Stunting
Dr.Rara Faudiah
• YOUR SUBTOPICS GO HERE
PERMASALAHAN GIZI DI KAB BULUKUMBA
REPUBLIK
INDONESIA
62
164
stunting
gizi buruk
obesitas
926
Konsekuensi Pembangunan Pangan dalam Perbaikan Gizi Masyarakat
Dampak gangguan gizi:
- Kemampuan kognitif, fisik dan penyakit
- Konsekuensi penurunan produktifitas, daya saing dan pertumbuhan ekonomi
Sumber: Short and long term effects of early nutrition (James et al 2000) 8
Beban Ganda Permasalahan Gizi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban ganda permasalahan gizi: undernutrition, overweight,
obesitas, dan defisiensi mikronutrien
Stunting
Stunting (pendek/sangat pendek)
• Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi angkanya masih
5,33 juta balita**
tinggi. Target 2024: 14 %.
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah & di seluruh kelompok
sosial ekonomi. Wasting (kurus/sangat kurus)
• Penyebab stunting bersifat multidimensional (kemiskinan, akses 1,55 juta balita**
pangan, pola asuh & pemberian makan pada balita).
• Stunting berdampak pada SDM, ekonomi, & kemiskinan
Anemia ibu hamil
Obesitas 48,9 %*
• Prevalensi obesitas pada usia dewasa (>18 tahun) semakin
meningkat & target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 %. Ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
• Faktor risiko obesitas: kurangnya aktivitas fisik & konsumsi buah 17,3 %*
sayur, & tingginya konsumsi gula, garam, lemak (GGL).
• Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif & preventif Obesitas (> 18 tahun)
dengan pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) 21,8 %*
Sumber: *Riskesdas 2018, **diolah dari data SUPAS 2015 dan SSGI 2021
Kerangka Pikir Penyebab Terjadinya Stunting
Sebagai Dasar Integrasi Intervensi
Rumah
P2L Konvergensi adalah upaya
Tangga untuk memastikan seluruh
1.000
Promosi & HPK intervensi penurunan stunting
Konseling sampai pada target sasaran
Menyusui
Tata Laksana
Gizi Buruk
1 Sinkronisasi lokasi prioritas
Manajemen Terpadu
Imunisasi Balita Sakit 2 Rumah tangga 1.000 HPK
PKH Air Bersih &
Sanitasi 11
Lokasi Fokus Percepatan Penurunan Stunting 2018 – 2024
SEBARAN LOKUS STUNTING 2018 - 2021
Untuk mempercepat penurunan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
stunting, mulai tahun 2022 seluruh
kab/kota akan menjadi lokus
percepatan penurunan stunting
100 160 260 360 514 514 514
kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING
REPUBLIK
INDONESIA
Pencegahan Stunting
Penanganan penyebab
Penyebab tidak langsung mencakup -
ketahanan pangan (akses pangan
bergizi)
- lingkungan sosial (pemberian
Penyebab langsung mencakup masalah makanan bayi dan anak, kebersihan,
kurangnya asupan gizi dan penyakit pendidikan, dan tempat kerja),
infeksi.
- lingkungan kesehatan (akses
pelayanan preventif dan kuratif), dan
- lingkungan pemukiman (akses air
bersih, air minum, dan sarana sanitasi).
Dukungan Kemenkes dalam upaya penurunan stunting
Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021
Intervensi Sensitif
Kontribusi Kontribusi
Intervensi Spesifik 30%
Target (Penyebab tidak langsung)
70%
Target (Penyebab Langsung) 70% pelayanan KB pascapersalinan
15,5% kehamilan yang tidak diinginkan
58% remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Sebelum Lahir
90% balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya 10 juta keluarga miskin dan rentan memperoleh
bantuan tunai bersyarat
90% balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi 70% target sasaran memiliki pemahaman yang baik
tentang stunting di lokasi prioritas
15
Koordinasi dan Integrasi Multisektor dan Multipihak
Permasalahan stunting yang multidimensional memerlukan upaya lintas sektor melibatkan seluruh stakeholders secara
terintegrasi melalui koordinasi serta konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, hingga tingkat desa.
Terintegrasi
PIC: BPMD
17
13 program intervensi spesifik dan sensitif untuk menurunkan stunting
Sasaran Program
Screening anemia
1 Pemeriksaan kesehatan termasuk kadar hemoglobin siswi kelas 7 & 10
Sebelum
hamil
Remaja Putri
2 Konsumsi tablet tambah darah (TTD)
Pemberian TTD setiap minggu di sekolah
Sebelum lahir
3 Pemeriksaan kehamilan
Pelaksanaan antenatal care (ANC) 6x (2x dengan dokter), termasuk penggunaan USG
Ibu Hamil 4 Pemberian tablet tambah darah ibu hamil (minimal 90 selama kehamilan)
7 ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan
8 Pemberian protein hewani bagi anak 12-23 bulan, berupa telur dan sumber protein lainnya.
Balita
Tatalaksana balita dengan masalah gizi
9 Merujuk balita dengan weight faltering & masalah gizi dari Posyandu ke Puskesmas, serta memberikan makanan tambahan untuk weight
faltering & gizi kurang, formula 75 dan formula 100 untuk gizi buruk. Merujuk balita stunting & masalah gizi yang tidak tertangani di
Puskesmas ke RS dan memberikan PKMK.
lahir
19