Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATA KULIAH PERENCANAAN PROGRAM GIZI

PROGRAM SCALLING - UP NUTRITION (SUN)

Dosen Pengampu:
Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz., M.Gizi
Nuryanto, S.Gz., M.Gizi
Rachma Purwanti, S.KM., M.Gizi

Disusun oleh:
Melia Nisma Fardani 22030118120013
Amalia Nurul Aini 22030118130047
Nisa Muthia Azzahra 22030118130049
Adita Anugerah Putri 22030118130055
Gebriel Ruth Cristein Engka 22030118130057

Kelas Ganjil
PROGRAM STUDI S-1 GIZI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2020
I. Definisi Scaling Up Nutrition
Scalling Up Nutrition (SUN) Movement merupakan suatu upaya global
dari berbagai negara dalam rangka memperkuat komitmen dan rencana
aksi percepatan perbaikan gizi. Upaya ini dilakukan untuk mengatasi
semua bentuk malnutrisi dengan prinsip bahwa setiap individu memiliki
hak yang sama untuk mendapatkan pangan dan gizi yang baik. SUN sudah
diikuti oleh 61 negara yang memiliki tingkat stunting sangat tinggi, serta
negara yang mempunyai perhatian terhadap peningkatan perbaikan gizi di
dunia. SUN Movement berada dibawah koordinasi Sekretaris Jenderal
(Sekjen) PBB sebagai respon negara-negara didunia terhadap kondisi
status pangan dan gizi di sebagian besar negara berkembang akibat lambat
dan tidak meratanya pencapaian sasaran Tujuan Pembangunan
Millenium/MDGs (Goal 1).1,2,3
Gerakan SUN tergolong unik karena sifatnya yang terpadu dengan
menggabungkan kerjasama antara pemerintahan, lembaga dan organisasi
masyarakat, PBB, berbagai penyandang dana, pelaku bisnis dan industry,
ilmuwan dan akademisi dalam upaya untuk memperbaiki status gizi.
Inisiatif SUN tersebut juga merupakan upaya untuk memperkuat
komitmen secara politik dan tanggung jawab semua pihak yang
bekerjasama. Dengan demikian, sistem yang efektif dan peningkatan
investasi dapat diimplementasikan untuk dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam menangani masalah gizi.3

II. Latar Belakang Pembentukan SUN


Gerakan SUN diluncurkan pada bulan Septermber 2010 oleh individu
dari berbagai pemerintahan, badan, dan kelompok yang merasa prihatin
karena angka malnutrisi di beberapa negara tidak menurun meskipun
terjadi pertumbuhan ekonomi. Mereka khawatir jika sistem internasional
gagal menangani kasus malnutrisi akibat krisis yang terjadi pada tahun
2008-2009. Seperti yang kita ketahui, selama tahun 2008 hingga 2009,
terjadi lonjakan harga pangan global serta krisis keuangan global yang
berdampak bagi semua masyarakat, terutama masyarakat miskin di seluruh
dunia. Kenaikan harga pangan membuat masyarakat miskin tidak mampu
untuk membeli makanan, sehingga menyebabkan kelaparan diberbagai
penjuru dunia.4,5
Pada tahun 2008, Sekretaris Jendral PBB membentuk Gugus Tugas
Tingkat Tinggi untuk Ketahanan Pangan dan Gizi yang bertujuan untuk
mempromosikan tanggapan yang komprehensif dan terpadu terhadap
tantangan untuk tercapainya ketahanan pangan global. Di tahun yang
sama, The Lancet yang merupakan jurnal pengobatan tertua di dunia
menerbitkan seri tentang gizi ibu dan anak yang semakin mempekuat bukti
terkait pentingnya perbaikan nutrisi dan bagaimana menangani malnutrisi
secara efektif.5
Pada tahun 2009, KTT Dunia tentang Ketahanan Pangan
mempertemukan para Kepala Negara untuk memperbarui komitmen untuk
mengakhiri kelaparan. Pada waktu yang sama, proses kolaboratif dimulai
yang mengarah pada pengembangan ringkasan kebijakan “Peningkatan
Gizi: Sebuah Kerangka Aksi” yang diterbitkan oleh Buletin Pangan dan
Gizi edisi Maret 2010. Rumusan perbaikan gizi yang digagas oleh PBB ini
telah menimbulkan perubahan pandangan yang signifikan. Masalah gizi
tidak saja dipandang sebagai masalah kesehatan, tetapi telah menjadi
tanggung jawab bersama. Keberhasilan perbaikan gizi merupakan lanjutan
dari keberhasilan bidang penyediaan makanan, perubahan perilaku dan
peningkatan pengetahuan, perbaikan lingkungan dan penyediaan sarana air
bersih, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan, serta
berbagai faktor determinan lainnya. Pada September 2010 barulah
diluncurkan Gerakan Scaling Up Nutrition (SUN Movement) yang
bertujuan untuk menurunkan masalah gizi, dengan fokus pada 1000 hari
pertama kehidupan (270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran
sampai usia 2 tahun) yaitu pada ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0-
23 bulan.2,5
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2010),
persentase BBLR di Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita pendek
sebesar 35,6 persen, anak balita kurus sebesar 13,3 persen, anak balita gizi
kurang sebesar 17,9 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 12,2 persen.
Dengan demikian Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yaitu
kekurangan dan kelebihan gizi.2
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi diatas,
dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme
dalam tubuh. Sedangkan, dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat
ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar,
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi
untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua.2
Semua itu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,
produktifitas, dan daya saing bangsa. Untuk mengatasi masalah ini
Indonesia telah menyepakati untuk menjadi bagian dari Gerakan SUN
sejak bulan Desember 2011, melalui penyampaian surat keikutsertaan dari
Menteri Kesehatan kepada Sekjen PBB. Saat ini jumlah negara yang
bergabung dalam Gerakan SUN sebanyak 61 negara, termasuk Indonesia.
Di Indonesia SUN Movement disebut dengan Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan
disingkat menjadi Gerakan 1000 HPK. Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi atau SUN Movement bukanlah inisiatif baru ataupun
pendanaan baru. Melainkan merupakan peningkatan efektivitas dari
berbagai inisiatif dan program/kegiatan yang sudah ada melalui dukungan
dari kepepimpinan nasional, penetapan prioritas, dan harmonisasi 
program. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan dukungan teknis,
advokasi tingkat tinggi, serta kemitraan lintas sektoral untuk mempercepat
sasaran perbaikan gizi masyarakat yang diharapkan.2
III. Tujuan Scaling Up Nutrition Indonesia
Scaling Up Nutrition (SUN) secara global adalah menurunkan angka
kelaparan dan malnutrisi, sementara tujuan program SUN atau yang
dikenal sebagai Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam
rangka 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah untuk menurunkan masalah
gizi, dengan fokus pada 1000 Hari Pertama Kehamilan. 1000 HPK
termasuk 270 hari selama kehamilan dan 730 hari dari kelahiran sampai
usia 2 tahun. Program SUN ditunjukan ada ibu hamil, ibu menyusui, dan
anak usia 0-23 bulan. 2,4
Menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 2013, tujuan umum dari
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dimaksudkan untuk
oercepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama
kehidupan. Adapun tujuan khususnya, yaitu:6
a. Meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan untuk
memberikan perlindungan dan pemenuhan gizi masyarakat.
b. Meningkatkan kemampuan pengelolaan program gizi, khususna
koordinasi antar sektor untuk mempercepat sasaran perbaikan gizi,
dan
c. Memperkuat implementasi konsep program gizi yang bersifat
langsung dan tidak langsung.

IV. Target Program


Target program SUN ini adalah4
1. Menurunkan angka stunting hingga 40% secara global pada balita.
2. Menurunkan angka anemia pada wanita reproduktif hingga 50%
3. Menurunkan angka BBLR hingga sebesar 30%
4. Meningkatkan angka ASI ekslusif selama 6 bulan setidaknya hingga
50%
5. Tidak bertambahnya angka kegemukan/overweight pada anak
6. Mengurangi dan mempertahankan angka wasting pada anak hingga
kurang dari 5%
V. Program Intervensi
Strategi intervensi yang diterapka SUN termasuk di dalamnya
Nutrition Sensitive Intervention dan Nutrition Spesific Intervention.
Nutrition Spesific Intervention adalah intervensi atau program yang
menjawab atau menangani faktor penentu janin dan anak beserta
pertumbuhannya, kecukupan asupan gizi dan pangan, praktek
pemelihataan dan tumbuh kembang anak, rendahnya penyakit infeksi.
Berikut adalah contoh kegiatan yang termasuk intervensi spesifik:2,3
a. Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok Ibu Hamil:
- Suplementasi Besi Folat: Pendistribusian Fe dan Folat
- Mengurangi konsumsi rokok dan polusi dalam rumah
- Pemberian Makanan Tambahan pada Ibu Hamil Kurang Energi
Kronis (KEK)
- Penanggulangan Kecacingan pada Ibu Hamil
- Suplemen Kalsium Ibu Hamil
b. Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok 0-6 Bulan
- Promosi Menyusui (konseling individu dan kelompok): Training
Konselor, Melakukan IMD di semua layanan kesehatan,
pembentukan dan pembinaan motivator Kadarzi.
c. Intervensi Gizi Spesifik pada Kelompok 7-23 Bulan
- Suplementasi Zink
- Suplementasi Vitamin A
- Pemberian garam beriodium
- Pencegahan Kurang Gizi Akut
- Pemberian obat cacing
- Fortifikasi besi
Sementara intervensi sensitif adalah intervensi yang menangani
sumber dari faktor penentu status gizi dan pertumbuhan janin dan anak –
ketahanan pangan, kelayakan/mutu perawatan anak pada tingkat rumah
tangga, lingkungan aman dan higienis. Contoh dari kegiatan sensitif
adalah:2,3
a. Penyediaan air bersih dan Sanitasi
b. Ketahanan pangan dan gizi (PMT untuk Ibu hamil KEK)
c. Keluarga Berencana
d. Jaminan Persalinan Dasar
e. Fortifikasi Pangan (Fortifikasi Vitamin A)
f. Intervensi untuk Remaja Perempuan
g. Pengentasan Kemiskinan

VI. Hambatan & Prioritas


A. Hambatan atau Kendala7
1. Kurangnya pemahaman mengenai masalah gizi dan faktor sebab
akibat yang ditimbulkan dari pemegang kepentingan
2. Terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat
3. Terjadi peningkatan biaya dalam hal program sosial seperti
sekolah,kesehatan, dan perdagangan
4. Kurang jelas dan diterima dengan pendekatan multisektor untuk
menangani masalah gizi secara efektif.
5. Kurang memadai air bersih dan sanitasi yang kurang atau buruk.
6. Masih minimnya evaluasi yang dilakukan pada tingkat masyarakat
B. Prioritas Indonesia 2017-20188
1. Dilakukan advokasi, kapanye, dan perilaku mengubah komunikasi
pemangku kebijakan pada perbaikan gizi dengan fokus
pengurangan stunting
2. Dilakukan perkuatan dalam bidang koordinasi multisektor melalui
intervensi gizi
3. Dilakukan pengembangan dalam intervensi gizi yang spesifik
4. Dilakukan pengembangan platform terkait gizi
DAFTAR PUSTAKA

1. Bappenas. SUN Movement : Gerakan Nasional 1000 Hari Pertama Kehidupan.


Jakarta: Bappenas RI; 2012
2. Bappenas. Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama
Kehidupan (Gerakan 1000 HPK). Jakarta: Bappenas RI; 2013
3. Giriwono PE, Indrayana S. Gerakan Scalling-Up Nutrition (SUN) :
Meningkatkan Kerjasama Kemitraan Multi Stakeholder Dalam Mengatasi
Tantangan Kekurangan Zat Gizi Di Indonesia. J Mutu Pangan. 2015;2(1):74-9
4. Nabarro D. An Introduction to the Scalling Up Nutrition Movement. United
Kingdom: SUN; 2014
5. SUN Movement. The History of the SUN Movement [internet]. United
Kingdom. 2015 [diakses pada 3 September 2020]. Dapat diakses dari:
https://scalingupnutrition.org/about-sun/the-history-of-the-sun-movement/
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013. Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
7. Rosha CH,dkk. Peran Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam Perbaikan
Masalah Gizi Balita di Kota Bogor. Buletin Penelitian Kesehatan.
2016;44(2):127-38
8. https:scalingupnutrition.org

Anda mungkin juga menyukai