Anda di halaman 1dari 47

MODUL

PELATIHAN DOKTER UMUM DALAM UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN


ANGKA KEMATIAN BAYI
METODE BLENDED LEARNING

INTRODUKSI PENYEBAB TERBANYAK KEMATIAN BAYI DAN INTERVENSI


PENCEGAHAN KEMATIAN

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA


2021
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
di 80 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB
Melalui Metode Blended Learning
Pendahuluan

Fokus Masalah Kesehatan RPJMN


(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024

Angka Pencegahan
Tata
kematian ibu Pengendalia dan
Germas kelola
dan Angka n stunting pengendalian
sistem
kematian bayi penyakit
kesehatan
Tren Penurunan Angka Kematian
Bayi

Targe
t
2024

16/1000
kelahira
n hidup

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, SDKI 2017

BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2017
Penyebab Kematian
Bayi Pusdatin
Pada Tahun 2019
• 885.551 balita
pneumonia (CFR
0,07)
• 1.591.944 balita
mengalami diare
• 11,7% anak usia
0-
23 bulan kurus dan
sangat kurus
(masalah gizi)
• Kecelakaan,
tenggelam,
perlukaan

kegawatdar
Kontributor Kematian
Bayi
• Sampai saat ini belum ada data kontributor penyebab
kematian bayi
• Data yang tersedia adalah kontributor penyebab kematian
neonatal yang sistem pelaporan dan auditnya telah berjalan
melalui kegiatan AMP (Audit Maternal Perinatal);
• Terlambat dirujuk (32%)
• Stabilisasi prarujukan yang tidak adekuat (29%)
• Terlambat mendapat pertolongan (26%)
• Kurang komunikasi antar fasyankes (13%)
• Diperkirakan kontributornya kurang lebih sama  perlu
sistem pelaporan dan audit tersendiri
Every Mother Newborn Counts (EMNC). USAID-JALIN, Kementerian
Kesehatan RI, 2019.
Intervensi Pencegahan Kesakitan dan
Kematian pada Bayi
Upaya
preventi
f
Promosi
Nutrisi
kesehata
n

Pantau
Intervensi
tumbuh Imunisasi
kemban
g
Pengoba
Sistem
t an
rujukan
penyakit
baik
adekuat
Key Intervention
Continuum of
Care

Sumber: https://profiles.countdown2030.org/
Upaya
Preventif
Pencegahan pernikahan usia anak
• Tahun 2018: 1 dari 9 perempuan berusia 20-24 tahun
menikah sebelum usia 18 tahun  Berkontribusi terhadap
kelahiran prematur, BBLR, kelainan bawaan, stunting
• UU No 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan: usia minimal
baik pria maupun wanita untuk menikah adalah 19 tahun
• Seluruh pemangku kepentingan harus bekerja sama untuk
mencegah perkawinan anak karena seharusnya usia anak
merupakan masa bagi perkembangan fisik, emosional, dan
sosial sebelum memasuki masa dewasa

BPS, Kementerian PPN. Pencegahan perkawinan anak: percepatan yang tidak bisa ditunda.
Sumber: https://www.unicef.org/indonesia/media/2851/file/Child-Marriage-Report-2020.pdf
Nutris
i dalam daya tahan tubuh
• Nutrisi berperan penting
dan perkembangan seorang anak
• Dampak malnutrisi:
• Mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
• Meningkatkan morbiditas dan mortalitas penyakit
• Penting untuk menjaga agar setiap bayi
mendapatkan nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhannya
Pemberian
Menyusui eksklusifASI
menguntungkan bayi, ibu, masyarakat,
dan pemerintah. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi
karena:
• ASI mengandung semua zat gizi baik kalori, protein, lemak, air, mineral, vitamin
yang diperlukan bayi
• Zat gizi dalam ASI mudah dicerna bayi
• Produksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi
• ASI mengandung berbagai zat antibodi sehingga bayi tidak mudah mendapat
infeksi
• ASI dari ibu yang sehat bersifat steril, tidak mengandung kuman
• ASI (langsung) adalah segar dan mempunyai suhu yang sesuai dengan suhu
tubuh bayi.
• ASI mempererat bonding antara ibu-bayi
• ASI eksklusif dapat menunjang keluarga berencana

Rekomendasi IDAI tentang ASI, 2010.


DIunduh dari https://www.idai.or.id/professional-resources/rekomendasi
Inisiasi Menyusu Dini & ASI
EksklusifIMD ASI eksklusif
• IMD adalah menyusu dalam 1 • ASI eksklusif selama 6 bulan
jam setelah kelahiran (WHO, pertama cukup untuk
2017) memenuhi semua kebutuhan
• Banyak manfaat; kolostrum nutrisi
yang bergizi tinggi dan • Dapat mencegah penyakit
mengandung antibodi infeksi seperti diare dan
• Baru sekitar 57% bayi lahir saluran pernapasan
mendapat IMD (SDKI 2017) • Baru sekitar 52% bayi
• Perlu upaya untuk berumur di bawah 6 bulan
meningkatkan IMD yang mendapat ASI eksklusif
(SDKI 2017)
BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2017
Makanan Pendamping
• SetelahASI
bayi berumur 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi, baik
makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi hanya
oleh ASI
• Masa peralihan merupakan periode kritis
• Syarat pemberian MPASI:
1. Tepat waktu, saat ASI saja sudah tidak dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi
2. Adekuat, mempertimbangkan jumlah, frekuensi, tekstur, variasi
makanan
3. Aman dan higienis, perhatikan kebersihan makanan & peralatan
4. Responsive feeding, memperhatikan sinyal lapar dan kenyang

Kementerian Kesehatan RI. Buku KIA. 2020


Praktik Pemberian Makan Bayi dan
Anak (PMBA)
MPASI yang baik
• Beragam
• Kelompok makanan hewani
(daging sapi, daging
unggas, ikan, telur) sangat
penting dimasukkan karena
sumber nabati saja tidak
cukup
• Sayur dan buah yang
beragam setiap hari
PMBA, SDKI 2017
BKKBN, BPS, Kemenkes, USAID. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2017
Suplementasi Vitamin
A • Vitamin A penting dalam sistem
kekebalan tubuh anak
• Kekurangan Vitamin A dapat
menambah keparahan penyakit
infeksi seperti campak, diare, dan
memperlambat penyembuhan
• Pada kasus yang berat,
kekurangan Vitamin A dapat
menyebabkan gangguan
penglihatan dan kebutaan
• Secara nasional, 78,7% anak
yang telah mendapat
suplementasi Vitamin A
(Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat, 2020)
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2019.
Vitamin A supplementation in infants and children 6-59 months of age. WHO recommendation. Diunduh
dari https://www.who.int/elena/titles/guidance_summaries/vitamina_children/en/
Imunisas
Foto: fixabay
i
• Imunisasi merupakan upaya pencegahan paling efektif, dapat mencegah
2-3 juta kematian setiap tahun dan melindungi anak dari berbagai
penyakit yang berbahaya dan mematikan
• Upaya imunisasi di Indonesia telah dilakukan sejak tahun 1970-an
• Program untuk memenuhi Konvensi Hak Anak yang diberlakukan sejak
2 September 1990 oleh PBB
• Hak atas keberlangsungan hidup (survival)
• Hak untuk berkembang (development)
• Hak atas perlindungan (protection)
• Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat
(participation)
• Pemerintah dan orangtua mempunyai kewajiban memberikan upaya
kesehatan terbaik demi tumbuh kembang anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Menutup senjang imunisasi. 2015
Satgas Imunisasi IDAI. Mencegah lebih baik daripada mengobati. 2014
Pelayanan Imunisasi
Rutin
• Penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I)
umumnya sangat menular dan cepat
menyebabkan sakit berat
• Pemberian imunisasi:
• Mencegah anak tertular
• Menghentikan penyebaran
penyakit dalam kelompok
masyarakat (syarat coverage tinggi)
• Harapan anak jarang sakit, nutrisi
dan stimulasi yang baik mencapai
potensi tumbuh kembang secara
optimal
• Saat ini cakupan imunisasi dasar
lengkap (DPT-HB-HiB3, Polio 4,
Campak/MR) sebesar 92,3%

Kementerian Kesehatan RI. Buku KIA. 2020


Pusdatin Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia. 2020
LENGKAPI IMUNISASI sesuai Permenkes 2017 dan rekomendasi IDAI
PRIORITASKAN / UTAMAKAN UMUR 0 – 18 BULAN

 Segera setelah lahir : Hepatitis B0 + bOPV 0


 Usia 1 bulan : BCG
 Usia 2 bulan : Pentavalent 1 + bOPV 1
 Usia 3 bulan : Pentavalent 2 + bOPV 2
 Usia 4 bulan : Pentavalent 3 + bOPV 3 + IPV
 Usia 9 bulan : MR 1
 Usia 18 bulan : Pentavalent 4 + bOPV4 + MR2
 Pentavalent + OPV = Hexavalent (Pentavalent + IPV)

IDAI. Rekomendasi Imunisasi anak pada masa Covid-19


Imunisasi anak > 18 bulan
• 6-7 tahun (SD kelas 1): DT atau Td + MR

• 7-8 tahun (SD kelas 2): Td

• 11 tahun (SD kelas 5) : Td

HPV I (utk provinsi tertentu)

• 12 tahun (SD kelas 6) : HPV II (utk provinsi tertentu)

IDAI. Rekomendasi Imunisasi anak pada masa Covid-19


Surveilans
Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi
• KIPI dikenal juga adverse events associated with vaccine adalah semua
kejadian sakit yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi
• Surveilans KIPI sangat diperlukan (pertanggungjawaban ke publik, aspek
medikolegal, perbaikan program imunisasi)
• Berdasarkan kriteria WHO, KIPI dibagi menjadi 5 kelompok penyebab;
1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan
2. Reaksi suntikan
3. Induksi vaksin
4. Kejadian koinsidens (kebetulan)
5. Penyebab belum diketahui
• Gejala klinis digolongkan berdasarkan:
1. Derajat keparahan/beratnya gejala (ringan dan berat/serius sehingga
menyebabkan pasien meninggal, dirawat, menyebabkan isu di
masyarakat)
2. Lokasi reaksi; lokal/sistemik

Hadinegoro SR. Aktivitas surveilans


KIPI. 2014
Formulir KIPI
Isi dengan Ballpoin (tembus karbon)
Serius Data diisi dengan benar dan valid
FORMULIR PELAPORAN KEJADIAN IKUTAN PASCA
IMUNISASI Tgl. terima : …./…./20....
(KIPI) SERIUS
Identitas pasien Tanggal lahir : ...../...../……… Penanggung jawab (dokter Spesialis, dokter,
Pimpinan)
Nama : ......................................... .........................................................................
Nama Orang Tua : ......................................... Jenis Kelamin Alamat Pelayanan Imunisasi (RS, Puskesmas,
Alamat : .......................................................... 1. Laki-laki; 2. Klinik
.......................................................... Perempuan )...........................................................................
RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................ Bagi Wanita Usia Subur RT/RW : ....../...... Kel./Desa ............................
(WUS) Kec. : .........................................................
Kec. : ..........................................................
Kab/Kota : .......................................................... 1. Hamil 2. Tidak Hamil Kab/Kota: ..........................................................
Prop. : .......................................................... KU sebelum imunisasi : Prop. : ..........................................................
Telp. : .......................................................... ............................................. Telp. : ..........................................................
Kode Pos: Kode Pos:

Pemberi Imunisasi : Dokter / Bidan / Perawat / Jurim/ ....................


Vaksin-vaksin yang diberikan dalam 4 minggu terakhir
Pemberian
No. Jenis Vaksin Pabrik vvm No. Oral / Lokasi Jumla
Batch Tanggal Jam
intrakutan / penyuntika h
1 subkutan / i.m n dosis
2
3
4

Tempat pemberian 1. RS; 2. RB; 3. Puskesmas; 4. Dokter Praktek; 5. Bidan Praktek; 6. BP; 7. Posyandu; 8. Sekolah;
imunisasi : 9. Balai Imunisasi; 10. Bidan Desa (Polindes); 11. Rumah; 12. Pustu ; 13. Pos PIN
Manifestasi kejadian ikutan (keluhan, gejala klinis)
Waktu gejala timbul Lama gejala Perawatan / tindakan
Keluhan & Gejala Klinis
Tanggal Jam Mnt Mnt Jam Hari Tindakan darurat
Bengkak pada lokasi penyuntikan Rawat jalan
Perdarahan pada lokasi penyuntikan Perdarahan Rawat Inap (tgl....................)
lain.................................................... Dirujuk ke........................
Kemerahan lokal (tgl......................... )
Kemerahan tersebar
Gatal Kondisi akhir pasien
Bengkak pada bibir / kelopak mata / kemaluan Sembuh
Bentol disertai gatal Meninggal
Muntah (tgl ................................
Diare )
Pingsan (sinkop)
Kejang
Sesak nafas
Demam tinggi (>390 C) lebih dari satu hari
Pembesaran kelenjar aksila
Kelemahan/kelumpuhan otot: lengan/tungkai
Kesadaran menurun
Menangis menjerit terus menerus > 3 jam
Lain-lain
1. .........................................................
2. ......................................................
Apakah ada anak ... lain yang diimunisasi pada saat yang sama mengalami gejala serupa?
Ya
Tidak
Apakah ada
anak lain yang
tidak
diimunisasi
pada saat
yang sama
mengalami
Informasi kesehatan lainnya (alergi, kelainan kongenital, dalam terapi obat-obatan tertentu)
gejala serupa?
Ya
Tidak
Berita KIPI diperoleh dari : (kader, keluarga, masyarakat, ...........................) ............................................,
tanggal ...../...../..........
Nama : Tanda tangan pelapor Tanda tangan pemberi
imunisasi Hubungan dengan pasien :
Tanggal : ...../...../..........
Kesehatan
Lingkungan
• GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
• PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
• Peningkatan kualitas lingkungan
• Sarana air bersih
• Penyediaan jamban keluarga
• Penyediaan tempat sampah
• Membuang sampah pada tempatnya
• Membangun RTH (Ruang Terbuka Hijau)  agar bebas polusi
• PSN (pemberantasan sarang nyamuk

Rencana aksi program kesehatan masyarakat.


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, 2020
Kesehatan
Lingkungan
• Peningkatan kualitas lingkungan
• Sarana air bersih
• Penyediaan jamban keluarga
• Penyediaan tempat sampah
• Membuang sampah pada tempatnya
• Membangun RTH (Ruang Terbuka Hijau)  agar bebas polusi
• PSN (pemberantasan sarang nyamuk

• Upaya preventif-promotif lain


• GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat)
• PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)

Rencana aksi program kesehatan masyarakat.


Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, 2020
Peningkatan Pengetahuan Orangtua:
Pemanfaatan Buku KIA
• Riwayat kelahiran; jenis kelahiran • Pelayanan SDIDTK (Stimulasi,
BBL, PL, LK lahir, IMD, pemberian Deteksi, dan Intervensi Dini
vitamin K1, pemberian imunisasi Tumbuh Kembang Anak)
OPV dan Hep B, skrining hipotiroid • Praktik Pemberian Makan Bayi,
kongenital, Pelayanan kesehatan pemberian vitamin A dan obat
neonatus melalui kunjungan KN1
(usia 6-<48 jam), KN2 (usia 3 - 7 cacing
hari), KN3 (usia 8 - 28 hari). • Ringkasan pelayanan Manajemen
• Pelayanan imunisasi dasar dan Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan
lanjutan pelayanan dokter
• Kurva pertumbuhan WHO (grafik • Kelas ibu Balita (memuat informasi
BB/U, PB/U, lingkar kepala, grafik penting mengenai pola asuh,
IMT untuk usia 5-6 tahun) imunisasi, gizi, tumbuh kembang,
perawatan bayi, serta penyakit
• Deteksi dini penyimpangan yang sering ditemukan)
pertumbuhan
• Pola asuh sesuai tahapan usia
Peningkatan Pengetahuan Orangtua:
Pemanfaatan Buku KIA (2)
• Perawatan bayi baru lahir dan • Keselamatan lingkungan (upaya
neonatus (0-28 hari) menghindari risiko jatuh, luka
• Kondisi, pemantauan kesehatan, bakar dan bahaya listrik, infeksi,
serta tanda bahaya pada bayi baru kekurangan nafas, bahaya
tenggelam)
lahir dan neonatus
• Perlindungan anak, bagaimana
• Kondisi, pemantauan kesehatan, melindungi anak dari kekerasan
gizi, perawatan bayi dan anak fisik, psikis, dan kejahatan seksual
sampai usia 6 tahun
• Anak dengan disabilitas
• Kesehatan lingkungan (air bersih,
udara bersih, jamban sehat, hindari • Perawatan anak sakit (tata laksana
gigitan nyamuk, membersihkan awal anak sakit serta tanda bahaya
sampah, kebersihan perlengkapan pada bayi dan anak)
makan dan minum, cara memasak • Kesiapsiagaan dalam situasi
menerapkan prinsip kunci
keamanan pangan, dll) bencana
Pemanfaatan Buku
KIA Perlu
ditingkatka
n

Badan Litbangkes. Riset Kesehatan Dasar. 2018


Upaya
Kuratif
• Pengobatan tepat penyakit penyebab kematian terbanyak; pneumonia,
diare, sepsis, deteksi dini malnutrisi, mengenali dan tata laksana awal
kegawatdaruratan anak  dibahas pada modul terpisah
• Penerapan MTBS
o Pendekatannya adalah manajemen terpadu
dalam menemukan balita sakit secara dini dan
mengatasinya
o Dengan pemeriksaan sistematis dan terpadu 
penyakit yang diderita balita dapat didiagnosis
dan kemudian mengarah kepada terapi yang
tepat.
o Modul MTBS sebagai acuan berkembang dari
waktu ke waktu dan telah memasukkan aspek
pencegahan penyakit dan pemberdayaan
masyarakat
o 74,1% puskesmas telah melakukan
pemeriksaan
dan tatalaksana standar melalui pendekatan
MTBS  perlu ditingkatkan
Kemampuan Mengenali dan Menangani
Kegawatdaruratan pada Bayi
• Sebagian besar kasus kegawatdaruratan bayi, orangtua datang ke
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) untuk meminta pertolongan
• Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus mampu:
• Mengenali tanda kegawatdaruratan anak dengan metode
Pediatric Assessment Triangle (PAT)/Segitiga Asesmen Gawat Anak
(SAGA) dan Pediatric Early Warning Score (PEWS)/ Skor Deteksi
Awal Gawat Anak (SADEWA)
• Mampu menentukan prioritas tata laksana berdasarkan klasifikasi
kegawatdaruratan bayi dan anak. Setelah itu diikuti oleh survei
primer dengan menilai Airway, Breathing, Circulation (sirkulasi),
Disability, dan Exposure (ABCDE) dan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
bila diperlukan
Sistem Rujukan yang
• KualitasBaik
pelayanan kesehatan di FKTP diharapkan berkualitas baik
sehingga sebagian besar kasus dapat ditangani
• Namun, ada sebagian kasus yang memerlukan rujukan karena
keterbatasan SDM atau hambatan ketersediaan peralatan medis atau
obat-obatan  perlu memahami tingkatan pelayanan kegawatdaruratan
pada bayi sehingga dapat memberikan rujukan dengan baik
• Tenaga kesehatan mampu melaksanakan transportasi bayi sakit (kritis)
• Menentukan pasien bayi dan anak layak transport
• Melakukan serah terima pasien dari faskes primer kepada tim transport
• Memeriksa semua kelengkapan alat yang diperlukan selama transportasi
• Memahami pentingnya penilaian dan stabilisasi selama transportasi
• Memahami pentingnya pencatatan dan pelaporan proses transportasi
 dibahas pada modul terpisah
Tumbuh
Kembang
Tumbuh Kembang
• Bertambahnya • Bertambahnya fungsi tubuh
dimensi/ukuran sel sehingga yang lebih kompleks
ukuran fisik bertambah • Kualitatif
• Kuantitatif • Motorik kasar, motorik
• BB, TB, LK halus, bahasa, persona-
sosial

Anak bertumbuh kembang sesuai


potensinya
Pemantauan Tumbuh Kembang
• Masa batita merupakan masa
yang penting, disebut juga golden
period atau windows of
opportunity
• Surveilans tumbuh kembang,
proses pemantauan tumbuh
kembang anak secara
berkesinambungan sangat
penting utk deteksi dini
• Bila terjadi gangguan dapat
segera dilakukan
intervensi
• Gunakan Buku KIA sebagai alat
untuk memantau tumbuh
kembang anak Kementerian Kesehatan RI. Buku KIA. 2020
Pedoman di
fasyankes dasar
• Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak

• KPSP = Kuesioner Pra


Skrining Perkembangan
Anak
Apps pemantau
tumbuh kembang
anak
Rangkuma
n
Untuk menurunkan AKB dari 24/1000 menjadi
16/1000 pada tahun 2024 diperlukan intervensi
optimal dalam bidang nutrisi, imunisasi,
pemantauan tumbuh kembang, pengobatan,
dan sistem rujukan yang baik
Pemanfaatan Buku KIA perlu ditingkatkan untuk
pemantauan tumbuh kembang di masyarakat

Cakupan imunisasi dasar lengkap + ulangan


perlu ditingkatkan untuk mencegah timbulnya
KLB penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi
Terima
Kasih
Penjelasan Logbook OJT
Fasilitator Pusat
(10 menit)
Lembar studi
kasus
39

• Logbook peserta
• Checklist untuk fasilitator kab/kota

Penjelasan
OJT
Langkah OJT
40

• Logbook peserta
• Checklist untuk fasilitator kab/kota

Penjelasan
OJT
Langkah OJT
41

• Logbook peserta
• Checklist untuk fasilitator kab/kota

Penjelasan
OJT
Langkah OJT
• Logbook peserta Penjelasan
• Checklist untuk fasilitator kab/kota
OJT
Langkah OJT
Latihan Kasus 1
INTERVENSI PENCEGAHAN DAN KESAKITAN

Ikatan Dokter Anak Indonesia

Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter dalam Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
di 80 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB
Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – 20 Maret 2021
Anamnesis
• Anak B, perempuan dibawa ibunya ke Puskesmas pada
tanggal 4 Oktober 2020. tanggal lahir anak 2 April 2020.
Ibu mengatakan bayi BAB cair sejak kemarin dengan
frekuensi + 3x/ hari. Tidak rewel, darah (-), lendir (-),
busa (-).
 Masih mengkonsumsi ASI saja sejak lahir dari
ibunya. Dan tidak terjadi perubahan pola menyusui
dibanding biasanya
 Dari catatan imunisasi Buku KIA, terlihat bahwa :
- Telah mendapat Hepatitis B0 + bOPV 0, BCG,
Pentavalent 1 + bOPV, sesuai usia
- Dari plotting KMS pada tanggal 2 September
2020, terlihat berat anak 6,7 kg
PEMERIKSA
 AN
Umur 6 bulan
 BB: 7 kg, TB: 60 cm
 Tampak normal, composmentis;
 Suhu: 36,5 C, RR= 39 x/m; N: 100 x/m
 Cubitan kulit perut kembali dengan cepat
 Mata tidak cekung
 Tanda dehidrasi tidak ada
 Kelenjar getah bening tidak teraba membesar,
 sklera tak ikterik
• Pemeriksaan apa saja yang dilakukan?
• Diagnosis?
• Tata laksana apa yang diterima anak dan keluarga?
• Edukasi?

Anda mungkin juga menyukai