KOMUNIKAS
I
PERUBAHAN
PERILAKU
DALAM PERCEPATAN
PENCEGAHAN STUNTING
Berpengaruh pada
Berat badan lahir
perkembangan otak
rendah, kecil,
dan keberhasilan
pendek dan kurus
pendidikan
Meningkatkan resiko
penurunan penyakit tidak
kecerdasan & menular (diabetes,
Sumber: Nelson, 2017.
obesitas, stroke,
pertumbuhan penyakit jantung
tidak optimal
Besar Masalah Stunting di Indonesia
Di Asia Tenggara, Indonesia
Di tingkat global, Indonesia merupakan tertinggi kedua
merupakan peringkat kelima prevalensi stunting, setelah
terbesar prevalensi stunting3 Cambodia1
30,8% balita Indonesia
mengalami stunting2
(medium)
(tinggi) Sumber peta: Riskesdas, 2018
(sangat tinggi) 1.(International Food Policy Research Institute. (2016). The 2016 Global Nutrition Report. IFPRI:
Washington DC)
(sangat 2. Riset Kesehatan Dasar, 2018
3. UNICEF, WHO, World Bank, 2017
tinggi)
Kerangka Penyebab Masalah Stunting di Indonesia
Sumber: UNICEF 1997; IFPRI, 2016; BAPPENAS 2018 di dalam PEDOMAN PELAKSANAAN INTERVENSI
PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI DI KABUPATEN/ KOTA,
Bappenas, 2018
STUDI KUANTITATIF DAN
KUALITATIF • IUWASH: Studi Formatif untuk Peningkatan Akses WASH (15 kabupaten kota
Lingkungan
kurang kebersihan lingkungandaya imun pada bayi rendah bayi gagal tumbuh
jika selamat dari “stunting berat” –, masalah gizi akan berimbas kehidupan selanjutnya.
Kemampuan belajar rendah, prestasi sekolah dan respon kepada lingkungan rendah.
stunting adalah masalah intergenerasi - kualitas kehidupan sekarang ditentukan oleh kehidupan
sebelumnya.
TINGKAT INDIVIDUAL DAN ANTAR
PRIBADI (INTERPERSONAL) (2)
Stunting
berhubungan dg Hanya sebagian kecil ibu hamil, ibu baduta,
Petugas kesehatan sulit anggota RT, petugas kesehatan,
menjelaskan ke masyarakat keturunan dan tokoh agama dan tokoh masyarakat serta
tentang stunting masih bisa dinas kesehatan, mengerti dampak
disembuhkan negatif dari ‘kerdil/stunting”.
Keluarga dengan
Kurangnya pengetahuan WUS tentang anak stunting
stunting karena kemauan mengakses merasa bingung Kurangnya pemanfaatan
informasi kesehatan ttg kehamilan, fasyankes oleh masyarakat
anak mereka
masa nifas, ASI, MP ASI, dan Imunisasi karena jarak
yang komprehensif dianggap
stunting
TINGKAT MASYARAKAT (3)
Food Habits yang keliru: Food Taboo : Ibu hamil
Kader belum paham betul
Kurangnya kader (kualitas kolosterum tidak dan anak-anak tidak
mengidentifikasi anak
dan kuantitas) diberikan, ASI tidak makan ikan karena takut
stunting.
Eksklusif kecacingan
Masyarakat tidak
mempraktekkkan CTPS di
5 waktu penting
TINGKAT INSTITUSI LAYANAN dan
MASYARAKAT(4)
Kampanye
Nasional Berfokus Konvergensi,
Komitmen dan
pada pemahaman, Koordinasi, dan Mendorong Pemantauan
Visi Pimpinan
perubahan Konsolidasi Program Kebijakan dan
Tertinggi Negara
perilaku, Nasional, Daerah, “Nutritional Evaluasi
komitmen politik dan Masyarakat Food
dan akuntabilitas Security”
ORGANISASI
MOBILISASI SOSIAL
MASYARAKAT
KOMUNIKASI PERUBAHAN
INTERPERSONAL SOSIAL
KOMUNIKASI PERUBAHAN
PERILAKU
Sumber: Diadaptasi dari UNICEF/EAPRO Regional Communication Guide 2013
PETA JALAN KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DALAM PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING
Kebijakan
• Strategi Komunikasi • Perbaikan persepsi publik
• Advokasi Perubahan Perilaku • Pemimpin berkomitmen tinggi &
Konteks • Membangun Koalisi Stunting (KPP)Nasional dlm menjadi penggerak.
• Keterlibatan ormas dan percepatan pencegahan • Partisipasi pemangku
Beban Penyakit keagamaan stunting kepentingan
• Koordinasi antar lintas sektor • Strategi KPP sesuai kegiatan pencegahan stunting
Sosial • Advokasi Media konteks lokal • Dukungan media
• Terbentuknya pokja / unit dalam
Budaya implementasi program pencegahan
• Peningkatan pengetahuan stunting.
Ekonomi “Organisasi & Masyarakat”
institusi berbasis masy.
Organisasi, masyarakat
• Penguatan keterampilan KPP nakes • Peningkatan keterampilan
Komunikasi dan kader Nakes dan Kader
• Peningkatan pengetahuan masy ttg • Ketersediaan materi “Organisasi & Masyarakat”
Teknologi Penurunan jumlah
stunting komunikasii • Partisipasi masyarakat
• Keterlibatan Puskesmas & • Perbaikan konseling (IPC) anak yang
Politik • Peningkatan kualitas layanan
Posyandu bagi kelompok sasaran komunikasi nakes dan kader mengalami stunting
Hukum • Pemberdayaan kelompok • Pendampingan petugas Di Kabupaten/Kota
• Kelompok masyarakat yang aktif
masyarakat puskesmas dalam menyebarluaskan informasi prioritas Nasional
pelaksanaan posyandu • Peningkatan cakupan kunjungan
Sumber Daya rumah terkait stunting
• Peningkatan kualitas layanan
Sumber Daya “Perilaku
posyandu.antar pribadi & Individu”
Interpersonal, individu
Manusia dan “Antar pribadi & Individu” • Partisipasi masyarakat • Peningkatan kunjungan BUMIL & baduta
Keuangan • Pemanfaatan teknologi • Penerapan PHBS. ke posyandu/faskes
Penggerakan masyarakat • Peningkatan IMD & ASI Eksklusif
• • Peningkatan kesadaran • Perbaikan praktek pemberian makanan
Rencana • Komunikasi Antar pribadi masyarakat terkait stunting balita & perbaikan pola makan Bumil
Strategis/Prioritas • Peningkatan pengetahuan melalui • Penggunaan teknologi . • Peningkatan penerapan PHBS
Kesehatan media • Tersebarnya informasi • Bumil melakukan min 4 kunjungan
• Pemanfaatan kelompok masyarakat selama kehamilan.
melalui kelompok masy. • Menurunnya jumlah anemia: WUS, remaja,
Program Bumil
Pengembangan • Norma masyarakat terbentuk.
Lainnya • Mengingat & paham pesan
kampanye
“Kampanye Nasional” • Kesadaran seluruh
Kebijakan “Kampanye Nasional”
Kampanye
• Kampanye media massa/ media masyarakat untuk Terciptanya kepedulian pemerintah, sektor
sosial melakukan upaya swasta, masyarakat sebagai lingkungan
• Pelibatan masyarakat untuk pencegahan stunting. pendukung program pencegahan stunting
kampanye lokal di masyarakat
Tujuan Strategi Komunikasi
3. Perubahan Perilaku
TUJUAN UMUM
1 2 3
Terlaksananya komunikasi
interpersonal oleh Nakes Puskesmas
kepada kelompok sasaran pada
saat memberikan pelayan Terlaksananya kampanye Terjadinya peningkatan perubahan
kesehatan terkait stunting perilaku pada semua kelompok sasaran
No Tujuan Khusus Indikator Keberhasilan
1 Adanya regulasi/kebijakan terkait komunikasi 514 Kab/Kota mengeluarkan regulasi/kebijakan terkait
perubahan perilaku dalam pencegahan komunikasi perubahan perilaku dalam pencegahan
stunting. stunting pada tahun 2024.
6 Terjadinya peningkatan perubahan 1. 90% Ibu Hamil mengonsumsi Tablet Tambah Darah sesuai
perilaku dalam upaya pencegahan standar/pertahun
stunting pada semua kelompok sasaran 2. 60% Ibu Hamil mengikuti Kelas Ibu Hamil
3. 75% Rumah Tangga menggunakan jamban sehat
4. 80% bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif
*Remaja Putri: usia 12-18 tahun,inst 5. 80% bayi usia 6-24 bulan mendapat MPASI dan makanan
pendidikan smp/sma/sederajat lokal
6. 80 % Balita mendapatkan pemantauan perkembangan minimal 2x
**lihat SPM pertahun
7. 80% balita mendapatkan pengukuran berat badan 8x pertahun
8. 80% balita mendapatkan pengukuran panjang badan/tinggi badan 2x
pertahun
9. 80% Balita mendapat pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan**pertahun
10. 80% Remaja Putri mengonsumsi Tablet Tambah
Darah* di lokus.
11. 50% Rumah Tangga mendapatkan akses air minum
12. ….% Bayi mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap**pertahun
13. 100% Ibu Hamil KEK mengonsumsi makanan tambahan Ibu Hamil
pertahun.
14. ….% Balita mengonsumsi obat cacing
15. 100% Anak usia 0-59 bulan mengonsumsi vitamin A**pertahun
Kelompok Sasaran
4.
KELOMPOK PRIORITAS KELOMPOK PENTING
(SASARAN PRIMER) (SASARAN SEKUNDER)
Kelompok yg tergabung KELOMPOK
Kelompok yg berpotensi PENDUKUNG
dan akan dilakukan mempengaruhi (SASARAN TERSIER)
intervensi: perubahan perilaku:
1.Ibu Hamil 1.Wanita Usia Subur Pihak yg terlibat sebagai
2.Ibu Menyusui lingkungan yg mendukung:
2.Lingkungan pengasuh
3.Anak Usia 0 – 1.Pengambil kebijakan
anak terdekat (kakek, 2.OPD
23 bln nenek, ayah dll) 3.Dunia Usaha
3.Tokoh Agama 4.Media
dan 4.Tokoh Masyarakat Massa
usia 24 – 59 bln 5.Jejaring Sosial (PKK.
4.Tenaga Kesehatan di Grup Pengajian dll)
Puskesmas (Bidan,
25
Perawat, Gizi, Kesling)
5. Pesan Kunci
PESAN KUNCI
Kelompok Sasaran Pesan Kunci
• Primer : Rumah tangga dengan anggota keluarga yang berada • Mencegah stunting itu penting, manfaatkan pelayanan
pada periode 1.000 HPK dan lainnya: Ibu hamil, Ibu menyusui, kesehatan, perbaiki pola makan, pola asuh, dan kebersihan diri
Ibu dengan anak usia 0-23 bulan serta lingkungan.