Anda di halaman 1dari 19

Pencegahan dan Penanganan

Stunting

Dr.Rara Faudiah
• YOUR SUBTOPICS GO HERE
PERMASALAHAN GIZI DI KAB BULUKUMBA
REPUBLIK
INDONESIA

Berdasarkan Data hasil e- PPGBM pada Bulan September Tahun


2022 menunjukkan prevalensi stunting di Kab. Bulukumba dari
24878 org sasaran BalitaStunting sebesar 926 Org atau 3,7% ,Gizi
Buruk 164 Org atau 0,6 % dan Obesitas 62 Org atau 0,2 % . Angka
ini merupakan masalah besar yang di harapkan Pencegahan dan
penanganannya menyasar berbagai penyebab langsung dan tidak
langsung yang memerlukan kerjasama dan koordinasi lintas sektor
di seluruh tingkatan pemerintah, swasta dan dunia usaha serta
masyarakat
REPUBLIK
INDONESIA

permasalahan gizi di Bulukumba

62

164

stunting
gizi buruk
obesitas

926
Konsekuensi Pembangunan Pangan dalam Perbaikan Gizi Masyarakat
Dampak gangguan gizi:
- Kemampuan kognitif, fisik dan penyakit
- Konsekuensi penurunan produktifitas, daya saing dan pertumbuhan ekonomi

Dampak jangka pendek Dampak jangka panjang

Perkembangan Kognitif dan


otak Prestasi belajar

Gangguan gizi pada


1000 hari pertama Pertumbuhan
kehidupan Kekebalan,
massa tubuh
(janin dan Kapasitas kerja
bayi 2 tahun) dan komposisi badan

Metabolisme Diabetes, Obesitas,


Jantung dan pemb darah,
glukosa, lipids, protein kanker, stroke,
Hormon/receptor/gen dan disabilitas lansia

Sumber: Short and long term effects of early nutrition (James et al 2000) 8
Beban Ganda Permasalahan Gizi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban ganda permasalahan gizi: undernutrition, overweight,
obesitas, dan defisiensi mikronutrien

Stunting
Stunting (pendek/sangat pendek)
• Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi angkanya masih
5,33 juta balita**
tinggi. Target 2024: 14 %.
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah & di seluruh kelompok
sosial ekonomi. Wasting (kurus/sangat kurus)
• Penyebab stunting bersifat multidimensional (kemiskinan, akses 1,55 juta balita**
pangan, pola asuh & pemberian makan pada balita).
• Stunting berdampak pada SDM, ekonomi, & kemiskinan
Anemia ibu hamil
Obesitas 48,9 %*
• Prevalensi obesitas pada usia dewasa (>18 tahun) semakin
meningkat & target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 %. Ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
• Faktor risiko obesitas: kurangnya aktivitas fisik & konsumsi buah 17,3 %*
sayur, & tingginya konsumsi gula, garam, lemak (GGL).
• Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif & preventif Obesitas (> 18 tahun)
dengan pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) 21,8 %*
Sumber: *Riskesdas 2018, **diolah dari data SUPAS 2015 dan SSGI 2021
Kerangka Pikir Penyebab Terjadinya Stunting
Sebagai Dasar Integrasi Intervensi

Malnutrisi pada ibu dan anak


• Jika tidak diselesaikan dengan baik, stunting
Immediate
Akses tidak adekuat Penyakit infeksi SPESIFIK akan menjadi permasalahan lintas
Causes
generasi

Akses yankes &


• Penyebab stunting sangat kompleks baik
Underlying Rumah tangga Pola asuh langsung maupun tidak langsung.
lingkungan tidak SENSITIF
Causes rawan pangan tidak tepat
adekuat
• Memerlukan intervensi lintas sektor:
spesifik dan sensitif
Akses rumah tangga pada sumber daya: tempat
tinggal, edukasi, kepekerjaan, pendapatan &
• Setiap intervensi memiliki kontribusi
teknologi
Basic dalam penurunan stunting.
Causes

Finansial, SDM, kemampuan fisik & sosial

Dibutuhkan upaya yang terintegrasi dalam


Sosiokultur, ekonomi, politik penurunan stunting
Sumber: Unicef, 1991
10
Pentingnya Konvergensi Intervensi
pada Rumah Tangga 1.000 HPK
Suplementasi Gizi
Pengasuhan BPNT (Makro &
PAUD Mikronutrien)
Prov
ins i
Kab
/Kota
Pemantauan
Pertumbuhan Keca
mata
n
Desa

Rumah
P2L Konvergensi adalah upaya
Tangga untuk memastikan seluruh
1.000
Promosi & HPK intervensi penurunan stunting
Konseling sampai pada target sasaran
Menyusui
Tata Laksana
Gizi Buruk
1 Sinkronisasi lokasi prioritas
Manajemen Terpadu
Imunisasi Balita Sakit 2 Rumah tangga 1.000 HPK
PKH Air Bersih &
Sanitasi 11
Lokasi Fokus Percepatan Penurunan Stunting 2018 – 2024
SEBARAN LOKUS STUNTING 2018 - 2021

LOKASI FOKUS STUNTING


• Lokasi fokus sebagai acuan bagi K/L
dan pemangku kepentingan dalam
memprioritaskan lokasi pelaksanaan
program/kegiatannya.

• Kriteria pemilihan lokasi fokus:


1. Jumlah balita stunting
2. Prevalensi stunting
3. Tingkat kemiskinan
4. Daerah dengan komitmen & praktik baik
5. Pemerataan lokus di tiap provinsi

Untuk mempercepat penurunan 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
stunting, mulai tahun 2022 seluruh
kab/kota akan menjadi lokus
percepatan penurunan stunting
100 160 260 360 514 514 514
kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota kab/kota
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN STUNTING
REPUBLIK
INDONESIA

pencegahan stunting perlu dititikberatkan pada penanganan


penyebab masalah gizi yang langsung maupun tidak langsung.
Penyebab langsung mencakup masalah kurangnya asupan gizi dan
penyakit infeksi. Sementara, penyebab tidak langsung mencakup
ketahanan pangan (akses pangan bergizi), lingkungan sosial
(pemberian makanan bayi dan anak, kebersihan, pendidikan, dan
tempat kerja), lingkungan kesehatan (akses pelayanan preventif
dan kuratif), dan lingkungan pemukiman (akses air bersih, air
minum, dan sarana sanitasi).
REPUBLIK
INDONESIA

Pencegahan Stunting 
Penanganan penyebab
Penyebab tidak langsung mencakup -
ketahanan pangan (akses pangan
bergizi)
- lingkungan sosial (pemberian
Penyebab langsung mencakup masalah makanan bayi dan anak, kebersihan,
kurangnya asupan gizi dan penyakit pendidikan, dan tempat kerja),
infeksi.
- lingkungan kesehatan (akses
pelayanan preventif dan kuratif), dan
- lingkungan pemukiman (akses air
bersih, air minum, dan sarana sanitasi).
Dukungan Kemenkes dalam upaya penurunan stunting
Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021
Intervensi Sensitif
Kontribusi Kontribusi
Intervensi Spesifik 30%
Target (Penyebab tidak langsung)

70%
Target (Penyebab Langsung) 70% pelayanan KB pascapersalinan
15,5% kehamilan yang tidak diinginkan
58% remaja putri mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
Sebelum Lahir

90% cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS)


memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian
pelayanan nikah
80% ibu hamil mengonsumsi 90 tablet TTD selama kehamilan
100% rumah tangga mendapat akses air minum layak di
kab/kota prioritas
90% ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) mendapat tambahan asupan gizi
90% rumah tangga mendapat akses sanitasi (air limbah
domestik) layak di kab/kota prioritas
80% bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif
112,9 juta penduduk menjadi Penerima Bantuan Iuran
(PBI) Jaminan Kesehatan Nasional
80% anak usia 6-23 bulan mendapat Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) 90% keluarga berisiko stunting memperoleh
pendampingan
Setelah Lahir

90% balita dipantau pertumbuhan dan perkembangannya 10 juta keluarga miskin dan rentan memperoleh
bantuan tunai bersyarat

90% balita gizi kurang mendapat tambahan asupan gizi 70% target sasaran memiliki pemahaman yang baik
tentang stunting di lokasi prioritas

15,6 juta keluarga miskin dan rentan yang menerima


90% balita gizi buruk mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk bantuan sosial pangan

90% desa/ kelurahan stop Buang Air Besar


90% balita memperoleh imunisasi dasar lengkap Sembarangan (BABS)

15
Koordinasi dan Integrasi Multisektor dan Multipihak
Permasalahan stunting yang multidimensional memerlukan upaya lintas sektor melibatkan seluruh stakeholders secara
terintegrasi melalui koordinasi serta konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, hingga tingkat desa.

Pendekatan Multi-sektor Pendekatan Multi-pihak


“tidak terbatas pada sektor kesehatan” “melibatkan sektor non-pemerintah”
Integrasi, sinkronisasi,
Kesehatan 25 K/L
intervensi, mobilisasi,
pemantauan
dan Gizi
34 organisasi
Edukasi, pelatihan,
pemantauan
11 agencies
Dukungan teknis,
Ketahanan Air Minum studi, piloting

Pangan Intervensi dan Sanitasi

Terintegrasi

SUN Focal Point 22 Univ & 15


Orprov
Perlindungan Pengasuhan
40 instansi
Sosial dan PAUD Penelitian, evidence-
Gizi karyawan, based, pengabdian
edukasi, CSR masyarakat, pelatihan,
pendampingan

Informasi dan 1616


kampanye
Konvergensi dan Integrasi di Daerah
8 Aksi Integrasi di Tingkat Kab/Kota
Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting
“Merupakan instrumen dalam bentuk kegiatan untuk
meningkatkan integrasi intervensi dalam penurunan stunting”
Konvergensi adalah upaya untuk memastikan seluruh
PIC: intervensi penurunan stunting sampai pada target sasaran.
BAPPEDA

PIC: Sekda PIC:


& BAPPEDA BAPPEDA

• 19 K/L berkontribusi dalam penurunan stunting.


• Tagging tematik stunting dalam sistem
Pusat perencanaan penganggaran (KRISNA & RKA K/L)

PIC: Dinkes PIC: Sekda • 8 Aksi Integrasi


Provinsi & • Internalisasi kegiatan ke dalam dokumen
perencanaan dan anggaran.
Kab/Kota
• Menyasar rumah tangga dengan ibu
hamil & baduta (1.000 HPK)
PIC:
PIC: BPMD
Desa • Pemanfaatan Dana Desa
BAPPEDA

PIC: BPMD
17
13 program intervensi spesifik dan sensitif untuk menurunkan stunting
Sasaran Program

Screening anemia
1 Pemeriksaan kesehatan termasuk kadar hemoglobin siswi kelas 7 & 10

Sebelum
hamil
Remaja Putri
2 Konsumsi tablet tambah darah (TTD)
Pemberian TTD setiap minggu di sekolah
Sebelum lahir

3 Pemeriksaan kehamilan
Pelaksanaan antenatal care (ANC) 6x (2x dengan dokter), termasuk penggunaan USG

Konsumsi tablet tambah darah (TTD)


hamil
Saat

Ibu Hamil 4 Pemberian tablet tambah darah ibu hamil (minimal 90 selama kehamilan)

5 Pemberian makanan tambahan bagi Ibu KEK


Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK berupa protein hewani
Spesifik

6 Pemantauan tumbuh kembang


Penimbangan, pengukuran panjang badan, dan pemantauan perkembangan balita di Posyandu setiap bulan

7 ASI eksklusif
Pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan

Pemberian makanan tambahan protein hewani bagi baduta


Setelah lahir

8 Pemberian protein hewani bagi anak 12-23 bulan, berupa telur dan sumber protein lainnya.
Balita
Tatalaksana balita dengan masalah gizi
9 Merujuk balita dengan weight faltering & masalah gizi dari Posyandu ke Puskesmas, serta memberikan makanan tambahan untuk weight
faltering & gizi kurang, formula 75 dan formula 100 untuk gizi buruk. Merujuk balita stunting & masalah gizi yang tidak tertangani di
Puskesmas ke RS dan memberikan PKMK.

Peningkatan cakupan dan perluasan jenis imunisasi


10 Pelayanan rutin, kampanye bulan imunisasi dasar dan 3 imunisasi tambahan (PCV, Rotavirus, HPV). Imunisasi tambahan PCV mencegah
pneumonia dan Rotavirus mencegah diare, sehingga mencegah terganggunya pertumbuhan.

11 Edukasi remaja putri, ibu hamil, dan keluarga balita


ebelum dan Setelah

12 Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional


Sinkronisasi data PBI secara berkala, monev kontribusi pemda untuk iuran bagi peserta PBI dan PBPU Kelas III dan pembayaran iuran PBI.
Sensitif

lahir

Remaja Putri, Ibu Hamil, Balita


& Masyarakat Umum Desa / kelurahan Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) 18
13 Advokasi, koordinasi dan kemitraan dalam percepatan Stop BABS, peningkatan kapasitas petugas dan mitra, pemberdayaan masyarakat
dan pemantauan kualitas.
TERIMA KASIH

19

Anda mungkin juga menyukai