TINJAUAN PUSTAKA
28
matriks,
penerapan
model
mobile
government,
kebijakan
29
tiga dimensi yang saling berkorelasi. Ketiga dimensi nilai inovasi tersebut
meliputi people dimension, process dimension, dan technology dimension.
Sehingga dalam mengukur nilai publik suatu inovasi pemerintahan daerah
harus didasarkan pada ketiga dimensi secara terintegrasi dan holistik.
4. M.A. Ajibola (2008), melakukan penelitian mengenai inovasi kebijakan sistem
pendidikan di Nigeria. Inovasi kebijakan sistem pendidikan ini fokus pada
kebijakan pengembangan kurikulum pendidikan tingkat dasar. Rangkuman
penelitian telah dituangkan dalam artikel berjudul: Innovation and Curriculum
Development for Basic Education in Nigeria: Policy Priorities and Challenges
of Practice and Implementation. Kajian penelitian mengungkap pentingnya
renovasi kurikulum yang realistik dan berpusat pada anak (child-centered).
Kebijakan kurikulum yang menganut prinsip quality dan relevance. Prinsip
quality berkaitan dengan kapasitas kurikulum dalam mendorong munculnya
kepercayaan diri dan kemampuan anak didik dalam menyelesaikan masalah.
Prinsip relevance berkaitan dengan model sistem kurikulum sekolah yang
fleksibel dan adaptif terhadap perubahan global. Merekomendasikan agar
pemerintah Nigeria mengembangkan kebijakan pendidikan berparadigma
inter-disciplinary courses, openended systems, inter-generational and interprofessional relationships, multi-culturalism and sustainability pada semua
tingkatan dan satuan pendidikan.
5. Pan Suk Kim (2009) berjudul: Quality as a Reflection of Innovation? Quality
Management in the Korean Government. Menggunakan konsep inovasi,
Quality Management, Reform, dan Total Quality Management serta metode
penelitian pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian yaitu bahwa kualitas
manajerial menjadi unsur utama dari inovasi, sehingga tidak bisa diabaikan
walaupun berfluktuasi. Kualitas manajemen (inovasi) di Korea dipengaruhi
30
oleh praktek di Jepang dan Amerika dan pengaruh manajemen Eropa tidak
begitu nampak dalam praktek.
6. Mark
Evans
(2010),
melakukan
kajian
tentang
kapasitas
inovasi
31
32
9. Lea Hennala, Satu Parjanen dan Tuomo Uotila (2011), meneliti tentang
proses inovasi pelayanan publik yang melibatkan multi-aktor. Penelitiannya
berjudul: Challenges of Multi-Actor Involvement in the Public Sector FrontEnd Innovation Processes Constructing an Open Innovation Model for
Developing Well-Being Services. Menggunakan konsep inovasi, organisasi
sektor publik dan stakeholders dengan constructive research approach dan
kombinasi analisis kuantitatif dan kualitatif menghasilkan suatu model inovasi
terbuka (the open innovation model). Model inovasi terbuka ini mengakui
terutama masuknya informasi dari luar dan pengetahuan dari pengguna
layanan yang berpotensi menghasilkan wawasan baru dan bernilai tambah
terhadap proses pengembangan inovasi.
10. Satu Pekkarinen, Tomi Tura., Lea Hennala & Vesa Harmaakorpi. 2011.
Berjudul: Clashes as Potential for Innovation in Public Service Sector Reform.
Menggunakan konsep inovasi dan reformasi sektor publik dengan metode
penelitian kualitatif (studi kasus dan konten analisis). Hasil penelitiannya
adalah mengungkap beragam tekanan yang mempengaruhi tingkatan inovasi
dan diwujudkan sebagai benturan (clashes) dan menjadi saling bertolak
belakang (controversies) antara cara berfikir yang lama dan cara yang baru.
Tetapi benturan tersebut dapat menjadi dasar yang kuat (platform) bagi
inovasi untuk dianalisis dan difasilitasi secara terbuka.
11. Daniel Adetoritse Tonwe (2011), melakukan kajian terhadap institusi
pemerintahan daerah. Hasil kajian ini kemudian dituangkan dalam tulisan
berjudul: Conceptualizing Local Government from a Multi-Dimensional
Perspective. Melalui studi pustaka, dalam kajian tersebut menjelaskan bahwa
pemahaman yang mendalam terhadap local government sebagai institusi
harus dimaknai dari multi-dimensional perspective. Makna multi-dimensional
33
dimension,
geographic
dimension,
legal
dimension,
dan
administrative dimension.
Berikut ini disajikan matriks ringkasan kajian dan penelitian terdahulu.
Pada Tabel 1 berikut berisi sumber penelitian (penulis, tahun, dan judul), hasilhasil penelitian, metode dan konsep-konsep yang digunakan setiap kajian.
Tabel 1. Matriks Ringkasan Penelitian Terdahulu
No.
1
1.
2.
3.
4.
Metode &
Konsep
Hasil Kajian
3
Kuantitatif &
Kualitatif
Studi pustaka
Inovasi program,
best practices,
kepemimpinan,
keberlanjutan.
NPM, Reinventing
Government,
Entrepreneurship
Government
Inovasi;
Local government;
Value analysis
Kurikulum
pendidikan dasar;
Inovasi;
Policy
implementation
34
1
5.
2
Pan Suk Kim (2009)
Quality as a Reflection of
Innovation? Quality of
Management in the
Korean Government.
6.
7.
8.
Comfort Olufunke
Akomolafe (2011)
Managing Innovations in
Education System in
Nigeria: A Focus on
Creating and Sustenance
of Culture in Innovation
9.
Studi pustaka
(comparative
perspective)
Inovasi, Quality
Management
Reform, TQM
Studi Kasus &
dokumentasi
Inovasi;
Local government;
Public value
managemenet
Leadership;
Inovasi pemerintah
daerah
35
10.
Kualitatif
(studi kasus dan
konten analisis)
Studi literatur
11.
Inovasi Sektor
Publik;
Potensi konflik
Local Government;
Multi-dimensional
perspektif
36
37
Category/Perspective
1.
Political
2.
Legal
3.
Managerial
4.
Occupational
38
seni misalnya judgement dan common sense seorang administrator kadang lebih
menentukan dibanding ilmu yang dimilikinya.
Keempat, perspektif okupasi atau jabatan, bahwa administrasi publik
dapat dipahami sebagai bentuk profesi tertentu, gambaran tentang program atau
proyek tertentu yang dibiayai dan dilaksanakan pemerintah, sebagai penerapan
idealisme dimana orang-orang ingin mewujudkan impiannya, dan sebagai bidang
akademik yang akan terus mempelajari seni dan ilmu manajemen untuk
diterapkan di sektor publik.
Tabel 3. Perspective on Public Administration
Characteristic Traditional
Management
Perspective
NPM
Politics
Law
Constitutional
integrity,
procedural due
process, robust
substantive rights,
equel protection,
equity
Adjudicatory
(adversary)
Values
Economy,
efficiency,
effectiveness
Cost-effectiveness,
responsiveness to
cutomers
Representation,
responsiveness,
accountability
Organizational
structure
Ideal-typical
bureaucracy
Competitive,
firmlike
Organizational
pluralism
View of individual
Impersonal case,
rational actor
Customer
Member of group
Individual and/or
member of class,
reasonable person
Cognitive approach
Rational-scientific
Theory,
observation,
measurement,
experimentation
Agreement and
public opinion,
debate
Budgeting
Rational (costbenefit)
Performancebased marketdriven
Decision making
Rationalcomprehensive
Decentralized,
cost-minimizing
Incremental
(distribution of
benefit and
burdens
Incremental
mudding trough
Inductive case
analysis, deductive
legal analysis,
normative
reasoning,
adversary process
Rights funding
Govermental
function
characterized by
Executin
Executin
Legislation
Precedential
incrementalism
Adjudication
39
Fokus Empiris
(Unit Analisis)
2
1
Model
Birokrasi
Klasik
Taylor
Wilson
Weber
Gulick, Urwick
Organisasi
Model
Neobirokrasi
Simon, Cyert
March, Gore
Keputusan
Kelompok Produksi
Instansi Pemerintah
Biro (bureau)
Kelompok Kerja
Ciri-ciri
3
Efisiensi
Ekonomi
Efektivitas
Positivis-logis, penelitian
operasi, analisa sistem,
sibernetika, ilmu manajemen,
produktivitas
Rasionalitas
Efisiensi
Ekonomi
40
Model Institusi
Limbloom
J. Tompson
Keputusan (rasional)
Keputusan (tambahan)
Perilaku organisasi
(sistem terbuka)
Perilaku organisasi
Perilaku individu dan
organisasi
Biro dan profesi
Perbandingan perilaku
organisasi (kekuasaan)
Perilaku organisasi
(pertukaran)
Organisasi dan kebudayaan
Perilaku organisasi
Perilaku organisasi
(organismis)
Individu dan kelompok kerja
Ilmu
Analisa yang netral
tentang perilaku
organisasi
Inkrementalisme
Pluralisme
Kritik
Kepuasan pekerja
Antibirokrasi, penerapan
logika ekonomi pada masalahmasalah distribusi pelayanan
publik, amat analisis,
pengibaratan pasar, kontrakkontrak, kekecilan,
desentralisasi, tawar-menawar
Pilihan atau
kehendak warga
negara
Kesempatan
mempergunakan
pelayanan yang
sama
persaingan
Crozier
Downs
Mosher
Etzioni
Blau
Riggs
V. Thompson
Selznick
Model
Hubungan
Kemanusiaan
McGregor
Likert
Bennis
Argyris
Model Pilihan
Publik
Ostrom
Buchanan,
Tullock
Olson
Hubungan
pengawas/pekerja
Daya guna
pengawas/pekerja
Perubahan perilaku
Perubahan perilaku
Hubungan organisasi/klien
dan distribusi barang-barang
masyarakat umum
Desentralisasi struktur yang
tumpang tindih
Sektor publik sebagai pasar
Besarnya kelompok klien
dan distribusi pelayanan
publik
Distribusi
Kepemimpinan dan distribusi
barang
Perkembangan
pribadi
Harga diri individu
Mitchell
Froclich,
Oppenheimer,
Young
Niskanan
Perjanjian pelaksanaan
Sumber: Frederickson (1988:28-30)
41
42
43
menekankan
pemisahan
antara
pelayanan
dengan
kontrol,
Post-Bureaucratic Paradigm
Public interest
Efficiency
Administration
Product
Control
Justify costs
Deliver value
Enforce responsibility
Building accountability
Strengthen working relationship
44
paradigma atau
Ketiga perspektif yang dimaksud yakni old public administration, new public
management, dan new public services. Demikian halnya Bovaird dan Loffler
(2003), juga mengemukakan pandangan yang mirip dengan padangan Denhardt
dan Denhardt tersebut. Oleh Bovaird dan Loffler menyimpulkan bahwa public
administration, public management, dan public governance adalah tiga
pendekatan yang dapat digunakan dalam kajian-kajian administrasi publik.
Dalam pandangan Denhard dan Denhard, perspektif awal adalah old
public administration, yang merupakan perspektif klasik yang berkembang
sejak munculnya tulisan Woodrow Wilson di tahun 1887 yang berjudul the study
of administration. Terdapat dua gagasan utama dalam perspektif ini, yakni (1)
menyangkut pemisahan politik dan administrasi, dan (2) administrasi publik
seharusnya berusaha sekeras mungkin untuk mencapai efisiensi dalam
pelaksanaan tugasnya. Efisiensi ini dapat dicapai melalui struktur organisasi
yang terpadu dan bersifat hierarkis. Gagasan ini terus berkembang melalui para
pakar seperti Frederick Winslow Taylor (1923) dengan scientific management,
Leonard D. White (1926) dan W.F. Willoughby (1927) yang mengembangkan
struktur organisasi yang sangat efisien, dan Gullick & Urwick (1937) yang sangat
terkenal dengan akronimnya POSDCORB (Saleh & Muluk, 2006:231).
Dengan mengacu pada dua gagasan utama tersebut, perspektif ini
menaruh perhatian pada fokus pemerintahan pada penyediaan layanan secara
langsung kepada masyarakat melalui badan-badan publik. Perspektif ini
berpandangan bahwa organisasi publik beroperasi paling efisien sebagai suatu
sistem tertutup sehingga keterlibatan warga negara dalam pemerintahan
dibatasi. Perspektif ini berpandangan pula bahwa peran utama administrator
publik dibatasi dengan tegas dalam bidang perencanaan, pengorganisasian,
45
pengelolaan
pegawai,
pengarahan,
pengkoordinasian,
pelaporan,
dan
penganggaran.
Perspektif administrasi publik kedua adalah new public management,
yang pada dasarnya berusaha menggunakan pendekatan sektor swasta dan
bisnis ke dalam sektor publik. Perspektif new public management sering
disingkat dengan NPM ini, berbasis pada teori pilihan publik (public choice
theory), dukungan intelektual bagi perspektif ini berasal dari aliran kebijakan
publik (public policy schools) dan gerakan manajerialis (managerialism
movement). Aliran kebijakan publik dalam beberapa dekade memiliki akar yang
cukup kuat dalam ilmu ekonomi, sehingga analisis kebijakan dan para ahli yang
menggeluti evaluasi kebijakan terlatih dengan konsep market economics, costs
and benefit, dan rational models of choice. Selanjutnya aliran ini mulai
mengalihkan perhatiannya pada implementasi kebijakan, yang selanjutnya
mereka sebut public management, yang sebenarnya sinonim dengan public
administration (Denhardt & Denhardt 2003:12-23).
Dukungan intelektual dari managerialism movement berakar dari
pandangan bahwa keberhasilan sektor bisnis dan publik bergantung pada
kualitas dan profesionalisme para manajernya. Kemudian dapat dicapai melalui
produktivitas yang lebih besar, dan produktivitas ini dapat ditingkatkan melalui
disiplin yan ditegakkan oleh para manajer yang berorientasi efisiensi dan
produktivitas. Untuk memainkan peran penting ini, manajer harus diberi the
freedom to manage dan bahkan the right to manage (Denhardt & Denhardt,
2003).
Menurut Sumartono (2007:10), perspektif NPM dalam prakteknya,
sebagai gerakan manajerialis mempunyai pengaruh besar dalam reformasi
administrasi publik di berbagai negara maju, seperti Selandia Baru, Australia,
46
47
New Public
Management
Teori politik
Teori ekonomi
Teori demokrasi
Rasionalitas &
model perilaku
manusia
Rasionalitas synoptic
(administrative man)
Rasionalitas strategis
atau rasional formal
(politik, ekonomi, &
organisasi)
Konsep
kepentingan publik
Kepentingan publik
secara politis
dijelaskan &
diekspresikan dalam
aturan hukum
Kepentingan publik
mewakili agregasi
kepentingan individu
Kepentingan publik
adalah hasil dialog
berbagai nilai
Responsivitas
birokrasi publik
Customer
Citizens
Peran pemerintah
Rowing
Steering
Serving
Pencapaian tujuan
Badan pemerintah
Koalisi antarorganisasi
publik, nonprofit & privat
Akuntabilitas
Hierarki administratif
dengan jenjang yang
tegas
Multiaspek akuntabilitas
hukum, nilai-nilai,
komunitas, norma politik,
standar profesional
Diskresi
Diskresi terbatas
Struktur organisasi
Birokratik yang
ditandai dengan
otoritas top-down
Desentralisasi organisasi
dengan kontrol utama
berada pada para agen
Struktur kolaboratif
dengan kepemilikan yang
berbagi secara internal &
eksternal
Asumsi terhadap
motivasi pegawai &
administrator
Semangat entrepreneur
Aspek
Gambaran yang lebih utuh tentang perspektif NPM ini dapat dilihat dari
pengalaman Amerika Serikat sebagaimana tertuang dalam sepuluh prinsip
reinventing government, karya Osborne dan Gaebler (1992). Inti dari prinsipprinsip tersebut sebagai berikut:
48
a) Catalystic
government:
steering
rather
than
rowing.
Pemerintahan
government:
empowering
rather
than
serving.
yaitu
dengan
memberdayakan
masyarakat
untuk
hanya
dengan
pemberian
pelayanan
yang
kompetetif
maka
government:
transforming
rule-driven
organizatitions.
49
untuk
menggunakan
prinsip-prinsip
kewirausahawan
yang
lebih
mengedepankan
desentralisasi
karena
lebih
50
j)
51
Perubahan
orientasi
tentang
posisi
warga
negara,
nilai
yang
ditempatkan
di
depan,
dan
penekanan
tidak
seharusnya
52
adalah tujuan,
publik
harus
dapat
kepentingan
produk.
publik.
Tujuannya bukan untuk menemukan solusi yang cepat melalui pilihan dan
preferensi individu, tetapi lebih dari itu harus menghasilkan shared interest
dan shared responsibility dalam masyarakat.
3. Berfikir strategik dan bertindak demokratik. Kebijakan dan program akan
mencapai hasil yang efektif dan bertanggung jawab apabila dilakukan
melalui usaha-usaha kolektif dan proses yang kolaboratif antara pemerintah
dan masyarakat.
4. Melayani masyarakat bukan pelanggan. Kepentingan publik merupakan
hasil dialog tentang shared values, bukan hanya merupakan agregasi
kepentingan individu. Karena itu, administrator publik bukan hanya bekerja
dalam rangka memberikan pelayanan kepada pelanggan, tetapi lebih
banyak berfokus pada upaya untuk membangun kepercayaan dan relasi
yang kolaboratif dengan dan diantara masyarakat.
5. Akuntabilitas
tidaklah
sederhana.
Administrator
publik
haruslah
53
citizen-centered
governance,
new
public
service,
networked
54
55
tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
antara
Pemerintah,
56
dalam
negara
federal,
desentralisasi
diselenggarakan
oleh
57
sosial yang dibahas oleh Smith meliputi liberal democracy theory, public choice
theory (economic interpretation), dan Marxist theory.
Teori demokrasi liberal (liberal democracy theory) memberikan dukungan
bagi desentralisasi karena mampu mendukung demokrasi pada dua tingkatan.
Pertama, memberikan kontribusi positif bagi perkembangan demokrasi nasional
karena local government itu mampu menjadi sarana pendidikan politik rakyat dan
memberikan pelatihan bagi kepemimpinan politik, serta mendukung penciptaan
stabilitas politik. Lebih jelasnya pendapat Hoessein yang dikutip oleh Muluk
(2007:2), mengungkapkan bahwa dalam konsep otonomi terkandung kebebasan
untuk berprakarsa dalam mengambil keputusan atas dasar aspirasi masyarakat
yang memiliki status demikian tanpa kontrol langsung dari pemerintah pusat.
Oleh karena itu kaitannya dengan demokrasi sangatlah erat.
Kedua, konsep local government mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat setempat (locality). Penjelasan Hoessein seperti yang dikutip oleh
Muluk (2007:2), mengingatkan bahwa local government dan local autonomy tidak
dicerna sebagai daerah atau pemerintah setempat tetapi merupakan masyarakat
setempat. Urusan dan kepentingan yang menjadi perhatian keduanya bersifat
lokalitas karena basis politiknya adalah lokalitas bukan bangsa.
Penafsiran
teori
pilihan
publik
(public
choice
theory)
tentang
desentralisasi menunjukkan adanya dukungan ahli ekonomi. Dalam teori ini, para
ahli menganggap bahwa desentralisasi merupakan media yang penting guna
meningkatkan kesejahteraan pribadi. Dalam economic interpretation mengenai
teori pilihan publik, desentralisasi dimaknai secara instrumental atau medium
penting dalam meningkatkan kesejahteraan pribadi melalui pilihan publik.
Menurut perspektif ini, manfaat yang dapat dipetik dari local government,
yaitu pertama, adanya daya tanggap publik (pemerintah daerah) terhadap
58
59
60
demokrasi
(democratic
government),
kemandirian
sebagai
pentingnya
pemberian
pelayanan
secara
efisien
kepada
61
kekuasaan
merupakan
nilai
yang
fundamental
dan
halnya
model
efisiensi
struktural,
Hoessein
(2000:14)
62
yakni:
Pertama
cara
pandang
administratif
yang
lebih
63
Nature of Delegation
Within formal political
structures
Within public
administrative
or parastatal structures
From state sector to
private sector
Functional
Devolution (political
decentralization, local
government, democratic
decentralization)
Deconcentration (administrative
decentralization, field
administration)
Interest group
Privatization of devolved
functions (deregulation,
contracting out, voucher
schemes)
Privatization of national
functions (divestiture,
deregulation, economic
liberalization)
Representation
Establishment of
parastatals
and guangos
kebutuhan-kebutuhan
heterogen.
wilayah
lokal
dan
kelompok
yang
64
Mampu memotong sejumlah besar red tape dan prosedur yang rumit
sebagai karakteristik perencanaan dan manajemen yang terpusat dan
adanya over concentration kekuasaan serta sumber-sumber di pusat.
Efisiensi dari pemerintah pusat meningkat karena membebaskan pejabatpejabat pusat dari tugas-tugas rutin, di mana tugas-tugas tersebut bisa
dilaksanakan secara lebih efektif oleh petugas lapangan atau pejabatpejabat lokal.
Desentralisasi
memungkinkan
koordinasi
yang
lebih
efektif
antara
65
Desentralisasi
dapat
melembagakan
partisipasi
masyarakat
dalam
Desentralisasi dapat meningkatkan stabilitas politik, karena kelompokkelompok masyarakat (stakeholders) yang berbeda-beda dapat terlibat
secara langsung dalam pembuatan keputusan.
66
(devolution),
yaitu
pembentukan
dan
penguatan
unit-unit
67
5. Dengan
desetralisasi
berarti
ada
hubungan
timbal
balik,
saling
68
efektif
dalam
hakekatnya
desentralisasi
adalah
mengotonomikan
suatu
dan
kota.
Dalam
kerangka
hukum
selama
ini
pengertian
69
presiden dan para menteri. Tidak ada penyerahan wewenang dari lembagalembaga tinggi negara lain. Tidak ada yang bersumber dari institusi MA, kecuali
untuk kasus provinsi Nangruh Aceh Darussalam, tidak ada penyerahan
wewenang dari DPR apalagi MPR.
MPR
BPK
MK
DPR
MA
P
PEMERINTAH
MENTERI
DESENTRALISASI
DPRD
POLICY
MAKER
ELECTED
OFFICIALS
PENGATURAN
DAERAH
OTONOM
KDH
APPOINTED
OFFICIALS
PENGAWASAN
POLICY
PENGURUSAN
BIROKRASI
DAERAH
(PERANGKAT
DAERAH)
EXECUTIVE
70
71
pertimbangan
bahwa
tingkat
pembagian urusan
pemerintahan
yang
72
73
74
75
Berbagai aspek yang dimaksud meliputi: (1) hubungan antara pejabat yang
dipilih (elected officials) dan pegawai profesional (professional staff); (2)
manajemen keuangan dan anggaran (budgeting and financial management); (3)
manajemen aparatur publik (public personnel management); (4) pemerintahan
daerah yang lebih produktif dan responsif (local government more productive and
responsive); dan (5) partisipasi warga dalam pemerintahan daerah (citizen
involvement for participation).
Bagian pertama berkaitan dengan aspek hubungan pejabat yang dipilih
(elected
officials)
dan
pegawai
profesional
(proffesional
staff)
dalam
76
77
publik
(public
personnel
management).
Diasumsikan
bahwa
78
79
80
81
82
dari sektor swasta, ataupun sebaliknya. Apa yang tidak dapat dialihkan adalah
model manajemen yang berkaitan dengan tujuan (purposes), kondisi (conditions)
dan tugas-tugas (tasks) tertentu tersebut.
Pemahaman terhadap karakteristik tertentu dari aspek tujuan (purposes),
kondisi (conditions) dan tugas-tugas (tasks) dalam manajemen pemerintahan
daerah tercerminkan oleh beberapa asumsi antara lain: (1) pemerintahan daerah
sebagai institusi politik (political institution); (2) pemerintahan daerah selalu
dilandasi oleh pilihan lokal (local choice); (3) organisasi pemerintahan daerah
tidak bertujuan tunggal tapi multi-purposes, sehingga dalam inti manajemennya
menganut multi-valued choice; (4) legitimasi otoritas lokal didapat melalui
election, karena proses election merupakan metode rekrutmen dalam institusi
kekuasaan dan proses politik yang diikuti oleh partai-partai politik.
Stewart (1995) juga menjelaskan tentang adanya kondisi dan tugas-tugas
tertentu yang harus dipahami dalam manajemen pemerintahan daerah.
Karakteristik dari kondisi yang dimaksud bahwa pada dasarnya otoritas lokal
memiliki area (wilayah), yang mana menunjukkan nama dan identitasnya, area
tempat melaksanakan fungsi-fungsinya secara fokus, area memberi batasan
agar tercapai efektivitas dan efisiensi. Otoritas lokal terkait dengan lingkungan
eksternal, melaksanakan tugas dalam organisasi yang terbuka, sehingga
manajemen bersifat multi-kontak. Tugas pokok otoritas lokal adalah menjalankan
kekuasaan pemerintahan publik, sehingga harus memiliki akuntabilitas, yang
biasanya dinilai memalui prosedur tertentu yang disebut elections. Otoritas lokal
diberi tugas dan kewajiban oleh undang-undang (statutory) dan kekuasaaan
discretionary. Dalam fungsinya sebagai penyedia pelayanan publik, pemerintah
daerah tidak hanya dituntut agar memenuhi prinsip ekonomis, efektif, dan efisien
(3Es) tetapi prinsip equity dan equality harus pula diperhatikan.
83
84
85
1.
2.
Hukum adalah sistem aturan yang abstrak yang diterapkan pada kasus
tertentu, sedangkan administrasi mengurus kepentingan organisasi yang
ada dalam batas-batas hukum.
3.
4.
5.
menyusun sebuah model birokrasi ideal yang berisi ciri-ciri khusus yaitu hirarki
kewenangan yang jelas, pembagian kerja atas dasar spesialisasi fungsional,
sistem pengaturan hak dan kewajiban pada pejabat, hubungan pribadi yang
bersifat impersonal, dan seleksi pegawai atas dasar kompetensi teknis. Menurut
Zauhar (2005), karakterisitik birokrasi legal rasional inilah yang dimaksudkan
untuk mencapai dan menerapkan nilai-nilai yang dianggap baik. Birokrasi yang
mempunyai ciri-ciri di atas adalah birokrasi yang dapat meningkatkan efisiensi
organisasi, karena itu dinamakan birorasionalitas dan biroefisiensi. Sedangkan
yang lain, yang tidak dapat menimbulkan efisiensi alias pemborosan disebut
sebagai biropatologi.
Menurut Albrow (2004:59) dan Setiono (2002:46) walaupun teori birokrasi
rasional Weber ini menjadi salah satu referensi utama teori birokrasi, namun
beberapa bagian pemikiran tersebut mendapat kritikan yang cukup mendasar
86
dari beberapa pihak. Beberapa bagian pemikiran birokrasi Weber yang dikritik
dan pengkritiknya, antara lain (1) struktur yang berjenjang, dikritik oleh Robert K.
Merton (1940) dan Reinhard Bendix (1940); (2) adanya pemusatan perhatian
yang spesifik pada spesialisasi unit, dikritik oleh Robert K. Merton (1940) dan
Philip Selznick (1949); (3) bentuk birokrasi yang mirip militer, dikritik oleh Carl
Friedrich (1940); dan (4) penekanan pada aspek legalitas, mendapat kritikan dari
Rudolf Smed (1928).
Terhadap berbagai kritikan atas kelemahan dalam konsep dan praktek
birokrasi Weber tersebut, Zauhar (2005) mengusulkan pemikiran-pemikiran
alternatif. Bahwa diperlukan organisasi di mana setiap orang bertanggung jawab
atas keberhasilan keseluruhan (the whole). Untuk itu, pemisahan orang berdasar
fungsi
secara
apriori harus
dihapuskan. Hubungan
antaranggota
lebih
87
88
hambatan-hambatan
dalam
menjalankan
tugasnya.
Budaya
manajerial tidak dibentuk oleh keharusan dalam bertindak secara rutin sepanjang
hari sebagaimana tindakan para operator. Lalu bagaimana cara para manajer
mengatasi hambatan-hambatan dalam menjalankan tugasnya? Hal ini sangat
89
90
yakni organisasi di mana kinerja prosesnya dapat terukur tetapi kinerja outpunya
tidak mudah diukur. Organisasi pemerintahan yang termasuk tipe ini misalnya
organisasi TNI dan organisasi kepolisian.
Tipe organisasi pemerintahan yang ketiga adalah craft organization, yakni
organisasi pemerintahan yang memiliki ciri-ciri kinerja prosesnya yang jelas dan
terukur, tetapi outpunya tidak jelas dan juga tidak terukur. Contoh organisasi
pemerintahan yang termasuk tipe organisasi ini adalah organisasi perguruan
tinggi (universitas) dan organisasi sekolah. Tipologi organisasi pemerintahan
yang terakhir adalah coping organizations, yakni tipe organisasi yang memiliki
ciri-ciri kinerja prosesnya tidak jelas dan sulit untuk diukur tetapi hasil dan
dampaknya jelas serta terukur. Organisasi yang termasuk dalam kelompok tipe
organisasi ini adalah organisasi intelejen.
Perspektif yang berbeda dalam memahami birokrasi pemerintahan
daerah dikemukakan oleh M. A. Muttalib dan Mohd. Akbar Ali Khan (1982).
Dalam bukunya berjudul: Theory of Local Government, kedua pakar ini
mengemukakan pandangannya tentang birokrasi pemerintahan daerah dalam
perspektif local bureaucracy. Menurut Muthalib dan Ali Khan (1982:204)
dikebanyakan negara, termasuk juga beberapa negara maju, beranggapan
bahwa local bureaucracy tidak terlalu penting, bahkan cenderung diabaikan.
Padahal peran local bureaucracy sangat strategis dalam pencapaian tujuan
utama dari pemerintahan daerah, khususnya dalam memberikan pelayanan yang
efektif dan efisien.
Menurut Muthalib dan Ali Khan (1982), isu-isu yang terkait dengan local
bureaucracy
menjadi
faktor
krusial
dalam
upaya
perbaikan
performa
91
92
93
menyangkut hubungan antara pejabat yang dipilih (elected officials) dan pejabat
karir (permanent functionaries). Pola hubungan antara pejabat politik yang dipilih
dengan pejabat karir profesional yang diseleksi saling terkait dengan tradisi
demokrasi yang dianut oleh suatu negara. Bagi negara-negara yang menganut
tradisi demokrasi yang kuat atau memiliki legislatif lokal yang kuat (strong local
council) dan menjadi dominan terhadap proses administrasi, maka akan
memperlemah birokrasi lokal (weak local bureaucracy). Akibatnya kinerja
birokrasi menjadi lambat. Untuk mengatasi agar terjadi keseimbangan antara
birokrasi dan demokrasi pada pola ini, disarankan memperkuat kepemimpinan
administrasi dan menyatukan pintu pertanggungjawaban eksekutif kepada
dewan. Negara-negara yang menganut tradisi demokrasi yang kuat ini adalah
Amerika Serikat, Swedia, dan Inggris.
Pada negara-negara yang menganut tradisi demokrasi yang lemah (weak
local council), biokrasi menjadi lebih dominan dan badan legislatif lemah
sehingga mengakibatkan kompetisi menjadi tidak sehat dan merusak nilai-nilai
demokrasi. Dampak positif pola tradisi demokrasi yang lemah ini karena
menyebabkan kinerja birokrasi menjadi tinggi. Namun, sisi negatifnya karena
ketergantungan pada pemerintah pusat sangat tinggi dan kuat dalam mengontrol
birokrasi. India adalah salah satu negara penganut tradisi demokrasi yang lemah.
Dalam perspektif anatomi organisasi menurut Said (2007:91), bahwa
birokrasi pemerintahan daerah memiliki unsur-unsur pokok yang mana setiap
unsur pokok tersebut memiliki fungsi yang khas. Unsur-unsur pokok yang
dimaksud meliputi: (1) struktur organisasi; (2) visi dan misi organisasi; (3)
personil atau pejabat organisasi; (4) fasilitas pendukung; dan (5) kepemimpinan
birokrasi.
94
95
96
97
98
99
satu elemen pemerintahan daerah yang sangat penting dengan sejumlah alasan,
sebagai berikut:
1. Organisasi perangkat daerah merupakan rumah atau wadah yang
menampung berbagai aspek penting lainnya dalam sistem pemerintahan
daerah, yang menjadi wadah maupun kerangka kerja sistem keuangan,
sistem kepegawaian, sistem perencanaan, sistem pelayanan publik dan
berbagai sistem atau sub-sistem lainnya.
2. Organisasi perangkat daerah adalah wadah di mana pemerintah daerah
menjalankan berbagai kewenangan atau urusan-urusan pemerintahan yang
diembannya.
3. Organisasi perangkat daerah adalah wadah bagi pemerintah daerah untuk
mengemban visi dan misi daerah, tujuan daerah, dan mengemban
pelayanan publik yang menjadi tugas dan tanggung-jawab daerah.
Oleh karena itu, organisasi perangkat daerah mempunyai arti yang
sangat penting bagi pencapaian pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah.
Bahkan Salomo (2006:2), menegaskan bahwa keberhasilan sebuah daerah
dalam menjalankan misinya antara lain tergantung dari struktur organisasi
perangkat daerah yang dibuat. Apakah perangkat daerah telah mengakomodasi
berbagai aspek seperti visi, misi, tujuan, tugas pokok dan fungsi, serta beban
pelayanan?
100
Watson
(1999:130)
menerangkan
bahwa
pemerintahan
daerah
(local
101
102
are affected by different contextual conditions and carry with them different
possibilities for implementation.
Mencermati skema pada Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa inovasi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan adalah bersifat sistemik,
inovasi pemerintahan yang ada di tingkat nasional pada dasarnya saling
berkaitan dengan inovasi di tingkat regional ataupun di tingkat lokal. Pemahaman
ini terasa semakin penting untuk diimplementasikan di Indonesia sebagai suatu
negara yang menganut paham negara kesatuan (unitary state), karena
hubungan antara pemerintah pusat dan daerah adalah bersifat coordinate dan
sekaligus subordinate. Keberadaan pemerintah daerah adalah merupakan
bagian dari pemerintah pusat, sehingga inovasi pemerintahan yang ada di tingkat
lokal kendati memiliki kemandirian seharusnya tidak menyimpang dari desain
inovasi pemerintahan yang telah ditetapkan di tingkat nasional.
103
dan daerah. Desain kebijakan inovatif ini perlu dikomunikasikan dengan berbagai
tingkatan pemerintahan agar tujuan inovasi dipahami dan diimplementasikan
dengan baik. Desain dan strategi inovasi yang diperlukan adalah dalam hal
melaksanakan fungsi mengatur (policy formulation) dan mengurus (policy
implementation) penyelenggaraan pemerintahan termasuk dalam pemanfaatan
teknologi yang dapat diimplementasikan pada semua tingkatan pemerintahan.
Desain kebijakan yang telah ditetapkan selanjutnya diimplementasikan di tingkat
regional (meso) dan di tingkat lokal (mikro) dalam bentuk program dan kegiatan
pengelolaan urusan pemerintahan. Makna inovasi implementasi kebijakan ini
adalah berkaitan dengan fungsi pengaturan (policy making) dan fungsi
pengurusan (policy executing) di tingkat regional dan di tingkat lokal.
Kepala Daerah dan DPRD sebagai pejabat politik yang dipilih
melaksanakan fungsi pengaturan, yaitu menetapkan inovasi peraturan daerah
(Perda) dan perundang-undangan lainnya sesuai dengan keinginan dan tuntutan
kebutuhan masyarakat. Selanjutnya Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah
(local bureaucracy) sebagai pejabat yang diangkat, melaksanakan inovasi fungsi
pengurusan (policy implementation) penyelenggaraan pemerintahan secara
profesional dengan mengacu pada perundang-undangan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Kebijakan inovatif yang telah ditetapkan selanjutnya diimplementasikan
oleh Perangkat Daerah (local bureaucracy) dibawah kendali Kepala Daerah dan
Sekretaris Daerah. Dalam hal ini diperlukan kinerja berbagai institusi Perangkat
Daerah yang inovatif dalam mengelola urusan pemerintahan, pembangunan, dan
layanan publik. Birokrasi yang inovatif ditandai dengan adanya kreativitas,
ketrampilan, dan kompetensi profesional untuk melakukan perubahan dalam
mengelola urusan pemerintahan yang membawa manfaat sebesar-besarnya
104
inovasi
penyelenggaraan
pemerintahan
tidak
hanya
(1999:99-101)
proses
inovasi
dalam
struktur
penyelenggaraan
pemerintahan suatu negara, juga mendapat pengaruh dari tiga arena institusi
yang berbeda, yakni (1) innovation by legislative design; (2) innovation by
yudicial design; dan (3) innovation by management design.
Terdapat reaksi yang cukup kuat dari individu ataupun kelompok dari
dalam arena institusi legislatif terkait dengan perumusan kebijakan yang inovatif.
Hal ini terjadi terutama pada negara-negara dengan sistem pemerintahan yang
demokratis. Institusi pengadilan juga dapat memberi pengaruh pada keputusankeputusan pemerintah daerah dari aspek legalitasnya.
Pada tingkatan
oprasional, secara teknis suatu kebijakan dan program yang inovatif juga sangat
ditentukan oleh kemampuan institusi perangkat daerah dalam implementasinya.
Menerapkan inovasi di sektor publik tidak dapat sukses begitu saja.
Inovasi di sektor publik membutuhkan beberapa persyaratan yang harus
mendukung. Watson (1999:2-3) menawarkan tiga kondisi persyaratan utama
yang semestinya tersedia jika ingin inovasi di sektor publik berlangsung sukses.
Ketiga persyaratan tersebut, meliputi: (1) budaya organisasi (organizational
culture) yang mendukung dan mendorong lahirnya inovasi; (2) dukungan politik
(political support), para administrator membutuhkan dukungan pejabat politik;
105
2.6.1
and Social Affairs (UNDESA) pada tahun 2006, menyatakan bahwa umumnya
inovasi dalam pemerintahan adalah ide kreatif yang di mana jika dilaksanakan
dengan sukses akan membantu memecahkan masalah publik yang bersifat
mendesak. Inovasi adalah pelaksanaan ide baru dan cara baru untuk mencapai
suatu
hasil
dalam
melakukan
pekerjaan.
Inovasi
dapat
juga
sebagai
106
jawaban atau solusi yang efektif, kreatif dan unik untuk menjawab masalahmasalah baru atau solusi baru untuk masalah-masalah lama. UNDESA (2006:6)
mengungkapkan dalam kalimat sebagai berikut:
An innovation in public administration is an effective, creative and unique
answer to new problems or a new answer to old problems.
Menurut UNDESA (2006) inovasi dalam kajian administrasi publik dapat
dibedakan dalam beberapa tipe atau jenis, meliputi:
1. Institutional innovations, yaitu inovasi kelembagaan yang fokus pada
pembaruan lembaga-lembaga yang sudah dibangun atau menciptakan
lembaga-lembaga yang benar-benar baru (focus on the renewal of
established institutions and/or the creation of new institutions);
2. Organizational innovation, yakni inovasi organisasi berkaitan dengan
memperkernalkan prosedur atau teknik-teknik manajemen yang baru dalam
Administrasi Publik (the introduction of new working procedures or
management techniques in public administration);
3. Process innovation, yaitu inovasi proses di mana fokus pada peningkatan
kualitas penyediaan pelayanan publik (focuses on the improvement of the
quality of public service delivery); dan
4. Conceptual innovation, yaitu inovasi konseptual yang diarahkan pada
pengenalan bentuk-bentuk baru pemerintahan (the introduction of new
forms of governance) misalnya interactive policy-making, engaged
governance, peoples budget reforms, horizontal networks.
Konsep inovasi dalam sektor publik rupanya belum sepopuler di sektor
bisnis. Padahal kajian inovasi dikembangkan seiring dengan upaya menjaga dan
bahkan mengembangkan kemampuan berkompetisi (bersaing) atau competitive
advantage sebuah organisasi. Kemampuan ini dianggap penting untuk menjaga
107
108
Evolution
Essential
Questions
Classic Public
Administration Canons
Post-managerial
Avenues
1
Q1. What is
innovation?
2
A threat to old, reliable
mechanisms
3
New ways to respond to
citizens as client and
produce public goods
4
New ways to create
social and psychological
well-being, economic
surpluses, and political
stability combined
Q2. Why do we
need innovation?
Do we need at all?
Improving managerial
qualities in state-owned
bureaucracies to stabilize
the welfare state
A good combination of
managerial, social, and
democratic values
Engineering/law/political
sciences
Organizational and
managerial
sciences/economic and
business
A holistic view:
organizational and
managerial sciences/
political sciences/ social
welfare/information and
technology system
Citizens as
clients/customers
Q6. How to
portray the flow
of innovation
ideas?
Q7. Primary
players in the
innovation
process?
Managers, employees,
and extra-organizational
players (i.e., the private
sector, the third sector,
transnational policy
makers and academics)
109
Q8. How to
achieve
innovation?
Encouraging competition
according to liberal
ideological economy,
increased efficiency and
the saving of public money
110
Tabel
Traditional Public
Administration
New Public
Management
Networked
Governance
Innovation
Some large-scale,
national and universal
innovations
Innovations in
organizational form more
than content
Innovation at both
central and local levels
Improvement
Large step-change
improvements initially,
but less capability for
continuous improvement
Improvement in managerial
process and system.
Customer focus produces
quality improvement in
some services
Role of policymakers
Commanders
Announcers/commissioners
Role of public
managers
Explorers
Role of the
population
Client
Customers
Co-producers
111
Tabel 10.
Organization
Archetype
Simple
structure
Key Features
Innovative Potential
Machine
bureaucracy
A mechanistic organization
characterized by high level of
specialization, standardization
and centralized control. A
continuous effort to routinize
tasks through formalization of
worker skills and experiences,
e.g. mass production firms.
Professional
bureaucracy
Divisionalized
form
An ability to concentrate on
developing competency in
specific niches. Weaknesses
include the 'centrifugal pull' away
from central R&D towards local
efforts, and competition between
divisions which inhibit
knowledge sharing.
Adhocracy
112
pada
pandangan
bahwa
inovasi
hanya
bisa
dilakukan
jika
113
Individualist
Structuralist
Interactive process
Individuals cause
innovation
Innovation determined by
structural characteristics
Innovation produced by
the interaction of
structural influences and
the actions of individuals
Complex process
Basic assumption
practices
Core concepts
Champions
Leader
Entrepreneurs
Environment
Size
Complexity
Differentiation
Formalization
Centralization
Strategic type
Shocks
Proliferation
Innovative capability
Context
Research
methodology
Cross-sectional
survey
Cross-sectional survey
Case studies
Case histories
Main authors
Rogers
March and Simon
Zaltman, et al.
tataran
individu,
komponen
yang
harus
dimiliki
meliputi
114
untuk meningkatkan keunggulan dalam bersaing, telah ada kajian yang cukup
panjang yang dimulai sejak berdirinya administrasi sebagai ilmu. Hal ini telah
diungkap oleh Muluk (2008:41), bahwa era 1990-2000an ditandai dengan
berkembangnya
kajian
knowledge
management
yang
mengedepankan
115
Inovasi
biasanya
erat
kaitannya
dengan
lingkungan
yang
116
117
sebuah inovasi menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik, maka
tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting.
4. Triability atau kemungkinan dicoba, artinya inovasi hanya bisa diterima
apabila telah teruji dan terbukti mempunyai keuntungan atau nilai lebih
dibandingkan dengan inovasi yang lama. Sehingga sebuah produk inovasi
harus melewati fase uji publik, dimana setap orang atau pihak mempunyai
kesempatan untuk mengujii kualitas dari sebuah inovasi.
5. Observability atau kemudahan diamati, artinya bahwa sebuah inovasi harus
juga dapat diamati, dari segi bagaimana ia bekerja dan menghasilkan
sesuatu yang lebih baik.
Sementara itu, harus pula dipahami bahwa terdapat perbedaanperbedaan antara inovasi di sektor publik dan di sektor swasta. Perbedaan ini
dikarenakan adanya nilia-nilai yang dimiliki oleh masing-masing sektor. Nilai-nilai
yang dimiliki oleh sebuah organisasi dan dapat dibandingkan meliputi dimensi
prinsip keorganisasian, struktur organisasi, ukuran kinerja, isu manajemen,
hubungan dengan pengguna akhir, sumber daya manusia, sumber pengetahuan
dan horizon waktu masing-masing organisasi.
Pada dimensi prinsip pengorganisasian sektor bisnis, berupaya untuk
dalam rangka memperoleh profit dan pertumbuhan pendapatan sebanyakbanyaknya, sementara sektor publik lebih pada upaya penegakan kebijakan
publik yang telah ditetapkan. Sektor bisnis pada dimensi struktur organisasi lebih
bervariasi, sementara sektor publik memiliki struktur yang kompleks dan
seringkali terjadi konflik. Dari aspek isu manajemen, pada sektor bisnis beberapa
manajer mempunyai otonomi dan beberapa lainnya dibatasi oleh shareholder,
corporate goverance dan atau keuangan. Sedangkan pada sektor publik
kebanyakan manajer berada pada posisi tertekan secara politik.
118
Prinsip
Pengorganisasian
Struktur
Pengorganisasian
Ukuran kinerja
Isu manajemen
Hubungan dengan
end-users
Return of Investment
(RoI)
Rantai supplay
SDM
Sumber
pengetahuan
Horizon waktu
Kebanyakan perusahaan
merupakan bagian dari
rantai supply yang lebih
besar
Motif ekonomi
Motif idealis
Kebanyakan Short-term
Kebanyakan Long-term
119
innovation
(inovasi
bersifat
administratif),
misalnya
120
telah
menyelesaikan
permasalahan
dalam
rangka
untuk
INOVASI
PRODUK
LAYANAN
INOVASI
PROSES
PELAYANAN
INOVASI
SISTEM
INOVASI
SEKTOR
PUBLIK
INOVASI
KEBIJAKAN
INOVASI
METODE
PELAYANAN
121
dari perubahan bentuk dan desain produk atau layanan, sementara inovasi
proses berasal dari gerakan pembaruan kualitas yang berkelanjutan dan
mengacu pada kombinasi perubahan organisasi, prosedur, dan kebijakan yang
dibutuhkan untuk berinovasi.
Selain itu Windrum (2008:8) juga dalam karyanya berjudul: Innovation in
Public
Sector
Services:
Entrepreneurship,
Creativity
and
Management,
mengungkapkan adanya taksonomi inovasi yang terdiri dari enam jenis inovasi.
Keenam inovasi sektor publik menurut Windrum yaitu:
a. Service innovation is the introduction of a new service product or an
improvement in the quality of an existing service product.
b. Service delivery innovation involves new or altered ways of delivering to
clients or otherwise interacting with them, for the purpose of supplying
specific public services.
c. Administrative
and
organizational
innovation
changes
the
organizational structures and routines by which front office staff produces
services in a particular way and/or back office staff support front office
services.
d. Conceptual innovation is the development of new world views that
challenge assumptions that underpin existing service products, processes
and organizational. It can occur at all levels and involve the introduction of
new missions, new world views, objectives, strategies and rationales.
e. Policy innovations change the thought or behavioural intentions
associated with a policy belief system (Sabatier, 1987, 1999). Policy
innovations are associated with three types of learning (Glasbergen, 1994).
First, there is learning of how policy instruments can be improved to
achieve a set of goals. Second, there is conceptual learning that follows
changes in shared understanding of a problem and appropriate courses of
action. Third, there is social learning based on shared understanding of the
appropriate roles of policy actors.
f.
yang sama, memberi penjelasan bahwa jenis inovasi yang pertama sampai
122
pemberian
pelayanan),
dan
organizational
innovation
(inovasi
organisasi), merupakan jenis inovasi yang telah lama dikenal dan diujikan pada
studi-studi sektor swasta. Namun selanjutnya dalam rangka pengembangan
analisis terhadap inovasi dalam suatu organisasi, terutama organisasi sektor
publik, maka digunakan jenis atau kategori berikutnya, yakni conceptual
innovation (inovasi konseptual), policy innovation (inovasi kebijakan), dan
systemic innovation (inovasi sistemik).
2.6.4
kesuksesan suatu inovasi dijalankan dalam organisasi publik. Untuk itulah, pada
bagian ini diuraikan beberapa pandangan tentang strategi dan faktor-faktor yang
menghambat dalam proses inovasi. Terkait dengan proses inovasi ini, Behn
(2008:142), menyatakan bahwa terdapat empat jenis proses yang berbeda
dalam penerapan inovasi yang kerap dikembangkan, antara lain:
1. Diffusion,
yakni
proses
inovasi
yang
sifatnya
tidak
disengaja
123
124
g. Apakah
organisasi
dan
program
yang
125
Culture
of risk aversion
Delivery
pressures and
administrative
burders
Short-term budgets
and planning
horizons
Reluctance to close
down failing
programmes or
organisation
NO
INNOVATION
Over-reliance on
high performers as
sources of
innovation
Technologies available
but constraing culture
or organizational
arrangements
No rewards or
incentives to
innovate or adopt
innovations
126
yang bersumber dari individu, baik pegawai maupun pemimpinnya; dan (2)
faktor-faktor inovasi yang bersumber atau berkaitan dengan karakter organisasi.
Terkait dengan faktor-faktor inovasi ini, pengembangan inovasi sektor publik
perlu pula dipahami bahwasanya terdapat faktor-faktor kritis yang lain. Faktorfaktor kritis pengembangan inovasi tersebut, seperti yang dikemukakan oleh
Muluk (2008:49) bahwa inovasi sektor publik bukanlah sebuah kondisi yang
dapat sukses dijalankan dengan sebatas niat saja apalagi terjadi dengan
sendirinya.
Oleh sebab itu dibutuhkan beberapa faktor untuk menjamin keberhasilan
pengembangan sebuah inovasi pemerintahan daerah. Beberapa faktor kritis
tersebut antara lain: (1) kepemimpinan yang mendukung inovasi; (2) pegawai
yang terdidik dan terlatih; (3) budaya organisasi; (4) pengembangan tim dan
kemitraan; dan (5) orientasi kinerja yang terukur. Tanpa kehadiran faktor-faktor
ini maka terjadinya inovasi pemerintahan akan menjadi sulit terealisasi. Dengan
demikian, perlu terus diidentifikasi faktor-faktor kritis tersebut tersebut dan perlu
pula dijamin ketersediaannya.