Anda di halaman 1dari 13

PERCEPATAN PENURUNAN

STUNTING

Puskesmas Lapri
PENGERTIAN STUNTING :

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima
tahun (balita) akibat kekurangan asupan gizi kronis dan infeksi berulang
terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari
janin hingga anak berusia 23 bulan. Stunting ditentukan oleh indeks
antropometri yang menggunakan data panjang badan berdasarkan umur
(PB/U) untuk anak usia dibawah 2 tahun dan menggunakan data tinggi
badan berdasarkan umur (TB/U) untuk anak usia 2 tahun ke atas. Dalam
laporan Riskesdas, kondisi stunting merupakan gabungan antara anak
dengan status gizi “pendek” dan “sangat pendek”.

(Pasal 1)
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat
kehamilan serta setelah persalinan mempengaruhi
pertumbuhan janin dan risiko terjadinya stunting.
Faktor lainnya:
postur tubuh ibu (pendek),
jarak kehamilan yang terlalu dekat,
ibu yang masih remaja,
serta asupan nutrisi yang kurang pada saat
kehamilan.
Faktor-faktor yang menyebabkan
Stunting:
AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD

Penurunan stunting dilaksanakan berdasarkan asas-asas sebagai berikut :

• Bertindak cepat dan akurat, artinya dalam upaya penurunan stunting, tenaga gizi terlatih harus

bertindak sesuai prosedur tetap pelayanan gizi dan kode etik profesi;

• Penguatan kelembagaan dan kerja sama; artinya dalam upaya penurunan stunting tidak hanya

dapat dilakukan secara sektoral, akan tetapi membutuhkan dukungan sektor dan program lain;

• Transparansi, artinya azas yang menentukan dalam penurunan stunting harus dilakukan secara

terbuka,

• Peka budaya, artinya azas yang menentukan bahwa penurunan stunting harus memperhatikan

sosiol budaya gizi daerah setempat; dan

• Akuntabilitas, artinya azas yang menentukan bahwa dalam segala hal yang berhubungan dengan

penurunan stunting harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.


AZAS, TUJUAN DAN MAKSUD

Penurunan stunting dimaksudkan untuk meningkatkan mutu gizi

perseorangan, keluarga dan masyarakat melalui :

•Perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi;

•Peningkatan akses pangan dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan

kemajuan ilmu dan teknologi; dan

•Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi;


Beban Ganda Permasalahan Gizi di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban ganda permasalahan gizi:
undernutrition, overweight, obesitas, dan defisiensi mikronutrien
Stuntin
g• Prevalensi stunting balita terus menurun, tetapi Stunting (pendek/sangat
angkanya masih tinggi. Target 2024: 14 %. pendek)
• Stunting terjadi hampir di seluruh wilayah & di 5,33 juta balita**
seluruh kelompok sosial ekonomi.
Wasting (kurus/sangat kurus)
• Penyebab stunting bersifat multidimensional
(kemiskinan, akses pangan, pola asuh & pemberian
1,55 juta balita**
makan pada balita).
• Stunting berdampak pada SDM, ekonomi, & Anemia ibu hamil
kemiskinan
48,9 %*
Obesitas
• Prevalensi obesitas pada usia dewasa (>18 tahun) semakin meningkat Ibu hamil kurang energi kronik (KEK)
& target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 %. 17,3 %*
• Faktor risiko obesitas: kurangnya aktivitas fisik & konsumsi buah
sayur, & tingginya konsumsi gula, garam, lemak (GGL).
• Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif & preventif dengan Obesitas (> 18 tahun)
pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas)
21,8 %*
Sumber: *Riskesdas 2018, **diolah dari data SUPAS 2015 dan SSGI 2021
Kerangka Pikir Penyebab Terjadinya Stunting
Sebagai Dasar Integrasi Intervensi

Malnutrisi pada ibu dan anak


• Jika tidak diselesaikan dengan baik,
Immedi Akses tidak stunting akan menjadi
adekuat
Penyakit infeksi SPESIF
ate permasalahan lintas generasi
Causes IK
Akses • Penyebab stunting sangat
Rumah Pola
yankes & kompleks baik langsung maupun
Underly tangga asuh
lingkungan SENSI tidak langsung.
ing rawan tidak
Causes tidak TIF
pangan tepat
adekuat • Memerlukan intervensi lintas
sektor: spesifik dan sensitif
Akses rumah tangga pada sumber
daya: tempat tinggal, edukasi, • Setiap intervensi memiliki
kepekerjaan, pendapatan & teknologi kontribusi dalam penurunan
Basic
Causes
stunting.
Finansial, SDM, kemampuan fisik &
sosial
Dibutuhkan upaya yang
Sosiokultur, ekonomi, politik terintegrasi dalam penurunan
stunting
Sumber: Unicef, 1991
9
Koordinasi dan Integrasi Multisektor dan Multipihak
Permasalahan stunting yang multidimensional memerlukan upaya lintas sektor melibatkan seluruh stakeholders
secara terintegrasi melalui koordinasi serta konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah, hingga tingkat desa.

Pendekatan Multi-sektor Pendekatan Multi-pihak


“tidak terbatas pada sektor “melibatkan sektor non-
kesehatan” pemerintah”
Integrasi,
Kesehatan 25 K/L
sinkronisasi,
intervensi,
dan Gizi mobilisasi,
pemantauan
34 organisasi
Edukasi,
pelatihan,
11 pemantauan
agencies
Dukungan
Ketahanan Air Minum teknis, studi,
piloting
Pangan Intervensi dan
Sanitasi
Terintegras
i 22 Univ
SUN Focal
& 15
Point
Perlindung Pengasuha 40 Orprov
an Sosial n dan instansi Penelitian,
PAUD Gizi evidence-based,
karyawan, pengabdian
edukasi, masyarakat,
CSR pelatihan,
Informasi dan pendampingan 10
1
kampanye
Intervensi Spesifik dan Sensitif
dalam Perpres No. 72 Tahun 2021

Intervensi Spesifik Intervensi Sensitif


Indikator Sasaran Target Indikator Sasaran Target
1. Ibu hamil Kurang Energi Kronik 90% 1. Pelayanan Keluarga Berencana (KB) 70%
(KEK) yang mendapatkan tambahan pascapersalinan.
asupan gizi. 2. Kehamilan yang tidak diinginkan. 15,5%
2. Ibu hamil yang mengonsumsi Tablet 80% 3. Calon pasangan usia subur (PUS) yang 90%
Tambah Darah (TTD) minimal 90 memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai
tablet selama masa kehamilan. bagian dari pelayanan nikah.
3. Remaja putri yang mengonsumsi 58% 4. Rumah tangga yang mendapatkan akses air 100%
Tablet Tambah Darah (TTD). minum layak di kabupaten/kota lokasi prioritas.
4. Bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat 80% 5. Rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi 90%
air susu ibu (ASI) eksklusif. (air limbah domestik) layak di kabupaten/kota
5. Anak usia 6-23 bulan yang mendapat lokasi prioritas.
80%
Makanan Pendamping Air Susu Ibu 6. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan 112,9 juta
Kesehatan Nasional dari 40% penduduk
(MP-ASI). berpendapatan terendah. penduduk
6. Anak berusia di bawah lima tahun 90%
(balita) gizi buruk yang mendapat
7. Keluarga berisiko stunting yang memperoleh 90%
pendampingan.
pelayanan tata laksana gizi buruk. 8. Keluarga miskin dan rentan yang memperoleh 10 juta
7. Anak berusia di bawah lima tahun 90% bantuan tunai bersyarat.
(balita) yang dipantau pertumbuhan keluarga
dan perkembangannya. 9. Target sasaran yang memiliki pemahaman yang 70%
baik tentang stunting di lokasi prioritas.
8. Anak berusia di bawah lima tahun 90%
(balita) gizi kurang yang mendapat 10. Keluarga miskin dan rentan yang menerima 15.600.039
bantuan sosial pangan.
tambahan asupan gizi. keluarga
9. Balita yang memperoleh imunisasi 90% 11. Desa/kelurahan Stop Buang Air Besar 90%
dasar lengkap. Sembarangan (BABS) atau Open Defecation
Free (ODF).
Koordinasi Penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting

Tim Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting Tim Percepatan Penurunan Stunting
Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten/Kota Tingkat Desa/Kelurahan

 Gubernur menetapkan tim  Bupati/Walikota menetapkan tim  Kepala Desa/Lurah menetapkan tim
Percepatan Penurunan Stunting Percepatan Penurunan Stunting Percepatan Penurunan Stunting tingkat
tingkat provinsi. tingkat kabupaten/kota. desa/kelurahan.

 Tugas: mengoordinasikan,  Tugas: mengoordinasikan,  Tugas: mengoordinasikan, menyinergikan,


dan mengevaluasi penyelenggaraan
menyinergikan, dan menyinergikan, dan mengevaluasi
Percepatan Penurunan Stunting secara efektif,
mengevaluasi penyelenggaraan Percepatan
konvergen, dan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting secara efektif, melibatkan lintas sektor di tingkat
Penurunan Stunting secara konvergen, dan terintegrasi dengan desa/kelurahan.
efektif, konvergen, dan melibatkan lintas sektor di tingkat
 Tim Percepatan Penurunan Stunting tingkat
terintegrasi dengan melibatkan kabupaten/kota dan kecamatan.
desa/kelurahan melibatkan :
lintas sektor di tingkat provinsi.  Tim Percepatan Penurunan Stunting
a. Tenaga Kesehatan paling sedikit
 Tim Percepatan Penurunan tingkat kabupaten/kota terdiri atas mencakup bidan, tenaga gizi, dan tenaga
Stunting tingkat provinsi terdiri perangkat daerah dan pemangku kesehatan lingkungan;
atas perangkat daerah dan kepentingan, termasuk Tim b. Penyuluh Keluarga Berencana dan/atau
pemangku kepentingan, Penggerak Pemberdayaan Petugas Lapangan Keluarga Berencana;
termasuk Tim Penggerak Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK). c. Tim Penggerak Pemberdayaan
Pemberdayaan Kesejahteraan 
Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK);
Susunan keanggotaan tim
Keluarga (TP-PKK). d. Pembantu Pembina Keluarga Berencana
Percepatan Penurunan Stunting Desa (PPKBD) dan/ atau Sub-PPKBD/ Kader
 Susunan keanggotaan tim tingkat kabupaten/kota disesuaikan Pembangunan Manusia (KPM), kader,
Percepatan Penurunan Stunting dengan kebutuhan pemerintah dan/atau unsur masyarakat lainnya.
tingkat provinsi disesuaikan daerah kabupaten/kota.  Susunan keanggotaan tim Percepatan
dengan kebutuhan Penurunan Stunting tingkat desa/kelurahan
Pemerintah Daerah provinsi. disesuaikan dengan kebutuhan pemerintah
desa/kelurahan.
Sekian
dan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai