Berdasarkan guideline WHO, air putih sangat tidak dianjurkan untuk diberikan pada pasien
DBD.
Tapi sayang sekali masih banyak orang tua yang memberikan air putih saat fase kritis DBD.
Andai saja mereka tahu, seharusnya cairan yang diberikan adalah susu, air kelapa muda, teh
manis hangat atau larutan elektrolit lainnya.
Jenis cairan yang dapat dipilih adalah cairan kristaloid atau koloid. Jumlah cairan yang diberikan
bergantung fase penyakit dan berat badan pasien.
Pada pasien DBD yang memasuki fase kritis, jumlah cairan yang harus diberikan
adalah jumlah cairan rumatan ditambah defisit 5-8%. Jumlah tersebut setara
dengan jumlah cairan yang dibutuhkan pada kondisi dehidrasi sedang.
Pada pasien dengan berat badan lebih dari 40 kg, total cairan intravena yang diberikan
setara dengan 2 kali jumlah cairan rumatan.
Pada pasien obesitas, perhitungan cairan intravena berdasar atas berat badan ideal.
Pada kasus DBD non syok, pasien dengan berat badan 15-40 kg diawali dengan
tetesan 5 mL/kgBB/jam. Sedangkan pada anak dengan berat badan lebih dari 40
kg, mulai dengan 3-4 mL/kgBB/jam.
Pada anak dengan DBD derajat 4, "grojok" cairan selama 10-15 menit sampai
tekanan darah dan nadi dapat diukur. Kemudian setelah nadi dan tensi dapat
terukur, turunkan pemberian cairan hingga 10 mL/kgBB/jam.
Indikator klinis yang perlu diperhatikan dalam penentuan jumlah cairan yang diberikan meliputi:
3. Kadar hematokrit
4. Produksi urin
Setelah syok teratasi, pantau pasien 1-2 jam. Ulangi pemeriksaan hematokrit bila nadi dan tensi
tidak stabil (tekanan nadi cepat dan lemah) dalam 2 jam pertama.
Apabila hematokrit terbukti naik dan tanda vital tetap tidak stabil, ganti cairan
kristaloid dengan cairan koloid dengan tetesan 10 mL/kgBB/jam. Pada kondisi seperti ini, mulai
persiapkan darah untuk transfusi.
Salah satu cairan koloid pilihan adalah Dekstran-40 (10% dekstran dalam normal salin), cairan
dengan osmolaritas 3 kali plasma darah, sehingga diharapkan dapat mengikat air lebih baik.
Pemberian yang melebihi dosis maksimum dapat menyebabkan gagal ginjal akut
iatrogenik.