Anda di halaman 1dari 20

INOVATIF GOVERNMENT TERHADAP PENGELOLAAN MASALAH

LINGKUNGAN BERBASIS SOCIAL EMPOWERMENT

(STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KOTA PALANGKA RAYA )

Dosen Pengampu :

Dr. Jhon Retei Alfri Sandi, S.Sos., M.Si

Oleh:

Aji Kristian Mandala 213020703095

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Innovative Governance Terhadap Pengelolaan Masalah Lingkungan Berbasis

Social Empowerment pada Pemerintah Kota Palangka Raya) merupakan kajian yang

berfokus pada pendekatan inovatif governance dalam pengelolaan permasalahan

lingkungan hidup berbasis pemberdayaan sosial di Kota Palangka Raya.Penelitian

bertujuan untuk menganalisis penerapan tata kelola inovatif dalam pengelolaan

permasalahan lingkungan hidup di Kota Palangka Raya dan untuk mengetahui peran

pemberdayaan sosial dalam penerapan tata kelola inovatif Kota Palangka Raya

merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah yang memiliki wilayah administratif

yang sangat luas Perkembangan Kota Palangka Raya didukung oleh peningkatan

jumlah penduduk dan aktivitas perekonomian Namun perkembangan tersebut juga

membawa beberapa permasalahan, seperti kemacetan lalu lintas dan kecelakaan lalu

lintas Studi tersebut menyarankan bahwa pendekatan tata kelola inovatif dapat

digunakan untuk mengelola permasalahan tersebut dengan melibatkan pemangku

kepentingan dan pemberdayaan masyarakat.

Tata Kelola Inovatif merupakan inovasi yang dilakukan pemerintah daerah

untuk mengkondisikan, memfasilitasi, dan memberdayakan masyarakat Merupakan

strategi yang digunakan pemerintah daerah untuk meningkatkan daya saing

perekonomian daerah yang berbasis pada pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan

menengah (UMKM) Pendekatan tata kelola yang inovatif diharapkan mampu

mengelola permasalahan lingkungan hidup di Kota Palangka Raya dengan melibatkan

masyarakat dan memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam pengelolaan

lingkungan hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan tata kelola inovatif
dalam pengelolaan permasalahan lingkungan hidup di Kota Palangka Raya telah

berhasil melibatkan pemangku kepentingan dan pemberdayaan masyarakat Studi ini

juga mengidentifikasi peran pemberdayaan sosial dalam penerapan tata kelola

inovatif, yang sangat penting dalam menjamin keberlanjutan program.Tata Kelola

Inovatif Terhadap Pengelolaan Masalah Lingkungan Berbasis Pemberdayaan Sosial

(Studi Kasus pada Pemerintah Kota Palangka Raya) menunjukkan bahwa penerapan

tata kelola inovatif dalam pengelolaan permasalahan lingkungan hidup di Kota

Palangka Raya telah berhasil melibatkan pemangku kepentingan dan memberdayakan

masyarakat. Studi ini juga mengidentifikasi peran pemberdayaan sosial dalam

penerapan tata kelola inovatif, yang sangat penting dalam menjamin keberlanjutan

program.

Tata kelola inovatif telah berhasil mengelola permasalahan lingkungan hidup

di Kota Palangka Raya dengan melibatkan pemangku kepentingan dan

memberdayakan masyarakat. Pendekatan tersebut telah mampu meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap permasalahan lingkungan hidup dan perannya dalam

pengelolaan lingkungan hidup. Studi ini juga menemukan bahwa pemberdayaan sosial

sangat penting dalam memastikan keberlanjutan program. Dengan memberdayakan

masyarakat, mereka akan lebih berperan aktif dalam mengelola lingkungan dan

menjamin keberhasilan program dalam jangka panjang. Secara keseluruhan, studi ini

menyoroti pentingnya tata kelola yang inovatif dan pemberdayaan sosial dalam

mengelola isu lingkungan hidup di Kota Palangka Raya. Dengan melibatkan

pemangku kepentingan dan memberdayakan masyarakat, kota ini dapat berhasil

mengelola permasalahan lingkungan dan menjamin keberlanjutan program.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dipaparkan pada latar belakang, maka masalah

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Inovasi pengelolaan sampah berdasarkan indicator Innovative

Governance berbasis Social Empowerment di kota Palangka Raya?

2. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh pemerintah kota Palangkaraya dalam

Permasalahan Pengelolaan Sampah?

1.3 Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bertujuan untuk mengeksplorasi dan mengidentifikasi inovasi pengelolaan

sampah yang didasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola inovatif dan

pemberdayaan sosial di Kota Palangka Raya. Penelitian ini bertujuan untuk

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana inovasi pengelolaan

sampah dapat diterapkan di Kota Palangka Raya dengan mempertimbangkan

prinsip-prinsip tata kelola inovatif dan pemberdayaan sosial. Selain itu penelitian

ini juga bertujuan untuk memberikan rekomendasi bagi pemerintah kota Palangka

Raya dalam menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah dikota tersebut.

2. Bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah kota

Palangka Raya dalam mengelola sampah di kota tersebut. Penelitian ini bertujuan

untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pengelolaan sampah di Kota Palangka Raya dan memberikan

rekomendasi bagi pemerintah kota dalam mengatasi tantangan tersebut.


1.4 Manfaat Penelitian.

1. Memberikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi generasi sampah di Kota

Palangka Raya, termasuk komposisi sampah, pemilahan sampah, dan partisipasi

informasi masyarakat

2. Menyediakan strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari pengelolaan

sampah dipalang raya, seperti kolaborasi dengan akademisi dalam inovasi fasilitas

pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan pemberdayaan pemangku

kepentingan

3. Menyediakan kerangka manajemen konvergensi stunting melalui sistem integrasi

berbasis tata kelola layanan regional, yang dapat membantu dalam mengatasi

masalah stunting di Palangkaraya

4. Memberikan model kolaborasi Penta Helix dalam menangani masalah pengelolaan

sampah, yang melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat, dan sektor swasta

5. Menyediakan informasi tentang potensi stunting di masyarakat pinggiran sungai di

Palangka Raya, yang dapat membantu pemerintah dalam merancang program

kesehatan masyarakat yang lebih efektif

6. Menyiapkan laporan akhir tentang program USAID LESTARI yang bertujuan

untuk meningkatkan tata kelola hutan dan lahan yang berkelanjutan di Indonesia

melalui pendekatan berbasis pemberdayaan.

Dengan demikian, penelitian tentang inovasi pengelolaan sampah dan

tantangan yang dihadapi pemerintah Kota Palangkaraya dalam lingkup pengelolaan

sampah dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat, pemerintah, dan

sektor swasta dalam mengatasi masalah lingkungan yang semakin kompleks.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori yang Digunakan

2.1.1 Kebijakan Publik

Young dan Quinn menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah sebuah

keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kebijakan Publik pada

umumnya merupakan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial.

Namun, kebijakan publik bisa juga dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa

masalah sosisal akan dapat dipecahkan oleh kerangkan kebijakan yang sudah ada

dan karenanya tidak memerlukan tindakan tertentu. George C. Edwards III dan Ira

Sharkansky mengartikan kebijakan publik sebagai apa yang dikatakan dan apa

yang dilakukan oleh pemerintah. Jadi hal tersebut memiliki sasaran atau tujuan

kepada program pemerintah. Kebijakan dasar itu dapat ditetapkan secara jelas

dalam peraturan perundang-undangan dengan berbagai program dan tindakan

yang dilakukan pemerintah.

2.1.2 Innovative Governance

Purwo Santoso Guru Besar Ilmu Pemerintahan Universitas Gadjah Mada

mendefinisikan pemerintahan inovatif adalah pemerintahan yang mengkondisikan,

memfasilitasi dan meregulerkan praktek-praktek inovatif dalam pengelolaan

kepentingan publik. Dalam sistem itu, ada elemen pemerintah dan ada juga

elemen masyarakat/rakyat/warga negara. Lebih dari itu, sistem digerakan oleh

interaksi antara keduanya. Dengan kata lain, inovasi ini mempertatuhkan

kecerdasan atau kreatifitas, hanya saja kecerdasan dan kreatifitas ini adalah

wataknya sistem pemerintahan, bukan sekedar wataknya pimpinan.Selain itu hasil


benchmarking teoritis dari Global Innovation Index dan Government Innovation

Index di Korea Selatan bahwa pemerintah bisa dikatakan inovatif merupakan

pemerintah yang memiliki input 10 indikator pemerintah inovatif dan 20 indikator

output. Adapun 10 indikator tersebut yaitu visi inovasi, komitmen perubahan,

reward bagi inovator, kebijakan pendorong inovasi, kapasitas sumber daya

manusia inovasi, kepedulian sumber daya manusia terhadap inovasi,

pengembangan sumber daya inovasi, dukungan anggaran, optimalisasi CSR dalam

mendukung inovasi, dan penggunaan IT (teknologi informasi) dalam sistem kerja.

Sedangkan 20 indikator dalam output pemerintahan inovatif yaitu terdiri

dari jumlah inovasi yang dihasilkan, jenis inovasi yang dihasilkan, kualitas

inovasi, pedoman teknis operasional inovasi pemda, pelembagaan inovasi,

ketersediaan sistem informasi layanan publik, penyelesaian layanan pengaduan,

tingkat capaian hasil survey kepuasan masyarakat (SKM), peningkatan jumlah

perijinan, peningkatan pendapatan perkapita, peningkatan lapangan kerja,

peningkatan investasi, penurunan angka kemiskinan, peningkatan PAD,

transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan, tingkat partisipasi

stakeholders, opini BPK terhadap laporan keuangan, nilai capaian LAKIP,

efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, dan peningkatan nilai IPM.

Indikator pemerintahan inovatif menurut Kementerian Dalam Negeri

Repulblik Indonesia dalam Innovative Governance Award Tahun 2017 ada 5

indikator. Adapun 5 indikator tersebut adalah inovasi minimal telah berjalan 2

tahun, memiliki kebaharuan dan keunikan, melibatkan peran masyarakat serta

stakeholder, dibiayai APBD dan atau pembiayaan yang sah dan memberikan

dampak atau manfaat bagi daerah dan masyarakat. Sedangkan menurut Undang-

Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah indikator pemerintahan


inovatif ada 8 yaitu, peningkatan efisiensi, perbaikan efektifitas, perbaikan

kualitas layanan, tidak ada konflik kepentingan, berorientasi kepentingan umum,

dilakukan secara terbuka, memenuhi nilai kepatutan, serta dapat

dipertanggungjawabkan hasilnya tidak untuk kepentingan diri sendiri.

Jadi dapat disimpulkan bahwa indikator pemerintahan inovatif memiliki

ciri-ciri yaitu bertujuan untuk kepentingan bersama atau masyarakat artinya tidak

untuk kepentingan pihak tertentu, memiliki pembiayaan/anggaran yang jelas serta

melibatkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Sedangkan untuk

indikator yang akan digunakan pada penelitian ini akan melihat dari indikator

yang pertama adalah dampak inovasi bagi daerah dan masyarakat, kedua,

pengembangan sumber daya inovasi, ketiga dukungan anggaran atau pembiayaan

sah lainnya, keempat, beorientasi pada kepentingan umun serta kelima yaitu

melibatkan peran serta masyarakat.

2.1.3 Social Empowertment

Social Empowerment atau pemberdayaan masyarakat, empowerment atau

pemberdayaan menurut Pranka munculnya konsep pemberdayaan pada awalnya,

menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,

kekuatan atau kemampuan (power) kepada masyarakat, organisasi atau individu

agar menjadi lebih berdaya. Selanjutnya menekankan pada proses menstimulasi,

mendorong dan memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau

keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya. Selanjutnya

pemberdayaan organisasi dapat dilakukan melalui pendelegasian wewenang

(pemberian wewenang, sehingga diharapkan organisasi lebih fleksibel, efektif,


inovatif, kreatif, etos kerja tinggi, yang pada akhirya produktivitas organisasi

menjadi meningkat.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014

tentang administrasi pemerintahan yang dimaksud masyarakat atau warga

masyarakat adalah seseorang atau badan hukum perdata yang terkait dengan

keputusan/atau tindakan. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang

yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Koentjaningrat

mendefinisikan masyarakat adalah kestuan hidup manusia yang berinteraksi

menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terika oleh

suatu rasa identitas sama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Social

Empowerment atau pemberdayaan masyarakat adalah proses memberikan atau

mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan (power) kepada

masyarakat, organisasi atau individu agar menjadi lebih berdaya.

Widjaja mendefinisikan pemberdayaan masyarakat atau social

empowerment adalah upaya meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki

masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jatidiri, harkat dan

martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan diri secara

mandiri baik di bidang ekonomi,sosial, agama dan budaya.

2.2 Hasil Riset Terdahulu

Hasil riset terdahulu bertujuan sebagai rujukan dalam penelusuran yang terkait

dengan tema yang akan diteliti. Hasil riset terdahulu ini digunakan peneliti sebagai

referensi dalam melakukan penelitian

No Nama Judul Hasil


1 Syifaul Proses pemberdayaan Proses pemberdayaan yang terjadi
Muhash masyarakat melalui melalui pengelolaan sampah mandiri
Shonah pengelolaan sampah mandiri berbasis komunitas sudah berjalan
(2013) berbasis komunitas (studi pada dengan baik meskipun ada beberapa
bank sampah pitoe kelurahan kekurangan yang terjadi karena faktor
jambangan, surabaya) manusia. Antara lain disebabkan
karena kurangnya dukungan dan
fasilitasi oleh instansi terhadap
pengelolaan bank sampah secara
khusus. Oleh karena itu, perlu
diadakan evaluasi dan monitoring
lebih lanjut untuk meningkatkan
kualitas dari pengelolaan sampah
mandiri berbasis komunitas ini sendiri.
2 Mahbuban Pemberdayaan Masyarakat Proses pemberdayaan yang terjadi
MS (2016) Melalui Bank Sampah (Studi melalui pengelolaan sampah mandiri
Bank Sampah Sinar Lestari berbasis komunitas sudah berjalan
RW 09 Kelurahan Sorosutan, dengan baik meskipun ada beberapa
Kecamatan Umbulharjo, kekurangan yang terjadi karena faktor
Yogyakarta manusia. Antara lain disebabkan
karena kurangnya dukungan dan
fasilitasi oleh instansi terhadap
pengelolaan bank sampah secara
khusus. Oleh karena itu, perlu
diadakan evaluasi dan monitoring
lebih lanjut untuk meningkatkan
kualitas dari pengelolaan sampah
mandiri berbasis komunitas ini sendiri
3 Diana Dampak Pemberdayaan Program Bank Sampah Bintang
Fildzah Masyarakat Melalui Program Mangrove memberikan dampak
Aprilianti Bank Smapah” (Studi di Bank ekonomi yang positif dalam
(2014) Sampah Bintang Mangrove menambah penghasilan tetapi tidak
Kelurahan Gunung Anyar pada jumlah tabungan yang dimiliki
Tambak Kecamatan Gunung nasabah hal ini disebabkan karena
Anyar Kota Surabaya) masih rendahnya kesadaran nasabah
akan menabung. Dampak sosial
berdampak positif bagi masyarakat
adanya perubahan pola pikir terhadap
pemilahan sampah, kini masyarakat
mampu memilah sampah berdasarkan
jenisnya, hal ini pun dapat dikatakan
bahwa masyarakat turut mengaktifkan
program Bank Sampah Bintang
Mangrove. Kini masyarakat mampu
menjaga kelestarian lingkungan. Pola
pikir masyarakat berubah mengenai
pekerjaan pemulung kini masyarakat
tidak menganggap rendah pekerjaan
pemulung
4 Syafa’atur Pemberdayaan Masyarakat Proses pemberdayaan masyarakat
Rofi’ah Melalui Pengelolaan Sampah melalui pengelolaan sampah meliputi
(2013) (Studi Di Bank Sampah sosialisasi, pemetaan wilayah,
Surolaras, Suronatan, perencanaan, pelatihan, dan proses
Kelurahan Notoprajan, penanganan di tempat, proses
Kecamatan Ngampilan, pengumpulan sampah, proses
Yogyakarta) pengangkutan sampah, proses
pengelolaan sampah. Manfaat yang
dirasakan masyarakat Suronatan,
mereka sangat terbantu dengan adanya
Bank sampah karena bagi mereka
sampah yang biasanya dibuang sia-sia
menjadi barang yang bernilai
ekonomis, menambah perekonomian
keluarga, menambah silaturrahmi antar
masyarakat satu dengan yang lain.
5 Pitri Pemberdayaan Masyarakat 1) Pelaksanaan pemberdayaan
Nurhidayah Melalui Bank Sampah Di masyarakat melalui bank sampah di
(2017) Dusun Serut, Desa Palbapang, Dusun Serut memiliki kegiatan yang
Kecamatan Bantul,Kabupaten meliputi sosialisasi bank sampah,
Bantul penabungan sampah, pemilihan
sampah, pelatihan keterampilan dan
evaluasi yang dilakukan seminggu
sekali akan tetapi masih terdapat
kekurangan antara lain rencana -
rencana tersebut belum diikuti oleh
seluruh anggota bank sampah; 2)
Faktor -faktor yang mempengaruhi
pemberdayaan masyarakat melalui
bank sampah di Dusun Serut yaitu
kinerja pengurus yang tidak maksimal,
pembagian kerja yang kurang spesifik,
serta partisipasi masyarakat yang
kurang; 3) Dampak dari pemberdayaan
masyarakat melalui bank sampah di
Dusun Serut pada aspek lingkungan
cukup memberikan dampak yang baik
yaitu terlihat dari semakin bersihnya
lingkungan, pada aspek ekonomi
cukup untuk memberikan penghasilan
tambahan bagi anggota yang aktif, dan
pada aspek sosial semakin
mengakrabkan antar masyarakat.

2.3 Kerangka Pemikiran


Kerangka pikir dibuat untuk mempermudah proses penelitian karena

mencakup tujuan dari penelitian itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui Inovasi pengelolaan sampah berdasarkan indicator Innovative

Governance berbasis Social Empowerment di kota Palangka Raya serta Tantangan

yang dihadapi oleh pemerintah kota Palangkaraya dalam Permasalahan Pengelolaan

Sampah

Pemerintah Kota Palangkaraya

Inovasi Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Indicator Innovative Governance Social Empowerment

Tantangan yang dihadapi oleh pemerintah kota


Palangkaraya

Permasalahan Pengelolaan Sampah

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Adapun waktu dalam penelitian ini adalah dilakukan selama dua (2) bulan

yaitu pada tanggal 17 November - 11 Januari 2023 atau setelah adanya perizinan

penelitian yang telah dikeluarkan oleh pihak fakultas. Dan lokasi penelitian bertempat

Pemerintah Kota Palangka Raya Jalan Tjilik Riwut Km.5,5 No. 98, Bukit Tunggal,

Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah 73112.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Hal

ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk memahami inovatif government

terhadap pengelolaan masalah lingkungan berbasis social empowerment pada

Pemerintah Kota Palangka Raya. Kebijakan pemerintah Kota Palngkaraya

terhadap masalah pengelolaan masalah lingkungan. Penggunaan lebih dari satu

pendekatan pengumpulan data mengijinkan evaluator menggabungkan kegiatan

dan kebenaran dari suatu sumber data.

2. Tipe Penelitian

Pada tipe penelitian merupakan fenomenologi yang memfokuskan pada

kolaborasi stakeholder dalam pengelolaan masalah lingkungan pada Pemerintah

Kota Palangka Raya. Tipe penelitian fenomenologi ini digunakan karena

penelitian ingin mendapatkan gambaran serta informasi yang sejelas-jelasnya

mengenai inovatif government terhadap pengelolaan masalah lingkungan berbasis

social empowerment Pada Pemerintah Kota Palangka Raya.


C. Sumber Data

1. Data Primer adalah data yang didapatkan oleh peneliti dari hasil, wawancara

observasi atau pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti yaitu:

pengelolaan masalah lingkungan berbasis social empowerment pada Pemerintah

Kota Palangka Raya.

2. Data Sekunder adalah data yang didapatkan penulis dari Buku-buku, Beberapa

dokumen berupa laporan-laporan tertulis dan peraturan-peraturan yang ada

hubungannya dengan aspek-aspek keberhasilan inovatif government terhadap

pengelolaan masalah lingkungan berbasis social empowerment pada Pemerintah

Kota Palangka Raya.

D. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini, pengambilan informan secara purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan informan yang memiliki pengetahuan

yang luas serta mampu menjelaskan sebenarnya tentang objek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi (pengamatan langsung), yaitu pengumpulan data yang didapatkan

dengan cara pengamatan dan pencatatan terhadap masalah yang berkaitan

kolaborasi pemerintah Kota Palangka Raya terhadap pengelolaan masalah

lingkungan.

2. Interview (wawancara),dimana peneliti akan berkomunikasi dengan informan

sehingga mendapatkan informasi-informasi sesuai dengan penelitian yang

berkaitan dengan obyek penelitian dengan menyusun pedoman wawancara.

3. Dokumentasi merupakan teknik untuk mengumpulkan data yang di ambil dari

beberapa buku bacaan maupun dokumen dan yang lainnya berhubungan dengan

objek penelitian di lokasi penelitian untuk melengkapi data tentang aspek-aspek


keberhasilan inovatif government terhadap pengelolaan masalah lingkungan

berbasis social empowerment pada Pemerintah Kota Palangka Raya.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono penelitian kualitatif dilakukan

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Hal-hal yang dilakukan dalam analisis data, yaitu data

reducation, data display, dan conclusion drawing/verification.

1. Reduksi data (data reduction), dalam tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan

pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar

yang diperoleh.

2. Penyajian data (data display). Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi

informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display

data atau penyajian data yang lazim digunakan pada langkah ini adalah dalam

bentuk teks naratif.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification).

Peneliti berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari

makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan

konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.

G. Keabsahan Data
Data penelitian yang dikumpulkan diharapkan dapat menghasilkan penelitian

yang bermutu atau data yang kredibel, oleh karena itu peneliti melakukan

pengabsahan data dengan berbagai hal sebagai berikut :

1. Perpanjangan Masa Penelitian Peneliti akan melakukan perpanjangan masa

pengamatan jika data yang dikumpulkan dianggap belum cukup, maka dari itu

peneliti dengan melakukan pengumpulan data, pengamatan dan wawancara

kepada informan baik dalam bentuk pengecekan data maupun mendapatkan data

yang belum diperoleh sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti menghubungi

kembali para informan dan mengumpulkan data sekunder yang masih diperlukan.

2. Meningkatkan ketekunan melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan.

3. Triangulasi dengan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara

dan banyak waktu.Untuk keperluan triangulasi maka dilakukan tiga cara yaitu:

a. Triangulasi sumber adalah membandingkan cara mengecek ulang derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding

apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan

hasil wawancara dengan dokumen yang ada pada kantor Pemerintah Kota

Palangka Raya terkait inovatif government terhadap pengelolaan masalah

lingkungan berbasis social empowerment.

b. Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini akan menggunakan

teknik observasi dan wawancara untuk mngecek data yang diperoleh dengan

teknik pengumpulan data sebelumnya.


c. Triangulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan

pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Perubahan suatu proses dan perilaku manusia mengalami perubahan dari

waktu kewaktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui observasi pada

penelitian ini akan diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan

saja, sehingga data yang diperoleh dikantor Pemerintah Kota Palangka Raya

dan beberapa stakeholder yang berkolaborasi valid.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Zunaidi, Urfiatur Rohmi Setiani, Hevia Wahyu Khotimah, 2021. Bank Sampah Permata

Dan Kontribusi Sosial Ekonominya Bagi Masyarakat. Wadiah: Jurnal Perbankan

Syariah, Vol. 5, No. 1

Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya, 2019. Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2019.

Palangka Raya: Badan Pusat Statistik.

Edy Suyanto, Endriatmo Soetarto, Sumardjo, Hartrisari Hardjomidjojo, 2015. Model

Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Partisipasi “Green Community” Mendukung

Kota Hijau. MIMBAR, Vol. 31, No. 1

Evy Triani, 2017. Optimization Of Waste Management Performance In Palangka Raya City.

Tesis. Faculty Of Civil Engineering and Planning, Institute Technology Of Sepuluh

Nopember Surabaya

Henny Helmi, Achmad Hufad, Oong Komar, Elih Sudiapermana, Cucu Sukmana, 2023.

Implementasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Melalui

Aplikasi Edu Environment Di Kelurahan Kebun Bunga Kecamatan Sukarami

Palembang. Jurnal Visi, Vol. 15, No. 2

Hilmi Alwi Addahlawi, Umi Mustaghfiroh, Lailatul Khoirun Ni’mah, Asfiyatus Sundusiyah,

Ahmad Fauzan Hidayatullah, 2019. Implementasi Prinsip Good Environmental

Governance Dalam Pengelolaan Sampah Di Indonesia. JGG-Jurnal Green Growth

dan Manajemen Lingkungan, Vol. 8, No. 2

Ilham Zitri, Yudhi Lestanata, Darmansyah, Amil, Rizal Umami, 2022. Inovasi Kebijakan

Pengelolaan Sampah Sistem Zero Waste di Nusa Tenggara Barat Model Pentahelix.

Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 21, No. 1


Mardianto Haholongan Napitupulua, Ali Muhyidina, 2021. Tantangan Partisipasi Pemangku

Kepentingan Dalam Tata Kelola Sampah Kota Berkelanjutan. Jurnal Pembangunan

Wilayah dan Kota, Vol. 17, No. 4

Muhammad Arif Fathuddin Hamdie, Adi Jaya, Evi Veronika Elbaar, Herry Redin, Ici Piter

Kulu, Dehen Erang, 2021. Analisis Kinerja Pengelolaan Sampah Kota Palangka Raya.

Jurnal Penelitian UPR : Kaharati, Vol. 1, No. 1

Muhammad Daffa Rizqi Eko Putra, Santoso Tri Raharjo, 2023. Keterlibatan Pentahelix

Dalam Pengelolaan Bank Sampah. Empati : Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, Vol.

12, No. 1

Syifaul Muhash Shonah, 2013. Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengelolaan

Sampah Mandiri Berbasis Komunitas (Studi Pada Bank Sampah Pitoe Kelurahan

Jambangan, Surabaya). Publika, Vol. 1, No. 2

Yhoga Hardy Wiratama, Wawan Sobari, Ali Mashuri, 2023. Penerapan Tata Kelola

Lingkungan Dalam Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Di Kabupaten

Ponorogo. Brawijaya Journal of Social Science, Vol. 2, No. 2

Zairinayati, Nur Afni Maftukhah, Novianty, 2020. Pengelolaan Sampah Bernilai Ekonomi

Berbasis Masyarakat. Berdikari Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks, Vol. 8, No. 2

Anda mungkin juga menyukai