Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM KEGIATAN AKSI ANGKA STUNTING NOL

AANGSINO PADA BALITA DI PUSKESMAS SURUH


TRENGGALEK JAWA TIMUR
Nutisanah Safitri1, Dewi Chrisna Mayadani2, Dwi Afrianti3, [Dr. Katmini, M. Kes]
Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat
nuti.sanah@gmail.com
Abstrak
Stunting merupakan masalah yang dihadapi dunia, terutama di negara miskin dan
berkembang. Prevalensi global stunting tetap tinggi. Hal ini terlihat dari fakta bahwa angka
stunting global masih sebesar 22,2% pada tahun 2017, dengan setengah dari anak-anak
stunting di Asia (55%) dan sepertiga di Afrika (39%). Hal ini menunjukkan bahwa
penyajiannya masih di atas standar yang ditetapkan oleh World Health Organization, yaitu
20%. Pada tahun 2017, Indonesia memiliki jumlah balita stunting tertinggi keempat di dunia,
setelah Nigeria, Pakistan, dan India.
Angka kejadian stunting masih menjadi perhatian di Indonesia yang terus menurun
dan meningkat setiap tahunnya. Hal ini terlihat dari hasil data Riskesdas 2007 (36%), 2010
(35%), 2013 (37,2%), 2015 (29%). Sementara itu, prevalensi stunting kembali meningkat
pada tahun 2018, mencapai 30,8%.Data ini menunjukkan bahwa prevalensi stunting masih
lebih tinggi dari target yang ingin dicapai pemerintah pusat. Oleh karena itu, hal ini menjadi
dasar bagi setiap wilayah di dunia, termasuk Indonesia, untuk turut serta mengembangkan
programnya masing-masing untuk mengurangi angka stunting pada bayi dan anak balita.

Kata kunci: Anak pendek, stunting, gizi terhambat, kesehatan masyarakat

Abstract
Stunting is a problem facing the world, especially in poor and developing countries.
The global prevalence of stunting remains high. This can be seen from the fact that the global
stunting rate was still at 22.2% in 2017, with half of children stunting in Asia (55%) and a
third in Africa (39%). This shows that the presentation is still above the standard set by the
World Health Organization, which is 20%. In 2017, Indonesia had the fourth highest number
of stunting children in the world, after Nigeria, Pakistan, and India.
The incidence of stunting is still a concern in Indonesia, which continues to decrease
and increase every year. This can be seen from the data from Riskesdas 2007 (36%), 2010
(35%), 2013 (37.2%), 2015 (29%). Meanwhile, the prevalence of stunting increased again in
2018, reaching 30.8%. This data shows that the prevalence of stunting is still higher than the
target to be achieved by the central government. Therefore, this becomes the basis for every
region in the world, including Indonesia, to participate in developing their respective
programs to reduce stunting rates in infants and toddlers.

Keyword: Short children, stunting, stunted nutrition, public health

Pendahuluan Stunting atau pendek merupakan


salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai
1
dengan nilai Z-score tinggi badan menurut kesehatan dan harus segera ditanggulangi.
umur (TB/U) kurang dari -2 Standar Menteri kesehatan RI pada sebuah berita
Deviasi (SD) berdasarkan World Health tanggal 18 April 2018 mengungkapkan
Organizatian.[8] bahwa indonesia tengah fokus dalam
Menurut Bloem, penyebab menangani tiga prioritas masalah
terjadinya stunting adalah malnutrisi yang kesehatan salah satunya adalah
menyangkut berbagai aspek yaitu asupan permasalahan stunting yang masih tinggi
gizi tidak adekuat, kesulitan akses terhadap dan diperlukan kerjasama dengan semua
pangan yang sehat, kurangnya lintas sektor untuk menangani masalah ini.
pengetahuan, sampai pada aspek social, Indonesia menargetkan dalam pokok
ekonomi dan politik sebagai aspek-aspek rancangan pembangunan jangka menengah
mendasar. tahun 2015-2019 untuk menurunkan
Stunting dapat menyebabkan prevelensi stunting menjadi 28 %,
gangguan kognitif dalam jangka panjang meskipun presentase ini masih jauh dengan
yang akan mempengaruhi potensi ekonomi standar yang telah di tetapkan oleh WHO
mereka.[1] Kondisi stunting pada masa anak yaitu 20 %.[2]
usia sekolah pada umumnya berlanjut Angka stunting di wilayah kerja
sampai dewasa dan akan mempengaruhi Puskesmas Suruh pada tahun 2020 pada
kapasitas kerja dan produktifitas mereka.[1] bulan Februari sejumlah 381 balita, pada
Anak pendek (stunting) merupakan bulan Agustus 2020 mengalami penurunan
permasalahan yang tengah dihadapi oleh menjadi 231 balita. Pada tahun 2018
dunia khususnya di Negara miskin dan jumlah angka stunting khususnya di desa
berkembang.[5] Prevelensi stunting di dunia Suruh kecamatan Suruh sejumlah 121
masih tergolong tinggi. Ini dapat dilihat balita, pada tahun 2019 turun menjadi 72
dari persentase kejadian stunting di dunia balita, dan pada tahun 2020 menjadi 63
pada tahun 2020 yang masih mencapai balita yang stunting.
149.2 juta anak. Indonesia termasuk dalam Dengan adanya masalah kesehatan
wilayah yang memiliki persentase lebih tersebut maka Puskesmas Suruh membuat
dari 30% untuk kasus stunting.[7] gerakan semangat inovasi yakni
Hal ini menunjukkan bahwa AANGSINO (Aksi Angka Stunting NOL),
presentasinya masih diatas standar yang dimana gerakan AANGSINO ini
telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20%.[2] merupakan inovasi yang membawahi
Pada tahun 2017 jumlah balita stunting di beberapa program kegiatan konvergensi
Indonesia meduduki peringkat ke 4 pengentasan stunting.
terbesar di dunia setalah Nigeria, Pakistan,
dan India.[6][4] Tujuan Pelaksanaan
Di Indonesia sendiri kejadian 1. Tujuan Umum
stunting masih memprihatinkan, setiap “Menurunkan Angka Stunting di
tahun prevalensi stunting mengalami wilayah kerja Puskesmas Suruh dan
penuruan dan juga kenaikan. Ini terbukti khususnya Desa Mlinjon” yang di kenal
dari hasil data Riskesdas tahun 2007 dengan istilah AANGSINO.
(36%), 2010 (35%), 2013 (37,2%), 2015 2. Tujuan Khusus
(29%).[2] Sedangkan tahun 2018 prevelensi a) Meninngkatkan pengetahuan ibu
stunting mengalami kenaikan kembali balita tentang teknik pola asuh
yaitu 30,8 % data ini menunjukkan bahwa yang benar.
prevelensi stunting masih diatas target b) Meningkatkan pengetahuan kepada
yang ingin dicapai oleh nasional.[3] ibu hamil terkait pencegahan
Prevalensi anak stunting (pendek) stunting, pentingnya ASI eksklusif
di Indonesia masih menjadi permasalahan
2
serta pentingnya nutrisi bagi ibu Program Indonesia Sehat dengan
hamil dan janin. Pendekatan Keluarga. AANGSINO
c) Memperbaiki nutrisi pada ibu (Aksi Angka Stunting Nol) adalah suatu
hamil dan balita supaya nutrisi aksi untuk menurunkan angka stunting
terpenuhi. dengan berbagai upaya baik dilakukan
d) Memperbaiki sanitasi sebagai secara lintas program maupun Lintas
upaya menjaga kesehatan diri (Cuci Sektor.
tangan pakai sabun dengan 6 1. Dalam hal ini langkah – langkah
langkah) dan kesehatan lingkungan kegiatan yang dilakukan yakni :
(menggunakan jamban sehat) a. Validasi tinggi badan pada saat
sehingga stunting dapat dicegah bulan timbang (Februari 2018)
dan diatasi. b. Kunjungan Rumah Balita
e) Mencegah dan menangani Stunting (Maret 2018)
stunting c. Persiapan Dan Sosialisasi
f) Meningkatkan peran serta (April 2018)
dukungan masyarakat d. Advokasi Dan Sosialisasi Di
g) Meningkatkan peran serta dan Musyawarah Desa (Juni 2018)
kerjasama lintas sektor. e. Launching Inovasi Dan
Penggalangan Komitmen
Metode Kegiatan (Desember 2018)
Dalam upaya penuruan angka f. Pelaksanaan Program Inovasi
stunting di Puskesmas Suruh khususnya AANGSINO dimulai tahun
Desa Mlijon, maka diadakan suatu 2019
kegiatan inovasi pemantauan secara g. Monitoring Pada Bulan
komprehensif juga intensif. Inovasi ini Timbang.
dibentuk untuk menyatukan kegiatan 2. Aksi Kegiatan “AANGSINO”
lintas sektor dan lintas program dalam a. Pembentukan konvergensi Tim
satu wadah gerakan “AANGSINO”, hal Densus Stunting AANGSINO
ini mengacu pada agenda Sustainable meliputi (dokter, gizi, kesling,
Development Goals (SDGs) yang terdiri promkes, bidan desa & perawat
dari 17 tujuan yang disepakati oleh desa), Fungsi untuk menjaring
anggota PBB, dimana permasahan akar masalah stunting dari
stunting masuk menjadi salah satu berbagai sektor program &
target yang diperhatikan kondisi sosial merumuskan RTL pengentasan.
ekonomi keluarga, kurangnya gizi yang b. Gerakan masyarakat tanggap
diserap ibu saat hamil, kesakitan pada dan peduli stunting, yang
bayi, serta kurangnya asupan gizi pada kegiatannya meliputi:
bayi pasca dilahirkan. Indikator 1) Aksi Mengajak Remaja, ibu
penyelesaian masalah stunting merujuk hamil, dan ibu balita untuk
pada penurunan angka stunting pada tanggap terhadap stunting
tahun 2025 sebanyak 40% dan (sosialisasi 1000 HPK,
menghilangkan segala bentuk Anemia, Emo demo,
kekurangan gizi di tahun 2030.Maka pelaksanaan senam ibu
dari itu, untuk mencapai target tersebut hamil).
pemerintah menjadikan permasalahan 2) Aksi Pintar Ibu Hamil
stunting menjadi salah satu program peduli tanggap stunting
prioritas berdasarkan Peraturan Menteri (Kelas Ibu Hamil yang di
Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 narsumi oleh Bidan Desa,
tentang Pedoman Penyelenggaraan Gizi & Promkes).
3
3) Aksi Temu Ibu Balita wilayah kerja Puskesmas Suruh tahun
tanggap stunting (Kelas Ibu 2020.
Balita yang di narsumi oleh
Bidan Desa, Gizi & Kader), Gambar
meliputi aksi membuat Berikut grafik penyerta hasil
PMT dari tanaman Toga kegiatan inovasi yang telah diadakan:
dan SDA sekitar wilayah
desa.
4) Aksi Apresiasi pada Balita
lulus stunting.
5) Aksi Promotif dan Preventif
di Sekolah.
Dalam pelaksanaan kegiatan
inovasi, strategi keberlanjutan yang
dilakukan dalam melaksanakan kegiatan
tersebut yakni:
1. Strategi institusional berupa SK.
2. Strategi sosial berupa kerja sama Gambar 1. Grafik kasus stunting
terintegrasi secara lintas program Kecamatan Suruh bulan Februari sampai
antar petugas gizi, petugas promosi Agustus
kesehatan, petugas kesehatan ibu
dan anak, petugas kesehatan
lingkungan dll bidan desa, perawat
desa, maupun lintas sektor baik dari
camat, sektor pendidikan, kepala
desa, kader, PKK dan lain –lain.
3. Strategi Manajerial berupa kegiatan
KAP (Komunikasi Antar Pribadi)
dalam penganan stunting, PMBA
(Pelatihan Pemberian Makan Bayi
dan Anak), refresing kader Gambar 2. Jumlah angka stunting Desa
posyandu balita. Mlinjon sampai dengan Agustus 2020

Hasil dan Pembahasan Kesimpulan dan Keterbatasan


Stunting apabila tidak segera Dengan adanya masalah kesehatan
dicegah dan ditangani dikhawatirkan bisa terkait stunting bukanlah menjadikan citra
berdampak terhadap kehidupan anak yang buruk bagi fasyankes ataupun
dimasa mendatang baik dalam Puskesmas Suruh, justru dengan dengan
pendidikannya, pekerjaan, kualitas hidup, adanya kasus stunting ini, bisa diambil sisi
kesehatannya. Karena dengan positifnya yakni menjadi pembelajaran
pertumbuhan dan perkembangan yang baru dan pengalaman baru tentang
optimal maka akan mewujudkan generasi bagaimana pencegahan dan penanganan
muda yang produktif, sehat, kreatif, dan stunting tersebut. Maka dengan masalah
bisa membangun bangsa dengan lebih baru tentunya akan bertambah pula ilmu
baik, maka dengan inovasi “AANGSINO” dan pengalaman baru yang didapatkan,
di harapkan dapat menangani dan serta berupaya mendapatkan solusi terbaik
mencegah stunting secara optimal. Berikut dalam pemecahan masalah stunting.
ini data grafik penurunan data stunting di Dengan berbagai upaya kegiatan
yang telah dilakukan tim Puskesmas Suruh
4
Kasus Stunting, tren kasus stunting Stunting has declined steadily since
menurun pada tahun 2020. Pada bulan 2000, but faster progress is needed
Februari 2020 sebanyak 269 balita, bulan to reach the 2030 target:
Agustus 2020 angka stunting menurun https://data.unicef.org/topic/nutritio
menjadi 216 balita. Selain itu dapat n/malnutrition/
meningkatkan pemberdayaan masyarakat [8] WHO. (2010). Nutrition Landscape
juga meningkatkan peran serta dan Information System (NLIS) country
dukungan lintas sektor sehingga mampu profile indicators: interpretation
mengatasi permasalahan stunting di Desa guide. Geneva: WHO Press
Mlinjon. Division of Communication.
Referensi
[1] Prendergast, A., & Humphrey, J.
(2014). The Stunting Syndrom in
Developing Countries. Pediatrics
and International Child Health Vol.
000 No. 000, 1-16.
[2] RI, K. K. (2016). INFODATIN Pusat
Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI Situasi Balita
Pendek. Jakarta Selatan, DKI
Jakarta, Indonesia.
[3] RI, K. K. (2018). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI.
[4] TNP2K. (2017). Ringkasan 100
Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Intervensi Stunting. TIM
NASIONAL PERCEPATAN
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN.
[5] UNICEF. (2013). Improving child
nutrition, the achieveable
imperative for global progress.
New York: United Nations
Children's Fund.
[6] UNICEF. (2017). REDUCING
STUNTING IN CHILDREN
UNDER FIVE YEARS OF AGE. A
COMPEREHENSIVE
EVALUATION OF UNICEF
STRATEGIES AND PROGAMME
PERFORMANCE .
[7] UNICEF. (2021, April). UNICEF.
Retrieved from Malnutrition:
5

Anda mungkin juga menyukai