dan belum mampu memenuhi target
pencapaian N/D dan hanya 8 Puskesmas yang mengalami peningkatan..
Untuk meningkatkan cakupan N/D berbagai upaya sudah dilakukan seperti
pemberian PMT Penyuluhan disetiap posyandu (biasanya berupa bubur kacang
hijau dan telur), MP-ASI Pabrikan, dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan
masyarakat. Disamping itu, pelaksanaan kelas gizi selanjutnya diupayakan tidak
berhenti sampai 12 hari tetapi diteruskan sampai balita sasaran kelas gizi
tersebut meningkat status gizinya atau kenaikan berat badannya mencapai
kenaikan berat minimal (KBM). Dalam bentuk grafik, pencapaian indikator N/D
ditampilkan berikut :
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 29

PENCAPAIAN N/D TAHUN 2018-2020


74.4
74.3
74.2
74
73.9
73.8
73.6
73.4
73.2
73.2
73
72.8
72.6
2018 2019 2020

Grafik 2.4. Pencapaian Indikator N/D Tingkat Kabupaten Bima 2018-2020

10. Balita ditmbang berat badannya di Bawah Garis Merah (BGM/D)


Jumlah Balita Kurang Gizi yang dilihat dari indikator BGM/D Kabupaten
Bima terus mengalami penurunan sejak tahun 2016 dan 2017, namun pada tahun
2018 kembali mengalami peningkatan. Pada tahun 2016 BGM/D mencapai
2,48%, menurun pada tahun 2017 yang mencapai 2,06%, dan tahun 2018
menjadi 2.37%. Adapun rincian per Puskesmas disajikan dalam Tabel berikut :

Tabel 2.12. Perbandingan Cakupan Balita Bawah Garis Merah (BGM/D) Per
Puskesmas Tahun 2018-2020

% Pencapaian BGM/D
No. Puskesmas 2018 2019 2020
BGM % BGM % BGM %
1. Monta 41 1,25 19 0,68
2. Parado 20 3,02 8 1,49
3. Bolo 41 1,43 30 1,08
4. Madapangga 76 4,07 59 3,07
5. Woha 114 3,65 82 2,79
6. Belo 59 8,95 15 1,83
7. Ngali 23 2,45 26 2,37
8. Palibelo 34 1,48 27 1,47
9. Wawo 36 2,79 28 2,02
10. Langgudu 36 2,38 41 3,90
11. Langgudu Timur 12 2,37 16 2,63
12. Lambitu 26 4,63 15 2,99
13. Sape 91 1,88 55 1,28
14. Lambu 109 4,11 94 3,62
15. Wera 30 1,66 19 0,98
16. Pai 22 4,17 23 5,12
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 30

17. Ambalawi 31 2,28 26 2,16


18. Donggo 2 0,11 55 3,50
19. Soromandi 20 1,5 19 1,44
20. Sanggar 2 0,17 8 0,72
21. Tambora 17 2,74 10 1,90
Kabupaten 839 2.37 676 2,03

Tabel diatas menunjukkan bahwa peningkatan balita BGM terjadi pada


hampir semua Puskesmas. peningkatan persentase kasus BGM terjadi karena
kurangnya pengetahuan ibu terkait pemberian makan bayi dan anak yang seusai
dengan usia anaknya. Hal ini juga terjadi karena kader posyandu dan petugas
belum mampu memberikan edukasi yang optimal dan baik terhadap ibu. Selain
itu, pemantauan dan kunjungan rumah setelah dilakukan penyuluhan dan
edukasi sangat penting untuk memastikan bahwa ibu balita melaksanakan dan
mengaplikasikan hasil konseling yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan
dan kader posyandu. kasus BGM yang dijumpai di Posyandu maupun hasil
pekan penimbangan langsung ditangani melalui pelaksanaan kelas gizi yang
didukung dari DAU dan BOK.
Kegiatan Pekan penimbangan balita bertujuan untuk menjaring semua
sasaran penimbangan dan melibatkan semua sektor sehingga kasus-kasus
potensial yang selama ini enggan pergi ke posyandu telah dikerahkan karena
adanya instruksi dan komitmen semua pihak untuk menangulangi kasus Balita
Kurang Gizi di Kabupaten Bima. Dalam bentuk grafik, cakupan balita BGM
Kabupaten Bima sebagai berikut :
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 31

2.42.37

2.3
2.21
2.2

2.1
2.03
2

1.9

1.8
2018 2019 2020

Grafik 2.7. Pencapaian BGM/D Tingkat Kabupaten Bima Tahun 2018-2020

11. Ibu Hamil Anemia


Dari Laporan cakupan komulatif ibu hamil yang anemia diatas bisa
dilihat untuk cakupan sampai bulan Desember 2020 adalah 7,1% sedangkan
target cakupan tahun 2020 ( indikator kinerja dan target kegiatan pembinaan
gizi kabupaten Bima tahun 2016 – 2021 ) adalah 40%, dimana dari capaian ini
bisa menggambarkan bahwa upaya dInas Kesehatan Kabupaten Bima
menekan atau menurunkan angka Anemia pada Bumil KEK sudah ada
perubahan yang signifikan dimana dalam tiga tahun terakhir ada penurunan
angka bumil KEK di Kabupaten Bima. walaupun demikian masih ada di
beberapa puskesmas yang memiliki cakupan tinggi seperti: Puskesmas sanggar
28,4%, Puskesmas Pai 29,6%, Puskesmas Wawo 21,0%, dan Puskesmas
Madapanga 15,4%. meskipun di bawah target tapi tetap di upayakan untuk di
tekan sampai angka di bawah 10%.
Berikut tabel cakupan ibu hamil anemia tingkat Kabupaten Bima Tahun
2020 :
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 32

Tabel 2.13. Cakupan Ibu Hamil Anemia Tahun 2020


Jumlah Jumlah Ibu Hamil Anemia Cakupan Ibu Hamil Anemia ( % )
No Puskesmas
Ibu Hamil Bulan Ini Bulan lalu Kumulatif Bulan Ini Bulan lalu Kumulatif
1 Monta 1.117 0 4 65 0,00 0,4 5,8
2 Parado 206 0 0 2 0,00 0,0 1,0
3 Bolo 1.216 6 0 74 0,49 0,0 6,1
4 Madapangga 707 4 7 109 0,57 1,0 15,4
5 Woha 1.279 0 5 51 0,00 0,4 4,0
6 Belo 296 0 0 8 0,00 0,0 2,7
7 Ngali 300 0 0 3 0,00 0,0 1,0
8 Palibelo 707 4 6 65 0,57 0,8 9,2
9 Wawo 400 4 6 84 1,00 1,5 21,0
10 Langgudu 560 2 3 27 0,36 0,5 4,8
11 Langgudu Timur 172 0 0 7 0,00 0,0 4,1
12 Lambitu 119 0 0 9 0,00 0,0 7,6
13 Sape 1.435 6 3 58 0,42 0,2 4,0
14 Lambu 972 6 3 64 0,62 0,3 6,6
15 Wera 685 5 5 61 0,73 0,7 8,9
16 Pai 98 0 4 29 0,00 4,1 29,6
17 Ambalawi 408 1 1 10 0,25 0,2 2,5
18 Donggo 487 0 3 28 0,00 0,6 5,7
19 Soromandi 389 0 0 12 0,00 0,0 3,1
20 Sanggar 299 3 21 85 1,00 7,0 28,4
21 Tambora 152 0 0 2 0,00 0,0 1,3
Kabupaten 12004 41 71 853 0,34 0,6 7,1

12. Stunting pada Balita


Saat ini program penurunan stunting merupakan fokus utama pemerintah
Pusat sampai Daerah bahkan di tingkat Global. Stunting merupakan
permasalahan yang semakin banyak ditemukan dinegara berkembang,
termasuk Indonesia. Berdasarakan data tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten
Bima diketahui bahwa angka stunting di kabupaten bima mengalami penurunan
yaitu sebanyak 36,2% pada tahun 2017 menjadi 32,01% pada tahun 2018.
Keberhasilan ini dapat diraih dengan upaya bersama pemerintah daerah
kabupaten bima bersama dengan dinas kesehatan dan OPD terkait seperti
dinas social, catatan sipil, pihak kecamatfsan dan pihak desa
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 33

GRAFIK TREND STUNTING PUSKESMAS

43.92 51.66
EPPGBM Februari – Agustus 2020
53.80
37.77 43.71 45.70
35.02 40.00
28.04
23.54
30.85
33.91 38.92 39.67
19.20
21.77
15.5020.76 23.91 31.02 35.48
19.93 23.9325.62
21.6221.12
30.57
24.79 29.40
26.32
22.61
10.32
8.74 9.51 20.29 22.65
18.2719.58
23.91
9.98
6.26
5.66 5.24 11.02
TA DO LO A
ON RA BO NG OHA ELO ALI LO O U .
M PA A B NG BE W D .. U
DAP W LI A GU DU BIT APE BU RA AI I
A P A W
NG GU M S M E
A P AW GO DI R A
M A L W L G N GA R AB
LA NG L BA ON MA NG BO K
LA
AM D ORO SA TAM
S
Februari Agustus
Grafik 2.8. Trend Stunting di Kab. Bima Periode Pengukuran Februari dan Agustus 2020

Pelaksanaan kegiatan penanganan stunting di Kabupaten Bima dilakukan


secara lintas sektor melalui 8 Aksi Konvergensi Pencegahan dan Penanganan
Stunting Terintegrasi yang diketuai oleh Bappeda Kab. Bima. Pelaksanaan Aksi
Konvergensi didukung melalui dana BOK Stunting Kementerian Kesehatan RI.
Sejak Tahun 2019, Kabupaten Bima mendapat alokasi dana BOK Stunting
sebesar 750 Juta/tahun. Berikut grafik prevalensi Stunting di Kabupaten Bima
berdasarkan penimbangan periode Bulan Februari dan Agustus 2020 :
Tingginya angka stunting semata-mata bukan karena persoalan
ketidakmampuan masyarakat dalam memberikan makanan ataupun asupan gizi
yang baik bagi anak-anaknya. Tapi lebih karena persoalan perilaku masyarakat
yang kurang memperhatikan pola asupan gizi anak. Stunting disebabkan oleh
faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang
dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan
untuk dapat mengurangi prevalensi stunting adalah intervensi yang dilakukan
pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Intervensi anak
kerdil (Stunting) memerlukan konvergensi program/intervensi dan upaya sinergis
pemerintah serta dunia usaha/masyarakat.
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 34

Beberapa faktor determinan penyebab masalah gizi di Kabupaten Bima


berdasarkan hasil verifikasi lapangan data lonceng pada aplikasi ePPGBM,
antara lain :
1. Kepemilikan Kartu JKN/BPJS (47,3% memiliki kartu JKN/BPJS)
2. Akses Air Bersih tingkat Rumah Tangga (98,7% rumah tangga memiliki akses
terhadap air bersih)
3. Riwayat Balita menderita cacing (35,6% balita memiliki riwayat kecacingan)
4. Kepemilikan Jamban Sehat (96,3% rumah tangga memiliki jamban sehat)
5. Riwayat Immunisasi Dasar Lengkap ( 80,3% balita mendapat immunisasi
dasar lengkap)
6. Keluarga Merokok (93,2% keluarga memiliki perilaku merokok)
7. Riwayat KEK pada ibu hamil (28,9% ibu hamil memiliki riwayat KEK)
8. Riwayat Penyakit Penyerta (11,7% balita memiliki riwayat penyakit penyerta)

C. Kegiatan Dana Dekon Propinsi


Kegiatan penanggulangan masalah gizi di Kabupaten Bima selain
bersumber dari dana APBD II juga mendapat dukungan dari Dana APBD I
Propinsi NTB. Total dana yang bersumber dari APBD I Propinsi NTB Tahun
Anggaran 2020 adalah sebesar Rp. 109.303.000,- dan terealisasi sebesar Rp.
109.303.000,- (100%). Kegiatan penanggulangan masalah gizi di Kabupaten
Bima bersumber dana APBD I Propinsi NTB TA. 2020 adalah untuk peningkatan
kapasitas tenaga kesehatan dalam KOnseling PMBA dan GEN.

D. Penghargaan-Penghargaan
Sejak tahun 2014, program perbaikan gizi kabupaten bima secara tekhnis
program dan kolektif telah mendapat penghargaan ditingkat nasional maupun
propinsi.
1. Penghargaan Indonesia MDGs Award (tahun 2014).
Indonesia MDG Awards (IMA) adalah sebuah forum tahunan sebagai
apresiasi bagi para pelaku pembangunan berwawasan MDGs terbaik dari
seluruh nusantara, dilaksanakan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden
Republik Indonesia untuk MDGs (KUKPRI MDGs), diinisiasi oleh empat
kelompok berbeda, yaitu kabupaten/Kota, organisasi masyarakat, organisasi
pemuda dan akedemisi, serta sektor swasta. Masing-masing kelompok
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 35

tersebut fokus pada empat bidang berbeda pula, yaitu kesehatan Ibu dan
Anak, Nutrisi, pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit
menular Lainnya, Akses terhadap air Bersih dan sanitasi Dasar, serta
Pendidikan.

Perjalanan MDGs, telah memasuki tahun ke-13 dan dengan waktu yang
tersisa menjelang tahun 2015, upaya-upaya yang diarahkan untuk
mempercepat pencapaian target-target MDGs merupakan suatu keharusan
yang tidak bisa ditawar. Pada ajang IMA 2013, Pemerintah Kabupaten Bima
melalui Seksi Gizi Dinas Kesehatan mengusulkan Program Kelas Gizi Balita
Kurang Energi Protein untuk kategori Nutrisi.

Setelah melakukan verifikasi awal, Tim Juri IMA mengidentifikasi 63


program unggulan yang dilanjutkan dengan verifikasi langsung di lokasi.
Pada akhirnya para juri "Indonesia MDG Awards (IMA) 2013" mengumumkan
program terbaik. Untuk kelompok Kabupaten/Kota, program Kelas Gizi Balita
Kurang Energi Protein (KEP) yang diajukan Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Kabuapten Bima mendapat penghargaan sebagai Favorit Pertama Kategori
Nutrisi.

2. Penghargaan SPM Award (Tahun 2014)


Penghargaan SPM (Standar Pelayanan Minimal) tingkat Propinsi NTB
diselenggarakan oleh Biro Organisasi Setda Propinsi NTB bekerjasama
dengan AIPD NTB. Ajang tersebut sekaligus memperingati hari ulang tahun
Propinsi NTB Tahun 2014.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/PER/VI
/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828/MENKES
/SK/X/2009 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota, SPM Bidang Kesehatan terdiri dari 23 indikator
dan 2 indikator diantaranya merupakan indikator perbaikan gizi yaitu
pemberian MP-ASI bagi balita 6-23 bulan dari keluarga miskin dan balita gizi
buruk mendapat perawatan.
Pada ajang SPM Award tersebut, walaupun bukan khusus bidang gizi,
tetapi progres pencapaian program gizi yang merupakan bagian dari indikator
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 36

SPM yaitu prosentase pemberian MP-ASI mencapai 100% melalui program


kelas gizi dan penanganan gizi buruk yang juga mencapai 100% melalui
penguatan panti pemulihan gizi dan pelacakan kasus gizi buruk secara intensif
menjadi penilaian yang mampu meningkatkan prosentase pencapaian
indikator SPM. Pada akhirnya Tim penilai SPM Propinsi NTB mengukuhkan
Kabupaten Bima sebagai Juara Pertama SPM Bidang Kesehatan Tingkat
Propinsi NTB Tahun 2014.

3. Penghargaan MCAI Award (Tahun 2017)


Setelah 2 (dua) tahun pelaksanaan PKGBM, pada akhir Tahun 2017
MCAI memberikan penghargaan kepada Kabupaten Bima atas keberhasilan
menurunkan prevalensi stunting dari 36,8% pada tahun 2012 menjadi 24,8%
pada tahun 2016 (Hasil PSG NTB).
Penurunan angka prevalensi stunting merupakan upaya bersama antara
Pemerintah Kabupaten Bima melalui pengalokasian anggaran yang signifikan
untuk program perbaikan gizi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bima melalui
implementasi program perbaikan gizi (salah satunya pelaksanaan Kelas Gizi
Balita dan Kelas Gizi Ibu Hamil KEK) dan PKGBM memalui peningkatan
kapasitas petugas dalam mengkampanyekan PMBA sejak dini.

4. Penghargaan Kinerja Penanganan Stunting Provinsi NTB (Tahun 2020)


Aksi konvergensi merupakan suatu instrumen dalam bentuk kegiatan
yang digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi
dalam penurunan stunting.
Pelaksanaan intervensi gizi penurunan stunting terintegrasi
membutuhkan perubahan pendekatan pelaksanaan program dan perilaku
lintas sektor agar program dan kegiatan intervensi gizi dapat digunakan oleh
keluarga sasaran rumah tangga 1000 HPK.
Ada 8 aksi konvergensi pencegahan stunting, yaitu : 1) Identifikasi
sebaran masalah yang berhubungan dengan stunting ; 2) Menyusun rencana
kegiatan ; 3) Menyelenggarakan Rembuk Stunting ; 4) Kepastian hukum
intervensi gizi di Desa ; 5) Keberadaan dan kapasitas kader ; 6) Manajemen
pengelolaan data ; 7) Pengukuran tumbuh kembang anak dan publikasi
angka stunting daerah ; dan 8) Evaluasi kinerja pelaksanaan program. Untuk
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 37

tahun 2020, Kabupaten Bima dinilai pada pelaksanaan Aksi 1 – 8 Tahun 2019,
dan Aksi 1-4 Tahun 2020.
Pelaksanaan penilaian kinerja didasarkan pada kelengkapan isian data
pada format yang telah disediakan dan dilakukan secara terbuka oleh para
panelis yang ditentukan oleh Bappeda. Berdasarkan hasil penilaian kinerja
yang dilakukan oleh para panelis, ditentukan peringkat dan kategori
Kabupaten dan menempatkan Kabupaten Bima sebagai terbaik kesatu
Kabupaten yang melaksanakan aksi konvergensi pencegahan dan
penanganan stunting tingkat Provini NTB Tahun 2020. adapun rinciannya
sebagai berikut :
Peringkat Pertama : Kabupaten Bima
Peringkat Kedua : Kabupaten Lombok Timur
Peringkat Ketiga : Kabupaten Sumbawa
Kategori Terinovatif : Kabupaten Dompu
Kategori Tereplikatif : Kabupaten Lombok Timur
Kategori Terinspiratif : Kabupaten Sumbawa

5. Penghargaan Kinerja Penanganan Stunting Nasional (Tahun 2020)


Secara Nasional, Aksi pencegahan dan Penanganan Stunting
terintegrasi di Kabupaten Bima juga mendapatkan penghargaan sebagai 10
Kabupaten/Kota terbaik dalam Aksi Konvergensi yang dilaksanakan oleh
Kemendagri RI melalui Dirjen Bina Bangda dalam acara Workshop Penguatan
Kapasitas yang dirangkaikan dengan Pameran Pencapaian Kinerja
Penurunan Stunting Tahun 2020 di Denpasar Bali.

6. Penghargaan KIPP Kemenpan RB (Tahun 2020)


Berdasarkan Surat Deputi Bidang Pelayanan Publik Kemenpan-
Reformasi Birokrasi RI, Nomor : B/396/PP.00.05/2020 perihal Pemberitahuan
Penyerahan Penghargaan Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi
Penanganan Covid-19 dan Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Terbaik
Tahun 2020 (perubahan jadwal), tanggal 22 November 2020, Penghargaan
Top 45 diberikan untuk inovasi Gebrak Bimantika (Gerakan Bersama
Kabupaten Bima Anti Stunting, Kekurangan Gizi dan Anemia) yang diusulkan
oleh Pemerintah Kabupaten Bima melalui Seksi Gizi Dinas Kesehatan.
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 38

Kegiatan penerimaan penghargaan dilakukan dalam jumlah undangan


yang terbatas dengan melaksanakan protokol kesehatan terkait covid-19 yang
ketat.
Penerima penghargaan yang masuk ke dalam ruangan penyerahan
hanya 1 (satu) orang, yaitu Sekretaris Daerah dan 1 (satu) orang pendamping
(Inovator/Kasi Gizi) disediakan ruangan dibelakang ruangan penyerahan,
sedangkan peserta daerah selain itu berada di Ruang Tunggu diluar gedung.
Kegiatan penyerahan penghargaan dilaksanakan di Gedung Tribrata Jakarta
pada Hari Rabu, 25 November 2020, dimulai pada Jam 13.00 – 15.00 WIB, di
buka oleh Wakil Presiden RI, Bapak KH. Ma,ruf Amin.

E. Masalah dan Upaya pemecahan Masalah


Upaya penanggulangan masalah gizi di Kabupaten Bima tidak terlepas dari
permasalahan, baik dari sisi sumber daya manusia, penganggaran,
pelaksanaan/ implementasi program dilapangan maupun monitoring dan
evaluasi.
1. Sumber Daya Manusia (SDM) Gizi
Penyediaan SDM yang bermutu baik secara kuantitas maupun kualitas
merupakan suatu keharusan dalam rangka implementasi suatu program
dilapangan. Demikian halnya dengan keberadaan Tenaga Pelaksana Gizi
(TPG) Puskesmas merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya
penanggulangan masalah gizi.
Walaupun belum dilakukan perhitungan analisis kebutuhan tenaga, dari
sisi kuantitas sebenarnya TPG Puskesmas di Kabupaten Bima cukup banyak
yaitu mencapai 70 orang. Tetapi dari sisi kualitas belum optimal terutama bila
dilihat penyebaran TPG per Puskesmas, latar belakang pendidikan dan status
kepegawaiannya.
Dari sisi penyebaran, TPG berkisar antara 1-6 orang per Puskesmas.
Dari sisi latar belakang pendidikan, TPG Puskesmas berpendidikan D1-D4
Gizi, Perawat maupun Sarjana Kesehatan Masyarakat. Sedangkan dari sisi
status kepegawaian, dari 70 TPG Puskesmas, hanya 40 orang (57%) yang
berstatus PNS, 10 orang (14,3%) berstatus Honor Daerah dan 20 orang
(28,7%) sisanya bersatsus Sukarela.
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 39

Hal tersebut terjadi karena penempatan TPG yang tidak merata terutama
di Puskesmas kategori wilayah jauh, terpencil dan sangat terpencil.
Pengaturan penempatan SDM di Puskesmas seharusnya diberi kewenangan
kepada Dinas Kesehatan yang lebih memahami distribusi dan kebutuhan
tenaga kesehatan di Puskesmas walaupun tidak dipungkiri pula bahwa TPG
itu sendiri yang meminta ditempatkan didaerah/Puskesmas yang tidak jauh
dari domisilinya masing-masing.
Pada penempatan TPG Puskesmas selanjutnya diharapkan mengacu
pada perhitungan analisis kebutuhan tenaga yang dihitung berdasarkan luas
wilayah, jumlah penduduk/sasaran program, dan kondisi geografis wilayah
Puskesmas. Hal ini sudah dimulai dengan penerimaan CPNS yang memuat
formasi sekaligus dengan lokasi penempatan formasi tersebut dan
dilaksanakan dengan tegas dan penuh tanggungjawab.

2. Penganggaran
Komitmen Pemerintah Daerah dalam upaya penanggulangan masalah
gizi di Kabupaten Bima selama 3 tahun terakhir terus menurun. Pada DPA
Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Bima Tahun Anggaran 2020,
anggaran perbaikan gizi menurun menjadi Rp. 440.000.000,-. Dari anggaran
sebanyak itu tidak dibarengi dengan kemampuan dan kapasitas petugas
puskesmas dan kader desa yang memadai, sehingga kedepan diharapkan
dapat lebih besar alokasi anggaran untuk peningkatan kapasitas petugas
terutama kader desa yang baru diangkat.

3. Pelaksanaan/Implementasi Program
Ujung tombak implementasi program upaya penanggulangan masalah
gizi ada ditangan TPG Puskesmas sampai kader posyandu. Untuk itu program
penanggulangann masalah gizi perlu disosialisasikan secara intensif sampai
ke tingkat posyandu sehingga konsep dan tujuan dari program yang
dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan oleh pemerintah daerah, salah
satunya program penanggulangan balita gizi kurang melalui kegiatan Kelas
Gizi.
Laporan Tahunan Gizi Tahun 2020 40

Pelaksanaan kelas gizi yang menghabiskan anggaran milyaran rupiah


dalam implementasinya masih ditemukan perlakuan yang tidak sesuai dengan
petunjuk tekhnis. Hal ini menunjukkan bahwa tidak samanya pemahaman dan
implementasi di lapangan dengan konsep dasar program tersebut.

4. Monitoring Evaluasi
Monitoring dan evaluasi mutlak dilakukan untuk mengetahui sampai
sejauh mana suatu program mampu diterapkan dilapangan dan memberikan
dampak sesuai dengan tujuan program. Pada monitoring dan evaluasi
program perbaikan gizi dirasa masih kurang dalam hal frekuensi sebagai
akibat minimnya dana monitoring. Diharapkan pada penganggaran
selanjutnya, dana monitoring lebih ditingkatkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai