Sekarang di kota sudah sangat jarang orang memakai kerosene (minyak tanah), mayoritas sudah
pindah ke gas.
Tapi di daerah seperti mataram dan papua, masih banyak pengguna kerosene buat kebutuhan
sehari-hari. Yang artinya...
Insiden keracunan minyak tanah sangat bervariasi tergantung dari usia (biasanya terjadi pada
anak-anak usia < 6 tahun; dan lebih sering pada usia 1-3 tahun), status sosioekonomi rendah,
serta di daerah padat penduduk.
Dosis toksik minyak tanah bervariasi. Efek toksik terpenting dari minyak tanah adalah
pneumonitis aspirasi. Studi pada binatang menunjukkan toksisitas paru memiliki > 140x
dibanding pada saluran pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau
muntah.
Route paparan minyak tanah tersering yang menimbulkan efek toksik adalah melalui inhalasi
(saat menelan atau aspirasi). Route lain adalah: oral (kecelakaan atau ingesti berulang), kontak
dermal & inhalasi saat bekerja (sektor petrokimia, aviation, cat, insektisida), serba aspirasi air
terkontaminasi minyak tanah. Paparan tersebut dapat bersifat akut maupun kronik.
Asesmen dan managemen awal keracunan akut merupakan inti kompetensi kedaruratan, baik
kelainan medik maupun psikiatrik. Tatalaksana keracunan minyak tanah secara umum adalah:
resusitasi dan stabilisasi penderita, diagnosis tipe zat toksik, terapi non-spesifik dan spesifik,
serta perawatan suportif.
Saya mencoba memaparkan beberapa hal penting yang merujuk pada buku EIMED
Kegawatdaruratan Biru PAPDI.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara komprehensif mulai dari kepala hingga kaki, dengan
maksud untuk mendapatkan diagnosis jenis racun serta keadaan lain yang menyertai (trauma,
tentamen suicide dll). Gejala klinis paparan akut bervariasi tergantung route paparan:
Inhalasi
Paparan via inhalasi akan tercium bau minyak tanah saat bernapas. Pada inhalasi baik berupa
percikan (kerose vapours < 100 mg/mm3) atau semprotan (kerosene aerosol) dapat menyebabkan
iritasi sistem pernapasan, dengan gejala batuk sesak napas hingga depresi ringan pada susunan
saraf sentral (narcolpsy, cataplexy and confusion).
Pneumonitis kimia dapat terjadi pada inhalasi/aspirasi air terkontaminasi minyak tanah. Kelainan
yang lebih berat akibat respon inhalasi pada paru-paru adalah
Ingesti
1. Diare
2. Mual dan muntah, akan tetapi ada yang tidak menimbulkan gejala (30-50%).
Keracunan fatal dapat terjadi bila dosis ingesti sekitar 2-17 g/kg. Kematian lebih sering karena
aspirasi muntahan dari pada toksik sistemik. Namun efek sistemik tersebut jarang karena minyak
tanah tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan, dan akan dieksreksikan
melalui urin.
Kontak kulit
Paparan akut pada kulit dan mata menyebabkn iritasi lokal. Pada kulit berupa:
1. Eritema
2. Pruritus
Kontak mata
1. Konjungtivitis
2. Hiperemis
3. Lakrimasi
Selain gejala diatas, paparan akut dapat menimbulkan efek toksik yang sistemik baik pada
susunan saraf pusat (neurotoksik) berupa:
1. Irritabilitas
2. Restlessness
3. Ataksia
4. Drowsiness
5. Convulsi
6. Coma
7. Kematian
Selain itu juga dapat menimbulkan miokarditis, kerusakan hati, kerusakan adrenal, kerusakan
ginjal, dan abnormailtas eritrosit (± 1 mL/kgBB minyak tanah atau ingesti sekitar 10-30 cc
minyak tanah)
Paparan kronik/berulang minyak tanah paling sering menimbulkan dermatitis, yang disebabkan
oleh proteksi personal yang tidak efisien atau tidak benar. Biasanya terjadi pada pekerja-pekerja
yang berhubungan langsung dengan minyak tanah.
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk keracunan minyak tanah ,secara rutin
harus tetap dilakukan pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, dan elektrolit. Periksa toksikologi
untuk kepentingan visum et repertum.
1. Paparan inhalasi:
o Pindahkan pasien deri tempat paparan ke udara bebas
2. Paparan ingesti:
o Baringkan penderita di tempat yang datar
o Hindari usaha memuntahkan, aspirasi cairan lambung dalam waktu 1 jam paska
ingesti
o Daerah kulit yang terpapar dicuci mengunakan sabun dan air hingga bersih
o Cuci mata yang terpapar menggunakan air mengalir atau 0,9% salin
selaman 10-15 menit
Terapi Farmakologik
Secara umum terapi farmakologik adalah:
1. Monitoring umum
o Pertahankan sistem pernapasan dengan inhalasi oksigen
o Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End
Expiratory Pressure/PEEP)
o Epinem dan obat simpatomimetika dapat dipakai untuk kondisi aritmia
4. Kumbah lambung dan carcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak pena-
talaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan aspirasi
dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya, utamanya bila
jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi penguapan dari
lambung ke paru.
7. Anus dan perineum harus dibersihkan secepatnya untuk mencegah iritasi (skin burn)
sekunder.
Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa, merusak epithel jalan napas, septa alveoli,
dan menurunkan jumlah surfactan sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun
kolaps pada paru. Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang
bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak ± 2,5 ml pada paru (pada lambung ± 350 ml).
Selain itu, jumla 1 ml/kgBB minyak tanah dapat menyebabkan depresi CNS ringan-sedang,
karditis, kerusakan hepar, kelenjar adrenal, ginjal, dan abnormalitas erotrosit. Pada umumnya
keracunan minyak tanah prognosis baik, kecuali bila terjadi pneumonitis kemikal dan toksik
sistemik.