Anda di halaman 1dari 3

UPAYA PENCEGAHAN STUNTING

Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang
termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan
kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan
pangan. Target yang ditetapkan adalah menurunkan angka stunting hingga 40%
pada tahun 2025.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu
program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya
sebagai berikut:

1. Ibu Hamil dan Bersalin


a. Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan;
b. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;
d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM);
e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);
f. Pemberantasan kecacingan;
g. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;
h. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan
i. Penyuluhan dan pelayanan KB.
2. Balita
a. Pemantauan pertumbuhan balita;
b. Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk
balita;
c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan
d. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Anak Usia Sekolah
a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);
b. Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;
c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan
d. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
4. Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok, dan mengkonsumsi narkoba dan
b. Pendidikan kesehatan reproduksi
5. Dewasa Muda
a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB);
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular); dan
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok/
mengonsumsi narkoba.
INTERVENSI STUNTING DI INDONESIA
Investasi gizi yang terbukti secara bermakna dapat meningkatkan status gizi terbagi
menjadi 3 (tiga) area besar yaitu

Intervensi Gizi Spesifik Intervensi Gizi Sensitif Lingkungan yang


mendukung
Intervensi gizi spesifik lebih ditujukan Intervensi gizi sensitif ditujukan untuk (enabling-environment)
pada upaya menangani penyebab mengatasi penyebab tidak langsung
langsung masalah gizi (asupan makan yang mendasari terjadinya masalah Area investasi ketiga yaitu lingkungan
dan penyakit infeksi) dan berada dalam gizi (ketahanan pangan, akses yang mendukung, ditujukan untuk
lingkup kebijakan kesehatan. Melalui pelayanan kesehatan, kesehatan faktor-faktor mendasar yang
intervensi spesifik, sekitar 15% lingkungan, serta pola asuh) dan berhubungan dengan status gizi seperti
kematian anak balita dapat dikurangi terkait dengan kebijakan yang lebih pemerintahan, pendapatan, dan
bila intervensi berbasis bukti tersebut luas tidak terbatas bidang kesehatan kesetaraan. Investasi ini dapat
dapat ditingkatkan hingga cakupannya saja tetapi juga pertanian, berbentuk undang-undang, peraturan,
mencapai 90%, termasuk stunting yang pendidikan, hygiene air dan sanitasi, kebijakan, investasi untuk
dapat diturunkan sekitar 20,3% serta perlindungan sosial, dan pertumbuhan ekonomi, dan
mengurangi prevalensi sangat kurus pemberdayaan perempuan. Program peningkatan kapasitas pemerintahan.
61,4%. Selebihnya membutuhkan peran dan kebijakan gizi sensitif ini memiliki Sebagian besar investasi yang
dari intervensi sensitif (sekitar 80%). kontribusi yang cukup besar untuk menyasar pada penyebab tidak
mendukung pencapaian target langsung dan akar masalah gizi
perbaikan gizi meskipun secara tidak bukanlah hal yang langsung berkaitan
langsung. dengan masalah gizi – dengan kata lain
kegiatan yang dilakukan tidak secara
eksplisit ditujukan untuk tujuan
penanggulangan masalah gizi – namun
intervensi ini dapat menjadi bagian
penting dari perbaikan gizi.

Kerangka Konseptual Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai