Anda di halaman 1dari 44

STRATEGI

KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
1 PENDAHULUAN

PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA 2
Stunting
adalah….

Kondisi gagal tumbuh akibat


kekurangan gizi kronis dan
stimulasi psikososial serta paparan
infeksi berulang terutama dalam
1.000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK) – biasa disebut pendek.

3
Dampak
Stunting….
Jangka Pendek: Jangka Panjang:
Saat ini, Indonesia
mengalami kerugian Hambatan Tingkat kecerdasan
pertumbuhan yang rendah
10,5% dari Produk
fisik
Domestik Bruto (PDB),
karena termasuk negara Meningkatkan
dengan stunting tingkat kerentanan Risiko PTM lebih
dua sejak tiga atau empat terhadap tinggi
penyakit
dekade lalu
(Gallasso & Wagstaff) Mengancam
perkembangan Tingkat produktivitas
kognitif yang rendah

4
Penyebab dan
Penanganan Stunting
Penyebab Stunting
• Penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi
dan penyakit infeksi berulang.

Penanganan Stunting
• Menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi:
• Faktor ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan)
• Lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak
(pengasuhan)
• Akses pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan)
• Kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi
• Intervensi gizi yang terpadu: spesifik dan sensitif

5
HASIL STUDI (1)
tidak tepatnya pemberian MPASI

kurang kebersihan lingkungan daya imun pada bayi rendah bayi gagal tumbuh

jika selamat dari “stunting berat” –, masalah gizi akan berimbas kehidupan selanjutnya.
Kemampuan belajar rendah, prestasi sekolah dan respon kepada lingkungan rendah.

PEDOMAN
STRATEGI
stunting adalah masalah intergenerasi - kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kehidupan
KOMUNIKASIsebelumnya.
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
TINGKAT INDIVIDUAL DAN ANTAR PRIBADI
(INTERPERSONAL) (2)
Stunting
berhubungan dg Hanya sebagian kecil ibu hamil, ibu baduta,
Petugas kesehatan sulit anggota RT, petugas kesehatan,
menjelaskan ke masyarakat keturunan dan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta
tentang stunting masih bisa dinas kesehatan, mengerti dampak
disembuhkan negatif dari ‘kerdil/stunting”.

Keluarga dengan
Kurangnya pengetahuan WUS tentang anak stunting
stunting karena kemauan mengakses merasa bingung Kurangnya pemanfaatan
informasi kesehatan ttg kehamilan, anak mereka fasyankes oleh masyarakat
masa nifas, ASI, MP ASI, dan Imunisasi karena jarak
yang komprehensif dianggap
PEDOMAN
STRATEGI
stunting
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
TINGKAT MASYARAKAT (3)
Food Habits yang keliru: Food Taboo : Ibu hamil
Kader belum paham betul
Kurangnya kader (kualitas kolosterum tidak dan anak-anak tidak
mengidentifikasi anak
dan kuantitas) diberikan, ASI tidak makan ikan karena takut
stunting.
Eksklusif kecacingan

RT memiliki jamban namun


Kurangnya pengetahuan masih banyak menyalurkan
Peran serta ayah yang langsung ke sumber air
opinion leader (tokoh BAB sembarangan (badan air) dan masih sedikit
kurang saat kehamilan
agama, tokoh masyarakat) melakukan pengurasan tanki
septiknya.

Masyarakat tidak
PEDOMAN
mempraktekkkan CTPS di
STRATEGI
KOMUNIKASI
5 waktu penting
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
TINGKAT INSTITUSI LAYANAN dan
MASYARAKAT(4)
Tidak berjalannya Kunjungan NAKES sangat
Kurang maksimalnya Pemberian Makanan
program penyuluhan terbatas, bahkan tidak
informasi yang diberikan Tambahan (PMT) tidak
kunjungan rumah karena sama sekali ke keluarga
NAKES kepada sasaran sampai ke target.
Kurangnya NAKES sasaran

Tablet Tambah Darah (TTD) kurang


optimal sampai sasaran. SDKI
2012, 30,9% perempuan
mengonsumsi suplemen zat besi Kurangnya pembinaan
PMT kurang variasi, Kurangnya kepemilikan
folat kurang dari 60 hari. Hampir Upaya Kesehatan
kurang memanfaatkan 23% dari wanita yang disurvei buku Kesehatan Ibu dan
Bersumberdaya
makanan lokal. melaporkan mereka tidak Anak (KIA).
mengonsumsi zat besi folat
Masyarakat (UKBM).
selama kehamilan terakhir
mereka.
PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
HASIL STUDI
Masih ada pemimpin daerah yang baru mendengar kata “stunting”
TINGKAT KEBIJAKAN dan tidak paham secara rinci penyebab dan bahaya stunting

(5)
Masih terbatasnya kebijakan yang terintegrasi tentang stunting

Pemerintah daerah belum memprioritaskan penyediaan jamban


sehat (septik tank)

Banyaknya DAMIU yang belum tersertifikasi

PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA
Kendala Pencegahan
Stunting di Indonesia
Keterbatasan
Kebijakan
kapasitas Ketersediaan,
yang
penyelenggar kualitas, dan
dirumuskan Penyelengga- Pengalokasian
a program pemanfaatan
dan program raan dan
advokasi, data untuk
yang intervensi gizi pemanfaatan
sosialisasi, menyusun
dilaksanakan spesifik & sumber daya
kampanye kebijakan
oleh berbagai sensitif masih dan sumber
stunting, serta
sektor belum belum dana belum
kegiatan pemantauan
memprioritas terpadu efektif dan
konseling, dan evaluasi
kan intervensi (konvergen) efisien
dan kurang
yang terbukti
keterlibatan optimal
efektif
masyarakat

11
Pentingnya Komunikasi Perubahan Perilaku
untuk Pencegahan Stunting di Indonesia

Perlu Strategi
Kendala permasalahan stunting di
Nasional
Indonesia cukup kompleks, terutama Komunikasi
belum terkait komunikasi perubahan
perilaku secara strategis Perubahan
Perilaku yang
terpadu

12
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran publik dan
mengubah perilaku kunci yang berpengaruh
pada faktor risiko stunting melalui strategi
komunikasi perubahan perilaku

13
Tujuan Khusus
Tujuan Indikator
1. Diterbitkannya regulasi/kebijakan di tingkat Sebanyak 514 kabupaten/kota menerbitkan
kabupaten/kota terkait KPP dalam regulasi/kebijakan terkait KPP dalam pencegahan stunting
pencegahan stunting pada tahun 2024
2. Terlaksananya peningkatan kapasitas Sebanyak 80% tenaga kesehatan di Puskesmas mendapat
komunikasi antar pribadi bagi tenaga pelatihan/orientasi komunikasi antar pribadi (utamanya
kesehatan (utamanya bidan, perawat, bidan, perawat, petugas gizi, petugas promosi kesehatan,
petugas gizi, petugas promosi kesehatan, petugas sanitasi) pada tahun 2024
petugas sanitasi) di Puskesmas
3. Terlaksananya peningkatan kapasitas Sebanyak 80% kader Posyandu mendapatkan orientasi
komunikasi antar pribadi bagi kader komunikasi antar pribadi pada tahun 2024
Posyandu
4. Terlaksananya komunikasi antar pribadi Sebanyak 80% tenaga kesehatan Puskemas melakukan
oleh tenaga kesehatan Puskesmas kepada komunikasi antar pribadi kepada kelompok sasaran pada
kelompok sasaran pada saat memberikan saat memberikan pelayanan kesehatan pada tahun 2024
pelayanan kesehatan terutama melalui platform program PIS-PK dan Posyandu
5. Terlaksananya kampanye terkait stunting Sebanyak 514 kabupaten/kota melakukan kampanye
pencegahan stunting sesuai strategi KPP pencegahan
stunting pada tahun 2024
14
Tujuan Khusus (lanjutan)
Tujuan Indikator
6. Terjadinya 1. Sebanyak 100% ibu hamil yang mendapatkan tablet tambah darah dan mengonsumsi sesuai standar di lokus
peningkatan prioritas
perubahan 2. Sebanyak 60% ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil di lokus prioritas
perilaku dalam 3. Sebanyak 75% rumah tangga yang telah mempunyai akses pada jamban sehat di lokus prioritas, menggunakan
upaya fasilitas ini
pencegahan 4. Sebanyak 75% bayi usia 0-6 bulan di lokus prioritas mendapat ASI Eksklusif
stunting pada 5. Sebanyak 100% rumah tangga yang memiliki baduta di daerah lokus prioritas mendapat konseling MPASI
semua kelompok 6. Sebanyak 80% bayi usia 6-24 bulan di lokus prioritas mendapat MPASI dan makanan local
sasaran 7. Sebanyak 100% baduta di daerah lokus prioritas terpantau status gizi dan perkembangannya dan lingkar kepala
3 bulan sekali
8. Sebanyak 100% balita usia 24-59 bulan terpantau pertumbuhannya 8 kali dan perkembangannya 2 kali setahun
9. Sebanyak 80% balita di lokus prioritas mendapatkan pengukuran panjang badan dan tinggi badan sedikitnya
dua kali per tahun
10. Sebanyak 80% balita di lokus prioritas mendapat pemantauan perkembangan per tahun
11. Sebanyak 80% remaja putri mengonsumsi tablet tambah darah di lokasi sasaran program pemberian tablet
tambah darah
12. Sebanyak 50% rumah tangga di lokus prioritas mendapatkan akses air minum layak
13. Sebanyak 95% bayi di lokus prioritas mendapat Imunisasi Dasar Lengkap
14. Sebayak 95% baduta (1-24 bulan) di lokus prioritas mendapat imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dan Campak/MR
15. Sebanyak 100% ibu hamil KEK di lokus prioritas mengonsumsi makanan tambahan ibu hamil per tahun
16. Sebanyak 100% anak usia 1-4 tahun di daerah endemis kecacingan mengonsumsi obat cacing sesuai standar
17. Sebanyak 100% anak usia 0-59 bulan di lokus prioritas mengonsumsi vitamin A per tahun sesuai standar
15
Landasan Strategi Nasional Komunikasi
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting
Pilar Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting

16
Strategi Pencapaian
Tujuan Pilar 2

1. Kampanye 2. Komunikasi 3. Advokasi 4.


perubahan antar pribadi berkelanjutan Pengembangan
perilaku bagi sesuai konteks kepada kapasitas
masyarakat sasaran pengambil pengelola
umum keputusan program

17
KOMUNIKASI

2 PERUBAHAN
PERILAKU

PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA 18
Kerangka Teori Komunikasi Perubahan Perilaku

19
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING

Hasil Kesehatan yang


Kondisi Dasar Bidang Komunikasi Hasil Awal Hasil dalam Perilaku
Berkelanjutan

1 “Kebijakan” (Nasional, Kabupaten/ Kota, Desa)

 Terbentuk kemitraan
1. Konteks  Implementasi kebijakan multi – sektoral
& regulasi stunting di
• Beban Penyakit  Advokasi Kebijakan tingkat nasional,
 Perbaikan persepsi
• Sosial Pemimpin Provinsi, publik mengenai Penurunan jumlah anak
kabupaten/ kota, desa. stunting
• Budaya Kabupaten/Kota, yang mengalami stunting
 Alokasi sumber daya  Munculnya pemimpin
• Ekonomi Desa manusia & keuangan
di Kabupaten/
yang memiliki
• Komunikasi  Membangun Koalisi  Strategi Komunikasi komitmen tinggi &
Kota prioritas Nasional
• Teknologi Stunting di tingkat Perubahan Perilaku menjadi penggerak
• Politik
Kabupaten/Kota, Nasional untuk  Partisipasi pemangku
• Hukum
Desa Percepatan kepentingan dalam
2. Sumber Daya  Keterlibatan Pencegahan Stunting forum dan kegiatan
• Sumber Daya organisasi masyarakat  Strategi komunikasi pencegahan stunting Sumber:
Manusia dan dan keagamaan perubahan perilaku  Dukungan media Adaptasi dari Kerangka
Keuangan  Membangun dan kabupaten termasuk terhadap pencegahan Berpikir (logical
• Rencana memelihara komunikasi antar stunting framework) Center For
Strategis/Prioritas pribadi
Kesehatan koordinasi antar lintas  Terbentuknya pokja- Communication
sektor  Pendekatan yang pokja / unit khusus Program, John Hopknis
• Program
disesuai konteks lokal (2018), sesuai konteks
Pengembangan  Advokasi Media yang digerakkan oleh
dalam implementasi
Komunikasi Perubahan
Lainnya program pencegahan
masyarakat Perilaku di Indonesia
• Kebijakan stunting
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING

Hasil Kesehatan yang


Kondisi Dasar Bidang Komunikasi Hasil Awal Hasil dalam Perilaku
Berkelanjutan

2 “Organisasi dan Masyarakat”

1. Konteks  Partisipasi masyarakat


 Peningkatan dalam kegiatan-
• Beban Penyakit  Penguatan pengetahuan institusi kegiatan pencegahan Penurunan jumlah
• Sosial keterampilan berbasis masyarakat stunting anak yang mengalami
• Budaya komunikasi  Peningkatan  Peningkatan kualitas stunting
• Ekonomi perubahan perilaku pengetahuan dan
petugas kesehatan, layanan komunikasi di Kabupaten/
• Komunikasi keterampilan petugas
kader kesehatan dan antar pribadi layanan
• Teknologi kesehatan, kader Kota prioritas
kader masyarakat kesehatan terhadap
• Politik kesehatan dan kader Nasional
 Peningkatan kelompok sasaran
• Hukum masyarakat
pengetahuan  Kelompok masyarakat
2. Sumber Daya pencegahan stunting  Ketersediaan materi yang aktif
baik masyarakat komunikasi untuk menyebarluaskan
• Sumber Daya setiap tatanan
Manusia dan melalui media yang informasi tentang Sumber:
sudah ada atau yang masyarakat stunting Adaptasi dari Kerangka
Keuangan
baru  Perbaikan konseling  Peningkatan cakupan Berpikir (logical
• Rencana
 Keterlibatan (komunikasi antar kunjungan rumah framework) Center For
Strategis/Prioritas
Kesehatan Puskesmas dan pribadi) untuk semua dalam implementasi Communication
• Program Posyandu kelompok sasaran program pencegahan Program, John
Pengembangan  Pemberdayaan  Pendampingan petugas stunting Hopkins(2018), sesuai
Lainnya kelompok masyarakat Puskesmas dalam  Peningkatan kualitas konteks Komunikasi
pelaksanaan Posyandu Perubahan Perilaku di
• Kebijakan layanan Posyandu
Indonesia
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING

Hasil Kesehatan yang


Kondisi Dasar Bidang Komunikasi Hasil Awal Hasil dalam Perilaku
Berkelanjutan

3 “Antar Pribadi dan Individu”

1. Konteks Peningkatan kunjungan


• Beban Penyakit ibu hamil dan baduta ke
• Sosial Posyandu dan bidan
• Budaya  Pemanfaatan Peningkatan IMD dan ASI Penurunan jumlah anak
 Partisipasi masyarakat
• Ekonomi teknologi untuk Eksklusif yang mengalami stunting
 Penerapan perilaku
• Komunikasi penyebaran Perbaikan praktik di Kabupaten/
hidup bersih dan sehat
• Teknologi informasi. pemberian makanan Kota prioritas Nasional
 Peningkatan kesadaran
• Politik  Penggerakan untuk balita dan perbaikan
masyarakat terkait pola makan ibu hamil.
• Hukum
masyarakat untuk isu
stunting Peningkatan penerapan
stunting
 Komunikasi antar  Penggunaan teknologi perilaku hidup bersih &
2. Sumber Daya
pribadi seperti aplikasi untuk sehat
• Sumber Daya
 Peningkatan penyebaran informasi Ibu hamil melakukan Sumber:
Manusia dan terkait stunting setidaknya 4 kunjungan
Keuangan
pengetahuan melalui Adaptasi dari Kerangka
media-media yang  Tersebarnya informasi selama masa kehamilan Berpikir (logical
• Rencana
tersedia terkait stunting melalui Menurunnya jumlah WUS, framework) Center For
Strategis/Prioritas remaja dan ibu hamil yang
 Pemanfaatan kelompok-kelompok Communication
Kesehatan mengalami anemia
kelompok masyarakat yang ada di masyarakat Program John
• Program Norma masyarakat Hopkins(2018), sesuai
Pengembangan mengenai stunting konteks Komunikasi
Lainnya terbentuk Perubahan Perilaku di
• Kebijakan Indonesia
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING

Hasil Kesehatan yang


Kondisi Dasar Bidang Komunikasi Hasil Awal Hasil dalam Perilaku
Berkelanjutan

4 ”Kampanye Nasional”

1. Konteks
• Beban Penyakit
• Sosial Penurunan jumlah anak
• Budaya yang mengalami stunting
• Ekonomi di Kabupaten/
• Komunikasi  Terciptanya Kota prioritas Nasional
• Teknologi  Mengingat dan kepedulian
• Politik  Kampanye paham pesan pemerintah, sektor
• Hukum menggunakan media kampanye swasta, masyarakat
2. Sumber Daya massa/ media sosial  Kesadaran seluruh sebagai lingkungan
• Sumber Daya
 Pelibatan masyarakat masyarakat untuk pendukung program
Manusia dan untuk kampanye lokal melakukan upaya Sumber:
pencegahan stunting pencegahan stunting Adaptasi dari Kerangka
Keuangan
• Rencana
di masyarakat Berpikir (logical
Strategis/Prioritas framework) Center For
Kesehatan Communication
• Program Program John
Pengembangan
Hopkins(2018), sesuai
Lainnya
• Kebijakan
konteks Komunikasi
Perubahan Perilaku di
Indonesia
STRATEGI

3 KOMUNIKASI
PERUBAHAN
PERILAKU
PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA 24
Sasaran Komunikasi
TERSIER
Penentu
Kebijakan SEKUNDER

Sasaran Pelaksana
yang mempunyai potensi
PRIMER

Individu dan keluarga


Sasaran utama
Pesan Kunci – Kelompok Primer
Rumah tangga dengan anggota keluarga yang
Tenaga Kesehatan (Bidan, Sanitarian, Tenaga Gizi,
berada pada periode 1.000 HPK: Ibu hamil, Ibu
Dokter, Perawat) dan Kader
menyusui, Ibu dengan anak usia 0-23 bulan

Pesan Kunci : Cegah stunting itu penting

Pesan Pendukung Pesan Pendukung

• Manfaatkan pelayanan kesehatan • Stunting adalah permasalahan kesehatan yang


• Perbaiki pola makan, pola asuh, dan kebersihan diri dapat dicegah melalui intervensi gizi spesifik dan
serta lingkungan sensitif
• Anak stunting berisiko memiliki kecerdasan rendah, • Pencegahan stunting dilakukan oleh penyedia
sehingga berpotensi mengancam kesejahteraan layanan kesehatan yang terampil
mereka di masa depan • Melakukan konseling antar pribadi melalui
kunjungan rumah, di posyandu, dan di institusi
layanan kesehatan penting untuk perubahan
perilaku pencegahan stunting
26
Pesan Kunci – Kelompok Sekunder
Wanita usia subur, Remaja, Lingkungan pengasuh Kelompok Masyarakat Madani
anak terdekat (kakek, nenek, ayah, dan lainnya), (Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Akademisi,
Pemuka masyarakat, Pemuka agama, Jejaring sosial Pemuka Adat, Pemimpin Informal, Pemimpin Opini)
(PKK, group pengajian, dll)

Pesan Kunci : Cegah stunting itu penting

Pesan Pendukung Pesan Pendukung

• Cegah stunting itu penting dimulai dari remaja dan • Stunting saat ini menjadi salah satu prioritas
calon ibu, dengan dukungan suami dan keluarga. kesehatan nasional
• Remaja yang menikah dan hamil sebelum 20 tahun • Penguatan kesadaran publik penting untuk
berisiko melahirkan anak stunting membantu mencegah stunting
• Remaja atau wanita usia subur yang anemia dan • Fokus pada 1.000 hari pertama kehidupan agar
kurang gizi berisiko melahirkan anak stunting tumbuh kembang anak optimal
• Suami atau calon ayah, serta anggota keluarga • Stunting menimbulkan dampak jangka panjang dan
lainnya dihimbau untuk sejak dini terlibat dalam mengancam kualitas generasi bangsa
pemeliharaan kesehatan keluarga
27
Pesan Kunci – Kelompok Tersier
Pembuat Kebijakan Tingkat Pembuat Kebijakan Tingkat Daerah (Provinsi,
Kementerian/Lembaga (Pemerintah Pusat) Kabupaten, Kota)

Pesan Kunci : Cegah stunting itu penting

Pesan Pendukung Pesan Pendukung


• Stunting adalah prioritas masalah nasional yang bisa • Stunting adalah permasalahan prioritas di daerah, yang
dituntaskan melalui komitmen para pemimpin, dan bisa dituntaskan melalui komitmen pemimpin daerah, dan
kolaborasi lintas kementerian/lembaga kerja sama antar Organisasi Perangkat Daerah
• Para pembuat kebijakan dan pemimpin lintas sektor perlu • Para pembuat kebijakan dan pemimpin daerah perlu
memastikan kebijakan yang telah ada agar memastikan implementasi kebijakan yang telah ada
diimplementasikan dan disesuaikan seiring perkembangan • Segera tindak lanjuti penguatan berbagai program dan
situasi sosial terus menyesuaikan kebijakannya seiring dengan
• Pemerintah pusat perlu berkoordinasi erat dengan perkembangan situasi sosial, agar dapat mencapai tujuan
pemerintah daerah agar dapat mencapai tujuan pengurangan angka stunting
pengurangan angka stunting • Gunakan pendekatan komunikasi perubahan perilaku yang
• Dorong terwujudnya konvergensi program lintas sektor disesuaikan dengan demografi sosial, segmen ekonomi,
untuk menanggulangi stunting secara bersama-sama adat dan budaya masyarakat setempat. 28
Pesan Kunci – Kelompok Tersier
(lanjutan)
Pembuat Kebijakan Tingkat Desa/Kelurahan

Pesan Kunci : Cegah stunting itu penting

Pesan Pendukung • Stunting adalah permasalahan mendesak yang


terjadi di tengah masyarakat dan dapat dicegah
melalui komitmen pemimpin desa, dan kerja sama
antar warga masyarakat
• Para pembuat kebijakan dan pemimpin desa perlu
memastikan implementasi kebijakan yang telah
ada
• Segera tindak lanjuti penguatan berbagai program
dengan menggunakan dana desa
• Memastikan program pencegahan stunting
diterima oleh sasaran 1000 HPK

29
Mengembangkan Pendekatan Komunikasi

Empat pilihan pendekatan komunikasi yang dapat dipakai untuk mendorong


perubahan perilaku, yaitu:

Advokasi Kampanye Mobilisasi Komunikasi


kebijakan publik sosial antar pribadi

30
Mengelola Saluran Komunikasi

Terdapat dua kelompok saluran komunikasi:


1. Pertemuan tatap muka
2. Menggunakan medium perantara yang terbagi menjadi tiga pilihan

Media Berbayar Media yang Dimiliki Sendiri


Earned Media
(Paid Media) (Owned Media)

• adalah informasi yang • saluran informasi yang • informasi yang dipublikasikan


disebarluaskan dengan cara dikelola oleh aset milik dari cara-cara kehumasan
membayar slot dari media institusi tertentu (public relations)
terpilih • misalnya: situs institusi, • misalnya: peliputan dari
• misalnya : advertorial di media sosial tokoh-tokoh sebuah kegiatan bersama
media cetak (koran, majalah), berpengaruh, pembuatan media, wawancara tokoh
iklan di media broadcast video yang diunggah di tertentu, penulisan di kolom
(televisi, radio), iklan di media youtube, dan sebagainya opini, kunjungan ke kantor
digital (online dan media redaksi media, dan
sosial) sebagainya

31
4 RENCANA
AKSI

PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA 32
Perencanaan
Tingkat Nasional
• Memperkuat koordinasi antar 23 kementerian/lembaga saat ini berada di bawah koordinasi Kantor Sekretariat
Wakil Presiden Republik Indonesia
• Memperkuat implementasi komunikasi perubahan perilaku percepatan pencegahan stunting melalui Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (Germas)
• Berikut adalah beberapa contoh penguatan implementasi melalui program Germas
No Kementerian/ Kegiatan Utama Penguatan Kegiatan Utama
Lembaga
Kementerian Dalam Mengkoordinasikan dan Mengkoordinasi dan memfasilitasi Pemda
Negeri memfasilitasi Pemda dalam (kabupaten/kota) dalam pembuatan regulasi terkait
1
pelaksanaan kegiatan Germas komunikasi perubahan perilaku melalui komunikasi
antarpribadi untuk percepatan pencegahan stunting
Kementerian • Meningkatkan dan memperluas • Memasukkan materi pencegahan stunting dalam
Kelautan & Gerakan Memasyarakatkan Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan)
Perikanan Makan Ikan (Gemarikan) pada pada masyarakat
2 masyarakat • Memastikan akses dan ketersediaan produk perikanan
• Mengawasi mutu dan keamanan untuk masyarakat
hasil perikanan • Memperkuat pengawasan terhadap mutu dan
keamanan hasil perikanan
33
Pelaksanaan di
Tingkat Nasional
• Unsur utama pelaksanaan adalah pembagian peran dan tanggung jawab melaksanakan Pilar 2, yaitu
Kampanye Nasional dan Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Stunting
• Di tingkat nasional, terdapat 2 kementerian kunci yang bertanggung jawab sebagai pelaksana, yaitu:

Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan Kementerian
Kementerian Komunikasi dan
Komunikasi & Informatika
Informatika

Pemimpin & pelaksana utama Komunikasi Pemimpin & pelaksana utama Kampanye Nasional
Perubahan Perilaku Percepatan Pencegahan Percepatan Pencegahan Stunting
Stunting
1. Menyediakan beragam saluran komunikasi
1. Koordinasi di lingkup Kemenkes massa
2. Koordinasi lintas K/L 2. Menyediakan sumber daya untuk pelaksanaan
3. Koordinasi tingkat daerah kampanye nasional
4. Dukungan pelaksanaan di daerah 3. Berkoordinasi dengan Kemkes untuk
5. Implementasi strategi komunikasi mendapatkan materi edukasi terkait stunting

34
Pelaksanaan di Tingkat Nasional (Pilar 2)

Kementerian Komunikasi &


Kementerian Kesehatan Informatika
Pemimpin & Pelaksana Komunikasi Pemimpin & Pelaksana Kampanye
Perubahan Perilaku Nasional Stunting

Kementerian Koordinator Bidang


Kementerian Kementerian Kementerian Pemberdayaan Kementerian Pendidikan & Kementerian Kementerian
Pembangunan Manusia &
Dalam Negeri Keuangan Perempuan & Perlindungan Anak Kebudayaan Agama Koperasi & UKM
Kebudayaan

Kementerian Desa, Pembangunan Kementerian Kelautan Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Kementerian Kementerian Kementerian Sosial
Daerah Tertinggal & Transmigrasi & Perikanan & Perumahan Rakyat Pertanian Bappenas Perdagangan

Kementerian
Kementerian
Riset,, Teknologi & BKKBN BPOM BPS Sekretaris Kabinet Sekretariat Wakil35Presiden
Perindustrian
Pendidikan Tinggi
Perencanaan
di Tingkat Daerah
1. Melakukan analisis dan memahami situasi stunting yang 2. Menyusun rencana kegiatan/program komunikasi
terjadi di masyarakat (kondisi stunting di daerah, akar perubahan perilaku (disesuaikan dengan tujuan
permasalahan, faktor penyebab, faktor risiko). Analisis khusus, alat dan saluran komunikasi, platform yang
kemudian dilanjutkan dengan: tersedia, indikator capaian dari masing-masing
• Identifikasi perilaku prioritas yang akan diangkat kegiatan)
• Menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus 3. Menyusun pembagian peran dan tanggung jawab
berdasarkan prioritas para pemangku kepentingan terkait untuk mencapai
• Identifikasi kelompok sasaran primer, sekunder, dan tujuan yang ditetapkan
tersier 4. Menyusun rencana pemantauan dan evaluasi
• Menyusun pesan kunci komunikasi perubahan dengan mengacu pada strategi komunikasi
perilaku untuk kelompok sasaran yang dituju, sesuai perubahan perilaku nasional
konteks lokal 5. Menerbitkan regulasi lokal terkait implementasi
• Mengembangkan materi komunikasi perubahan komunikasi perubahan perilaku yang mencantumkan
perilaku disesuaikan dengan konteks lokal strategi komunikasi perubahan perilaku sesuai
• Menganalisis saluran dan aset komunikasi serta dengan konteks lokal
sumber daya yang dimiliki

36
Pelaksanaan
di Tingkat Daerah
Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten/Kota
1. Sosialisasi kebijakan prioritas pembabagunan nasional terkait stunting 1. Merumuskan dan menghasilkan kebijakan daerah yang mendukung
2. Merumuskan implementasi kabupaten/kota dalam percepatan stunting, menggunakan Komunikasi Perubahan Perilaku
pencegahan stunting 2. Sosialisasi kebijakan terkait
3. Memfasilitasi implemetasi kabupaten/kota dalam percepatan 3. Meningkatkan peran camat dalam koordinasi perencanaan dan
pencegahan stunting dengan cara: pelaksanaan
• Mendorong komimen bupati/walikota 4. Meningkatkan kapasitas OPD untuk menyelenggarakan pelatihan
• Memberi bimbingan teknis dan pelatihan untuk memperkuat 5. Membangun sistem manajemen data
kapasitas daerah 6. Meningkatkan koordinasi K/L, provinsi, desa
• Mendorong kabupaten/kota menyiapkan sistem manajemen 7. Memastikan hasil rembuk stunting masuk dalam RKPD
data 8. Menyelenggarakan rembuk stunting setiap 6 bulan
• Memastikan intervensi gizi spesifik dan sensitif terlaksana 9. Mengalokasikan dana bantuan khusus bagi desa-desa kurang mampu
dengan baik 10. Memastikan APBD Desa sudah sesuai dengan kebijakan
• Mengalokasikan belanja bantuan khusus untuk daerah yang Bupati/Walikota terkait stunting
kurang mampu dari aspek pendanaan 11. Optimalisasi pemanfaatan APBD dan AK untuk layanan intervensi gizi
4. Memperkuat koordinasi antar lintas sektor dengan cara: spsifik dan sensitif
• Memastikan hasil rembuk stunting diakomodir dalam RKPD 12. Memastikan dana bantuan dari pihak lainnya terorganisir dengan baik
• Meningkatkan koordinasi antar OPD prvinsi dan OP
kabupaten/kota
5. Bersama pusat melakukan pemantauan dan evaluasi, termasuk
bimbingan teknis 37
Pelaksanaan
di Tingkat Daerah
Puskesmas Pemerintah Desa Posyandu & PAUD
1. Memastikan tenaga kesehatan memberi 1. Sosialisasi kebijakan terkait stunting, dengan 1. Penyuluhan status gizi
pelayanan kesehatan (intervensi gizi spesifik) menggunakan Komunikasi Perubahan 2. Melakukan penyuluhan, pemantauan
2. Melakukan pendataan terkait gizi Perilaku pertumbuhan, dan plotting buku KIA
3. Mendorong dan memastikan semua balita 2. Memastikan dalam rencana aksi daerah 3. Mobilisasi kader untuk melakukan
yang dipantau terekam datanya dan yang ada menggunakan komunikasi
komunikasi antar pribadi
ditindaklanjuti perubahan perilaku
4. Melakukan rujukan secara tepat pada
4. Melakukan analisis masalah gizi pada balita 3. Bersama Puskesmas, memastikan
kelengkapan dan pemutahiran data
kasus gangguan pertumbuhan
5. Meningkatkan kapasitas tenaga puskesmas
(tenaga gizi, perawat, bidan pembina 4. Melakukan rembuk stunting desa 5. Melakukan kunjungan rumah
posyandu) 5. Meningkatkan kapasitas Kader
6. Meningkatkan kapasitas kader secara berkala Pembangunan Desa (KPM), kader posyandu,
7. Advokasi kepada camat dan lurah agar dan pelaku desa lainnya
membantu sosialisasi intervensi gizi spesifik 6. Meningkatkan pelayanan posyandu
dan sensitif 7. Meningkatkan penyelenggaraan PAUD, Bina
8. Mobilisasi tenaga kesehatan untuk Keluarga Balita (BKB), dan kegiatan
melakukan kampanye dan komunikasi antar kelompok lainnya
pribadi 8. Penyuluhan pola hidup sehat dalam upaya
9. Memanfaatkan program PIS-PK dan pencegahan stunting
kunjungan rumah untuk melakukan 9. Evaluasi, mengukur capaian, dan
komunikasi antar pribadi melaporkan hasil kepada bupati/walikota 38
Matriks Rencana Aksi Komunikasi Perubahan Perilaku
Pendekatan Saluran
Kelompok Sasaran Bentuk Kegiatan Materi Komunikasi Indikator Capaian
Komunikasi Komunikasi
1. Tingkat Nasional: Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari
23 saluran komunikasi bentuk kegiatan yang disain materi pendekatan advokasi kebijakan yang
Kementerian/Le yang digunakan – akan dilaksanakan komunikasi yang langsung didapatkan dari pelaksanaan
mbaga dalam kegiatan untuk advokasi digunakan untuk sebuah kegiatan/program. Indikator
Advokasi
2. Tingkat daerah: advokasi kebijakan kebijakan advokasi kebijakan harus dapat diukur
Kebijakan
Pemerintah
provinsi,
kabupaten/kota

1. Kelompok Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari
Primer saluran komunikasi bentuk kegiatan yang disain materi pendekatan kampanye publik yang
2. Kelompok yang digunakan – akan dilaksanakan komunikasi yang langsung didapatkan dari pelaksanaan
Kampanye dalam kegiatan untuk kampanye publik digunakan untuk sebuah kegiatan/program. Indikator
Publik Sekunder
3. Kelompok kampanye publik kampanye publik harus dapat diukur
Tersier

Mobilisasi 1. Kelompok Mengacu kepada Mengacu pada bentuk- Mengacu kepada Tuliskan indikator capaian dari
Sosial dan Primer saluran komunikasi bentuk kegiatan yang disain materi pendekatan mobilisasi sosial dan
Komunikasi 2. Kelompok yang digunakan – akan dilaksanakan komunikasi yang komunikasi perubahan sosial yang
Perubahan Sekunder dalam kegiatan untuk mobilisasi sosial digunakan untuk langsung didapatkan dari pelaksanaan
Sosial 3. Kelompok mobilisasi sosial dan komunikasi mobilisasi sosial sebuah kegiatan/program. Indikator
(melalui Tersier dan komunikasi perubahan sosial dan komunikasi harus dapat diukur
Komunikasi perubahan sosial perubahan sosial
39
Antar
5 PEMANTUAN &
EVALUASI

PEDOMAN
STRATEGI
KOMUNIKASI
PERUBAHAN PERILAKU DALAM
PERCEPATAN PENCEGAHAN
STUNTING DI INDONESIA 40
Fokus Pemantauan &
Evaluasi
Pemantauan & evaluasi menitikberatkan pada:

1. Keluaran Utama

2. Faktor-faktor yang mendukung percepatan pencegahan stunting

3. Dampak & Capaian Program

41
Metode Pemantauan dan Evaluasi

1. Survei
- Dilakukan di tingkat nasional
- Hasil survei dipakai referensi tindak lanjut bagi kabupaten/kota
2. Observasi/pengamatan
- Metode ini sebagai pelengkap informasi yang dihasilkan dari survei pada masyarakat
- Bertujuan untuk melihat perubahan perilaku, fasilitas, dan dukungan terhadap pencegahan stunting
di masyarakat
3. Cerita atau praktik terbaik
- Bersifat personal, mendalam, dan unik tergantung dari intervensi di masing-masing daerah

Penyusunan standar dan format pemantauan dan evaluasi dikembangkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan/ Balitbangkes dan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat berkoordinasi
dengan Tim Komunikasi Kantor Sekretaris Wakil Presiden dan Kementerian Komunikasi dan Informatika

42
Sistem Pemantauan dan Evaluasi

43
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai