Anda di halaman 1dari 28

PELATIHAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN

BALITA BAGI TENAGA KESEHATAN

MPD:
Kebijakan Pemantauan
Pertumbuhan Balita di Indonesia

DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT - KEMENTERIAN KESEHATAN RI


2021
Tujuan Pembelajaran

Hasil Belajar
• Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu memahami permasalahan gizi balita,
serta mampu memahami kebijakan pemantauan pertumbuhan balita di Indonesia

Indikator Hasil Belajar


• Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan besaran masalah gizi pada balita di Indonesia.
2. Menjelaskan kebijakan operasional pemantauan pertumbuhan balita.

PELATIHAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA BAGI TENAGA KESEHATAN 2021


DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Kebijakan Operasional

02
Besaran Masalah

01 Gizi
a. Pentingnya 1000 HPK
bagi status Kesehatan
Pemantauan
Pertumbuhan Balita
a. Tujuan pembangunan SDM
dan gizi masyarakat dalam RPJMN 2020-2024

b. Besaran dan tren b. Sasaran pencapaian gizi di


masalah gizi pada balita Indonesia dan dunia merujuk
pada tujuan SDG’s
c. Kerangka konsep c. Landasan kebijakan program gizi
masalah gizi dan pemantauan pertumbuhan
balita
Uraian Materi
(
https://www.youtube.com/watch?v=d
afxTR5qiIY
).
Apersepsi

PELATIHAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA BAGI TENAGA KESEHATAN 2021


DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DAMPAK MASALAH GIZI TINGKAT INDIVIDU DAN KELUARGA

Sumber : Modifikasi dari Rajagopalan, S, Nutrition and challenges in the next decade, Food and Bulletin vol 24 no.3, 2003
Jendela Kritis
Perkembangan
Janin

8 minggu
pertama sejak
konsepsi
terjadi
pembentukan
semua cikal
bakal organ
tubuh
Mengapa 1000 HPK?
* Akibat pada periode ini Bersifat Permanen
* Akibatnya berjangka panjang – Transgenerasi
* Sering dilupakan  konsentrasi program gizi selama ini pada
balita
• Investasi pada kelompok ini Cost effective untuk invesmen
SDM
* Program efektif untuk kelompok ini tersedia
* Fakta di Indonesia mengindikasikan masih diperlukan upaya
besar untuk memperbaiki
KEBIJAKAN Manfaat menanggulangi masalah gizi pada balita:
YANG TEPAT
Meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto
sebanyak 11% di Afrika and Asia.
INTERVENSI
BERBASIS BUKTI
Meningkatkan lama belajar di sekolah sedikitnya 1 tahun
INVESTASI GIZI =
INVESTASI
CERDAS Meningkatkan penghasilan 5 – 50%

Menanggulangi kemiskinan karena anak gizi baik


memiliki 33% peluang lebih besar untuk bebas
dari kemiskinan ketika dewasa nanti

Sumber: WorldBank, 2016


(Hasil Pemeriksaan Gula) (Hasil Pengukuran)

“Beban ganda terkait pengendalian penyakit menular belum selesai,


sedangkan di sisi lain kasus penyakit tidak menular meningkat”
KEBIJAKAN OPERASIONAL
A. Tujuan Pembangunan SDM dalam RPJMN 2020-2024
"Meningkatkan pelayanan kesehatan menuju

AGENDA
3 Meningkatkan kualitas dan
ARAH
cakupan kesehatan universal, khususnya penguatan
Pelayanan Kesehatan Dasar dengan mendorong
sumber daya manusia yang berdaya saing peningkatan upaya promotif dan preventif yang
didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi,
melalui:
a) percepatan penurunan stunting STRATEGI
dengan peningkatan efektivitas intervensi
spesifik, perluasan dan penajaman Percepatan Meningkatkan kesehatan
b)
intervensi sensitif secara terintegrasi;
peningkatan intervensi yang bersifat life Perbaikan Gizi 02 01 ibu, anak, keluarga dan
kesehatan reproduksi
saving dengan didukung data yang kuat Masyarakat
(evidence based policy) termasuk fortifikasi
dan pemberian multiple micronutrient;
c) penguatan advokasi, komunikasi sosial dan
perubahan perilaku hidup sehat terutama
mendorong pemenuhan gizi seimbang
berbasis konsumsi pangan (food based
03 Membudayakan
gerakan masyarakat
approach); untuk hidup sehat
d) Penguatan sistem surveilans gizi;
e) peningkatan komitmen dan pendampingan 04 Meningkatkan pengendalian penyakit
bagi daerah dalam intervensi perbaikan gizi Memperkuat sistem
dengan strategi sesuai kondisi setempat;
dan
05 kesehatan dan
f) respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi
pengawasan obat
darurat dan makanan
Source: Presidential Regulation No.18 of 2020
12
Indikator Sasaran dan Keluaran (Output) dalam Lampiran Perpres 72/2021
Terkait Kementerian Kesehatan

Lampiran A. Target Antara Percepatan Penurunan Stunting

Tersedianya Layanan Intervensi Spesifik Tersedianya Layanan Intervensi Sensitif


Penanggung jawab: 11 indikator
Penanggung jawab: 9 indikator Pendukung: 0 indikator
Pendukung: 0 indikator
1. Persentase pelayanan keluarga berencana (KB) pasca persalinan (70%)
1. Persentase ibu hamil KEK yang mendapatkan tambahan asupan gizi 2. Persentase kehamilan yang tidak diinginkan (15,5%)
(90%) 3. Cakupan PUS yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari
2. Persentase ibu hamil mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama pelayanan pranikah (90%)
masa kehamilan (80%) 4. Persentase rumah tangga yang mendapatkan akses air minum layak di
3. Persentase remaja putri yang mengoonsumsi TTD (58%) kab/kota lokasi prioritas (100%)
4. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI Eksklusif 5. Persentase rumah tangga yang mendapatkan akses sanitasi (air limbah
(80%) domestic) layak di kab/kota lokus prioritas (90%)
5. Persentase anak usia 6-23 bulan yang mendapat MP-ASI (80%) 6. Cakupan penerima bantuan iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional
6. Persentase anak balita gizi buruk yang mendapat pelayanan (112,9 juta penduduk)
tatalaksana gizi buruk (90%) 7. Cakupan keluarga berisiko stunting yang memperoleh pendampingan (90%)
7. Persentase anak balita yang dipantau pertumbuhan dan 8. Jumlah keluarga miskin dan rentan dan memperoleh bantuan tunai
perkembangannya (80%) bersyarat (10.000.000)
8. Persentase anak balita gizi kurang yang mendapat tambahan asupan 9. Persentase target sasaran yang memiliki pemahaman yang baik tentang
gizi (90%) stunting di lokasi prioritas (70%)
9. Persentase anak balita yang memperoleh imunisasi dasar lengkap 10. Jumlah keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan sosial
(90%) pangan (15.600.039)
11. Persentase desa/kelurahan Stop BABS atau ODF (90%)

Warna hijau adalah indikator dan output dengan penanggung jawab Kemenkes
NUTRITION AND SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

Menyelesaikan masalah gizi


akan membantu mencapai
secara langsung
12 dari 17 target
Sustainable
Development Goals

14
SPM BIDANG KESEHATAN
• Dasar: 1. Setiap bumil mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
• Peraturan Pemerintah nomor 2 Tahun 2018 standar;
2. Setiap bulin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai
tentang Standar Pelayanan Minimal standar;
• Permenkes nomer 4 tahun 2019 tentang 3. Setiap bayi baru lahir mendapatkan yankes sesuai
standar;
STANDAR TEKNIS PEMENUHAN MUTU 4. Setiap balita mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
PELAYANAN DASAR PADA STANDAR standar;
PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN 5. Setiap anak pada usia pendidikan dasar mendapatkan
skrining kesehatan sesuai standar;
• Pemda wajib memenuhi hak dasar rakyatnya 6. Setiap warga negara Indonesia usia 15 - 59 tahun
mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;
• Meliputi seluruh kelompok umur (bumil, 7. Setiap warga negara Indonesia usia >60 tahun
bulin, bayi, balita, usia sekolah, usia produksi mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar;
8. Setiap penderita hipertensi mendapatkan yankes sesuai
dan usia lanjut) standar;
• Meliputi 5 penyakit utama: TB, HIV/AIDS, 9. Setiap penderita Diabetes Melitus mendapatkan yankes
sesuai standar;
Hipertensi, DM, ODGJ 10.Setiap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) mendapatkan
yankes sesuai standar;
• Sifatnya: promotif, preventif & deteksi dini 11.Setiap orang dengan TB mendapatkan pelayanan TB
sesuai standar;
• Cakupan harus 100% (berbasis hak azasi manusia) 12.Setiap orang berisiko terinfeksi HIV (ibu hamil, pasien TB,
pasien IMS, waria/transgender, pengguna napza, dan
warga binaan lembaga pemasyarakatan) mendapatkan
pemeriksaan HIV sesuai standar.
Permenkes Nomor 4 Tahun 2019

Mendapat vitamin A
Penimbangan ≥ 8 kali Pengukuran ≥ 2 kali
minimal 2 kali setahun
setahun 54,6% setahun 77,8% 53,5% Sumber: Riskesdas 2018
Pemantauan
Pertumbuhan dan Perkembangan

RUMAH , PAUD, PUSKESMAS RUMAH SAKIT


POSYANDU, BKB,TK,RA,TPA
•Dokter Umum
•Dokter • Sp. A, Sp. RM
•Kader •Bidan •Terapis
•Keluarga •Perawat •Sp. M, Sp. THT,
•Masyarakat •TENAGA GIZI •Sp. KJ
INTERVENSI SPESIFIK GIZI

Pendekatan siklus hidup (1000 HPK + remaja) dengan upaya optimalisasi cakupan

STRATEGI INTERVENSI
Promosi dan konseling Promosi dan
1. Peningkatan Kapasitas PMBA konseling menyusui
SDM 1 2
2. Peningkatan Kualitas
Pemantauan
program tatalaksana 6 3 pertumbuhan dan
3. Penguatan Edukasi Gizi gizi buruk perkembangan
4. Penguatan manajemen
Intervensi Gizi di 5 4
Puskesmas dan Penanganan masalah Pemberian suplementasi
Posyandu gizi dengan pemberian TTD ibu hamil dan remaja,
makanan tambahan serta pemberian vitamin A

SURVEILANS GIZI
Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi
Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 14 Tahun 2019
Tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi

sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id
PREVALENSI STUNTING PADA BALITA
SURVEY
BERKALA:
Riskesdas
Susenas: SSGBI

2020
Intervensi Tepat Sasaran berdasarkan
data by name by address dari ePPGBM
MONEV

SURVEILANS GIZI
– ePPGBM
RUTIN
REKAP CAKUPAN PENIMBANGAN (D/S) BALITA 0-59 BULAN

ePPGBM diakses tgl 3 Agustus 2021


2019 2020 2021
Sasaran Balita
No Provinsi Sasaran Balita Jml Sasaran Balita Jml Sasaran Balita Jml
Proyeksi D/S D/S D/S
ePPGBM Agst Ditimbang ePPGBM Agst Ditimbang ePPGBM Ditimbang
1 ACEH 508,364 423,463 62,836 14.8 434,740 219,330 50.5 426,146 257,093 60.3
2 SUMATERA UTARA 1,352,284 955,735 122,287 12.8 942,219 530,730 56.3 924,346 429,445 46.5
3 SUMATERA BARAT 514,865 486,548 269,558 55.4 472,546 299,457 63.4 455,150 270,624 59.5
4 RIAU 640,238 537,504 58,184 10.8 563,864 354,911 62.9 558,559 240,343 43.0
5 JAMBI 303,093 259,397 38,435 14.8 268,960 159,968 59.5 263,153 154,155 58.6
6 SUMATERA SELATAN 795,604 553,428 68,541 12.4 591,450 369,755 62.5 606,729 433,839 71.5
7 BENGKULU 167,985 120,133 55,562 46.3 123,979 83,628 67.5 126,295 87,471 69.3
8 LAMPUNG 703,591 623,121 110,724 17.8 632,423 473,045 74.8 607,769 274,783 45.2
9 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 124,139 135,256 61,828 45.7 135,332 105,455 77.9 130,644 84,612 64.8
10 KEPULAUAN RIAU 222,314 160,285 18,853 11.8 162,775 103,790 63.8 159,257 77,770 48.8
11 DKI JAKARTA 847,779 557,026 42,888 7.7 514,968 114,459 22.2 474,649 34,966 7.4
12 JAWA BARAT 3,951,623 3,717,236 983,553 26.5 3,870,733 2,899,225 74.9 3,821,274 2,178,453 57.0
13 JAWA TENGAH 2,443,282 2,317,673 391,016 16.9 2,375,302 1,123,353 47.3 2,316,504 683,387 29.5
14 DI YOGYAKARTA 278,940 205,168 53,329 26.0 204,988 112,457 54.9 197,828 60,892 30.8
15 JAWA TIMUR 2,793,402 3,608,619 827,780 22.9 3,649,240 1,397,385 38.3 3,577,013 515,368 14.4
16 BANTEN 1,094,798 1,023,733 100,100 9.8 1,063,119 636,737 59.9 1,027,584 402,992 39.2
17 BALI 317,193 243,452 61,868 25.4 238,407 149,366 62.7 229,897 88,688 38.6
18 NUSA TENGGARA BARAT 489,891 520,446 74,190 14.3 549,647 378,070 68.8 557,347 343,696 61.7
19 NUSA TENGGARA TIMUR 577,891 529,256 292,017 55.2 553,408 346,409 62.6 546,730 340,428 62.3
20 KALIMANTAN BARAT 441,161 328,054 78,067 23.8 352,786 145,360 41.2 360,917 95,575 26.5
21 KALIMANTAN TENGAH 224,821 145,057 13,103 9.0 163,369 80,744 49.4 170,178 70,110 41.2
22 KALIMANTAN SELATAN 369,602 326,422 61,784 18.9 332,423 223,318 67.2 340,264 209,349 61.5
23 KALIMANTAN TIMUR 301,884 270,799 28,221 10.4 281,117 119,890 42.6 280,287 67,311 24.0
24 KALIMANTAN UTARA 62,822 46,667 6,686 14.3 51,755 14,990 29.0 53,087 16,813 31.7
25 SULAWESI UTARA 192,997 110,835 17,756 16.0 123,907 71,759 57.9 124,759 65,018 52.1
26 SULAWESI TENGAH 279,981 229,717 68,229 29.7 253,809 155,587 61.3 254,841 124,660 48.9
27 SULAWESI SELATAN 704,722 715,063 205,918 28.8 718,442 541,597 75.4 704,522 564,199 80.1
28 SULAWESI TENGGARA 264,911 158,087 11,381 7.2 178,190 65,289 36.6 188,490 79,037 41.9
29 GORONTALO 96,293 86,952 15,419 17.7 93,072 51,909 55.8 93,966 45,580 48.5
30 SULAWESI BARAT 132,425 107,102 31,728 29.6 116,770 85,275 73.0 117,786 88,533 75.2
31 MALUKU 167,387 153,393 23,659 15.4 163,683 47,086 28.8 173,514 47,191 27.2
32 MALUKU UTARA 116,267 103,325 30,875 29.9 107,945 48,252 44.7 112,511 32,280 28.7
33 PAPUA BARAT 95,440 72,517 12,036 16.6 83,175 26,119 31.4 94,267 12,113 12.8
34 PAPUA 313,970 140,942 26,230 18.6 155,134 26,771 17.3 159,358 21,54321 13.5
INDONESIA 21,891,959 19,972,411 4,324,641 21.7 20,523,677 11,561,476 56.3 20,235,621 8,498,317 42.0
Grafik Cakupan Penimbangan (D/S) menurut Provinsi Tahun 2019 - 2021

90.0
80.1
80.075.4
70.0
60.0 56.3

50.0
42.0
40.0
28.8
30.0
21.7 22.2
20.0
10.0 7.4

2019 2020 2021

Sumber: ePPGBM 22
Dampak Pemantauan Pertumbuhan
Tidak dilakukan Secara RUTIN

Kita akan selalu terlambat mengintervensi karena “DETEKSI DINI” masalah gizi terlewatkan
IMPLIKASI adanya Perubahan kebijakan

DIPERLUKAN

 Sosialisasi ke seluruh stakeholder


 Peningkatan kapasitas SDM  Nakes – Kader
 Pemenuhan Alat Pemantauan Tumbuh Kembang sesuai Standar
Quote:

“Seseorang duduk di bawah pohon teduh hari ini


karena ada seseorang yang menanam pohon sejak
lama” – Waren Buffet
TERIMA KASIH
www.gizi.kemkes.go.id Direktorat Gizi Masyarakat
www.sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id
dir.gizi@yahoo.co.id
@gizimasyarakatkemenkes
@DitGizi

Direktorat Gizi Masyarakat
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat
bit.ly/PedomanGiziMasyarakat Kementerian Kesehatan RI
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9 Jakarta12950
Referensi
1. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Upaya Percepatan Perbaikan Gizi.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak.
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta, 2013.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
2010. Jakarta, 2010.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun
2007). Jakarta, 2008.
8. Black RE, Allen LH, Bhutta ZA, Caulfield LE, deOnis M et al. Maternal and child undernutrition: global and regional exposures and health
consequences. Lancet 2008; 371: 243-260.
9. Black RE, Victora CG, Walker SP, Bhutta ZA, Christian P, deOnis M et al. Maternal and child undernutrition and overweight in low-income
and middle-income countries. Lancet 2013; 382: 427-451.
10.Kementerian PPN/Bappenas. Rancangan Teknokratik. Rencana Pembangungan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. Indonesia
Berpenghasilan MEnengah-Tinggi yang Sejahtera, Adil dan Berkesinambungan. Jakarta, 2020.
11.UNICEF. The state of the world’s children 1998. Oxford University Press for UNICEF. Oxford and New York. 1998.
12.Shekar M, Kakietek J, Eberwein JD, Walters D. An Investment Framework for Nutrition. Reaching the Global Targets for Stunting, Anemia,
Breastfeeding, and Wasting. Directions in Development. Washington, DC: World Bank. doi:10.1596/978-1-4648-1010-7. License: Creative
Commons Attribution CC BY 3.0 IGO.

Anda mungkin juga menyukai