Anda di halaman 1dari 2

Rehidrasi pada Pasien DBD

Berdasarkan guideline WHO, air putih sangat tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien
DBD.

Tapi sayang sekali masih banyak orang tua yang memberikan air putih saat fase kritis DBD.
Andai saja mereka tahu, seharusnya cairan yang diberikan adalah susu, air kelapa muda, teh
manis hangat atau larutan elektrolit lainnya.

Kalau ternyata rehidrasi oral sudah "tidak mempan", waktunya memperhatikan


indikasi untuk rehidrasi intravena

Indikasi pemberian terapi cairan pada pasien DBD adalah

1. Trombositopenia < 100.000/mm3

2. Peningkatan Hematokrit > 10-20%

3. Pasien tidak dapat makan-minum melalui jalur oral

4. Tanda-tanda syok yang jelas

Jenis cairan yang dapat dipilih adalah cairan kristaloid atau koloid. Jumlah cairan yang diberikan
bergantung fase penyakit dan berat badan pasien.

 Pada pasien DBD yang memasuki fase kritis, jumlah cairan yang harus diberikan
adalah jumlah cairan rumatan ditambah defisit 5-8%. Jumlah tersebut setara
dengan jumlah cairan yang dibutuhkan pada kondisi dehidrasi sedang.

 Pada pasien dengan berat badan lebih dari 40 kg, total cairan intravena yang diberikan
setara dengan 2 kali jumlah cairan rumatan.

 Pada pasien obesitas, perhitungan cairan intravena berdasar atas berat badan ideal.

Pedoman tetesan infus pada DBD anak adalah:

 Pada kasus DBD non syok, pasien dengan berat badan 15-40 kg diawali dengan
tetesan 5 mL/kgBB/jam. Sedangkan pada anak dengan berat badan lebih dari 40
kg, mulai dengan 3-4 mL/kgBB/jam.

 Pada kasus DBD derajat 3, mulai dengan tetesan 10 mL/kgBB/jam.

 Pada anak dengan DBD derajat 4, "grojok" cairan selama 10-15 menit sampai
tekanan darah dan nadi dapat diukur. Kemudian setelah nadi dan tensi dapat
terukur, turunkan pemberian cairan hingga 10 mL/kgBB/jam.
Indikator klinis yang perlu diperhatikan dalam penentuan jumlah cairan yang diberikan meliputi:

1. Kondisi klinis: penampilan umum, pengisian kapiler, nafsu makan

2. Tanda vital: tekanan darah, suhu tubuh, frekuensi nafas

3. Kadar hematokrit

4. Produksi urin

Setelah syok teratasi, pantau pasien 1-2 jam. Ulangi pemeriksaan hematokrit bila nadi dan tensi
tidak stabil (tekanan nadi cepat dan lemah) dalam 2 jam pertama.

Apabila hematokrit terbukti naik dan tanda vital tetap tidak stabil, ganti cairan
kristaloid dengan cairan koloid dengan tetesan 10 mL/kgBB/jam. Pada kondisi seperti ini, mulai
persiapkan darah untuk transfusi.

Salah satu cairan koloid pilihan adalah Dekstran-40 (10% dekstran dalam normal salin), cairan
dengan osmolaritas 3 kali plasma darah, sehingga diharapkan dapat mengikat air lebih baik.

 Tetesan dekstran-40 harus 10 mL/kgBB/jam sehingga dapat mempertahankan


osmolaritas maksimum ketika diberikan kepada pasien anak.

 Dosis maksimumnya adalah 30 mL/kgBB/jam.

 Pemberian yang melebihi dosis maksimum dapat menyebabkan gagal ginjal akut
iatrogenik.

 Lama pemberian yang dianjurkan tidak lebih dari 24-48 jam.

Anda mungkin juga menyukai